tipe kepemimpinan partisipatif
DESCRIPTION
tipe kepemimpinan partisipatif merupakan tipe kepemimpinan yang dua arah dimana bawahan memungkinkan untuk memberikan sumbangan pemikiranTRANSCRIPT
Tipe Kepemimpinan Partisipatif
Mitch Mc Crimmon (2007) menulis bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti
melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting manakala
pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat
keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.
Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam
pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi
dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi kontrol atas
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan
penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung
berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan
dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan
saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran bawahan terhadap persoalan-
persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini,
pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk menemukan
pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Bawahan didorong untuk
berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi
yang ada. Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan
berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk menetapkan tujuan atau
sasaran yang menantang. Dengan kata lain, bawahan diberi kesempatan untuk
mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang dihadapinya.
Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan perhatian terhadap anak buah yang
sifatnya individual (individual consideration). Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap
masalah dan kebutuhan tiap-tiap anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah
yang merasa bahwa sang pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak
buah merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Perhatian
individual dapat berupa aktivitas pembimbingan dan mentoring, yang merupakan proses
pemberian feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan kebutuhan
individual sang anak buah. Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha
dan bekerja semaksimal mungkin atau menunjukkan kinerja yang tinggi karena itu terkait
langsung dengan kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih merasa memiliki respek terhadap
atasan yang kompeten dibandingkan atasan yang lebih mengedepankan aspek struktur.
Gaya kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha seorang pemimpin untuk
mendorong dan memudahkan partisipasi oleh orang lain dalam membuat keputusan-
keputusan yang tidak dibuat oleh pemimpin itu sendiri. Gaya kepemimpinan partisipatif
adalah seorang pemimpin yang mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan
(Yukl, 1998). Adapun aspek-aspek dalam gaya kepemimpinan partisipatif mencakup
konsultasi, pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi dan
manajemen yang demokratis. Indikator langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini
terletak pada perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi karyawan terhadap
gaya kepemimpinan yang digunakan (Riyono dan Zulaifah, 2001).
Partisipatif adalah berkaitan dengan tingkat kematangan dari sedang ke tinggi.
Seorang pengikut atau bawahan pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi
tidak berkeinginan untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka itu
seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan. Namun bila mereka yakin atas
kemampuannya tetapi tidak mau maka keengganan mereka untuk melaksanakan tugas
tersebut lebih merupakan persoalan motivasi dibandingkan persoalan keamanan. Dalam
kasus-kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dau arah dan secara aktif
mendengar dan mendukung usaha-usaha para pengikut untuk menggunakan kemampuan
yang telah mereka miliki. Dengan demikian gaya yang mendukung, tanpa mengarahkan,
partisipatif mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi untuk diterapkan bagi individu
dengan tingkat kematangan seperti ini. Gaya ini disebut partisipatif karena pemimpin atau
pengikut selain tukar-menukar ide dalam pembuatan keputusan, dengan peranan pimpinan
yang utama memberikan fasilitas dan berkomunikasi. Gaya ini melibatkan perilaku hubungan
kerja yang tinggi dan perilaku berorientasi tugas yang rendah. Pada gaya kepemimimpinan
ini, seorang pengikut memungkinkan untuk mengemukakan ide atau gagasan yang
dimilikinya sehingga mereka memperoleh kesempatan untuk mewujudkan perannya dalam
kelompok, dimana mereka memiliki kemampuan yang setiap saat dapat diberdayakan
pemimpin bagi kemajuan kelompok dan organisasi yang dikutinya.
TEORI KEPEMIMPINAN
DEFINISI:
Leadership:TeoriKepemimpinan
Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana
seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai
tujuan organisasi.
Sedangkan Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi
individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri,
wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi
perilaku orang lain.
TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
TIPE PARTISIPATIF
sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara
pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya,
pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan
untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin
berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas
untuk menyelesaikan tugas.
Ciri-cirinya
Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit/rendah pengarahan.
Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara berganti
antara pemimpin dan bawahan.
Komunikasi dua arah ditingkatkan.
Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada
bawahan.
TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
1. Teori x dan y pada Mc Gregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh
Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer /
pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai /
karyawan yaitu teori x atau teori y. Menurut McGregor organisasi tradicional dengan ciri-
cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang
dia namakan Theori X dan Theori Y.
A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka
bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun
menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus
terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan dan teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka
diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas
segalanya. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini
pada hakekatnya adalah :
1. Tidak menyukai bekerja
2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai
diarahkan atau diperintah
3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah
organisasi.
4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi..
Keuntungan Teori X:
- karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi
Kelemahan Teori X:
-Karyawan malas
-berperasaan irrasional
- tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya
kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat
karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami
tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus
mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja, untuk menyadari kelemahan
dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori
Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat
dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara keseluruhan asumís teori Y
mengenai manusia hádala sebagai berikut:
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada orang.
Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di
antara keduanya tidak ada perbedaan, jira keadaan sama-sama menyenangka.
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi
secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi
diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira dimotivasi secara
tepat.
Dengan memahami asumís dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa
merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan
memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu.
Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin,
dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Keuntungan Teori Y:
- pekerja menunjukkan kemampuan pengaturan diri,
- tanggung jawab
- inisiatif tinggi
- pekerja akan lebih memotivasi diri dari kebutuhan pekerjaan
Kelemahan Teori Y:
- apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada
perusahaan
1. Gaya empat system manajemen oleh Rensis Likert
1. Sistem 1 (exploitive authoritative),
Pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahan, suka
mengekplotasi bawahan, bersikap paternalistik memotivasi dengan memberi ketakutan dan
hukuman-hukuman, diselang seling pemberian penghargaan yang secara kebetulan
(occasional reward), hanya mau memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah, dan
hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas.
2. Sistem 2 (benevolent authoritative/otokrasi yang baik hati),
Mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya pada bawahan, mau memotivasi
dengan hadiah-hadiah dan ketakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan adanya
komunikasi ke atas, mendengarkan pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan, dan
memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses keputusan, bawahan merasa tidak
bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasan.
3. Sistem 3 (manajer konsultatif),
Mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan, biasanya dalam perkara kalau ia
memerlukan informasi, ide atau pendapat bawahan; masih menginginkan melakukan
pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya; mau melakukan motivasi dengan
penghargaan dan hukuman yang kebetulan; dan juga berkehendak melakukan partisipasi;
menetapkan dua pola hubungan komunikasi, iaitu ke atas dan ke bawah; membuat keputusan
dan kebijakan yang luas pada tingkat bawah; bawahan merasa sedikit bebas untuk
membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasan.
4. Sistem 4 (partisipative group/kelompok partisipatif),
Mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan; dalam setiap persoalan
selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat-pendapat lainnya dari
bawahan, dan mempunyai niatan untuk mempergunakan pendapat bawahan secara
konstruktif; memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis dengan berdasarkan partisipasi
kelompok dan keterlibatannya pada setiap urusan terutama dalam penentuan tujuan bersama
dan penilaian kemajuan pencapaian tujuan tersebut; mendorong bawahan untuk ikut
bertanggung jawab membuat keputusan, dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan
tanggung jawab yang besar; bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan
C. Model Leadership Continuum
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.
Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa
pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang
menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin,
karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman.
Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan
keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman
dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah
pada tugas.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang
yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan
pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan
team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat
dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan
kelompok.
Menurut teori kontinun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan
(consulting).
6. Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat peputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan (joining).
- Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua
pandangan dasar :
1. Berorientasi kepada pemimpin.
2. Berorientasi kepada bawahan.
http://dwie-dwieblog.blogspot.com/2010/01/leadership-teori-kepemimpinan.html