tipe kepemimpinan partisipatif

12
Tipe Kepemimpinan Partisipatif Mitch Mc Crimmon (2007) menulis bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim. Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok. Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini, pemimpin

Upload: nitsugas-click-klop

Post on 03-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tipe kepemimpinan partisipatif merupakan tipe kepemimpinan yang dua arah dimana bawahan memungkinkan untuk memberikan sumbangan pemikiran

TRANSCRIPT

Page 1: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

Tipe Kepemimpinan Partisipatif

Mitch Mc Crimmon (2007) menulis bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti

melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting manakala

pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat

keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.

Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam

pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi

dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi kontrol atas

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan

penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.

Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung

berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan

dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk

melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi

dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan

saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.

Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran bawahan terhadap persoalan-

persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini,

pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk menemukan

pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Bawahan didorong untuk

berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi

yang ada. Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan

berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk menetapkan tujuan atau

sasaran yang menantang. Dengan kata lain, bawahan diberi kesempatan untuk

mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang dihadapinya.

Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan perhatian terhadap anak buah yang

sifatnya individual (individual consideration). Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap

masalah dan kebutuhan tiap-tiap anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah

yang merasa bahwa sang pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak

buah merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Perhatian

Page 2: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

individual dapat berupa aktivitas pembimbingan dan mentoring, yang merupakan proses

pemberian feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan kebutuhan

individual sang anak buah. Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha

dan bekerja semaksimal mungkin atau menunjukkan kinerja yang tinggi karena itu terkait

langsung dengan kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih merasa memiliki respek terhadap

atasan yang kompeten dibandingkan atasan yang lebih mengedepankan aspek struktur.

Gaya kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha seorang pemimpin untuk

mendorong dan memudahkan partisipasi oleh orang lain dalam membuat keputusan-

keputusan yang tidak dibuat oleh pemimpin itu sendiri. Gaya kepemimpinan partisipatif

adalah seorang pemimpin yang mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan

(Yukl, 1998). Adapun aspek-aspek dalam gaya kepemimpinan partisipatif mencakup

konsultasi, pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi dan

manajemen yang demokratis. Indikator langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini

terletak pada perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi karyawan terhadap

gaya kepemimpinan yang digunakan (Riyono dan Zulaifah, 2001).

Partisipatif adalah berkaitan dengan tingkat kematangan dari sedang ke tinggi.

Seorang pengikut atau bawahan pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi

tidak berkeinginan untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka itu

seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan. Namun bila mereka yakin atas

kemampuannya tetapi tidak mau maka keengganan mereka untuk melaksanakan tugas

tersebut lebih merupakan persoalan motivasi dibandingkan persoalan keamanan. Dalam

kasus-kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dau arah dan secara aktif

mendengar dan mendukung usaha-usaha para pengikut untuk menggunakan kemampuan

yang telah mereka miliki. Dengan demikian gaya yang mendukung, tanpa mengarahkan,

partisipatif mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi untuk diterapkan bagi individu

dengan tingkat kematangan seperti ini. Gaya ini disebut partisipatif karena pemimpin atau

pengikut selain tukar-menukar ide dalam pembuatan keputusan, dengan peranan pimpinan

yang utama memberikan fasilitas dan berkomunikasi. Gaya ini melibatkan perilaku hubungan

kerja yang tinggi dan perilaku berorientasi tugas yang rendah. Pada gaya kepemimimpinan

ini, seorang pengikut memungkinkan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang

dimilikinya sehingga mereka memperoleh kesempatan untuk mewujudkan perannya dalam

kelompok, dimana mereka memiliki kemampuan yang setiap saat dapat diberdayakan

pemimpin bagi kemajuan kelompok dan organisasi yang dikutinya.

Page 3: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

TEORI KEPEMIMPINAN

DEFINISI:

Leadership:TeoriKepemimpinan

Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana

seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai

tujuan organisasi.

Sedangkan Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi

individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri,

wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi

perilaku orang lain.

TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

TIPE PARTISIPATIF

sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara

pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan

masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya,

pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan

untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin

berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas

untuk menyelesaikan tugas.

Ciri-cirinya

Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit/rendah pengarahan.

Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara berganti

antara pemimpin dan bawahan.

Komunikasi dua arah ditingkatkan.

Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif.

Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada

bawahan.

TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

Page 4: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

1. Teori x dan y pada Mc Gregor

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan

pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh

Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer /

pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai /

karyawan yaitu teori x atau teori y. Menurut McGregor organisasi tradicional dengan ciri-

cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang

dia namakan Theori X dan Theori Y.

A. Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka

bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun

menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus

terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan

perusahaan dan teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka

diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas

segalanya. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini

pada hakekatnya adalah :

1. Tidak menyukai bekerja

2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai

diarahkan atau diperintah

3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah

organisasi.

4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.

5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi..

Keuntungan Teori X:

- karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi

Kelemahan Teori X:

-Karyawan malas

-berperasaan irrasional

- tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin

B. Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya

kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat

karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan

perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami

Page 5: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus

mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja, untuk menyadari kelemahan

dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori

Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat

dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara keseluruhan asumís teori Y

mengenai manusia hádala sebagai berikut:

1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang.

Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di

antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangka.

2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan organisasi.

3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi

secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.

4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi

diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.

5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi secara

tepat.

Dengan memahami asumís dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa

merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan

memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu.

Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin,

dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.

Keuntungan Teori Y:

- pekerja menunjukkan kemampuan pengaturan diri,

- tanggung jawab

- inisiatif tinggi

- pekerja akan lebih memotivasi diri dari kebutuhan pekerjaan

Page 6: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

Kelemahan Teori Y:

- apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada

perusahaan

1. Gaya empat system manajemen oleh Rensis Likert

1. Sistem 1 (exploitive authoritative),

Pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahan, suka

mengekplotasi bawahan, bersikap paternalistik memotivasi dengan memberi ketakutan dan

hukuman-hukuman, diselang seling pemberian penghargaan yang secara kebetulan

(occasional reward), hanya mau memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah, dan

hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas.

2. Sistem 2 (benevolent authoritative/otokrasi yang baik hati),

Mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya pada bawahan, mau memotivasi

dengan hadiah-hadiah dan ketakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan adanya

komunikasi ke atas, mendengarkan pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan, dan

memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan, bawahan merasa tidak

bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasan.

3. Sistem 3 (manajer konsultatif),

Mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan, biasanya dalam perkara kalau ia

memerlukan informasi, ide atau pendapat bawahan; masih menginginkan melakukan

pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya; mau melakukan motivasi dengan

penghargaan dan hukuman yang kebetulan; dan juga berkehendak melakukan partisipasi;

menetapkan dua pola hubungan komunikasi, iaitu ke atas dan ke bawah; membuat keputusan

dan kebijakan yang luas pada tingkat bawah; bawahan merasa sedikit bebas untuk

membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasan.

4. Sistem 4 (partisipative group/kelompok partisipatif),

Mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan; dalam setiap persoalan

selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat-pendapat lainnya dari

bawahan, dan mempunyai niatan untuk mempergunakan pendapat bawahan secara

konstruktif; memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis dengan berdasarkan partisipasi

kelompok dan keterlibatannya pada setiap urusan terutama dalam penentuan tujuan bersama

dan penilaian kemajuan pencapaian tujuan tersebut; mendorong bawahan untuk ikut

Page 7: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

bertanggung jawab membuat keputusan, dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan

tanggung jawab yang besar; bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan

C. Model Leadership Continuum

Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.

Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa

pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang

menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang

menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.

Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau

wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,

karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang

tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.

Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan

keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman

dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah

pada tugas.

Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang

yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan

pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan

team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat

dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan

kelompok.

Menurut teori kontinun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :

1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).

2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).

3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.

4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.

5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan

(consulting).

6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.

7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).

Page 8: Tipe Kepemimpinan Partisipatif

- Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua

pandangan dasar :

1. Berorientasi kepada pemimpin.

2. Berorientasi kepada bawahan.

http://dwie-dwieblog.blogspot.com/2010/01/leadership-teori-kepemimpinan.html