titrasi bebas air fix
TRANSCRIPT
Titrasi Bebas Air
I. TEORI DASAR
Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret. Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi, dan zat
yang akan ditetapkan dilakukan titrasi. Titik (saat) pada masa reaksi itu tepat
lengkap (berubah warna ) disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis
(atau titik akhir titrasi stoikiometri). Lengkapnya titrasi, lazim harus terdeteksi
oleh suatu perubahan yang dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh
larutan standar itu sendiri (misalnya KMnO4) atau lebih lazim lagi oleh
penambahan suatu reagensia penambahan pembantu yang dikenal sebagai
indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator
harus memberi perubahan visual yang jelas (entah suatu perubahan warna dan
pembentukan endapan) dalam larutan yang sedang dititrasi. Titik (saat) pada mana
ini terjadi disebut titik akhir titrasi. Pada titrasi yang ideal,titik akhir yang terlihat
akan terjadi berbarengan dengan titik akhir stoikiometri secara teoritis. Namun
dalam praktik biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit ini merupakan
kesalahan (errot) titrasi. Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilih
sedemikian, sehingga perbedaan antara titik akhir terlihat dan titik ekivalen
hanyalah sekecil mungkin. (Besset. 1994; 159)
Reagensia dengan konsetrasi yang diketahui itu disebut titran dan zat yang
sedang dititrasi disebut titer. Untuk digunakan dalam analisis titrimetri. Suatu
rekasi harus memenuhi kondisi-kondisi berikut:
1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana,yang dapat dinyatakan dalam
suatu penamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap
dengan reagensia dalam proporsi yang stoikiometri atau ekuivalen .
2. Reaksi harus berlangsung dengan sekejap atau berjalan dengan sangat
cepat sekali (kebanyakan reaksi ionic memenuhi kondisi ini). Dalam
beberapa keadaan,penambahan suatu katalis akan menaikkan kecepatan
reaksi itu.
Titrasi Bebas Air
3. Harus ada perubahan yang mencolok dalam energi bebas, yang dapat
menimbulkan perubahan dalam beberapa sifat fisika atau kimia larutan
pada titik ekuivalen
4. Harus tersedia suatu indikator, yang oleh perubahan sifat-sifat fisika
(warna atau pembentukan endapan), harus dengan tajam menetapkan
titik akhir titrasi. Jika tak tersedia indikator yang dapat dilihat mata
untuk mendeteksi titik ekuivalen. Titik ekuivalen ini sering dapat
ditetapkan dengan mengikuti hal-hal berikut selama jalannya titrasi :
a. Potensial antara sebuah elektroda, indikator dan sebuah elektroda
pembanding (elektroda referensi) titrasi potensiometri
b. Perubahan dalam konduktivitas (daya hantar jenis) listrik larutan itu
atau disebut juga titrasi konduktometri
c. Arus listrik yang mengalir melalui sel titrasi antar sebuah elektroda
indikator (misalnya elektroda merkurium menetes).dan sebuah
elektroda pembanding yang telah dipolarisasi (misalnya elektroda
kalomel jenuh).
d. Perubahan absorbans larutan (titrasi spektrofotometri).
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai pelarut,
tetapi digunakan pelarut organic.Seperti diketahui dengan menggunakan pelarut air, asam
atau basa dapat dititrasi dengan basa atau asam baku lain, seperti halnya asam-asaam organic
atau alakaloida-alkaloida,cara titrasi dalam lingkungan air tidak dapat dilakukan, karena di
samping sukar larut dalam air,juga kurang reaktif dalam air, seperti misalnya garam-garam
amina dimana garam-garam dirombak dulu menjadi basa bebas yang larut dalam air.
Indikator yang digunakan adalah berupa senyawa organic yang bersifat asam atau basa
lemah, dimana warna molekulnya berbeda dengan warna bentuk ionnya.
Cara penetapan titrasi bebas air seringkali menimbulkan kesalahan-kesalahan, dan
dengan cara titrimetri bebas air hal-hal seperti ini dapat dihindari dengan cara membuat zat
dapat larut dan reaktif dalam air. Metode ini memiliki beberapa keuntungan misalnya zat-zat
yang tidak dapat larut dalam air misalnya basa-basa organic dapat dititrasi dalam pelarut
Titrasi Bebas Air
dimana zat-zat itu dapat segera larut (baik mengunakan pelarut-pelarut proteclitis maupun
pelarut-pelarut yang tidak bersifat proteclitis.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi bebas air adalah suhu dan
kandungan air. Suhu pada umumnya dilakukan pada suhu kamar, apabila bukan pada suhu kamar
maka akan mempengaruhi volume titran sehingga perlu dilakukan koreksi. Kandungan air,
adanya air akan mengurangi ketajaman titik akhir titrasi.
Berdasarkan karakter keasaman dan kebasaanya (menurut teori Bronster-Lowry)
dapat dibedakan menjadi pelarut:
a. Pelarut aprotik
Atau disebut pelarut inert, proto-proton tidak tidak memberi atau menerima,
contoh: benzen, nitrobenzene, klorobenzen, dan kloroform.
b. Pelarut amfiprotolitis
Pelarut ini dapat menerima atau memberi proton.Dengan demikian dapat
bersifat sebagai suatu asam atau basa. Tetapan protolisis pelaut amfiprotik ini
dinyatakan dengan suatu tetapan protolisis atau konstanta disosiasi.
H2O + H2O –> H3O+ + OH-
NH3 + NH3 –> NH4+ + NH2-
Contoh : Metanol, Etanol, Asam asetat, ammonia, air dll.
c. Pelarut protofilik,
Pelarut yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap proton , atau pelarut
yang bersifat basa yang dapat mendonorkan proton (H3O+). Dengan
menaikan ionisasi asam lemah dengan menggabungkan proton yang dimiliki.
Contoh : piridin, formamid, dietilamin dll.
d. Pelarut protogenik
Titrasi Bebas Air
pelarut yang bersifat asam. Merupakan proton donor, pelarut protogenik ini
dapat mendonorkan proton (H3O+) pada saat berdisosiasi.
Contoh dari pelarut ini adalah HCl, HNO3¬, H2SO4¬, asam asetat, asam
florida.
II. KEUNTUNGAN DARI METODE TITRASI BEBAS AIR
Keuntungan dari metode titrasi bebas air ini adalah :
1. Metode ini cocok untuk titrasi asam-asam atau basa-basa yang lemah
2. Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik yang juga mampu melarutkan analit-
analit organik.
Syarat untuk Pelarut Untuk Titrasi Bebas Air
- melarutkan zat yang dititrasi
- tidak bereaksi baik dengan titran
- murah dan mudah pemurniannya jika perlu dan tidak kompleks
- hasil titrasi berupa larutan atau Kristal
- Titran yang biasa digunakan adalah asam perkolat dalam asam asetat.
Teori Titrasi Bebas Air :
- Air dapat bersifat asam lemah dan basa lemah air dapat berkompetisi dengan
asam-asam dan basa-basa yang sangat lemah dalam menerima dan memberi proton.
- Pengaruh kompetisi tersebut kecilnya titik infleksi pada kurva titrasi asam sangat
lemah dan basa lemah mendekati batas pH 0 dan 14.
- Deteksi titik akhir titrasi sangat sulit
A) Titrasi Bebas Air Basa Lemah
Asam asetat merupakan penerima proton yang sangat lemah sehingga tidak dapat
berkompetisi dengan baik terhadap basa-basa lemah dalam hal menerima proton,
hanya asam yang sangat kuat yang mampu memprotonasi asam asetat.
Titrasi Bebas Air
Asam perklorat dalam larutan asam asetat, merupakan asam paling kuat untuk
titrasi basa lemah dalam medium bebas air.
Biasanya dlm TBA, ditambahkan asam asetat anhidrisa untuk menghilangkan air
yang ada dalam asam perkolat. Reaksi :
H2O + (CH3CO)2O 2CH3COOH
Indikator yang digunakan adalah : oraset biru,kuinaldin merah, dan kristal violet.
Note :
Jika basa yang dianalisis dalam bentuk garam dari asam lemah, maka penghilang
anion yang erasal dari asam kurang begitu penting. Akan tetapi jika basa dalam
bentuk garam klorida/bromida, maka bromida /klorida harus dihilangkan sebelum
dititrasi. Karena akan mengakibatkan penetapan kadar tidak kuantitatif yang
disebabkan adanya reaksi antara asam kuat dengan sampel yang bersifat basa.
Penghilang tersebut dapat dilakukan dengan penambahan merkuri asetat.
B) Titrasi Bebas Air Asam-asam Lemah
Pelarut yang digunakan : pelarut-pelarut yang tidak berkompetisi secara kuat
dengan asam lemah dalam memberikan proton. Seperti alkohol dan pelarut aprotik
(pelarut yang dapat menurunkan ionisasi asam-asam dan basa-basa). Contoh :
Pelarut non polar (benzena,karbon tetraklorida, hidrokarbon alifatik)
Titran yang sering digunakan adalah senyawa-senyawa yang bersifat asam lemah
seperti, natrium metoksida, litium metoksida dalam metanol, dan tetrabutil
amonium hidroksida dalam dimetilformamid.
III. SIFAT KEASAMAN DAN KEBASAAN SUATU PELARUT
Sifat keasaman dan kebasaan suatu pelarut
AB –> A+ + B-
A+ merupakan lionium yang menentukan keasaman suatu pelarut, sedangkan B-
merupakan ion liat yang menentukan kebasaan suatu pelarut. Jika AB merupakan
suatu asam lemah maka ion liat yang dihasilkan dari pelarut ini merupakan satu basa
kuat. Sebagai contoh:
Titrasi Bebas Air
2 CH3COOH –>CH3COOH2+ + CH3COO-
Ion asetat (OAc-) merupakan basa kuat dalam pelarut asam asetat. Hal ini sama
berlaku pada ion hidroksida (OH-) dalam pelarut air.
IV. Interaksi solut-pelarut
Pelarut basa atau yang lebih basa dalam air, disebut juga sebagai pelarut protofilik,
memiliki kemampuan penyetingkat atau penyetara kekuatan solut asam-asam lemah
dan mampu membedakan kekuatan basa-basa. Pelarut asam, disebut juga sebagai
pelarut protogenik, juga memiliki kemampuan penyetingkat atau penyetara kekuatan
solut basa-basa lemah dan mampu membedakan kekuatan asam-asam. Pelarut aprotik
tidak mempengaruhi kekuatan asam maupun basa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk membuat basa lemah menjadi basa kuat dapat digunakan
pelarut asam kuat, sedangkan penggunaan pelarut basa yang kuat ditujukan untuk
membuat asam lemah menjadi asam kuat. Beberapa panduan dalam titrasi bebas air
yaitu meliputi Solut hendaknya larut dalam pelarut atau pada kelebihan peniter
Hasil titrasi harus larut dalam pelarut Pelarut yang digunakan tidak menimbulkan
reaksi samping yang mengganggu Pelaksanaan titrasi harus bebas air, meliputi pelarut
dan pereaksi dengan penambahan anhidrida asetat, dan peralatan yang digunakan
harus kering.
1) Titrasi bebas air untuk senyawa asam.
Pelarut protofilik (pelarut basa) merupakan cairan yang dapat meningkatkan
disosiasi asam lemah dengan cara bereaksi dengan proton yang tersedia. Contoh-
contoh pelarut protifilik yaitu piridin, dimetilformamida, n-butilamin, dan
sebagainya. Contohnya yaitu fenol yang merupakan asam lemah, dilarutkan dalam
piridin sehingga bisa berdisosiasi dengan sempurna. Kesetimbangan akan bergeser
ke kanan dan menjadikan fenol dalam piridin sebagai asam kuat. Jika fenol
dititrasi dengan basa kuat CH3ONa maka terjadi persaingan antara piridin
terprotonasi dengan CH3ONa. Tetapi karena ion metoksida lebih basa daripada
piridin, maka fenol akan bereaksi dengan CH3ONa. Contoh peniter yang bisa
digunakan dalam titrasi bebas air untuk senyawa asam yaitu garam Li-metoksida,
Titrasi Bebas Air
garam K-metoksida, garam Na-metoksida, dan tetrabutil ammonium hidroksida.
Peniter bisa dibakukan dengan asam benzoat.
Contoh senyawa asam yang bisa dititrasi yaitu fenobarbital. Fenobarbital dapat
dilarutkan dalam DMF yang sudah netral dengan indicator merah kuinaldin,
kemudian dititrasi dengan Li-metoksida. Titik akhir tercapai dengan terjadinya
perubahan warna dari pink menjadi tidak berwarna.
2) Penerapan titrasi bebas air untuk senyawa basa
Pelarut asam asetat glasial digunakan untuk meningkatkan ionisasi amin sehingga
dihasilkan senyawa OAc- yang bersifat basa kuat (lebih kuat dibandingkan ion
perklorat) sesuai dengan persamaan reaksi berikut
RNH2 + HOAc ↔ RNH3 + OAc-
Peniter yang digunakan harus merupakan asam yang lebih kuat daripada asam
asetat dan larut baik dalam asam asetat. Peniter yang umum digunakan yaitu asam
perklorat dan dibakukan dengan kalium biftalat. Cara yang digunakan yaitu
kalium biftalat diberi indicator kristal violet dan dititrasi dengan asam perklorat.
Indikator yang digunakan yaitu kristal violet / metil violet yang memiliki warna
violet dalam keadaan basa dan warna dengan variasi biru hingga kuning pada
keadaan asam tergantung basa yang dititrasi.
Supaya reaksi bisa berhasil, umumnya kandungan air dalam pelarut dan peniter
harus dibebaskan. Hal ini bisa dilakukan dengan penambahan anhidrida asetat
karena anhidrida asetat 2 CH3COOH. Asam akan bereaksi dengan air sesuai
reaksi (CH3CO)2O + H2O asetat yang digunakan tidak higroskopis (menyerap
air) sehingga titrasi dapat dilakukan secara terbuka (bahkan jika perlu dipanaskan)
dan dilakukan titrasi blangko. Jika sampel berupa asam amino yang tidak larut
dalam asam asetat maka dilakukan titrasi tidak langsung. Asam amino dapat
ditambahkan asam perklorat berlebih dan kemudian kelebihan asam perklorat
dititrasi dengan Na-asetat sesuai dengan reaksi berikut:
Titrasi Bebas Air
RCHRNH3 + COOH + ClO4- →RCHRNH2COOH + HClO4
CH3COOH + NaClO4→HClO4 (sisa) + CH3COONa
Perkecualian untuk garam halida senyawa basa tidak dapat dititrasi secara
langsung dengan HClO4 karena ion halide merupakan basa yang lebih lemah
daripada ion perklorat. Dalam reaksi perlu ditambahkan Hg asetat untuk mengikat
halide sehingga dibebaskan ion asetat yang bersifat basa kuat yang dapat dititrasi
dengan HClO4. Kelebihan Hg asetat tidak mengganggu karena HgCl2 tidak
terdisosiasi dalam asam asetat. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
RNH2.HCl +Hg(CH3COO)2 –>RNH3 + CH3COO- + HgCl2
RNH3 + CH3COO- + HClO4 –>RNH3 + ClO4- + CH3COOH
Morfin HCl merupakan contoh senyawa yang bisa dititrasi. Morfin HCl dilarutkan
dalam Hg asetat, ditambah indicator, dan dititrasi dengan asam perklorat.
Titrasi Bebas Air
Contoh soal
Ditimbang lebih kurang 500 mg sampel,di larutkan dalam 25 ml asam asetat glacial P.
ditambahkan 10 ml raksa(II)asetat LP dan 2 tetes kristal violet. Lalu di Titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N hingga warna hijau zamrud. Lakukan penetapan blangko.
(Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,17 mg C10H15NO.HCl) makka
Perhitungan kadarnya?
Jawab:
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
DAFTAR PUSTAKA
Day, RA, dan Underwood, RI, 1993, Analisis Kimia Kuantitatif, erlangga:
Jakarta
Ditjen POM, RI, 1979, Farmakope Indonesia Jilid III, Depkes RI: Jakarta.