tipe demam dengan pendekatan penyakitnya

16
PHATOFISIOLOGI TROMBOSOTOPENIA, DIC DAN KEBOCORAN PLASMA PADA DHF Phatofisiologi trombositopenia, DIC, kebocoran plasma pada DHF : Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai dengue fever. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Berdasarkan hal ini timbulah yang disebut heterologous infection atau the seqential infection hypotesis yang dianut oleh sebagian besar sarjana saat ini. Hipotesis ini menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibody ( komplek virus antibody ) yang tinggi. terdapat komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan timbulnya agregasi trombosit yang melapaskan ADP akam mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotel dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin vasoaktif ( histamine dan serotonin ) yang bersifat

Upload: guestar

Post on 23-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

1

PHATOFISIOLOGI TROMBOSOTOPENIA, DIC DAN KEBOCORAN PLASMA PADA DHF

Phatofisiologi trombositopenia, DIC, kebocoran plasma pada DHF : Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai dengue fever. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Berdasarkan hal ini timbulah yang disebut heterologous infection atau the seqential infection hypotesis yang dianut oleh sebagian besar sarjana saat ini. Hipotesis ini menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibody ( komplek virus antibody ) yang tinggi. terdapat komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan timbulnya agregasi trombosit yang melapaskan ADP akam mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotel dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan.

Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin vasoaktif ( histamine dan serotonin ) yang bersifat meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor 3 yang merangsang koagulasi intravaskuler.

Terjadinya aktivasi factor Hageman ( factor XII ) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product.

Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.

Komplek virusantibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya renjatan. Telah terbukti bahwa pada DSS kadar C3 dan C5 menurun masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya anafilatoksin dalam jumlah besar. Walaupun plasma mengandung inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin. C3a dan C5a agaknya perannya dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses inaktivasi tersebut. Bukti bahwa anafilatoksin ini sebenarnya secara cepat dapat di inaktivasi dan menghilang dari sirkulasi ialah adanya kasus penyembuhan dramatis seorang pasien renjatan bila di tangulangi secara adekuat. Anafilatoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk membebaskan histamine dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamine yang meninggi dalam air seni 24 jam pada DHF. TIPE DEMAM DENGAN PENDEKATAN PENYAKITNYADemam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sikardian normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hypothalamus anterior.

a. Demam septik : suhu badan berangsur-angsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil dan dan berkeringat.

b. Demam remiten : suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. Demam remiten ini khas untuk penyakit thypoid abdominalis.c. Demam intermiten : suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tertiana dan bila terjadi dua hari bebas demam disebut kuartana. Demam tipe ini terjadi pada penyakit malaria.d. Demam kontinyu : suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hyperpyrexia. Pada penyakit TBC paru dan infeksi kronise. Demam siklik : kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Terdapat pada penyakit keganasanf. Demam hektik : suhu badan berangsur-angsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat normalg. Demam bifasik : demam yang mempunyai dua puncak demam misalnya penyakit demam dengue dan demam berdarah dengue. h. Demam pel-Ebstein : demam yang berlangsung selama 3 hingga 10 hari dan kemudian diikuti oleh periode afebris selama 3 hingga 10 hari merupakan gambaran klasik untuk penyakit Hodgkin dan jenis-jenis limfoma lainnya.

PEMERIKSAAN LABORATURIUM PEMERIKSAAN HEMATOLOGI RUTINa. Pemeriksaan kadar hemoglobin

Metode : Sahli

Prinsip : darah ditambah dengan asam ( HCL 0,1 N ) akan membentuk asam hematin yang berwarna coklat. Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar

Alat dan reagen : Hemoglobinometer sahli, HCL 0,1 N, aquades.

Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTACara kerja :

Teteskan HCL 0,1 N sampai angka 2, kemudian masukan 20 l darah tunggu 4 menit Hb berubah menjadi asam hematin ( hitam ). Kemudian encerkan dengan aquades tetes demi tetes sambil dikocok sampai warna larutan sama dengan warna standar baca dalam 5 menit mengadap kearah terang.

b. Pemeriksaan hematokrit

Metode : mikrohematokrit

Alat dan reagen : tabung kapiler ada 2 macam ( tabung kapiler yang didalamnya dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin untuk darah tanpa antikoagulan missal darah kapiler. Tabung kapiler tanpa antikoagulan untuk darah dengan antikoagulan. ) cratosal, dan reading device hematokrit.Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan untuk darah dengan antikoagulan.

Cara kerja : isi tabing kapiler dengan darah kurang lebih 2/3 tabung kemudian tutup salah satu ujung tabung kapiler dengan creatosal, kemudian letakkan tabung dalam lekukan radien sentrifuse mikrohematokrit, dengan ujung tertutup creatosal jauh dari pusat sentrifuse, kemudian sentrifuse dengan kecepatan 11000-15000 rpm selama 5 menit kemudian baca dengan reading device.c. Menghitung jumlah eritrosit

Prinsip : darah diencerkan dengan larutan hayem yang bersifat isotonic trehadap eritrosit. Jumlah eritrosit dalam volume pengenceran tersebut dihitung dengan menggunakan bilik hitung.

Alat dan reagen : satu set hemositometer yang terdiri atas : ( pipet thoma eritrosit untuk hitung eritrosit dan trombosit, bilik hitung ), mikroskop, larutan pengencer hayem yang terdiri dari : natrium sulfat 2.05 gram, natrium klorida 0.50 gram, merkuri klorida 0.25 gram, aquades sampai 100 ml.Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau daah vena dengan antikoagulan EDTA

Cara kerja : isap darah sampai angka 0.5 kemudian isap hayem sampai angka 101 kocok 3 kali dengan putaran membentuk angka 8 hingga homogen kemudian buang beberapa tetes ( BP dari tanda 1 kebawah ) kemudian teteskan BP kebilik hitung sampai tersebar merata kemudian hiting eritrosit pada bidang besar tengah dengan mikroskop pembesaran 400XPerhitungan eritrosit :

jumlah eritrosit yang dihitung

= ----------------------------------- X factor pengenceran

Volume yang di hitung

= ( N: 2/100 ) X 200

= 10 000 N

d. menghitung jumlah leukosit

Prinsip : darah diencerkan dengan larutan turk yang akan melisiskan eritrosit dan trombosit. Jumlah leukosit dalam volume pengeceran tersebut dihitung dengan menggunakan bilik hiting leukosit

Alat dan reagen : satu set hemositometer ( pipet thoma leukosit dan bilik hitung improve neubauer ) mikroskop, larutan pengencer Turk encer terdiri dari asam asetat 2 %, gentian violet 1 % 1ml. penambahan gentian violet bertujuan memberi warna pada inti dan granula leukosit. Larutan ini memecah eritrosit dan trombosit. Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA.

Cara kerja : isap darah sampai angka 0.5 kemudian isap turk sampai angka 11 kemudian kocok 3 kali dengan putaran membentuk angka 8 hingga homogen lalu buang beberapa tetes ( BP dari tanda 1 ke bawah ) kemudian teteskan BP kebilik hitung sampai tersebar merata. Kemudian hitung leukosit pada 4 bidang besar pojok dengan mikroskop pada pembesaran 100X

Cara perhitungannya

Jumlah leukosit yang dihitung

= ---------------------------------------X factor pengenceran

Volume yang di hitung

=( N : 4/10 ) X 20

=10 N

e. Menghitung jumlah trombosit

Prinsip : darah diencerkan dengan ammonium oxalate yang melisiskan eritrosit, kemudian trombosit dihitung dalam volume pengenceran tersebut dengan menggunakan bilik hitung eritrosit

Alat dan reagen : satu set heositometer yang terdiri dari ( pipet thoma eritrosit : untuk hitung eritrosit dan trombosit dan bilik hitung improve nebauer ) cawan Petri dengan kapas atau tisu basah, mikroskop, larutan pengencer ammonium oxalate 1 %

Bahan pemeriksaan : darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA

Cara kerja : isap darah sampai angka 1 kemudian isap ammonium oxalate sampai angka 101 kemudian kocok 3 kali dengan putaran membentuk angka 8 hingga homogen lalu buang beberapa tetes ( BP dari tanda 1 kebawah ) kemudian teteskan BP kebilik hitung sampai tersebar merata. Bilik hitung yang sudah berisi BP dimasukan kedalam cawan Petri atau tisu basah, dan dibiarkan selama 20 menit agar trombosit mengendap kedasar bilik hitung. Lalu hitung trombosit dilakukan pada seluruh bidang besar tengah ( bidang eritrosit : 25 bidang besar tengah dengan mikroskop pembesaran 400 X.

Cara menghitung trombosit

Jumlah trombosit yang dihitung

=--------------------------------------X factor pengenceran

Volume yang dihitung

= ( N : 1/10 ) X 100

=1000 N

Laju Endap Darah ( LED )

Adalah kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam plasma, dengan satuan mm/jamMetode :westergreen

Prinsip : darah yang dicampur dengan antikoagulan ( natrium sitrat 3.8% ) apabila dimasukan dalam tabungdan dibiarkan maka sel darah merah akan mengendap. Pengendapan ini dapat diukur persatuan panjang dan satuan waktu yang menunjukan laju endap darah.

Alat dan reagen : spuit, kapas alqohol 70%, tabung LED westergreen, rak tabung westergreen, timer/jam, natrium sitrat 3,8%.

Bahan pemeriksaan : darah vena

Cara kerja : campurkan 1.6 ml darah dengan 0.4 ml natrium sitrat 3.8 % sampai angka 0 lalu letakan pipet pada rak westergreen kemudian baca setelah 1 jam dan 2 jam pada batas antara plasma dan sel darah.

Apus Darah Tepi ( ADT )

Metode : manual

Tujuan : pembuatan apus dara tepi untuk pemeriksaan hitung Janis leukosit dan morfologi darah tepi

Alat dan reagen : gelas objek, gelas penghapus, pipet, rak pewarna, dan mikroskop, methanol absolute, larutan giemsa, minyak emersi, dan xylol.

Bahan pemeriksaan : darah kapiler tanpa antikoagulan atau darah vena dengan antikoagulan Na2EDTA 1 mg/ml darah

Cara pembuatan sediaan apus darah : teteskan satu tetes darah pada gelas objek lalu buat apusan antara gelas objek dan gelas penghapus dimana gelas penghapus membentuk sudut 30-45O terhadap gelas objek, biarkan kering kemudian fiksasi dengan metnol selama 3-5 menit, kemudian sisa methanol dibuang, sediaan diwarnai dengan giemsa 20-30 menit selanjutnya sediaan dicuci dengan air mengalir kemudian keringkan kemudian lihat dibawah mikroskop untuk hitung jenis leukosit dengan pembesaran 100 X, 400 X, dan 1000 X.PEMERIKSAAN URIN RUTIN :

1. Pemeriksaan MakroskopisMetode : manual

Tujuan :

untuk mengetahui : bau, warna, kekeruhan dan keasaman urin.

Untuk mengetahui berat jenis urin dengan cara urinometer

Cara kerja :

Pemeriksaan Bau, warna, kekeruhan urin

Urin dikocok sampai homogen kemudian periksa : bau, warna, dan kekeruhan dengan cahaya yang cukup.

Pemeriksanan keasaman urin

Kertas lakmus dicelupkan sebentar kedalam urin ditabung reaksi, kemudian angkat tunggu beberapa saat dan lihat perubahan warna kertas lakmus.

Pemeriksaan Berat jenis urin :

Metode : urinometer

Cara kerja : masukan urin kedalam gelas ukur 100 ml kemudian masukan urinometer perlahan-lahan sambil diputar agar tidak menyentuh dinding kaca, baca permukaan urin yang memotong skala urinometer

2. Pemeriksaan Mikroskopis

Metode : manual Tujuan : mencari unsure-unsur dalam sediment urin ( organic dan anorganik )

Cara kerja :

urin disentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit

supernatant ( bagian atas ) di buang

kemudian sediment hasil sentrifuse dituangkan pada gelas objek, selanjutnya ditutup dengan gelas penutup lihat sediaan sediment dengan mikroskop : 10 X untuk silinder, 40 X untuk eritrosit dan leukosit.

3. pemeriksaan kimiawi urin

a. Protein urin

Metode : Exton ( kualitatif )

Prinsip : zat protein dalam urin pada pH tertentu akan berpresipitasi sehingga urin akan menjadi keruh

Sarat : urin jernih dan asam

Reagen exton : asam sulfosalisil 25 mg, Na2SO4 kristal 2 gram dan aquades sampai 500 ml.

Cara kerja : masukan regen exton 2,5 ml dan urin 2,5 ml dalam tabung kemudian kocok beberapa menit bila jernih protein negative danbila keruh protein positif.

b. pemeriksaan urobilin

Metode : Schlesinger ( manual )

Tujuan : mengetahui adanya bilibirubin dalam urin

Prinsip : urobilin + reagen Schlesinger akan membentuk fluoresensi hijau

Alat dan reagen : tabung reaksi, kertas saring, kain hitam, reagen Schlesinger terdiri atas zinc asetat 10 gramyang dilarutkan dalam 100 ml alqohol 98%. Larutan lugol terdiri atas jodium 0,5 gram dan jodkali 1 gram yang dilarutkan dalam aquades sampai 150 ml.

Cara kerja : urine 5 ml dalam tabung kemudian teteskan 2 tetes lugol dan 7,5 ml reagen Schlesinger kemudian kocok lalu saring

c. pemeriksaan Bilirubin

metode : Harrison dan Hawkinson

Tujuan : untuk membuktikan adanya bilirubin dalam urin

Prinsip : bariun chloride ( BaCl2 ) bereaksi dengan sulfat dalam urin membentuk endapan barium sulfat ( BaSO4 ) dan bilirubin akan menempel pada molekul ini

Alat dan reagen : Reagen fouchet terdiri atas FeCl3 0.9 gram yang dilarutkan dalam trikhlorasetat 25 % sampai 100 ml, larutan BaCl2 10%, tabung reaksi, kertas saring yang akan dibubuhi BaCl2 10% ( Harrison ) dan yang sudah dibubuhi BaCl2 10% dan dipotong-potong ( Hawkinson ).Cara Kerja : Urine 5 ml dalam tabung kemudian tetesi BaCl2 10% 5 ml kemudian kocok dan saring lalu kertas keringkan dan tetesi dengan fochet 2-3 tetes ( Harrison )

Teteskan beberapa tetes urin lalu keringkan dan tetesi 2-3 tetes fouchet ( Hawkinson )

PEMERIKSAAN FESES

a. Pemeriksaan Makroskopis

Cara : manual

Tujuan : mengetahui keadaan feses secara makroskopis

Bahan pemeriksaan feses segar

Periksa : bau, konsistensi, bau, lendir, darah/pus, dan parasitb. Pemeriksaan mikroskopis

Metode : tanpa pewarnaan ( preparat kering ) manual

Alat dan reagen : lidi, paraffin, gelas objek, dan mikroskop

Cara kerja : feses dioleskan dengan lidi pada gelas objek sampai rata kemudian tetesi dengan 5 tetes paraffin lalul tutup dengan gelas penutup dan kemudian periksa diatas mikroskop

Metode : konsentrasi ( khusus untuk telur cacing ) manual

Alat dan reagen : NaCl jenuh, gelas penutup, beaker glass, gelas objek, pinsetCara kerja : campur feses dengan air sampai jadi suspensi kemudian campur dengan NaCl jenuh sampai jadi suspensi lalu apungkan gelas penutup diamkan setengah jam kemudian ambil gelas penutuup dengan pinset dan taruh diatas gelas objekTUGAS ILMU PENYAKIT DALAMPATHOFISIOLOGI DIC, KEBOCORAN PLASMA DAN TROMBOSITOPENIA PADA DENGUE HEMORAGIC FEVER

TIPE DEMAM DAN PENDEKATAN PENYAKITNYA

PEMERIKSAAN LABORATURIUM RUTIN

DISUSUN OLEH :

WARNADI

41051074

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2006