toksisitas

27
TOKSISITAS TOKSISITAS AMFETAMIN Tujuan : Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek dan toksisitas amfetamin. Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin. Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis. Tinjauan Pustaka Amfetamin adalah suatu stimulan dan menekan nafsu makan.Amfetamin menstimulasi sistem saraf pusat melalui peningkatan zat-zatkimia tertentu di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatanheart rate dan tekanan darah, menekan nafsu makan serta berbagai efek yanglain. Penggunaan amfetamin dengan suatu kelainan psikiatri berhubungandengan ketergantungan dan penyalahgunaannya. Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis danakhir-akhir ini menjadi populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanyaberbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan menghirupasapnya. Termasuk dalam kelainan yang disebabkan oleh amfetamin atau zatyang mirip amfetamin antara lain intoksikasi amfetamin, gangguan akibatpenghentian penggunaan amfetamin, kelainan psikosis dengan delusi danhalusinasinyang disebabkan oleh amfetamin, delirium karena intoksikasiamfetamin, kelainan

Upload: saputra20473

Post on 23-Dec-2015

95 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: TOKSISITAS

TOKSISITAS

TOKSISITAS AMFETAMIN

Tujuan :

Mengetahui dan memahami mekanisme kerja yang mendasari manifestasi efek dan

toksisitas amfetamin.

Melihat pengaruh lingkungan terhadap toksisitas amfetamin.

Memahami bahaya penggunaan amfetamin dan obat sejenis.

Tinjauan Pustaka

Amfetamin adalah suatu stimulan dan menekan nafsu makan.Amfetamin menstimulasi

sistem saraf pusat melalui peningkatan zat-zatkimia tertentu di dalam tubuh. Hal ini

menyebabkan terjadinya peningkatanheart rate dan tekanan darah, menekan nafsu makan serta

berbagai efek yanglain. Penggunaan amfetamin dengan suatu kelainan psikiatri

berhubungandengan ketergantungan dan penyalahgunaannya. Amfetamin adalah kelompok

narkoba yang dibuat secara sintetis danakhir-akhir ini menjadi populer di Asia Tenggara.

Amfetamin biasanyaberbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil berwarna putih.

Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan menghirupasapnya.

Termasuk dalam kelainan yang disebabkan oleh amfetamin atau zatyang mirip amfetamin antara

lain intoksikasi amfetamin, gangguan akibatpenghentian penggunaan amfetamin, kelainan

psikosis dengan delusi danhalusinasinyang disebabkan oleh amfetamin, delirium karena

intoksikasiamfetamin, kelainan mood yang disebabkan oleh amfetamin, gangguancemas karena

penggunaan amfetamin, gangguan tidur, dan disfungsiseksual.

Amfetamin adalah zat adiktif yang tergolong stimulansia terhadapsusunan saraf pusat di

samping kokein, kafein dan efedrin. Pengaruhamfetamin pada fisik dan perilaku akibat

intoksikasi amfetamin memerlukantindakan segera. Intoksikasi amfetamin adalah sindrom mental

organik yangterjadi beberapa menit sampai jam setelah menggunakan amfetamin.Pengobatan

psikofarmaka pasien pengguna amfetamin tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi

ataupun putus amfetamin, juga dibutuhkanpengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi

keluarga atau rujuk kekelompok-kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan.

Page 2: TOKSISITAS

Amfetamin adalah nama umum untuk a-metil-feniletilamin dan juga digunakan sebagai

referensi untuk berbagai analog. Amfetamin digunakan untuk mengobati narkolepsi, obesitas dan

gangguan hiperaktivitas defisit perhatian. Metamfetamin merupakan obat terlarang yang sering

disalahgunakan yang diisap, diingesti atau diinjeksi. Amfetamin bekerja dengan menyebabkan

pelepasan dopamin dan norepinefrin dari terminal prasinaptik, sambil menghambat reuptake

katekolamin. Perbedaan kecil pada struktur dasar amfetamin memberikan berbagai sifat, seperti

peningkatan pelepasan serotonin dengan 3,4 metilendioksimetamfetamn.

Salah satu senyawa obat yang saat ini menjadi lebih tren karena penggunaan yang disalah

gunakan adalah amfetamin. Obat ini termasuk yang paling banyak dipakai untuk mendapatkan

efek halusinasi. Tentunya dengan pemakain diatas dosis maksimal. Amfetamin pertama kali

disintesis pada akhir tahun 1920-an dan diperkenalkan pada praktik kedokteran pada tahun 1936.

Dextroamfetamin adalah kelompok anggota utama walaupun banyak amfetamin lainnya dan

amfetamin pengganti seperti metamfetamin, penmetrazin, dam metil penidat yang diperkenalkan

berikutnya. Jumlah analog amfetamin dengan efek psikoaktif terus berlipat ganda. Kelompok

utama dari anggota terbaru ini adalah 2,5 dimetoksi-4-metilamfetamin, dan masuk daftar saat ini

meliputi metilendioksiamfetamin (MDA) dan metilendioksimetamfetamin (MDMA).

Amfetamin dan derivatnya yaitu MA (metamfetamin) dan MDMA (methylene-dioxy-

meth-amfetamine), termasuk kedalam golongan psikotropika yang memiliki efek stimulansia

kuat. Dalam ilmu kedokteran amfetamin digunakan untuk mengobati penyakit narkolepsi,

hiperkinesis pada anak, dan obesitas. Namun penggunaan amfetamin yang melebihi dosis untuk

pengobatan dapat menimbulkan ketergantungan dan kecanduan. Oleh karena itu penggunaan

amfetamin untuk terapi berkurang karena kemungkinan disalahgunakan besar.

Mekanisme kerja

Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf pusat melepaskan katekolamin (epineprin,

norepineprin, dan dopamin) dalam sinaps pusat dan menghambat dengan meningkatkan rilis

neurotransmiter entecholamin, termasuk dopamin. Sehingga neurotransmiter tetap berada dalam

sinaps dengan konsentrasi lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dari biasanya. Semua

sistem saraf akan berpengaruh terhadap perangsangan yang diberikanel.

Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah penggunaan. Senyawa

ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan melalui urin sebanyak 30% dalam bentuk

metabolit. Metabolit amfetamin terdiri dari p-hidroksiamfetamin, p-hidroksinorepedrin, dan

Page 3: TOKSISITAS

penilaseton, karena waktu paruhnya yang pendek menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat

dan dapat segera terekskresikan, hal ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk pengujian

terhadap pengguna, bila pengujian dilakukan lebih dari 24 jam jumlah metabolit sekunder yang di

terdapat pada urin menjadi sangat sedikit dan tidak dapat lagi dideteksi dengan KIT.

Penyalahgunaan

Penyalahgunaan amfetamin dimulai pada tahun 1940-an dimana zat kimia yang terdapat

dalam jumlah besar sebagai inhaler digunakan untuk dekongestan hidung. Salah satu pola dari

penyalahgunaan amfetamin disebut “lari”, yaitu pengulangan pemberian injeksi intravena yang

dilakukan sendiri untuk mendapatkan “serangan” (suatu reaksi seperti orgasme) diikuti dengan

rasa kesiapsiagaan mental dan euforia yang kuat. Pola dari penyalahgunaan amfetamin telah

berkembang dimana metamfetamin berbentuk kristal (ice) diisap, dirokok sehingga

menghantarkan bolus ke otak, menyerupai dengan pemberian secara intravena. Karena masa

kerja metamfetamin jauh lebih lama, intoksikasi dapat bertahan selama beberapa jam setelah

merokok satu kali.

Keracunan amfetamin pada umumnya terjadi karena penyalahgunaan hingga

menyebabkan ketergantungan. Ditandai dengan peningkatan kewaspadaan dan percaya diri,

euforia, perilaku ekstrovet, banyak bicara, berbicara cepat, kehilangan keinginan makan dan

tidur, tremor, dilatasi pupil, takikardia, dan hipertensi berat, juga dapat menyebabkan

eksitabilitas, agitasi, delusi, paranoid, dan halusinasi dengan perilaku bengis.Karena

kemungkinan untuk disalahkan, penggunaan amfetamin dalam terapi sudah berkurang.

Keracunan umumnya terjadi karena penyalahgunaan pada penderita ketergantungan amfetamin.

Gejala klinis

Keracunan yang disebabkan oleh amfetamin ditandai dengan peningkatan kewaspadaan

dan percaya diri, euforia, perilaku ekstrovert, banyak bicara, berbicara cepat, kehilangan

keinginan makan dan tidur, tremor, dilatasi pupil, takikardi dan hipertensi. Pada keracunan berat,

juga menyebabkan eksitabilitas, agitasi, delusi paranoid, halusinasi dengan perilaku bengis,

hipertonia, dan hiperrefleksia. Konvulsi, rhabdomiolisis, hiperthermia, dan aritmia jantung, tidak

biasa terjadi, tapi dihubung- hubungkan dengan peningkatan mortalitas

Page 4: TOKSISITAS

Tindakan penanggulangan

pengurasan lambung dapat dilakukan dalam jam pertama setelah keracunan karena

overdosis, meskipun belum tentu efektif. Sebagai alternatif, dapat diberi karbon aktif 50-

100 g

sebagai tindakan suportif, dapat diberi obat sedativa seperti Klorpromazin 50-100 mg

secara IM, atau diazepam 5-10 mg secara IV.

Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini

menjadi populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau

coklat dan kristal kecil berwarna putih. Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah

dengan menghirup asapnya. Nama-nama lain: Shabu, SS, Ubas, Ice dll.Stimulan-stimulan seperti

amfetamin mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mempercepat kegiatan bahan-bahan kimia

tertentu di dalam otak. Contoh stimulan lain misalnya kafein dan kokain.

Pengaruh langsung pemakaian amfetamin yaitu :

Nafsu makan berkurang.

Kecepatan pernafasan dan denyut jantung meningkat.

Pupil mata membesar.

Merasa nyaman; energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak normal.

Susah tidur.

Hiperaktif dan banyak bicara.

Mudah panik.

Mudah tersinggung, marah dan agresif.

Pengaruh jangka panjang pemakaian amfetamin:

Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi dan penyakit.

Pemakai beresiko menderita kekurangan gizi.

Mengalami gangguan kejiwaan akibat amfetamin, termasuk diantaranya delusi,

halusinasi, paranoid dan tingkah laku yang aneh.

Perlu meminum obat-obatan lain untuk menutupi pengaruh-pengaruh amfetamin.

Ketergantungan; tubuh pemakai menyesuaikan diri dengan amfetamin.

Bahaya dan akibat lain :

Toleransi dan ketergantungan

Page 5: TOKSISITAS

Toleransi terhadap amfetamin berarti pengguna ampetamin akan tergantung dengan obat

ini, dengan dosis yang semakin lama semakin tinggi untuk mendapatkan pengaruh yang sama.

Narkoba ini juga menjadi kebutuhan yang utama, dalam pikiran, perasaan dan kegiatan pemakai,

sehingga akan sulit untuk berhenti atau mengurangi pemakaian. Inilah yang disebut

ketergantungan.

Amfetamin seringkali dicampur dengan bahan-bahan berbahaya lainnya, sehingga sulit

untuk mengetahui bagaimana tubuh akan bereaksi. Juga sukar untuk mengetahui dosis dari obat

yang sedang dipakai. Hal ini dapat menyebabkan over dosis (OD).Over dosis amfetamin

menyebabkan:

Denyut jantung yang tidak beraturan.

Serangan jantung.

Demam tinggi.

Pecahnya pembuluh-pembuluh darah di otak.

Kematian.

TOKSISITAS SIANIDA

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun

yang lalu. Sianida juga banyak digunakan pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini

sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.1

Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai

asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga

berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida

dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.Hidrogen sianida sangat mudah bercampur

dengan air sehingga sering digunakan. Bentuk lain ialah sodium sianida dan potassium sianida

yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.

Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang

biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan.

Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam,

bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa

produk sintetik. Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan garam

seperti natrium, kalium atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North

American Treaty Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).

Page 6: TOKSISITAS

Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada

kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar

dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian. Penatalaksaan dari

korban keracunan ini harus cepat, karena prognosis dari terapi yang diberikan juga sangat

tergantung dari lamanya kontak dengan zat toksik tersebut.

Farmakokinetik dan farmakodinamik

Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan sumber lainnya. Makan dan

minum dari makanan yang mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah terpapar,

sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh

masih dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan

diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila

jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu

untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.

Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia lainnya di dalam

darah.

Pada percobaan terhadap gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi adalah

pada paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida masuk melalui sistem

pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek pada

sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam otak.

Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat mengakibatkan kematian atau

juga penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalam bentuk inhalasi baru menimbulkan efek

dalam jangka waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai akibat keracunan sianida maka akan

mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia otak dan kematian dapat timbul dalam jangka

waktu satu tahun.

TOKSISITAS

Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah:

Asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg•min/m3

Sianogen klorida sekitar 11,000 mg•min/m3

Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg

Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah, penglihatan,

paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya

Page 7: TOKSISITAS

penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena

mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam

konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea,

15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami

apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat

karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.

Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga

masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum.

Tanda awal dari keracunan sianida adalah:

Hiperpnea sementara

Nyeri kepala

Dispnea

Kecemasan

Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah

Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul

Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil, tremor,

aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti jantung,

tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga menyulitkan

penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.

Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari

oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan

funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya

penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah vena

akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “cherry-red”, tetapi tanda ini tidak selalu ada.

Page 8: TOKSISITAS

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang dipakai

NaCN

NaNO2

Na2S2O3

Alat yang dipergunakan

Mencit

Timbangan

Alat oral

Alat suntik (untuk sc dan i.p)

Stopwatch

CARA KERJA

Timbang mencit terlebih dahulu (BB = 28 gr).

Hitung dosis yang diperlukan untuk hewan.

VAO = Dosis x BB

Konsentrasi

o NaNO2 2 mg/cc

VAO = 20 mg /kg x0,028 kg

2 mg

VAO = 0,28 ml

o NaCN 2 mg/cc

VAO = 20 mg /kg x0,028 kg

2 mg

VAO = 0,28 ml

o Na2S2O3 2 mg/cc

VAO = 20 mg /kg x0,028 kg

2 mg

VAO = 0,28 ml

Page 9: TOKSISITAS

Selanjutnya, berikan mencit NaNO2 secara oral sebanyak 0,28 ml. Setelah beberapa

detik berikan lagi NaCN secara sc sebanyak 0,28 ml, biarkan beberapa detik.

Kemudian yang terakhir berikan Na2S2O3 secara ip sebanyak 0,28 ml.

Hidupkan stopwatch dan amati gejala-gejala yang timbul akibat pemberian sianida

dan antidotum.

Beberapa gejala yang akan diamati toksisitas sianida :

Tenang

Nafas sesak

Mencacahkan perut

Mata redup, ekor pucat

Geliat

Hiperaktif

Mengusap muka

Diam ditempat

Perut dan dada

Letih nafas dan perut

Menggaruk mulut

Gemetaran

Biru, mulut kering

Telinga menempel

Respon sakit berkurang

Urinasi

Tremor

Kejang

Beberapa gejala yang akan diamati toksisitas amfetamin :

Aktivitas motorik meningkat

Laju pernafasan meningkat

Grooming

Bertengkar

Rangsangan terhadap bunyi

Tremor

Konvulsi

Mati

Lain-lain

Page 10: TOKSISITAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Toksisitas Amfetamin

Toksisitas Sianida

GejalaWaktu

Kelompok 1 Kelompok 2Kelompok

3Kelompok

4Kelompok

5Kleompok

6Tenang 3’2’’ - - - 11’’ 14’’ 1’ 3’’

Sesak Nafas 1’37’’ 3’21’’ -8’51’

’15’’ 24’’ 20’’ 3’’

Mencacah perut 10’1’’ 6’25’’ 2’15’’ - - 26’’ 1’10’’ 3’’Mata Redup, Ekor pucat

9’14’’22’29’

’-

11’32’’

23’’ 3’20’’ 2’ 13’57’’

Geliat 15’25’’13’26’

’-

1’46’’

5’’ - - -

Hiperaktif - 1’26’’ 46’’ - 20’’ - 2’ -Mengusap Muka

56’50’’ - 25’’ - - 1’23’’ - -

Diam ditempat 2’47’’ 1’31’’ - - 25’’ 15’ 1’5’’ 3’’Letih nafas perut

20’32’’ - - - 35’’ 2’43’’ 1’27’’ -

Menggaruk mulut

56’2’’ 2’30’’ -1’28’

’- 1’23’’ - -

Gemetaran 6’51’’ 1’15’’ -12’54

’’1’25’’ - 18’20’’ -

Biru mulut kering

- - 26’’ - 1’46’’ 5’30’’ 21’ -

Telinga menempel

- - 3’’11’24

’’45’’ 2’13’’ - -

Respon sakit berkurang

9’51’’ 5’30’’ - - - 2’15’’ 3’45’’ -

Urinasi - 35’’ - - - 2’18’’ - -

Tremor 1’52’’ 29’’ 1’11’’15’49

’’50’’ 1’20’’ 20’’ -

Kejang 4’10’’ - 1’13’ - 48’’ 1’8’’ - -Mati - - 3’20’’ - 1’45’’ 8’27’’ 24’48’’ 15’45’’

Pembahasan

GejalaWaktu

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Aktivitas Motorik ↑ 1’25’’ 4’22’’ 40’’

Laju Pernafasan ↑ 1’43’’ 5’44’’ 30’’

Grooming 1’56’’ 1’37’’ 2’51’’

Bertengkar - - -

Rangsangan terhadap bunyi 5’13’’ - 4’09’’

Tremor 2’42’’ - 2’21’’

Konvulsi - - -

Mati - - -

Page 11: TOKSISITAS

Pada percobaan yang kami lakukan, efek pemberian CN secara oral dan subcutan

itu berbeda dimana pemberian subcutan lebih cepat berefek dari pada pemberian secara

oral. Karena bila secara subcutan masuk ke pembuluh darah dan cepat dialirkan oleh

darah, sedangkan secara oral masuk melalui mulut, kerongkongan, lambung, dan baru

terjadi disolusi obat.

Pada percobaan ini yang juga kami lakukan adalah efek pemberian amfetamin

secara ip pada mencit. Dari hasil yang diamati, mencit mengalami sejumlah gejala-gejala

yang signifikan pada kelompok 3, karena waktu yang respon yang diberikan oleh mencit

cukup cepat. Pada keracunan berat, juga menyebabkan eksitabilitas, agitasi, delusi

paranoid, halusinasi dengan perilaku bengis, hipertonia, dan hiperrefleksia. Konvulsi,

rhabdomiolisis, hiperthermia, dan aritmia jantung, tidak biasa terjadi, tapi dihubung-

hubungkan dengan peningkatan mortalitas.

Dari hasil yang diamati, mencit pertama yang disuntikkan NaCN tidak mengalami

kematian, hal ini dikarenakan benarnya pemberian rute. Jadi lebih aman pemberian sianida

secara oral dari pada pemberian sianida secara subcutan. Efek antidot yang dikombinasi

lebih baik dari pada efek antidot tunggal, dibuktikan dari waktunya. Antidot yang tunggal

pada waktu lebih kurang 5 menit telah menunjukkan gejala, sedangkan antidot yang

dikombinasi pada waktu lebih kurang 10 menit keatas baru menunjukkan gejala.

Tujuan utama terhadap keracunan sianida yaitu adalah untuk menghasilkan

konsenterasi methemoglobin yang tinggi dengan pemberian nitrit reaksi yang terjadi yaitu :

Disini methemoglobin berkompetensi dengan sitokrom oksidase untuk beriktan dengan

sianida, reaksinya yaitu :

Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi

pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas

sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida

sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar

sianida.

Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari

oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada

pemeriksaan funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina

karena rendahnya penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada

Page 12: TOKSISITAS

pembuluh darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “cherry-red”,

tetapi tanda ini tidak selalu ada.

Sianida bisa bertentangan dengan aksi dari carbonic anhydrase dan pH yang

rendah, dengan demikian menurunkan konsentrasi dari CN di daerah ekstraselular. Logam

berat( seperti gold, molybdenum, atau cobalt salts) atau komponen organik( seperti

hidroksikobalamin) bisa membersihkan(detoksifikasi) CN, dimana secara efektif

memindahkan CN dari sel. Akhirnya, albumin memperlihatkan sifat seperti enzim dan

menggunakan ikatan element sulfur utuk mendetox CN. Secara teori juga mungkin bisa

mencegah masuknya CN ke sel dengan memblok mekanisme transpor dengan suatu

sbstansi seperti DIDS. Paling tidak ada 4 enzim intaseluler yang berpengaruh pada proses

detoksifikasi CN. Beberpa reaksi mungkin bisa memperbaiki keracunan CN. Rangsangan

metabolisme respirasi bisa memasuki sel dan menstimulasi produksi ATP melalui

perbaikan jalur ATP atau substansi tambahan atau mekanisme radikal bebas. Hiperbarik

oksigen atau oksigen bis amengurangi keracunan CN dengan cara bersaing dengan CN

pada beberapa tempat( seperti sitokrom oksidase pada mitokondria yang menjadi tempat

berikatan yang utama bagi CN). Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah formasi dari

cyanohydrin dengan alpha keto acid, pemblokan dari nitit, dan reaksi dari tempat yang

lain(tempat dimana CN bisa berikatan) seperti myoglobin, sitokrom b5, atau komponen

electron transport sistem(ETS) yang lain( seperti dinitropheno(DNP).

Kandungan CN (mg/L) Derajat keracunan Gejala

0,5 – 1,0

1,0 – 2,5

2,5 - lebih

Ringan

Moderat

Parah

Denyut nadi cepat

Sakit kepala

Lemah

Stupor tetapi ada reaksi

Takikardia

Takipnea

Koma, tak ada reaksi

hipertensi

respirasi lambat

pupil dilatasi

sianosis

Kematian jika tak tertolong

KESIMPULAN

Page 13: TOKSISITAS

Dari hasil percobaan yang dilakukan dan didasari oleh referensi dapat disimpulkan bahwa:

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan atau garam yang bersifat racun

keras.

NaCN merupaka sianida, sedangkan NaNO2 dan Na2S2O3 merupakan antidotum.

Amfetamin adalah suatu stimulan dan menekan nafsu makan.Amfetamin

menstimulasi sistem saraf pusat melalui peningkatan zat-zatkimia tertentu di dalam

tubuh.

Tujuan utama terhadap keracunan sianida yaitu adalah untuk menghasilkan

konsenterasi methemoglobin yang tinggi dengan pemberian nitrit reaksi yang

terjadi yaitu :

Disini methemoglobin berkompetensi dengan sitokrom oksidase untuk beriktan

dengan sianida, reaksinya yaitu :

Pengaruh langsung pemakaian amfetamin yaitu :

Nafsu makan berkurang.

Kecepatan pernafasan dan denyut jantung meningkat.

Pupil mata membesar.

Merasa nyaman; energi dan kepercayaan diri meningkat secara tidak

normal.

Susah tidur.

Hiperaktif dan banyak bicara.

Mudah panik.

Pada percobaan yang kami lakukan, efek pemberian CN secara oral dan subcutan

itu berbeda dimana pemberian subcutan lebih cepat berefek dari pada pemberian

secara oral.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas amfetamin

Konsentrasi Obat

Fungsi Hati

Usia

Genetik

Pemakaian obat lain

Page 14: TOKSISITAS

PERTANYAAN

1. Jelaskan mekanisme kerja yang mendasari efek farmakologi amfetamin.

Jawaban:

Sistem saraf utama yang dipengaruhi oleh amfetamin sebagian besar terlibat dalam sirkuit

otak. Selain itu, neurotransmiter yang terlibat dalam jalur berbagai hal penting di otak tampaknya

menjadi target utama dari amfetamin. Salah satu neurotransmiter tersebut adalah dopamin , sebuah

pembawa pesan kimia sangat aktif dalam mesolimbic dan mesocortical jalur imbalan. Tidak

mengherankan, anatomi komponen jalur tersebut-termasuk striatum , yang nucleus accumbens ,

dan ventral striatum -telah ditemukan untuk menjadi situs utama dari tindakan amfetamin. Fakta

bahwa amfetamin mempengaruhi aktivitas neurotransmitter khusus di daerah terlibat dalam

memberikan wawasan tentang konsekuensi perilaku obat, seperti timbulnya stereotip

euforia .Amphetamine telah ditemukan memiliki beberapa analog endogen, yaitu molekul struktur

serupa yang ditemukan secara alami di otak. l- Fenilalanin dan β- phenethylamine adalah dua

contoh, yang terbentuk dalam sistem saraf perifer serta dalam otak itu sendiri.  Molekul-molekul

ini berpikir untuk memodulasi tingkat kegembiraan dan kewaspadaan, antara lain negara afektif

terkait.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toksisitas amfetamin.

a. Konsentrasi Obat: Umumnya kecepatan biotransformasi obat bertambah bila konsentrasi obat

meninggi. Hal ini berlaku sampai titik dimana konsentrasi menjadi sedemikian tinggi sehingga

seluruh molekul enzim yang melakukan metabolisme berikatan terus menerus dengan obat dan

tercapai kecepatan biotransformasi yang konstan.

b. Fungsi Hati: Pada gangguan fungsi hati, metabolsime dapat berlangsung lebih cepat atau lebih

lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang diharapkan.

c. Usia: Pada bayi baru lahir (neonatus) belum semua enzim hati terbentuk, maka reaksi

metabolisme obat lebih lambat (terutama pembentukan glukoronida antara lain untuk reaksi

konjugasi dengan kloramfenikol, sulfonamida, diazepam, barbital, asetosal, petidin). Untuk

menghindari keracunan maka pemakaian obat-obat ini untuk bayi sebaiknya dihindari, atau

dikurangi dosisnya.

d. Genetik: Ada orang orang yang tidak memiliki faktor genetika tertentu misalnya enzim untuk

asetilasi sulfonamida atau INH, akibatnya metabolisme obat-obat ini lambat sekali.

e. Pemakaian Obat lain: Banyak obat, terutama yang bersifat lipofil (larut lemak) dapat

menstimulir pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati. Hal ini disebut induksi enzim.

Sebaliknya dikenal pula obat yang menghambat atau menginaktifkan enzim hati disebut inhibisi

enzim.

3. Jelaskan efek apa yang terlihat pada mencit setelah pemberian amfetamin dan bagaimana

gejala keracunan pada amfetamin.

Page 15: TOKSISITAS

Meningkatkan suhu tubuh, Kerusakan sistem kardiovaskular, Paranoia, Meningkatkan denyut

jantung, Meningkatkan tekanan darah, Menjadi hiperaktif, Mengurangi rasa kantuk, Tremor,

Menurunkan nafsu makan, Euforia, Mulut kering, Dilatasi pupil, Mual, Sakit kepala, Perubahan

perilaku seksual.

4. Bila terjadi keracunan, obat apa yang dapat digunakan untuk mengatasinya? Jelaskan.

Antidotum yaitu zat yang memiliki daya kerja bertentangan dengan racun, dapat mengubah sifat

kimia racun, atau mencegah absorbsi racun. Jenis antidotum yang digunakan pada keracunan :

Keracunan insektisida (alkali fosfat), asetilkolin, muskarin  : atropine, reaktivator

kolinesteras (pralidoksin, obidoksin).

Keracunan sianida : 4 dimetilaminofenol HCl (4-DMAP) dan natrium tiosulfat.

Keracunan methanol dengan etanol.

Keracunan methenoglobin : tionin.

Keracunan besi : deferoksamin.

5. Jelaskan mekanisme kerja mengapa dengan jalan memperbanyak ekskresi gejala keracunan

amfetamin dapat dihilangkan.

Ginjal merupakan organ yang penting untuk ekskresi obat. Obat diekskresikan dalam struktur tidak

berubah atau sebbagai metabolit melalui ginjal dala urine. Obat yang diekskresikan bersama feses

berasal dari :

Obat yang tidak diabsorbsi dari penggunaan obat melalui oral.

Obat yang diekskresikan melalui empedu dan tidak direabsorbsi dari usus.

Obat dapat diekskresikan melalui paru – paru, air ludah, keringat atattu dalam air susu. Obat dalam

badan akan mengalami metabolisme dan ekskresi. Maka dalam penggunaan obat pada pasien perlu

diperhatikan keadaan pasien yang fungsi hati atau ginjalnya tidak normal. Perlu diketahui apakah

obat yang diberikan dapat dimetabolismekan atau tidak, rute ekskresinya dan

sebagainya.Pengeluaran obat dari tubuh melalui organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil

biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi suatu obat dan atau metabolitnya

menyebabkan penurunan konsentrasi zat berkhasiat dalam tubuh.

6.Obat apa yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala kardiovaskular yang

disebabkan amfetamin. Para Aritmia (salah satu penyakit kardiovaskular) juga dapat disebabkan

oleh beberapa zat atau obat, termasuk beta blockers, psikotropika, simpatomimetik, kafein,

amfetamin, dan kokain. Aritmia adalah gangguan dari pukulan berirama teratur jantung. Beberapa

jenis aritmia adalah fibrilasi atrium. Jenis aritmia membutuhkan pengobatan dan dapat

meningkatkan risiko stroke. Takikardi atrium paroksismal adalah jenis aritmia. Jenis aritmia

mungkin akan tidak menyenangkan, tetapi biasanya tidak berbahaya. Lain jenis ketukan ektopik

dan takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Aritmia supraventricular dapat diobati dengan obat

Page 16: TOKSISITAS

anti-arrhythmic. Kebanyakan aritmia supraventrikuler dapat diobati dan disembuhkan dengan

ablasi frekuensi radio, menghilangkan kebutuhan untuk terapi obat seumur hidup.

7.Apakah semua obat-obat lain yang segolongan dengan asetanilida secara kimia dan

farmakologi mempunyai toksisitas sama dengan asetanilida dalam dosis yang setara.Lidokain

adalah derivat asetanilida yang merupakan obat pilihan utama untuk anestesi permukaan maupun

infiltrasi. Lidokain adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian

topikal dan suntikan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih ekstensif

daripada yang ditimbulkan oleh prokain.

8. Jelaskan dengan ringkas mekanisme kerja CN dalam menimbulkan gejala keracunan dan

kaitannya dengan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi keracunan pada percobaan ini.

Sianida menjadi toksik bila berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++). Tubuh yang mempunyai

lebih dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh cyanida. Yang paling nyata dari hal

tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim cytochrom oksidase yang terdiri dari cytochrom a-a3

komplek dan sistem transport elektron. Bilamana cyanida mengikat enzim komplek tersebut,

transport elektron akan terhambat yaitu transport elektron dari cytochrom a3 ke molekul oksigen di

blok. Sebagai akibatnya akan menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan mengikut racun

PO2.Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologik yang sama dengan kekurangan oksigen dari

semua kofaktor dalam cytochrom dalam siklus respirasi. Sebagai akibat tidak terbentuknya

kembali ATP selama proses itu masih bergantung pada cytochrom oksidase yang merupakan tahap

akhir dari proses phoporilasi oksidatif.Selama siklus metabolisme masih bergantung pada sistem

transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen sehingga menyebabkan penurunan

respirasi serobik dari sel. Hal tersebut menyebabkan histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini

terjadi jumlah oksigen yang mencapai jaringan normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya.

Hal ini berbeda dengan keracunan CO dimana terjadinya jarinngan hipoksia karena kekurangan

jumlah oksigen yang masuk. Jadi kesimpulannya adalah penderita keracunan cyanida disebabkan

oleh ketidak mampuan jaringan menggunakan oksigen tersebut.

9. Apakah perbedaan rute pemberina racun dan obat berpengaruh pada efek toksin CN yang

diamati? Jelaskan.Suntikan intravena (iv) adalah cara pemberian obat parenteral yan sering

dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan

pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first

pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar

obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang

disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated

charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,

menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi

ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol dengan

Page 17: TOKSISITAS

hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-

arteri.

10. Sebutkan sumber-sumber racun sianida dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber racun sianida berasal dari ketela pohon bagian dalam umbinya berwarna putih atau

kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari

pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam

sianida yang bersifat meracun bagi manusia. Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang

kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada

daun singkong karena mengandung asam amino metionina .

11. Dalam praktek apakah ada pendekatan untuk mencegah keracunan seperti yang saudara

kerjakan. Jelaskan.

Antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan, atau dengan kata lain

antidotum ialah penawar racun. Dalam arti sempit, antidotum adalah senyawa yang mengurangi

atau menghilangkan toksisitas senyawa yang diabsorpsi. Sementara keracunan adalah masuknya

zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala sesuai dengan macam, dosis, dan cara

pemberiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: TOKSISITAS

Neal, M.J, 2005. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Ke Lima. Erlangga : Jakarta.

Tambayong, dr. Jan, 2001. Farmakologi Untuk Keperawatan. Widya Medika : Jakarta.

Tjay, Tan Hoon dan Kirana, Raharja.2002.Obat-obat Penting,Khasiat,Penggunaan dan

Efek-efek Sampingnya.: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gremedia. Jakarta