tm cerebri

29
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR CEREBRI A. PENDAHULUAN Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen. Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala, kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh

Upload: desiafyati

Post on 05-Dec-2015

278 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tm Cerebri

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR CEREBRI

A. PENDAHULUAN

Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam

rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih

100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),

serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 %

curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk

metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna

dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan

membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.

Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang

dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita

tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe,

lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk

mencegah kerusakan neurologis secara permanen. 

Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok

bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia

terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala,

kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak

mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari

patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang

komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.

B. DEFINISI

Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak,

meningen dan tengkorak (Price , 2000).

Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di

dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).

Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel

glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tumor cerebri yaitu neoplasma yang tumbuh di otak

yang dapat bersifat jinak maupun ganas.

Page 2: Tm Cerebri

C. KLASIFIKASI

Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :

1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat

(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.

2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel

dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.

3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis

anterior

4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor

intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.

5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari

seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.

6. Tumor pembuluh darah antara lain :

a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang

didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang

lambat laun membesar.

b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler

embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum

c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma

serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas. 

7. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara

lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan

dijumpai pada dasar tengkorak.

D. ETIOLOGI

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah

banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali

pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-

anggota sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat

dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial

Page 3: Tm Cerebri

yang jelas.Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat

untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan

yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.Tetapi ada

kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas

dan merusak bangunan di sekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada

kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami

perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu

glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu

radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses

terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara

infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.Kini

telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,

nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

6. Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma

selaput otak).Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat

belum diketahui

E. PATHOFISIOLOGI

Menurut Brunner dan Suddarth 2001, gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan

oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.

1. Gagguan fokal

Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi

langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi

yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya

Page 4: Tm Cerebri

glioblastama multiforme). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan

tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah

arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan

mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan

dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa

tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga

memperberat gangguan neurologis fokal.

2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor :

a. Bertambahnya massa dalam tengkorak,

b. Terbentuknya oedema sekitar tumor dan

c. perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil

tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor

ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum

seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang

menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan

perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar

darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan

TIK.

Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub

araknoid menimbulkan hidrosepalus.

Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu

penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi

memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh

karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara

lain : bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal,

kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang

tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan

mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi

cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.

Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan

fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat

Page 5: Tm Cerebri

peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik,

(pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.

F. TANDA DAN GEJALA

Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :

1. Sakit kepala

Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita

tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus,

tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan

lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti

membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika

diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.

2. Nausea dan muntah

Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah

paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta

pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat

proyektif.

3. Papiledema

Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla

nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada

kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis

tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan

edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema

mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik

buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).

4. Gejala fokal

Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini

lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :

a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan

seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang

Jacksonian.

b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus

kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi

yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.

Page 6: Tm Cerebri

c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)

atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi

yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama

tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.

d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan

status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien

sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan

menggunakan bahasa cabul.

e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan

member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada

tumor otak :

a) Tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8) 

b) Kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)

c) Terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)

d) Karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas

pada fungsi motorik.

e) Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes

insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.

Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,

gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

G. KOMPLIKASI

Menurut Brunner dan Suddarth 2001, komplikasi yang dapat terjadi adalah :

1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya

menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan

steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol

gejala tersebut.

2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak

tersebut

3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral

sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat

anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan

lokasi tumor otak.

Page 7: Tm Cerebri

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahankepekaan

neuron.

2. Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan

posisi selatursika.

3. Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan

cisterna.

4. Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa.

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-daerah akumulasi

abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah

otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

6. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).

7. Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh

melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.Jika terdapat

peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi

lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.Pada

herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke

bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian

bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang

otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan.

Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian

I. PENATALAKSANAAN

Menurut Brunner dan Suddarth 2001 :

1. Pembedahan

Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis

definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor

menimbulkan defisit neurologis yang berat.

2. Terapi radiasi

a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah

diangkat. 

b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.

Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini

Page 8: Tm Cerebri

mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien

harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt,

keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan

melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine

dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat

pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.

3. Imunoterapi

a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus

untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.

b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker

primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu

dibuktikan.

4. Pengobatan penyelidikan

a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra biologis

untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.

b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk

perusakan dari barier darah atau otak.

c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk

penatalaksanaan astrosiloma.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

I. DATA FOKUS PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi bergerak dan

berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan untuk melihat dan

kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki lebar,

jatuh, kesandung, membentuk obyek), kelemahan, kekakuan.

Tanda : Kontrol motorik halus buruk, Hiporefleksia atau hiperfleksia, Tanda,

babinski positif, Paralisis 

2. Sirkulasi

Gejala : Peningkatan tekanan darah, Perubahan frekuensi jantung (bradikardi,

takikardi)

3. Integritas Ego

Page 9: Tm Cerebri

Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).

Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu makan,

gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma

4. Eliminasi

Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.

5. Makanan / Cairan

Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan, Mengalami perubahan /

penurunan nafsu makan , Muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari

muntah (mungkin proyektif), Muntah hilang dengan bergerak dan mengubah

posisi.

6. Neurosensori

Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode “graying out”,

pada penglihatan, defek lapang pandang).

Tanda : menengadahkan kepala, pembesaran cranial papiledema.

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau oksipital,

biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun berkurang disiang

hari, makin berat saat menunduhkan kepala / mengejan (defekasi, batuk,

bersin)

Tanda : Menangis, memutar kepala

8. Pernapasan

Tanda : Perubahan pola napas, Penurunan pernapasan

9. Keamanan

Gejala : Edema karena kejang

Tanda : Gangguan penglihatan, Kejang, hipotermi, hipertermi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Op

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis

3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi,

transmisi

4. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak 

Page 10: Tm Cerebri

5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang

relevan

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

Post Op

1. Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah

2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial 

3. Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik

4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op

5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan 

6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

III. INTERVENSI

Pre Operasi

Dx I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri

Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang

dapat diterima klien

Kriteria hasil :

a. Tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-bukti

ketidaknyamanan

b. TIK dalam batas normal

c. Tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK

d. Belajar dan mengimplementasikan strategi koping yang efektif.

Skala :

1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang

memperburuk dan meredakan.

Page 11: Tm Cerebri

Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat

mengurangi beratnya serangan.

2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri

timbul.

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

3. Mengajarkan  tehnik relaksasi dan metode distraksi

Rasional : Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan

perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan

4. Kolaborasi pemberian analgesic

Rasional : Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang

5. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,

gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.

Rasional : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang

dialami.

Dx II : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi

neurologisNOC : Keamanan Sosial

Tujuan : Klien tidak mengalami cedera

Kriteria hasil : 

a. Bebas dari cedera

b. Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Mencegah Jatuh

1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik

Rasional : mematuhi program terapeutik akan mempercepat kesembuhan

pasien

2. Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan

Rasional : untuk mencegah resiko jatuh

Page 12: Tm Cerebri

3. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang

Rasional : untuk mencegah resiko jatuh

4. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan klien

Dx III : Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan

persepsi, transmisi

NOC : Pengendalian Ansietas

Tujuan : Klien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit sensoris

/ persepsi

Kriteria hasil :

a. Klien menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi

b. Klien menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Pengelolaan Lingkungan

1. Kaji respon pupil

Rasional : Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada syaraf okulomotorius

atau optikus

2. Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi,

dan reaksi terhadap cahaya.

Rasional : Reaksi pupil diatur oleh syarafokulomotorius (syaraf cranial III)

pada batng otak.

3. Evaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi

(berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal.

Rasional : Gerakan mata konjugasi diatur dari bagian korteks dan batang otak.

4. Evaluasi kemampuan mata untuk melakukan abduksi dan adduksi

Page 13: Tm Cerebri

Rasional : Syaraf cranial VI atau syaraf abdusen mengatur gerakan abduksi

dan adduksi mata. Syaraf cranial IV atau syaraf troklearis juga mengatur

gerakan mata.

5. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan

penglihatan. Misalnya, kurangi kekacauan, atur perabot, ingatkan memutar

kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan

malam.

Rasional : Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan

lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap

sinar lingkungan

Dx IV : Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak

NOC : Neurogical Status

Tujuan : Klien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.

Kriteria hasil : 

a. Fungsi neurologis 

b. TIK dbn

c. Komunikasi

d. TTV dbn

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Pengelolaan Lingkungan

1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan

2. Berbicara kepada klien dengan suara yang jelas

3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat

4. Instruksikan klien dan keluarga untuk menggunakan bantuan berbicara

5. Anjurkan klien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum jelas

6. Beri pujian positif ketika klien bisa bicara

Dx V : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang

Page 14: Tm Cerebri

informasi yang relevan

NOC : Decision Making

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga. 

Kriteria Hasil :

a. Identifikasi informasi yang relevan

b. Identifikasi alternatif

c. Memilih berbagai alternatif

Keterangan skala:

1. Tidak pernah menunjukkan

2. Jarang menunjukkan 

3. Kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

5. Selalu menunjukkan

NIC : Family Support

a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi

b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain

c. Tawarkan informasi konsen

d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang

lain, jika diperlikan

e. Berikan dukungan secara penuh

Dx VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit

anaknya dan pengobatannya.

NOC : Knowledge: Proses Penyakit

a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak

b. Menjelaskan proses penyakit

c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi

d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya

Keterangan :

1 : Tidak mengetahui

2 : Terbatas pengetahuannya

Page 15: Tm Cerebri

3 : Sedikit mengetahui

4 : Banyak pengetahuannya

5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengatahuan Proses Penyakit

1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi

pengobatan

2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada

individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.

3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti

4. Mengikutsertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan

pengobatan/ terapi

Post Operasi

Dx I : Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah

NOC : Tingkat Nyeri 

Tujuan : Klien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada

tingkat yang dapat diterima

Kriteria hasil :

a. Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri

b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima

Skala :

1. Ekstream

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri

Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang

memperburuk dan meredakan.

Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat

mengurangi beratnya serangan.

Page 16: Tm Cerebri

2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri

timbul.

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

3. Mengajarkan  tehnik relaksasi dan metode distraksi

Rasional : Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan

perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan

4. Kolaborasi pemberian analgesic

Rasional : Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang

5. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,

gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.

Rasional : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang

dialami.

Dx II : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial

NOC : Pengendalian Resiko

Tujuan : Klien mengalami stress minimal pada sisi operasi

Kriteria hasil : 

a. Stress minimal pada sisi operasi

b. Klien tetap pada posisi yang diinginkan

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Positioning

1. Konsul dengan ahli bedah mengenai pemberian posisi, termasuk derajat fleksi

leher.

2. Posisikan klien datar dan mirirng, bukan terlentang atau tinggikan kepala

3. Balikkan klien dengan hati-hati

4. Hindari posisi trendelenburg

Dx III : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan

fisik

NOC : Physical Aging Status

Page 17: Tm Cerebri

Tujuan : Klien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

sesuai usianya.

Kriteria hasil : 

a. Rata-rata berat badan

b. Cardiat out put

c. Elastisitas kulit

d. Kekuatan otot

Skala :

1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Tingan

5. Tidak ada

NIC : Developmental Enhancement

1. Bina hubungan saling percaya dengan anak

2. Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan anak sesuai

dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)

3. Bantu anak belajar ketrampilan

4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal klien

5. Berikan reinforcement positif

Dx IV : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op

NOC : Pengenalian Resiko

Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi

pada klien.

Kriteria hasil :

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Pengendalian Infeksi

Page 18: Tm Cerebri

1. Pantau tanda / gejala infeksi

2. Rawat luka op dengan teknik steril

3. Memelihara teknik isolasi, batasi jumlah pengunjung

4. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx V : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan 

NOC : Fluid balance

Tujuan : Klien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh klien adekuat.

Kriteria hasil :

a. Kulit dan membran mukosa lembab

b. Tidak terjadi demam, TTV normal

Skala :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Konsisten

NIC : Manajemen cairan

1. Monitor BB tiap hari

2. Catat intake dan output

3. Monitor status hidrasi seperti membran mukosa, nadi, tekanan darah dengan

cepat.

4. Monitor status nutrisi

5. Beri cairan yang sesuai dengan terapi

6. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan banyak minum

Dx VI : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

NOC : Kontrol Cemas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan

hilang atau berkurang. 

Kriteria hasil : 

a. Monitor intensitas kecemasan

b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress

Page 19: Tm Cerebri

c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

d. Kondisikan lingkungan nyaman

Skala :

1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Enhancement Coping

1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment dan

prognosis

2. Tetap dampingi kien untuk menjaga keselamatan klien dan mengurangi

3. Instruksikan klien untuk melakukan ternik relaksasi

4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Page 20: Tm Cerebri

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.