titrasiasambasa-neutralisasi
TRANSCRIPT
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
TITRASI ASAM BASA-NEUTRALISASI
A. TITRASI ASAM-BASA AIR
Titrasi Asam-Basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa)
berdasarkan atas reaksi Asam-Basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku
asam, maka penetapan tersebut dinamakan ASIDIMETRI. Sebaliknya bila larutan
baku basa sebagai titran, maka penetapan itu disebut ALKALIMETRI.
Teori Asam Basa
1. Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air
berdisosiasi menghasilkan ion hidrogen (H+) sebagai satu-satunya ion positif.
HCl → H+ + Cl-
Basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi menghasilkan
ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion negatif.
NaOH → Na+ + OH-
2. Teori Bronsted Lowry
Teori ini merupakan teori umum dari asam dan basa, karena dapat diterapkan
pada semua jenis pelarut, termasuk pelarut organik. Oleh karena itu teori ini
merupakan dasar titrasi bebas air. Menurut teori ini, asam adalah suatu zat yang
cenderung untuk melepaskan porton (donor proton), sedangkan basa cenderung
unutk mengikat proton (akseptor proton).
Dengan demikian, maka dalam teori asam basa Bronsted dan Lowry dikenal ada
istilah asam-basa terkonjugasi (pasangan asam-basa).
Contoh :
HCl + HF ↔ Cl- + H2F+
Asam basa konjugasi : HCl dengan Cl-
HF dengan H2F+
Senyawa bersifat asam : HCl dan H2F+ (HCl memberikan H+ ke HF
dan H2F+memberikan H+ ke Cl-)
Senyawa bersifat basa : HF dan Cl- (HF menerima H+ dari HCl
dan Cl- menerima H+ dari H2F+)
Menurut teori bronsted lowry, proton berperan penting dalam setiap reaksi
asam-basa. Proton juga menentukan sifat asam-basa senyawa-senyawa. Oleh
karena itu teori ini disebut juga teori proton.
Bobot Ekivalen
- 1 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Bobot ekivalen suatu zat pada reaksi asam basa adalah banyakna mol zat itu yan
ekivalen dengan 1 mol H+ atau 1 mol OH-
Indikator asam-Basa
Indikator asam basa adalah asam aau dasa organik lemah yang mempunyai
warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).
HIn ↔ H+ + In-
Warna molekul warna ion
Pada contoh di atas, warna molekul lebih kuat dalam suasana asam, sedangkan
warna ion lebih kuat dalam suasana basa, yaitu bila indikator dinetralkan.
Pada pH tertentu, dimana kedua bentuk ada dalam jumlah yang hampir sama,
maka akan terjadi warna kombinasi dari warna molekul dan warna ionnya.
Daerah transisi dari perubahan warna indikator meliputi lebih kurang 2 unit pH
dan daerah ini disebut trayek pH.
Beberapa contoh indikator asam basa beserta trayek pH dan perubahan warnanya
dapat dilihat pada table berikut :
Indikator trayek pHWarna asam
HInwarna basa In pKIn
Biru bromfenol 3,0 -4,6 kuning biru 4,1
Biru bromtimol 6,0 – 7,6 kuning biru 7,1
Biru fenol 1,2 – 2,8 merah kuning 1,7
Biru timol 8,0 – 9,6 kuning biru 8,9
Fenolftalein 8,3 – 10,5 Tak berwarna Merah jambu 9,3
Jingga metal 3,1 – 4,4 merah jingga 3,7
Lakmus 6,0 – 8,0 merah biru ----
Merah fenol 6,8 – 8,4 kuning merah 7,8
Merah metal 4,2 – 6,3 merah kuning 5,0
Pemilihan indikator
Pemilihan indikator ditentukan oleh pH larutan pada titik ekivalen. Pada titrasi
asam lemah dengan basa kuat, maka pH larutan pada titik ekivalen diatas 7
(misalkan pH = 9), maka indikator yang dapat dipakai adalah biu timil atau
fenolftalein. Indikator ini biasanya digunakan hanya beberapa tetes sebagai
larutan dalam air atau alkohol (70 % - 90% h/v) dengan kadar 0,05 – 0,1 %.
Sebaliknya pada titrasi basa lemah dengan asam kuat, maka pH larutan pada
titik ekivalen di bawah 7 (misalkan pH = 4), maka indikator yang dapat
digunakan adalah biru bromfenol atau jingga metil.
- 2 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Larutan titer asam
1. Pembuatan
Sebagai titran biasanya digunakan asam klorida, kadang-kadang digunakan
asam sulfat atau asam perklorat. Larutan baku dapat dibuat dengan
menimbang seksama sejumlah asam klorida bertitik didih tetap, lalu
diencerkan hingga volume tertentu.
2. Pembakuan
Untuk pembakuan larutan titer asam, biasanya digunakan natrium karbonat
anhidrat. Disamping itu dapat juga digunakan natrium tetraborat dekahidrat.
Bila tersedia larutan basa yang telah dibakukan, maka larutan ini juga
digunakan untuk membakukan larutan titer asam.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, larutan titer asam klorida dibakukan
dengan natrium karbonat anhidrat yang telah dikeringkan pada suhu 2700C
selama 1 jam menggunakan indikator metil merah. Titrasi dilakukan dengan
mendidihkan larutan untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk hingga
warna indikator berubah dari kuning menjadi merah jambu pucat. Setelah
dingin, titrasi dilanjutkan lagi hingga warna merah jambu pucat tidak hilang
dengan pendidihan.
Larutan titer basa
1. Pembuatan
Basa kuat mudah menyerap CO2 dari udara, sehingga selalu dikotori dengan
karbonat. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pembuatan larutannya.
Larutan NaOH bebas karbonat dapat dibuat dengan mencuci butiran natrium
hidroksida P dengan air untukmmenghilangkan lapisan karbonat sebelum
dilarutkan. Cara klasik yang lebih disukai adalah dengan mula-mula membuat
larutan pekat (50 bagian natrium hidroksida dalam 50 bagian air) dimana
natrium karbonat tidak larut.
Sebagian beningan atas atau filtrat yang diperoleh dengan penyaringan vakum
melalui penyaringan kaca masir dipakai untuk membuat larutan encer. Cara
yang lebih praktis adalah dengan menggunakan larutan natrium hidroksida 50%
P dengan kadar karbonat rendah yang tersedia dalam botol polietilen.
Menurut Farmakope Indonesia, pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N, karbonat
dibebaskan dengan menggunakan larutan natrium hidroksida segar dan
beningan dienap tuangkan (didekantasi) atau disaring dengan larutan dibiarkan
semalam dalam botol bersumbat. Untuk membuat larutan NaOH 0,1 N digunakan
15 g natrium hidroksida P dalam 950 ml air.
2. Pembakuan
- 3 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Baku primer yang paling sering digunakan untuk pembakuan basa adalah kalium
bifatalat karena stabil, tahan panas ( sampai 1300C ) dan tidak hidroskopik.
Disamping itu dapat juga digunakan asam sulfamat. Kalium biftalat adalah
garam asam dari asam bivalen. Pada reaksi pembakuan basa, kalium biftalat
berfungsi sebagai asam monovalen (BE = 1 mol).
3. Penyimpanan
Larutan titer basa disimpan dalam wadah teetutup kedap, untuk menghindari
pengaruh udara, misalnya CO2,. Oleh karena basa bereaksi dengan gelas, maka
larutan basa lebih baik disimpan dalam wadah plastik (polietilen). Namun
demikian bila tidak disimpan lama, wadah gelas masih dapat dipakai dan
dianjurkan yang tertutup plastik, karena tutup gelas lebih sukar dibuka.
Menurut Farmakope Indonesia, larutan harus disimpan dalam botol tertutup
rapat yang dilengkapi demgan tabung yang diisi campuran natrium hidroksida P
dan kalium hidroksida P (soda api). Larutan harus dibakukan kembali
Kurva Titrasi
Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bisa atau tidaknya reaksi
tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi. Untuk
reaksi asam basa, suatu kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau pOH vs
mililiter titran. Kurva tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu
titrasi dan dalam memilih indikator yang sesuai. Kita akan menguji dua kasus,
titrasi asam kuat dengan basa kuat dan titrasi asam lemah dengan basa kuat.
- 4 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Gambar 1. Kurva titrasi asam kuat- basa kuat 9 larutan HCl 0,1 m
dengan larutan baku NaOH 0,1 M
- 5 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Gambar.2. kurva titrasi larutan CH3COOH 0,1 M larutan baku NaOH,
dibuat dengan bantuan bagan LK.
B. TITRASI BEBAS AIR
Titrasi Bebas air atau Titrasi Non-Aqua adalah titrasi yang menggunakan pelarut
organik sebagai pengganti air. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan asam
atau basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang
tidak memuaskan dalam pelarut air. Dibidang farmasi teknik kini banyak dipakai
karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang sukar larut dalam air.
Dengan memilih pelarut yang tepat, penetapan kadar dari komponen campuran
asam atau basa juga dimungkinkan.
Sifat Asam-Basa
Teori asam-basa dari Arrhenius ternyata tidak berhasil menjelaskan sifat
karakteristik dari asam dan basa dalam pelarut organik. Dalam hal ini, teori
yang umum telah dikemukakan oleh bronsted. Menurut teori ini, asam adalah
pemberi proton, sedangkan basa adalah penerima proton.
HB ↔ H+ + B-
- 6 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
asam proton basa
Pada reaksi diatas, ion B- adalah basa konjugasi dari asam HB dan sebaliknya
asam HB adalah basa konjugasi dari basa B-. Reaksi tersebut semata-mata
dimaksudkan untuk menjelaskan definisi dari asam dan basa, dan bukan
merupakan reaksi yang sesungguhnya. Reaksi tersebut baru bisa berlangsung ke
kanan apabila ada yang menerima protonnya.
Kekuatan suatu asam disamping ditentukan oleh potensi dari asam itu untuk
melepaskan proton, tetapi juga tergantung dari kekuatan basa yang akan
menerima protonnya. Jadi, asam lemah akan menjadi lebih kuat bila direaksikan
dengan basa yang lebih kuat. Misalnya, asam asetat akan menjadi lebih kuat
dalam amonia lebih kuat dari air.
Dalam urutan berikut, sifat asam dari pelarut berkurang ke kanan dan akhirnya
sifat basa bertambah.
HClO4 HBr H2SO4 HCl HNO3 CH3COOH fenol air piridin
Dalam urutan tersebut, air lebih bersifat basa daripada asam asetat. Karena itu
asam-asam mineral lebih mudah memberikan proton kepada air daripada asam
asetat. Dalam hal ini kekuatan asam-asam mineral terhadap air boleh dikatakan
sama, sehingga air dikatakan “leveling” bagi asam-asam tersebut. Dalam asam
asetat kekuatan asam-asam mineral tersebut ternyata dapat dibedakan sesuai
dengan urutan tersebut diatas asam perklorat adalah yang paling kuat. Dalam
hal ini asam asetat dikatakan sebagai “ differentiating solvent” bagi asam-asam
tersebut. Dengan demikian, maka asam perklorat adalah titran yang paling baik
pada titrasi bebas air.
Pelarut
Seperti telah iuraikan diatas, kekuatan asam dan basa ditentukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton. Berdasarkan hal
ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi :
1. Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton.
Misalnya : asam-asam.
2. Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton.
Misalnya : basa-basa, eter, keton.
3. Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun
memberikan proton.
Misalnya : air, asam asetat, alkohol.
4. Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun
memberikan proton.
Misalnya : kloroform, benzen, dioksan.
Pemilihan pelarut
- 7 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Dalam memilih pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sifat asam-basa dari pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih
pelarut yang lebih
bersifat asam,dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa
lemah, asam asetat lebih baik daripada air.
2. Tetapan autoprotolisis
3. Tetapan dielektrik
Indikator
Penetapan titik akhir pada titrasi bebas air, dapat dilakukan dengan penambahan
indikator atau lebiuh disukai cara potensiometrik.
Perubahan warna indikator dalam pelarut organik berbeda dengan perubahannya
dalam pelarut air. Hal ini disebabkan antara lain karena pelarut organik
mempunyai tetapan dielektrik yang lebih kecil daripada air. Hal ini
mengakibatkan indikator asam basa yang cocok unutk titrasi dengan pelarut air
belum tentu baik untuk titrai bebas air.
2. Alkalimetri
Senyawa yang dapat dititrasi dengan asam antara lain; asam halida, anhidrida
asam, asam karboksilat, asam amino, dan senyawa fenol seperti barbiturat dan
santin, imida, Fenol pirol dan sulfanomida.
Prinsip Penetapan
Zat uji dilarutkan dalam pelarut yang cocok, kemudian dititrasi dengan larutan
alkali metoksida dalam wadah yang bebas CO2 dari udara,menggunakan
indikator atau pasangan elektroda yang cocok untuk menetapkan titik akhir
ekivalen. Pengaruh CO2 dapat dikoreksi dengan melakukan titrasi blangko.
Reaksi yang terjadi, secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Asam : HA + CH3ONa ANa + CH3OH
2. Basa : -CH=COH- + CH3ONa -CH=CONa- + CH3OH
Larutan Titer
Ada dua golongan titran untuk titrasi, yaitu alkali metoksida dan
tetraalkilamonium hidroksida. Larutan yang paling sering digunakan adalah
larutan natrium metoksida dalam campuran metanol-benzen. Untuk senyawa
yang membentuk endapan gelatinous dengan natrium metoksida, maka
digunakan larutan lithium metoksida dalam pelarut campuran metanol-benzen.
3. Asidimetri
Senyawa-senyawa yang dapat dititrasi sebagai basa antara lain:
1. Garam organik dari logam alkali atau alkali tanah, misalnya
kalium hidrogenftalat, natrium siklamat.
- 8 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
2. Senyawa Amin primer, sekunder maupun tersier.
3. Garam halida basa organik. Misalnya : Klorpromazin HCl,
Klordiazepoksid HCl..
Prinsip Penetapan
Zat uji dilarutkan dengan pelarut yang cocok, lalu dititrasi dengan larutan titer
asam perklorat dalam asam asetat glasial dan titik ekivalen ditetapkan dengan
penambahan indikator atau secara potensiometrik.
Secara singkat reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut ;
1. Garam organik : RCOOK + HClO4 RCOOH + KCLO4
2. Amin Primer : RNH2 + HClO4 RNH3 + CLO4
3. Garam Halida
Ion klorida, bromida dan iodida merupakan basa yang sangat lemah, sehingga
tidak dapat bereaksi secara kuantitatif dengan asam perklorat. Hal ini dapat
diatasi dengan penambahan raksa (II) asetat.Garam ini dengan ion halida akan
melepaskan ion asetat yang berfungsi sebagai asam kuat.
2 RNH2. HCl 2 RNH3+ + 2Cl-
Hg (CH3COO)2 + 2Cl- HgCl2 + 2 CH3COO-
2 HClO4 + 2 CH3COOH 2 CH3COOH2+ + 2 ClO4
-
2 RNH2.HCl + Hg(CH3COO)2 + 2HClO4 2 RNH3 +2ClO4 + HgCl2 +
2CH3COOH
Larutan titer
Untuk titrasi basa umunya digunakan larutan titer asam perklorat dalam asam
asetat, dan dalam kasus tertentu digunakan larutan asam perklorat dalam
dioksan.
C. TITRASI PROTOLIT KUAT
Protolit kuat mengalami reaksi alih proton yang sempurna dalam air yang
menyebabkan terbentuknya ion hidronium dan ion hidroksida. Reaksinya seperti
berikut :
Asam + H2O → basa + H3O-
Basa + H2O → asam + OH-
Titrasi protolit kuat dapat disingkat menjadiinteraksi antara ion hidronium dan
ion hidroksida sebagai berikut :
H3O+ + OH- → H2O + H2O
- 9 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Jalannya titrasi secara teoritis dihitung dari persamaan kesetimbangan massa
dan tetapan kesetimbangn.caranya akan dilukiskan dengan membuat kurva
teoritis untuk titrasi HCl 0,1 M dengan larutan baku NaOH.
Gambar 3. Kurva titrasi asam kuat- basa kuat 9 larutan HCl 0,1 m
dengan larutan baku NaOH 0,1 M
Dari gambar itu terlihat bahwa pada permulaan titrasi, pH berubah secara
perlahan – lahan. Ini karena pelarutnya sendiri (air) yang bertindak sebagai
protolit, yang menimbulkan kerja penyangga oleh pasangan asam basa H3O+ /
H2O. Daerah yang diarsir merupakan rentang dimana ketiga indikator visual
berubah warna. Nampaknya saat asam kuat dititrasi, penambahan pH yang
besar pada titik ekivalen cukup untuk melebarkan rentang dari ketiga indikator.
Oleh karena itu tiap-tiap indikator ini akan berubah warna dengan satu atau dua
tetes pada titik ekivalen.
Kurva titrasi untuk basa kuat yang dititrasi dengan asa kuat, misalnya NaOH
dengan HCl, akan sama persis dengan kurva dalam Gambar.1 jika pOH diplot vs
volume HCl. Jika pH diplot, kurva dalam Gambar.1 hanya dibalik, dimulai dari
nilai yang tinggi dan menurun hingga pH yang rendah setelah titik ekivalen.
- 10 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
D. TITRASI PROTOLIT LEMAH
Titrasi protolit lemah lebih sulit dan lebih rumit daripada titrasi protolit kuat.
Daerah kesetaraannya jauh lebih sempit, sehingga persyaratan titrasi hanya
dapat dilihat secara tepat dari kurva teoritis.
Titrasi asam asetat dengan larutan baku NaOH berlangsung sesuai dengan
persamaan reaksi berikut :
CH3COOH + ↓ OH- = CH3COO- + H2O
Perubahan pH yang tajam terlihat di sekitar titik kesetaraan seperti terlihat pada
Gambar.2.
Asam asetat merupakan salah satu contoh protolit lemah yang kesetimbangn
asam basanya ditentukan oleh tetapan protolisisnya. Karena itu bentuk kurva
titrasinya sangat bergantung pada tetapan titik ini. Titik-titik khas kurva
titrasinya mudah ditentukan dari bagan LK.
Gambar 4. kurva titrasi larutan CH3COOH 0,1 M larutan baku NaOH,
dibuat dengan bantuan bagan LK.
- 11 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Pembuatan kurva titrasi untuk basa lemah pada dasarnya tidak berbeda dengan
cara diatas, namun harus diingat bahwa bagan LK dibuat berdasarkan harga pKa,
yakni tetapan asam pasangan dari basa itu. Gambar 4 memberikan kurva titrasi
larutan NH3 0,1 M dengan larutan baku HCl.
Gambar 4. Bagan LK dan kurva titrasi larutan NH3 0,1 M dengan larutan
baku HCl.
Dalam titrasi protolit lemah, penyempitan daerah kesetaraan hanya timbul pada
posisi protolit kuatnya. Hal ini mudah dipahami jika diingat bahwa pada tiytrasi
50 % larutan itu memiliki kerja penyangga, dan pHnya tidak dipengaruhi oleh
pengenceran. Dalam hal ini bentuk kurva titrasi tidak bergantung pada
kepekatan awal protolit.
E. TITRASI ASAM DAN BASA BAHU PROTON
Bila ada dua pasang atau lebih asam basa berpasangan dalam sistem, maka
penghitungan kepeketan kesetimbangan akan menjadi sangat sulit. Jika tetapan-
tetapan protolisis asam dan basa bahuproton yang berurutan cukup berbeda
satu sama lain, maka asam-asam bahuproton itu, misalnya H3PO4, dianggap
sebagai campuran semolar beberapa pasang asam basa berpasangan , yang
- 12 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
mempunyai kekuatan berbeda-beda. Dalam hal seperti itu, kurva titrasi asam
bahuproton dibuat dengan mendempetkan kurva-kurva titrasi nmasing-masing
pasangan asam basa itu. Untuk H3PO4, pasangan –pasangan asam basa yang
akan diperhitungkan adalah H3PO4/ H2PO4-, H2PO4
- / HPO42-, HPO4
2- / PO43-. Titrasi
H3PO4 dengan larutan baku NaOH berlangsung menurut persamaan reaksi
berikut :
H3PO4 + ↓ OH- = H2PO4- + H2O pKa1 = 2,1
H2PO4- + ↓OH- = HPO4
2- + H2O pKa2 = 7,2
HPO42-
+ ↓OH- = PO43- + H2O pKa3 = 12,4
Kurva titrasi larutan H3PO4 0,1 m yang dibuat dengan bantuan bagan LK,
disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Kurva titrasi larutan H3PO4 0.1 M dengan larutan baku NaOH.
Keterangan : TP = Timolftalein
HBK = Hijau Bromokresol
Dari kurva titrasi yang disajikan itu, terlihat bahwa penentuan H3PO4 tidak begitu
teliti 9 ketelitian tidak lebih dari ± 1%). Seperti terlihat pada gambar itu, titik
kesetaraan pertama diamati dengan Hijau Bromokresol sebagai indikator,
sedangkan titik kesetaraan kedua dengan Timolftalein.
Titrasi Na2CO3 dengan larutan baku HCl dapat diambil sebagai contoh penentuan
basa bahuproton. Reaksi berikut terjadi dalam titrasi tersebut :
CO32- + ↓H3O+ = HCO3
- + H2O pKa2 = 10,3
- 13 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
HCO3- + ↓H3O+ = H2CO3 + H2O pKa1 = 6,3
Kurva titrasi larutan Na2CO3 0,1 M dengan larutan baku HCl diperlihatkan dalam
Gambar 6.
Gambar 6. Kurva titrasi larutan Na2CO3 0,1 M dengan larutan baku HCl
keterangan : FF = fenolftalein
MM = Merah Metil
JM = Jingga Metil
Kurva ini mempunyai dua lompatan pH, yang bersesuaian dengan pengikatan
proton pertama dan kedua oleh anion CO32-. Daerah kesetaraan pertama dari
kurva itu tidak begitu tajam untuk pemeriksaan yang teliti. Seperti terlihat dari
gambar itu, penentuan karbonat dengan fenolftalein sebagai indikator
mempunyai kesalahan lebih besar daripada ± 1%. Daerah kesetaraan kedua
lebih panjang dan pemakaian jingga metil sebagai indikator memberikan
ketelitian ± 1%. Selain itu, kadar karbonat dapat ditentukan dengan teliti, jika
larutan dididihkan setelah kesetaraan kedua dilewati, sampai CO2 yang terbentuk
Pada pendidihan itu terjadi reaksi sebagai berikut :
H3CO3 → H2O + CO2 ↑
Denfan cara diatas, ketelitian titrasi bertambah karena dengan pendidihan titrasi
tersebut sama efektifnya dengan titrasi protolit kuat. Dalam Gambar 6,
- 14 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
perubahan pH yang disebabkan oleh pendidihan larutan diperlihatkan dengan
garis putus-putus.
F. TITRASI CAMPURAN PROTOLIT
Pada dasarnya titrasi campuran protolit tidak berbada dari titrasi asam dan basa
bahuproton. Sebagai contoh titrasi campuran protolit yang sering dijumpai
adalah titrasi campuran larutan Na2CO3 0,1 M dan NaOH 0,1 M dengan larutan
baku HCl. Kurva titrasi teoritis untuk titrasi campuran ini diperlihatkan dalam
Gambar 7. sedangkan reaksi penetralannya dinyatakan dengan persamaan
reaksi berikut :
OH- + ↓H3O+ = H2O + H2O
CO32- + ↓H3O+ = HCO3
- + H2O
HCO3- + ↓H3O+ = H2CO3 + H2O
Gambar 7. Kurva titrasi campuran Na2CO3 0,1 M dan NaOH 0,1 M
dengan larutan baku HCl
Keterangan : FF = fenolftalein
JM = Jingga Metil
- 15 -
http://jejaringkimia.blogspot.com© 2006 rhyno safryzal
Dari Gambar 7, titik kesetaraan pertama tidak bisa ditaksir karena tidak adanya
lompatan pH, tetapi titik kesetaraan kedua dapat ditentukan dengan bantuan
fenolftalein sebagai indikator. Namun kesalahan masih lebih besar daripada ±
1%. Volume V1 bersesuaian dengan titrasi seluruh ion hidroksida dan separuh
ion karbonat. Setelah larutan hilang warnanya titrasi dapat dilanjutkan sampai
titik kesetaraan ketiga, dengan jingga metil sebagai indikator, (atau setelah
didinginkan , dengan merah metil sebagai indikator). Volume V2 dari Gambar 6
bersesuaian dengan titrasi separo kedua dari ion karbonat, karena itu kadar ion
karbonat dihitung dari V2, dan ion hidroksida dari (V1 – V2). Ini merupakan intisari
dari Metode Warder untuk pemeriksaan campuran natrium hidroksida dan
natrium karbonat.
Bahan Rujukan
Day, R.A & A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia kuantitatif edisi keenam.
Jakarta : Erlangga.
Enawaty, Eny. 2000. Buku ajar kimia Dasar II. Pontianak : Universitas
Tanjungpura.
Rivai, Harrizul. 1994. Asas pemeriksaan kimia. Jakarta : UIP.
Santoso, Iman,N. 1994. Ilmu Kimia Teori jilid III. Jakarta : Dinas Kesehatan.
Treadwell & Hall. 1937. Analytical chemistry Volume I Quantitative 9th
edition. Massachusetts : Massachusetts Institute of Technology.
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro edisi kelima bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. s
Tulisan ini hanya dapat dijadikan referensi buat Anda.
Anda tidak diperkenankan menjadikan tulisan ini sebagai tugas
kuliah/terstruktur.
© 2006
Rhyno Safryzal
Pend. Kimia
Universitas Tanjungpura
Pontianak
Email: [email protected]
“Mohon dipergunakan sebagaimana mestinya”
- 16 -