titrasi nitritometri

18
TITRASI NITRITOMETRI I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami reaksi yang terjadi dalam titrasi nitritometri. 2. Melakukan suatu analisis kuantitatif dengan titrasi nitritometri. II. TEORI DASAR Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Nitritometri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitritometri diantaranya adalah penisilin dan sulfamerazin. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample. Penetapan kadar zat dengan jalan titrasi mengunakan natrium nitrit sebagai titran dinamakan nitrimetri. Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar amina primer aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan asam nitrit pada suhu di bawah 15 o C. Dalam kondisi terkontrol, reaksi tersebut berlangsung secara kuantitatif. Oleh karena reaksi tersebut tidak begitu cepat maka titrasi dilakukan perlahan-lahan. Untuk menjaga suhu di bawah 15 o C dapat digunakan pecahan es atau sirkulator. Di atas 15 o C, garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol (Khopkhar, 1990). Ar – NH 2 + HNO 3 + HCL Ar – N 2 + . Cl + 2H2O

Upload: marinachaerianisa

Post on 28-Jun-2015

1.337 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TITRASI NITRITOMETRI

TITRASI NITRITOMETRI

I. TUJUAN

1. Mengenal dan memahami reaksi yang terjadi dalam titrasi nitritometri.

2. Melakukan suatu analisis kuantitatif dengan titrasi nitritometri.

II. TEORI DASAR

Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan

larutan baku natrium nitrit. Nitritometri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi.

Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitritometri

diantaranya adalah penisilin dan sulfamerazin. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan

untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample.

Penetapan kadar zat dengan jalan titrasi mengunakan natrium nitrit sebagai titran

dinamakan nitrimetri. Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar amina primer

aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan asam nitrit pada

suhu di bawah 15oC. Dalam kondisi terkontrol, reaksi tersebut berlangsung secara

kuantitatif. Oleh karena reaksi tersebut tidak begitu cepat maka titrasi dilakukan

perlahan-lahan. Untuk menjaga suhu di bawah 15oC dapat digunakan pecahan es atau

sirkulator. Di atas 15oC, garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol

(Khopkhar, 1990).

Ar – NH2 + HNO3 + HCL → Ar – N2+ . Cl + 2H2O

Garam diazonium

Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino

aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan

semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis. Reaksi diazonasi ini

berlangsung cukup cepat sehingga dapat digunakan pada titrasi langsung senyawa amina

dengan asam nitrit. Karena larutan asam nitrit tidak stabil, maka titrasi dilakukan dengan

menitrasi larutan amin aromatik primer dalam suasana asam, dengan larutan natrium

nitrit. Dibawah kondisi reaksi yang terkendali cara titrasi ini dapat digunakan untuk

menentukan kadar senyawa-senyawa amin aromatik primer bebas, misalnya golongan

Sulfonamida, INH, dan benzokain. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan

metode nitritometri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine, sulfanilamide. Senyawa-

senyawa ini dalam farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamide sebagai antimikroba.

Page 2: TITRASI NITRITOMETRI

Senyawa amin lainnya dapat mengganggu metode ini karena bereaksi juga

dengan asam nitrit. Amin sekunder membentuk turunan N-nitroso. Amin alifatik bereaksi

dengan asam nitrit membentuk gas nitrogen. Kedua jenis reaksi itu dapat digunakan

sebagai dasar untuk menentukan kadar senyawa yang bersangkutan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi:

1. Suhu

Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C

karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak

stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi

juga tidak stabil.

2. Kecepatan reaksi

Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi

sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa

dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.

Dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi

dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang

sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan

selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran

dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial

peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak

berubah selama titrasi berlangsung.

Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam

dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin oo

dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan.

Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida.

Penentuan titik akhir titrasi dilakukan dengan indikator eksternal, dimana setelah

titik akhir titrasi satu tetes larutan menghasilkan warna biru dari pastakanji – KI.

Indikator dalam juga sering digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi ini.

Akhir titrasi atau Titik akhir tercapai ditandai dengan terjadinya warna biru

seketika dan hal itu dapat ditunjukkan kembali setelah dibiarkan selama 1 menit

(anonim1.2011). Karena mempunyai bobot ekivalen yang sama karena jenis reaksi yang

terjadi sama, larutan titer natrium nitrit konsentrasinya dinyatakan dalam molar yaitu

Page 3: TITRASI NITRITOMETRI

setiap satu mol senyawa yang mengandung gugus amin primer aromatik setara dengan

satu mol NaNO2 membentuk garam diazonium. (Underwood, 1999).

Monografi zat uji

1. Kloramfenikol (anonim2.1995)

Nama resmi : Chloramphenicolum

Sinonim : Kloramfenikol, D(-) treo-2-diklorasetamida-1-p

nitrofenil propana-1,3-diol.

RM/BM : C11H12Cl2N2O5/323,12

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang, putih, tidak berbau, rasa sangat

pahit.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam

2,5 bagian etanol 95% P, sukar larut dalam

kloroform P dan eter P.

Khasiat : Antibiotikum

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak

lebih dari 103,0%.

2. Paracetamol (anonim2.1995)

Nama resmi : Acetaminophenum

Nama lain : Paaracetamol

RM / BM : C8H9NO2 / 151,56

RB : OH

NHCOCH3

OH H

O2N-- --C----C—CH2OH

H NH---CO--CHCl2

Page 4: TITRASI NITRITOMETRI

Pemerian : Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau,rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dlam 7 bagian etanol

95 % p, dalam 17 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol.

Khasiat : Analgetikum antipiretikum.

Kegunaan : Sebagai sampel.

Persyaratan kadar : Mengandung tidk kurang dari 98 % dan tidak

lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah

dikeringhkan.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.

3. Isoniazida (anonim2.1995)

Nama resmi : Isoniazidum

Nama lain : Isoniazida

RM / BM : C6H7N3O / 137,14

RB : N

O=C-NHNH3

Persyaratan kadar : Tidak kurang dari 98,0 %, dan tidak lebih dari

101,0 % C6H7N3O

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, rasa agak

pahit, terurai perlahan-lahan dengan udara dan cahaya.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol 95 % p,

sukar larut dalam kloroform p dan dalam eter P.

Khasiat : Antitiberculosa.

Penggunaan : Sebagai sampel.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya.

Page 5: TITRASI NITRITOMETRI

III. ALAT DAN BAHAN

Alat :

Buret

Erlenmeyer

Gelas ukur

Pipet tetes

Beaker Glass

Bahan :

NaNO2 padat

Air

Asam sulfanilat

Pasta kanji – KI

NH4OH pekat

Larutan HCl pekat

Serbuk KBr

Larutan H2SO4

IV. PROSEDUR

1. Pembakuan

Larutan NaNO2

Dengan indikator luar

200 mg asam sulfanilat dilarutkan dalam 30 ml air dan 10 tetes NH4OH pekat. Kemudian

ditambah 2 ml HCl pekat dan 1 gram KBr lalu didinginkan dalam tangan es sehingga suhu

larutan titrasi di bawah 15oC, titrasi dengan larutan NaNO2 0,1M. Jika titik akhir titrasi

diapai, dicelupkan batanng pengaduk kaca yang berujung rucing ke dalam larutan

kemudian digoreskan pada pasta – KI di atas lempeng tetes. Warna biru harus muncul

seketika. Dihitung normalitas larutan NaNO2.

2. Penetapan kadar

Kapsul kloramphenikol

Timbang serbuk 500 mg zat, dimasukan ke labu erlenmeyer. Ditambah kedalamnnya 20

ml HCl pekat dan 5 gram bubuk seng (Zn) sedikit demi sedikit sambil digoyang.

Kemudian ditambah 15 ml HCL pekat dan dibiarkan selama 1 jam sambil diaduk. Saring

dan cuci residu dengan 3 x 5 ml air, campur dengan filtrat. Dinginkan sampai suhu 15 oC.

Titrasi dengan larutan NaNO2 (yang telah dibakukan) menggunakan indikator luar.

1 ml NaNO2 setara dengan 32,31 mg kloramfenikol base

Serbuk parasetamol

Timbang dan serbukan 10 tablet parasetamol. Timbang sebuk setara dengan 300 mg zat.

Tambah 30 ml H2SO4 10% kemudian refluk selama 1 jam. Dinginkan kemudian ditambah

Page 6: TITRASI NITRITOMETRI

10 ml HCl 1 N dan dinginkan dalam tangan es. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N

dengan indikator luar pasta kanji – KI.

1 ml larutan NaNO2 0,1 M setara dengan 15,116 mg parasetamol

Serbuk INH

Serbukan 20 tablet INH. Timbang setara dengan 100 mg zat, dimasukan ke labu titrasi.

Kemudian dilarutkan dalam 10 ml HCl 1N dan ditambahkan 1 gram KBr. Kemudian

didinginkan hingga 15oC dan dititrasi dengan larutan NaNO2 0,1 M dengan menggunakan

indikator luar atau dalam.

1 ml larutan NaNO2 setara dengan 13,71 mg INH

V. PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Data pengamatan

Pembakuan larutan NaNO2 dengan indikator luar

Data 1

(sampel

kloramphenikol)

Data 2

(sampel

Paracetamol)

Data 3

(sampel

INH)

volume akhir titrasi 3 ml 1 ml 2,5 ml

Mortalitas 0.093 M 0,289 M 0,1156 M

Penetapan kadar

Zat Berkhasiat Bentuk Sediaan Kadar Berkhasiat dalam Sampel

Kloramphenikol Serbuk 45,08 %

Paracetamol Serbuk 45,25 %

Serbuk INH serbuk 31,68 %

Perhitungan

Pembakuan

H2N SO3H + NANO2 +HCL Cl N ≡ N

Dibuat seperempat prosedur

Page 7: TITRASI NITRITOMETRI

Data 1

0,050 g asam sulfanilat + 7,5 ml air + 2,5 tetes NH4OH pekat + 0,5 ml HCl pekat + 250 mg

KBr

NaNO2 yang dibutuhkan untuk titrasi = 3 ml = 3 x 10-3 L

Mol as. sulfanilat = gram/Mr = 50 mg/173,2 = 0,28 mmol

Mol NaNO2 = 1/1 x 0,28 mmol = 0,28 mmol = 0,00028 mol

M NaNO2 = mol / L = 0,000289 / 0,003 = 0,093 M

Data 2

0,0501 g asam sulfanilat + 7,5 ml air + 2,5 tetes NH4OH pekat + 0,5 ml HCl pekat + 250

mg KBr

NaNO2 yang dibutuhkan untuk titrasi = 1 ml = 1 x 10-3 L

Mol as. sulfanilat = gram/Mr = 0,0501 / 173,2 = 2,89 x 10-4 mol

Mol NaNO2 = 1/1 x 2,89 x 10-4 mol = 2,89 x 10-4 mol

M NaNO2 = mol / L = 2,89 x 10-4 / 1 x 10-3 = 0,289 M

Data 3

50 mg asam sulfanilat + 7,5 ml air + 2,5 tetes NH4OH pekat + 0,5 ml HCl pekat + 250 mg

KBr

NaNO2 yang dibutuhkan untuk titrasi (data 2) = 2,5 ml = 2,5 x 10-3 L

Mol as. sulfanilat = gram/Mr = 50 mg/173,2 = 0,289 mmol

Mol NaNO2 = 1/1 x 0,289 mmol = 0,289 mmol = 0,000289 mol

M NaNO2 = mol / L = 0,000289 / 0,0025 = 0,1156 M

Penetapan kadar

Kloramfenikol

Dibuat seperempat prosedur

m = 100 mg , v HCl pekat (1) = 5 ml

m Zn = 1,25 gram

v HCl pekat (2) = 3,75 ml

v akhir titrasi = 1,5 ml

1 ml NaNO2 0,1 M ≈ 32,31 mg kloramfenikol base

Page 8: TITRASI NITRITOMETRI

1 ml NaNO2 0,093 ≈ (0,093 x 32,31)/0,1 = 30,05 mg kloramfenikol

1,5 ml NaNO2 0,093 ≈ 30,05 x 1,5 = 45,08 mg kloramfenikol

Kadar berkhasiat dalam sampel

% = (45,08 /100) x 100 % = 45,08 %

Parasetamol

Dibuat seperempat prosedur

m = 0,1062 g , v H2SO4 10% = 7,5 ml

v HCl 0,1 N = 2,5 ml

v akhir titrasi = 1,1 ml

1 ml NaNO2 0,1 M ≈ 15,116 mg parasetamol

1 ml NaNO2 0,289 ≈ (0,289 x 15,116)/0,1 = 43,685 mg parasetamol

1,1 ml NaNO2 0,289 ≈ 43,689 x 1,1 = 48,053 mg parasetamol

Kadar berkhasiat dalam sampel

% = (48,053 /106,2) x 100 % = 45,25 %

INH

m = 100 mg , v HCl 0,1 N = 10 ml

m KBr = 1 gram, v akhir titrasi = 2 ml

1 ml NaNO2 0,1 M ≈ 13,71 mg INH

1 ml NaNO2 0,1156 ≈ (0,1156 x 13,71)/0,1 = 15,842 mg parasetamol

2 ml NaNO2 0,289 ≈ 15,842 x 2 = 31,68 mg parasetamol

Kadar berkhasiat dalam sampel

% = (31,68 /100) x 100 % = 31,68 %

VI. PEMBAHASAN

Page 9: TITRASI NITRITOMETRI

Pada penentuan kadar zat aktif menggunakan titrasi nitritometri, reaksi diazotasi

biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus aromatis-bebas. Reaksi diazotasi

didasarkan pada pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit

dengan amin aromatik bebas.

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar kloramfenikol, parasetamol dan

isoniazid dengan menggunakan metode nitritometri. Titran yang digunakan adalah NaNO2

yang telah dibakukan (± 0,1 N) kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk

asam nitrit (HNO2). Titrasi dilakukan di bawah suhu 15C karena garam diazonium tidak

stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium.

Kemudian, digunakan indikator luar yakni kanji iodida. Pada kanji iodida akan terjadi

perubahan warna menjadi biru seketika karena iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu

dengan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium,

namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan pada

kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida mejadi iodium dan

dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera.

Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah parasetamol, kloramphenikol dan

INH. Pada sampel kloramphenikol, dibuat seperempat prosedur dengan melarutkan zat pada

HCl pekat, kemudian diberi seng untuk mereduksi kloramphenikol yang memiliki gugus

amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian ditambahkan lagi HCl pekat 3,75 ml.

Larutan dibiarkan selama 1 jam untuk memastikan ada atau tidaknya endapan. Jika terjadi

endapan, kemudian disaring. Residu dicuci kemudian dicampur dengan filtrat dan kemudian

larutan didinginkan hingga suhu di bawah 15C. Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2

yang telah dibakukan. Titik akhir titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika

larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 45,08 %.

Pada sampel parasetamol, prosedur juga dibuat seperempatnya. Paracetamol sebanyak

106 mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebanyak 7,5 ml sebagai bahan untuk

menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian direfluks selama

1 jam dan ditambahkan HCl encer. Setelah itu, dinginkan ingát suhu di bawah 15C.

selanjutnya dtirasi dengan NaNO2 yang telah dibakukan. Titik akhr titrasi ketika terbentuk

warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan

adalah 45,25 %.

Pada sampel isoniazid, isoniazid 100 mg ditambahkan dengan KBr dan HCl encer.

KBr berfungsi untuk mempercepat reaksi (katalisator). Pada Isoniazid, tidak perlu direduksi

dan dihidrolisis lagi karena sudah berupa amin prmer. Kemudian larutan didinginkan hingga

Page 10: TITRASI NITRITOMETRI

suhu di bawah 15C. Selanjutnya larutan dititrasi dengan NaNO2 yang telah dibakukan.

Titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji

iodida. Kadar yang didapatkan adalah 31,68%.

Dalam praktikum ini, hasil normalitas dari proses pembakuan berbeda-beda dari

setiap orangnya meskipun larutannya sama. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam

pengamatan, atau terdapat pengotor-pengotor pada alat-alatnya sehingga perbedaan

pembakuan dapat mempengaruhi hasil dari perhitungan kadar zat uji.

Page 11: TITRASI NITRITOMETRI

VII. KESIMPULAN

1. Kadar yang diperoleh pada titrasi nitritometri adalah:

a. Kloramphenikol : 45,08 %

b. Parsetamol : 45,25 %

c. INH : 31,68 %

2. Perbedaan normalitas hasil pembakuan dapat terjadi akibat perbedaan dalam

pengamatan pada setiap orangnya yang dapat mempengaruhi hasil akhir kadar

yang dihitung.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2011.”Nitrimetri”. diakses dar http://blogkita.info/nitrimetri/#

Day R.A jr & A.L Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.

Jakarta.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta.

Anonim2. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI :

Jakarta.

Page 12: TITRASI NITRITOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI

TITRASI NITRITOMETRI

Disusun oleh

Marina Chaerianisa

10060308096

Shift 1

Kelompok D

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2011