tm good

39
SISTEM PERSEPSI SENSORI BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. 2. TUJUAN Tujuan umum: Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang diabetes insipidus dan asuhan keperawatan Diabetes Insipidus. Tujuan khusus: 1. Mengetahui pengertian dari Katarak 2. Menngetahui penyebab dari Katarak 3. Mengetahui tanda dan gejala dari Katarak 4. Mengetahui klasifikasi dari Katarak 5. Mengetahui komplikasi dariKatarak 6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Katarak

Upload: metta-novita

Post on 25-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

askep trauma mata

TRANSCRIPT

SISTEM PERSEPSI SENSORIBAB IPENDAHULUAN1.LATAR BELAKANGKatarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

2.TUJUANTujuan umum:Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang diabetes insipidus dan asuhan keperawatan Diabetes Insipidus.Tujuan khusus:1.Mengetahui pengertian dariKatarak2.Menngetahui penyebab dariKatarak3.Mengetahui tanda dan gejala dariKatarak4.Mengetahui klasifikasi dariKatarak5.Mengetahui komplikasi dariKatarak6.Mengetahui pemeriksaan penunjang dariKatarak7.Mengetahui penatalaksanaan medis dariKatarak8.Mempelajari asuhan keperawatanKatarak

3.RUMUSAN MASALAH1)Apa pengertianKatarak?2)Apa saja penyebabKatarak?3)Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasienKatarak?4)Apa saja komplikasi dariKatarak?5)Apa saja penatalaksanaan medis dariKatarak?6)Apa saja pemeriksaan penunjang dariKatarak?7)Bagaimana proses perjalananpenyakitKatarak?8)Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasienKatarak?

BAB IIANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEMPENGLIHATAN DAN KATARAK

I.ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATANSTRUKTUR & FUNGSIMata memiliki struktur sebagai berikut:Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar scleraKornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Irismengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit.Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.Lensaterdapat di belakang iris.Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.Retinamengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam.Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.Saraf optikusmenghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur matadi dalamnya.Segmen posterior berisi humor vitreus.Cairan tersebut membantu menjagabentuk bola mata.Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris.Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAHOtot Penggerak Bola MataOtot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksiMuskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

II.KATARAKA.DefinisiKatarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. (Marilynn Doengoes, dkk)Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkanpenurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009)

B.Etiologi1)Ketuaan (katarak senilis)Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60tahun keatas.TraumaCedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak.2) Penyakit mata lain (Uveitis)3) Penyakit sistemik (diabetes mellitus)4) Defek kongenital.Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:Infeksi kongenital, seperti campak jerman (german measles)Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula yang meningkat).Faktor resiko terjadinya katarak kongenital adalah:Penyakit metabolik yang diturunkan.Riwayat katarak dalam keluarga.Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.Penyebab katarak lainnya meliputi :Faktor keturunanCacat bawaan sejak lahirMasalah kesehatan, misalnya diabetesPenggunaan obat tertentu, khususnya steroidGangguan metabolisme seperti DM (Diabetes mellitus)Gangguan pertumbuhanMata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.Rokok dan alcoholOperasi mata sebelumnya

C.Klasifikasi1)Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.2)Katarak traumaKatarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.Trauma bisa dalam bentuk tumpul atau tajam.Jika lensa robek cairan mata dapat masuk kedalam lensa sehingga dapat mengakibatkan bengkak disertai kekeruhan serabut-serabut lensa.3)Katarak komplikata (sekunder)Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yng akan menimbulkan katarak komplikata.4)Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :Katarak kongenital : katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun).Katarak Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah usia 40 tahun.Katarak presenil : yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini merupakaan proses degeneratif (kemunduran) yang paling sering ditemukan.Adapun tahan katarak senilis adalah :a)Katarak insipien : Pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya sehingga cenderung diabaikan.b)Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.c)Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, selain keluhan tersebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.Warna terlihat pudar.Sulit melihat pada malam hari.Penglihata ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas.Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya.

D.Manifestasi KlinisGejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hariGejala objektif biasanya meliputi:Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.Gejala umum gangguan katarak meliputi:Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.Gangguan penglihatan bisa berupa:a)Peka terhadap sinar atau cahaya.b)Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).c)Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.d)Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.Kesulitan melihat pada malam hariMelihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mataPenurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

E.PatofisiologiMetabolisme Lensa Normal. Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.

F.KomplikasiKomplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karenaproses fakolitik, fakotopik, fakotoksikFakolitikPada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anteriorterutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anteriorakan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yangberfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehinggatimbul glaukoma.FakotopikBerdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humoraqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.FakotoksikSubstansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yangkemudian akan menjadi glaukoma

G.Pemeriksaan PenunjangKartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukomaOftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papilledema, perdarahan.USG : untuk memerika segmen posterior, untuk memeriksa lensa dengan kekeruhan sudah merata dan dapat memperkirakan sumbu bola mata.Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.EKG, kolesterol serum, lipidTes toleransi glukosa : kotrol DM

H.Penatalaksaan Medis& KeperawatanGejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidaksemua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitamBadan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokuspada objek jauhKoroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengandengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: IlmuPenyakit Mata, ed. 3)Indikasi dilakukannya operasi katarak :Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguanpenglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaanIndikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucomaIndikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus denganhitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan,yaitu:1)ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa termasukkapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknikoperasi yg tersedia.2)ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiridari 2 macam yakniStandar ECCE atau planned ECCE dilakukan denganmengeluarkan lensa secara manual setelah membukakapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yanglebar sehingga penyembuhan lebih lama.Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCEyang terbaru dimana menggunakan getaranultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehinggamaterial nucleus dan kortek dapat diaspirasi melaluiinsisi 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengancukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mataanti nyeri pada kornea (selaput bening mata), danbahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangatminimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruhdihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukurkekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanyamemerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihanyang lebih cepat.Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid danantibiotik jangka pendek.Kacamata baru dapatdiresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekasinsisi telah sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepankacamata baru dapat dilakukan lebih cepat denganmetode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapatberakomodasi maka pasien akan membutuhkankacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidakdibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat inidigunakan lensa intraokular multifokal.Lensaintraokular yang dapat berakomodasi sedang dalamtahap pengembangan.Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina,saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkatkeberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitumencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang padamata orang yang pernah menjalani operasi katarakdapat menjadi keruh.Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

I.PencegahanUntuk sementara ini pengobatan penyakit katarak hanya bisa dilakukan dengna cara pembedahan. Oleh karena itu pencegahan katarak menjadi hal yang wajib dijalani.Sebagai upaya pencegahan penyakit katarak bisa dilakukan beberapa tindakan agar tetap bisa menikmati penglihatan yang sehat.Pencegahan katarak yang paling mutlak adalah dengan mencegah penyakit yang bisa menjadi pemicu timbulnya katarak dan menghindari faktor faktor yang menjadi pendukung timbulnya katarak.Pencegahan katarak bisa dilakukan dengan:Menjaga kadar gula agar tidak terserang penyakit diabetes. Juga penyakit lainnya yang bisa memicu timbulnya katarak.Selain itu sering mengejapkan mata, apalagi jika ada air matanya bisa membantu membersihkan mata anda. Penggunaan obat tetes mata yang baik juga bisa dipakai untuk membersihkan mataUpaya pencegahan katarak juga bisa dilakukan dengan memulai gaya hidup sehat dengan pola makan yang seimbang dan menghindari rokok.Makanlah makanan yang kaya akan mineral dan vitamin yang berguna untuk kesehatan mata. Seperti vitamin C, zing, selenium dan zat biovlabonoit.Hindari perolehan zat zat tersebut dari suplemen makanan. Sebaiknya zat zat tersebut diperolah dari diet sehat dengan mengomsumsi sayuran serta buah buahan.Jagalah kesehatan mata dengan tidak membiarkan mata terkena paparan sinar ultra violet. Kenakanlah kaca mata hitam jika akan melakukan kegiatan outdoor dalam waktu yang lama.Sebagai pencegahan katarak bisa juga dilakukan dengan menjaga mata dari trauma atau cedera pada mata yang dapat berakibat fatal pada penglihatan.

ASUHAN KEPERAWATANTn.B (45 tahun) dirawat saat ini dengan keluhan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra.Dari hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih.Sudah 2 tahun ini Tn.B dinyatakan penderita Diabetes Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur.Oleh dokter spesialis mata Tn.B dinyatakan katarak. Tn.B dipersiapkan untuk dilakukan operasi katarak 2 hari lagi jika kadar gula darahnya sudah normal. TTV saat ini TD: 140/90 mmHg, Nadi 84x/menit, T: 37,4OC, RR: 24x/menit. BB 78kg TB 160 cm. GDS terakhir 210 Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak dan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.A.Pengkajian1.BiodataNama : Tn. BNomor register :820092Jenis kelamin: Laki-lakiUmur : 45 tahunAgama : IslamPendidikan : -Pekerjaan :-Suku bangsa: JawaAlamat : Jl.Merpati No. 65 RT 5/10 Jakarta Selatan 12345Diagnosa medis: Katarak

2.Keluhan utamaTn. B mengeluh penglihatannya kabur seperti berawanpadahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra

3.Riwayat Penyakit SekarangDiabetes Melitus

4.Riwayat Penyakit DahuluDiabetes Melitus

5.PemeriksaanAktifitas/istirahatGejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.Makanan/cairanGejala : muntah/mual (glaukoma akut ).NeurosensoriGejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.Nyeri/ketidaknyamananGejala : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).Penyuluhan/ pembelajaranGejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ), ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin

1.DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIFDATA OBJEKTIF

1.Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra.2.Klien mengatakan sudah 2 tahun ini Tn.B mempunyai Diabetes Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur3.Klien mengatakan Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak4.Klien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.5.Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas6.Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas7.Kemungkinan klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata8.Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.9.Kemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.10.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.11.Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya.12.Kemungkinan klien mengatakan gelisah13.Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidak.14.Kemungkinan klien mengatakan pada bagian mata nyeri.15.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinya.16.Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudian.1.Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih2.Vital sign :a)TD : 140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menit3.Hasil pemeriksaan : BB : 78 kg dan4.GDS terakhir 2105.Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas.6.Kemungkinanterlihatklien terlihatwajah tampak gelisah7.Kemungkinanklienterlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.8.Kemungkinanklienterlihat bingung.9.Kemungkinanklienterlihat cemas.10.Kemungkinan klien terlihat takut11.Kemungkinan klien terlihat tegang.12.Kemungkinan klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.13.Kemungkinan skla nyeri (6)14.Kemungkinan klien terlihat menahan rasa sakit.15.Kemungkinan klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )16.Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka oprasi terdapat kemerahan.17.Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka mengalami iritasi.18.Kemungkinan klien terlihat

2.ANALISA DATA

DATAPROBLEMETIOLOGI

PRA OPERASI

DS :Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistraKemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitasKemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelasKemungkinan klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mataKemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan

DO:Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putihKemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas.Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatanGangguan penerimaan sensori/status organ inderaditandai denganmenurunnya ketajaman penglihatan.

DSKlien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinyaKemungkinan klien mengatakan gelisahKemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya.

DOKemungkinanklien terlihatwajah tampak gelisah.Kemungkinan klien terlihat tegang.Kemungkinan klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.Kemungkinanklienterlihat cemas.Kemungkinan klien terlihat takutAnsietasPerubahan pada status kesehatan

DS :Klien mengatakan Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarakKemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidakDO:Kemungkinan terlihat klien terlihat wajah tampak gelisahKemungkinan klien terlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.Kemungkinan klien terlihat bingung.

Kurang Pengetahuan

POST OPERASI

DS :Kemungkinan klien mengatakan pada bagian mata nyeri.Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinyaDO :Vital sign :a)TD : 140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menitKemungkinan skla nyeri (6)Kemungkinan klien terlihat menahan rasa sakit.Kemungkinan klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )

NyeriTrauma insisi.

DSKlien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistraKemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitasKemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelasKemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan

DOHasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putihKemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitasResiko tinggi terhadap cideraKeterbatasan penglihatan

DS :Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudianDO :Vital sign :a)TD : 140/90 mmHgb)N:84x/menitc)T:37,40cd)RR: 24x/menitKemungkinan klien terlihat pada bagian luka oprasi terdapat kemerahan.Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka mengalami iritasi.

Risiko infeksiProsedur invasif ( operasi katarak )

3.DIAGNOSA KEPERAWATAN

NODIAGNOSAKEPERAWATANTANGGAL DITEMUKANTANGGAL TERATASI

1.Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatanb.dGangguan penerimaan sensori/status organ inderaditandai denganmenurunnya ketajaman12Mei 201315 Mei 2013

2.Ansietasb.dPerubahan pada status kesehatan12Mei 201315 Mei 2013

3.Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit12Mei 201315 Mei 2013

4.Nyeri b.d trauma insisi15 Mei 201318 Mei 2013

5.Resiko tinggi terhadap cidera b.dKeterbatasan penglihatan12Mei 201315 Mei 2013

6.Risiko infeksi b.d prosedur invansif ( operasi katarak )15 Mei 201318 Mei 2013

4.INTERVENSINO DXTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSI

1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan teratasi dengan kriteria hasil :Mengenal gangguan sensori danberkompensasiterhadap perubahan.Mengidentifikasi/memperbaiki potensialbahaya dalamlingkungan.1.Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.Rasional : Kebutuhan tiap individu danpilihan intervensi bervariasisebab kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif2.Orientasikan klien tehadaplingkungan.Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi3.Observasi tanda-tanda disorientasi.Rasional :Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua.4.Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.Rasional: Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung5.Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatanperifer hilang dan butatitik mungkin ada.Rasional :Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.6.Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi belpemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasiRasional :Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.

2.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil ;Pasien mengungkapkan danmendiskusikan rasacemas/takutnya.Pasien tampak rileks tidak tegangdan melaporkankecemasannyaberkurang sampaipada tingkat dapat diatasi1.Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.Rasional:Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu2.Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnyaRasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan3.Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.Rasional :Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan4.Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.Rasional :Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif5.Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakanRasional :Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.6.Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.Rasional : Mengurangi perasaan takutdan cemas

3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kurang pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :Klien menyatakan pemahaman mengenai kondisi/proses penyakit & pengobatan.

1.Kaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa.Rasional : meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan perawat.2.Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.Rasional : Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.3.Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.Rasional : pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius.4.Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.Rasional : aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.

4Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :Nyeri berkurang.Klien terlihat lebih rileks

1.Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.Rasional :Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.2.Pantau TTVRasionalisasi : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri3.Berikan tindakan kenyamananRasionalisasi : meningkatkan relaksasi.4.Beritahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkanRasionalisasi : Danya nyeri menyebabkan tegangan otot yang menggangu sirkulasi memperlambat proses penyembuhan dan memperberat nyeriKOLABORASI1.Berikan obat sesuai indikasiRasionalisasi : Untuk mengontrol nyeri adekuat dan menurunkan tegangan.

5Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah cedera teratasi dengan kriteria hasil :Menyatakanpemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinancedera.Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.1.Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.2.Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.3.Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.Rasional : menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.4.Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.

6Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah infeksi teratasi dengan kriteria hasilTidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi.

1.Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mataRasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi2.Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mataRasional : Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang3.Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasiRasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi4.Berikan obat sesuai indikasiRasional : Digunakan untuk menurunkan inflamasi

5.IMPLEMENTASI KEPERAWATANHari/ TanggalNo.DXImplementasi dan HasilParaf

18 Mei 201311.Mengkaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.2.Mengorientasikan klien tehadap lingkungan3.Mengbservasi tanda-tandadisorientasi.4.Mendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicaradengan menyentuh.5.Mengingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang dan butatitik mungkin ada.6.Meletakkan barang yang dibutuhkan/posisi belpemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.

18 Mei 201321.Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.2.Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya.3.Mengobservasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.4.Memberi penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya5.Melakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakan6.Memberi penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.

18 Mei 201331.Menganjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.2.Menginformasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.3.Menekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.4.Mengkaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa

18 Mei 201341.Mendorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.2.Memantau TTV3.Memberikan tindakan kenyamanan4.Memberitahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan5.Memberikan obat sesuai indikasi

18 Mei 201351.Mendiskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata2.Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan3.Membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok4.Mengambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.

18 Mei 201361.Mendiskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata2.Menggunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata3.Menekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi4.Memberikan obat sesuai indikasi

1.EVALUASIHari / TanggalNo. DXEvaluasiParaf

18 Mei 20131S :Klien mengatakan penglihatannya buram.O :Klien terlihat bagian matanya masih putih.A :Masalah belum teratasiP :Intervensi dilanjutkanLakukan pembedahan

18 Mei 20132S :Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi.O :Klien terlihat lebih rileksA :Masalah teratasiP :Intervensi dihentikan

18 Mei 20133S:Klien mengatakan sudah mengerti dengan penyakitnya.O:Klien terlihat rileks/tidak bingung.A:Masalah teratsiP:Intervensi di hentikan

18 Mei 20134S :klien mengatakan sudah tidak nyeri.O :Skala nyeri (0)A :Masalah teratasiP :Intervensi dihentikan

18 Mei 20135S :Klien mengatakan beraktivitas sudah seperti biasanya.O :Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea sudah tidak ada selaput putih.A :Masalah teratasiP :Intervensi dihentikan

18 Mei 2013

S :Klien mengatakan badannya sudah tidak panas lagi.O :Klien terlihat tidak ada tanda kemerahan atau iritasiA :Masalah teratasiP :Intervensi dihentikan

BAB IIIPENUTUPKatarak merupakan suatu jenis penyakit mata yang dicirikan dengan adanya noda putih seperti awan pada lensa mata. Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen. Hal tersebut didukung oleh faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta faktor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambat laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa, kemudian penderita katarak ini akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

DAFTAR PUSTAKADoenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih, Jakarta : EGC, 1999.Marelli T.M, Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3, Jakarta : EGC, 2007Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, Jakarta : EGC, 2002.

LAMPIRANJURNAL KATARAK

Cytomegalovirus Katarak KongenitalRidha Wahyutomo1*

ABSTRAK Infeksi kongenital CMV merupakan infeksi oleh virus dari family Herpetoviridae subfamili yang terjadi dalam kehamilan. Insidensi CMV kongenital berkisar 1% dari seluruh bayi baru lahir. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari infeksi CMV kongenital ini adalah katarak kongenital. Laporan kasus ini membahas seorang anak usia 6 tahun dengan keluhan penglihatan kabur yang didiagnosa sebagai cytomegalovirus katarak kongenital. Diagnosa diperkuat dengan pemeriksaan serologi Ig M dan Ig G CMV yang menunjukkan hasil positif. Pemeriksaan laboratorium menggunakan pengecatan giemsa untuk menemukan badan inklusi dan PCR yang lebih cepat dan tepat belum dilakukan (Sains Medika, 3(1):84-88).

PENDAHULUAN Infeksi cytomegalovirus (CMV) kongenital masih banyak ditemukan terutama di negara-negara berkembang, yaitu 1% dari seluruh bayi baru lahir. Penularannya lebih banyak terutama dari ibu yang sebelumnya terinfeksi CMV dibandingkan yang reaktivasi (Corrales-Medina and Shandera, 2010). Pada 90% wanita dengan infeksi CMV selama kehamilan, tidak menunjukkan gejala dan tidak terlacak (Quinonez, 2004). Sekitar 90% infeksi CMV kongenital tidak menunjukkan gejala. Sementara yang lain menunjukkan gejala khas berupa ikterik (62%), petechiae (58%), dan hepatosplenomegali (50%). Ketiga gejala tersebut merupakan trias gejala khas yang sering ditemui pada penderita. Selain itu bayi dengan CMV kongenital dapat pula ditemukan adanya gangguan penglihatan dalam hal ini katarak (Leunget al.,2003).

TINJAUAN PUSTAKA Infeksi kongenital CMV disebabkan oleh virus dari family Herpetoviridae subfamily berukuran sedang yang mengandung double stranded DNA. Nukleokapsid berukuran garis tengah 110 nm, simetri kubikal dan memiliki 162 kapsomer. Selubung virus mengandung lipoprotein dan mempunyai diameter antara 150 nm dan 200 nm (Drew, 2004; Soedarto, 2010). Sepuluh persen dari bayi dengan infeksi CMV kongenital dapat dikenali dari gejala saat lahir. Penderita ini sering datang dengan gangguan beberapa sistem organ seperti gangguan pendengaran, retardasi mental, defisit neurologi, retinitis, hepatitis,pneumonitis, penyakit gastrointestinal (ulkus gaster, esophagus dan kolitis), danpoliradikulopati. Ditemukan pula hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan, petechiae, anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Temuan klasik pada CT scan kepala pada CMV kongenital adalah kalsifikasi periventricular. Gambaran kalsifikasi ini merupakan gambaran pengapuran di daerah periventricular yang diyakini terkait dengan kecenderungan infeksi cepat dari CMV (Leunget al.,2003; Janner, 2005; Southwick, 2007). Identifikasi adanya infeksi kongenital CMV yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk penatalaksanaan yang tepat dan sedini mungkin. Hal ini mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan oleh infeksi kongenital CMV (Leunget al.,2003). Diagnosis infeksi CMV kongenital dilakukan dengan mendeteksi partikel virus dalam cairan tubuh. Hal ini dapat dari urin, dimana jumlah partikel virus paling banyak ditemukan. Dapat pula ditemukan pada air liur atau darah. Jika partikel virus terdeteksi dalam waktu 2-3 minggu setelah lahir, diagnosis infeksi CMV kongenital terjamin. Seiring dengan diagnostik, aspek prognostik adalah persoalan lebih lanjut. Penilaian risiko untuk penilaian sekuel onset lambat merupakan hal yang penting (Leunget al.,2003). Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang diagnosa infeksi CMV akut sejak munculnya gejala yang tidak spesifik. Adanya Imunoglobulin M (IgM) tidak dapat secara langsung diartikan sebagai infeksi primer mengingat Ig M juga diproduksi pada saat reaktifasi dan reinfeksi. Imunoglobulin G (IgG) dapat dipertimbangkan apakah infeksi CMV tersebut merupakan infeksi primer atau non primer (Jahromiet al., 2010). Beberapa penelitian deteksi Ig M menunjukkan sensitifitas berkisar 22% sampai 69% untuk mendeteksi infeksi CMV kongenital (Halwachs-Baumann, 2001; Naessenset al.,2005). Selain itu pemeriksaan serologi dapat terjadi false positif dengan pemeriksaan serologi infeksi Epstein-Barr Virus (Deyiet al., 2000).Pemeriksaan lain menggunakan pengecatan Giemsa yang merupakan metode tradisional untuk mendeteksi badan inklusi yang menjadi diagnosa pasti adanya infeksi CMV (Konemanet al., 1992;Soedarto, 2010). Cytomegalovirus menghasilkan efekcytopathicyang khas. Pembentukan inklusi sitoplasma perinuklear di samping inklusi intranuklear yang khas pada herpes virus. Banyak sel-sel yang terkena efek virus menjadi sangat besar. Badan inklusi merupakan granula pada sitoplasma atau nukleus dari sel yang terkena infeksi virus. Granula ini dapat merupakan bagian dari virus, dapat berupa asam nukleat virus atau protein yang sedang dalam proses dirakit menjadi virion. Pada infeksi CMV bentuk badan inklusi ini khas berupa sel dengan dua inti menyerupai mata burung hantu atauowl eyes(Cheesbrough, 1984; Jawetzet al.,2007; Tortoraet al.,2010). Badan inklusi ini termasuk dalam badan inklusi intranuklear Cowdry tipe-A yang dikelilingi oleh halo dan dibatasi oleh kromatin. Badan inklusi ini dapat ditemukan di tubulus ginjal, duktus kandung empedu, paru, parenkim hati, usus, telinga bagian dalam dan kelenjar saliva, namun tidak banyak ditemukan pada otak (Griffiths, 2009). Sel-sel yang terinfeksi dapat mononuklear atau multinuklear. Cytomegalovirus menghasilkan badan inklusi yang bersifat basofilik dalam sel yang membesar. Secara mikroskopis pada pengecatan giemsa dari urin tampak gambaran infeksi CMV bentuk badan inklusi ini khas berupa sel dengan dua inti menyerupai mata burung hantu atauowl eyes,sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 (Cheesbrough, 1984;Jawetzet al.,2007; Tortoraet al.,2010).Hasil pengecatan urin menggunakan cat giemsa didapatkan sel dengan dua inti atau owl eyes Namun cara ini membutuhkan ketrampilan yang tinggi dalam pengamatan badan inklusi. Cara yang paling tepat adalah menggunakanPolymerase Chain Reaction(PCR), namun cara ini lebih membutuhkan biaya dan teknik yang tidak dapat diterapkan di seluruh rumah sakit bila dibandingkan dengan pemeriksaan serologi dan pengecatan Giemsa (Naessenset al., 2005).CMV Kongenital87

LAPORAN KASUS Seorang anak, usia 6 tahun dengan keluhan muncul pandangan kabur. Pada pemeriksaan mata ditemukan bintik putih pada mata, kekeruhan pada lensa dan fundus refleks negatif. Diagnosa dari bagian mata adalah katarak kongenital. Pada pemeriksaan serologi didapatkan Ig G CMV positif dengan nilai 10,30 dan Ig M CMV juga positif sebesar 1,00. Penderita dirawat di bangsal anak dengan program mendapatkan Gancyclovir 5 mg/kg BB i.v dua kali per hari selama 21 hari.

PEMBAHASAN Penderita laki-laki berusia 6 tahun dari keluarga dengan ekonomi kurang. Dari hasil alloanamnesis dengan orang tuanya, diketahui bahwa keluhan utama penderita adalah penglihatan kabur. Semenjak lahir sudah didapatkan bintik putih di daerah lensa mata. Oleh dokter sudah disarankan untuk dibawa ke rumah sakit, namun karena ketiadaan biaya maka saat usia 6 tahun baru dibawa ke rumah sakit. Berdasarkan anamnesa, tidak ditemukan kelainan saat kehamilan ibu. Anak lahir spontan, cukup bulan, di bidan, dengan berat badan lahir 3000 gram. Saat pertama kali dibawa ke rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, penderita diperiksa di poliklinik mata. Ditemukan bintik putih pada mata, kekeruhan pada lensa dan fundus refleks negatif. Dari bagian mata meminta pemeriksaan penunjang serologi IgM dan IgG CMV. Pada pemeriksaan serologi didapatkan IgG CMV 10,30 dan IgM CMV 1,00. Sehingga disimpulkan bahwa pasien menderita cytomegalovirus katarak congenital. Berdasarkan diagnose tersebut, penderita dikirim ke bagian anak untuk mendapatkan terapi Gancyclovir 5 mg/kg BB i.v dua kali per hari selama 21 hari.

KESIMPULAN Katarak congenital oleh karena infeksi cytomegalovirus merupakan masalah yang harus ditangani secara menyeluruh, baik aspek klinis berupa gejala pada penderita, maupun aspek laborat berupa hasil pemeriksaan terhadap virus CMV yang meliputi serologi, penemuan antigenberupa virus ataupun badan inklusi, dan akan lebih tepat dengan menggunakan PCR.

DAFTAR PUSTAKACheesbrough M., 1984,Cytomegalovirus, Medical Laboratory Manual For Tropical Countries: The Thetford Press Ltd; p. 363-4.Corrales-Medina VF, Shandera WX., 2010, Cytomegalovirus disease, In: McPhee SJ, apadiks MA, editors,Current Medical Diagnosis and Treatment, 49 ed. New York: McGraw-Hill;. p. 1245-6.Deyi YM, Goubau P, Bodus M., 2000, False-Positive IgM Antibody Tests for Cytomegalovirus in Patients with Acute Epstein-Barr Virus Infection,Eur J ClinMicrobiol Infect Dis19 :557560Drew WL., 2004, Herpesviruses, In: Ryan KJ, Ray CG, editors,Medical Microbiology Introduction to Infectious Disease, 4th ed., New York: The McGraw-Hill CompaniesInc;. p. 567-9.Griffiths PD., 2009, Cytomegalovirus,Principles and Practice of Clinical Virology, 6th ed. West Sussex, UK: John Wiley & Sons Ltd., p. 161.Halwachs-Baumann G., 2001,Congenital Cytomegalovirus Infection, Epidemiology, Diagnosis, Therapy, NewYork: Springer Wien.Jahromi AS, Makiani MJ, Farjam MR, Madani A, Amirian M, Eftekhri TE,et al., 2010,Cytomegalovirus Immunity in Pregnancy in South of Iran,American Journal of Infectious Disease; 6:8-11.Janner D., 2005, .Congenital Disease, Clinical Guide to Pediatric Infectious Disease, 1st ed. California: Lippincott Williams & Wilkins.Jawetz, Melnick, Adelberg, 2007,Herpesvirus, Jawetz, Melnick, and Adelbergs Medical Microbiology, 24th Edition, New York: McGraw-Hill Companies,163-166.Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreckenberger PC, Winn WC., 1992,Virus Diagnostic.Diagnostic Microbiology, 4th ed,Philadelphia: JB Lippincot company; p. 988-1005.Leung AKC, Sauve RS, Davies HD., 2003, Congenital Cytomegalovirus Infection,Journal ofThe National Medical Association; 95: 213-8.Naessens A, Casteels A, Decatte L, Foulon W., 2005, A Serologic Strategy For DetectingNeonates At Risk For Congenital Cytomegalovirus Infection,The Journal of Pediatrics; 146:194-7.Quinonez JM., 2004, Congenital Toxoplasmosis and Congenital Cytomegalovirus,Hospital Physician Pediatric Medicine Board Review Manual: 9-11.Soedarto, 2010,Cytomegalovirus, Virologi Klinik, Jakarta: Sagung Seto, p. 202-3. Southwick FS., 2007,Cytomegalovirus,Infectious Diseases A Clinical Short Course, 2nd ed.New York: McGraw-Hill Companies Inc;. p. 381-2.Tortora GJ, Funke BR, Case CL., 2010, Cytomegalovirus Infections, In: Berriman L, editor.Microbiology An Introduction,10th ed. San Fransisco: Pearson Education Inc;. p. 658.