titrasiasambasa-neutralisasi

20
http://jejaringkimia.blogspot.com © 2006 rhyno safryzal TITRASI ASAM BASA-NEUTRALISASI A. TITRASI ASAM-BASA AIR Titrasi Asam-Basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi Asam-Basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut dinamakan ASIDIMETRI . Sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka penetapan itu disebut ALKALIMETRI. Teori Asam Basa 1. Teori Arrhenius Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi menghasilkan ion hidrogen (H + ) sebagai satu-satunya ion positif. HCl → H + + Cl - Basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi menghasilkan ion hidroksil (OH - ) sebagai satu-satunya ion negatif. NaOH → Na + + OH - 2. Teori Bronsted Lowry Teori ini merupakan teori umum dari asam dan basa, karena dapat diterapkan pada semua jenis pelarut, termasuk pelarut organik. Oleh karena itu teori ini merupakan dasar titrasi bebas air. Menurut teori ini, asam adalah suatu zat yang cenderung untuk melepaskan porton (donor proton), sedangkan basa cenderung unutk mengikat proton (akseptor proton). Dengan demikian, maka dalam teori asam basa Bronsted dan Lowry dikenal ada istilah asam-basa terkonjugasi (pasangan asam-basa). Contoh : HCl + HF ↔ Cl - + H 2 F + Asam basa konjugasi : HCl dengan Cl - HF dengan H 2 F + - 1 -

Upload: anisadesyaryanti

Post on 03-Aug-2015

285 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

TITRASI ASAM BASA-NEUTRALISASI

A. TITRASI ASAM-BASA AIR

Titrasi Asam-Basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa)

berdasarkan atas reaksi Asam-Basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku

asam, maka penetapan tersebut dinamakan ASIDIMETRI. Sebaliknya bila larutan

baku basa sebagai titran, maka penetapan itu disebut ALKALIMETRI.

Teori Asam Basa

1. Teori Arrhenius

Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air

berdisosiasi menghasilkan ion hidrogen (H+) sebagai satu-satunya ion positif.

HCl → H+ + Cl-

Basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi menghasilkan

ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion negatif.

NaOH → Na+ + OH-

2. Teori Bronsted Lowry

Teori ini merupakan teori umum dari asam dan basa, karena dapat diterapkan

pada semua jenis pelarut, termasuk pelarut organik. Oleh karena itu teori ini

merupakan dasar titrasi bebas air. Menurut teori ini, asam adalah suatu zat yang

cenderung untuk melepaskan porton (donor proton), sedangkan basa cenderung

unutk mengikat proton (akseptor proton).

Dengan demikian, maka dalam teori asam basa Bronsted dan Lowry dikenal ada

istilah asam-basa terkonjugasi (pasangan asam-basa).

Contoh :

HCl + HF ↔ Cl- + H2F+

Asam basa konjugasi : HCl dengan Cl-

HF dengan H2F+

Senyawa bersifat asam : HCl dan H2F+ (HCl memberikan H+ ke HF

dan H2F+memberikan H+ ke Cl-)

Senyawa bersifat basa : HF dan Cl- (HF menerima H+ dari HCl

dan Cl- menerima H+ dari H2F+)

Menurut teori bronsted lowry, proton berperan penting dalam setiap reaksi

asam-basa. Proton juga menentukan sifat asam-basa senyawa-senyawa. Oleh

karena itu teori ini disebut juga teori proton.

Bobot Ekivalen

- 1 -

Page 2: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Bobot ekivalen suatu zat pada reaksi asam basa adalah banyakna mol zat itu yan

ekivalen dengan 1 mol H+ atau 1 mol OH-

Indikator asam-Basa

Indikator asam basa adalah asam aau dasa organik lemah yang mempunyai

warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).

HIn ↔ H+ + In-

Warna molekul warna ion

Pada contoh di atas, warna molekul lebih kuat dalam suasana asam, sedangkan

warna ion lebih kuat dalam suasana basa, yaitu bila indikator dinetralkan.

Pada pH tertentu, dimana kedua bentuk ada dalam jumlah yang hampir sama,

maka akan terjadi warna kombinasi dari warna molekul dan warna ionnya.

Daerah transisi dari perubahan warna indikator meliputi lebih kurang 2 unit pH

dan daerah ini disebut trayek pH.

Beberapa contoh indikator asam basa beserta trayek pH dan perubahan warnanya

dapat dilihat pada table berikut :

Indikator trayek pHWarna asam

HInwarna basa In pKIn

Biru bromfenol 3,0 -4,6 kuning biru 4,1

Biru bromtimol 6,0 – 7,6 kuning biru 7,1

Biru fenol 1,2 – 2,8 merah kuning 1,7

Biru timol 8,0 – 9,6 kuning biru 8,9

Fenolftalein 8,3 – 10,5 Tak berwarna Merah jambu 9,3

Jingga metal 3,1 – 4,4 merah jingga 3,7

Lakmus 6,0 – 8,0 merah biru ----

Merah fenol 6,8 – 8,4 kuning merah 7,8

Merah metal 4,2 – 6,3 merah kuning 5,0

Pemilihan indikator

Pemilihan indikator ditentukan oleh pH larutan pada titik ekivalen. Pada titrasi

asam lemah dengan basa kuat, maka pH larutan pada titik ekivalen diatas 7

(misalkan pH = 9), maka indikator yang dapat dipakai adalah biu timil atau

fenolftalein. Indikator ini biasanya digunakan hanya beberapa tetes sebagai

larutan dalam air atau alkohol (70 % - 90% h/v) dengan kadar 0,05 – 0,1 %.

Sebaliknya pada titrasi basa lemah dengan asam kuat, maka pH larutan pada

titik ekivalen di bawah 7 (misalkan pH = 4), maka indikator yang dapat

digunakan adalah biru bromfenol atau jingga metil.

- 2 -

Page 3: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Larutan titer asam

1. Pembuatan

Sebagai titran biasanya digunakan asam klorida, kadang-kadang digunakan

asam sulfat atau asam perklorat. Larutan baku dapat dibuat dengan

menimbang seksama sejumlah asam klorida bertitik didih tetap, lalu

diencerkan hingga volume tertentu.

2. Pembakuan

Untuk pembakuan larutan titer asam, biasanya digunakan natrium karbonat

anhidrat. Disamping itu dapat juga digunakan natrium tetraborat dekahidrat.

Bila tersedia larutan basa yang telah dibakukan, maka larutan ini juga

digunakan untuk membakukan larutan titer asam.

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan titer asam klorida dibakukan

dengan natrium karbonat anhidrat yang telah dikeringkan pada suhu 2700C

selama 1 jam menggunakan indikator metil merah. Titrasi dilakukan dengan

mendidihkan larutan untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk hingga

warna indikator berubah dari kuning menjadi merah jambu pucat. Setelah

dingin, titrasi dilanjutkan lagi hingga warna merah jambu pucat tidak hilang

dengan pendidihan.

Larutan titer basa

1. Pembuatan

Basa kuat mudah menyerap CO2 dari udara, sehingga selalu dikotori dengan

karbonat. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pembuatan larutannya.

Larutan NaOH bebas karbonat dapat dibuat dengan mencuci butiran natrium

hidroksida P dengan air untukmmenghilangkan lapisan karbonat sebelum

dilarutkan. Cara klasik yang lebih disukai adalah dengan mula-mula membuat

larutan pekat (50 bagian natrium hidroksida dalam 50 bagian air) dimana

natrium karbonat tidak larut.

Sebagian beningan atas atau filtrat yang diperoleh dengan penyaringan vakum

melalui penyaringan kaca masir dipakai untuk membuat larutan encer. Cara

yang lebih praktis adalah dengan menggunakan larutan natrium hidroksida 50%

P dengan kadar karbonat rendah yang tersedia dalam botol polietilen.

Menurut Farmakope Indonesia, pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N, karbonat

dibebaskan dengan menggunakan larutan natrium hidroksida segar dan

beningan dienap tuangkan (didekantasi) atau disaring dengan larutan dibiarkan

semalam dalam botol bersumbat. Untuk membuat larutan NaOH 0,1 N digunakan

15 g natrium hidroksida P dalam 950 ml air.

2. Pembakuan

- 3 -

Page 4: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Baku primer yang paling sering digunakan untuk pembakuan basa adalah kalium

bifatalat karena stabil, tahan panas ( sampai 1300C ) dan tidak hidroskopik.

Disamping itu dapat juga digunakan asam sulfamat. Kalium biftalat adalah

garam asam dari asam bivalen. Pada reaksi pembakuan basa, kalium biftalat

berfungsi sebagai asam monovalen (BE = 1 mol).

3. Penyimpanan

Larutan titer basa disimpan dalam wadah teetutup kedap, untuk menghindari

pengaruh udara, misalnya CO2,. Oleh karena basa bereaksi dengan gelas, maka

larutan basa lebih baik disimpan dalam wadah plastik (polietilen). Namun

demikian bila tidak disimpan lama, wadah gelas masih dapat dipakai dan

dianjurkan yang tertutup plastik, karena tutup gelas lebih sukar dibuka.

Menurut Farmakope Indonesia, larutan harus disimpan dalam botol tertutup

rapat yang dilengkapi demgan tabung yang diisi campuran natrium hidroksida P

dan kalium hidroksida P (soda api). Larutan harus dibakukan kembali

Kurva Titrasi

Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bisa atau tidaknya reaksi

tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi. Untuk

reaksi asam basa, suatu kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau pOH vs

mililiter titran. Kurva tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu

titrasi dan dalam memilih indikator yang sesuai. Kita akan menguji dua kasus,

titrasi asam kuat dengan basa kuat dan titrasi asam lemah dengan basa kuat.

- 4 -

Page 5: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Gambar 1. Kurva titrasi asam kuat- basa kuat 9 larutan HCl 0,1 m

dengan larutan baku NaOH 0,1 M

- 5 -

Page 6: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Gambar.2. kurva titrasi larutan CH3COOH 0,1 M larutan baku NaOH,

dibuat dengan bantuan bagan LK.

B. TITRASI BEBAS AIR

Titrasi Bebas air atau Titrasi Non-Aqua adalah titrasi yang menggunakan pelarut

organik sebagai pengganti air. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan asam

atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang

tidak memuaskan dalam pelarut air. Dibidang farmasi teknik kini banyak dipakai

karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang sukar larut dalam air.

Dengan memilih pelarut yang tepat, penetapan kadar dari komponen campuran

asam atau basa juga dimungkinkan.

Sifat Asam-Basa

Teori asam-basa dari Arrhenius ternyata tidak berhasil menjelaskan sifat

karakteristik dari asam dan basa dalam pelarut organik. Dalam hal ini, teori

yang umum telah dikemukakan oleh bronsted. Menurut teori ini, asam adalah

pemberi proton, sedangkan basa adalah penerima proton.

HB ↔ H+ + B-

- 6 -

Page 7: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

asam proton basa

Pada reaksi diatas, ion B- adalah basa konjugasi dari asam HB dan sebaliknya

asam HB adalah basa konjugasi dari basa B-. Reaksi tersebut semata-mata

dimaksudkan untuk menjelaskan definisi dari asam dan basa, dan bukan

merupakan reaksi yang sesungguhnya. Reaksi tersebut baru bisa berlangsung ke

kanan apabila ada yang menerima protonnya.

Kekuatan suatu asam disamping ditentukan oleh potensi dari asam itu untuk

melepaskan proton, tetapi juga tergantung dari kekuatan basa yang akan

menerima protonnya. Jadi, asam lemah akan menjadi lebih kuat bila direaksikan

dengan basa yang lebih kuat. Misalnya, asam asetat akan menjadi lebih kuat

dalam amonia lebih kuat dari air.

Dalam urutan berikut, sifat asam dari pelarut berkurang ke kanan dan akhirnya

sifat basa bertambah.

HClO4 HBr H2SO4 HCl HNO3 CH3COOH fenol air piridin

Dalam urutan tersebut, air lebih bersifat basa daripada asam asetat. Karena itu

asam-asam mineral lebih mudah memberikan proton kepada air daripada asam

asetat. Dalam hal ini kekuatan asam-asam mineral terhadap air boleh dikatakan

sama, sehingga air dikatakan “leveling” bagi asam-asam tersebut. Dalam asam

asetat kekuatan asam-asam mineral tersebut ternyata dapat dibedakan sesuai

dengan urutan tersebut diatas asam perklorat adalah yang paling kuat. Dalam

hal ini asam asetat dikatakan sebagai “ differentiating solvent” bagi asam-asam

tersebut. Dengan demikian, maka asam perklorat adalah titran yang paling baik

pada titrasi bebas air.

Pelarut

Seperti telah iuraikan diatas, kekuatan asam dan basa ditentukan pula oleh

kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton. Berdasarkan hal

ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi :

1. Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton.

Misalnya : asam-asam.

2. Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton.

Misalnya : basa-basa, eter, keton.

3. Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun

memberikan proton.

Misalnya : air, asam asetat, alkohol.

4. Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun

memberikan proton.

Misalnya : kloroform, benzen, dioksan.

Pemilihan pelarut

- 7 -

Page 8: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Dalam memilih pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Sifat asam-basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih

pelarut yang lebih

bersifat asam,dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa

lemah, asam asetat lebih baik daripada air.

2. Tetapan autoprotolisis

3. Tetapan dielektrik

Indikator

Penetapan titik akhir pada titrasi bebas air, dapat dilakukan dengan penambahan

indikator atau lebiuh disukai cara potensiometrik.

Perubahan warna indikator dalam pelarut organik berbeda dengan perubahannya

dalam pelarut air. Hal ini disebabkan antara lain karena pelarut organik

mempunyai tetapan dielektrik yang lebih kecil daripada air. Hal ini

mengakibatkan indikator asam basa yang cocok unutk titrasi dengan pelarut air

belum tentu baik untuk titrai bebas air.

2. Alkalimetri

Senyawa yang dapat dititrasi dengan asam antara lain; asam halida, anhidrida

asam, asam karboksilat, asam amino, dan senyawa fenol seperti barbiturat dan

santin, imida, Fenol pirol dan sulfanomida.

Prinsip Penetapan

Zat uji dilarutkan dalam pelarut yang cocok, kemudian dititrasi dengan larutan

alkali metoksida dalam wadah yang bebas CO2 dari udara,menggunakan

indikator atau pasangan elektroda yang cocok untuk menetapkan titik akhir

ekivalen. Pengaruh CO2 dapat dikoreksi dengan melakukan titrasi blangko.

Reaksi yang terjadi, secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Asam : HA + CH3ONa ANa + CH3OH

2. Basa : -CH=COH- + CH3ONa -CH=CONa- + CH3OH

Larutan Titer

Ada dua golongan titran untuk titrasi, yaitu alkali metoksida dan

tetraalkilamonium hidroksida. Larutan yang paling sering digunakan adalah

larutan natrium metoksida dalam campuran metanol-benzen. Untuk senyawa

yang membentuk endapan gelatinous dengan natrium metoksida, maka

digunakan larutan lithium metoksida dalam pelarut campuran metanol-benzen.

3. Asidimetri

Senyawa-senyawa yang dapat dititrasi sebagai basa antara lain:

1. Garam organik dari logam alkali atau alkali tanah, misalnya

kalium hidrogenftalat, natrium siklamat.

- 8 -

Page 9: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

2. Senyawa Amin primer, sekunder maupun tersier.

3. Garam halida basa organik. Misalnya : Klorpromazin HCl,

Klordiazepoksid HCl..

Prinsip Penetapan

Zat uji dilarutkan dengan pelarut yang cocok, lalu dititrasi dengan larutan titer

asam perklorat dalam asam asetat glasial dan titik ekivalen ditetapkan dengan

penambahan indikator atau secara potensiometrik.

Secara singkat reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut ;

1. Garam organik : RCOOK + HClO4 RCOOH + KCLO4

2. Amin Primer : RNH2 + HClO4 RNH3 + CLO4

3. Garam Halida

Ion klorida, bromida dan iodida merupakan basa yang sangat lemah, sehingga

tidak dapat bereaksi secara kuantitatif dengan asam perklorat. Hal ini dapat

diatasi dengan penambahan raksa (II) asetat.Garam ini dengan ion halida akan

melepaskan ion asetat yang berfungsi sebagai asam kuat.

2 RNH2. HCl 2 RNH3+ + 2Cl-

Hg (CH3COO)2 + 2Cl- HgCl2 + 2 CH3COO-

2 HClO4 + 2 CH3COOH 2 CH3COOH2+ + 2 ClO4

-

2 RNH2.HCl + Hg(CH3COO)2 + 2HClO4 2 RNH3 +2ClO4 + HgCl2 +

2CH3COOH

Larutan titer

Untuk titrasi basa umunya digunakan larutan titer asam perklorat dalam asam

asetat, dan dalam kasus tertentu digunakan larutan asam perklorat dalam

dioksan.

C. TITRASI PROTOLIT KUAT

Protolit kuat mengalami reaksi alih proton yang sempurna dalam air yang

menyebabkan terbentuknya ion hidronium dan ion hidroksida. Reaksinya seperti

berikut :

Asam + H2O → basa + H3O-

Basa + H2O → asam + OH-

Titrasi protolit kuat dapat disingkat menjadiinteraksi antara ion hidronium dan

ion hidroksida sebagai berikut :

H3O+ + OH- → H2O + H2O

- 9 -

Page 10: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Jalannya titrasi secara teoritis dihitung dari persamaan kesetimbangan massa

dan tetapan kesetimbangn.caranya akan dilukiskan dengan membuat kurva

teoritis untuk titrasi HCl 0,1 M dengan larutan baku NaOH.

Gambar 3. Kurva titrasi asam kuat- basa kuat 9 larutan HCl 0,1 m

dengan larutan baku NaOH 0,1 M

Dari gambar itu terlihat bahwa pada permulaan titrasi, pH berubah secara

perlahan – lahan. Ini karena pelarutnya sendiri (air) yang bertindak sebagai

protolit, yang menimbulkan kerja penyangga oleh pasangan asam basa H3O+ /

H2O. Daerah yang diarsir merupakan rentang dimana ketiga indikator visual

berubah warna. Nampaknya saat asam kuat dititrasi, penambahan pH yang

besar pada titik ekivalen cukup untuk melebarkan rentang dari ketiga indikator.

Oleh karena itu tiap-tiap indikator ini akan berubah warna dengan satu atau dua

tetes pada titik ekivalen.

Kurva titrasi untuk basa kuat yang dititrasi dengan asa kuat, misalnya NaOH

dengan HCl, akan sama persis dengan kurva dalam Gambar.1 jika pOH diplot vs

volume HCl. Jika pH diplot, kurva dalam Gambar.1 hanya dibalik, dimulai dari

nilai yang tinggi dan menurun hingga pH yang rendah setelah titik ekivalen.

- 10 -

Page 11: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

D. TITRASI PROTOLIT LEMAH

Titrasi protolit lemah lebih sulit dan lebih rumit daripada titrasi protolit kuat.

Daerah kesetaraannya jauh lebih sempit, sehingga persyaratan titrasi hanya

dapat dilihat secara tepat dari kurva teoritis.

Titrasi asam asetat dengan larutan baku NaOH berlangsung sesuai dengan

persamaan reaksi berikut :

CH3COOH + ↓ OH- = CH3COO- + H2O

Perubahan pH yang tajam terlihat di sekitar titik kesetaraan seperti terlihat pada

Gambar.2.

Asam asetat merupakan salah satu contoh protolit lemah yang kesetimbangn

asam basanya ditentukan oleh tetapan protolisisnya. Karena itu bentuk kurva

titrasinya sangat bergantung pada tetapan titik ini. Titik-titik khas kurva

titrasinya mudah ditentukan dari bagan LK.

Gambar 4. kurva titrasi larutan CH3COOH 0,1 M larutan baku NaOH,

dibuat dengan bantuan bagan LK.

- 11 -

Page 12: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Pembuatan kurva titrasi untuk basa lemah pada dasarnya tidak berbeda dengan

cara diatas, namun harus diingat bahwa bagan LK dibuat berdasarkan harga pKa,

yakni tetapan asam pasangan dari basa itu. Gambar 4 memberikan kurva titrasi

larutan NH3 0,1 M dengan larutan baku HCl.

Gambar 4. Bagan LK dan kurva titrasi larutan NH3 0,1 M dengan larutan

baku HCl.

Dalam titrasi protolit lemah, penyempitan daerah kesetaraan hanya timbul pada

posisi protolit kuatnya. Hal ini mudah dipahami jika diingat bahwa pada tiytrasi

50 % larutan itu memiliki kerja penyangga, dan pHnya tidak dipengaruhi oleh

pengenceran. Dalam hal ini bentuk kurva titrasi tidak bergantung pada

kepekatan awal protolit.

E. TITRASI ASAM DAN BASA BAHU PROTON

Bila ada dua pasang atau lebih asam basa berpasangan dalam sistem, maka

penghitungan kepeketan kesetimbangan akan menjadi sangat sulit. Jika tetapan-

tetapan protolisis asam dan basa bahuproton yang berurutan cukup berbeda

satu sama lain, maka asam-asam bahuproton itu, misalnya H3PO4, dianggap

sebagai campuran semolar beberapa pasang asam basa berpasangan , yang

- 12 -

Page 13: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

mempunyai kekuatan berbeda-beda. Dalam hal seperti itu, kurva titrasi asam

bahuproton dibuat dengan mendempetkan kurva-kurva titrasi nmasing-masing

pasangan asam basa itu. Untuk H3PO4, pasangan –pasangan asam basa yang

akan diperhitungkan adalah H3PO4/ H2PO4-, H2PO4

- / HPO42-, HPO4

2- / PO43-. Titrasi

H3PO4 dengan larutan baku NaOH berlangsung menurut persamaan reaksi

berikut :

H3PO4 + ↓ OH- = H2PO4- + H2O pKa1 = 2,1

H2PO4- + ↓OH- = HPO4

2- + H2O pKa2 = 7,2

HPO42-

+ ↓OH- = PO43- + H2O pKa3 = 12,4

Kurva titrasi larutan H3PO4 0,1 m yang dibuat dengan bantuan bagan LK,

disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Kurva titrasi larutan H3PO4 0.1 M dengan larutan baku NaOH.

Keterangan : TP = Timolftalein

HBK = Hijau Bromokresol

Dari kurva titrasi yang disajikan itu, terlihat bahwa penentuan H3PO4 tidak begitu

teliti 9 ketelitian tidak lebih dari ± 1%). Seperti terlihat pada gambar itu, titik

kesetaraan pertama diamati dengan Hijau Bromokresol sebagai indikator,

sedangkan titik kesetaraan kedua dengan Timolftalein.

Titrasi Na2CO3 dengan larutan baku HCl dapat diambil sebagai contoh penentuan

basa bahuproton. Reaksi berikut terjadi dalam titrasi tersebut :

CO32- + ↓H3O+ = HCO3

- + H2O pKa2 = 10,3

- 13 -

Page 14: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

HCO3- + ↓H3O+ = H2CO3 + H2O pKa1 = 6,3

Kurva titrasi larutan Na2CO3 0,1 M dengan larutan baku HCl diperlihatkan dalam

Gambar 6.

Gambar 6. Kurva titrasi larutan Na2CO3 0,1 M dengan larutan baku HCl

keterangan : FF = fenolftalein

MM = Merah Metil

JM = Jingga Metil

Kurva ini mempunyai dua lompatan pH, yang bersesuaian dengan pengikatan

proton pertama dan kedua oleh anion CO32-. Daerah kesetaraan pertama dari

kurva itu tidak begitu tajam untuk pemeriksaan yang teliti. Seperti terlihat dari

gambar itu, penentuan karbonat dengan fenolftalein sebagai indikator

mempunyai kesalahan lebih besar daripada ± 1%. Daerah kesetaraan kedua

lebih panjang dan pemakaian jingga metil sebagai indikator memberikan

ketelitian ± 1%. Selain itu, kadar karbonat dapat ditentukan dengan teliti, jika

larutan dididihkan setelah kesetaraan kedua dilewati, sampai CO2 yang terbentuk

Pada pendidihan itu terjadi reaksi sebagai berikut :

H3CO3 → H2O + CO2 ↑

Denfan cara diatas, ketelitian titrasi bertambah karena dengan pendidihan titrasi

tersebut sama efektifnya dengan titrasi protolit kuat. Dalam Gambar 6,

- 14 -

Page 15: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

perubahan pH yang disebabkan oleh pendidihan larutan diperlihatkan dengan

garis putus-putus.

F. TITRASI CAMPURAN PROTOLIT

Pada dasarnya titrasi campuran protolit tidak berbada dari titrasi asam dan basa

bahuproton. Sebagai contoh titrasi campuran protolit yang sering dijumpai

adalah titrasi campuran larutan Na2CO3 0,1 M dan NaOH 0,1 M dengan larutan

baku HCl. Kurva titrasi teoritis untuk titrasi campuran ini diperlihatkan dalam

Gambar 7. sedangkan reaksi penetralannya dinyatakan dengan persamaan

reaksi berikut :

OH- + ↓H3O+ = H2O + H2O

CO32- + ↓H3O+ = HCO3

- + H2O

HCO3- + ↓H3O+ = H2CO3 + H2O

Gambar 7. Kurva titrasi campuran Na2CO3 0,1 M dan NaOH 0,1 M

dengan larutan baku HCl

Keterangan : FF = fenolftalein

JM = Jingga Metil

- 15 -

Page 16: TITRASIASAMBASA-NEUTRALISASI

http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal

Dari Gambar 7, titik kesetaraan pertama tidak bisa ditaksir karena tidak adanya

lompatan pH, tetapi titik kesetaraan kedua dapat ditentukan dengan bantuan

fenolftalein sebagai indikator. Namun kesalahan masih lebih besar daripada ±

1%. Volume V1 bersesuaian dengan titrasi seluruh ion hidroksida dan separuh

ion karbonat. Setelah larutan hilang warnanya titrasi dapat dilanjutkan sampai

titik kesetaraan ketiga, dengan jingga metil sebagai indikator, (atau setelah

didinginkan , dengan merah metil sebagai indikator). Volume V2 dari Gambar 6

bersesuaian dengan titrasi separo kedua dari ion karbonat, karena itu kadar ion

karbonat dihitung dari V2, dan ion hidroksida dari (V1 – V2). Ini merupakan intisari

dari Metode Warder untuk pemeriksaan campuran natrium hidroksida dan

natrium karbonat.

Bahan Rujukan

Day, R.A & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia kuantitatif edisi keenam.

Jakarta : Erlangga.

Enawaty, Eny. 2000. Buku ajar kimia Dasar II. Pontianak : Universitas

Tanjungpura.

Rivai, Harrizul. 1994. Asas pemeriksaan kimia. Jakarta : UIP.

Santoso, Iman,N. 1994. Ilmu Kimia Teori jilid III. Jakarta : Dinas Kesehatan.

Treadwell & Hall. 1937. Analytical chemistry Volume I Quantitative 9th

edition. Massachusetts : Massachusetts Institute of Technology.

Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi

Mikro edisi kelima bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. s

Tulisan ini hanya dapat dijadikan referensi buat Anda.

Anda tidak diperkenankan menjadikan tulisan ini sebagai tugas

kuliah/terstruktur.

© 2006

Rhyno Safryzal

Pend. Kimia

Universitas Tanjungpura

Pontianak

Email: [email protected]

“Mohon dipergunakan sebagaimana mestinya”

- 16 -