titrasi balik

10
Kelompok IV 1. Ariz Nandar (1111016200005) 2. Vivi Seftari (1111016200012) 3. Richy Maesandi G. (1111016200027) 4. Siska Fauzi (1111016200033) 5. Dessy Maulidina (1111016200038) Titrasi Balik Kimia Analitik II

Upload: dessy-maulidina-abdurrahman

Post on 17-Feb-2015

436 views

Category:

Documents


67 download

TRANSCRIPT

Page 1: titrasi balik

Kelompok IV

1. Ariz Nandar (1111016200005)2. Vivi Seftari (1111016200012)3. Richy Maesandi G. (1111016200027)4. Siska Fauzi (1111016200033)5. Dessy Maulidina (1111016200038)

Titrasi Balik

Kimia Analitik II

Page 2: titrasi balik

Terkadang suatu reaksi berlangsung lambat dan tidak dapat diperoleh

titik akhir yang tegas. Untuk itu metoda titrasi balik dapat digunakan untuk

mengatasinya.

Page 3: titrasi balik

Pengertian Titrasi BalikPenentuan kuantitatis analit di dalam sampel yang dilakukan dengan cara menambahkan senyawa berlebih yang diketahui konsentrasinya dengan pasti, kemudian kelebihan senyawa yang tidak bereaksi dengan analit dititrasi balik dengan senyawa pentiter yang tepat.Titrasi balik dipakai untuk senyawa yang bereaksi secara lambat, bisa dibayangkan kalau dalam proses titrasi analit dan titran bereaksi lambat.

Page 4: titrasi balik

Kepada zat B yang ditentukan kadarnya, ditambahkan zat penitrasi A berlebih. Kelebihan A dititrasi kembali dengan larutan standar C.   A + B   →  hasil reaksi + kelebihan A       kelebihan A + C →  hasil reaksiTitrasi kembali digunakan bila reaksi A + B berjalan lambat.

Page 5: titrasi balik

Dengan menambahkan titran secara berlebih, setelah reaksi dengan analit berjalan sempurna, kelebihan titran ditentukan dengan menitrasi dengan larutan standar lainnya. Dengan mengetahui mmol titran dan menghitung mmol yang tak bereaksi, akan diperoleh mmol titran yang bereaksi dengan analit.T (mmol titran yang bereaksi) = mmol titran berlebih - mmol titrasi balikmg analit = T x faktor (mmol analit/mmol titran yang bereaksi) x BM analit

Page 6: titrasi balik

Titrasi balik yang banyak digunakan adalah Titrasi argentometri metoda Volhard, dimana Perak nitrat (AgNO3) sebagai baku sekunder tidak dipakai sebagai titran melainkan sebagai analit.

Kejadian ini dilakukan karena pada pekerjaannya perak nitrat ditambahkan secara berlebih ke dalam sampel sehingga sample akan habis bereaksi dan perak nitrat masih terdapat dalam campuran (berlebih). Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium tiosianat menggunakan indikator besi(III) ammonium sulfat.

Page 7: titrasi balik

Contoh reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah sebagai berikut:

AgCl(g) + NO3- → AgNO3 (berlebih) + Cl-

Sisa AgNO3 + NH4SCN → AgSCN(s) + NH4NO3

3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 → Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4

Page 8: titrasi balik

Selain metode titrasi argentometri dengan menggunakan Perak nitrat (AgNO3), metode titrasi argentometri yang lain diantaranya yaitu:

Cara mohrTitrasi ini dilakukan secara  langsung dalam larutan netral dan sebagai indicator digunakan larutan kalium dikromat.

Cara fayansTitrasi fayans menggunakan indicator adsorpsi, yaitu senyawa organik yang teradsopsi ke permukaan padatan endapan. Metode ini digunakan untuk menentukan Cl-, Br-, dan I-

Page 9: titrasi balik

Titrasi Balik pada Logam

Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung, mereka mungkin mengendap dalam larutan dalam jangka pH yang perlu untuk dititrasi, atau mereka mungkin membentuk kompleks-kompleks yang inert, atau indikator logam yang sesuai tidak tersedia.

Dalam hal-hal demikian, ditambahkan larutan EDTA standar berlebih, larutan yang dihasilkan dibufferkan sampai ke pH yang dikehendaki, dan kelebihan reagensia dititrasi balik dengan suatu larutan ion logam standar. Larutan zink klorida atau sulfat atau magnesium klorida sering digunakan untuk tujuan ini. Titik akhir dideteksi dengan bantuan indikator logam yang merespons terhadap ion logam yang ditambahkan pada titrasi balik.

Page 10: titrasi balik

a. Penggunaan : Digunakan untuk penentuan logam yang mengendap

sebagai hidroksida/senyawa yang tidak larut pada pH kerja titrasi.

Seperti : Pb-sulfat dan Ca-oksalat. Digunakan untuk logam yang bereaksi lambat dengan

EDTA, dimana pembentukan kompleks logam-EDTA terjadi sangat lambat dan labil pada pH titrasi.

Tidak ada indikator yang sesuai.b. Cara titrasi kembali :Larutan yang mengandung logam ditambah EDTA berlebih, lalu sistem titrasi didapat pada pH yang sesuai, kemudian dipanaskan (untuk mempercepat terbentuknya kompleks). Setelah dingin, kelebihan EDTA dititrasi kembali dengan larutan baku Zn2+ (ZnCl2, ZnSO4, ZnO) atau larutan baku logam Mg2+ (MgO, MgSO4).