topik, tema dan kerangka karangan
TRANSCRIPT
TOPIK, TEMA DANKERANGKA KARANGAN
Disusun oleh
Nama : Mhd. Irfan Surbakti ( 110150015 ) Mhd. Zuhri ( 110150012 ) Hamdani ( 110150026 ) Juanda Saputra ( 110150027 ) Mustafa ( 080150056 )
Kelas : A1
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing : Juni Ahyar, M.Pd
JURUSAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEHLHOKSEUMAWE
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama ini, jika kita akan mengarang yang pertama kali harus ditentukan
adalah tema. Tema dianggap sebagai sesuatu yang paling sentral dan sacral dalam
urusan karang-mengarang, sedangkan topik dianggap tidak sesakral tema, dan
pada umumnya dibicarakan kemudian.
Sepanjang yang penulis alami dalam praktik mengarang, antara tema dan
topik tak ubahnya seperti ayam dan telur : mana yang duluan dua-duanya bias.
Karena itu, agak kurang adil rasana bila dalam hal mengarang, masalah tema
terlalu diistimewakan, sementara topik (ingat : bukan judul karangan) agak
dianaktirkan. Penulis buku ini sama sekali tidak menentang pendapat yang
menganggap tema sebagai satu langkah awal yang penting dalam mengarang.
Namun, supaya ada perbandingan, marilah kita beri tempat yang penting pula bagi
topik sebagai tonggak awal untuk mulai mengarang.
Kalau kita amati, ada dua pengertian tentang tema yang berkembang di
tengah masyarakat. Pertama, tema yang pendek. Tema ini umumnya berupa kata
atau frasa, misalnya dikatakan suatu film atau lagu bertema cinta, bertema
perjuangan, bertema kesenjangan sosial. Kedua, tema yang panjang. Tema ini
biasanya berupa kalimat yang isinya bersifat umum ; misalnya Dengan Semangat
Sportivitas Kita Sukseskan PON ke-15; Melalui Kepudulian Sosial Kita Sukseskan
GNOTA.
Dapat dibayangkan kesulitan yang muncul jika membuat karangan yang
bertumpu pada tema panjang yang bersifat umum dan abstrak itu. Di sisi lain, bila
bertolak pada tema panjang yang bersifat umum dan abstrak itu. Di sisi lain, bila
bertolak dari tema yang pendek tadi timbul pula kesulitan karena belum ad aide
yang dapat ditangkap oleh calon penulis. Mudah-mudahan dengan mengikuti
uraian dalam bab ini, prosedur mengarang akan menjadi lebih sederhana dan
mudah dipraktikan.
2
1.2. Tujuan Penulisan
Dengan mempelajari topik, tema dan kerangka karangan, penulis
mempunyai beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, di antaranya adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Untuk menambah wawasan mengenai topik, tema, dan kerangka karangan
3. Untuk membedakan topik, tema dan judul karangan
4. Untuk menjelaskan manfaat kerangka karangan
5. Untuk dapat membuat kerangka (out line) karangan
1.3. Metoda Penulisan
Adapun metoda yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini
adalah metoda studi pustaka.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Topik
2.1.1. Pemilihan Topik
Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika akan menulis suatu karangan
ialah menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan apa yang harus
dibahas dalam tulisan. Kadang-kadang topik karangan ditentukan oleh dosen atau
panitia yang meminta kita menulis, misalnya panitia seminar. Dalam hal seperti
ini kita tidak perlu bersusah payah memikirkan topik yang akan digarap. Akan
tetapi, dalam memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :
1) Topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas.
Ada manfaatnya, mengandung pengertian bahwa bahasan tentang topik itu
akan memberikan sumbangan kepada ilmu atau profesi yang ditekuni, atau
sekurang-kurangnya berguna bagi pengembangan ilmu yang dimiliki.
Layak dibahas berarti topik itu memang memerlukan pembahasan dan
sesuai dengan bidang yang ditekuni.
2) Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis.
Hal ini perlu diperhatikan. Topik yang menarik bagi penulis akan
meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan dan bagi pembaca akan
mengundang minat untuk membacanya.
3) Topik itu dikelan baik.
Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa agar dapat menulis
dengan baik tentang suara topik, kita harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang topik itu. Apabila kita ingin menulis tentang kenakalan
remaja maka pengetahuan tentang kenakalan remaja harus kita kuasai.
Kita harus dapat menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan kenakalan
remaja maka pengetahuan tentang kenakalan remaja harus kita kuasai.
Kita harus dapat menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan kenakalan
remaja, contoh-contoh kenakalan remaja, teori-teori yang berhubungan,
4
penyebab-penyebabnya, cara mengatasinya dan sebagainya, sesuai dengan
ruang lingkup pembahasan. Pengetahuan yang berupa fakta dapat
diperoleh dari pengamatan di lapangan atau sumber informasi lain,
sedangkan yang berupa teori dapat diperoleh dari buku-buku.
4) Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai.
Hal ini erat hubungannya dengan butir 3). Bagaimana mungkin kita
menulis karangan tentang suatu topic yang bahannya tidak ada atau sangat
sulit diperoleh? Apalagi yang akan ditulis adalah karangan ilmiah.
Mungkinkah ditulis karangan ilmiah tentang perubahan cuaca di planet
Yupiter atau tentang peristiwa yang terjadi tadi malam di salah satu negara
di Afrika Selatan?
5) Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Topik yang terlalu luas seperti bank, pendidikan di Indonesia, lalu lintas
dan seni rupa, tidak member kesempatan kepada kita untuk membahasnya
secara mendalam.
2.1.2. Pembatasan Topik
Setelah kita berhasil memilih topik yang memenuhi persyaratan 1), 2), 3),
dan 4), maka langkah kedua yang harus dilakukan ialah membatasi topik tersebut.
Dalam hal ini tentu saja dapat dipikirkan secara langsung suatu topik yang cukup
terbatas untuk dibahas misalnya, “cara belajar mahasiswa Universitas Terbuka”,
“pemakaian Bahasa Indonesia dalam cerita pendek penulis remaja”, dan
sebagainya. Sebenarnya, proses pembatasan topic itu dapat dipermudah dengan
cara membuat diagram jam dan diagram pohon.
Untuk membuat diagram jam, topic diletakkan dalam sebuah lingkaran.
Dari topik itu diturunkan beberapa topik yang lebih sempit. Gambar 1 akan
menjelaskan keterangan di atas.
5
Ilmu kelautan
Laut sebagai lapangan kerja Gambar 1. Diagram Jam
Diagram di atas disebut diagram jam. Dengan diagram jam itu akan
diperoleh dua belas topik yang lebih terbatas tentang laut. Kedua belas topik itu
dapat dibatasi lebih lanjut dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang
akan mempersempit dan mengarahkan pembahasan.
Misalnya, kita ingin membahas topik “kekayaan di lautan”. Kekayaan di
lautan mana? Di wilayah Indonesia? Kekayaaan jenis mana yang akan dibahas:
fauna, flora atau mineral? Kita pilih misalnya, fauna. Fauna yang mana: ikan,
udang, kerang mutiara? Aspek apa yang akan kita bahas? Pembudidayaannya?
Melalui pertanyaan-pertanyaan itu kita akan sampai pada topik yang cukup
terbatas, misalnya “pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan”.
6
Laut
Kekayaan di lautan
Laut sebagai sumber energi masa depan
Laut di Indonesia
Laut bagi bangsa Indonesia
Kehidupan dalam laut
Kandungan kimia air laut
Riwayat lautan
Peranan laut dalam hubungan antarbangsa
Laut teritorial Indonesia
Laut Atlantik
Cara lain untuk menemukan topik yang terbatas ialah dengan jalan
membuat diagram pohon. Dengan diagram ini kita akan memecahkan topik-topik
setingkat demi setingkat dan menggambarkannya sebagai cabang-cabang dan
ranting pohon yang terbalik (lihat Gambar2. )
Gambar 2. Diagram Pohon
Selain dengan diagram jam dan diagram pohon, pembatasan topik dapat
juga digambarkan dengan piramida terbalik (lihat Gambar 3. )
7
Lautan sebagai sumber energi
Dst
MineralFloraFauna
Ikan Udang Kerang mutiara
Pembudidayaannya dstPemasaran hasilnya
Kekayaan di lautan
Lautan sebagai lapangan kerja yang potensial
Lautan
Kerang mutiara
Gambar 3. Piramida Terbalik
2.1.3. Topik dan Judul
Setelah diperoleh topik yang sesuai maka dalam pelaksanaannya topik
yang telah dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul karangan. Apakah yang
dimaksud dengan judul? Samakah judul dengan topik?
Yang dimaksudkan dengan topik ialah pokok pembicaraan dalam
keseluruhan karangan yang akan digarap; sedangkan judul ialah nama, title atau
semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik mungkin saja sama dengan
judul, tetapi mungkin juga tidak. Dalam karangan fiktif (rekaan) kerap kali judul
karangan tidak menunjukkan topik. Roman Layar Terkembang misalnya tidak
membicarakan layar dalam arti yang sebenarnya. Demikian juga novel Kabut
Sutra Ungu, sama sekali tidak membahas kabut ataupun sutera dalam arti yang
sebenarnya.
Adapun judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran
topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah
menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
Dari penjelasan diatas bisa dijelaskan lagi lebih terperinci apa itu topik
dan judul, beikut ini adalah penjelasannya ;
8
fauna
Kekayaan lautan indonesia
Lautan Indonesia
Lautan
Pembudidayaan kerang mutiara
di Maluku Selatan
2.1.3.1. Topik
Topik berasal dari bahasa Yunani yaitu “topoi” yang berarti tempat. Topik
berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan (sesuatu yang menjadi
landasan penulisan suatuartikel). Topik karangan adalah suatu hal yang akan
digarap menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan
Masalah apa yang akan ditulis ? atau Hendak menulis tentang apa?
Jika memilih topik, tentu saja masalah yang dipilih adalah yang menarik
perhatian penulis. Tidak jarang permasalahan yang dipilih itu masih bersifat
umum dan terlalu luas. Sebelum mengangkat sesuatu menjadi topik dalam
tulisan,pengarang harus benar-benar mengetahui pokok persoalannya. Agar
pembicaraan pengarang tidak melebar, hendaknya topik dipersempit atau dibatasi
sesuai dengan rencana dan maksud pengarang. (c.f. Rahmat, 1999 : 21 – 23)
Cara pertama untuk mempersempit pokok pembicaraan dapat dilakukan
dengan memecah pokok pembicaraan menjadi bagian-bagian yang makin kecil
yang disebut subtopik. Cara kedua ialah dengan menuliskan pokok umum dan
membuat daftar aspek khusus apa saja dari pokok itu secara berurutan ke bawah.
Dari daftar itu dapat dipilih salah satu aspek untuk dijadikan topik karangan.
Cara ketiga dapat dilakukan dengan mengajukan lima pertanyaan berikut
mengenai pokok pembicaraan : apa, siapa, di mana, kapan, dan
bagaimana.Pokok pembicaraan ditulis di atas, lalu dibawahnya disediakan kolom-
kolom untuk menjawab kelima pertanyaan itu. Dalam setiap kolom dituliskan
aspek-aspek khusus dari pokok pembicaraan. Dengan cara itu akan diperoleh satu
aspek untuk diangkat menjadi pokok bahasan karangan.
Contoh berikut ini adalah cara lain untuk mempersempit atau membatasi topik
supaya lebih spesifik dari topik sebelumnya.
a) Menurut tempat : negara tertentu lebih khusus daripada dunia; Jakarta
lebih terbatas daripada Pulau Jawa. Topik “Pulau Jawa Sebelum Indonesia
Merdeka” dapat dipersempit lagi menjadi “Jakarta Sebelum Indonesia
Merdeka”.
b) Menurut waktu/periode/zaman : “Kebudayaan Indonesia” dapat
dikhususkan menjadi “Seni Tari Jawa Modern”.
9
c) Menurut hubungan sebab-akibat : “Dekadensi Moral di Kalangan Muda-
mudi” dapat dikhususkan menjadi “Pokok Pangkal Timbulnya Krisis
Moral di Kalangan Muda-mudi”.
d) Menurut pembagian bidang kehidupan manusia : poilitik, sosial, ekonomi,
kebudayaan, agama kesenian, … dan sebagainy. Karangan tentang
“Usaha-usaha Pemerintah dalam Bidang Ekonomi” dapat diperkhusus lagi
menjadi “Kebijakan Deregulasi di bidang Ekonomi pada Era Reformasi”.
e) Menurut aspek khusus-umum/individual-kolektif : “Pengaruh Siaran
Televisi terhadap Masyarakat Jawa Timur” dapat dipersempit menjadi
“Pengaruh Siaran Televisi terhadap Kaum Tani di Jawa TImur”.
f) Menurut objek material dan objek formal. Objek material ialah bahan
yang dibicarakan; objek formal ialah sudut dari mana bahan itu kita tinjau,
misalnya “Perekonomian Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut
Mekanisme Pasar” (objek formal). “Kepemimpinan Ditinjau dari Sudut
Pembentukan Kader-kader Baru”, “Keluarga Berencana ditinjau dari Segi
Agama”.
2.1.3.2. Judul
a. Pengertian Judul :
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala
berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis,
bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya
menentukan wilayah (lokasi).
Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel
atau disebut juga miniatur isi bahasan.
Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul
artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup
menggambarkan isi bahasan.
10
b. Syarat-syarat pembuatan judul :
Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau
ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa
sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi
buku atau karangan.
Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa
yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang
singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
c. Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
Judul langsung
Judul langsung adalah judul yang erat kaitannya dengan bagian utama
berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
Judul tak langsung
Judul tak langsung adalah judul yang tidak langsung hubungannya dengan
bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
d. Fungsi Judul
Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis
Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang
untuk membacanya atau untuk mempelajari isinya.
Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang
lingkupnya.
Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujunnya.
2.1.4. Perbedaan Topik dan Judul Dalam Membuat Kerangka Karangan
a. Topik : Umum, Belum menggambarkan sudut pandang penulis.
b. Judul:Spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan
terarah. Pembuatan judul berawal dari topik.
Dalam penggarapan karangan ilmiah, misalnya skripsi, judul memang
ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline.
Namun, perlu diketahui bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap
11
berawal dari pemilihan topik. Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang
spesifikasi/kajian yang diambil oleh mahasiswa penyusun skripsi itulah yang
menjadi topik skripsinya. Pada jenis karangan lain seperti artikel sederhana, judul
dapat dibuat sesudah karangan selesai.
Perhatikan contoh topik dan judul berikut ini.
TOPIK JUDUL
1. Pertandingan Sepak Bola
PSMS Melawan Persib
1a. Mampukah Ayam Kinantan
Meredam Maung Bandung ?
1b. PSMS dan Persib akan Menggoyang
Stadion Senayan
1c. Ini Dia, Dua Musuh Bebuyutan
(PSMS vs PERSIB) Adu Kekuatan di
Senayan.
2. Putus Sekolah 1a. Kiat Menekan Tingginya Angka
Putus Sekolah
1b. Tingginya Angka Putus Sekolah
Merupakan Problema Pendidikan.
1c. Masalah Tingginya Angka Putus
Sekolah, PR Bagi Ahli Pendidikan
12
2.1.5. Persamaan Topik dan Judul
Topik dan judul dapat dijadikan judul karangan.
Syarat judul karangan:
Singkat dan padat
Menarik perhatian
Mengambarkan inti pembahas
Atraktif, bombastis, dan menarik perhatian (berita dan iklan).
2.2. Tema
Tema berarti pokok pemikiran. Ide atau gagasan tertentu yang akan
disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan
tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk pedoman menulis secara
teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan.
Tema dapat juga diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan.
Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat,
disebut tesis. Tesis juga dapat diartikan sebagai pernyataan singkat tentang tujuan
penulisan. Berbeda dengan tesis, rumusan tema boleh lebih dari satu kalimat,
asalkan seluruh kalimat bersama-sama mengungkapkan satu ide (ide karangan).
Perhatikan contoh di bawah ini :
Topik : Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif
Tesis/tujuan : Membekali pembaca tentang cara mengemukakan pendapat
secara logis dan sistematis dengan menggunakan bahasa yang
tepat dan pas.
Berdasarkan uraian di atas, contoh berikut akan memperjelas kedudukan tema
dalam suatu kerangka karangan.
Topik : Kemacetan Lalu Lintas
Subtopik : Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintas
Judul : (dapat dirancang sesuai dengan selera penulisnya berdasarkan topik
di atas), misalnya : Kemacetan Lalu Lintas Dapat Memicu Stress
13
Tema : Upaya mengatasi kemacetan lalu lintas bukalah semata-mata menjadi
tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juga menjadi tanggung jawab
seluruh warga masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin
dapat dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang
paling diperlukan adalah kesadaran berlalu lintas secara baik, teratur, sopan, dan
bertanggung jawab.
2.3. Kerangka (Outline) Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan
penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan
antara gagasan-gagasan yang ada. Melalui kerangka karangan, pengarang dapat
melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya. Dengan cara
ini pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis (bandingkan
dengan blue print atau cetak biru pembangunan gedung).
Secara terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-
hal sebagai berikut.
1. Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan
karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai
dua kali, serta mencegah pengarang keluar dari sasaran yang sudah
ditetapkan.
2. Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau
menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya.
3. Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan telah
selesaikarena semua ide telah dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan
teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk
”membunyikan” ide dan gagasannya.
4. Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karangan.
Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta
struktur suatu karangan.
14
2.3.1. Bentuk Kerangka Karangan
Kerangka karangan ada dua macam, yaitu kerangka topik dan kerangka
kalimat. Dalam praktik pemakaian, yang banyak dipakai adalah kerangka topik.
Isi kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang didahului tanda-tanda
yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir
(titik) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap.
Kerangka kalimat lebih bersifat resmi, dan isinya berupa kalimat lengkap.
Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan diperlukannya pemikiran yang lebih
luas dari pada yang dituntut dalam kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai
di akhir setiap kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul bab dan subbab.
2.3.2. Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka
karangan, yaitu :
1. Pola alamiah
Penyusunan kerangka karangan yang berpola alamiah berdimensi ruang
dan waktu. Oleh karena itu, urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah
dapat dibagi dua, yaitu (a) urutan ruang, dan (b) urutan waktu. Yang
dimaksud dengan urutan ruang adalah pola penguraian yang
menggambarkan keadaan suatu ruang: dari kiri ke kanan, dari atas ke
bawah, dan seterusnya; sedangkan urutan waktu adalah penguraian
berdasarkan uruta kejadian suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa secara
kronologis.
2. Pola Logis
Pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara
berpikir ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda
bergantung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik
yang akan ditulis. Itu sebabnya dalam kerangka pola logis timbul variasi
penempatan unit-unit. Adapun macam-macam urutan logis adalah
klimaks-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umum-
khusus.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Topik berasal dari bahasa Yunani yaitu “topoi” yang berarti tempat. Topik
berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan (sesuatu yang menjadi
landasan penulisan suatuartikel). Topik karangan adalah suatu hal yang akan
digarap menjadi karangan.
Cara untuk mempersempit pokok pembicaraan dapat dilakukan dengan
mengajukan lima pertanyaan berikut mengenai pokok pembicaraan : apa, siapa,
di mana, kapan, dan bagaimana.
Contoh berikut ini adalah cara lain untuk mempersempit atau membatasi topik
supaya lebih spesifik dari topik sebelumnya.
a) Menurut tempat
b) Menurut waktu/periode/zaman
c) Menurut hubungan sebab-akibat
d) Menurut pembagian bidang kehidupan manusia
e) Menurut aspek khusus-umum/individual-kolektif
f) Menurut objek material dan objek formal. Objek material ialah bahan
yang dibicarakan; objek formal ialah sudut dari mana bahan itu kita tinjau,
misalnya “Perekonomian Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut
Mekanisme Pasar” (objek formal).
Tema berarti pokok pemikiran. Tema dapat juga diartikan sebagai
pengungkapan maksud dan tujuan. Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan
wujudnya berupa satu kalimat, disebut tesis. Tesis juga dapat diartikan sebagai
pernyataan singkat tentang tujuan penulisan.
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan
penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan
antara gagasan-gagasan yang ada
16
Sebagai rangkuman uraian tentang topik, tema dan kerangka karangan, di
bawah ini dibuatkan bagan langkah-langkah penulisan yang seyognyanya
ditempuh oleh para penulis dalam upaya memproduksi sebuah karangan.
LANGKAH-LANGKAH PENULISAN
17
Pemilihan Topik
Perumusan Tema
Pembuatan Outline
Pengumpulan Data
Penulisan Draft
Penyuntingan Wacana
PENULISAN AKHIR
pokok bahasan tertentu dan tentukan ruang lingkupnya
sasaran dan target, serta rumuskan pokok pikiran Anda
bentuk dan jenis karangan dengan metode penelitian
penelitian kepustakaan dan atau penelitian lapangan
data; lalu susun menjadi wacana
kaidah, bahasa, diksi, kalimat, dan alinea
Pilih
Tetapkan
Sesuaikan
Laksanakan
Klasifikasikan
Suntinglah
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Cetakan ke-9. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Hasjim, Nafron dan Amran Tasai. 1992. Komposisi dalam Bahasa Indonesia. Seri Penyuluhan 4. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
http://makalahpendidik.blogspot.com/2009/10/tema-makalah.html
http://olivya-permata.blogspot.com/2010/04/topik-tema-dan-judul.html
http://pyia.wordpress.com/2010/11/06/tematopikjudul-dalam-bahasa-indonesia/
Keraf, Groys. Komposisi. Cetakan ke-4. Ende: Nusa Indah, 1998.
18