tokoh pendidikan.docx

105
S1 – Pendidikan Teknik Mesin Non Reguler

Upload: leo-canggih-prakoso

Post on 21-Jan-2016

190 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tokoh tokoh pendidikan dunia

TRANSCRIPT

Page 1: tokoh pendidikan.docx

S1 – Pendidikan Teknik Mesin Non Reguler

Page 2: tokoh pendidikan.docx

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA

Oleh :

Leo Canggih Prakoso

5315127317

S1 – Pend. Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Univeritas Negeri Jakarta

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 2

Page 3: tokoh pendidikan.docx

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini hingga selesai. Buku ini dibuat berdasarkan tugas dari mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan Jurusan Teknik Mesin yang diberikan oleh Ibu Dra. Yoedha Soewondo yang terhormat dan yang saya sayangi selaku Dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

Buku ini dapat tersusun tidak terlepas dari bantuan semua pihak, baik yang bersifat moril maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Orang tua penulis, Dosen selaku pebimbing dan tidak lupa kepada rekan – rekan penulis yang membantu didalam menyelesaikan buku ini.

Penulis sadar bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga dengan adanya buku ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya semoga dapat menjadi referensi untuk menambah nasionalisme pendidikan kita.

Jakarta, Mei 2013

Penulis

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 3

Page 4: tokoh pendidikan.docx

DAFTAR ISI

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 4

Page 5: tokoh pendidikan.docx

1. JOHN DEWEY

“Sebagaimana dalam agama, demikian juga dalam pendidikan: Mendapatkan seluruh pengetahuan tapi kehilangan jati dirinya adalah sesuatu yang memalukan.” - (Dewey in The Child and The Curriculum)

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 5

Page 6: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.

Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel. Dewey meninggal dunia pada tahun 1952.

Menurut Dewey, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dalam kehidupan. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisik belaka. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah pengalaman tersebut secara kritis. Dengan demikian, filsafat dapat menyusun suatu sistem nilai atau norma.

Seperti dapat dilihat dalam bukunya Demokrasi dan Pendidikan, Dewey mensintesis, mengkritik, dan memperluas dengan filsafat pendidikan demokratis atau proto-demokratis Rousseau dan Plato. Dia melihat Rousseau sebagai overemphasizing masyarakat di mana individu berada. Dewey membuktikan dalam bukunya bahwa pengalaman belajar seseorang akan berpengaruh dalam penjelajahan dan introduksi ide-ide baru yang revolusioner.

Pendidikan bukan hanya proses pemberian pengetahuan yang bersifat statis. Keterampilan dan pengetahuan siswa dari proses belajar harus diintegrasikan sepenuhnya ke dalam kehidupan mereka dalam bermasyarakat dan dalam dunia nyata. Di Sekolah Laboratorium yang ia dirikan di University of Chicago, anak-anak belajar banyak belajar kimia, fisika, dan biologi dengan menyelidiki alam secara langsung, bersifat praktis, dimulai dari hal yang kecil,dan dilakukan sambil bekerja. Filsafat Dewey yang terkenal adalah “Learning by doing”.

Ide John Dewey mengenai system pendidikan walaupun cukup populer namun tidak pernah secara luas dipakai dalam praktek pendidikan di Sekolah-sekolah Amerika. Pendidikan Progresif tidak banyak digunakan selama Perang Dingin, ketika perhatian dalam pendidikan menciptakan dan mempertahankan ilmu dan teknologi untuk kepentingan militer. Pasca Perang Dingin, pendidikan progresif muncul kembali dalam di banyak sekolah dan lingkaran teori pendidikan. Dalam perkembangan revolusi cara-cara belajar filsafat Dewey mengenai belajar kini telah dipakai secara luas di seluruh dunia yang mengilhami munculnya pendekatan kontekstual (CTL ) dalam proses pembelajaran.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 6

Page 7: tokoh pendidikan.docx

B. PEMIKIRAN / PANDANGAN TOKOH

B. 1. Pandangan Filosofis John Dewey

Pandangan Dewey tentang manusia bertolak dari konsepnya tentang situasi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga segala perbuatannya, entah baik atau buruk akan diberi penilaian oleh masyarakat. Akan tetapi di lain pihak, manusia menurutnya adalah yang menciptakan nilai bagi dirinya sendiri secara alamiah. Masyarakat di sekitar manusia dengan segala lembaganya, harus diorganisir dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perkembangan semaksimal mungkin. Itu berarti, seorang pribadi yang hendak berkembang selain berkembang atas kemungkinan alamiahnya, perkembangan juga turut didukung oleh masyarakat yang ada disekitarnya.

Dewey juga berpandangan bahwa setiap pribadi manusia memiliki struktur-struktur kodrati tertentu. Misalnya insting dasar yang dibawa oleh setiap manusia. Insting-insting dasar itu tidak bersifat statis atau sudah memiliki bentuk baku, melainkan sebagai fleksibel. Fleksibelitasnya tampak ketika insting bereaksi terhadap kesekitaran. Pokok pandangan Dewey di sini sebenarnya ialah bahwa secara kodrati struktur psikologi manusia atau kodrat manusia mengandung kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diaktualisasikan sesuai dengan kondisi sosial kesekitaran manusia. Bila seseorang berlaku yang sama terhadap kondisi kesekitaran, itu disebabkan karena “kebiasaan”, cara orang bersikap terhadap stimulus-stimulus tertentu. Kebiasaan ini dapat berubah sesuai dengan tuntutan kesekitarannya.

B. 2. Pandangan John Dewey Tentang Pendidikan

1. Hakekat Pendidikan

Dewey menjadi sangat terkenal karena pandangan-pandangannya tentang filfsafat pendidikan. Pandangan-pandangan yang dikemukakan banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan modern di Amerika. Ketika ia pertama kali memulai eksperimennya di Universitas Chicago, ia mulai mengkritik tentang sistem pendidikan tradisional yang bersifat determinasi. Sekarang ini, pandangannya tidak berlaku di Amerika tetapi juga di banyak negara lain di seluruh dunia.

Bagi Dewey, kehidupan masyarakat yang berdemokratis adalah dapat terwujud bila dalam dunia pendidikan hal itu sudah terlatih menjadi suatu kebiasaan yang baik. Ia mengatakan bahwa ide pokok demokratis adalah pandangan hidup yang dicerminkan dengan perluanya pastisipasi dari setiap warga yang sudah dewasa dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur hidup bersama. Ia menekankan bahwa demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip utama yang harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk aturan sosial politik.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Dewey menekankan pentingnya kebebasan akademik dalam lingkungan pendidikan. Ia dengan secara tidak langsung menyatakan bahwa kebebasan akademik diperlukan guna mengembangkan prinsip demokrasi di sekolah yang bertumpuh pada interaksi dan kerja sama, berdasarkan pada sikap saling menghormati dan memperhatikan satu sama lain; berpikir kreatif menemukan solusi atas problem yang dihadapi bersama, dan bekerja sama untuk merencanakan dan melaksanakan solusi. Secara implisit hal ini berarti sekolah demokratis harus mendorong dan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, merancang kegiatan dan melaksanakan rencana tersebut.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 7

Page 8: tokoh pendidikan.docx

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Dewey sangat menganggap penting pendidikan dalam rangka mengubah dan membaharui suatu masyarakat. Ia begitu percaya bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana untuk peningkatan keberanian dan pembentukan kemampuan inteligensi. Dengan itu, dapat pula diusahakan kesadaran akan pentingnya penghormatan pada hak dan kewajiban yang paling fundamental dari setiap orang. Baginya ilmu mendidik tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan sekolah adalah untuk membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk mengembangkannya. Pendidikan merupakan kekuatan yang dapat diandalkan untuk menghancurkan kebiasaan yang lama dan membangun kembali yang baru.

3. Kurikulum Inti

Bagi Dewey, lebih penting melatih pikiran manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dari pada mengisinya secara sarat dengan formulai-formulasi secara sarat teoritis yang tertib. Pendidikan harus pula mengenal hubungan yang erat antara tindakan dan pemikiran, antara eksperimen dan refleksi. Pendidikan yang merupakan kontiunitas dari refleksi atas pengalaman juga akan mengembangkan moralitas dari anak-anak didik. Dengan demikian belajar dalam arti mencari pengetahuan, merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Dalam proses ini, ada perjuangan yang terus menerus untuk membentuk teori dalam konteks eksperimen dan pemikiran. Ia juga mengkritik sistem kurikulum yang hanya “ditentukan dari atas” tanpa memperhatikan masukan-masukan dari bawah.

4. Metode Pendidikan

Untuk memahami pemikiran John Dewey, kita harus berusaha untuk memahami titik-titik lemah yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri. Ia secara realistis mengkritik praktek pendidikan yang hanya menekankan pentingnya peranan guru dan mengesampingkan peranan para siswa dalam sistem pendidikan. Penyiksaan fisik dan indoktrinasi dalam bentuk penerapan doktrin-doktrin menghilangkan kebebasan dalam pelaksanaan pendidikan.

Dewey mengadakan penelitiannya mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecahan masalah.

Pandangan tentang John Dewey tentang pendidikan yang akhirnya melahirkan sebuah gagasan mengenai pendidikan partisipatif yang juga meliputi gagasan learning by doing yaitu adanya pendidikan sebagai proses sosial dimana anggota masyarakat yang belum matang (terutama anak-anak) diajak untuk lebih berpartisipasi dalam masyarakat. Tugas pendidik ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Sekolah sendiri memiliki maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk memperkembangkannya

Penulis sangat sependapat dengan pemikiran John Dewey khususnya mengenai pendidikan. Dalam kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia sendiri dapat dijumpai persamaan dengan konsep pendidikan John Dewey, yaitu adanya kebebasan kepada para pendidik untuk membuat kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada. Sekolah yang akan dihasilkan adalah sekolah yang sedikit mata pelajaran. Namun, itu berguna bagi masyarakat. Sebab, kadang pelajaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan masrakat yang ada. Dari segi gurunya, dengan menggunakan pendidikan partisipatif, maka guru bukan lagi sebagai sentral pengajaran. Akan tetapi fungsi guru lebih sebagai fasilitator, sehingga setiap siswa turut berpartisipaif dalam proses belajar. Dengan demikian maka seorang guru akan dapat membawa siswa menuju apa yang dicita-citakannya.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 8

Page 9: tokoh pendidikan.docx

2. M. J. LANGEVELD

“Pendidikan adalah merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan.” – Prof. DR. M. J. Langeveld

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 9

Page 10: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFIMartinus J. Langeveld memperoleh gelar doktor dengan disertasi berjudul Taal en Denken di 12 tot 14 Jarige

Leerlingen (Bahasa dan Berpikir dalam 12 sampai 14 Siswa Tahun Old) (1934). Pada tahun 1939, ia menerima Ketua dalam Pedagogi di Universitas Utrecht. Sampai Perang Dunia II, pedagogi sebagian besar dihubungkan dengan persiapan guru. Pada tahun 1946, pedagogi menjadi disiplin independen di Universitas Utrecht. Langeveld dipekerjakan fenomenologi di beberapa tingkatan.

Salah satu teks Langeveld yang paling berpengaruh adalah Beknopte Theoretische Pedagogiek (Pedagogi Teoritis Concise), di mana ia megembangkan suatu pedagogi fenomenologis. Karya ini diterbitkan dalam edisi 15 antara tahun 1946 dan 1979.Langeveld menganalisis fenomena membesarkan anak dan pengalaman pendidikan dengan memperhatikan dekat dengan situasi konkret dan umum dan peristiwa dalam kehidupan anak-anak dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan hasil yang luar biasa.Misalnya, dia menolak bahwa otoritas pedagogis harus berkaitan dengan teori umum otoritas. Otoritas bukan hanya soal pilihan moral, melainkan otoritas diperlukan karena anak-anak membutuhkan pedagogi untuk keberadaan mereka dan agar dapat tumbuh.

Langeveld kemudian dihubungkan ini titik awal eksistensial fenomenologis untuk penentuan kewenangan untuk antropologi filosofis, dimana diri bertanggung jawab penentuan nasib sendiri diasumsikan nilai sentral. Penelitian fenomenologis dari Sekolah Utrecht sekarang kurang berlaku untuk aspirasi metodologis mereka, tetapi mereka mempertahankan tingkat tinggi validitas untuk keterlibatan praktis mereka.Sungguh luar biasa bahwa banyak studi Langeveld itu seperti "verborgen plaats De dalam bentuk het van leven het" (The Secret Place dalam Kehidupan Anak) (1953), "Das Ding in die des Welt kindes" (1956) (The Hal di Dunia Anak), dan "Phaenomenologie van het Leren" (1952) (Fenomenologi Learning) masih sangat mudah dibaca dan formatif untuk memahami dunia kehidupan pedagogis. Langeveld cukup jelas tentang hubungan-Nya dengan karya Husserl. Dia tidak mengakui validitas ilmiah dari subjektivitas transendental, dan ia digantikan pengurangan transendental dengan metode pengurangan imanen, yang menekankan situatedness dan partikularitas konkret pengalaman manusia. Dia mengatakan "ya" untuk metode Husserl tapi "tidak" untuk pretensi filosofisnya. Fenomenologi harus tetap fokus pada masalah sehari-hari dari dunia kehidupan nyata. Dalam domain pedagogi, dan di tingkat internasional, Langeveld dilaksanakan pengaruh yang sangat besar. Dia menerbitkan banyak penelitian dalam bahasa Jerman, beberapa di antaranya tidak pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Memang, di Jerman ia telah lama diakui sebagai fenomenolog terkemuka "Jerman" dan pendidikan.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 10

Page 11: tokoh pendidikan.docx

B. PEMIKIRAN / PANDANGAN TOKOHPendidikan adalah merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada

kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugastugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung jawab.

Langeveld mendefinisikan pendidikan adalah sebagai suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Langeveld mengartikan pedagogic sebagai ilmu pendidikan, yang lebih menitikberatkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Pedagogic merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep- konsepnya mengenai hakekat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan. Berkenaan dengan alat pendidikan Langeveld mengemukakan bahwa “suatu alat pendidikan hanyalah suatu tindakan/perbuatan atau situasi, yang dengan sengaja untuk menciptakan tujuan pendidikan”. Beliau mengelompokanlimajenis alat pendidikan, yaitu ;

1) perlindungan, 2) kesepahaman, 3) kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan,4) perasaan bersatu, dan 5) pendidikan karena kepentingan diri sendiri.

Kemudian tujuan pendidikan menurut langeveld ialah Pendewasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu : kematangan berpikir, kematangan emosional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta kemampuan pengevaluasian diri. Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan pada orang lain dan selalu berusaha mencari sesuatu tanpa melihat orang lain. M.J.Langeveld, mengemukakan 6 jenis tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut;

a. Tujuan akhir (umum, universal, dan total), b. Pengkhususan tujuan umum,c. Tujuan tak lengkap (sementara/dalam salah satu aspek kehidupan), d. Tujuan incidental (menyangkut peristiwa khusus)e. Tujuan tentative (langkah yang ditempuh dalam mencapai tujuan umum)f. Tujuan intermedier (mediator tujuan pendidikan)

Pengetahuan tentang anak didik tidak lebih penting kedudukannya sebagian dari ilmu mendidik daripada pengetahuan tentang pendidik sendiri. Dilapangan inipun ilmu mendidik meneliti fakta-fakta karena hanya ilmu itu yang mengetahui tentang apa dan untuk apa pendidikan itu dilakukan, bukankah hanya ilmu mendidik yang dapat menentukan, siapa yang sebenarnya dapat disebut “pendidik”? Oleh karena itu sudah sewajarnya kalau tugas ilmu mendidik ialah juga mengumpulkan fakta tentang pendidik, mengaturnya dan menginterpratiirnya dalam hubungan dengan situasi pendidikan pada umumnya dan dengan situasi pendidikan ini pada khususnya. Sudah dari sendirinya, bahwa tugas ilmu mendidik ialah mempelajari proses2 pendidikan. Suatu “Psycologis tentang belajar “ belum tentu mempunyai arti pedagogis dan sering juga hampir tidak mempunyai arti demikian, tetapi suatu psycologis tentang belajar oleh anak dalam situasi pendidikan disebut suatu pekerjaan pedagogis.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 11

Page 12: tokoh pendidikan.docx

Hubungan ilmu mendidik dengan “filsafat” dalam semua yang diuraikan di atas ini tidak seberapa penting, kalau dibandingkan dengan hubungan nyata, antara pendidikan yang sebenarnya dalam suatu jaman tertentu dengan pengetahuan orang dari jaman itu tentang “manusia” berdasarkan pengalamannya. Baik mengenai pedagogik teoritis – sistematis, maupun mengenai pedagogik historis, hubungan ilmu mendidik sebagai pikiran tentang pekerjaan mendidik, pemberian bentuk kepada pendidikan dan pimpinan dalam pendidikan pada satu pihak dan filsafat pada pihak lain tidak perlu dilebih-lebihkan. Akan tetapi adalah soal lain tentang guna pelajaran dan pendidikan anthropologi filsafat bagi pedagogik sosiolog, dsb. Karena pelajaran itu memberikan kesempatan baginya lebih memperdalam pemikiran rasionil tentang kemungkinan hubungan- hubungan dan tentang struktur dasar daripada persoalan2 pendidikan, yang mungkin dalam realitet pendidikan tidak pernah muncul seperti yang dipikirkan. Maka dengan anthropologi filsafat itu mungkin didapat kejelasan pandangan, ketegasan penyadaran tentang kedudukan pendidikan dan tindakan/perbuatan pendidikan.

Apabila kita hendak memasukan pedagogik dalam klsifikasi yang demikian maka ilmu mendidik itu termasuk ilmu pengetahuan empiris, ilmu pengetahuan rohaniah, dan normative, yang dilakukan dengan intensi praktis. Pedagogik sebagai ilmu empiris karena objeknya (situasi pendidikan) dijumpainya didunia pengalaman. Disebut pengetahuan rohaniah karena situasi pendidik didasarkan pada intensi manusia untuk tidak membiarkan makhluk (anak) ini pada nasibnya menurut alam dan intensi untuk menginterpretirnya dengan tepat, yakni bukan sebagai suatu objek alam, melainkan sebanyak-banyaknya sebagai hasil aktivitas rohaniah manusia sehingga menjadi pula kebudayaan. Ilmu mendidik bersifat normative karena didasarkan pada pemilihan yang membedakan antara yang dianggap baik atau tidak baik untuk ini dan untuk serta terhadap manusia. Ilmu bersifat praktis karena pendidikan memahami tindakan serta pengarahan dalam pendidikan itu

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 12

Page 13: tokoh pendidikan.docx

3. CARL ROGERS

“seindividu yang “sempurna” adalah salah satu yang berhubungan dengan perasaan terdalam mereka dan terdalam dan keinginan.” – CARL ROGERS

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 13

Page 14: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFICarl Rogers lahir pada tanggal 8 januari 1902, di oak park, Illionis, sebuah daerah pinggiran Chicago. Ia anak

keempat dari enam bersaudara. Ayahnya adalah insinyur teknik sipil yang sukses. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga pemeluk Kristen yang taat. Semenjak kecil, Rogers nampak cerdas ia sudah bisa membaca sebelum usia TK, maka dari itu ia tidak perlu masuk TK lagi namun langsung masuk SD.Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang menjadi manusia yang berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaaan atau pengarahan, tetapi didorong dengan lingkungan yang menerima dan memahami situasi terapeutik, orang akan memecahkan masalahnya sendiri dan berkembang menjadi jenis individu yang mereka inginkan.

Saat berusia 12 tahun, keluarganya pindah ke sebuah daerah pertanian 30 mil sebelah timur Chicago. Ditempat ini ia menghabiskan masa remajanya. Selama itu ia mendapatkan pendidikan yang keras dan kegiatan yang padat. Dengan keadaan ini Rogers memiliki kepribadian yang agak terisolasi tetapi menjadi yang independen dan sangat disiplin.Rogers masuk University of Wisconsin mengambil jurusan pertanian. Kemudian ia beralih mempelajari agama dan bercita-cita menjadi pendeta. Dia pernah dipilih menjadi salah satu dari 10 mahasiswa yang mendapat kesempatan menghadiri Konferensi Mahasiswa Kristen sedunia di Beijing 6 bulan lamanya. Atas keikutsertaanya dan berdasarkan pengalamannya yang baru ini bisa memperluas pemikirannya, akhirnya ia mulai meragukan beberapa pandangan yang menjadi dasar agama.Selama kuliah ia mengenal gadis bernama Helen Elliot. Meski pertemanannya sempat ditentang oleh orangtuanya, setelah lulus Rogers tetap tetap menikahi Helen. Kemudian mereka pindah ke kota New York dan mengajar di Union Theological Seminary, sebuah institusi keagamaan liberal yang cukup terkenal. Pada saat memberikan kuliah, Rogers menyarankan agar mahasiswanya membuat diskusi kelas dengan tema “Kenapa saya mau jadi pendeta?” dia menyatakan, “kalau anda sebagai mahasiswa tidak ingin kehilangan pekerjaan, jangan ambil kelas dengan pembahasan seperti ini.” Ternyata hasilnya mereka menganggap alasan mereka sudah berdasarkan teks-teks keagamaan.Sungguh dramatis, ternyata Rogers sempat kehilangan keyakinan terhadap agama, ini tentu saja merupakan persoalan psikologis pada dirinya. Oleh karena itu Rogers kemudian masuk ke program Psikologi Klinis di Columbia University dan menerima gelah Ph.D tahun 1931. Lalu melakukan praktik di Lembaga Masyarakat Rochester untuk mencegah kekerasan terhadap anak-anak.

Pada tahun 1940 dia menjabat profesor penuh di Negara bagian Ohio. Tahun 1942 ia menulis buku pertamanya, berjudul counseling and psychoterapy. Tahun 1945 ia diundang untuk mendirikan pusat konseling di University of Chicago. Saat bekerja disinilah bukunya yang sangat terkenal Client-centered Therapy diterbitkan, yang memuat garis besar teori terapinya. Bentuk terapi ini sangat terkenal di Amerika Serikat, dan digunakan dalam usaha memperbaiki kepribadian manusia dalam berbagai situasi.

Tahun 1957 ia kembali mengajar di University of Wisconsin. Pada saat itu terjadi konflik internal dalam fakultas psikologi, dan rogers merasa sangat kecewa dengan sistem pendidikan tinggi yang dia tangani. Tahun 1967 dengan senang hati ia menerima posisi sebagai peneliti di La Jolla, California. Di sini dia memberikan terapi, ceramah-ceramah, dan menulis karya-karya ilmiah sampai akhir hayatnya ditahun 1987.

Titik balik kehidupan Rogers, Pada tahun 1920 saat Rogers berusia 18 tahun, ia singgah di Peking Cina, sebagai seorang delegasi untuk konferensi mahasiswa kristen Internasioanal. Selama persinggahan kurang lebih 6 bulan, terjadi perubahan-perubahan penting pada dirinya. Di sana, ia mengalami sesuatu yang akan menentukan bentuk dan hakikat dari pendekatannya terhadap kepribadian.Sebelumnya, pendidikan Rogers bercirikan agama Kristen fundamentalis yang ketat dan tak suka berkompromi dengan suatu tekanan pada tingkah laku moral yang tepat dan kebajikan kerja keras. Ajaran-ajaran agama dari orangtuanya sangat mempengaruhinya sepanjang kanak-kanak dan masa remaja, an tidak goyah ketika ia memasuki perguruan tinggi. Karena itu, meski awalnya ia kuliah di bidang pertanian, lalu akhirnya memutuskan dalam tahun kedua untuk mengandikan kehidupannya bagi ‘karya-karya Kristen’ dengan menjadi seorang pendeta.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 14

Page 15: tokoh pendidikan.docx

Tahun 1921, Rogers dipilih lagi untuk mengahadiri Konferensi Federasi Mahasiswa Kristen Sedunia di Cina. Konferensi itu membuka wawasannya dalam banayk aspek. Dia menemukan suatu bagian penting dalam perjalanannya ke sisi lain dari dunia. Rogers yang pada masa SMA-nya agak terisolasi, kini berubah secara drastis menjadi terbuka kepada orang-orang dari bermacam latar belakang intelektual dan kultural yang ide-ide dan penampilan serta bahsa mereka yang semual asing baginya. Di Cina, ketika ia berbicara delegasi-delegasi mahasiswa lain, dia mulai terpengaruh oleh ide-ide mereka. Kepercayaan-kepercayaan fundamentalisnya yang kuat serasa ditembus, dilemahkan, dan akhirnya dibuang.

Rogers mencatat pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya pada waktu itu dalam suatu catatan harian. Dia mengirim salah satu salinannya kepada kekasihnya, Helen dan salinan lainnya kepada orangtuanya. Dari hari ke hari, dia terus mencatat dan mengirim pikirannya itu yang bertambah lama bertambah banyak. Di rumah, orangtuanya menjadi sangat kuatir terhadap isi suratnya yang panjang., tetapi Rogers tidak mengetahui apa-apa akan bahaya yang disebabkannya. Hal ini karena jawaban surat dari orangtuanya di Anerika Serikat terlambat dia terima. Keterlambatan itu lamanya dua bulan, sebelum reaksi orangtuanya terhadap surat yang pertama sampai kepadanya.Salah satu akibat dari pengalaman Rogers mengikuti konferensi di Cina adalah putusnya ikatan-ikatan agama dan intelektual dengan orangtuanya, dan munculnya kesadaran bahwa ia merasa merdeka. Di dalam tulisannya “Autobiography” Rogers mengatakan, “saya dapat berpikir menurut-menurut pikiran-pikiran saya sendiri, sampai kepada kesimpulan-kesimpulan saya sendiri, dan menjadi saksi terhadap kepercayaan saya sendiri.” Kebebasan yang baru diperoleh ini, serta perasaan keyakinan dan arah yang diberikannya menyebabkan ia sadar bahwa akhirnya seseorang harus berdansar pada pengalamannya sendiri. Kepercayaan dan keyakinan akan pengalaman diri sendiri menjadi sendi pendekatan Rogers terhadap kepribadian.

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ], kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.

Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 15

Page 16: tokoh pendidikan.docx

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOHCarl Rogers menggambarkan individu yang “sempurna” sebagai kepribadian yang ideal. Individu yang

memiliki kepribadian ini terbuka terhadap pengalaman baru, kreatif, dan mampu mengekspresikan perasaan mereka. Menurut Carl Rogers, seindividu yang “sempurna” adalah salah satu yang berhubungan dengan perasaan terdalam mereka dan terdalam dan keinginan. Individu-individu ini memahami emosi mereka sendiri dan menempatkan kepercayaan yang mendalam dalam naluri mereka sendiri dan mendesak. Hal positif tak bersyarat memainkan peran penting dalam menjadi individu yang berfungsi sepenuhnya. Rogers berpendapat bahwa individu harus memiliki kecenderungan aktualisasi, atau kebutuhan untuk mencapai potensi yang “sempurna” – sebuah konsep yang sering disebut sebagai aktualisasi diri.

Rogers berpendapat bahwa individu yang sepenuhnya berfungsi adalah individu yang terus bekerja bagi aktualisasi diri. Individu ini telah menerima hal positif tanpa syarat dari individu lain, tidak menempatkan kondisi pada nilai sendiri, mampu mengekspresikan perasaan, dan sepenuhnya terbuka terhadap banyak pengalaman hidup.

Mendefinisikan Individu “sempurna”

Pada dasarnya, individu yang “sempurna” adalah individu yang benar-benar kongruen dan terintegrasi. Roger berkeyakinan bahwa individu seperti itu, mampu merangkul ‘hidup eksistensial.’ Ini berarti bahwa mereka mampu hidup sepenuhnya di sini dan sekarang dengan kebebasan batin pribadi, dengan segala aspek yang menyertainya menarik, kreatif, tapi juga menantang,. “(Freeth, 2007)

“Ketika seorang individu mengalami hambatan, dengan teknik pendekatan yang ia miliki, ia akan mampu hidup dalam perasaan dan reaksi yang tepat dan cepat. Ia tidak terikat oleh struktur pembelajaran masa lalunya, tetapi ini adalah sumber daya hadir untuknya sejauh yang berkaitan dengan pengalaman saat. Ia hidup bebas, subyektif, dalam konfrontasi eksistensial saat ini dalam hidup. “(Rogers, 1962)”

Individu yang “sempurna” akan memiliki fleksibilitas yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan konsep dirinya. Dia adalah individu yang realistis, terbuka terhadap pengalaman baru, dan mampu berubah sebagai respons terhadap pengalaman baru. Ia akan mampu bertahan melawan atau mendistorsi pikiran atau perasaannya sendiri. Ia akan selalu sadar untuk menggerakkan dirinya ke arah pertumbuhan yang lebih besar kearah pemenuhan potensinya “..(Hockenbury & Hockenbury, 2006)

Karakteristik individu yang “sempurna” meliputi:

1. Keterbukaan untuk mengalami pengalaman baru,2. Tidak defensif,3. Kemampuan untuk menafsirkan pengalaman secara akurat,4. Memiliki konsep diri fleksibel dan kemampuan untuk berubah melalui pengalaman,5. Kemampuan untuk percaya terhadap pengalaman individu lain dan nilai-nilai yang terbentuk berdasarkan pada pengalaman-pengalaman diri yang secara spontan, terutama ketika merespon pengalaman baru.6. Tidak merasa perlu untuk mengubah atau menolak pengalaman,7. Terbuka terhadap umpan balik dan bersedia untuk membuat perubahan yang realistis, 8. Hidup selaras dengan individu lain.

Rogers juga mengembangkan bentuk terapi yang dikenal sebagai client-centered therapy. Dalam pendekatan ini, tujuan terapis adalah untuk menawarkan hal positif tanpa syarat kepada klien. Tujuannya adalah bahwa individu akan dapat tumbuh secara emosional dan secara psikologis dan bahkan bagi individu yang dianggapnya “sempurna”.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 16

Page 17: tokoh pendidikan.docx

1. Konsep Prinsip Pemikiran Rogers

Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hasrat untuk Belajar

Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.

b. Belajar yang Berarti

Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.

c. Belajar Tanpa Ancaman

Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.

d. Belajar Atas Inisiatif Sendiri

Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian. Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang bersandar pada penilaian pihak lain.Di samping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi, kognitif maupun afektif. Rogers dan para ahli humanistik yang lain menamakan jenis belajar ini sebagai whole-person-learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanistik percaya, bahwa belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging ) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.

e. Belajar dan Perubahan

Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 17

Page 18: tokoh pendidikan.docx

2. Teori Rogers

Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang menjadi manusia yang berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaaan atau pengarahan, tetapi didorong dengan lingkungan yang menerima dan memahami situasi terapeutik, orang akan memecahkan masalahnya sendiri dan berkembang menjadi jenis individu yang mereka inginkan.

Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari individu memiliki dua self/diri. Diri yang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita tentang diri kita sesungguhnya “real self”)dan diri kitayang ideal/diinginkan “ideal self” (yang kita inginkan). Rogers (1961) megajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu mematuhi norma orang tua atau norma social) yang orang lain tunjukkan kepada kita. Kita tidak bias mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain kecuali bila mematuhi norma social dan aturan orang tua yang keras. Kita diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita dicela, disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan penghargaan diri yang rendah, menilai rendah diri sendiri, dan melupakan siapa diri kita sebenarnya.Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat buruk atau berperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard (member dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas secara social), bukan karena kita pantas mendapatkannya, tapi karena kita adalah manusia yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa menemukan harga diri dan kemampuan mencapai ideal self kita sendiri. Tanpa unconditional positive regard kita tidak dapat mengatasi kekurangan kita dan tak dapat menjadi orng yang berfungsi sepenuhnya.

Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat adalah individu yang sehat adalah individu yang berfungsi sepenuhnya, yaitu yang telah mencapai keselarasan antara diri yang nyata (real self) dan diri yang dicita-citakan (ideal self). Jika ada penggabungan anatara apa yang orang rasakan tentang bagaimana dirinya dan apa yang mereka inginkan, mereka mampu menerima dirinya menjadi diri sendiri dan hidup sebagai diri sendiri tanpa konflik.

a. Pendekatan Rogers Terhadap Kepribadian

Tema pokok pemikiran Rogers adalah suatu refleksi tentang apa yang dipelajarinyanmengenai dirinya pada rentang usia 18-20 tahun: bahwa seseorang harus bersandar pada pengalamannya sendiri tentang dunia, karena hanya itulah kenyataan yang dapat diketahui oleh seorang individu.

Harus dipahami bahwa Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (yang selanjutnya disebut Rogers sebagai klien), dia mengembangkan suatu metode trapi yang menempatkan tanggungjawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi (seperti biasa dilakukan oleh penganut Freud). Oleh karena itu, pendekatannya disebut “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan kesadaran tertentu, dan mengatakan kepada kita banyak hal tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia.Menurut Roger, manusia yang rasional dan sadar, tidak terkontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak karena masa itu sudah kewat seperti pembiasaan akan kebersihan buang air kecil atau buang air besar, penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak menghukum atau membelenggu kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat dikontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada berlarut-larut mengingat masa lampau. Akan tetapi Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 18

Page 19: tokoh pendidikan.docx

adalah penting, tetapi focus Rogers tetap pada apa yang terjadi terhadap seseorang hari ini, saat sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu lampau.

b. Motivasi Orang yang Sehat adalah Aktualisasi

Menurut Rogers dorongan adalah ‘satu kebutuhan fundamental’. Rogers menempatkan suatu dorongan dalam sistemnya tentang kepribadian, meliputi pemeliharaan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis danpsikologis, meskipun selama tahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi fisiologis.Baginya tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia beroperasi secara terlepas dari kecenderungan aktualisasi ini. Aktualisasi bisa berbuat jauh lebih banyak daripada mempertahankan organisme, aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan. Contohnya jika bayi bertambah besar, organ-organ tbuh dan proses-proses fisiologis menjadi semakin kompleksdan berdiferensiasi karena bayi tersebut fisiknya mulai berfungsi dalam arah-arah yang kompleks. Proses pematangan ini mulai dengan perubahan-perubahan dalam ukuran dan bentuk dari bayi yang baru lahir sampai pada perkembangan sifat-sifat jenis kelamin sekunder pada masa remaja.

Rogers berpendapat, bahwa kecenderungan untuk aktualisasi sebagai suatu tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan, serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk beerkembang. Rogers percaya bahwa segi kecenderungan aktualisasi ini dapat ditemukan dalam semua makhluk yang hidup. Binatang-binatang, pohon-pohon, dan bahkan ganggang laut memilikinya, sebagaimana dilukiskan Rogers dalam gaya puitis:

“Di sini dalam ganggang laut yang serupa pohon palm, terdapat kegigihan hidup, dorongan hidup untuk maju, kemampuan untuk masuk ke dalam suatu lingkunagn yang benar- benar bermusuhan dan tidak hanya mempertahankan dirinya, tetapi juga menyesuaikan diri, berkembang, dan menjadi dirinya sendiri. ”Intinya, aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan belajar, khususnya dalam masa kanak-kanak. Agaknya, ‘konvergensi’ merupakan ‘potret’ yang dapat mewakili gambaran perkembangan ini, karena individu tumbuh tidak semata-mata ‘berselimutkan tabula rasa’, tetapi dalam perkembangannya faktor ‘lingkungan’ (environment) juga memiliki andil yang besar.

c. Perkembangan Diri

Rogers mengilustrasikan perkembangan diri manusia seperti berikut: Ketika individu masih kecil, sebagai anak-anak ia mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari pengalaman yang lain. Segi ini adalah ‘diri’ dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata ‘aku’ dan ‘kepunyaanku’. Anak itu mengemangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambar tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu ‘pengertian diri’ atau self concept. Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau ingin menjadi siapa.

Cara-cara khusus bagaimana ‘diri’ itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta dan kasih sayang yang diterima anak itu di masa kecil. Penerimaan cinta ini utamanya dari ibu, dan dari bapak, tetapi bisa juga dari pengasuhan orang dewasa lain, misalnya pengasuh bayi, kakek nenek, atau pembantu. Pada waktu ‘diri’ itu berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini ebagai ‘penghargaan positif’ atau positive regard. Positive regard merupakan suatu kebutuhan yang bisa memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari ‘penghargaan positif’.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 19

Page 20: tokoh pendidikan.docx

d. Karakteristik Aktualisasi Diri

Ada 3 hal penting menurut Rogers jika seseorang ingin memahamin aktualisasi-diri. Yaitu :

1. Aktualisasi-diri berlangsung terus menerus2. Aktualisasi-diri erupakan suatu proses yang sukar3. Aktualisasi-diri menjadikan orang menjadi diri mereka sendiri

Hal pertama, Rogers meyakini bahwa kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu peroses, atau ‘suatu arah bukan suatu tujuan’. Aktualisasi diri berlangsung terus, tidak pernah meruoakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuannya yakni orientaso ke masa depan, atau menarik individu ke depan, yang selanjutnya mendiferensasikan dan mengembangkan segala segi dari ‘diri’.Hal kedua, aktualisasi-diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang kadang menyakitkan. Aktualisasi-diri merupakan suatu ujian, rintangan, dan cambuk yang muncul terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Menurut Rogers, “aktualisasi-diri merupakan keberanian untuk ada”. hal ini berarti, “seseorang meluncurkan diri sendiri sepenuhnyakedalam arus kehidupan”.Hal ketiga, bahwa orang orang yang mengaktualisasikan diri, mereka benar benar menjadi diri mereka sendiri. Mereka tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng , yang berpura pura menjadi sesuatu yang bukean diri mereka, atau menyembunyikan sebagian diri mereka. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi sebagai individu-individu dalam sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas dari masyarakat.

e. Orang yang Berfungsi Seutuhnya

Menurut rogers ada 5 sifat orang yang berfungsi sepenuhnya. Yaitu :

1) Adanya keterbukaan pada pengalaman.Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tidak satu pun yang harus dilawan karna tidak ada satupun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa rintangan.

2) Berada dalam kehidupan eksistensial.Orang yang berfungsi sepenuhnya,senantiasa hidup dalam momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasakan segar dan baru. Sesuatu yang dialami seperti sebelumnya belum pernah ada, kemudian direspon dengan cara yang tidak persis sama. Maka dalam setiap momen kehidupan selalu ada kegembiraan, karen setiap pengalaman dapat tersingkap secara segar.

3) Adanya kepercayaan terhadap organisme diri sendiri.Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk pada pengalaman rogers sendiri . Dia menyatakan “ Apabila aktivitas seakan-akan berharga maka aktivitas itu perlu dilakukan. Sebaliknya , jika suatu aktivitas dirasa tidak berharga maka aktivitas itu tidak perlu dilakukan.Saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya dari pada pikiran saya”.

4) Memiliki perasaan bebas.Rogers percaya semakin seseorang sehat secara psikologis, maka semakin ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 20

Page 21: tokoh pendidikan.docx

5) Senantiasa Kreatif.Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat yang mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana seandainya kalau orang ini tidak demikian kreatif. Menurut rogers orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan dan tindakannya, ialah orang-orang yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif ,serta kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupannya. Mereka bertingkah laku spontan, senantiasa berubah ,bertumbuh dan berkembang sebagai respons atas stimulus – stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitar mereka.

f. Peran Terhadap Pengembangan

Teori ini mengajarkan orang untuk percaya pada diri sendiri dan menerima tanggungjawab untuk pengembangan potensi penuhnya. Humanis juga menekankan bahwa orang memiliki kebutuhan manusia ysng nyata yang harus terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan.Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)2. Experiential (pengalaman atau signifikansi)

g. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembngkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri4. Mendorong siswa untuk peka, berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang

diinginkannnya dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normative

tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersift pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena social. Indicator dari keberhasilan aplikasi iini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 21

Page 22: tokoh pendidikan.docx

Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.Selain itu, Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 22

Page 23: tokoh pendidikan.docx

4. MOHAMMAD SYAFEI

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 23

Page 24: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Moh. Syafei seorang yang berdarah Minang dilahirkan di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Natan tahun 1895. Anak dari Mara Sutan dengan Indung Khadijah. Ia menamatkan di Sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja (Sekolah Guru) lulus pada tahun 1914 dan kemudian mengikuti kursus guru gambar pada Bataviashe Kunstkring di Betawi,disamping itu ia juga mempelajari beberapa macam pekerjaan tanggan pada tukang-tukan Indonesia di Betawi dan Bogor seperti kepandaian mengerjakan tulang,tanduk,bamboo dan lain-lain. Karena berpendapat untuk memejukan Indonesia dengan cepat kaum ibu adalah salah satu tenaga penting bagi usaatersebut setibanya di Jakarta dari Bukit Tinggi dia lalu mengajar pada sekolah Krtini di pintu Besi Gunung Sahari,Jakarta denagn Murid pada permulaannya hanya 36 orang wanita.pada waktu itu anak-anak perempuan belum dibiasakan untuk meninggalkan rumah karena masih dalam pingitan.Dia menjadi guru pada sekolah Karftini selama 6 tahun dan meningkat pesat menjadi 800 orang lebih ketika ditainggalkannya pada tahun1927.Selama mengajar di sekolah kartini beliau juga diizinkan untuk mengerjakan pekerjaan tangan secara Fakultatif.dan juga dia bekerja pada surat kabar harian yang diterbitkan oleh bapak Alam Mara Sutan dan majalah migguan untuk pembaca dewasa dan majalah anak-anak sekolah rakyat pemerintahan Hindia Belanda dan sekolah –sekolah swasta Disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk belajar menggambar Pada tahun 1916 dia menempuh Ujian mengikuti ujian Negara untuk menjadi guru gambar pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan lulus dengan hasil yang memuaskan.Beliau adalah anak Indonesia yang pertama yang mendapat kan Izasah tersebut.dan bahkan saat menyerahkan hasil ujian Juru bicara penguji berkata :”Hasil pekerjaan beliau sangat baik seandainya tuan adalah orang Belanda tuan akan mendapatkan nilai 9 atau 10 tetapi Karena tuan bangsa pribumi kami berikan nilai 8 untuk tuan .

Beliau juga aktif dalam gerakan politik semenjak tamat sekolah di Bukit Tinggi bahkan aktif dalam Budi Utomo ,membantu Wanita Putri Merdeka serta menjadi anggota partai Insulide pada tahun 1915 yang kemudian berubah menjadi Indische Partij .dibawah pimpinan Tiga Serangkai beliau memajukan usul pada Pemerintah Hindia Belanda supaya memudahkan Bahasa Belanda bagi anak-anak Indonesia.dalam tahun itu juga beliau mengajukan Mosi memintanpemerintah Hindia Belanda untuk membuat Parlemen bagi Indonesia .Dalam tahun 1917 pada kongres Insulide di Semarang beliau juga mengajukan usul pemerintahan Hindia Belanda untuk menukar “Punale Sanctie” dengan perjanjian buruh merdeka..

Beliau juga turut aktif dalam gerakan Dr.A.G. Niewenhuis seorang ahli pendidikan dan bahasa unutk mengajar bahasa pada anaka-anak usi 10 tahun ke atas dengan demikian bahasa asing dipelajari terlebih dahulu sebelum bahasa asing menjadi sendi yang kuat untuk mempelajari bahasa asing.hal ini disebabkan karena anak-anak yang berumur 6 tahun pada sekolah HIS diajarkan bahasa belanda yang membuat anak-anak zaman itu sangat terbebani.Gerakan itu berhasil dengan dibentuknya sekolah Schakel yang setraf dengan HIS tapi muridnya adalah tamatan sekolah kelas 3 sekolah Bumiputra adau rakyat.

Sesudah aktif dalam berbagai bidang tersebut di Indoesia selama lebih dari 10 tahun .Dia mencoba memberi tinjauan terhadap berbagai hal tentang keadaan di Indonesia .Dia ingin menambah tinjauannya tersebut dengan sudut pandang dari luar negeri khususnya dari Balanda karena tinjauan tersebut nantinya akn membawa manfaat bagi pendidikan Indonsia juga.

Moh. Syafei pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan.Di Belanda di melakuakan tinjauan ke baerbagai bidang seperti Ilmu dan tinjauan masyarakat sehingga dia tidak mengikuti pelajaran kelas seperti biasa tetapi lebih banyak

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 24

Page 25: tokoh pendidikan.docx

mendapatkan pelajaran istimewa atau Privaat-oderwijs.dibidang pendidikan dia mendapati bahwa sekolah-sekolah swaasta lebih baik dari pada sekolah pemerintah terutama pada pendidikan dasar dan menengah Semasa di negeri Belanda ia pernah ditawari untuk mengajar dan menduduki jabatan disekolah pemerintah.Tapi Syafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada tahun1925.Ia bertekad bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia,baik yang hidup dikota maupun dipedalaman.

B. KARYA YANG FUNDAMENTAL

1. Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam,sekitar 60 km disebelah Utara kota Padang. Sekolah ini didirikan diatas lahan seluas 18 hektar dan dipinggir jalan raya Padang Bukit Tinggi.Ia menolak subsidi untuk sekolahnya,seperti halnya Thawalib dan Diniyah,tapi ia membiaya sekolah itu dengan menerbitkan buku-buku kependidikan yang ditulisnya.Sumber keuangan juga berasal dari sumbangan –sumbangan yang diberikan ayahnya dan simpatisan-simpatisan serta dari berbagai acara penngumpulan dana seperti mengadakan pertunjukan teater,pertandingan sepak bola,menerbitkan lotere dan menjual hasil karya seni buatan murid-muridnya.Kelas menggunanakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai pelajaran bahasa asing yang pokok,ditekan pada pelajaran –pelajaran yang akan terpakai oleh murid-murid apabila mereka kelak kembali kekampung halaman dikota –kota kecil dan nagari-nagari di Sumatra Barat.Dengan demikian pendidikan disekolah ini meliputi bidang-bidang :

(1) Kerajinan (kerajinan ,tanah liat ,rajutan,rotan,dan seterusnya),(2)Seni(melukis,ukir,tari,dramadanlain-lainya.(3) grafika (percetakan ,mengarang,jurnalistik dan lain-lainya,(4)semua jenis olahraga,(5)manajemen.

2. Saat Indonesia merdeka,Moh,Syafei diangkat menjadi Ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan selanjutnya mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan diPadang Panjang.

3. Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Syahril II, 12 Maret 1946 -2 Oktober

1946 sera menjadi anggota DPA.

4. Tahun 1968 atas jasa-jasa yang bersangkutan dibidang pendidikan maka IKIP Padang memberikan gelar

Dr.HC.

C. FILSAFAT PENDIDIKAN1. NASIONALISME

Mohammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktek

penyelenggara pendidikan INS kayu tanam didasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia

dengan cara mempersanjatai dirinya dengan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai

alam.Semangat nasionalisme Mohammad Syafei dipengaruhi oleh pandangan –pandangan Cipto

Mangunkusumo dan Douwes Dekker dan Perhimpunan di negeri Belanda.Semangan nasionalismenya yang

sedang tumbuh menimbulkan pertanyaan,mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya sedikit dapat

menguasai bangsa Indonesia yang jumlahnya sangat besar.Pertanyaan ini dapat dipecahkan setelah berada

dan hidup tengah tengah masyarakat Belanda.Ternyata faktor alam dan lingkungan masyarakat

mempengaruhi jiwa manusia.Bagaimanakah bangsa Indonesia dapat menguasai alam yangkaya raya dengan

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 25

Page 26: tokoh pendidikan.docx

berbagai macam mineral,dengan tanah yang subur?Hal ini dapat terwujud melalui system pendididkan yang

dapat mengembangkan jiwa bangsa yang aktif kreatif.Dengan sistem ini,anak –anak sejak kecil sudah dilatih

mempergunakan akal pikiran mereka yang didorong olah kemauan yang kuat untuk menciptakan sesuatu

yang berguna bagi kehidupan manusia.

Jelas kiranya bahwa nasionalisme Mohammad Syafei adalah nasionalime pragmatis yang didasarkan t.pada

agama,yaitu nasionalisme yang tertuju pada membangun bangsa melalui pendidikan agara menjadi bangsa

yang pandai berbuat untuk kehidupan manusia atas segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.Mohammad

Syafei menyatakan bahwa Tuhan tidak sia –sia menciptakan manusia dan alam lainnya.Tiap – tiapnya mesti

berguna ,dan kalau ini tidak berguna hal itu disebabkan karena kita yang tidak pandai menggunakannya.

2. DEVELOPMENTALISME

Pandangan pendidikan Mohammad Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran Develomentalisme ,terutama oleh

gagasan sekolah kerja yang dikembangkan John Dewey dan George Kerschensteiner,serta pendidikan alam

sekitar yang dikembangkan Jan Ligthar. John Dewey berpendapat bahwa pendidikan bahwa pendidikan

terarah pada tujuan yang tidak berakkhir,pendidikan merupakan sesuatu yang terus berlangsung,suatu

rekonstruksi pengalaman yang terus bertambah .Tujuan pendidikan sebagaimana adanya,terkandung

dalam proses pendidikan,dan seperti cakrawala,tujuan pendidikan yang dibayangkan ada sebelum

terjadinya proses pendidikan ternyata tidak pernah dicapai seperti cakrawala yang tidak pernah

terjangkau.Oleh karena itu,seperti yang dinyatakan oleh John Dewey,rekonstruksi pengalaman kita harus

diarahkan pada mencapai efesiensi sosial,dengan demikian pendidikan harus merupkan proses

sosial.Sekolah yang baik harus aktif dan dinamis,dengan demikian anak belajar melalui pengalamannya

dalam hubungan dengan orang lain.Sehubungan dengan hal ini,John Dewey menyatakan bahwa pendidikan

anak adalah hidup itu sendiri.Disini pertumbuhannya terus bertambah,setiap pencapaian perkembangan

menjadi batu loncatan bagi perkembangan selanjutnya.Oleh karena itu,proses pendidikan merupakan salah

satu bentuk penyesuain diri yang terus menerus berlangsung.

Dalam proses tersebut berlangsung proses psikologis (perubahan tingkah laku yang tertuju pada tingkah

laku yang canggih,terencana dan bertujuan) dalam proses sosiologis (perubahan adat istiadat ,sikap

kebiasaan dan lembaga ) yang tidak terpisahkan.Pandangan John Dewey bahwa pendidikan harus tertuju

pada efesiensi sosial,atau kemanfaatan pada kehidupan sosial; dan belajar berbuat atau belajar melalui

pengalaman langsung yang lebih dikenal dengan sebutan learning by doing,mempunyai pengaruh besar

terhadap konsep pendidikan Muhammad Syafei .George Kerschensteiner mendirikan Arbeit schule atau

sekolah Aktivitas.Ia mengartikan sekolah aktivitas sebuah sekolah yang membebaskan tenaga kreatif

potensial dari anak.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 26

Page 27: tokoh pendidikan.docx

Pada awalnya Kerschensteiner memperkenalkan prinsip aktivitas untuk bidang-bidang industri dan

pekerjaan tangan,kemudian memperluasnya pada aspek-aspek tingkah laku mental dan moral.Menurut

Kerschensteiner ,tugas utama pendidikan adalah pengembangan warga Negara yang baik,dan sekolah

aktivitasnya berusaha mendidik warga Negara yang berguna dengan jalan:

1. Membimbing anak untuk bekerja menghidupi dirinya sendiri.2. Menanamkan dalam dirinya gagasan bahwa setiap pekerjaan mempunyai tempatnya masing-masing dalam member pelayanan kepada masyarakat.3. Mengajarkan kepada anak bahwa melalui pekerjaannya,ia akan member sumbangan dalam turut serta membantu masyarakat untuk kearah suatu kehidupan bersama lebih sempurna.

Gagasan dan model sekolah yang dikembangkan Kersschenteiner sangat mempengaruhi konsep dan praktek pendidikan Mohammad Syafei di INS Kayu Tanam .

D. TEORI PENDIDIKAN

1. FUNGSI PENDIDIKANa). Pendidikan menurut Syafei memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam

perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibarahim,1978: 25).Disini tampak bahwa pendidikan berfungsi sebagai ilnstrumen yang digunakan manusia dalam mengarungi evolusi kehidupan.Manusia tahu kelompok tertentu dalam evolusi kehidupan dapat tersisih atau kalah,seperti bangsa Indonesia kala itu,karena tingkat kesempurnaan hidup dan bainnya memang berada pada tingkat yang rendah.Untuk mengatasi hal itu,mereka membutuhkan pendidikan yang tepat.

b). Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya.Untuk kepentingan ini ia mengusulkan konsep sekolah kerja atau sekolah kehidupan atau sekolah masyarakat.

2. TUJUAN PERSONAL PENDIDIKANa). Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan

batin anak agar anak dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan atau kemajuan.Kesempurnaan lahir dan batin ini ditafsirkan berlainan antar bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya,antar kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya.Namun demikian ,setiap bangsa ataau masyarakat ingin keuar sebagai pemenang dalam perlombaan yang maha seru antara mereka dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin (Thalib Ibrahim 1978:24-25).

b). Pemikiran Syafei diatas menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang harus selalu diperbaharui.Hal ini terungkap dalam pemikiran G.Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei :bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya,seandainya orang masih beranggapan,bahwa susunan pendidikan

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 27

Page 28: tokoh pendidikan.docx

dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak akan berubah lagi,maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari kebenaran.

E.IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN

Dasar pendidikan yang dikembangkan oleh Moh.Syafei adalah kemasyarakatan,keaktifan ,kepraktisan,serta berpikir logis dan rasional.Berkenan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan bahan yang dapat mengembangkan pikiran,perasaan,dan ketrampilan atau yang dikenal dengan istilah 3 H,yaitu Head,Heart dan Hand. Implikasi terhadap pendidikan adalah :

1. Mendidik anak-anak agar mampu berpikir secara rasional 2. Mendidik anak-anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh. 3. Mendidik anak –anak agar menjadi manusia yang berwatak baik. 4. Menanamkan rasa cinta tanah air. 5. Mendidik anak agar mandiri tanpa tergantung pada orang lain.

Dalam pelajaran,anak hendaknya menjadi subyek(pelaku) bukan dikenai ( obyek).Dengan menjadi subyek seluruh tubuh anak terlibat,juga emosi,dan pemikiran dan daya khayalnya.Keasyikan emosi ,dan spontanitas anak ketika bermain hendaknya dapat dialihkan kedalam proses belajar mengajar.

Peranan guru adalah sebagai manajer belajar yang mengupayakan bagaimana menciptakan siatuasi aga siswa menjadi aktif berbuat.Dengan demikian, guru juga berperan sebagai fasilator belajar yang memperlancar aktivitas anak dalam belajar.Guru yang demikian dituntut untuk memahami anak sebagai makhluk yang selalu bergerak dan memahami psikologi belajar,serta psikologi perkembangan.

Fungsi pendidikan menurut Moh.Syafei adalah membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa ( Thalib Ibrahim,1978:25).Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya.Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak dapat mengikuti perkemangan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan.

Kurikulum yang dikembaangkan adalah kurikulum pendidikan dasar dan beberapa mata pelajran yang khusus.Sedangkan metode pendidikannya adalah sekolah kerja,pekerjaan tangan dan produksi kreasi.

Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan ,keaktifan,kepraktisan serta berpikir logis dan rasional.Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh,menjadi anak yang berwatak baik dan mandiri.Dalam pelajaran anak diperlakukan sebagai subyek bukan obyek.Guru berperan sebagai manajer belajar menciptakan situasi agar siswa aktif berbuat.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 28

Page 29: tokoh pendidikan.docx

5. JOHN LOCKE

“New opinions are always suspected, and usually opposed, without anyother reason but because they are not already common.” – JOHN LOCKE

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 29

Page 30: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Filosof pertama yang menghimpun secara terpadu gagasan dasar konstitusi demokratis adalah John Locke. Orang Inggris ini pikiran-pikirannya memancarkan pengaruh kuat kepada para dedengkot pendiri Republik Amerika Serikat. Bukan itu saja, pengaruhnya juga kuat merasuk ke dalam kalbu gerakan pembaharu Perancis.

Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme. Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi. Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah bahwa jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan masih bersih bagaikan sebuah "tabula rasa".

Locke dilahirkan tahun 1632 di Wrington, Inggris. Dia memperoleh pendidikan di Universitas Oxford, peroleh gelar sarjana muda tahun 1656 dan gelar sarjana penuh tahun 1658. Selaku remaja dia tertarik sangat pada ilmu pengetahuan dan di umur tiga puluh enam tahun dia terpilih jadi anggota “Royal Society.” Dia menjadi sahabat kental ahli kimia terkenal Robert Boyle dan kemudian hampir sepanjang hidupnya jadi teman dekat Isaac Newton. Kepada bidang kedokteran pun dia tertarik dan meraih gelar sarjana muda di bidang itu meskipun cuma sekali-sekali saja berpraktek.

Titik balik dalam kehidupan Locke adalah perkenalannya dengan Pangeran Shaftesbury. Dia jadi sekretarisnya dan menjadi dokter keluarga. Shaftesbury seorang jurubicara penting bagi pikiran liberal sehingga walau sebentar pernah dia dipenjara oleh Raja Charles II akibat kegiatan politiknya. Tahun 1682 Shaftesbury lari ke Negeri Belanda dan mati disana tahun berikutnya. Locke, berkat hubungannya yang begitu akrab dengan mendiang, senantiasa diawasi dan dibayang-bayangi, karena itu memaksanya juga lari ke Negeri Belanda tahun 1683. Dia menetap di negeri itu sampai pengganti Raja Charles, Raja James II digulingkan oleh sebuah revolusi yang berhasil. Locke pulang ke kampungnya tahun 1689 dan seterusnya menetap di Inggris. Tak pernah sekali pun kawin, dan mati di tahun 1704.

Buku pertama yang membikin Locke masyhur adalah An Essay Concerning Human Understanding (Esai tentang saling pengertian manusia), terbit tahun 1690. Di situ dipersoalkan asal-usul, hakikat, dan keterbatasan pengetahuan manusia. Ide-ide Locke pada gilirannya mempengaruhi filosof-filosof seperti Pendeta George Berkeley, David Hume dan Immanuel Kant. Kendati esai itu hasil karya Locke yang paling orisinal dan merupakan salah satu dari filosofi klasik yang masyhur, pengaruhnya tidaklah sebesar tulisan-tulisan ihwal masalah politiknya.

Dalam buku A Letter Concerning Toleration (Masalah yang berkaitan dengan toleransi) yang terbit tahun 1689, Locke menekankan bahwa negara jangan ikut campur terlampau banyak dalam hal kebebasan menjalankan ibadah menurut kepercayaan agama masing-masing. Locke bukanlah orang Inggris pertama yang mengusulkan adanya toleransi agama dari semua sekte Protestan. Tetapi argumennya yang kuat yang dilontarkannya, yang berpihak kepada perlunya ada toleransi merupakan faktor dukungan penduduk terhadap sikap pandangannya. Lebih dari itu, Locke mengembangkan prinsip toleransinya kepada golongan non-Kristen: “… baik penganut kepercayaan primitif, atau Islam maupun Yahudi tidak boleh dikurangi hak-hak sipilnya dalam negara semata-mata atas pertimbangan agama.” Tetapi, Locke percaya bahwa toleransi ini tidak berlaku bagi golongan Katolik karena Locke yakin mereka tergantung pada bantuan kekuatan luar, dan juga tak ada toleransi bagi kaum atheis. Dengan ukuran jaman kini dia boleh dibilang teramat berlapang dada, tetapi beralasan memandangnya dari hubungan dengan ide-

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 30

Page 31: tokoh pendidikan.docx

ide pada jamannya. Fakta mencatat, alasan-alasan yang dikemukakannya demi terciptanya toleransi agama lebih meyakinkan pembacanya dari pengecualianpengecualian yang dibuatnya. Kini, berkat adanya tulisan-tulisan Locke, toleransi agama sudah meluas bahkan pada golongan-golongan yang tadinya dikucilkan.

Arti penting Locke lainnya adalah bukunya Two Treatises of Government (Dua persepakatan dengan pemerintah) terbit tahun 1689 yang isinya merupakan penyuguhan ide dasar yang menekankan arti penting konstitusi demokrasi liberal. Buku itu berpengaruh terhadap pikiran politik seluruh dunia yang berbahasa Inggris. Locke yakin seyakin-yakinnya bahwa tiap manusia memiliki hak alamiah, dan ini bukan sekedar menyangkut hal hidup, tetapi juga kebebasan pribadi dan hak atas pemilikan sesuatu. Tugas utama pemerintah adalah melindungi penduduk dan hak milik warga negara. Pandangan ini acap kali disebut “teori jaga malam oleh pemerintah.”

Menolak anggapan hak suci raja, Locke menekankan bahwa pemerintah baru dapat menjalankan kekuasaannya atas persetujuan yang diperintah. “Kemerdekaan pribadi dalam masyarakat berada di bawah kekuasaan legislatif yang disepakati dalam suatu negara.” Dengan tegas Locke menekankan sesuatu yang disebutnya “kontrak sosial.” Pikiran ini sebagian berasal dari tulisan-tulisan filosof Inggris terdahulu, Thomas Hobbes (1588-1679). Tetapi, jika Hobbes menggunakan “kontrak sosial” ini untuk memperkokoh absolutisme, Locke melihat “kontrak sosial” itu dapat diganti:

” … bilamana legislator mencoba merampas dan menghancurkan hak milik penduduk, atau menguranginya dan mengarah kepada perbudakan di bawah kekuasaan, mereka berada dalam keadaan perang dengan penduduk, dan karenanya penduduk terbebas dari kesalahan apabila membangkang dan biarlah mereka berlindung pada naungan Tuhan yang memang menyediakan penjagaan buat semua manusia dari kekerasan dan kemajuan.”

Juga, masih menjadi kekuatan rakyat untuk menjungkirkan dan mengganti badan perwakilannya begitu melihat wakil-wakil mereka berbuat bertentangan dengan kepercayaaii yang diletakkan di pundak mereka “sikap gigih Locke mempertahankan hak melakukan revolusi amat kuatnya mempengaruhi Thomas Jefferson dan kaum revolusioner Amerika lainnya. Locke berpegang teguh pada perlu adanya pemisahan kekuasaan. Dia menganggap kekuasaan legislatif harus lebih unggul ketimbang eksekutif dan kekuasaan yudikatif yang dianggapnya merupakan cabang dari eksekutif. Selaku orang yang percaya terhadap keunggulan kekuasaan legislatif. Locke hampir senantiasa menentang hak pengadilan yang memutuskan bahwa tindakan legislatif itu tidak konstitusional.

Meski Locke bersiteguh atas prinsip kekuasaan mayoritas, tetapi dijelaskannya bahwa suatu pemerintahan tidaklah memiliki kekuasaan tanpa batas. Mayoritas harus tidak merusak hakikat hak-hak manusia. Suatu pemerintahan hanya dapat dibenarkan merampas hak milik atas perkenan yang diperintah. (Di Amerika, gagasan ini dinyatakan dalam slogan, “Tidak ada pajak tanpa adanya perwakilan.”)

Jelas sekali, pandangan-pandangan Locke menggambarkan gagasan pihak penggerak revolusi Amerika seabad sebelum kejadian itu berlangsung. Pengaruhnya atas Thomas Jefferson amatlah mengesankan. Pikiran Locke merasuk ke benua Eropa, khususnya Perancis, merupakan fakta tak langsung yang mendorong revolusi Perancis dan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia. Meskipun tokoh-tokoh seperti Voltaire dan Thomas Jefferson lebih terkenal daripada Locke, tulisan-tulisannya mendahului mereka dan punya pengaruh kuat terhadap mereka. Karena itu layaklah apabila kedudukan Locke pun disebut lebih dahulu dalam daftar urutan buku ini.

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

John Locke, mungkin bagi beberapa orang tidak asing mendengar namanya, beliau bisa dikatakan sebagai salah filsuf empirisme abad ke 17 inggris yang besar, berbeda dengan Filsuf seangkatannya yaitu Thomas Hobbes

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 31

Page 32: tokoh pendidikan.docx

yang melahirkan mazhab (baca: paradigma) Realisme, John Locke bisa dikatakan salah satu pendiri dari mazhab Liberalisme klasik.

Dalam pandangan epistemologinya, John Locke berbeda dengan pandangan bapak filsuf modernisme Rene Descartes yang rasionalistik, John Locke mengemukakan bahwa pada diri manusia tidak ada yang namanya idea fitriyah (innate knowledge/pengetahuan yang sudah ada semenjak manusia lahir) sebagaimana yang dipercaya oleh Descartes, John Locke beranggapan bahwa manusia ketika lahir tidak memiliki pengetahuan apapun (tidak memiliki pre-existence knowledge), pengetahuan manusia murni diperoleh melalui pengalamannya yang bergantung pada persepsi inderanya, dari sinilah kita bisa kategorikan beliau seorang empiris.

Sedangkan dari sisi aksiologi yang berkonsekuensi pada weltanschauung (world-view) dan ideologi serta membentuk pola hubungan individu dan masyarakat, John Locke mempercayai pentingnya bentuk pemerintahan yang demokrasi, beliau menolak dengan tegas bentuk pemerintahan Tirani dimana penguasa tunggal menjadi pemegang kedaulatan.

Namun, untuk menghindari bentuk demokrasi yang mengarah ke mobokrasi (pemerintahan oleh gerombolan banyak) yang cenderung merusak dan tidak terkontrol, beliau menekankan pentingnya aspek hukum. Hukum menurut menurut Locke bukanlah paksaan dari satu pihak yang berkuasa, tapi lahir dari kesepakatan/kontrak sosial yang setara (egaliter) dan secara sukarela dan penuh kesadaran oleh masyarakat tanpa tekanan/paksaan.

Dari kontrak sosial ini kemudian masyarakat bersepakat untuk patuh dan taat pada kontrak (konstitusi) yang telah disepakati, yang kemudian menjadi landasan untuk membentuk yang namanya institusi (baca: pemerintahan) yang mengatur dan melindungi hak serta kewajiban yang harus dilakukan oleh masyarakat tadi.

Namun berbeda pandangan dengan Hobbes yang menganggap pemerintahan itu harus tunggal, Locke menolaknya dengan anggapan bahwa ini bisa menjadi bentuk pemerintahan yang tiran, kemudian Locke menyarankan pemisahan (separation) pemerintahan, yaitu Legislatif dan Eksekutif.

Kemudian, bagaimana dengan konteks Indonesia, Indonesia yang menerapkan demokrasi langsung pasca orde-baru menghadapi tantangan yang semakin rumit dalam penerapan demokrasinya, silih berganti berita konflik baik horizontal dan vertical terjadi di era penuh keterbukaan dan kebebasan ini.

Demokrasi Indonesia, meminjam terminologi Aristoteles adalah sistem masyarakat yang bukan demokrasi tapi mobokrasi/okhlokrasi, dimana pemerintahan terbentuk atas gerombolan banyak/mayoritas, yang kemudian menjadi landasan oleh pelaksana negara bahwa suarea atau kepentingan mayoritas adalah kebenaran dan pasti berdampak merugikan bagi minoritas.

Sistem mobokrasi berkonsekuensi pada rusaknya tatanan bernegara dan bermasyarakat, dimana masyarakat yang menganggap dirinya mayoritas dan banyak tadi adalah penguasa atas pihak di luarnya yang minoritas dan berhak untuk bertindak sewenang-wenang, begitu pula negara/pemerintah akhirnya mengiyakan perbuatan demikian karena untuk melindungi kepentingan kelompok/gerombolan mayoritas.

Mobokrasi lahir akibat tidak dipatuhinya konstitusi (kontrak sosial) oleh masyarakat dan institusi negara pun tidak berusaha untuk menjalankan dan menegakkannya.

Flashback pada kampanye presiden SBY pada tahun 2003, beliau selalu menekankan pentingnya law enforcement (penegakan hukum) dalam demokrasi, idea awal dari calon presiden yang sekarang menjabat sebagai presiden ini diapresiasi dengan baik, hanya dalam kenyataannya Pak Presiden lebih mendengar dan patuh (baca: takut) pada suara mayoritas yang menyimpang dari konstitusi negara dari pada berusaha untuk menegakkan konstitusi (hukum/kontrak sosial) negara di masyarakat.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 32

Page 33: tokoh pendidikan.docx

1. TENTANG PENGETAHUAN

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.

Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris.[7][11] Ada empat jenis pandangan sederhana:

1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.

2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa

heran, dan waktu.

Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut. Ada tiga jenis pandangan kompleks yang terbentuk:

1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya pengetahuan tentang manusia atau tumbuhan.2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya bergantung kepada

substansi. Misalnya, siang adalah modus dari hari.3. hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air mendidih

karena dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

2. TENTANG NEGARA

Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government). Ia menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat. Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni keadaan alamiah (the state of nature), keadaan perang (the state of war), dan negara (commonwealth).

Keadaan alamiah adalah tahap pertama dari perkembangan masyarakat. Konsep Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan alamiah sebagai keadaan "perang semua lawan semua", maka Locke berbeda. Menurut Locke, keadaan alamiah sebuah masyarakat manusia adalah situasi harmonis, di mana semua manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama. Dalam keadaan ini, setiap manusia bebas

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 33

Page 34: tokoh pendidikan.docx

menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain. Meskipun masing-masing orang bebas terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke adalah larangan untuk merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain. Dengan demikian, Locke menyebut ada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah. Konsep ini serupa dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.

Tahap kedua adalah keadaan perang. Locke menyebutkan bahwa ketika keadaan alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah. Penyebab utamanya adalah terciptanya uang. Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam keadaan alamiah tidak ada perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya untuk konsumsi masing-masing. Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya. Untuk mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaing. Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri. Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut kemudian berubah menjadi keadaan perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan. Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika tidak ada jalan keluar dari keadaan perang.

Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat untuk mengadakan "perjanjian asal". Inilah saat lahirnya negara persemakmuran (commonwealth). Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan perjanjian tersebut.

Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada negara. Kedua kuasa tersebut adalah hak untuk menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan. Ajaran Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:

1. Kekuasaan negara pada dasarnya adalah terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari warga masyarakat yang mendirikannya. Jadi, negara hanya dapat bertindak dalam batas-batas yang ditetapkan masyarakat terhadapnya.

2. Tujuan pembentukan negara adalah untuk menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak warga atas harta miliknya. Untuk tujuan inilah, warga bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang diancam bahaya perang untuk bersatu di dalam negara.

Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi semua warga negara.

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan pembuatnya. Untuk itu, sistem negara perlu dibangun dengan adanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas. Cara kedua adalah adanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.

Unsur legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi. Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, paling banyak menyumbangkan sesuatu kepada negara. Dalam membuat undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum alam yaitu keharusan menghormati hak-hak dasar manusia. Unsur eksekutif

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 34

Page 35: tokoh pendidikan.docx

adalah pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya. Terakhir, unsur federatif adalah kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan perjanjian damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang. Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam keadaan darurat pihak eksekutif dapat mengambil tindakan yang melampaui wewenang hukum yang dimilikinya.

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap ada kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat. Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat memiliki hak untuk mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di luar wewenang mereka. Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka berikan.

3. TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

Pandangan Locke lain yang penting dan masih berhubungan dengan konsep negara adalah mengenai hubungan antara agama dan negara. Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration). Locke menyatakan bahwa perlu ada pemisahan tegas antara urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda. Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu agama. Tujuan negara adalah melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama adalah mengusahakan keselamatan jiwa manusia untuk kehidupan abadi di akhirat kelak setelah kematian. Jadi, negara berfungsi untuk memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan kekal. Agama adalah urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum. Pemisahan antara keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan yang lain. Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak untuk melawan.

4. TENTANG AGAMA

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik. Ia menganggap agama Kristen adalah agama yang paling masuk akal dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh akal manusia. Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian. Locke berangkat dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena adanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah. Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.

C. PENGARUH

1. DALAM FILSAFAT PENGETAHUAN

Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman. Pandangan Locke tentang proses manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting. Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 35

Page 36: tokoh pendidikan.docx

pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang dikatakan Descartes. Kedua, semua hal yang manusia ketahui melalui pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana. Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di kemudian hari, dan akhirnya mendapat bentuk paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern. Kant menolak semua kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya. Lebih jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia. Tentu saja pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap besar.

Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme. Maksudnya subyektivisme adalah pandangan yang menolak adanya sesuatu yang obyektif, yang berlaku umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme. Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berbeda mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda. Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.

2. DALAM BIDANG POLITIK

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat besar di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat. Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke. Kemudian para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.

3. DALAM BIDANG KEAGAMAAN

Pandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah. Pandangan tersebut meluas di Barat pada abad ke-19 dan ke-20. Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat merupakan awal dari munculnya negara-negara sekularistik di kemudian hari. Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama. Pemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi. Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke adalah David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780). Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.

Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan kepentingan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan kepentingan seluruh rakyat. Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan antara legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif diduduki oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 36

Page 37: tokoh pendidikan.docx

bangsawan dan orang-orang kaya. Tidak ada tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini. Jikalau tidak ada tempat bagi rakyat biasa untuk mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah dan kaum bangsawan saja. Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan kepentingannya melalui sistem negara yang ada, dan akhirnya hanya akan membuat negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan. Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.

Locke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain. Urusan agama adalah keselamatan akhirat sedang urusan negara adalah keselamatan di dunia saat ini, ketika manusia masih hidup. Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri? Kebanyakan agama memiliki pandangan bahwa agama harus ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum. Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali harus berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan antara agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.

D. BIBLIOGRAFI KARYA JOHN LOCKE

1. (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration)2. (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration)3. (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)4. (1689) "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government)5. (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)6. (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)7. (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Dikatakan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of

Christianity, as Delivered in the Scriptures)8. (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of Christianity)9. (1660) "Traktat Pertama tentang Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)10. (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua tentang Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin

Tract)11. (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature) *(1667)

"Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)12. (1706) "Mengenai Proses Mencapai Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)13. (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the

Epistles of St. Paul)

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 37

Page 38: tokoh pendidikan.docx

6. ARTHUR SCHOPENHAUER

“Empat puluh tahun usia pertama kita dihabiskan dengan menulis ratusan bahkan ribuan halaman buku teks, yang akan dibaca kelak di sisa usia.” - Arthur Schopenhauer

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 38

Page 39: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang melanjutkan tradisi filsafat pasca-Kant. Schopenhauer lahir di Danzig pada tahun 1788. Ia menempuh pendidikan di Jerman, Perancis, dan Inggris. Ia mempelajari filsafat di Universitas Berlin dan mendapat gelar doktor di Universitas Jena pada tahun 1813. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Frankfurt, dan meninggal dunia di sana pada tahun 1860.

Dalam perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon bukanlah pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang pohon. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak".

Arthur Schopenhauer lahir di Danzig (sekarang Gdańsk). Dia adalah putra dari Heinrich Floris Schopenhauer dan Johanna Schopenhauer. Kedua orang tuannya adalah keturunan orang kaya Jerman dan keluarga bangsawan. Keluarga Schopenhauer pindah ke Humburg ketika Kerajaan Prussia dikuasai Polish-Lithuanian Commonwealth kota Danzig tahun 1793. Tahun 1805, ayah Schopenhauer bunuh diri. Setelah itu, ibu Schopenhauer, Johanna pindah ke Weimar, yang kemudian menjadi pusat literatur Jerman. Kepergiannya ke sana untuk melanjutkan karirnya sebagai penulis. Setahun kemudian, Schopenhauer meninggalkan bisnis keluarganya yang ada di Humburg. Dia pergi ke Weimar dan tinggal dengan ibunya.

Schopenhauer pun kuliah dan menjadi mahasiswa di Universitas Göttingen pada tahun 1809. Pada masa perkuliahannya, dia belajar tentang metafisika dan psikologi di bawah bimbingan Gottlob Ernst Schulze, penulis buku Aenesidemus, yang mengajurkannya agar berkonsentrasi pada Plato dan Immanuel Kant. Pada tahun 1811 sampai tahun 1812, dia mengikuti kuliah dari Johann Gottlieb Fichte, seorang filsuf post-Kant terkemuka dan dari seorang teolog Friedrich Schleiermacher.

Pada tahun 1814, Schopenhauer memulai pekerjaannya sebagai penulis dengan judul bukunya The World as Will and Representation (Die Welt als Wille und Vorstellung), Dunia sebagai Kehendak dan Gagasan. Dia menyelesaikannya pada tahun 1818 dan menerbitkannya setahun kemudian. Pada tahun 1820 Schopenhauer menjadi dosen di Universitas Berlin. Dia menjadwalkan untuk memberikan kuliah yang sama dengan pemikiran filsuf terkenal G. W. F. Hegel. Schopenhauer menyebutnya sebagai clumsy charlata. Namun, hanya lima orang yang berminat mengikuti kuliahnya dan dia pun di keluarkan dari akademi tersebut.

Ketika berada di Berlin, Schopenhauer pernah menjadi tersangka atas tuduhan dari seorang wanita bernama Caroline Marquet. Wanita tersebut menuduh Schopenhauer telah mendorongnya. Di dalam pengadilan Schopenhauer bersaksi bahwa wanita itu telah mengganggunya dengan suaranya yang keras di depan pintu Schopenhauer. Caroline Marquet pun menuduh Schopenhauer telah memukulnya setelah wanita itu menolak untuk pergi dari pintunya. Marquet pun menang di dalam pengadilan tersebut. Schopenhauer pun dituntut membayar wanita itu selama dua puluh tahun ke depan. Ketika perempuan itu meninggal dunia, Schopenhauer menulis sertifikat kematiannya dengan Obit anus, abit onus ("The old woman dies, the burden flies"). Hal inilah mungkin yang membuat dia sangat membenci wanita.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 39

Page 40: tokoh pendidikan.docx

Pada tahun 1812, dia jatuh cinta kepada seorang gadis berusia Sembilan belas tahun. Gadis itu seorang penyanyi opera dan bernama Caroline Richter. Mereka pun sempat berhubungan dengannya selama beberapa tahun. Namun, dia membatalkan rencana pernikahannya.

Setelah kematian ayahnya, Schopenhauer meneruskan bisnis ayahnya sebagai pedagang. Usaha itu dijalankannya selama dua tahun. Sedangkan ibunya pergi ke Weimar. Schopenhauer pun belajar di Gota Gym. Setelah itu, dia meninggalkannya karena muak dengan cercaan gurunya. Dia pun pergi ke tempat menemui ibunya. Ibunya pda waktu itu telah membuka sebuah salon kecil. Namun, dia tidak cocok dengan pekerjaan ibunya itu dan dia pun muak dengan ibunya yang dianggap melupakan kenangan bersama ayahnya. Schopenhauer pun kemudian berkuliah di sebuah universitas. Di sana dia menulis buku pertamanya, On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason.

Pada tahun 1813, wabah kolera menyerang Berlin dan Schopenhauer tinggal di kota itu. Schopenhauer pun menetap di Frankfrut tahun 1833. Pada saat itu, dia telah berusia dua puluh tujuh tahun. dia tinggal sendirian di Frankfrut, kecuali dengan binatang kesangannya Atman dan Butz. Karyanya berupa pemikiran yang paling menonjol di sepanjang hidupnya adalah Senilia. Judul ini diterbitkan sebagai penghargaan kepadanya. Schopenhauer mempunyai sebuah undang-undang yang kuat. Pemikiran Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Buddha dan filsuf Imanuel Kant. Kekagumannya kepada keduanya itu ama besar. Hal ini terlihat dari ruang kerjanya dipasang dengan kedua patung tokoh tersebut.

Pada tahun 1833, Dia hidup sebagai bujang kaya berkat warisan orangtuanya. Schopenhauer hidup dengan ketakutan kerena dia merasa terancam. Oleh sebab itu, dia sering tidur dengan pistol di sampingnya. Ia banyak menerbitkan tulisan, namun tidak laku dijual. Dia sendirilah yang membeli buku karya tulisannya untuk disimpan. Beberapa tahun menjelang akhir hidupnya, barulah ia terkenal. Buku yang disimpannya itupun diedarkannya. Schopenhauer hidup sendiri. rencana pernikahannya selalu berantakan. Dia menganggap hidup dengan banyak orang memuakkan dan membuang waktu baginya. Ia menhina dan mengejek Kaum wanita sebagai “para karikatur”.

Pada tahun 1860, keadaannya mulai memburuk. Dia pun meninggal pada 21 September 1860 karena gagal jantung ketika duduk di bangku sekitar rumahnya. Dia meninggal pada usia yang ketujuh puluh dua tahun.

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

Schopenhauer memberikan fokus kepada investigasinya terhadap motivasi seseorang. Sebelumnya, filsuf terkemuka Hegel telah mempopulerkan konsep Zeitgeist, ide bahwa masyarakat terdiri atas kesadaran akan kolektifitas yang digerakkan di dalam sebuah arah yang jelas. Schopenhauer memfokuskan diri untuk membaca tulisan-tulisan dua filsuf terkemuka pada masa kuliahnya, yaitu Hegel dan Kant. Schopenhauer sendiri mengkritik optimisme logika yang dijelaskan oleh kedua filsuf terkemuka tersebut dan kepercayaan mereka bahwa manusia hanya didorong oleh keinginan dasar sendiri, atau Wille zum Leben (keinginan untuk hidup) yang diarahkan kepada seluruh manusia.

Schopenhauer sendiri berpendapat bahwa keinginan manusia adalah sia-sia, tidak logika, tanpa pengarahan dan dengan keberadaan, juga dengan seluruh tindakan manusia di dunia. Schopenhauer berpendapat bahwa keinginan adalah sebuah keberadaan metafisikal yang mengontrol tindak hanya tindakan-tindakan individual, agent, tetapi khususnya seluruh fenomena yang bisa diamati. Keinginan yang dimaksud oleh Schopenhauer ini sama dengan yang disebut dengan Kant dengan istilah sesuatu yang ada di dalamnya sendiri.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 40

Page 41: tokoh pendidikan.docx

Pandangan filosofis Schopenhauer melihat bahwa hidup adalah penderitaan. Schopenhauer menolak kehendak. Apalagi dengan kehendak untuk membantu orang menderita. Ajaran Schopenhauer menolak kehendak untuk hidup dan segala manifestasinya, namun ia sediri takut dengan kematian. Schopenhauer menjelaskan seseorang yang hendak mengambil keputusan. Menurut dia, ketika kita mengambil keputusan, kita akan diperhadapkan dengan berbagai macam akibat. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil memiliki alasan atau dasar. Keputusan-keputusan ini menjadi tidak bebas lagi bagi si pemilihnya. Pemilih itu harus diperhadapkan kepada beberapa akibat dalam sebuah keputusan. Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan kebutuhan dan tanggung jawabnya. Segala kebutuhan dan tanggung jawab itu pun sudah dibawa sejak lahir dan bersifat kekal. Schopenhauer juga menegaskan jika tidak ada keinginan bebas, haruskah kejahatan dihukum?

Filsafat Schopenhauer ini termasuk ke dalam Idealisme Jerman. Pendapat ini dibuktikan melalui perbandingan antara filosofis Schopenhauer dengan pandangan Idealisme Jerman. Keduanya mengajarkan bahwa realitas bersifat subjektif, artinya keseluruhan kenyataan merupakan konstruksi kesadaran Subjek. Dunia ini juga dipandang sebagai ide. Pandangan Schopenhauer ini pun dijadikan wakil dari Idealisme Jerman. Sekalipun memang ada hal-hal yang bersifat lebih khusus dan fundamental yang membedakan pemikiran Schopenhauer dengan Idealisme Jerman. Bagi Schopenhauer, dasar dunia ini transcendental dan bersifat irasional, yaitu kehendak yang buta. Kehendak ini buta, sebab, sebab desakannya untuk terus-menerus dipuaskan tidak bisa dikendalikan dan tidak akan pernah terpenuhi. Namun, justru keinginan yang tak sampai berarti penderitaan. Selanjutnya, menurut dia bahwa kehendak transendental itu mewujudkan diri dalam miliaran eksistensi kehidupan, maka hidup itu sendiri merupakan penderitaan. Jalan keluar yang diusulkan Schopenhauer ini pun cukup logis. Kalau hidup ini adalah penderitaaan, maka pembebasan dari penderitaan tersebut tentunya akan tercapai melalui penolakan kehendak untuk hidup. Konkretnya adalah lewat kematian raga dan bela rasa.

Cara pemikiran Schopenhauer ini menarik. Namun, tetap saja memiliki kesalahan. Masalah dalam filsafatnya berkaitan dengan pandangannya atas pengetahuan tentang prinsip individuasi. Menurut Schopenhauer, berkat pengetahuan inilah manusia sadar bahwa dirinya adalah sama dengan semua makhluk hidup lain (dasar dari sikap bela rasa) sehingga dia tidak perlu memutlakkan diri dan keinginannya (dasar sikap mati raga atau penyangkalan diri). Tanpa pengetahuan ini, manusia tidak akan mengalami pencerahan dan tetap berada dalam kegelapan.

Anggapan Schopenhauer ini menekankan dua hal, yaitu bahwa kesadaran manusia terbukti lebih kuat dibandingkan nafsu dan keinginannya, dan bahwa karena itu ia juga mampu memperhatikan keadaan kepentingan orang lain, di dalam hal ini berarti bahwa manusia bukanlah makhluk egois sebagai mana yang dipikirkan oleh Schopenhauer. Namun, jika kesadaraan bisa menguatkan manusia menyangkal diri dan berbela rasa, bukankah demikian kehendak untuk hidup itu sendiri bukan merupakan dasar dari segalanya?

Kendatipun demikian, pengaruh Scopenhauer dalam perkembangan pemikiran selanjutnya cukup besar. Ia membuka jalan bagi orang suatu psikologi tentang alam bawah sadar ala Freud. Pemikiran Schopenhauer tentang kehendak untuk hidup di kemudian hari mempengaruhi filsafat Nietzsche tentang kehendak untuk berkuasa (Der Wille zur Macht)'. Setengah abad kemudian, ajaran Schopenhauer ini memberikan inspirasi pada filsafat hidup (Vitalisme), misalnya pada pemikiran Henry Bergson (1859-1941). Selain itu, ia menghidupkan perhatian dan minat orang Barat pada studi kesustraan dan agama-agama Timur, terkhusus Buddhisme.

C. HASIL KARYA KARYA TOKOH

• 1813, Über die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichenden Grunde (On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason)

• 1816, Über das Sehn und die Farben (On Vision and Colors)• 1819 [1818], Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [first edition, one

volume]• 1836, Über den Willen in der Natur (On the Will in Nature)• 1839, “Über die Freiheit des menschlichen Willens” (“On Freedom of the Human Will”)• 1840, “Über die Grundlage der Moral” (“On the Basis of Morality”)

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 41

Page 42: tokoh pendidikan.docx

• 1841 [1840], Die beiden Grundprobleme der Ethik (The Two Fundamental Problems of Ethics) [joint publication of the 1839 and 1840 essays in book form]

• 1844, Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [second edition, two volumes]

• 1847, Über die vierfache Wurzel des Satzes vom zureichenden Grunde (On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason) [second edition, revised]

• 1851, Parerga und Paralipomena• 1859, Die Welt als Wille und Vorstellung (The World as Will and Representation) [third edition, two volumes]

7. JEAN JACQUES ROUSSEAU

“Nothing is less in our power than the heart, and far from commanding we are forced to obey it.” - Jean Jacques Rousseau

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 42

Page 43: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Jean Jacques Rousseau (lahir di Jenewa, Swiss, 28 Juni 1712 – meninggal di Ermenonville, Oise, Perancis, 2 Juli 1778 pada umur 66 tahun) adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Prancis, perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya novelnya, Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci pada pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism dan romanticism di bidang tulisan fiksi. Karya autobiografi Rousseau adalah: 'Confession', yang menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern, dan Reveries of a Solitary Walker (seiring dengan karya Lessing and Goethe in German dan Richardson and Sterne in English), adalah contoh utama gerakan akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern. Rousseau juga menulis dua drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi penting dibidang musik sebagai teorist. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia dimasukan sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah kematiannya.

Jean-Jacques Rousseau (lahir 28 Juni 1712, wafat 2 Juli 1778) adalah seorang filsuf dan komposer Perancis Era Pencerahan dimana ide-ide politiknya dipengaruhi oleh Revolusi Perancis, perkembangan teori-teori liberal dan sosialis, dan tumbuh berkembangnya nasionalisme. Melalui pengakuan dirinya sendiri dan tulisan-tulisannya, ia praktis menciptakan otobiografi modern dan mendorong perhatian yang baru terhadap pembangunan subjektivitas --- sebuah dasar bagi karya-karya bermacam-macam pemikir hebat nantinya seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel dan Sigmund Freud. Novelnya "Julie, ou la nouvelle Héloïse" adalah salah satu karya fiksi yang sangat banyak terjual di abad ke-18 dan menjadi acuan penting dalam perkembangan karya-karya romantisme. Ia juga memberikan kontribusi penting pada musik, baik sebagai seorang pengembang teori musik maupun sebagai seorang komposer.

Sebagai seorang filsuf, Rousseau bertumbuh dalam suasana akademik yang baik. Ayahnya adalah orang yang berpendidikan tinggi. Di satu sisi, ia adalah seorang pembuat jam. Di sisi lain, ia adalah orang yang memiliki minat membaca amat tinggi. Dari ayahnyalah, Rousseau tertarik membaca tulisan-tulisan klasik, seperti karya Plutarch, seorang sejarahwan Yunani ternama. Bahkan, di dalam buku autobiografinya yang berjudul The Confessions, Rousseau menyatakan, bahwa karena membaca Plutarch, ia sering melihat dirinya sendiri sebagai orang Yunani, atau orang Romawi. Namun, dalam perjalanan waktu, kekayaan ayahnya mulai berkurang. Mereka pun terpaksa pindah pada 1722. Rousseau kemudian tinggal bersama pama dan sepupunya yang bernama Abraham. Seperti ditulis di The Confession, sebagaimana dicatat oleh Dent, Rousseau mengingat masa-masa itu dengan penuh kebahagiaan, sekaligus kepahitan. Namun, dalam perjalanan waktu, ia akhirnya berpisah jalan dengan Abraham, sepupunya.

Pada Maret 1728, sebagaimana dicatat oleh Dent, Rousseau mengalami peristiwa yang mengejutkan. Pada waktu itu, ia sedang berjalan-jalan di luar gerbang kota. Namun, ketika ia pulang, ia melihat pintu gerbang kota telah tertutup. Ia pun membuat keputusan ganjil, yakni memutuskan untuk pergi meninggalkan kotanya saat itu juga, tanpa pertimbangan, dan tanpa persiapan apapun. Ia “ingin mencoba kesempatannya di dunia yang lebih luas”. Selama beberapa waktu, ia menggelandang, hingga akhirnya berjumpa dengan Françoise-Louise de la Tour, Baronne de Warens, yang juga dikenal sebagai Madam de Warens. Setelah itu, ia sempat pergi ke Turin, namun kembali lagi tinggal bersama Madam de Warens. Pada 1731, mereka pindah ke Chambery, dan tinggal bersama selama sepuluh tahun ke depan. Sebagaimana dinyatakan oleh Dent, hubungan mereka dua amat istimewa, penuh trauma, sekaligus

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 43

Page 44: tokoh pendidikan.docx

penuh dengan kasih sayang. Rousseau tidak hanya menjadi kekasih untuk Madam de Warens, tetapi juga pengelola urusan-urusan rumah tangganya. Bersamanya, Rousseau membaca beragam karya klasik, dan mulai berani menulis. Namun, pada 1738, hubungan mereka retak. Rousseua mulai menjalin hubungan dengan Wintzenfried, asistennya.

Pada 1762, sekitar tiga puluh tahun kemudian, Rousseau menulis salah satu karya terbesarnya, yakni The Social Contract. Buku itulah yang menjadi acuan saya di dalam tulisan ini. Buku itu disambut dengan meriah oleh berbagai kalangan. Ia bahkan diminta untuk menuliskan konstitusi untuk Corsica pada 1764 dan Polandia pada 1771. “Jika Corsica tidak diinvasi, dan Polandia tidak pecah”, demikian tulis Wokler, “mungkin saja, di akhir abad 18, kita bisa melihat penerapan prinsip-prinsip Kontrak Sosial di konstitusi negara yang nyata.” Sebenarnya, inilah cita-cita

Rousseau, yakni mengawinkan teori dan praktek politik praktis. Ini jugalah yang membuatnya amat dikagumi oleh para pemikir lainnya, terutama oleh para pemikir Pencerahan. Berbeda dengan Filsafat Politik Plato, yang berbicara tentang praktek-praktek ideal suatu negara, filsafat politik Rousseau berbicara tentang situasi konkret tempat tinggalnya, dan bagaimana sebaiknya tempat itu dikelola dengan prinsip-prinsip yang tepat.

Di sisi lain, banyak juga pihak yang marah dengan tulisan Rousseau tersebut, terutama pada bagian yang membicarakan agama. Di dalam buku itu, sebagaimana ditegaskan oleh Wokler, Rousseau menegaskan kaitan antara agama dan politik. Artinya, orang berpolitik haruslah menggunakan semangat yang sama, seperti orang beragama, yakni melihat tugas-tugas politik sama sucinya dengan tugas-tugas suci agama yang melibatkan keberadaan Tuhan. Pandangan ini menuai banyak kritik, baik dari kalangan agama, maupun dari kalangan para pemikir sekular. Di mata para filsuf Pencerahan, Rousseau dianggap sebagai penjilat yang masih berpihak pada tradisi kuno, yakni agama. Di mata kaum agamawan, ia dianggap sebagai pemikir bejat yang menyamakan agama dengan kekotoran dunia politik. Namun, posisinya sebenarnya adalah pada komitmen pencerahan itu sendiri, yakni penggunaan akal budi dalam kehidupan pribadi, maupun kehidupan publik. Karya-karyanya terus mengalami sensor. Di Paris, buku-buku Rousseau dilarang terbit. Bahkan, buku-buku itu dibakar di jalan-jalan kota Geneva. Pada 1762, ia menjadi buronan para penegak hukum. Ia dibenci, baik oleh kaum agamawan, maupun oleh para pemikir Pencerahan. Dua kelompok yang pada masa-masa itu juga saling bertentangan.

Pada 1763, Rousseau mendapatkan perlindungan dari Frederick, penguasa Prussia (Jerman) pada masa itu. Pada saat yang sama, ia pun melepaskan kewarganegaraannya di Geneva. Di Prussia, ia seringkali harus menggelandang, karena tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Sebagaimana dicatat oleh Wokler, Rousseau pada masa-masa itu seringkali mengalami ketakutan berlebihan atas niat-niat orang-orang di sekitarnya. Ia merasa, bahwa semua orang memiliki niat jahat padanya. Pada 1766, ia menemukan pelindung baru, yakni David Hume di Inggris. Di sana, Rousseau tinggal lebih dari 18 bulan, terutama di Wootton, Staffordshire, Inggris. Namun, kecemasan dan ketakutannya terus ada, dan semakin bertambah. Ia selalu merasa, semua teman-temannya, termasuk Hume dan para pemikir Pencerahan di Prancis lainnya, bersekongkol untuk menjatuhkannya. Kecemasan dan ketakutan ini sungguh membuat hidup Rousseau menderita. Pada masa-masa yang sama, berbagai tulisan lahir dari tangannya, mulai dari tentang musik, botani, puisi, sampai karya-karya tentang pendidikan. Ia juga menulis autobiografi perjalanan hidupnya sendiri. Perasaan cemas, takut, dan kebencian pada orang-orang yang mengejarnya membuatnya harus kembali melarikan diri ke Paris bagian Utara, yakni di Ermenonville. Di tempat inilah, ia mengalami pendarahan, dan meninggal dalam diam. Namun, sebagaimana dicatat oleh Wokler, banyak orang menduga, Rousseau membunuh dirinya sendiri.

Menurut Nicholas Dent, di dalam bukunya tentang Rousseau, perjalanan hidup Rousseau dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah 1712-1749. Ini adalah masa-masa penempaan awal Rousseau sebagai seorang pemikir. Pada masa-masa ini, ia banyak menulis soal musik. Bagian kedua adalah masa pendewasaan, yakni 1750-1764. Pada masa-masa ini, banyak karya-karya terbaik Rousseau terbit. Diantaranya adalah Discourses, La Nouvelle Héloïse, Émile, The Social Contract, dan Letter to d’Alembert. Bagian ketiga adalah 1764-1768. Di masa ini, ia mengalami banyak gangguan mental. Pada masa ini pulalah ia menulis The Confession, autobiografinya yang terkenal. Pembagian ini, pada hemat saya, dapat membantu kita untuk memahami berbagai konteks peristiwa yang mempengaruhi hidup serta pemikiran Rousseau.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 44

Page 45: tokoh pendidikan.docx

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

Dari buku Emile pada kata pendahuluannya, tampak pandangan J.J Rousseau terhadap pendidikan, “Everything is good as it comes from the hand of author of nature; Everything degenerates in the hands of man “ ( Wild dalam Suparlan, 1984: 52). Anak harus di didik kearah kemungkinan-kemungkinan yang ada pada anak, yaitu sesuai dengan alamnya, jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Jadi pendidik harus mengenal keadaan anak sebagai anak. Semboyannya dalam dunia pendidikan sesuai dengan gagasan dasarnya yaitu “Kembali pada alam”, sehingga nampak jelas bahwa ia seorang naturalis.

Prinsip dasar pendidikan yang dikemukakan J. J. Rousseau adalah bahwa suatu pendidikan harus diresmikan dengan sifat dan kebutuhan individu setiap anak. Dorongan hati dari setiap anak tidak boleh dibatasi. Dikatakan oleh Rousseau bahwa seorang anak lahir dengan sifat-sifatnya yang baik, ia hanya akan memiliki sifat jahat bila ada pengaruh dari orang dewasa yang biasanya salah dalam membimbingnya yaitu dengan disiplin keras dan contoh-contoh yang buruk. Rousseau sependapat dengan pandangn pendidikan john locke, tetapi ia menolak anjuran john locke untuk mengendalikan secara ketat kegiatan dan keinginan setiap anak. Ia juga menolak pernyataan hobbes yang mengatakan bahwa setiap manusia yag lebih ditakdirkan untuk jahat, perusak, bersaing, agresif, dan tamak, oleh karena itulah mereka harus diatur dan diawasi melalui huukum dan kekuasaaan pemerintah. Sebaliknya dikatakan oleh Rousseau, bahwa setiap manusia yang lahir tidak saja hanya memiliki naluri untuk menjaga diri, tetapi juga rasa simpati dan perasaan baik terhadap sesamanya serta sifat-sifat dermawan lainnya, yang kesemuanya itu akan di rusak oleh peradaban sehingga mengakibatkan kepalsuan-kepalsuan dalam diri individu, ketidakbermoralan dan kebiasaan-kebiasaan tidak baik lainnya.

Untuk menolong seorang anak memahami dirinya sendiri, seorang harus mengerti dan mengetahui keadaan fisik, sosial, intelektual, kemampuan serta kebutuhannya. Rousseau menekankan perlunya pengertian terhadap anak-anak dan ia menyamai John Locke sebagai perintis dasar-dasar psikologi modern anak-anak. Menurutnya, tujuan dari pendidikan adalah membentuk manusia bebas, merdeka tanpa tekanan ataupun ikatan, tidak untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menjadi manusia bagi kalangan tinggi, atau untuk suatu jabatan, atau untuk pemeluk suatu agama maupun untuk anggota masyarakat atau warga suatu Negara.

Jenis pendidikan menurut Rousseau, yaitu pendidikan harmonis meliputi jasmani dan rohani termasuk pendidikan intelektual, akhlak kesusilaan, dan keagamaan. Usaha pendidikan secara individualistik, hal ini dimaksudkan agar anak didik tidak mendapat pengaruh dari orang lain, diluar masyarakat, bahkan terlepas dari orangtua. Alat pendidikan yaitu kebebasan, kemerdekaannya sebagai konsekuensi gagasannya, bahwa alam/kodrat anak adalah baik, tanpa kekangan suatu apapun. Hal ini sesuai dengan riwayat hidupnya. Pendidik bukan orangtua tetapi pengasuh yang baik sekali dalam segala hal.

Sedangkan tugas dari pendidikan, menurut Rousseau adalah membiarkan anak berkembang menurut alamnya dan menjauhkan pengaruh yang jelek, karena kodrat anak adalah baik. Tidak boleh pendidik memerintah, melarang, memberi hukuman atau hadiah, menuntut ketaatan, ketekunan, menanamkan kebiasaan dan sebagainya pada anak didik. Alamiah yang memimpin dan memerintah anak didik. Karena itu J. J. Rousseau hanya mengenal hukuman alam. Jadi tidak ada pendidikan sengaja, yang ada ialah pendidikan tidak sengaja, karena ia membiarkan anak berkembang sendiri tanpa pengaruh. Pendidik juga tidak boleh mengganggunya dengan ajaran moral karena belum siap. Pendidikan tak punya kuasa, alamlah yang berkuasa.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 45

Page 46: tokoh pendidikan.docx

Menurut Rousseau, cara mencapai ini pertama-tama ialah memelihara kesehatan (pendidikan jasmani). Pengajaran dimulai dari latihan-latihan indra ditujukan kepada pengamatan anak, bukan ingatan. Sebab apabila terlalu banyak latihan mengingat, akan menghambat berpikir. Bukan budi atau akal yang menetapkan sesuatu itu baik atau buruk, tetapi perasaan, keinginan spontan dari kepribadian. Pendidikan menurutnya wajib menyajikan kesempatan sebagai usaha supaya anak mempunyai anggapan akan kegunaan sesuatu. Ajarannya adalah sintetis karena anak didik untuk dapat mengamati diri sendiri dan untuk dapat mendapatkan pengalaman. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan modern. Dengan sifat didaktif itu ia mengajarkan tentang ilmu bumi yang diberikan lewat peragaan secara langsung. Anak dididik untuk tidak boleh menghafal yang penting adalah penggunaan pikiran.

Untuk mengetahui kebutuhan anak guru harus belajar ilmu tentang anak-anak. Tujuan pendidikannya adalah membentuk anak menjadi manusia bebas. Karena itu anak didik perlu mengamati menyelidiki sendiri guna untuk memperoleh pengalaman. Dalam pendidikan sejarah ia lebih mengutamakan tokohnya untuk mempelajari motif-motif perbuatan, hal ini berguna dalam pembentukan akhlak. Dalam ilmu Fisika ia mengutamakan gejalanya bukan hukumnya. Percobaan dilakukan dengan alat yang dibuat sendiri. Dalam menggambar menggunakan bahan gambar asli dari alam bukan mencontoh. Dalam menyanyi ia menggunakan not angka yang nantinya terkenal dengan metode Cheve setelah disempurnakan oleh Gallen-Paris-Cheve.

Pendidikan moral bagi Rousseau lebih merupakan soal pengalaman daripada masalah pengajaran. Pendidikan intelek tidak ada sampai anak berumur 12 tahun, motif belajar karena kebutuhannya sendiri sehingga ia mempunyai kebutuhan untuk dapat membaca dan menulis. Setelah berumur 12 tahun motif belajar anak adalah untuk menambah pengetahuan dan bukan merupakan suatu kebutuhan lagi tetapi merupakan kegunaan bagi hidup anak tersebut.

Pendidikan akhlak diajarkan sesudah anak berumur 15 tahun. Pendidikan akhlak tidak diajarkan dengan motif keagamaan karena motif dalam perbuatan adalah kata hati yang dianamakan naluri Tuhan. Saat anak berumur 15 tahun saat anak dalam masa pubertas dianjurkan supaya anak aktif sehingga hal-hal buruk dapat dihindari.

Pendidikan agama hanya diajarkan berdasarkan pemikiran, dengan pemikiran anak diperkenalkan dengan Tuhannya. Yang nantinya atas kemauan sendiri anak dapat memilih agama yang cocok

Pendidikan Wanita ini dibicarakan dalam bukunya jilid V, buku ini juga berisi pula gagasan pokok yang tercantum dalam La Nouvelle Heloise sebagai wanita baru agar nantinya wanita dapat menjadi ibu yang baik, pendidik yang cakap, isteri yang berbakati. Wanita tidak diberi pelajaran yang sederajat dengan lelaki tetapi ia harus diberi pelajaran membaca, menulis berhitung, menggambar dan pekerjaan tangan. Ia juga wajib mengikuti agama suaminya. Dalam pendidikan kesusilaan wanita diutamakan kerendahan hatinya, ketaatan, berbakti pada suami dan sopan dalam setiap tata cara.

Tentang hukuman ia berpendapat bahwa hukuman itu tidak perlu ada, sebab hukuman sudah diberikan oleh alam, yaitu sebagai akibat yang wajar dari perbuatan si anak.

Rousseau mengajukan beberapa teorinya tentang pendidikan, yaitu:

1. Rekomendasi untuk pendidikan swasta

Tujuan yang disarankan Rousseau untuk pendidikan swasta adalah perdamaian diri sendiri. Ketenangn ini biasanya diperoleh tidak terhalangnya pemuasan kehendak. Perlu adanya harmonis antara kekuatan dan kehendak. Oleh sebab itu, lembaga-lembaga yang ada hendaknya bekerja untuk memuaskan kebutuhan. Pendidikan berisi semua aktivitas untuk mencapai kedamaian dalam diri seseorang.

2. Rekomendasi untuk pendidikan negeri

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 46

Page 47: tokoh pendidikan.docx

Tujuan pendidikan negeri adalah memperoduksi kebudayaan nasional dari generasi yang satu ke generasi yang lain dan mengembangkan karakter nasional pada diri anak. Rousseau menyarankan agar kurikulum dan administrasi pendidikan digunakan untuk mencapai tujuan umum. Kurikulum harus diatur oleh sekolah, dimana guru-guru dan para administrator merupakan pegawai negeri. Sekolah harus diatur oleh komisi pusat yang tugasnya memberi inspeksi kepada guru-guru, menjelaskan bahwa tujuan nasional harus direalisir.

Tulisan-tulisan Rousseau dapat dikatakan sebagai faktor penting dalam pertumbuhan sosialisme, romantisme, totaliterisme, anti-rasionalisme juga berpengaruh terhadap teori pendidikan modern. Ia juga sebagai penyumbang bagi ide-ide modern menuju demokrasi dan persamaan serta perintis kearah pecahnya Revolusi Perancis. Jika semboyan revolusi menjadi liberte, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, persaudaraan) dan jika kedaulatan rakyat sangat ditekankan maka akan terasalah pengaruh dari Rousseau. Selain itu cita-citanya mempesona banyak orang “Kembali ke alam, hiduplah sederhana, bersungguh-sungguh dan menurut pada alam”.

C. KRITIK TERHADAP PANDANGAN FILSAFAT J. J. ROUSSEAU

Kritik-kritik Rousseau terhadap pranata-pranata sosial yang dibuat-buat, disiplin yang berlebihan, kekuasaan yang sewenang-wenang dan studi yang tidak praktis, sebenarnya ditujukan pada berbagai penghambat tradisional agar tercipta suatu system pendidikan yang baik. Pengaruh-pengaruh Rousseau lainnya yang lebih positif lagi ialah sumbangnnya terhadap psikologi anak-anak, studi-studinya sehubungan dengan peristiwa alam, ekspresi diri, pemberian contoh, disiplin diiri, pendidikan jasmanidan penyesuaian system pengajaran denagn kemampuan individu, minat dan kebutuhan anak. Ia juga mengilhami berbagai ahli pendidikan, pengarang, dan ahli filsafat, diantaranya Johan Bernhard Basedow, Immanuel Kant, dan sebagainya.

Apabila karya J. J Rousseau dinilai, maka hasil evaluasinya bergantung pada pandangan hidup dan agama orang yang member evaluasi. Ada penghargaan yang tinggi, ada kritik yang tajam-tajam. Kalau dibandingkan banyaknya penghargaan dengan banyaknya kritik, maka ternyata bahwa J. J. Rousseau menerima lebih banyak penghargaan daripada kritik. Semuanya setuju bahwa besar sekali sekali pengaruh karya J. J. Rousseau terhadap perkembangan kenegaraan dari monarkhi menuju republic, terhadap perkembangan kepercayaan maupun agama, terhadap perkembangan ilmu pendidikan, terhadap ilmu perkembangn mengajar dan sebagainya.

Beberapa kritik terhadap pandangan filsafat Rousseau:

1. Pendidikannya terlampau bersifat individualistis. Hal ini bertentangan dengan kenyataan, bahwa manusia itu adalah makhluk sosial.

2. Pendidikan diluar keluarga tidak sesuai dengan pertanggungjawaban orangtua sebagai penanggungjawab utama terhadap anak kandungnya.

3. Gagasannya, bahwa kodrat anak baik dan masyarakat buruk menimbulkan pertanyaan: darimana asalnya keburukan dalam masyarakat itu?

4. Kaum agama mengkritiknya karena gagasannya yang bertentangan dengan ajaran agama.5. Sebelum anak berusia 12 tahun tidak diberi pengajaran dengan sengaja, sehingga perkembangan rohaniah

selama itu diabaikan saja.6. Pandangan yang rendah terhadap kedudukan wanita.

Beberapa penghargaan terhadap karya Rousseau:1. Bidang pendidikanGagasannya agar dalam pendidikan mengutamakan alam anak sebagai pangkal bertolak dan tujuan berbuat.Anjuran untuk mempelajari pedagogi dan menyesuaikan usaha pendidikan dengan kebutuhan anak.Peringatannya agar dalam masa pubertas fantasi anak tidak dibiarkan bekerja leluasa.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 47

Page 48: tokoh pendidikan.docx

2. Bidang pengajaranDiutamakan pendidikan formil daripada pendidikan materiil (jumlah pengetahuan)Memakai metode induktif sintetisDiutamakan pengetahuan berisi bukannya pengetahuan semu atau verbalismePenggunaan sifat didaktik: keaktifan, peragaan, minatPenggunaan alat pelajaran buatan sendiriPenggunaan metode not angka

D. PENERAPAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Jean Jacque Rousseau adalah salah satu seorang penganut aliran naturalisme, Mengapa?. Karena dia berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Namun, pembawaan baik itu bisa rusak karena pengaruh oleh lingkungan.

Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam, dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari metode belajar Naturalistik, dan sedangkan dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Observasi berarti mengamati secara langsung fenomena yang ada di alam ini secara cermat dan cerdas.

Fenomena menarik di bidang pendidikan saat ini adalah lahirnya berbagai model pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan pusat kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran tidak lagi dilakukan di dalam kelas yang dibatasi oleh ruang dan waktu, tetapi lebih fokus pada pemanfaatan alam sebagai tempat dan sumber belajar. Belajar di dan dengan alam yang telah menyediakan beragam fasilitas dan tantangan bagi peserta didik akan sangat menyenangkan. Tinggal kemampuan kita bagaimana “mengekplorasi” sumber daya alam menjadi media, sumber dan materi pembelajaran yang sangat berguna.

Jika di dalam kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas guru, maka di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa menciptakan hubungan yang lebih akrab satu sama lain. Dari hubungan yang akrab ini lebih lanjut terjadi hubungan emosional yang mendalam antara guru dengan peserta didiknya. Dalam kondisi seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana belajar yang kondusif.

Menyatunya para siswa dengan alam sebagai tempat belajar dapat memuaskan keingintahuannya (curiousity), sebab mereka secara langsung face to face berhadapan dengan sumber dan materi pembelajaran secara riil. Hal yang sangat jarang terjadi pada pembelajaran di dalam kelas. Di alam mereka akan melihat langsung bagaimana sapi merumput, mereka mendengar kicau burung, mereka juga merasakan sejuknya air, mencium harum bunga, memetik sayur dan buah yang semuanya merupakan pengalaman nyata tidak terlupakan. Mereka belajar dengan nyaman, asyik dan berlangsung dalam suasana menyenangkan, sehingga informasi terekam dengan lebih baik dalam otak para siswa. Melalui proses eksploratoris seperti di atas, para siswa telah melakukan apa yang dikenal dengan istilah global learning (belajar global), sebuah cara belajar yang begitu efektif dan alamiah bagi manusia. Karena belajar akan lebih efektif manakala para siswa melihat, mendengar, merasa, mengalami, dan memperaktekkan secara langsung apa yang mereka pelajari.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan aliran filsafat yang diusung oleh Jean Jacques Roussau yaitu aliran filsafat naturalisme. Disamping memiliki kelebihan, namun aliran ini juga memiliki kekurangan. Karena tidak ada suatu aliran pendidikan yang sempurna. Dan ketika ingin menerapkan suatu aliran pendidikan, hendaknya disesuaikan juga perkembangan zaman. Apakah aliran tersebut masih relevan atau sudah tidak relevan lagi.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 48

Page 49: tokoh pendidikan.docx

Pandangan yang dibawa oleh Jean Jacques Rousseau ini cukup bagus untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Karena teori yang diusung adalah kembali pada alam, yang mana peserta didik dituntut untuk belajar melalui alam. Selain itu, kebebasan yang menjadi tujuan dari pandangan Rousseau amat sangat bagus karena peserta didik memiliki kebebasan untuk mengeksplor segala bakat dan minat yang miliki tanpa ada kekangan atau tekanan dari pihak lain. Banyak hal positif yang bisa diambil dan diterapkan dari pandangan Rousseau ini. Namun, ada juga beberapa kekurangan dari pandangan Rousseau ini. Yaitu sifat pendidikan yang ia usung adalah pendidikan yang bersifat individualistik hal tersebut ia maksudkan agar si peserta didik tidak terpengaruh oleh masyarakat.

Tujuan tersebut memang baik, namun dengan pendidikan yang bersifat individualistik secara tidak langsung berlawanan dengan hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang mana membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Namun pandangan yang diusung oleh Rousseau yaitu untuk kembali ke alam, mengingatkan kepada para pendidik akan pentingnya untuk belajar melalui alam. Dan sekarang juga sudah banyak kita jumpai sekolah-sekolah alam yang menerapkan system belajar mengajar di luar ruangan atau outdoor. Dengan adanya sekolah alam saat ini bisa meningkatkan kecintaan siswa pada alam dan juga siswa bisa belajar secara menyeluruh melalui alam.

E. HASIL KARYA

1. lajoooo sur les sciences et les arts, 17502. Narcissus, or The Self-Admirer: A Comedy, 17523. Le Devinda du Village: an opera, 1752,4. Discours sur l'origine et les fondements de l'inégalité parmi les hommes), 17545. Discourse on Political Economy, 17556. Lettre à d'Alembert sur les spectacles, 17587. Julie, ou la nouvelle Héloïse, 17618. The Creed of a Savoyard Priest, 1762 (in Émile)9. Du contrat social, 176210. Four Letters to M. de Malesherbes, 176211. Lettres de la montagne, 176412. Confessions of Jean-Jacques Rousseau (Les Confessions), 1770, diterbitkan 178213. Constitutional Project for Corsica, 177214. Considerations on the Government of Poland, 177215. Essai sur l'origine des langues, terbit 178116. Rêveries du promeneur solitaire, (tidak selesai), diterbitkan 178217. Dialogues: Rousseau Judge of Jean-Jacques, published 1782

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 49

Page 50: tokoh pendidikan.docx

8. LOUIS WILLIAM STERN

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 50

Page 51: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

William Louis Stern adalah seorang tokoh pelopor psikologi modern kelahiran jerman. William adalah pelopor yang dapat menyatukan pandangan nativisme dan empirisme menjadi satu. Lalu, mendapatkan sebuah teori baru yang disebut teori Stern atau disebut juga teori konvergensi yang intinya berpendapat bahwa kepribadian merupakan hasil interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan.

Louis William Stern lahir pada tanggal 29 April 1871, William adalah seorang psikolog dan filsuf Jerman tercatat sebagai pelopor dalam bidang psikologi kepribadian dan kecerdasan. Dia adalah penemu konsep intelligence quotient, atau IQ, kemudian digunakan oleh Lewis Terman dan peneliti lain dalam pengembangan tes IQ pertama, didasarkan pada karya Alfred Binet. Dia adalah ayah dari penulis dan filsuf Jerman Günther Anders. Pada tahun 1897, Stern menemukan variator nada, memungkinkan dia untuk penelitian persepsi manusia suara dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Stern lahir di Berlin, cucu dari filsuf Jerman-Yahudi reformasi Sigismund Stern. Ia menerima gelar PhD di bidang psikologi dari University of Berlin, di mana ia belajar di bawah Ebbinghaus pada tahun 1893. Dia mengajar di Universitas Breslau 1897-1916. Pada tahun 1916 ia diangkat sebagai Profesor Psikologi di University of Hamburg, di mana ia tetap sampai 1933 sebagai Direktur Institut psikologi. Stern, seorang Yahudi, digulingkan oleh rezim Hitler setelah bangkitnya kekuatan Nazi. Dia berhijrah pertama ke Belanda, kemudian ke Amerika Serikat pada tahun 1933, di mana ia diangkat Dosen dan Profesor di Duke University. Dia mengajar di Duke sampai kematiannya pada tahun 1938 karena serangan jantung.

Ia menikah dengan Clara Joseephy, psikolog. Mereka memiliki 3 anak: Hilde, Eva dan Günther, yang menjadi esais dan pemikir juga. Stern dianggap pada masanya sebagai seorang psikolog muda terkemuka dan salah satu pakar terkemuka dalam psikologi diferensial. Dia diperkenalkan ke intelijen pengujian konsep intelligence quotient atau IQ, praktek membagi usia perkembangan oleh usia kronologis. Filosofi Stern, yang ditetapkan dalam buku tebal beberapa, dinyatakan sebagai bentuk personalisme. Stern juga menulis tentang persona dari kelompok orang. Ia memandang lembaga besar seperti gereja sebagai entitas yang hidup dengan kepribadian. Ia dikutip dalam buku De Belanda levende Onderneming ("Perusahaan Hidup") oleh Arie de Geus yang menggunakan filosofi Stern untuk menjelaskan umur panjang perusahaan tertentu seperti Shell Oil dan Mitsubishi.

Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan (nativisme) sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan (empirisme) termasuk juga pendidikan serta pengalaman. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama paham konvergensi adalah Louis William Stern, seorang filsuf, sekaligus sebagai psikolog Jerman. Stern dan para Konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara paham pembawaan (nativisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia dan aliran lingkungan (empirisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia. Hukum ini menganggap hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 51

Page 52: tokoh pendidikan.docx

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

1. TEORI KONVERGENSITeori ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan empirisme, yang keduanya

dipandang sangat berat sebelah. Teori ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

Konvergensi berasal dari bahasa Inggris dari kata “Converge” yang berarti “memusatkan pada satu titik; bertemu” atau “tindakan bertemu di suatu tempat”. Prof. Zahara Idris, MA., mengartikan konvergensi sebagai “pertemuan pada satu titik”. Teori konvergensi merupakan aliran pendidikan yang mempertemukan dua aliran yang berlawanan yaitu nativisme dan empirisme dan teori ini dipelopori oleh William Stern yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang itu tergantung pada pembawaan dan lingkungan.

Konvergensi adalah teori yang dipelopori oleh Louis William Stern, seorang tokoh filsafat dan psikologi yang berkebangsaan Jerman dan dilahirkan di Berlin pada tanggal 2 April 1871. Stern menyatakan bahwa perkembangan manusia baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, sama-sama mempunyai peranan yang penting. Bakat sebagai disposisi telah ada pada masing-masing individu yang kemudian bakat tersebut dapat terealisasikan dengan nyata apabila sesuai dengan kebutuhan untuk berkembangnya dasar tersebut. Pembawaan tanpa dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan lingkungan tidak akan berarti apa-apa, demikian pula sebaliknya.

Kemunculan teori konvergensi dilatarbelakangi oleh munculnya teori empirisme dan nativisme. Teori empirisme menyatakan bahwa watak itu semata-mata dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan, jadi watak itu belum ada ketika anak itu dilahirkan. Jiwa manusia ketika dilahirkan itu masih dalam keadaan kosong dan pasif bagaikan tabularasa, yaitu kertas putih yang belum ditulisi. Pendidikan itu sangat mempengaruhi perkembangan anak, walau bakat pada anak tidak ada, tapi bila ia dididik sebagaimana keinginan sang pendidik pasti akan berhasil, serta pengetahuan itu akan datang dengan sendirinya melalui pengalaman yang ada pada lingkungan. Aliran ini sangat yakin sekali bahwa hanya pengalamanlah yang akan menentukan pribadi seseorang. Sedangkan Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawanya sejak lahir. Nativisme menitikberatkan pada faktor pembawaan sedangkan empirisme menitikberatkan pada faktor lingkungan.

Dalam pendidikan, terdapat hukum konvergensi, yaitu hukum mengenai bertemunya antara pembawaan dan lingkungan. Stern memadukan antara nativisme dan empirisme karena menurutnya pembawaan dan lingkungan merupakan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Lalu Stern menyusun teorinya bahwa hasil pendidikan itu bergantung dari pembawaan dan lingkungan. Jadi yang dimaksudkan bahwa antara pembawaan dan lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan dalam pendidikan anak.

Menurut Stern, seorang bayi mempunyai pembawan yang baik dan buruk. Ia berpendapat pula bahwa teori empirisme dan nativisme itu masing-masing terlalu berat sebelah dan ekstrim. Keduanya mempunyai kebenaran dan

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 52

Page 53: tokoh pendidikan.docx

ketidakbenaran. Pembawaan dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam perkembangan dan pendidikan, namun hasilnya tergantung besar kecilnya pembawaan dan situasi lingkungan masing-masing. Inilah alasan mengapa Stern memadukan antara nativisme dan empirisme yang menjadi teori konvergensi. Selain alasan itu, Stern memandang bahwa antara nativisme dan empirisme keduanya tidak tahan uji karena bersifat eksklusif, ekstrim dan berat sebelah. Bakat kemungkinan telah ada pada setiap individu, akan tetapi bakat yang telah ada tersebut perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya bakat tersebut dapat berkembang. Teori Konvergensi ini kemudian berkembang dan tumbuhlah gerakan-gerakan baru dalam pendidikan.

2. TEORI KONVERGENSI DALAM PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan pertolongan yang diberikan oleh lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan menghambat berkembangnya pembawaan yang buruk. Pendidikan pada hakekatnya adalah untuk mengubah perilaku manusia, karena ia dapat menerima pendidikan dan dapat dididik. Instink bagi manusia tidak terlalu penting karena manusia dianugerahi akal oleh Tuhan untuk berpikir. Adalah tugas seorang pendidik adalah mengembangkan sifat yang baik dan tidak memberi kesempatan untuk berkembangnya sifat-sifat yang buruk. Karena secara kodrat, kedua sifat itu menuntut untuk berkembang. Peranan pendidikan disini sangatlah penting bagi perkembangan anak karena pendidikan yang menentukan baik buruknya anak. Tanpa pendidikan anak tidak akan bisa berkembang karena pendidikan merupakan proses perkembangan bagi anak.

Relevansinya terhadap pendidikan, bahwa perkembangan pendidikan pada anak didik berlangsung dengan sendirinya atas kekuatan dari dalam. Mustahil anak sesudah masa sekolah kemudian dipaksa meloncat menjadi dewasa tanpa melampaui masa pendidikan lebih lanjut. Pendidikan yang dicapai adalah suatu perpaduan kekuatan dari dalam yang mendorong untuk berkembang kemudian situasi lingkunganlah yang mempengaruhi jalannya perkembangan tersebut.

Pendidikan anak pertama kali diperoleh dari keluarga. Orang tuanyalah yang bertanggungjawab atas pendidikan awal anak tersebut dan sebagai pendidik maka menurut kodrat, ia adalah pendidik pertama dan utama. Hanya dengan pertolongan dan pendidikan orang tuanyalah bayi dapat berkembang. Dan, kecerdasan yang dibawa seseorang sejak lahir sangatlah menunjang akan keberhasilan pendidikan seseorang. Sebuah kenyataan bahwa kecerdasan yang berasal pembawaan dan kecerdasan yang berasal dari pengalaman (lingkungan) sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak secara maksimal. Jadi, keberhasilan pendidikan merupakan hasil konvergensi antara faktor pembawaan dan faktor lingkungan.

Ada beberapa faktor pendidikan yang membentuk pola interaksi dan saling mempengaruhi, diantaranya yaitu; pendidik, peserta didik, isi/bahan, cara/metode, situasi lingkungan dan tujuan pendidikan. Keenam faktor pendidikan tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satunya tidak terpenuhi maka hasil pendidikan tersebut tidak akan bisa berhasil dengan baik. Orang tua bertanggungjawab atas pendidikan pada anaknya terutama pendidikan moral sebagai pondasi bagi anak dalam masa perkembangannya menuju dewasa. sekolah dan masyarakat juga mendukung berkembangnya pendidikan. Jadi baik buruknya anak itu tergantung bagaimana ketiga lingkungan itu mendidiknya.

Dalam perkembangan anak didik, selalu terjadi interaksi antara faktor ajar dan faktor dasar, faktor indogen dan faktor eksogen, faktor ekstern dan faktor intern serta faktor lingkungan dan faktor pembawaan sebagaimana hukum konvergensi, yang diantara masing-masing pasangan tersebut saling mempengaruhi. Pendidik seharusnya mengetahui potensi yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, sehingga dalam mengarahkannya akan menjadi lebih

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 53

Page 54: tokoh pendidikan.docx

mudah. Walaupun dalam kenyataannya banyak para pendidik yang mengabaikannya sehingga menghambat perkembangannya dan menjadikan matinya bakat yang telah dibawanya sejak lahir. Adapun hal – hal yang berkaitan dengan teori konvergensi, yaitu:

1. Pembawaan, yaitu seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat direalisasikan. Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya yang menyangkut fisik dan psikis atau sifat mental dan memiliki potensi untuk berkembang serta merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Ada beberapa macam pembawaan dalam diri manusia, diantaranya adalah; pertama, pembawaan jenis yaitu pembawaan pada manusia yang mengenal bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya dan lain sebagainya, yang masing-masing individu memiliki ciri khas yang berbeda. Kedua, Pembawaan ras yang termasuk pembawaan keturunan, misalnya ras Mongolia, Indogerman, dan lain sebagainya. Ketiga, Pembawaan jenis kelamin yaitu jenis laki-laki atau perempuan. Dan keempat, Pembawaan perseorangan yaitu pembawaan yang bersifat individu (perseorangan) yang unik dan pada tiap orang itu berbeda. Pembawaan sebagaian besar muncul dalam sifat jasmaniah (fisik) dan sebagian lagi rohaniah (psikis). Sifat jasmani dapat dilihat dengan nyata bila potensi tersebut mengalami perkembangan dan hal itu membutuhkan latihan, karena setiap potensi mempunyai masa kematangan masing-masing. Sedang psikis diketahui dengan melihat pretasi yang dimunculkan anak tersebut. Akan tetapi semua itu tidak mungkin akan terwujud kalau tidak mendapatkan kesempatan dan rangsangan dari luar untuk berkembang.[35] Anak memperoleh warisan pembawaan dari orang tuanya sejak masa pembuahan sel telur. Potensi ini relatif sudah terbentuk dan sulit untuk berubah, baik melalui usaha kegiatan pendidikan maupun pemberian pengalaman.

2. Lingkungan Pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh yang datang dari luar yang mempengaruhi kegiatan pendidikan. Sejak dalam kandungan sampai dewasa, anak mendapatkan pengaruh lingkungan sekitarnya, baik yang bersifat membantu pertumbuhan atau yang bersifat menghambat pertumbuhan. Lingkungan sosial anak yang berupa sikap, perilaku dan kebiasaan bukanlah pembawaan melainkan hal yang diperoleh dan dipelajari oleh anak dari lingkungan sosialnya. Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif. Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik berupa fisik maupun non fisik yang mempengaruhi proses pendidikan. Untuk itu para pendidik, baik guru maupun orang tua harus wasapada terhadap milleu atau lingkungan anak didiknya agar tidak terjerumus dalam pengaruh negatif. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh sosial bagi anak yang kemudian pengaruh berikutnya mereka dapatkan dari lingkungan sosial yaitu masyarakat. Dari masyarakat anak mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan apa yang telah mereka dapatkan dari lingkungan keluarganya. Dengan demikian pengetahuan dan wawasan anak akan semakin bertambah luas.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 54

Page 55: tokoh pendidikan.docx

Teori Konvergensi adalah teori yang memadukan antara nativisme (pembawaan) dan empirisme (lingkungan), dan dalam teorinya menyebutkan bahwa perkembangan seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan (pendidikan). Pembawaan tanpa dipengaruhi oleh faktor lingkungan tidak akan bisa berkembang demikian juga sebaliknya. Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang menjadikan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam karena nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Dengan pendidikan Islam diharapkan potensi dasar (pembawaan) yang telah ada sejak anak lahir dapat terealisasikan dan berkembang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dalam pendidikan Islam mengakui adanya persamaan yang ada dalam Teori Konvergensi, yang berarti Islam mempertemukan pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Namun walaupun serupa namun keduanya punya perbedaan. William Stern menyatakan bahwa ketika seorang anak lahir maka ia punya pembawaan yang baik dan pembawaan yang buruk, maka dari itu lingkunganlah yang berpengaruh dalam proses perkembangannya. Sedangkan dalam perspektif pendidikan Islam maka ketika anak lahir hanya membawa pembawaan yang bersifat baik.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 55

Page 56: tokoh pendidikan.docx

9. AL GHAZALI

“Bersungguh – sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.” -

Imam Al Ghazali

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 56

Page 57: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.

Dilahirkan di Kota Thus, Provinsi Khurasan, Persia (Iran), pada tahun 450 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1058 Masehi. Al-Ghazali berasal dari keluarga ahli tenun (pemintal). Ayahnya adalah seorang pengrajin sekaligus penjual kain shuf (yang terbuat dari kulit domba) di Kota Thus. Namun, sang ayah menginginkan Al-Ghazali kelak menjadi orang alim dan saleh. Karena itu, menjelang wafat, ayahnya mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, ”Sungguh, saya menyesal tidak belajar khath (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka, saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya,” ungkapnya pada pengasuh Al-Ghazali dan saudaranya. Imam Al-Ghazali memulai belajar di kala masih kecil dengan mempelajari Bahasa Arab dan Parsi hingga fasih. Karena minatnya yang mendalam terhadap ilmu, Al-Ghazali mulai mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fikih, dan filsafat. Selepas itu, ia berguru kepada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Radzakani di Kota Thus untuk mempelajari ilmu fikih. Kemudian, ia berangkat ke Jurjan untuk menuntut ilmu dengan Imam Abu Nashr Al-Isma’ili.

Selepas menuntut ilmu di Jurjan, Al-Ghazali pergi mengunjungi Kota Naisabur untuk berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini. Selama di Naisabur, ia berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafii, ilmu perdebatan, ushuluddin, mantiq, hikmah, dan filsafat. Selain itu, ia berhasil menyusun sebuah tulisan yang membuat kagum gurunya, Al-Juwaini. Setelah sang guru wafat, Imam Al-Ghazali pergi meninggalkan Naisabur menuju ke majelis Wazir Nidzamul Malik. Majelis tersebut merupakan tempat berkumpulnya para ahli ilmu. Di sana, Al-Ghazali menantang debat para ulama dan berhasil mengalahkan mereka. Lalu, karena ketinggian ilmu yang dimiliki Imam Al-Ghazali, Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi guru besar di Madrasah Nizhamiyah (sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh Nidzamul Malik) di Baghdad pada tahun 484 H. Saat itu, usia Al-Ghazali baru menginjak 30 tahun. Di sinilah, keilmuan Al-Ghazali makin berkembang dan menjadi terkenal serta mencapai kedudukan yang sangat tinggi. Sebagai pimpinan komunitas intelektual Islam, Al-Ghazali begitu sibuk mengajarkan ilmu hukum Islam di madrasah yang dipimpinnya.

Empat tahun memimpin Madrasah Nizamiyyah, Al-Ghazali merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Batinnya dilanda kegalauan. Ia merasa telah jatuh dalam krisis spiritual yang begitu serius. Al-Ghazali pun memutuskan untuk meninggalkan Baghdad. Kariernya yang begitu cemerlang ditinggalkannya. Setelah menetap di Suriah dan Palestina selama dua tahun, ia sempat menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci, Makkah. Setelah itu, Al-Ghazali kembali ke tanah kelahirannya. Sang ulama pun memutuskan untuk menulis karya-karya serta mempraktikkan sufi dan mengajarkannya. Apa yang membuat Al-Ghazali meninggalkan kariernya yang cemerlang

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 57

Page 58: tokoh pendidikan.docx

dan memilih jalur sufisme? Dalam autobiografinya, Al-Ghazali menyadari bahwa tak ada jalan menuju ilmu pengetahuan yang pasti atau pembuka kebenaran wahyu kecuali melalui sufisme. Itu menandakan bahwa bentuk keyakinan Islam tradisional mengalami kondisi kritis pada saat itu. Keputusan Al-Ghazali untuk meninggalkan kariernya yang cemerlang itu, sekaligus merupakan bentuk protesnya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali wafat di usianya yang ke-70 pada tahun 1128 M di kota kelahirannya, Thus. Meski begitu, pemikiran Al-Ghazali tetap hidup sepanjang zaman.

Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).

Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.

Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).

Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”

Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”

Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 58

Page 59: tokoh pendidikan.docx

Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.

Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).

Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).

Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).

Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.

Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT.

Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 59

Page 60: tokoh pendidikan.docx

dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa 6/54).

Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).

Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.

Adz Dzahabi berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar A’lam Nubala 19/328).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).

Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.

Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.

Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).

Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 60

Page 61: tokoh pendidikan.docx

menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).

Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.

Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”

Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

Dalam masalah fikih, beliau seorang yang bermazhab Syafi’i. Nampak dari karyanya Al Wasith, Al Basith dan Al Wajiz. Bahkan kitab beliau Al Wajiz termasuk buku induk dalam mazhab Syafi’i. Mendapat perhatian khusus dari para ulama Syafi’iyah. Imam Adz Dzahabi menjelaskan mazhab fikih beliau dengan pernyataannya, “Syaikh Imam, Hujjatul Islam, A’jubatuz zaman, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi Asy Syafi’i.”

Sedangkan dalam sisi akidah, beliau sudah terkenal dan masyhur sebagai seorang yang bermazhab Asy’ariyah. Banyak membela Asy’ariyah dalam membantah Bathiniyah, para filosof serta kelompok yang menyelisihi mazhabnya. Bahkan termasuk salah satu pilar dalam mazhab tersebut. Oleh karena itu beliau menamakan kitab aqidahnya yang terkenal dengan judul Al Iqtishad Fil I’tiqad. Tetapi karya beliau dalam aqidah dan cara pengambilan dalilnya, hanyalah merupakan ringkasan dari karya tokoh ulama Asy’ariyah sebelum beliau (pendahulunya). Tidak memberikan sesuatu yang baru dalam mazhab Asy’ariyah. Beliau hanya memaparkan dalam bentuk baru dan cara yang cukup mudah. Keterkenalan Imam Ghazali sebagai tokoh Asy’ariyah juga dibarengi dengan kesufiannya. Beliau menjadi patokan marhalah yang sangat penting menyatunya Sufiyah ke dalam Asy’ariyah.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 61

Page 62: tokoh pendidikan.docx

Akan tetapi tasawuf apakah yang diyakini beliau? Memang agak sulit menentukan tasawuf beliau. Karena seringnya beliau membantah sesuatu, kemudian beliau jadikan sebagai aqidahnya. Beliau mengingkari filsafat dalam kitab Tahafut, tetapi beliau sendiri menekuni filsafat dan menyetujuinya. Ketika berbicara dengan Asy’ariyah tampaklah sebagai seorang Asy’ari tulen. Ketika berbicara tasawuf, dia menjadi sufi. Menunjukkan seringnya beliau berpindah-pindah dan tidak tetap dengan satu mazhab. Oleh karena itu Ibnu Rusyd mencelanya dengan mengatakan, “Beliau tidak berpegang teguh dengan satu mazhab saja dalam buku-bukunya. Akan tetapi beliau menjadi Asy’ari bersama Asy’ariyah, sufi bersama sufiyah dan filosof bersama filsafat.” (Lihat Mukadimah kitab Bughyatul Murtad hal. 110).

Adapun orang yang menelaah kitab dan karya beliau seperti Misykatul Anwar, Al Ma’arif Aqliyah, Mizanul Amal, Ma’arijul Quds, Raudhatuthalibin, Al Maqshad Al Asna, Jawahirul Qur’an dan Al Madmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi, akan mengetahui bahwa tasawuf beliau berbeda dengan tasawuf orang sebelumnya. Syaikh Dr. Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud menjelaskan tasawuf Al Ghazali dengan menyatakan, bahwa kunci mengenal kepribadian Al Ghazali ada dua perkara:

1. Pertama, pendapat beliau, bahwa setiap orang memiliki tiga aqidah. Yang pertama, ditampakkan di hadapan orang awam dan yang difanatikinya. Kedua, beredar dalam ta’lim dan ceramah. Ketiga, sesuatu yang dii’tiqadi seseorang dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui kecuali teman yang setara pengetahuannya. Bila demikian, Al Ghazali menyembunyikan sisi khusus dan rahasia dalam aqidahnya.

2. Kedua, mengumpulkan pendapat dan uraian singkat beliau yang selalu mengisyaratkan kerahasian akidahnya. Kemudian membandingkannya dengan pendapat para filosof saat beliau belum cenderung kepada filsafat Isyraqi dan tasawuf, seperti Ibnu Sina dan yang lainnya. (Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyariyah 2/628).

Beliau (Syeikh Dr. Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud) menyimpulkan hasil penelitian dan pendapat para peneliti pemikiran Al Ghazali, bahwa tasawuf Al Ghazali dilandasi filsafat Isyraqi (Madzhab Isyraqi dalam filsafat ialah mazhab yang menyatukan pemikiran dan ajaran dalam agama-agama kuno, Yunani dan Parsi. Termasuk bagian dari filsafat Yunani dan Neo-Platoisme. Lihat Al Mausu’ah Al Muyassarah Fi Al Adyan Wal Madzahibi Wal Ahzab Al Mu’ashirah, karya Dr. Mani’ bin Hamad Al Juhani 2/928-929). Sebenarnya inilah yang dikembangkan beliau akibat pengaruh karya-karya Ibnu Sina dan Ikhwanush Shafa. Demikian juga dijelaskan pentahqiq kitab Bughyatul Murtad dalam mukadimahnya. Setelah menyimpulkan bantahan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terhadap beliau dengan mengatakan, “Bantahan Ibnu Taimiyah terhadap Al Ghazali didasarkan kejelasannya mengikuti filsafat dan terpengaruh dengan sekte Bathiniyah dalam menta’wil nash-nash, walaupun beliau membantah habis-habisan mereka, seperti dalam kitab Al Mustadzhiri. Ketika tujuan kitab ini (Bughyatul Murtad, pen) adalah untuk membantah orang yang berusaha menyatukan agama dan filsafat, maka Syaikhul Islam menjelaskan bentuk usaha tersebut pada Al Ghazali. Yang berusaha menafsirkan nash-nash dengan tafsir filsafat Isyraqi yang didasarkan atas ta’wil batin terhadap nash, sesuai dengan pokok-pokok ajaran ahli Isyraq (pengikut filsafat neo-platonisme).” (Lihat Mukadimah kitab Bughyatul Murtad hal. 111).

Tetapi perlu diketahui, bahwa pada akhir hayatnya, beliau kembali kepada ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah meninggalkan filsafat dan ilmu kalam, dengan menekuni Shahih Bukhari dan Muslim. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Penulis Jawahirul Qur’an (Al Ghazali, pen) karena banyak meneliti perkataan para filosof dan merujuk kepada mereka, sehingga banyak mencampur pendapatnya dengan perkataan mereka. Pun beliau menolak banyak hal yang bersesuaian dengan mereka. Beliau memastikan, bahwa perkataan filosof tidak memberikan ilmu dan keyakinan. Demikian juga halnya perkataan ahli kalam. Pada akhirnya beliau menyibukkan diri meneliti Shahih Bukhari dan Muslim hingga wafatnya dalam keadaan demikian. Wallahu a’lam.”

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 62

Page 63: tokoh pendidikan.docx

C. HASIL KARYA

(1). Al Mustashfa Min Ilmil Ushul. Merupakan kitab yang sangat terkenal dalam ushul fiqih. Yang sangat populer dari buku ini ialah pengantar manthiq dan pembahasan ilmu kalamnya. Dalam kitab ini Imam Ghazali membenarkan perbuatan ahli kalam yang mencampur adukkan pembahasan ushul fikih dengan pembahasan ilmu kalam dalam pernyataannya, “Para ahli ushul dari kalangan ahli kalam banyak sekali memasukkan pembahasan kalam ke dalamnya (ushul fiqih) lantaran kalam telah menguasainya. Sehingga kecintaannya tersebut telah membuatnya mencampur adukkannya.” Tetapi kemudian beliau berkata, “Setelah kita mengetahui sikap keterlaluan mereka mencampuradukkan permasalahan ini, maka kita memandang perlu menghilangkan dari hal tersebut dalam kumpulan ini. Karena melepaskan dari sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sangatlah sukar……” (Dua perkataan beliau ini dinukil dari penulis Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asya’irah dari Al Mustashfa hal. 17 dan 18). Lebih jauh pernyataan beliau dalam Mukaddimah manthiqnya, “Mukadimah ini bukan termasuk dari ilmu ushul. Dan juga bukan mukadimah khusus untuknya. Tetapi merupakan mukadimah semua ilmu. Maka siapa pun yang tidak memiliki hal ini, tidak dapat dipercaya pengetahuannya.” (Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asya’irah dari Al Mustashfa hal. 19). Kemudian hal ini dibantah oleh Ibnu Shalah. beliau berkata, “Ini tertolak, karena setiap orang yang akalnya sehat, maka berarti dia itu manthiqi. Lihatlah berapa banyak para imam yang sama sekali tidak mengenal ilmu manthiq!” (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/329). Demikianlah, karena para sahabat juga tidak mengenal ilmu manthiq. Padahal pengetahuan serta pemahamannya jauh lebih baik dari para ahli manthiq.

(2). Mahakun Nadzar.(3). Mi’yarul Ilmi. Kedua kitab ini berbicara tentang mantiq dan telah dicetak.(4). Ma’ariful Aqliyah. Kitab ini dicetak dengan tahqiq Abdulkarim Ali Utsman.(5). Misykatul Anwar. Dicetak berulangkali dengan tahqiq Abul Ala Afifi.(6). Al Maqshad Al Asna Fi Syarhi Asma Allah Al Husna. Telah dicetak.(7). Mizanul Amal. Kitab ini telah diterbitkan dengan tahqiq Sulaiman Dunya.(8). Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi. Oleh para ulama, kitab ini diperselisihkan keabsahan dan keontetikannya

sebagai karya Al Ghazali. Yang menolak penisbatan ini, diantaranya ialah Imam Ibnu Shalah dengan pernyataannya, “Adapun kitab Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi, bukanlah karya beliau. Aku telah melihat transkipnya dengan khat Al Qadhi Kamaluddin Muhammad bin Abdillah Asy Syahruzuri yang menunjukkan, bahwa hal itu dipalsukan atas nama Al Ghazali. Beliau sendiri telah menolaknya dengan kitab Tahafut.” (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/329). Banyak pula ulama yang menetapkan keabsahannya. Di antaranya yaitu Syaikhul Islam, menyatakan, “Adapun mengenai kitab Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi, sebagian ulama mendustakan penetapan ini. Akan tetapi para pakar yang mengenalnya dan keadaannya, akan mengetahui bahwa semua ini merupakan perkataannya.” (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/329). Kitab ini diterbitkan terakhir dengan tahqiq Riyadh Ali Abdillah.

(9). Al Ajwibah Al Ghazaliyah Fil Masail Ukhrawiyah.(10). Ma’arijul Qudsi fi Madariji Ma’rifati An Nafsi.(11). Qanun At Ta’wil.(12). Fadhaih Al Bathiniyah dan Al Qisthas Al Mustaqim. Kedua kitab ini merupakan bantahan beliau terhadap sekte

batiniyah. Keduanya telah terbit.(13). Iljamul Awam An Ilmil Kalam. Kitab ini telah diterbitkan berulang kali dengan tahqiq Muhammad Al Mu’tashim

Billah Al Baghdadi.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 63

Page 64: tokoh pendidikan.docx

(14). Raudhatuth Thalibin Wa Umdatus Salikin, diterbitkan dengan tahqiq Muhammad Bahit.(15). Ar Risalah Alladuniyah.

(16). Ihya’ Ulumuddin. Kitab yang cukup terkenal dan menjadi salah satu rujukan sebagian kaum muslimin di Indonesia. Para ulama terdahulu telah berkomentar banyak tentang kitab ini, di antaranya:Abu Bakar Al Thurthusi berkata, “Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya’ dengan kedustaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih banyak kedustaan darinya, kemudian beliau campur dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan kandungan isi Rasail Ikhwanush Shafa. Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan sesuatu yang dapat diusahakan.” (Dinukil Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/334). Dalam risalahnya kepada Ibnu Mudzaffar, beliau pun menyatakan, “Adapun penjelasan Anda tentang Abu Hamid, maka saya telah melihatnya dan mengajaknya berbicara. Saya mendapatkan beliau seorang yang agung dari kalangan ulama. Memiliki kecerdasan akal dan pemahaman. Beliau telah menekuni ilmu sepanjang umurnya, bahkan hampir seluruh usianya. Dia dapat memahami jalannya para ulama dan masuk ke dalam kancah para pejabat tinggi. Kemudian beliau bertasawuf, menghijrahi ilmu dan ahlinya dan menekuni ilmu yang berkenaan dengan hati dan ahli ibadah serta was-was syaitan. Sehingga beliau rusak dengan pemikiran filsafat dan Al Hallaj (pemikiran wihdatul wujud). Mulai mencela ahli fikih dan ahli kalam. Sungguh dia hampir tergelincir keluar dari agama ini. Ketika menulis Al Ihya’ beliau mulai berbicara tentang ilmu ahwal dan rumus-rumus sufiyah, padahal belum mengenal betul dan tidak memiliki keahlian tentangnya. Sehingga dia berbuat kesalahan fatal dan memenuhi kitabnya dengan hadits-hadits palsu.” Imam Adz Dzahabi mengomentari perkataan ini dengan pernyataannya, “Adapun di dalam kitab Ihya’ terdapat sejumlah hadits-hadits yang batil dan terdapat kebaikan padanya, seandainya tidak ada adab dan tulisan serta zuhud secara jalannya ahli hikmah dan sufi yang menyimpang.” (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 19/339-340). Imam Subuki dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah (Lihat 6/287-288) telah mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Al Ihya’ dan menemukan 943 hadits yang tidak diketahui sanadnya. Abul Fadhl Abdurrahim Al Iraqi mentakhrij hadits-hadits Al Ihya’ dalam kitabnya, Al Mughni An Asfari Fi Takhrij Ma Fi Al Ihya Minal Akhbar. Kitab ini dicetak bersama kitab Ihya Ulumuddin. Beliau sandarkan setiap hadits kepada sumber rujukannya dan menjelaskan derajat keabsahannya. Didapatkan banyak dari hadits-hadits tersebut yang beliau hukumi dengan lemah dan palsu atau tidak ada asalnya dari perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka berhati-hatilah para penulis, khathib, pengajar dan para penceramah dalam mengambil hal-hal yang terdapat dalam kitab Ihya Ulumuddin.

(17). Al Munqidz Minad Dhalalah. Tulisan beliau yang banyak menjelaskan sisi biografinya.(18). Al Wasith.(19). Al Basith.(20). Al Wajiz.(21). Al Khulashah. Keempat kitab ini adalah kitab rujukan fiqih Syafi’iyah yang beliau tulis. Imam As Subki

menyebutkan 57 karya beliau dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/224-227.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 64

Page 65: tokoh pendidikan.docx

10. PAULO FREIRE

“Looking at the past must only be a means of understanding more clearly what and who they are so that they can more wisely build the future.”

Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 65

Page 66: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Paulo Freire lahir di Recife, Brasil, 19 September 1921 – meninggal di São Paulo, Brasil, 2 Mei 1997 pada umur 75 tahun. Ia adalah seorang tokoh pendidikan Brasil dan teoretikus pendidikan yang berpengaruh di dunia. Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial. Ia menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam masyarakat Brasil. Bagi dia, sistem pendidikan yang ada sama sekali tidak berpihak pada rakyat miskin tetapi sebaliknya justru mengasingkan dan menjadi alat penindasan oleh penguasa. Karena pendidikan yang demikian hanya menguntungkan penguasa maka harus dihapuskan dan digantikan dengan sistem pendidikan yang baru.

Sebagai jalan keluar atas kritikan tajam itu maka Freire menawarkan suatu sistem pendidikan alternatif yang menurutnya relevan bagi masyarakat miskin dan tersisih. Kritikan dan pendidikan altenatif yang ditawarkan Freire itu menarik untuk dipakai menganalisis permasalahan pendidikan di Indonesia. Walaupun harus diakui bahwa konteks yang melatar-belakangi lahirnya pemikiran yang kontroversial mengenai pendidikan itu berbeda dengan konteks Indonesia. Namun di balik kesadaran itu, ada keyakinan bahwa filsafat pendidikan yang ada di belakang pemikiran Freire dan juga metodologi pendidikan yang ditawarkan akan bermanfaat dalam “membedah” permasalahan pendidikan di Indonesia.

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

Pandangan Paulo Freire tentang pendidikan tercermin dalam kritikannya yang tajam terhadap sistem pendidikan dan dalam pendidikan alternatif yang ia tawarkan. Baik kritikan maupun tawaran konstruktif Freire keduanya lahir dari suatu pergumulan dalam konteks nyata yang ia hadapi dan sekaligus merupakan refleksi filsafat pendidikannya yang berporos pada pemahaman tentang manusia.

a. Konteks Yang Melatarbelakangi Pemikiran Paulo Freire.

Hidup Freire merupakan suatu rangkaian perjuangan dalam konteksnya. Ia lahir tanggal 19 September 1921 di Recife, Timur Laut Brasilia. Masa kanak-kanaknya dilalui dalam situasi penindasan karena orang tuanya yang kelas menengah jatuh miskin pada tahun 1929. Setamat sekolah menengah, Freire kemudian belajar Hukum, Filsafat, dan Psikologi. Sementara kuliah, ia bekerja “part time” sebagai instuktur bahasa Potugis di sekolah menengah. Ia meraih gelar doktor pada

tahun 1959 lalu diangkat menjadi profesor. Dalam kedudukannya sebagi dosen, ia menerapkan sistem pendidikan “hadap-masalah” sebagai kebalikan dari pendidikan “gaya bank”. Sistem pendidikan hadap masalah yang penekanan utamanya pada penyadaran nara didik menimbulkan kekuatiran di kalangan para penguasa. Karena itu, ia dipenjarakan pada tahun 1964 dan kemudian diasingkan ke Chile. Pengasingan itu, walaupun mencabut ia dari akar budayanya yang menimbulkan ketegangan, tidak membuat idenya yang membebaskan “dipenjarakan”, tetapi

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 66

Page 67: tokoh pendidikan.docx

sebaliknya ide itu semakin menyebar ke seluruh dunia. Ia mengajar di Universitas Havard, USA pada tahun 1969-1970. Ia pernah menjadi konsultan bidang pendidikan WCC.

Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tidak “berpendidikan”.Masyarakat feodal (hirarkis) adalah struktur masyarakat yang umum berpengaruh di Amerika Latin pada saat itu. Dalam masyarakat feodal yang hirarkis ini terjadi perbedaan mencolok antara strata masyarakat “atas” dengan strata masyarakat “bawah”.

Golongan atas menjadi penindas masyarakat bawah dengan melalui kekuasaan politik dan akumulasi kekayaan, karena itu menyebabkan golongan masyarakat bawah menjadi semakin miskin yang sekaligus semakin menguatkan ketergantungan kaum tertindas kepada para penindas itu.

Dalam kehidupan masyarakat yang sangat kontras itu, lahirlah suatu kebudayaan yang disebut Freire dengan kebudayaan “bisu”. Kesadaran refleksi kritis dalam budaya seperti ini tetap tidur dan tidak tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai sekat hari ini yang menghimpit. Manusia tenggelam dalam “hari ini” yang panjang, monoton dan membosankan sedangkan eksistensi masa lalu dan masa akan datang belum disadari. Dalam kebudayaan bisu yang demikian itu kaum tertindas hanya menerima begitu saja segala perlakuan dari kaum penindas. Bahkan, ada ketakutan pada kaum tertindas akan adanya kesadaran tentang ketertindasan mereka. Itulah dehumanisasi karena bahasa sebagai prakondisi untuk menguasai realitas hidup telah menjadi kebisuan. Diam atau bisu dalam konteks yang dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga bukan strategi untuk menahan intervensi penguasa dari luar. Tetapi, budaya bisu yang terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam budaya bisu memang tidak tahu apa-apa. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa mereka bisu dan dibisukan. Karena itu, menurut Freire untuk menguasai realitas hidup ini termasuk menyadari kebisuan itu, maka bahasa harus dikuasai. Menguasai bahasa berarti mempunyai kesadaran kritis dalam mengungkapkan realitas. Untuk itu, pendidikan yang dapat membebaskan dan memberdayakan adalah pendidikan yang melaluinya nara didik dapat mendengar suaranya yang asli. Pendidikan yang relevan dalam masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan mereka mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk suara sang pendidik. Dalam konteks yang demikian itulah Freire bergumul. Ia terpanggil untuk membebaskan masyarakatnya yang tertindas dan yang telah “dibisukan”. Pendidikan “gaya bank” dilihatnya sebagai salah satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan itu. Karena itulah, ia menawarkan pendidikan “hadap-masalah” sebagai jalan membangkitkan kesadaran masyarakat bisu.

b. Kritikan Paulo Freire Terhadap Pendidikan “Gaya Bank”.

Dalam sistem pendidikan yang diterapkan di Brasilia pada masa Freire, anak didik tidak dilihat sebagai yang dinamis dan punya kreasi tetapi dilihat sebagai benda yang seperti wadah untuk menampung sejumlah rumusan/dalil pengetahuan. Semakin banyak isi yang dimasukkan oleh gurunya dalam “wadah” itu, maka semakin baiklah gurunya. Karena itu semakin patuh wadah itu semakin baiklah ia. Jadi, murid/nara didik hanya menghafal seluruh yang diceritrakan oleh gurunya tanpa mengerti. Nara didik adalah obyek dan bukan subyek. Pendidikan yang demikian itulah yang disebut oleh Freire sebagai pendidikan “gaya bank”. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada nara didik, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Nara didik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan, tetapi pada akhirnya nara didik itu sendiri yang “disimpan” sebab miskinnya daya cipta. Karena itu pendidikan gaya bank menguntungkan kaum penindas dalam melestarikan penindasan terhadap sesamanya manusia.

Pendidikan “gaya bank” itu ditolak dengan tegas oleh Paulo Freire. Penolakannya itu lahir dari pemahamannya tentang manusia. Ia menolak pandangan yang melihat manusia sebagai mahluk pasif yang tidak

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 67

Page 68: tokoh pendidikan.docx

perlu membuat pilihan-pilihan atas tanggung jawab pribadi mengenai pendidikannya sendiri. Bagi Freire manusia adalah mahluk yang berelasi dengan Tuhan, sesama dan alam. Dalam relasi dengan alam, manusia tidak hanya berada di dunia tetapi juga bersama dengan dunia. Kesadaran akan kebersamaan dengan dunia menyebabkan manusia berhubungan secara kritis dengan dunia.

Manusia tidak hanya bereaksi secara refleks seperti binatang, tetapi memilih, menguji, mengkaji dan mengujinya lagi sebelum melakukan tindakan. Tuhan memberikan kemampuan bagi manusia untuk memilih secara reflektif dan bebas. Dalam relasi seperti itu, manusia berkembang menjadi suatu pribadi yang lahir dari dirinya sendiri. Bertolak dari pemahaman yang demikian itu, maka ia menawarkan sistem pendidikan alternatif sebagai pengganti pendidikan “gaya bank” yang ditolaknya. Sistem pendidikan alternatif yang ditawarkan Freire disebut pendidikan “hadap-masalah”.

c. Pendidikan “Hadap-Masalah”: Suatu Pendidikan Alternatif.

Pendidikan “hadap-masalah” sebagai pendidikan alternatif yang ditawarkan oleh Freire lahir dari konsepsinya tentang manusia. Manusia sendirilah yang dijadikan sebagai titik tolak dalam pendidikan hadap-masalah. Manusia tidak mengada secara terpisah dari dunia dan realitasnya, tetapi ia berada dalam dunia dan bersama-sama dengan realitas dunia. Realitas itulah yang harus diperhadapkan pada nara didik supaya ada kesadaran akan realitas itu. Konsep pedagogis yang demikian didasarkan pada pemahaman bahwa manusia mempunyai potensi untuk berkreasi dalam realitas dan untuk membebaskan diri dari penindasan budaya, ekonomi dan politik. Kesadaran tumbuh dari pergumulan atas realitas yang dihadapi dan diharapkan akan menghasilkan suatu tingkah laku kritis dalam diri nara didik. Freire membagi empat tingkatan kesadaran manusia, yaitu :

1. Kesadaran intransitif dimana seseorang hanya terikat pada kebutuhan jasmani, tidak sadar akan sejarah dan tenggelam dalam masa kini yang menindas.

2. Kesadaran semi intransitif atau kesadaran magis. Kesadaran ini terjadi dalam masyarakat berbudaya bisu, dimana masyarakatnya tertutup. Ciri kesadaran ini adalah fatalistis. Hidup berarti hidup di bawah kekuasaan orang lain atau hidup dalam ketergantungan.

3. Kesadaran Naif. Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk mempertanyakan dan mengenali realitas, tetapi masih ditandai dengan sikap yang primitif dan naif, seperti: mengindentifikasikan diri dengan elite, kembali ke masa lampau, mau menerima penjelasan yang sudah jadi, sikap emosi kuat, banyak berpolemik dan berdebat tetapi bukan dialog18.

4. Kesadaran kritis transitif. Kesadaran kritis transitif ditandai dengan kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak. Pembicaraan bersifat dialog. Pada tingkat ini orang mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat.

Bagi Freire pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif. Memang ia tidak bermaksud bahwa seseorang langsung mencapai tingkatan kesadaran tertinggi itu, tetapi belajar adalah proses bergerak dari kesadaran nara didik pada masa kini ke tingkatan kesadaran yang di atasnya.

Dalam proses belajar yang demikian kontradiksi guru-murid (perbedaan guru sebagai yang menjadi sumber segala pengetahuan dengan murid yang menjadi orang yang tidak tahu apa-apa) tidak ada. Nara didik tidak dilihat dan ditempatkan sebagai obyek yang harus diajar dan menerima. Demikian pula sebaliknya guru tidak berfungsi

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 68

Page 69: tokoh pendidikan.docx

sebagai pengajar. Guru dan murid adalah sama-sama belajar dari masalah yang dihadapi. Guru dan nara didik bersama-sama sebagai subyek dalam memecahkan permasalahan. Guru bertindak dan berfungsi sebagai koordinator yang memperlancar percakapan dialogis. Ia adalah teman dalam memecahkan permasalahan. Sementara itu, nara didik adalah partisipan aktif dalam dialog tersebut.

Materi dalam proses pendidikan yang demikian tidak diambil dari sejumlah rumusan baku atau dalil dalam buku paket tetapi sejumlah permasalahan. Permasalahan itulah yang menjadi topik dalam diskusi dialogis itu yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami oleh nara didik dalam konteksnya sehari-hari, misalnya dalam pemberantasan buta huruf.

Pertama-tama peserta didik dan guru secara bersama-sama menemukan dan menyerap tema-tema kunci yang menjadi situasi batas (permasalahan) nara didik. Tema-tema kunci tersebut kemudian didiskusikan dengan memperhatikan berbagai kaitan dan dampaknya. Dengan proses demikian nara didik mendalami situasinya dan mengucapkannya dalam bahasanya sendiri. Inilah yang disebut oleh Freire menamai dunia dengan bahasa sendiri. Kata-kata sebagai hasil penamaan sendiri itu kemudian dieja dan ditulis. Proses demikian semakin diperbanyak sehingga nara didik dapat merangkai kata-kata dari hasil penamaannya sendiri.

d. Relevansi Pemikiran Freire dalam Konteks I ndonesia.

Allen J.Moore mengatakan bahwa konsep Freire yang dirumuskan dalam konteks Amerika Latin tidak bisa diterapkan begitu saja dalam konteks yang berbeda sebab situasinya dan permasalahannya tidak sama19. Peringatan Moore ini adalah satu kendali supaya kita tidak bertindak naif dalam menganalisis suatu permasalahan dalam konteks yang khas. Hal itu sekaligus menjadi peringatan supaya kritikan Freire dapat dipakai secara kritis dalam menganalisis permasalahan pendidikan di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia.

Memang harus diakui bahwa konteks permasalahan Amerika Latin, khususnya Brasilia tidak sama persis dengan permasalahan dalam masyarakat Indonesia, tetapi dalam banyak hal kita menemukan persamaan. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas suku-suku adalah masyarakat hierarkis yang nampak dalam strata sosial yang mempunyai sebutan khas di berbagai daerah. Sebagai contoh adalah stratifikasi sosial dalam masyarakat Toraja dan dalam masyarakat Bali. Dalam masyarakat Toraja strata sosial disebut “Tana’”. Tana’ Bulawan (strata tertinggi) adalah pemilik budak (tana’ koa-koa) dan sekaligus pemilik harta dan kekuasaan yang “mutlak”. Walaupun strata sosial ini sudah tidak terlalu nampak tetapi justru telah lahir suatu strata sosial baru yang prakteknya hampir sama dengan feodalisme tradisional. Pemegang kendali dalam feodalisme modern adalah kelompok pedagang/pengusaha yang menguasai ekonomi lebih dari setengah kekayaan yang ada. Kelompok tersebut mengakumulasikan kekayaan kurang lebih 80 % kekayaan Indonesia padahal jumlah mereka tidak lebih dari 20 % dari jumlah penduduk. Kedua kelompok “penindas” tersebut semakin memperkokoh kekuasaannya sebab secara praktik hanya mereka yang mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi yang sangat mahal dan terpola dalam sistem kekuasaan itu. Generasi itulah yang kemudian menjadi pewaris “tahta penindasan”. Kalau ada dari kelompok rakyat kecil yang mampu mengecap pendidikan tinggi, ia akan berubah menjadi pemegang kendali feodalisme baru itu baik dalam rangka balas dendam maupun dalam “penindasan” terhadap sesamanya kaum “tertindas”.

Salah satu kritikan Freire adalah pendidikan yang berupaya membebaskan kaum tertindas untuk menjadi penindas baru. Bagi Freire pembebasan kaum tertindas tidak dimaksudkan supaya ia bangkit menjadi penindas yang baru, tetapi supaya sekaligus membebaskan para penindas dari kepenindasannya. Dalam proses belajar mengajar, pemerintah Republik Indonesia telah mengupayakan untuk menerapkan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA), tetapi hanya metodenya sajalah yang CBSA. Sementara materi yang disampaikan masih merupakan barang asing

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 69

Page 70: tokoh pendidikan.docx

yang tidak lahir dari dalam konteks dimana manusia itu ada sehingga pada akhirnya siswa kembali menjadi “bank” penyimpanan sejumlah pengetahuan. Memang siswa aktif belajar dan mungkin berdiskusi dalam kelas tetapi yang didiskusikan dan dipelajari dalam kelas adalah sejumlah dalil dan rumus yang tidak punya hubungan dengan kehidupannya. Lagi pula relasi guru-siswa adalah pengajar dan yang diajar. Siswa adalah yang belum tahu dan harus diberitahu sedangkan guru adalah yang sudah tahu dan akan memberitahukan.

Pelaksanaan Pendidikan agama dalam gereja juga tidak jauh berbeda dengan pendidikan dalam sekolah-sekolah umum. Bahkan mungkin lebih memprihatinkan sebab justru dalam gereja pendekatan “indoktrinasi” lebih mendapat tekanan yang dominan. Pengajaran di Sekolah Minggu dan Katekisasi dan juga dalam kebaktian umum, peserta didik atau kebaktian diisi dengan sejumlah doktrin yang asing. Doktrin-doktrin religius yang dirumuskan dalam konteks yang berbeda dengan konteks Indonesia masih menjadi senjata andalan untuk “membungkam” kreativitas iman anggota Jemaat. Alkitab sebagai sumber pengetahuan iman belum diupayakan untuk dibaca dan dipahami dalam konteks masyarakat Indonesia. Bukankah itu semua yang disebut oleh Paulo Freire dengan pendidikan “gaya bank”?

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 70

Page 71: tokoh pendidikan.docx

11. JOHANN HEINRICH PESTALOZZI

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 71

Page 72: tokoh pendidikan.docx

A. BIOGRAFI

Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Swiss pada tanggal 12 Januari 1746, dan meninggal di Brugg pada tanggal 17 Februari 1827. Ayahnya seorang dokter ahli bedah terkemuka berbangsa Italia yang beragama Protestan ,

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 72

Page 73: tokoh pendidikan.docx

namun beliau meninggal ketika Johan berusia lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan ibunya. Pengajaran pertama dia dapat dari kakeknya yang seorang pendeta.

Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu dipengaruhi: (1) selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh Pestalozzi lemah sehingga menyebabkan dia sering sakit-sakitan. Hal ini kemudian menyebabkan (2) dia tidak dapat bergaul dan bermain seperti anak laki-laki pada umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan ibunya. (3) Di samping itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil peran dalam keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia khayalan. Alhasil, Pestalozzi tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda dengan teman-teman sebayanya, sehingga akhirnya dia dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh.

Di desa dia melihat masyarakat yang miskin dan menderita. Inilah yang mengilhami Pestalozzi labih mengedepankan tujuan dari pada pendidikan. Cinta kasih dan perhatiannya kepada rakyat miskin dan anak-anak itulah yang membuat Pestalozzi kemudian dinamakan bapak sekolah rakyat atau pendidik rakyat. Tujuan pendidikan Pestalozzi adalah mengangkat derajat status sosial umat manusia denagn mengembangkan semua aspek individualnya, yaitu: otak, tangan dan hati. Pendidikannya bersifat kontinyu, wajar dan spontan.

Pendidikan yang ditempuh johann Heinrich Pestalozzi dimulai dengan memasuki Sekolah Dasar , sekolah Menengah, kemudian memasuki Collegium Carollinum yaitu sebuah sekolah lanjutan yang didirikan ada abad 8 kemudian dibangkitkan kembali pada abad 17. Sebagai sekolah Humanist oleh seorang tokoh pembaharu agama yang liberal dan Sarjana Klasik yaitu Ulrich Zwingli. Di Akademi Pestalozzi belajar Bahasa dan Sastra Yunani, Yahudi, Sejarah, Retorika serta Filsafat dibawah bimbingan professor yang berpikiran progresif beliau terus mendorong dan mendukung idealism dan minat Pestalozzi terhadap reformasi social. Dia membaca karya-karya Rosseau dan secara periodik menulis essay tentang politik dan masalah-maslah social yang disponsori oleh anggota fakultasnya,berkat tulisannya itu beliau dijuluki seorang radikal oleh kalangan penguasa pemerintah konservatif.

Karena pengaruh tulisan Rosseau yang melukiskan pengacara sebagai pemungut bayaran, dan bertani sebagai pekerjaan alami yang ideal beliau menghentikan rencananya berkarir dalam bidang hukum dan memutuskan menjadi seorang petani. Setelah selama setahun mendapat pelatihan mengenai pertanian di Canton Of Berne Swiss bagian Barat . Tahun 1768 dia mampu membeli tanah dan mulai melakukan percobaan pengolahan tanah dengan metoda yang telah dikembangkan. Tetapi karena kegagalan dalam pengelolaan keuangannya pertanian ini ditutup pada tahun 1774. Beliau mengubah pertanian yang telah diberi nama Neuhoff (New Farm) menjadi sekolah dasar bagi anak- anak terlantar dari petani-petani miskin. Pada awalnya sekolah ini memiliki 20 orang siswa kemudian bertambah menjadi 50 orang anak laki-laki dan anak perempuan. Pola belajar yang diterapkan merupakan perpaduan berkebun, memasak, menjahit,dan kelompok diskusi dengan belajar Three Rs (menulis, membaca, dan berhitung) juga kajian Injil. Tahun 1780 sekolah ini ditutup karena kekurangan dana padahal anak-anak telah mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang menakjubkan, cukup makanan dan pakaian, pengetahuan keterampilan kesehatan dan karakternya yang terus berkembang. Untuk menopang hidupnya Pestalozzi menjadikan menulis sebagai karir.Tahun 1780 ia menulis artikel pada sebuah jurnal The Evening Hours Of A Hermit yang isinya memerinci prinsip-prinsip pandangan pedegogik dalam bentuk aporisma.

B. PANDANGAN / PEMIKIRAN TOKOH

Program-program Pestalozzi bertujuan membantu meletakkan dasar pendidikan pra-sekolah kearah perkembangan sikap dan perilaku, pengetahuan, keterampilan ,kreativitas dan daya cipta tinggi yang diperlukan oleh anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 73

Page 74: tokoh pendidikan.docx

selanjutnya. Program-program tsb mengantisipasi masa emas anak (1-6 tahun) yang memerlukan stimulasi dan rangsangan yang disesuaikan dengan kelompok usia dan temanya dibuat menurut tuntutan jaman.

Berdasarkan tujuan di atas dan mengingat pentingnya pendidikan anak sedini mungkin maka program Pestalozzi berfungsi untuk :

1. Memperkenalkan anak dengan dunia dan alam sekitarnya;2. Memperkenalkan peraturan dan menanamkan disiplin diri pada anak;3. Menanamkan rasa percaya diri dan fleksibilitas anak (pembentukan karakter);4. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak sesuai dengan tahap perkembangannya.;5. Mengembangkan kemampuan anak bersosialisasi /bermasyarakat;.6. Memperkenalkan anak kepada 9 jenis intelegensia menurut Gardner (Multiple Intelligences)yaitu

kecerdasan linguistik, logis-matematika,kinestetik, visual-spasial (ruangan), bermusik, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan kecerdasan moral;

7. Memberi anak kesempatan yang luas untuk tetap menikmati masa bermainnya.

Dalam pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan bahwa untuk menentukan sebuah metode pendidikan yang baik, perlu didasarkan kepada beberapa point, antara lain:

1. kepercayaan kepada Allah (dalam memahami ini, Pestalozzi memberikan penggambaran bahwa manusia perlu bersandar kepada Allah sebagai pencipta dan awal dari segala pengetahuan).

2. Alam sebagai pedoman (pemaparan tentang point ini lebih kepada penalaran kita dalam menyesuaikan proses belajar kita kepada irama alami).

3. Yesus dalam pelayanan kepada sesama dilihat sebagai contoh ideal.4. Manusia memiliki jati diri dan tugas selama hidup di dunia, yang dibagi kedalam lima point:

a. Sebagai makhluk yang memiliki kepercayaan di mana di dalamnya memiliki pengalaman beriman secara pribadi

b. Yang memiliki sifat-sifat alamiahc. Merupakan makhluk sociald. Bermorale. Memiliki sifat ilahi.

Pestalozzi memberikan beberapa point yang dianggap penting dari hasil pengamatannya tentang tugas dari seorang pengajar, antara lain:

1. Pengajar bertugas memberikan pengetahuan baru jika naradidik sudah memahami pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 74

Page 75: tokoh pendidikan.docx

2. pengajar bertugas memberikan tugas belajar dalam ruang lingkup yang terbatas dan terarah agar naradidik dapat focus

3. memanfaatkan pancaindera yang dimiliki naradidik dalam proses belajar-mengejar4. mengelompokkan dan menggunakan tiga point penting dalam mengajar, yaitu: jumlah, bentuk, dan bahasa5. mengembangkan nalar berpikir naradidik dalam menerima sebuah pengetahuan6. melalui pengembangkan nalar berpikir naradidik dituntut untuk memupuk perasaan dan penghargaan

terhadap alam sekitarnya7. menempatkan pengalaman jasmani dan akal dalam pengalaman moral dan rohani.

Pestalozzi juga menekankan satu point yang penting dalam pendidikan, yaitu peran orangtua sebagai pengajar pertama yang didapatkan naradidik. Bagi Pestalozzi, orangtua haruslah berperan dalam menanamkan iman dalam diri naradidik melalui kasih sayang yang diberikan dirumah. Melalui pengalaman ini, orangtua dapat memberikan sebuah contoh yang nyata dalam perlakuan mereka kepada naradidik yang dapat memberikan gambaran bahwa beginilah kasih Allah kepada manusia. Sehingga harapan dari Pestalozzi bahwa naradidik juga dapat membawa pengalaman imannya kedalam ruang pembelajaran dikelas. Di mana proses pembelajaran yang ditawarkan oleh Pestalozzi bukanlah proses pembelajaran yang sudah ada dan telah baku, akan tetapi Pestalozzi memulainya dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian berefleksi atas semua pengalaman-pengalaman itu.

Dengan memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang penting dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan memanfaatkan pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.

Dasar metodenya adalah:w Impression atau pengamatanw Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan dan moralw Asas didaktik yang pokok adalah asas keberupaan. Yang mana apaa-apa yang akan diajarkan kepada anak harus terlebih dahulu diperagakan atau diperlihatkan kepada anak. Jadi sifat dari pendidikan Pestalozzi adalah pengajaran klasikal dan peragaan

Ide Pestalozzi lainnya yang juga penting adalah Learning by Doing, belajar sambil melakukan. Untuk ini guru harus dipersiapkan untuk tidak selalu “menyuapi” anak didik terus menerus. Sedangkan belajar aktif menurut Pestalozzi mengharuskan anak mencoba, mengeksplorasi, mengobservasi, melakukan sendiri kegiatan sehari-hari. Dengan melalui learning by doing barulah anak belajar yang sebenarnya.

Dalam pendidikan terdapat beberapa beberapa hal diantaranya:1) Dasar Pendidikan : Dasar sosial, dasar psikologis.2) Tujuan Pendidikan : Mempertinggi derajat rakyat dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.3) Isi Pendidikan : Anasir-anasir dalam pengajaran berupa: bunyi, bentuk dan bilangan.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 75

Page 76: tokoh pendidikan.docx

4) Lembaga Pendidikan : Rumah kerja, rumah yatim piatu, lembaga pendidikan.5) Metode Pendidikan : Azas peragaan dan azas perkembangan.

Pestalozzi mengeksplorasi sifat seseorang dan mengembangkan teorinya mengenai masyarakat, politik, teologi, psikologi dan pendidikan dari gagasan mengenai sifat manusia yang dia miliki di hatinya.

Berikut adalah gagasan fundamental Pestalozzi mengenai sifat manusia:

1. Sifat manusia tidak sama, ada tensi dan kontradiksi didalamnya. Sifat ini memiliki dua sisi yaitu Sensual nature dan Higher Nature.

2. Sensual nature terdiri dari insting dasar yang secara umum dimiliki manusia dan hewan. Pestalozzi sering menyebut sensual nature sebagai animal nature. Insting ini muncul karena stimuli kebutuhan-kebutuhan tubuh untuk melangsungkan kehidupan individu dan ras manusia. Animal nature ini juga akan membuiat manusia melakukan sesutau yang akan membuatnya bahagia.

3. Higher Nature adalah yang membuat manusia berada diatas biantang. Higher Nature terdiri dari kemampuan untuk merasakan kebenaran, menunjukkan cinta, peraya Tuhan, mendengarkan kata hati, berbuat adil, merasakan keindahan, kreatif, melihat dan meralisasikan nilai yang lebih baik, bertanggung jawab, melawan egoisme, membangun kehidupan sosial, bertindak wajar, mewujudkan kesempurnaan diri. Pancaran iman dapat dilihat dalam higher nature dan ini menyebabkan manusia menjadi citra Tuhan. Untuk alasan ini, Pestalozzi sering menamakan higher nature ini sebagai inner nature, spiritual nature, moral natre, atau divine nature.

4. Animal nature dan higher nature saling berhubungan, seperti buah dan bibit. Dua sisi sifat manusia yang saling berbeda tetapi keduanya terkoneksi karena higher nature meluruskan dan mengendalikan sifat alami kebinatangan. Bila higher nature semakin permanen maka tidak bisa dihancurkan. Sebaliknya, sesual nature yang lebih rendah dapat dihancurkan. Disini, Pestalozzi sangat jelas menunjukkan dua sisi alami manusia. Maka, ini menjadi tugas pendidikan, sebisa mungkin untuk menaikkan higher nature dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi agar mampu mengendalikan atau mengeliminasi secara alami animal nature.

5. Proses diatas meluruskan tiga tahap pengembangan yaitu dari natural state ke social state ke moral state.6. Di natural state sifat kebinatangan mendominasi. Higher nature bersifat tidak aktif, seperti bibit.

Keingintahuan sebagai contoh adalah bagian dari animal nature, tetapi dalam higher nature hal itu bisa berkembang menjadi ketertarikan yang sesungguhnya mengenai kebenaran. Indolence atau ‘cuwek” atau tidak aktif karena sikap tidak senang sebenarnya bersumber pada kecenderungan untuk menghindari ketidaknyamanan, namun pada saat yang sama itu adalah natural basis untuk menilai segala sesuatu secara benar dan adil.

7. Secara teoritis ada dua natural state, yaitu unspoiled natural state dan spoiled natural state. Yang membedakan diatara keduanya adalah:

o Unspoiled natural state hanya bisa dibayangkan atau diabstraksikan. Keadaan ini terjadi pada

keadaan dimana ada keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan individu dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu. Bayangkan saja bahwa keadaan ini hanya ada di taman Eden sebelum Adam and Eve memakan buah aple.

o Hanya spoiled natural state dapat sungguh-sungguh menjadi pengalaman. Ketika manusia beraksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya maka dia berada di unspoiled natural state. Dia tidak bisa menjalankan egoismenya, the unspoiled state, karena dia harus mengakses kebutuhan yang juga dibutuhkan oleh orang lain. Kadang manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara berlebihan dengan menjadi tamak, rakus, dan makan lebih dari yang dia butuhkan.

1. Dalam natural state of humans, pintu masuk ke social state of being, yaitu menjadi bagian dari suatu masyarakat, menjadi perlu untuk menghindari ketidaksenangan dan kemudian untuk berpikir, merencanakan serta bertindak secara bersama. Masuk dalam social state tidak bisa dihindarkan dan tidak juga bisa dibalik. Melalui sosialisasi manusia di satu sisi bisa menjamin hak-haknya, namun di sisi lain harus ememnuhi kewajiban sosial serta menerima pembatasan-pembatasan yang harus mereka patuhi.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 76

Page 77: tokoh pendidikan.docx

2. Melalui sosialisasi umat manusia telah menciptakan dan melanjutkan sebuah dunia yang tidak ada dalam kerajaan binatang, sebuah dunia tentang hak da kewajiban serta hukum-hukum dan isntitusi-institusi seperti negara, ekonomi, keuangan, berbagai asosiasi, sistem komunikasi. Secara singkata dala peradaban masyarakat.

3. Masuk kedalam masyarakat tidak mencegah natural egoism individual. Masyarakat hanya membatasinya dan dengan demikian melindungi orang dari akibat negatifnya. Umat manusia dalam social state hidup dalam kecendrungan alami mereka yang kontradiktif. Diluar egoism dan selfishness orang mendambakan keuntungan dari semua itu agar kadang-kadang bisa menolak pembatasan beban masyarakat yang ada untuk membuat masyarajkat tersebut memiliki kelebihan.

4. Negara sebagai penjaga aturan hukum yang dibutuhkan masyarakat dapat menguatkan hukum dan perundangan hanya bila mererka memiliki kekuatan pisik untuk membuat individu patuh kepada hukum. Negara dalam dalam penjaminan keamanan individual hars melakukan duah hal yang saling bertentangan. Di satu sisi dia harus meminta kepada setiap orang untuk tidak menggunakan dalam penyelesaian masalah, di sisi yang lain dia hars menggunakan kekuata pisik untuk menghadapi mereka yang melawan hukum.

5. Menjadi bagia dari masyarakat tidak membawa inner harmony untuk individual. Ketika kebuituhan untuk menjadi bagian dari masyarakat adalah selfish need, maka seseoarang akan tetap selfish ditengah masyarakat. Juga, tensi individual antara antara kebutuhan dan kekuasaan selanjutnya akan meningkat karena menjadi bagian dari masyarakat membawa kebutuhan-kebutuhan baru yang sebelumnya tidak dimiliki dan kekuasaan yang dimiliki olah seseorang akan diambil alih oleh masyarakat sebagai ganti kesenangan-kesenangan yang diperolehnya.

6. Dengan demikian, masyarakats eperti itu tidak akan pernah menjamin pemenuhan kebutuhan individu yang sesungguhnya, tetapi hanya bisa menyusun kerangkan kerja dimana individu mendapat manfaat dari realisasi diri. Individual tetap akan dalam kontradiksi dengan dirinya dan akan menderita dari kontradiksi-kontradiksi yang terjadi secara alami di masyarakat. Ini akan berjalan terus sampai individu menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan sesungguhnya hanya dapat dicapai hanya dengan secara sukarela melepas klaim egoistic dan selfish, Dengan cara menderita seperti ini beban kehidupan sosial dapat membuat orang menyadari arti penting kehidupan sebagai mora individual.

7. Moral seseorang menyadari bahwa dia harus memenuhi tugas-tugas kehidupannya untuk mewujudkan kesempurnaan dirinya. Ini hanya bisa dicapai dengan cara menolak selfishness dan dengan mengembangkan kekuatan-kekuatan moral atau moral-moral hati-cinta, kepercayaan, menghargai, kebersamaan, keindahan, tanggung-jawab, kreativitas, religiousness, melakukan kebaikan berdasar kehendak bebas, dst. Melalui realisasi moralitas kita mentransform diri kita kedalam bentuk diri kita yang lebih baik sehingga menjadi sungguh-sunggu bebas. Kontradiksi-kontradiksi yang ertinggal di spoilt natural state dan di social state hanya dapat diselesaikan melalui pencapaian moralitas individu .

8. Meskipun akhir moralitas dalam bentuk perilaku sosial, itu tidak akan pernah berarti sebuah kelompok, ini benar-benar masalah individual. Moralitas tidak berarti menjadi baik dalam tindakan dan perilaku, karena itu mungkin saja alasan selffish dibelakangnya. Moralitas sesungguhnya adalah sukses individu dalam mencapai higher nature tapa tekanan masyarakat.

9. Manusia secara pisik dengan insting dan kebutuhan-kebutuhan tidak akan dapat menanggalkan animal nature sampai dia meninggal. Selagi setiap individu adalah bagian dari masyarakat, mengambil bagian dari masyarakat, dimana disana adalah preservasi diri dan individu tidak bisa hidup tanpa kontradiksi. Tidak ada seorangpun dapat secvara musrni bermoral jika dia ingin hidup secara pisik.

10. Dengan demikian, kontradiksi adalah bagian dari pada sifat alami manusia. Ini arena aturan berbeda terhadap tiga keadaan berikut:

1. Sebagai natural state being manusia menjaga dirinya, mementingkan dirinya, mengkompilasi kelebihan dirinya dengan natural instincts. Mereka menamkannya alami

2. Sebagai social state being manusia adalah bagian dari sistem sosial yang bisa dia manfaatkan. Akan tetapi, sistem itu hanya membuat manfaat itu bisa dinikmati individual selama tidak menolak sebagai bagia dari sistem. Orang kemudian akan menjadi pekerja masyarakat juga.

3. Sebagai moral being, manusia menolak klaim egoistik, ambisius dalam mencapai tujuan dan lebih dari yang lain dengan mengembangkan natural power untuk membantunya bekerja untuk orang lain.

11. Natural state dan social state di satu sisi dan moral state di sisi lain saling terkait. Duta state dimana animal nature mendominasi (natural state dan social state) adalah kondisi yang diperlukan untuk moralisasi

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 77

Page 78: tokoh pendidikan.docx

individual. Moral manusia dapat membentuk suatu masyarakat atau suatu keadaan secara bermoral, misal sebagai legislators dan cara mereka menjalankan hukum. Kehidupan sosial akan terasa tidak membebani bila semakin banyak individu merasa bahwa moral adalah bagian dari kehidupan mereka. Kondisi sosial dalam diri mereka tidak stabil karena mereka tergantung di satu sisi kepada seberapa banyak orang mementingkan dirinya sendiri, dan di sisi yang lain kepada seberapa banyak orang memahami prinsip-prinsip sesungguhnya dari kehirupan sosial. Pehamahan ini hanya dapat datangd ari moralisasdi individual.

12. Natural state, social state, dan moral state tersebut harus dipahami sebagai tiga macam eksitensi manusia yang berbeda dimana setiap capaian manusia dapat dianalis sebagai bagian dari ketiganya. Sebagai contoh, penyelesian konflik dalam natural state didasarkan pada hak-hak yang lebih kuat, dalam social state hal itu didasarkan kepada hukum positif yang berlaku, dan dalam moral state hal itu didasarkan kepada pihak sah yang konflik dengan pemhaman dan pertimbangan.

13. Seluruh kegiatan-kegiatan dan pencapaianpencapaian masyarakat dapat disebut perdaban dimana budaya datang sebagai akibat dari individual menjalankan moralitas. Semua institusi peradaban mempertimbangkan individual menjadi pembawa peran tertentu, konsekuensinya individual itu dilihat sebagai aspek kolektif dan dengan demikian institusi peradaban selalu mengacu kepada eksistensi individual perorangan. Bertentangan dengan hal ini, budaya yang benar melibatkan secara serius eksistensi individual manusia dan itu berarti menanggapi singularitas dan situasi hidup individu senyatanya. Untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu negara dan masyarakat seperti keuangan, polisi, kekuatan bersenjata, maka sangat esensial bagi manusia untuk memahami peranan mereka dalam masyarakat. Bagaimanpun juga, menurut Pestalozzi, keprihatinan agama, pendidikan dan darmawan hendaknya dialamatkan dengan mempertimbangkan eksistensi individual.

14. Segala sesuatu yang beradab dapat ditangani dengan cara mengakui tujuan aktual dari komunitas sosial, berrarti dari sikap moral pembuat keputusan, atau dengan car mengikuti kepentingan-kepentinga yang sunguh mementingkan individu-individu atau kelompok. Bila yang terakhir terjadi maka menurut Pestalozzi. Masyarakat akan mengalami kehancuran.

15. Oleh karena itu, Pestalozzi percaya bahwa ada empat kemungkinan cara manusia eksis:

Sebuah eksistensi yang murni alami dimana lembaga-lembaga sosial yang bebas dan sayangnnya hanya bisa dibayangkan.

Sebuah eksistensi dimana orang mengikuti keinginan mementingkan diri mereka dan menunjukkan tidak ada pertimbangan untuk bermasyarakat

Masyarakat dengan keinginan untuk mementingkan diri sendiri secara terbatas dan mengakui bentuk sosial untuk melihat perhatian terhadap individu secara sah.

Eksistensi moral dimana manusia mengangkat dirinya diatas egoisme dan menuju kesempurnaan diri serta membuat orang lain bahagia.

TOKOH TOKOH PENDIDIKAN DUNIA Page 78