toraks2 lect 17 nov.pdf

Upload: koneksi-terputus

Post on 07-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

toraks2 lect 17 nov.pdf

TRANSCRIPT

  • TRAUMA TORAKS

    Oleh : dr. Sigit Jatmika, SpB

  • Pendahuluan

    Struktur vital:

    Jantung, pembuluh darah besar, esofagus, cabangtracheobronchial

    didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma

    toraks

    25 %trauma torak langsung

    5 % trauma torak tak langsung atau penyerta.

    Cedera abdomen sering disertai trauma dada

    Kebanyakan kasus trauma torak dapat ditangani tanpa

    harus dengan operasi (90 persen trauma tumpul dan 70

    s/d 85 persen trauma tajam)

    10-15 % cedera yang perlu torakotomi

  • Anatomi dan fisiologi thorax Kerangka thorax

    12 pasang costa bentuk C (C-shaped ribs) costa 1-7 : costa sejati (vertebrosternal)menghubungkan vertebra

    dengan sternum melalui kartilago costalis

    Costa 8-10 : costa tak sejati (vertebrokondral)kartilago costalismasing-masing costa melekat pada kartilago costalis tepatdiatasnya

    costa11-12 : costa bebas atau kosta melayang karena ujungkartilago kostalis masing-masing costa berakhir dalam susunan ototabdomen dorsal

    Sternum Manubrium Corpus sterni Prosesus xiphoideus

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    Kerangka thorax

    o Topografi thorax memiliki garis acuan: Midclavicular line

    Anterior axillary line

    Mid-axillary line

    Posterior axillary line

    o Spatium intercostalis Arteri, vena dan saraf pada batas inferior tiap costa

    o Thoracic Inlet/apertura thoracis superior Superior opening thorax

    Curvatura costa I dan struktur yang terkait

    o Thoracic Outlet/apertura thoracis inferior Inferior opening thorax

    Costa 12 serta struktur terkait & Xiphisternal joint

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    diafragma

    Muscular, struktur kubah (dome-like structure)

    Membatasi abdomen dengan rongga thorax

    Terfiksasi pada batas inferior dari sangkar dada

    Garis tepi sentral dan superior meluas pada level costa

    4 di anterior dan sejajar costa 6 di posterior

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    Trachea, Bronchi & paru

    Trachea

    Terdiri atas Tulang rawan/kartilago yg melingkar/ cekung

    Bronchi

    Kanan dan kiri mencapai 3 cm

    Masuk paru melalui Pulmonary Hilum

    Bersamaan dengan t4 masuknya arteri dan vena pulmonary

    Terdiri atas bagian kecil dan terminal alveoli: Unit dasar dari struktur dan fungsional paru

    Terdiri dari 1 membran sel

    External vs Internal Respiration

    Paru

    kanan = 3 lobus

    kiri = 2 lobus

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    Trachea, Bronchi & paru-paru

    Pleura

    Pleura viseralis

    Melapisi paru

    Pleura parietalis

    Lapisan dalam dari rongga thorax

    Rongga pleura

    Rongga potensial

    Terisi udara = PNEUMOTHORAX

    Terisi darah = HEMOTHORAX

    Cairan Serous (pleural):

    Sebagai pelicin/Lubriksi dan mempermudah pengembangan paru

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    Mediastinum

    Menempati bagian tengah/sentral rongga thorax

    Batas:

    Lateral: paru-paru

    Inferior: Diafragma

    Superior: apertura thorax superior

    Struktur:

    jantung

    Pembuluh darah besar

    Esophagus

    Trachea

    Nerves Vagus

    Phrenic

    Ductus thoracicus

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    jantung

    Ruang (atrium & ventrikel)

    Katup/valva

    Pembuluh darah

    Pembuluh darah eksternal

    Arteri coronary

    Siklus kontraksi

    Sistole

    Diastole

    Pengisisan arteri coronary

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    jantung

    Struktur general

    Pericardium

    Mengelilingi jantung

    Visceral

    Parietal

    Serous35-50 ml cairan

    Epicardium

    Lapisan luar

    Myocardium

    Lapisan otot

    Endocardium

    Lapisan terdalam

    Struktur saraf

    SA Node

    Atrium kanan

    Jalur Intra-atrial

    AV Node

    AV Junction

    Bundle of His

    Left & Right Bundle Branches

    Serat Purkinje

  • Anatomi dan fisiologi thorax

    Pembuluh darah besar

    Aorta

    Vena Cava Superior

    Vena Cava Inferior

    Pulmonary Arteries

    Pulmonary Veins

    Esophagus

    Msk melalui thoracic inlet

    Posterior dari trachea

    Keluar melalui hiatus esofagus

  • Trauma toraks mencakup :

    area anatomis leher

    toraks

    serta dapat menyebabkan kelainan :

    1. sistem respirasi,

    2. sistem sirkulasi, dan

    3. sistem pencernaan.

    Menurut salah satu buku rujukan disebutkan angka mortalitas

    pada trauma toraks mencapai 10%. Akan tetapi kematian akibat

    trauma toraks merupakan 1/4 jumlah kematian total akibat kasus-

    kasus trauma.

  • KLASIFIKASI DAN MEKANISME

  • Klasifikasi trauma toraks :

    Skletal Injury

    Pulmonary Injury

    Heart and great vessel injury

    Diaphragmatic Injury

  • Trauma toraks dibagi dua kelompok :

    1. Trauma tembus (tajam)

    Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung

    akibat penyebab trauma

    Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca,

    dsb) atau peluru

    Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi

  • 2. Trauma tumpul

    Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.

    Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh,

    olahraga, crush atau blast injuries.

    Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks

    adalah kontusio paru.

    Sekitar

  • Kondisi Yang Berbahaya

    Keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya

    dan mematikan bila tidak dikenali dan di-tatalaksana dengan

    segera :

    1. Obstruksi jalan napas

    o Tanda : dispnoe, wheezing, batuk darah

    o PF : stridor, sianosis, hilangnya bunyi nafas

    o Ro toraks : non-spesifik, hilangnya air-bronchogram,

    atelektasis

  • 2. Tension pneumotoraks

    Tanda : dispnoe, hilangnya bunyi napas, sianosis,

    asimetri toraks, mediastinal shift

    Ro toraks (Hanya bila pasien stabil) : pneumotoraks,

    mediastinal shift

    3. Perdarahan masif intra-toraks (hemotoraks masif)

    Tanda : dispnoe, penampakan syok, hilang bunyi

    napas, perkusi pekak, hipotensif

    Ro toraks : opasifikasi hemitoraks atau efusi pleura

  • 4. Tamponade

    Tanda : dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara

    jantung menjauh), CVP > 15

    Ro toraks : pembesaran bayangan jantung,gambaran jantung

    membulat

    5. Ruptur aorta

    Tanda : tidak spesifik, syok

    Ro toraks : pelebaran mediastinum, penyempitan trakhea,

    efusi pleura

    6. Ruptur trakheobronhial

    Tanda : Dispnoe, batuk darah

    Ro toraks : tidak spesifik, dapat pneumotoraks, hilangnya air-

    bronchograms

  • 7. Ruptur diafragma disertai herniasi visera

    Tanda : respiratory distress yg progresif, suara usus

    terdengar di toraks

    Ro toraks : gastric air bubble di toraks, fraktur iga-iga

    terbawah, mediastinal shift

    8. Flail chest berat dengan kontusio paru

    Tanda : dispnoe, syok, asimetris toraks, sianosis

    Ro toraks : fraktur iga multipel, kontusio paru,

    pneumotoraks, effusi pleura

  • 9. Perforasi esofagus

    Tanda : Nyeri, disfagia, demam, pembengkakan

    daerah servikal

    Ro toraks : udara dlm mediastinum, pelebaran

    retrotracheal-space, pelebaran mediastinum,

    efusi pleura, pneumotoraks

  • PENATALAKSANAAN

    TRAUMA TORAKS

  • Prinsip

    Mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secaraumum (primary survey-secondary survey)

    Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah:

    anamnesis,

    pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan diagnostik,

    penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif(berturutan)

    Standar pemeriksaan diagnostik (yg hanya bisa dilakukanbila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable bloodexamination, portable bronchoscope.

    * Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan denganmemindahkan pasien dari ruang emergency.

  • Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan

    tetapi untuk menemukan masalah yg mengancam nyawa &melakukan tindakan penyelamatan nyawa.

    Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukanbersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganantrauma.

    Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Timyg telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma LifeSupport).

    Sebaiknya setiap RS yg memiliki trauma unit/center memilikikonsultan bedah toraks kardiovaskular.

  • Primary Survey

    Airway

    Assessment : perhatikan patensi airway dengar suara napas

    perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakandinding dada

    Management :

    Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yg menghalangi jalannapas

    re-posisi kepala, pasang collar-neck

    lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /nasal)

  • Breathing

    Assesment :

    Periksa frekwensi napas

    Perhatikan gerakan respirasi

    Palpasi toraks

    Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

    Management :

    Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

    Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tensionpneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest

  • Circulation

    Assesment

    Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi

    Periksa tekanan darah

    Pemeriksaan pulse oxymetri

    Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

    Management

    Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines

    Torakotomi emergency bila diperlukan

    Operasi Eksplorasi vaskular emergency

  • Tindakan Bedah Emergency

    Krikotiroidotomi

    Trakheostomi

    Tube Torakostomi

    Torakotomi

    Eksplorasi vaskular

  • TRAUMA PADA DINDING

    DADA

    Trauma Toraks II: Kelainan Spesifik

  • FRAKTUR IGA

    Fraktur pada iga(costae) merupakan kelainan tersering yg

    diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada.

    Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, karena

    luas permukaan trauma sempit, sehingga gaya trauma dapat

    melalui sela iga.

    Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena).

    Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau

    spleen) bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII.

    Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama

    ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis, a/v

    subklavia,dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur

    klavikula.

  • Penatalaksanaan1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain :

    konservatif (analgetika)

    2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru,

    hematotoraks, pneumotoraks)

    3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit

    pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks

    lain, adalah:

    Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)

    Bronchial toilet

    Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, & analisa gas darah

    Cek Foto Ro berkala

  • Penatalaksanaan fraktur iga multipel yg disertai penyulit lain

    (seperti: pneumotoraks, hematotoraks dsb.), ditujukan

    untuk mengatasi kelainan yg mengancam jiwa secaralangsung, diikuti penanganan pasca operasi/tindakan yg

    adekuat(analgetika, bronchial toilet, cek lab dan ro berkala),

    shg dpt menghindari morbiditas /komplikasi.

    Komplikasi tersering adlh timbulnya atelektasis & pneumonia, yg

    umumnya akibat manajemen analgetik yg tidak adekuat.

  • FRAKTUR KLAVIKULA

    Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah

    (1/3 tengah) Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto

    Rontgen tampak fraktur klavikula

    Penatalaksanaan

    1. Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu.

    Pemberian analgetika.

    2. Operatif : fiksasi internal

    Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan

    penekanan pleksus brakhialis dan pembuluh darah subklavia.

  • FRAKTUR STERNUM

    Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang,

    umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor yang

    mengalami kecelakaan.

    Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma

    yg cukup besar

    Lokasi fraktur biasanya pd bagian tengah atas sternum

    Sering disertai fraktur Iga.

    Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yg

    serius, seperti: kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkhus

    atau aorta.

  • Tanda dan gejala: nyeri terutama di area sternum, krepitasi

    Pemeriksaan

    Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garisfraktur, atau gambaran sternum yg tumpang tindih.

    Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanyaperubahan EKG (tanda trauma jantung).

    Penatalaksanaan

    Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukanpemberian analgetika & observasi tanda2 adanya laserasiatau kontusio jantung

    Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmenteddilakukan tindakan operatif untuk stabilisasi denganmenggunakan sternal wire, sekaligus eksplorasi adanyaperlukaan pada organ atau struktur di mediastinum.

  • FLAIL CHEST

    Definisi

    Adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh adanya

    fraktur iga multipel berturutan 3 iga , dan memiliki garis

    fraktur 2 (segmented) pada tiap iganya.

    Akibatnya adalah: terbentuk area "flail" yang akan

    bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik

    pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak

    masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.

  • DISLOKASI SENDI STERNOKLAVIKULA

    Kasus jarang

    Dislokasi anterior : nyeri, nyeri tekan, terlihat "bongkol

    klavikula" (sendi sternoklavikula) menonjol kedepan

    Posterior : sendi tertekan kedalam

    Pengobatan : reposisi

  • Karakteristik

    Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saatinspirasi/ ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator

    Menunjukkan trauma hebat

    Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain(kepala,abdomen, ekstremitas)

    Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya

    ineffective air movement, yg seringkali diperberat olehedema/kontusio paru, dan nyeri.

    Pada pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukantindakan fiksasi pada daerah flail secara eksterna, sepertimelakukan splint/bandage yg melingkari dada, oleh karenaakan mengurangi gerakan mekanik pernapasan secarakeseluruhan.

  • Penatalaksanaan

    sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-

    tanda kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas

    yg biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan

    takipneu

    pain control

    stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator,fiksasi

    internal melalui operasi)

    bronchial toilet

    fisioterapi agresif

    tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet

  • Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest :

    1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain

    (cth: hematotoraks masif, dsb)

    2. Gagal/sulit weaning ventilator

    3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)

    4. Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)

    5. Menghindari cacat permanen

    Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga

    sehingga tidak didapatkan lagi area "flail"

  • TRAUMA PADA PLEURA

    DAN PARU

  • PNEUMOTORAKS

    Definisi : Adanya udara yg terperangkap di rongga

    pleura.

    Pneumotoraks akan meningkatkan tekanan negatif

    intrapleura shg mengganggu proses pengembangan paru.

    Terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks.

    Dapat pula terjadi karena perlukaan pleura viseral

    (barotrauma), atau perlukaan pleura mediastinal (trauma

    trakheobronkhial)

    Diklasifikasikan menjadi 3 : simpel, tension, open

  • Pneumotoraks Simpel

    Adalah pneumotoraks yg tidak disertai peningkatantekanan intra toraks yg progresif.

    Ciri:

    Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atautotal)

    Tidak ada mediastinal shift

    PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi),pengembangan dada

    Penatalaksanaan: WSD

  • Pneumotoraks Tension

    Adalah pneumotoraks yg disertai peningkatan tekanan intra toraks ygsemakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tensionditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidakdapat keluar).

    Ciri:

    Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps totalparu, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasitrakhea venous return hipotensi & respiratory distress berat.

    Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dgn cepat, takipneu,hipotensi, JVP , asimetris statis & dinamis

    Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

    Penatalaksanaan:

    Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)

    WSD

  • Open Pneumothorax

    Terjadi karena luka terbuka yg cukup besar pada dada

    sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks

    dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan

    udara luar.

    Dikenal juga sebagai sucking-wound

    Penatalaksanaan:

    1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme

    ventil)

    2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka

    3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau

    organ intra toraks lain.

    4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

  • HEMATOTORAKS (HEMOTORAKS)

    Definisi: Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat

    trauma tumpul atau tembus pada dada.

    Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. Interkostalis atau

    A. mamaria interna.

    Rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, shg pasien

    hematotoraks dpt syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat

    adanya perdarahan yg nyata, karena perdarahan masif yg

    terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.

    Penampakan klinis yg ditemukan sesuai dengan besarnya

    perdarahan atau jumlah darah yg terakumulasi.

    Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik

    dan depresi pernapasan

  • Pemeriksaan

    Ro toraks (yg boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil)

    Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh

    lapangan paru

    Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks

    Indikasi Operasi

    Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD)

    Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan

    WSD < 4 jam setelah kejadian trauma.

    Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut

    Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut

    Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam

  • Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi

    operasi, bila produksi WSD:

    200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut

    300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut

    500 cc dalam 1 jam

    Penatalaksanaan

    Tujuan:

    Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.

    Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari

    kegagalan sirkulasi.

    Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi

    torakotomi cito (eksplorasi) untuk menghentikan perdarahan

  • Water Sealed Drainage

    Fungsi WSD sebagai alat:

    1. Diagnostik

    2. Terapetik

    3. Follow-up

    Tujuan:

    1. Evakuasi darah/udara

    2. Pengembangan paru maksimal

    3. Monitoring

  • Indikasi pemasangan:

    Pneumotoraks

    Hematotoraks

    Empiema

    Effusi pleura lainnya

    Pasca operasi toraks

    Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus, dsb.

  • Tindakan :

    Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior

    pada sela iga V atau VI.

    Pemasangan dengan teknik digital tanpa penggunaan

    trokar.

    Indikasi pencabutan WSD :

    1. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari

    berturut-turut, dan undulasi negatif atau minimal, dan

    pengembangan paru maksimal.

    Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot

    pada selang, dsb.)

  • KONTUSIO PARU

    Terjadi terutama setelah trauma tumpul toraks

    Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme

    perdarahan dan edema parenkim konsolidasi

    Patofisiologi : kontusio/cedera jaringan edema danreaksi inflamasi lung compliance ventilationperfusion mismatch hipoksia & work of breathing

    Diagnosis : ro toraks dan pemeriksaan lab (PaO2 )

    Manifestasi klinis dapat timbul atau memburuk dalam 24-72

    jam setelah trauma

  • Penatalaksanaan

    Tujuan:

    Mempertahankan oksigenasi

    Mencegah/mengurangi edema

    Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan

    (iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika, bila perlu

    ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)

  • LASERASI PARU

    Definisi : Robekan pada parenkim paru akibat trauma

    tajam atau trauma tumpul keras yang disertai fraktur iga.

    Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato +

    pneumotoraks

    Penatalaksanaan umum : WSD

    Indikasi operasi :

    Hematotoraks masif (lihat hematotoraks)

    Adanya contiuous buble pada WSD yg menunjukkan adanya

    robekan paru

    Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan

    luas

  • RUPTUR DIAFRAGMA

    Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada daerah toraks inferioratau abdomen atas.

    Trauma tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkanpeningkatan tekanan intra abdominal mendadak yg diteruskan kediafragma. Ruptur terjadi bila diafragma tidak dapat menahantekanan tersebut.

    Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus padadaerah toraks inferior. Pada keadaan ini trauma tembus juga akanmelukai organ-organ lain (intratoraks ata intraabdominal).

    Ruptur umumnya terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral)

    Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripadadiafragma kanan

    Akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke toraks

    Dapat terjadi ruptur ke intra perikardial

  • Diagnostik

    Riwayat trauma tumpul toraks inferior atau abdomen

    Tanda dan gejala klinis (sesak/respiratory distress), mual-

    muntah, tanda abdomen akut)

    Ro toraks dengan NGT terpasang (pendorongan

    mediastinum kontralateral, terlihat adanya organ viseral

    di toraks)

    CT scan toraks

    Penatalaksanaan

    Torakotomi eksplorasi (dapat diikuti dengan laparotomi)

  • TRAUMA ESOFAGUS

    Penyebab trauma/ruptur esofagus umumnya disebabkan olehtrauma tajam/tembus.

    Pemeriksaan Ro toraks: Terlihat gambaran pneumomediastinumatau efusi pleura

    Diagnostik: Esofagografi

    Tindakan: Torakotomi eksplorasi

    TRAUMA JANTUNG

    Kecurigaan trauma jantung :

    Trauma tumpul di daerah anterior

    Fraktur pada sternum

    Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternalkanan, sela iga II kiri, grs mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri)

  • Diagnostik

    Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan enzim jantung (CK-CKMB /Troponin T)

    Foto toraks : pembesaran mediastinum, gambaran doublecontour pada mediastinum menunjukkan kecurigaan efusiperikardium

    Echocardiography untuk memastikan adanya effusi atautamponade

    Penatalaksanaan

    Adanya luka tembus pada area prekordial merupakan indikasidilakukannya torakotomi eksplorasi emergency

    Adanya tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakanindikasi dilakukannya torakotomi eksplorasi.

    Adanya kecurigaan trauma jantung mengharuskan perawatandengan observasi ketat untuk mengetahui adanya tamponade

  • Komplikasi

    Salah satu komplikasi adanya kontusio jantung adalahterbentuknya aneurisma ventrikel beberapa bulan/tahunpasca trauma.

  • PEMBEDAHAN PADA

    KELAINAN PLEURA

  • PNEUMOTORAKS

    Pneumotoraks adalah adanya udara didalam rongga

    pleura, akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan

    atau karena trauma.

    Rhea (1982), membuat klasifikasi pneumotoraks atas

    dasar prosentase pneumotoraks, kecil bila pneumotoraks <

    20%, sedang bila pneumotoraks 20% - 40% dan besar bila

    pneumotoraks > 40%.

  • Pneumotoraks kecil ( < 20%), gejala minimal dan tidakada "Respiratory distress", serangan yang pertama kali,

    sikap kita adalah observasi dan penderita istirahat 2-3

    hari.

    Pneumotoraks sedang, ada "Respiratory distress" ataupada observasi nampak progresif (foto toraks), atau

    adanya "Tension pneumothorax", dilakukan tindakan

    bedah dengan pemasangan WSD untuk pengembangan

    paru dan mengatasi gagal nafas.

  • Tindakan torakotomi dilakukan bila :

    1. Kebocoran paru yang massif sehingga paru tak dapat

    mengembang (bullae / fistel Bronkhopleura).

    2. Pneumotoraks berulang.

    3. Adanya komplikasi (Empiema, Hemotoraks, Tension

    pneumothorax).

    4. Pneumotoraks bilateral.

    5. Indikasi social (pilot, penyelam, penderita yang tinggal di

    daerah terpencil)

  • Teknik bedah

    Pendekatan melalui torakotomi anterior,

    torakotomi posterolateral dan sternotomi mediana,

    selanjutnya dilakukan reseksi bleb, bulektonomi,

    subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura

    melalui video Assisted Thoracoscopic surgery (VATS),

    dilakukan reseksi bleb, aberasi pleura dan

    pleurektonomi.

  • HEMOTORAKS

    Hemotoraks adalah adanya darah didalam rongga plaura,terjadi terutama karena trauma.

    Tindakan bedah yang dilakukan adalah pemasangan WSDuntuk evakuasi darah atau hematoma dari dalam ronggapleura.

    Indikasi Torakotomi apabila:

    1. Perdarahan massif (jumlah produksi darah yang diukur melaluiWSD >750 cc)

    2. Pada observasi bila produksi darah setelah pemasangan WSDlebi dari 3-5 cc/kg BB/jam atau 3-5 cc/kg BB/jam selam 3 jamberturut-turut.

    VATS dapat dilakukan evakuasi Hematoma/darah danpenjahitan fistula/robekan paru serta aberasi pleura panetalis.Keuntungan tindakan ini adalah penderita cepat mobilisasi.

  • EMPIEMA

    Empiema adalah efusi pleura yang terinfeksi oleh mikroba.

    Empiema paling sering terjadi karena pneumonia (infeksi paru)

    Yg penanganannya tidak sempurna, dapat terjadi karena

    trauma,"rupture esophaqus" juga karena ekstensi infeksi sub

    diaphragma seperti abses hepar.

    Prinsip penanggulangan empiema adalah :

    1. Drainase / mengeluarkan nanah sebanyak-banyaknya.

    2. Obliterasi rongga empiema.

    3. Pemberian antibiotika yang adekuat baik jenis, dosis danwaktu.

    4. Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema ,

  • fase I (fase eksudat)

    Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapatdicapai tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dgnpengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paruyg sempurna.

    fase II (fase fibropurulen)

    Dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/ "open window").Dengan cara ini nanah yg ada dapat dikeluarkan danperawatan luka dapat dipertahankan.

    Bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik danproses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yg lebihbesar dapat dilakukan.

    Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan caraini dapat dilakukan empiemektomi dan/atau dekortikasi.

  • fase III (fase organisasi)

    Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agarparu bebas mengembang atau dilakukan obliterasirongga empiema dengan cara :

    dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) denganmengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya ronggaempiema,

    rongga empiema disumpel dengan periosteum tulangiga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage),dan disumpel dengan otot atau omentum (muscleplombage atau omental plombage)

  • CHYLOTHORAX

    Chylothorax adalah akumulasi cairan limphe ygberlebihan di dalam rongga pleura karena kebocoran dariduktus torasikus atau cabang-cabang utamanya. Obstruksi ataulaserasi duktus torasikus yg paling sering disebabkan olehkeganasan, trauma, tuberkulosa dan trombosis vena.

    Cairan "chylus" khas putih seperti susu tidak berbau danbersifat alkalis,pada kondisi puasa produksi minimal & menjadiproduktif setelah makan makanan berlemak. Komposisi terutamaadalah fat 14-210 mmol/L (60%-70% lemak yg diserap ususmasuk ke dalam duktus torasikus) protein dan elektrolit.

  • Penatalaksanaan:

    1. Konservatif, dengan cara: pemberian diet dan nutrisi yg

    adekuat (rendah lemak), koreksi cairan dan elektrolit dan

    drainase tertutup (WSD).

    2. Intervensi bedah

    Tindakan bedah dilakukan bila lebih dari 14 hari tindakan

    konservasif tidak berhasil, dari kepustakaan 25% kebocoran

    akan menutup secara sepontan dlm interval waktu 14 hari

    dan 75% butuh intervensi bedah.

  • Teknik bedah

    ligasi langsung pada duktus toraksikus.

    "supra diaphragmatic mass ligaton".

    Pleuroperitoneal shunting.

    Pleurodesis dan pleurectomi.

    Anastomosis duktus ke V azugos.

    Dekortikasi.

    Fibrine glue.

    VATS.

  • KEGANASAN PLEURA

    Keganasan pada pleura meliputi "mesothelioma" dan "maliginant pleural effusion".

    Tindakan pada keganasan pleura adalah

    WSD + pleurodesis.

    Pleurektomi.

    Mechanical pleurodesis

    Pleuroperitoneal Shunt.

  • KEPUSTAKAAN

    1. Baue .A.E, Geha, A..S, Hammond G.L, Laks. H, Naunheius K.S, Glenn'sThorac and Cardhovascular Surgery 6th ed, Prantile Hall International inc, London 1996.

    2. Chon L.W, Doty D.B, Mc Elvein R.B,. Decision Making in Cardiothoracic SurgeryBC Decker inc, Toronto 1987.

    3. Ismid D.I. Busroh. Pembedahan Pada Empiema Tuberkulosis, Empiema Toraks penanganan bedah terkini 2002 ; 41 - 46

    4. Kukuh B. Rachmad. Dasar Pembedahan Pada Empiema Toraks, Empiema Toraks Penanganan bedah terkini 2002 ; 35 - 40.

    5. Pearson F.G, Cooper. J.D, Deslauriers J., Gingberg R.J., Hiebert C.A, Petterson G.A., Urschek HC, Thoracic Surgery, 2nd ed, Churchill Livingstone, Philadelphia 2002.

    6. Sabiston DC., Spencer F.C,. Surgery of The Chest 5th ed, WB Saunders. Philadelphia .1991