tm biokimia

38
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penyakit hemofilia sering kali diulas di berbagai literatur ataupun media. Secara umum, kasus hemofilia pada populasi berjumlah cukup rendah yakni sekitar 0,091% , dan 85 % nya adalah jenis hemofilia A. Angka terjadinya hemofilia A sekitar 1:10.000 dari penduduk laki-laki yang lahir hidup, tersebar di seluruh dunia tidak tergantung ras, budaya, sosial ekonomi maupun letak geografi. Adapun kasus hemofilia A di Indonesia sampai pertengahan 2001 disebutkan sebanyak 314 kasus hemofilia A. Sedangkan insiden hemofilia B diperkirakan 1:25.000 laki-laki lahir hidup. Hemofilia C yang diturunkan secara autosomal resesif dapat terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan, menyerang semua ras dengan insiden terbanyak ras Yahudi Ashkanazi. (Dalam, J P, 2006) Hemofilia merupakan gangguan pembekuan darah akibat kekurangan faktor pembeku darah yang disebabkan oleh kerusakan kromosom X. Darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah berjalan amat lambat, tak seperti mereka yang normal (F648).

Upload: haura-nadya-amalia

Post on 30-Dec-2014

99 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

TM Individual Biokimia FKG UA 2012

TRANSCRIPT

Page 1: TM Biokimia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan penyakit hemofilia sering kali diulas di berbagai literatur

ataupun media. Secara umum, kasus hemofilia pada populasi berjumlah cukup

rendah yakni sekitar 0,091% , dan 85 % nya adalah jenis hemofilia A. Angka

terjadinya hemofilia A sekitar 1:10.000 dari penduduk laki-laki yang lahir hidup,

tersebar di seluruh dunia tidak tergantung ras, budaya, sosial ekonomi maupun

letak geografi. Adapun kasus hemofilia A di Indonesia sampai pertengahan 2001

disebutkan sebanyak 314 kasus hemofilia A. Sedangkan insiden hemofilia B

diperkirakan 1:25.000 laki-laki lahir hidup. Hemofilia C yang diturunkan secara

autosomal resesif dapat terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan,

menyerang semua ras dengan insiden terbanyak ras Yahudi Ashkanazi. (Dalam, J

P, 2006)

Hemofilia merupakan gangguan pembekuan darah akibat kekurangan

faktor pembeku darah yang disebabkan oleh kerusakan kromosom X. Darah pada

penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.

Proses pembekuan darah berjalan amat lambat, tak seperti mereka yang normal

(F648).

Hemofili bisa menyerang siapa saja mulai dari anak kecil hingga orang

tua. Tanda khas pada hemofilia adalah hemartrosis, yaitu perdarahan pada sendi-

sendi besar (lutut, siku tangan, pergelangan kaki) yang terasa nyeri dan bengkak

sehingga menyebabkan sendi tidak dapat digerakkan. Bisa muncul karena

benturan ringan atau timbul sendiri. Selain itu sering timbul perdarahan di bawah

kulit dan otot. Berdasarkan derajatnya, hemofilia terbagi atas hemofilia berat,

hemofilia sedang, dan hemofilia ringan. Hemofilia ringan gejalanya hanya berupa

darah lama membeku setelah cabut gigi, operasi atau saat terluka. Hemofilia berat,

90% sudah dapat didiagnosis pada usia di bawah 1 tahun.

Page 2: TM Biokimia

2

Penderita hemofilia mengalami kelainan pada perdarahan, yakni gangguan

pada faktor pembekuan darah, maka bila terjadi sesuatu kasus yang menimbulkan

risiko perdarahan sebisa mungkin hal tersebut harus dihindarkan. Hal ini terkait

dengan perlakuan eksodonti pada mulut. Pada penderita hemofili tindakan

eksodonti yang tidak tepat akan berakibat fatal. Oleh karena itu perlu ditanyakan

apakah pasien mempunyai riwayat penyakit tersebut. Hal ini menjadi suatu

permasalahan yang penting untuk diperhatikan. Mengingat dampak pendarahan

yang ditimbulkan cukup berbahaya diperlukan perawatan kesehatan rongga mulit

sejak dini sehingga dapat meminimalisir risiko dilakukannya tindakan eksodonti.

Untuk lebih jelasnya tindakan pencabutan pada gigi dengan riwayat hemofili akan

diulas lebih lanjut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit hemofili ?

2. Apakah yang dimaksud dengan tindakan eksodonti ?

3. Bagaimankah proses tindakan eksodonti pada penderita hemofili ?

4. Apa pengaruh hemofili terhadap tindakan eksodonti ?

5. Bagaimana upaya perawatan gigi pada penderita hemofili ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit hemofili.

2. Untuk mengetahui apa maksud tindakan eksodonti.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses tindakan eksodonti pada penderita

hemofili.

4. Untuk mengetahui pengaruh hemofili terhadap tindakan eksodonti.

5. Untuk mengetahui upaya perawatan gigi pada penderita hemofili.

Page 3: TM Biokimia

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemofilia

2.1.1 Sejarah Hemofilia

Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat.

Kelainan perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat

dalam berkas Talmud pada Abad Kedua. Sejarah modern dari hemofilia dimulai

pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang menderita

hemofilia. Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya dilakukan ulasan tentang

hemofilia oleh Nasse. Pembuktian adanya kecacatan pada proses pembekuan

darah pada hemofilia dilakukan oleh Wright pada tahun 1893. Namun, faktor VIII

(FVIII) belum teridentifikasi hingga tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil

mengisolasi faktor pembekuan dari darah, yang saat itu disebut sebagai faktor

antihemofilia (AHF). (Adonis Lorenzana)

Suatu bioassay dari faktor VIII diperkenalkan pada tahun 1950. Walaupun

hubungan antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) telah diketahui, namun hal

ini tidak disadari saat itu. Pada tahun 1953, kurangnya faktor VIII pada pasien

dengan defisiensi vWF pertama kali dijelaskan. Penelitian berikutnya oleh Nilson

dan kawan-kawan mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor pembekuan

sebelumnya. (Adonis Lorenzana)

Pada tahun 1952, penyakit christmas pertama kali dideskripsikan dan

nama penyakit tersebut diambil dari nama keluarga pasien pertama yang diteliti

secara menyeluruh. Penyakit ini sangat berbeda dari hemofilia karena

pencampuran plasma pasien penyakit christmas dengan plasma pasien hemofilia

menormalkan masa pembekuan (clotting time/CT) karena itu hemofilia A dan B

kemudian dibedakan. (Adonis Lorenzana)

Page 4: TM Biokimia

4

Pada awal tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat yang pertama

kali ada untuk terapi hemofilia. pada tahun 1970an, lyophilized intermediate-

purity concentrates atau konsentrat murni liofil menengah pertama kali dibuat dari

kumpulan darah donor. sejak saat itu terapi hemofilia secara dramatis berhasil

meningkatkan harapan hidup penderitanya dan dapat memfasilitasi mereka untuk

pembedahan dan perawatan di rumah. (Adonis Lorenzana)

Pada tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat

FVII pertamakali diketahui. kebanyakan pasien dengan hemofilia berat terinfeksi

oleh penyakit hepatitis B dan hepatitis C. pada akhir tahun 1980an hampir semua

pasien hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.

teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus

tersebut. standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat

FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus. (Adonis

Lorenzana)

2.1.2 Pengertian Hemofilia

Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan

dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan

sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita

hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih

banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang

paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten.

Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX),

dikelompokkan sebagai :

Hemofilia A (Hemofilia Klasik)

Hemofilia B (Penyakit Christmas)

Gejala dan Tanda Hemofilia

Perdarahan hebat setelah suatu trauma ringan (missal ekstrasi gigi).

Page 5: TM Biokimia

5

Hematon pada jaringan lunak, mungkin menyebabkan kompresi

terhadap saraf.

Hemartosis kontraktur sendi

Hematuria

Beratnya gejala tergantung kepada pengaruh kelainan gen yang terjadi

terhadap aktivitas faktor VII dan faktor IX. Jika aktivitasnya kurang dari 1%,

maka akan terjadi episode perdarahan hebat dan berulang tanpa alasan yang jelas.

Jika aktivitasnya mencapai 5% maka gejalanya ringan. Jarang terjadi episode

perdarahan tanpa sebab yang pasti, tetapi pembedahan atau cedera bisa

menyebabkan perdarahan yang tak terkendali, yang bisa berakibat fatal. Biasanya

episode perdarahan pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, yang sering terjadi

setelah suatu cedera ringan. Anak mudah mengalami memar. Bahkan penyuntikan

ke dalam otot bisa menyebabkan perdarahan yang selanjutnya menyebabkan

memar yang luas (hematom). (Betz and Swoden 2004, hal. 212-213)

Tempat pendarahan paling sering adalah pada persendian, otot dan

jaringan lunak. Sendi yang paling sering terkena adalah lutut, siku, pergelangan

kaki, bahu, dan panggul. Otot yang paling sering terkena adalah fleksor lengan

bawah, gastrokneminus, dan iliopsoas. Pendarahan pada sendi atau otot dapat

mengakibatkan nyeri, keterbatasan mobilitas, perlunya terapi fisik berkelanjutan,

dan beberapa derajat gangguan fungsi. Episode pendarahan yang mengancam

hidup dapat terjadi pada otak, saluran gastrointestinal, dan leher serta

tenggorokan. (Betz and Swoden 2004, hal.212-213)

Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk

penyakit resesif terkait-X. Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki – laki

yang menderita hemophilia adalah carrier penyakit, dan anak laki – laki tidak

terkena. Anak laki – laki dari perempuan yang carrier memiliki kemungkinan 50

% untuk menderita penyakit hemophilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan

hemophilia (ayah hemophilia, ibu carrier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi.

Kira – kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat

mutasi spontan.

Page 6: TM Biokimia

6

Contoh pedigree Hemofilia

Page 7: TM Biokimia

7

Dua jenis utama hemophilia yang secara klinis identik adalah :

Hemofilia klasik atau Hemofilia A

Yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas factor anti

hemophilia VIII.

Penyakit Christmas atau Hemofilia B

Yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas factor IX.

Hemofilia diklasifikasi sebagai berikut :

Berat

Dengan kadar aktivitas factor kurang dari 1%.

Sedang

Dengan kadar aktivitas diantara 1% dan 5%.

Ringan

Jika 5% atau lebih.

Perdarahan spontan dapat terjadi jika kadar factor kurang dari 1%. Akan

tetapi, pada kadar 5% atau lebih, perdarahan umumnya terjadi berkaitan dengan

trauma atau prosedur pembedahan. Manifestasi klinik meliputi perdarahan

Page 8: TM Biokimia

8

jaringan lunak, otot, dan sendi, terutama sendi – sendi yang menopang berat

badan, disebut hemartosis (perdarahan sendi). Perdarahan berulang kedalam sendi

menyebabkan degenerasi kartilago artikularis disertai gejala – gejala arthritis.

Perdarahan retroperitoneal dan intracranial merupakan keadaan mengancam jiwa.

Derajat perdarahan berkaitan dengan banyaknya aktivitas factor dan beratnya

cedera. Perdarahan dapat terjadi segera atau berjam – jam setelah cedera.

Perdaraha karena pembedahan sering terjadi pada semua pasien hemophilia, dan

segala prosedur pembedahan yang diantisipasi memerlukan penggantian factor

secara agresif sewaktu praoperasi dan pascaoperasi sebanyak lebih dari 50%

tingkat aktivitas.

2.1.2.1 Hemofilia A

Pada 85 % kasus kelainan ini disebabkan oleh kelainan atau

defisiensi Faktor VIII; jenis hemofilia ini disebut hemophilia A atau

hemophilia klasik. Kira – kira 1 dari 10.000 pria di Amerika Serikat

menderita hemophilia klasik. Pada 15 % pasien hemophilia lainnya,

Kecenderungan perdarahan disebabkan oleh defisiensi factor IX. Kedua

factor tersebut diturunkan seacara genetik oleh kromosom wanita. Oleh

karena itu, wanita hampir tidak ada yang menderita hemophilia karena

paling sedikit satu dari kromosom X-nya mempunyai gen – gen yang

sempurna. Bila salah satu kromosom X-nya mengalami defisiensi, ia akan

menjadi carrier hemophilia, menurunkan penyakit pada seluruh anak

prianya dan menurunkan sifat carrier hemophilia kepada separuh anak

wanitanya.

Sifat perdarahan pada hemophilia dapat bermacam – macam

tingkatannya, bergantung pada tingkat sifat defisiensi genetic. Biasanya

perdarahan tidak terjadi kecuali sesudah mendapat trauma, tetapi pada

beberapa pasien, beratnya trauma diperlukan untuk menimbulkan

perdarahan yang hebat dan lama bisa saja sangat ringan dan luput dari

Page 9: TM Biokimia

9

perhatian. Contohnya, perdarahan setelah pencabutan gigi sering kali dapat

berlangsung berhari – hari.

Faktor VIII terdiri dari dua komponen aktif, komponen besar

dengan berat molekul jutaan dan komponen yang lebih kecil dengan berat

molekul 230.000. Komponen yang lebih kecil ini sangat penting untuk

jalur pmbekuan intrinsic, dan defisiensi komponn inilah yang

menyebabkan timbulnya hemophilia klasik. Penyakit perdarahan lain yang

mempunyai cirri – cirri yang agak berbeda, disebut penyakit von

Willebrand, adalah akibat dari tidak adanya komponen yang besar.

Bila seorang hemophilia klasik mengalami perdarahan yang hebat

dan lama, dapat dikatakan terapi satu – satunya yang paling efektif ialah

penyuntikan factor VIII yang telah dimurnikan. Harga factor VIII sangat

mahal, dan penyediaannya terbatas karena hanya dapat diambil dari dalam

tubuh manusia dengan jumlah yang sangat terbatas.

Sebagai sifat resesif terkait-X, penyakit ini terjadi pada laki – laki

atau perempuan homozigot. Namun, perdarahan berlebihan pernah

dilaporkan terjadi pada perempuan heterozigot, mungkin karena iyonisasi

yang sangat merugikan ( inaktivasi kromosom X normal disebagian besar

sel). Sekitar 30% kasus disebabkan oleh muatasi sehingga tidak diteukan

riwayat keluaraga. Gejala klini baru tampak pada defisiensi yang berat .

Defisiensi derajat sedang atau ringan biasanya asimtomatik, walaupun

perdarahan pasca trauma mungkin sedikit berlebihan. PErdarahan derajat

defisienasi factor VIII berkaitan dengan tipe mutasi di gen factor VIII.

Seperti pada thalasemia, beberapa kelainan genetic pernah dilaporkan.

Yang semakin memperumit keadaan, pada sekitar 10% pasien kadar factor

VIII tampaknya normal dengan immunoassay, tetapi aktivitas koagulan

yang terdeteksi dengan bioassay rendah. Pada pasien ini terjadi mutasi

yang menyebabkan sintesis protein yang secara antigenis normal., tetapi

fungsional abnormal. Seiktar 15 % pasien dengan penyakit yang parah

memiliki anti bodi terhadap factor VIII. Penyebab terbentuknya

Page 10: TM Biokimia

10

autoantibody ini masih belum jelas. Keadaan antibody tersebut

mempersulit terapi penggantian.

Pada semua kasus simptomatik terdapat kecenderungan mudah

memar dan perdarahan pasif. Setelah trauma atau tindakan operasi. Selain

itu, perdarahan spontan sering ditemukan dibagian tubuh yang sering

terkena trauma, terutama sendi. Perdarahan berulang kedalam sendi

menyebabkan deformitas progresif yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Ptekie biasanya tidak ada. Biasanya pasien dengan hemophilia A memiliki

waktu perdarahan normal, hitung trombosit normal, dan PT normal,

sedangkan PTT memanjang yang diperbaiki dengan pemberian plasma

normal. Apabila didalam plasma pasien terdapat antibody terhadap factor

VIII, penambahan tersebut tidak dapat memperbaiki PTT. Pemeriksaan

factor VIII selalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

Terapi hemophilia A antara lain infuse factor VIII. Secara historis,

pergantian yang melibatkan pemberian factor VIII yang diperoleh dari

plasma manusia,memiliki resiko inheren penularan penyakit virus.

2.1.2.2 Hemofilia B

Defisiensi factor IX yang parah adalah suatu penyakit yang secara

klinis tida dapat dibedakan dengan hemophilia A. Selain itu, penyakit ini

juga diwariskan cirri resesif terkait-X dan dapat asimtomatik atau

menyebabkan perdarahan. Penyakit ini jauh lebih jarang ditemukan

daripada hemophilia A. PTT memanjang; waktu perdarahan normal.

Identifikasi penyakit Christanast (diberi nama berdasarkan pasien pertama

yang mengidap penyakit ini) hanya mungkin dengan pemeriksaan kadar

factor IX. Terapi adalah infuse factor IX rekombinan yang saat ini sudah

tersedia secara luas.

Page 11: TM Biokimia

11

2.2 Eksodonti

Eksodonti (pencabutan gigi) adalah penghilangan rasa sakit gigi atau

seluruh gigi atau akar gigi dengan trauma minimal untuk investasi jaringan,

sehingga menyembuhkan luka tanpa kesulitan dan tanpa pasca operasi masalah

praprostetik. (Sanghai and Chatterjee 2009, hal. 91)

Indikasi

Penyakit Periodontal (kasus kelas II dan III)

Non-restorable karies

Pulp pathology (dalam kasus pulpal necrosis dan irreversible pulpitis)

Gigi Retak / pecah terutama dalam arah mesiodistal atau pada cervical

line

Gigi pada tulang rahang yang patah

Impaksi atau ectopically

Supernumery teeth

Gigi yang terkena kista atau tumor rahang

Gigi dicabut karena alasan ortodontik (untuk mendapatkan ruang)

Malposed atau malposisi pada gigi

Gigi dicabut karena alasan prostetik

Gigi yang terkena infeksi

Gigi dicabut karena alasan estetik (terutama di gigi taring). (Sanghai and

Chatterjee 2009, hal. 91)

Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana

dan teknik pembedahan.

Page 12: TM Biokimia

12

2.2.1 Indikasi

Tujuan dokter gigi adalah menciptakan rongga mulut yang sehat dan dapat

berfungsi dengan baik sampai akhir pertumbuhan gigi. Walaupun demikian,

ekstraksi gigi penting dilakukan dengan berbagai alasan.

a. Karies Besar

Gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan tidak dapat direstorasi lagi.

b. Nekrosis Pulpa

Gigi dengan pulpitis irreversible yang perawatan endodonti tidak dapat

dilakukan lagi atau merupakan kegagalan setelah dilakukan perawatan

endodonti.

c. Penyakit Periodontal

Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan kehilangan

tulang berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap.

d. Gigi Retak

Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya menyebabkan

nyeri hebat dan tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti.

e. Gigi Malposisi

Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak dan posisinya tidak

dapat diperbaiki dengan perawatan orthodonti.

f. Gigi Terpendam

Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan

gangguan fungsi normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini

diekstraksi.

g. Gigi Berlebih

Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan

gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi anterior.

h. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis

Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus dilakukan bersamaan dengan

pembuangan lesinya.

i. Gigi Persistensi

Page 13: TM Biokimia

13

Gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi

penggantinya sudah erupsi. Biasanya gigi desidui mengalami resorbsi

sehingga akan goyah, tetapi pada gigi desidui yang gangren tidak mungkin

terjadi resorbsi atau karena kondisi kesehatan dari pasien maka gigi

desidui itu masih tetap tertanam dalam tulang alveolar.

j. Keperluan Orthodonti

Ekstraksi gigi premolar dilakukan untuk perawatan orthodonti dengan

pertumbuhan gigi yang berjejal.

k. Ekstraksi Preprostetis

Untuk keperluan pembuatan protesa dilakukan ekstraksi gigi.

l. Preradioterapi

Pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga

mulutnya harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi

yang merupakan indikasi pada daerah yang akan diradioterapi.

2.2.2 Kontraindikasi

Walaupun gigi memenuhi persyaratan untuk dilakukan ekstraksi, pada

beberapa keadaan tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa faktor atau

merupakan kontraindikasi ekstraksi gigi. Pada keadaan lain, kontraindikasi

ekstraksi gigi sangat berperan penting untuk tidak dilakukan ekstraksi gigi sampai

masalahnya dapat diatasi.

a. Penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis, dan diabetes

mellitus kontraindikasi pada pemberian adrenalin. Adrenalin pada

ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada penderita penyakit jantung,

hipertensi, arteriosklerosis dan diabetes melitus.

b. Penderita Trombositopenia

Penderita trombositopenia memiliki jumlah trombosit lebih sedikit dari

normal sehingga darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui

bahwa trombosit penting artinya dalam pembekuan darah.

Page 14: TM Biokimia

14

c. Penderita Leukemia

Penderita leukemia memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari

normal dalam darah sehingga mudah mengalami perdarahan.

d. Kaheksi

Penderita memiliki keadan umum yang sangat buruk karena malnutrisi

atau sesudah menderita penyakit yang lama dan berat. Akibatnya semua

keadaan menjadi jelek, perdarahan banyak, penyembuhan luka lambat dan

dengan suntikan atau sedikit trauma ia dapat kolaps. Ekstraksi gigi ditunda

sampai keadaan umum penderita lebih baik.

e. Penderita Hemofilia

Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang bersifat herediter

dan hanya terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan luka,

maka darahnya tidak dapat membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit

tidak dapat pecah kalau berhubungan dengan udara karena kekurangan zat

antihemofilia dalam serum, sehingga darah akan terus mengalir.

f. Kehamilan

Ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada trimester pertama, karena

keadaan umum ibu hamil pada trimester pertama sering sangat lemah dan

dalam masa pembentukan janin.

g. Peradangan di sekitar Gigi

Apabila terdapat peradangan di sekitar gigi, maka ekstraksi gigi adalah

kontraindikasi. Ekstraksi gigi dapat dilakukan jika inflamasinya sudah

sembuh. (Noni Harahap, 2010)

Page 15: TM Biokimia

15

BAB 3

PETA KONSEP

Page 16: TM Biokimia

16

BAB 4

PEMBAHASAN

Berikut ini kadar faktor pembekuan darah dan perdarahan yang terjadi di

penderita hemofilia.

Gradasi

( hemofilia A dan B )

Kadar faktor

pembekuan darahperdarahan

Berat <1%Perdarahan spontan atau akibat

trauma ringan

Sedang 1-5%Perdarahan terjadi karena trauma

yang lebih berat

Ringan >5%Perdarahan akibat operasi ringan

seperti cabut gigi, atau sirkumsisi

Tabel 4.1. Klasifikasi Kadar Faktor VIII Dan Faktor IX Dalam Plasma.

Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan

dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh

yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan.

Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka

mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut

gigi atau mengalami luka yang serius.

Perawatan Gigi (Eksodonti)

Bagi orang-orang dengan hemofilia, kebersihan mulut yang baik penting

untuk mencegah penyakit gusi serta periodontal. Gigi harus disikat paling tidak

dua kali sehari untuk pengendalian plak. Pasta gigi yang mengandung fluoride

sebaiknya dipakai. Obat kumur yang mengandung triclosan atau chlorhexidine

dapat juga membantu mengurangi plak. Dental f loss atau sikat interdental

membantu mengurangi plak. Orang dengan kelainan perdarahan membutuhkan

Page 17: TM Biokimia

17

kerjasama erat antara dokter dan dokter giginya agar mendapatkan perawatan gigi

yang aman dan komprehensif.

Pedoman untuk terapi gigi reguler dari orang dengan kelainan perdarahan

adalah sebagai berikut:

Perjanjian dengan dokter gigi untuk anak-anak dengan kelainan

perdarahan, dan juga edukasi mengenai seluk beluk gigi yang bersifat preventif

bagi anak serta perawatnya, harus dimulai ketika gigi bayi mulai tumbuh.

Injeksi dalam, prosedur bedah - terutama yang melibatkan tulang

(ekstraksi, gigi implan) – atau blok anestesi lokal regional harus dilakukan hanya

setelah kadar faktor pembekuan ditingkatkan secara tepat.

Infeksi mulut harus diobati dengan antibiotik sebelum dilakukan prosedur

bedah. Kajian gigi secara komprehensif dibutuhkan pada usia kira-kira 12 atau 13,

untuk merencanakan di masa mendatang dan untuk memutuskan pencegahan

kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh overcrowding atau misplaced gigi molar

ketiga atau gigi lainnya.

Untuk orang dengan hemofilia ringan atau moderat, terapi gigi non bedah

dapat dilakukan dengan perlindungan antifibrinolitik (asam traneksamat atau asam

amino kaproat epsilon), namun harus dikonsultasikan dengan ahli hematologi

sebelum dilakukan prosedur lain. Untuk orang dengan hemofilia A ringan (FVIII

> 5%), pembersihan karang dan beberapa operasi minor dapat dilakukan dengan

perlindungan desmopresin (DDAVP). Untuk yang dengan hemofilia berat,

penggantian faktor pembekuan diperlukan sebelum operasi atau injeksi blok

regional atau pembersihan karang. Penggunaan lokal lem fibrin dan obat kumur

asam traneksamat sebelum serta setelah ekstraksi gigi adalah metode yang aman

dan murah untuk membantu mengendalikan perdarahan.

Setelah ekstraksi gigi, diet cairan dingin dan makanan padat halus harus

dijalani selama 5-10 hari. Merokok harus dihindari. Setiap pembengkakan,

kesulitan menelan (disfagia), atau suara serak harus selalu dilaporkan pada dokter

gigi/ahli hematologi dengan segera.

Adanya infeksi yang ditularkan lewat darah pada orang dengan hemofilia

sebaiknya tidak mempengaruhi akses ke perawatan gigi.Semua pencegahan, sama

seperti untuk tiap prosedur bedah, harus diperhatikan.

Page 18: TM Biokimia

18

Orang dengan hemofilia atau kecenderungan perdarahan kongenital adalah

kelompok prioritas untuk perawatan kesehatan mulut dan gigi, karena perdarahan

setelah terapi gigi dapat menyebabkan komplikasi yang berat bahkan fatal.

Perawatan mulut yang sehat dan pencegahan problem gigi memiliki kepentingan

yang besar, tidak hanya untuk kualitas hidup dan nutrisi namun juga untuk

menghindari bahaya pembedahan.

Pengobatan

Penderita hemofilia harus menghindari keadaan yang bisa menimbulkan

perdarahan. Mereka harus sangat memperhatikan perawatan giginya agar tidak

perlu menjalani pencabutan gigi.

Penderita hemofilia ringan yang harus menjalani pembedahan atau

pencabutan gigi akan diberikan obat desmopressin untuk memperbaiki system

pembekuan darah yang sifatnya hanya sementara, sehingga tidak perlu dilakukan

transfusi.

Penderita juga harus menghindari obat-obatan seperti aspirin, warfarin,

heparin dan obat pereda nyeri tertentu ( misalnya obat anti peradangan

nonsteroid ), yang bisa memperburuk gangguan perdarahan.

Biasanya pengobatan meliputi transfusi untuk menggantikan kekurangan

faktor pembekuan. Faktor-faktor ini ditemukan di dalam plasma dan dalam

jumlah yang lebih besar ditemukan di dalam plasma konsentrat. Beberapa

penderita membentuk antibodi terhadap faktor VIII dan factor IX yang

ditransfusikan, sehingga transfusi menjadi tidak efektif. Jika di dalam darah

contoh terdapat antibodi, maka dosis plasma konsentratnya dinaikkan atau

diberikan faktor pembekuan yang berbeda atau diberikan obat-obatan untuk

mengurangi kadar antibodi.

Penderita Hemofilia A tergolong rentan terhadap aktivitas olahraga.

Namun, menurut Djajadiman, penderita Hemofilia A boleh saja berolahraga. Pilih

olahraga ringan, seperti bermain bilyar. Sehingga, mengurangi risiko terjadinya

luka atau cedera yang mengakibatkan perdarahan.

Page 19: TM Biokimia

19

Pengobatan hemofilia sendiri dapat dilakukan dengan metode RICE,

singkatan dari Rest, Ice, Compression dan Elevation :

· Rest. Penderita harus senantiasa beristirahat, dan jangan banyak melakukan

kegiatan berat atau yang sifatnya kontak fisik.

· Ice. Jika terjadi luka segera perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya

dengan es.

· Compression. Dalam hal ini, luka itu juga harus dibebat atau dibalut dengan

perban.

· Elevation. Berbaring dan meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi

jantung.

Hal yang harus diperhatikan oleh para penderita hemofilia, antara lain:

1. Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat

tubuh agar tidak berlebihan. Pasalnya, berat badan berlebih dapat

mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki ( terutama

pada kasus hemofilia berat ).

2. Penderita hemofilia sangat perlu melakukan olahraga secara teratur

untuk menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuhnya.

Kondisi fisik yang baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan.

Namun penderita hemofilia harus menemukan sendiri aktivitas fisik

apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukannya. Banyak orang

dengan hemofilia ringan ikut dalam semua jenis olah raga, termasuk

olah raga aktif seperti sepakbola dan olahraga berisiko tinggi.

Sementara bagi penderita hemofilia berat, aktivitas serupa dapat

menimbulkan perdarahan yang parah. Yang jelas, olah raga yang sangat

dianjurkan adalah berenang.

3. Penderita mesti rajin merawat gigi dan gusi serta rajin melakukan

pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin, paling tidak setengah

tahun sekali karena kalau giginya bermasalah semisalnya harus dicabut,

tentunya dapat menimbulkan perdarahan.

4. Mengikuti program imunisasi. Catatan bagi petugas medis adalah

suntikan imunisasi harus dilakukan di bawah kulit dan tidak ke dalam

Page 20: TM Biokimia

20

otot, diikuti penekanan pada lubang bekas suntikan paling tidak selama

5 menit.

5. Hindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.

Penderita hemofilia dianjurkan jangan sembarang mengonsumsi obat

obatan. Langkah terbaik adalah berkonsultasi lebih dulu pada dokter.

Pengobatan Periodontal

Jaringan periodontal yang sehat adalah penting untuk mencegah

perdarahan dan kehilangan gigi. Jika kebersihan mulut yang buruk pengobatan

harus dimulai sesegera mungkin setelah pasien telah menjalani pemeriksaan gigi

dan rencana perawatan yang diformulasikan untuk mencegah tambahan kerusakan

pada jaringan periodontal. Dalam kasus penyakit periodontal parah, mungkin

diperlukan untuk melakukan scaling supragingiva awalnya bersama dengan

pendidikan kesehatan gigi. Subgingiva scaling dapat mulai segera setelah

peradangan memiliki menurun. Pengobatan mungkin perlu dilakukan di atas

beberapa kunjungan untuk mencegah berlebihan kehilangan darah. Selain itu,

klorheksidin glukonat obat kumur dapat digunakan untuk mengontrol periodontal

masalah. Antibiotik mungkin diperlukan untuk membantu mengurangi

peradangan awal.

Kehilangan darah dari semua jenis dapat dikontrol secara lokal dengan

tekanan langsung atau dressing periodontal dengan atau tanpa agen

antifibrinolytic topikal. Periodontal operasi pada pasien dengan perdarahan

gangguan selalu harus dianggap sebagai resiko tinggi yang prosedur dengan risiko

yang signifikan darah

kerugian. Ini hanya harus dipertimbangkan adalah pengobatan konservatif telah

gagal dan oral kebersihan yang baik. Bedah periodontal dapat menjadi lebih besar

tantangan untuk hemostasis dari yang sederhana ekstraksi. Prosedur ini harus hati

–hati direncanakan dan resiko sepenuhnya menjelaskan kepada pasien.

Mengontrol perdarahan dengan menggunakan periodontal semen kemasan

pada pasien dengan gangguan pendarahan bermanfaat dan biaya yang efektif di

gigi ekstraksi. Teknik lokal masih memerlukan penggantian spesifik therapy.

Page 21: TM Biokimia

21

Berikut ini protokol diadopsi menghasilkan hasil yang dapat diandalkan dari

ekstraksi gigi secara rawat, dengan kenyamanan pasca operasi karena kombinasi

pengobatan sistemik dan lokal ditingkatkan langkah-langkah hemostatis.

Gambar 4.2 Semen Periodontal

Removable Prostodontik

Pasien dengan gangguan perdarahan dapat diberikan gigi palsu selama

mereka merasa nyaman. Jika gigi tiruan sebagian disediakan penting bahwa

kesehatan periodontal dari gigi yang tersisa dipertahankan.

Pengobatan Ortodonti

Tetap dan removable ortodontik peralatan dapat digunakan bersama

dengan pencegahan rutin saran dan terapi kesehatan. Perhatian khusus harus

diambil ketika merawat pasien dengan berat perdarahan gangguan untuk

memastikan bahwa gingiva adalah tidak rusak ketika pas alat.

Perawatan Endodontik

Perawatan endodontik umumnya risiko rendah untuk pasien dengan

gangguan perdarahan. Jika pulpektomi ditunjukkan, kemungkinan gigi

membutuhkan endodontik konvensional pengobatan juga harus dipertimbangkan.

hal ini penting bahwa prosedur ini dilakukan hati-hati dengan panjang kerja akar

kanal dihitung untuk memastikan bahwa instrumen tidak melewati puncak saluran

akar. Kehadiran perdarahan di kanal adalah indikasi dari jaringan pulpa yang

tersisa di kanal. Natrium hipoklorit harus digunakan untuk irigasi dalam semua

Page 22: TM Biokimia

22

kasus, diikuti oleh penggunaan kalsium hidroksida paste untuk mengontrol

perdarahan. Formaldehida yang diturunkan dari zat mungkin juga digunakan

dalam kasus dimana terjadi perdarahan terus-menerus atau bahkan sebelum

pulpektomi tersebut.

Dental Emergency

Keadaan darurat gigi dapat terjadi setiap saat; Namun, penting untuk

diingat bahwa tidak ada pengobatan harus dilakukan tanpa terlebih dahulu

perencanaan karena hal ini dapat mengakibatkan tambahan masalah. Masalah gigi

yang paling umum adalah nyeri akibat terhadap karies dan perdarahan dari

periodontal jaringan. Nyeri berhubungan dengan karies biasanya dapat diobati

dengan baik antibiotik atau pulpektomi di memesan untuk memberikan waktu

untuk perencanaan ekstraksi. Perdarahan dari jaringan periodontal biasanya dapat

dikendalikan dengan antibiotik sampai suatu janji dengan ahli kesehatan dapat

diatur. Pengelolaan trauma gigi lebih kompleks karena biasanya melibatkan kedua

gingiva dan gigi. Tindakan lokal biasanya akan mengontrol perdarahan gingiva

dan belat sementara dapat digunakan untuk gigi patah atau longgar.

Dengan trauma gigi, penting untuk diingat bahwa kita adalah bagian dari

komprehensif tim perawatan hemofilia mengobati pasien. Pengobatan

perencanaan untuk keadaan darurat membutuhkan masukan dari seluruh tim untuk

mengurangi risiko masalah lebih lanjut.

Page 23: TM Biokimia

23

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penderita hemofilia merupakan salah satu pasien yang perlu diutamakan

dalam proses penanganannya. Pada dasarya letak permasalahan penyakit

hemofilia ada pada pembekuan darah yang abnormal dimana darah penderita sulit

membeku akibat kerusakan kromosom X. Menindak lanjuti hal tersebut, tindakan

apapun yang diterima oleh penderita hemfilia harus dilakukan dengan ekstra hati-

hati. Begitu pula pada perlakuan eksodonti (pencabutan gigi) bagi penderita

hemofilia, diperlukan adanya perawatan pada bagian gigi dan ronga mulut.

Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa pengaruh perawatan

gigi pada penderita hemofilia dapat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama

yakni pencegahan. Pada tahap pencegahan, adanya pengawasan pada penderita

hemofilia agar tidak terjadi pendarahan dapat dimulai sejak seperti perlakuan

kehati-hatian saat menggosok gigi. Jaringan gigi yang sehat mengurangi adanya

permasalahan pada gigi. Begitupun memperhatikan pada makanan yang

dikonsumsi dan menjauhi dari kelelahan.

Tahap kedua adalah pada saat terjadi pendarahan terutama berhubungan

dengan gigi, adanya perawatan intens yang tergantung bidang permasalahan pada

gigi tersebut. Menghubungi dokter dan dokter gigi, agar terjalin komunikasi

dalam penanganan.

Tahap terakhir adalah tahap pengobatan. Pengobatan periodontal yang

terpenting mengontrol perdarahan dengan menggunakan periodontal semen

kemasan pada pasien dengan gangguan pendarahan bermanfaat dan biaya yang

efektif di gigi ekstraksi. Pada prostodontik, jika pasien lebih nyaman

menggunakan gigi palsu diperbolehkan. Pada Pengobatan Ortodonti lebih

memperhatikan pada pemasangan alat agar tidak menyebabkan pendarahan pada

gingiva. Pada Endodontik, sangat kecil resiko yang terjadi pada faktor ini , akan

tetapi bila terjadi Natrium hipoklorit harus digunakan untuk irigasi dalam semua

kasus, diikuti oleh penggunaan kalsium hidroksida paste untuk mengontrol

perdarahan.

Page 24: TM Biokimia

24

5.2 Saran

Dari pembahasan yang ada kami memberikan saran bahwa pada perawatan

gigi pada penderita hemofilia ,

- Menjauhi hal –hal yang menyebabkan pendarahan

- Memberikan edukasi dan penyuluhan pada penderita hemofilia dalam

menjauhi terjadinya pendarahan.

- Menjaga kesehatan seluruh jaringan mulut agar tidak terjadi infeksi atau

permasalahan lain pada gigi dan gingiva.

- Apabila terjadi pendarahan pada gigi dan jaringan mulur,sebaiknya

meminta petunjuk pada dokter dan dokter gigi penderita.

- Antara dokter dan dokter gigi penderita terjadi komunikasi dalam

penanganan.

Page 25: TM Biokimia

25

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn & Swoden, Linda A., 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatric

Ed. 5. Jakarta : EGC

Brewer, Andrew and Correa, Maria Elvira. 2006. Guidelines For Dental

Treatment Of Patients With Inherited Bleeding Disorders. Treatment of

Hemophilia. No 40. Oral & Maxillofacial Surgery Department of The Royal

Infirmary Glasgow, Scotland and Centro De Hematologia E Hemoterapia

Da Unicamp, Sao Paulo, Brazil. Canada : The World Federation Of

Hemophilia.

Canadian Hemophilia Society. 1999. What is Hemophilia?

Dalam, J.P. 2006. Seorang Penderita Hemofilia Ringan dengan Pendarahan

Masif. Vol.7 No. 2

Guyton, Hall.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.

Harahap, Noni. 2010. Dampak Trauma Yang Berlebihan Pada Jaringan Sekitar

Akibat Ekstraksi Gigi. Medan : Universitas Sumatra Utara Medan

Hartanto, Huriawati. Et All 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Ianes, E. et All. 2008. Tooth Extraction in Patients With Haemophilia. European

Cells and Materials Vol. 16. Suppl. 5. Romania : Department of Oral &

Maxillofacial Surgery, University of Medicine and Pharmacy Timisoara

and Clinical Medical Center, Timisoara.

Kumar, Robins Cortran. 2004. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Lorenzana, Adonis. Et All. Hemophilia A and B.

Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran

UI.

Sanghai, Sumit & Chatterjee, Parama. 2009. A Concise Textbook Of Oral And

Maxillofacial Surgery. New Delhi : Jaypee

Saputra, Lyndon. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Tangerang : Binapura

Aksara.

World Federation Of Hemophilia. 2005. Guidelines For The Management Of

Hemophilia. Canada : The World Federation Of Hemophilia

World Federation of Hemophilia. 1998. Hemophilia in Pictures.

Page 26: TM Biokimia

26

LAMPIRAN