titrasi monoprotik.docx

Upload: noviaprmtha

Post on 02-Jun-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 TITRASI MONOPROTIK.docx

    1/5

    Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat

    lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di

    dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa basa maka disebut titrasi asam basa,

    titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang

    melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Anonim, 2010, hal: 1).

    Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam reaksi itu,

    menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen

    sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep

    lain netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima proton (basa)

    (Anonim, 2010, hal: 1).

    Titik akhir adalah titik dimana terjadinya perubahan warna pada indicator yang menunjukkan

    antara zat yang dianalisis (Anonim, 2010, hal: 12). Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan

    percobaan ini.

    Pada tahun 1887 S. Arrhenius mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa apabila suatu elektrolit

    melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel negative yang disebut ion. Teori ini berhasil

    menjelaskan beberapa hal misalnya elektrolisis dan hantaran elektrolit. Deybe dan Huckel (1923) dan onsager

    (1927) merevisi teori ion yang telah disajikan Arrhenius. Menurut mereka elektrolit kuat selalu terurai sempurna

    menjadi ion. Sebelum W. Ostwald dan Arrhenius menjelaskan penguraian elektrolit, orang telah berusaha

    mendefenisikan asam dan basa. Rasa masam dan pengauh terhadap zat warna tumbuh-tumbuhan, merupakan

    sifat asam. Sifat yang dimiliki sabun adalah alkali. Akhirnya orang menggunakan istilah basa sebagai pengganti

    alkali yang sifatnya berlawanan dengan asam. Basa didefenisikan sebagai zat yang dapat bereaksi dengan

    asam membentuk garam (Achmad, 1996, hal: 97).

    Asam dan basa didefenisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam sifat-sifat larutan air mereka.

    Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan

    logam aktif untuk membentuk hidrogen, dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa

    didefenisikan sebagai zat yang larutan airnya berasa pahit, melarutkan lakmus merah trasa licin sabun, dan

    menetralkan (Achmad, 1996, hal: 97).

    Dalam tahun 1923 J.N Bronsted di Denmark dan T.M Lowry di Inggris secara terpisah menyarankan cara

    lain dalam memeriksakan asam dan basa. Menurut system ini, asam bronsted-lowry ini adalah donor proton dan

    basa bronsted-lowry adalah penerima proton. Dengan defenisi ini, beraneka ragam sifat-sifat asam dan reaksi

    kimia dan saling berhubungan, termasuk reaksi-reaksi yang saling berhubungan, termasuk reaksi-reaksi yang

    berlangsung dalam pelarut-pelarut selain air maupun tanpa pelarut sama sekali (Keenan, 1997, hal: 410).

    Hubungan antara teori bronsted-lowry dan teori Arrhenius adalah teori Bronsted-Lowry tidak berlawanan

    dengan teori Arrhenius. Teori Bronsted-Lowry merupakan teori perluasan teori Arrhenius. Ion hidroksida tetap

    berlaku sabagai basa karena ion hidroksida menerima ion hidrogen dari asam dan membentuk air. Asam

  • 8/11/2019 TITRASI MONOPROTIK.docx

    2/5

    menghasilkan ion hidrogen dalam larutan karena asam bereaksi dengan molekul air pemberian sebuah proton

    pada molekul air. Ketika gas hidrogen klorida dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam hidroksida, molekul

    hidrogen klorida memberikan sebuah proton (sebuah ion hidrogen) ke molekul air. Ikatan koordinasi (kovalen

    datif) terbentuk antara satu pasangan mandiri pada oksigen dan hidrogen dari HCl menghasilkan ion

    hidroksonium, H3O+. ketika asam yang terdapat dalam larutan bereaksi dengan basa yang berfungsi sebagai

    asam sebenarnya adalah ion hidroksonium. Sebagai contoh, proton ditransfer dari ion hidroksonium ke ion

    hidroksida untuk mendapatkan air (Anonim, 2010, hal: 5).

    Menurut Achmad (1996), hal: 104, ikhtiar teori Lewis adalah:

    1. Asam adalah penerima (akseptor) pasangan electron

    2. Basa adalah penerima (donor) pasangan electron

    3. Reaksi penetralan, A + :B ---> A + :B

    Pada reaksi penetralan terbentuk ikatan kovalen koordinasi

    4. Teori Lewis dapat juga menjelaskan reaksi tradisional.

    H+ + O-H --> H-O-H

    Bila kuantitas ekuimolar dari suatu asam kuat seperti dalam suatu larutan air, ion hidronium dari asam

    kuat seperti asam klorida, HCl dan suatu basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dicampur dalam suatu

    larutan air. Reaksi ini dikenal penetralan. Penetralan ion lengkapnya adalah:

    H3O++ Cl

    -+ Na

    ++ OH

    - --> Na

    ++ Cl

    -+ 2H2O

    Atau lebih sederhananya:

    H++ Cl

    - + Na

    ++ OH

    ---> Na

    ++ Cl

    -+ H2O

    Persamaan ion nettonya:

    H3O++ OH

    ----> 2H2O

    Atau lebih sederhananya:

    H+

    + OH-

    ---> H2O

    Bila spesi asam dan basa bereaksi, dikatakan spesi-spesi ini saling menetralkan (Keenan, 1997, hal: 419).

    Setelah reaksi antara asam klorida dan natrium hidroksida lengkap, tinggallah larutan dari ion Na dan Cl.

    Meskipun kedua ion penonton ini tidak terlibat dalam penetralan, dapatlah dikatakan bahwa larutan NaCl

    terbentuk sebagai akibat reaksi asam basa yang dicampur dengan zat-zat yang ada pada saat reaksi itu selesai,

    tanpa memperhatikan pelarut yang digunakan jika ada. Reaksi antara HCl dan NaOH, baik dalam bentuk murni

    maupun dalam larutan air (Pudjaatmaka, 1980, hal: 420).

    Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan menghasilkan larutan netral.

    Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah. Reaksi asam dan basa dengan

    kekuatan yang berlainan akan menghasilkan larutan yang asam lemah atau basa lemah, teragantung pada

    kekuasaan asam konjugat dan basa konjugat yang dihasilkan. Jika asam yang dihasilkan itu lebih kuat dari pada

    basa yang dihasilkan, maka diperoleh larutan asam lemah. Sebaliknya jika basa yang dihasilkan lebih kuat dari

  • 8/11/2019 TITRASI MONOPROTIK.docx

    3/5

    asam yang dihasilkan, akan diperoleh larutan basa lemah. Terlepas dari kekuatan relative dari asam dan basa

    yang terlihat, semua reaksi asam dan basa semacam itu lazim dirujuk sebagai reaksi penetralan (Pudjaatmaka,

    1980, hal: 421).

    Achmad, Hiskia. Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.Anonim. Chemistry As a Center of Science.http://www.repository.usu.ac.id

    Keenan, dkk. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1977.

    Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1980.

    Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu

    larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa

    adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi

    asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang

    bereaksi (Syukri, 1999).

    Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah warna pada saat titikekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik

    pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan

    digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).

    Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu

    larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan,

    yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini

    hanya sedikit, disebut standar primer (Day, 1998).

    Zat yang digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan berikut:

    1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.2. Harus stabil.

    3. Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap air, tidak menyerap CO2pada

    waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).

    Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk

    reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitatif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, dimana

    volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini:

    Mol = liter x konsentrasi molar

    atau:

    Mmol = ml x konsentrasi molarPerhitungan-perhitungan stokiometri yang melibatkan larutaan yang diketahui molaritasnya bahkan lebih

    sederhana lagi. Dengan devinisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi dengan tepat satu sama lain bila

    keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama. Dalam hubungan ini, kedua normalitas harus dinyatakan

    dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volume (Brady, 1990).

    Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis

    kualitatif memberikan informasi mengenai apa saja yang menjadi komponen penyusun dalam suatu sampel,

    sedangkan analisis kuantitatif memberikan informasi mengenai beberapa banyak komposisi suatu komponen

    dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan jumlah atau banyaknya senyawa dalam

    sampel. Analisis kuantitatif konvensional yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetridilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui

    http://www.repository.usu.ac.id/http://www.repository.usu.ac.id/
  • 8/11/2019 TITRASI MONOPROTIK.docx

    4/5

    konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi.

    Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam basa antara sampel dengan larutan standar

    disebut analisis asidi alkalimetri. Apabila larutan standar yang digunakan adalah suatu larutan yang bersifat

    asam maka analisis yang dilakukan adalahh analisis asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai

    larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri. Konsentrasi larutan asam basa sering

    menggunakan satuan kemolaran (M), maka rumusan itu dapat diubah. Konversi dari suatu kemolaran ke

    normalitasan adalah mengalikan valensi (n) asam atau basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu

    kenormalan ke satuan kemolaran adalah membagi kemolaran dengan valensi asam atau basa. Konversi ini

    dapat dirumuskan sebagai berikut:M N

    Dengan rumus :

    VA .MA . nA= VB . MB . nB

    Keterangan :

    VA = Volume sebelum pengenceran

    MA = Molaritas sebelum pengenceran

    VB = Volume setelah pengenceran

    MB = Molaritas setelah pengenceran

    nA = Valensi asam

    nB = Valensi basa (Keenan, 1991).

    Analisis kimiawi menetapkan komposisi kuantitatif dan kualitatif suatu materi. Konstituen-konstituen yang

    akan didereksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur, rasikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Analisis

    kimia menyangkut aspek analisis yang lebih sempit. Analisis pada umumnya terdiri atas analisis kualitatif

    dilakukan sebelum analisis kuantitatif. Tahapan penentuan analisis kuantitatif adalah dengan usaha

    mendapatkan sampel, mengubahnya menjadi keadaan yang dapat terukur, pengukuran konstituen yang

    dikehendaki, dan yang terakhir perhitungan dan interprestasi data numerik (Khopkar, 1990).

    Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan

    volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara

    kuantitatif dengan larutan zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat

    itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang digunakan dan

    hukum-hukum stokiometri yang diketahui. Dahulu digunakan orang analisis volumetri, tetapi sekarang telah

    diganti dengan analisiss titrimetri, karena yang terakhir ini dianggap lebih baik menyatakan proses titrasi,

    sedangkan yang disebut terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti yang

    melibatkan gas-gas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran, dan zat yang sedang

    dititrasi disebut titrat (Basset, 1994).

    Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan berikut:

    1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

    2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dalam reaktan.

    3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.

    4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar (Sukmariah, 1990).

  • 8/11/2019 TITRASI MONOPROTIK.docx

    5/5

    Untuk analisis titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen (larutan normal) sebab pada titik

    akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat

    sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi:

    1. Asidi dan alkalimetri

    2. Oksidimetri

    3. Argentometri

    Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri bila yang diketahui adalah

    konsentrasi basanya. Titrasi asam basa ada lima. Empat diantaranya adalah:

    1. Titrasi asam dengan basa kuat

    Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.

    Misal:

    HCl + NaOH NaCl + H2O

    2. Titrasi asam lemah dan basa kuat

    Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Misal : asam asetat dengan

    NaOH.

    CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

    3. Titrasi basa lemah dan asam kuat

    Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat. Misal : NH4Cl dan HCl

    NH4OH + HCl NH4Cl + H2O

    4. Titrasi asam lemah dan basa lemah

    Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Misal : asam asetat dan

    NH4OH

    CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O (Sukmariah, 1990).

    Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar logam berat dalam biota laut

    yang pada gilirannya melalui rantai makanan akan menimbulkan keracunan akut dan khronik, bahkan bersifat

    karsinogenik pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian yang telah dilakukan oleh Pikir (1993)

    dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai

    Kenjeran Suraba ya, mengandung logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih

    Surabaya, mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang dilakukan dengan metode yang

    sama oleh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang di Pantai Kenjeran Surabaya menyatakan

    bahwa kadar logam berat Cadmium dalam daging kerang adalah 1,21 ppm (Sari, 2005).Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Kedokteran EGC, Jakarta.Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1. Erlangga, Jakarta.Day, R. A. dan S. Keman. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

    Sari, F.I. dan Soedjajadi K. 2005. Efektifitas Larutan Asam Cuka. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.1, No.2, Januari

    2005.Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta, Erlangga.Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara, Jakarta.Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung, ITB.