tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../tinjauan... · secara langsung...

68
Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada proses persidangan di pengadilan negeri Karanganyar Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Dewi Handayani Legowo NIM : E. 1104120 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Upload: lenhi

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada

proses persidangan di pengadilan negeri Karanganyar

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Dewi Handayani Legowo

NIM : E. 1104120

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Page 2: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SAKSI PERKARA PIDANA PADA PROSES PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI

KARANGANYAR

Disusun Oleh : DEWI HANDAYANI L.

NIM : E.1104120

Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing

Edy Herdyanto, S.H., M.H.

NIP. 131 472 194

Page 3: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi ) TINJAUAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SAKSI PERKARA

PIDANA PADA PROSES PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR

Disusun oleh : DEWI HANDAYANI L.

NIM :E. 1104120

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada: Hari : Selasa Tanggal : 22 April 2008

TIM PENGUJI

1. Bambang Santoso, S.H., M.Hum.

Ketua

:

…………………………………….

2. Kristiyadi, S.H., M.H.

Sekretaris

:

…………………………………….

3. Edy Herdyanto, S.H., M.H.

Anggota

:

…………………………………….

MENGETAHUI Dekan,

Mohammad Jamin, S.H.,M.Hum NIP. 131 570 154

Page 4: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah S.W.T penguasa seluruh alam atas seluruh nikmat

dan taufik-Nya. Shalawat atas penghulu para rosal, Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TINJAUAN

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SAKSI PERKARA PIDANA PADA

PROSES PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR”.

Penulisan hukum ini disusun dan diajukan guna melengkapi syarat-syarat

untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak permasalahan dan hambatan baik

secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun

penulisan hukum ini, namun akhirnya dapat terselesaikan juga berkat bantuan dan

uluran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan

ketulusan mendalam, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Moch. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Pranoto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik Penulis selama

penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang selalu memberi motivasi Penulis untuk segera lulus.

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian hukum Acara

sekaligus Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas bimbingannya selama

penulisan skripsi hingga selesai.

4. Bapak Harjono, S.H., M.H. selaku Ketua Program Non Reguler yang telah

memberi masukan kepada penulis.

5. Bapak Sunarjo, S.H., M.Hum. selaku Ketua Pengadilan Negeri

Karanganyar dan bapak Tarwoko, S.H. selaku Panitera Muda Hukum yang

telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian dan mengambil

data di Kejaksaan Negeri Nganjuk.

Page 5: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

6. Bapak Arlandi Triyogo, S.H. selaku Hakim di Pengadilan Negeri

Karanganyar atas bantuan dan informasinya kepada penulis selama

melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Karanganyar.

7. Bapak dan ibu dosen pengajar di FH UNS serta seluruh karyawan dan

karyawati di lingkungan Fakultas hukum Universitas Sebelas Maret.

8. Semua guru-guruku yang telah mengajariku berbagai macam ilmu.

9. Kedua orang tua ayahanda Sajadi dan ibunda Munziati, terimakasih yang

tiada terhingga atas cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan

dengan tulus serta tidak henti-hentinya mendoakan sampai berhasil.

10. Nenekku yang tidak henti-hentinya selalu mendoakan penulis supaya cepat

lulus.

11. Kakakku Gambar Anom yang selalu membuatku ingin menjadi orang yang

lebih baik dan selalu semangat dalam hidup.

12. Adikku Ma’sum Budi P. yang membuatku semangat untuk menulis dan

terimakasih atas bantuannya.

13. Semua keluargaku yang telah membantuku dan memberikan semangat

untuk maju.

14. Teman-temanku Rita, Dani, Tera, Fiah, Maya, Widya, Aulia, Tika, Mbak

Ivul, Dina, Mbak Heter, Wulan, Diana, Anin, Dian, Agus, Ryan, Andre,

Thomas, Hendra dan semua angkatan ’04 Non Reguler yang tidak bisa

disebutkan satu persatu tetap semangat dan terus maju.

15. Teman-temanku SMP Ikah, GP, Andri, Alfa, Tami, Raga, Heri, Widi,

Hanif, Rahmat, Yuni dan semuanya yang telah menyemangati dan

memberikan masukan, kalian adalah terbaik.

16. Teman-teman smansa D’ Sri, Erika, Joko, Ika, Ari, Rika, Mita, Indra dan

semuanya semoga persahabatan kita tidak akan pudar.

17. Semua pihak yang turut membantu serta memperlancar penyusunan

Penulisan Hukum ini. Semoga yang telah diberikan akan mendapat pahala

yang berlipat ganda dari Allah, SWT.

Page 6: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini jauh dari

kesempurnaan, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran ke arah

perbaikan. Semoga Penulisan Hukum ini memberi sedikit banyak manfaat

bagi kita semua, amin.

Surakarta, April 2008

Penulis

Page 7: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : v “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

(QS. Al-Insyrah: 6) v “ Sesungguhnya perkataan (ucapan) yang baik dan pengampunan (maaf)

itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyebut-nyebutnya (ria)”. (QS. Al-Baqarah: 263)

Sepenuh cinta dalam hati,

Penulisan Hukum ini kupersembahkan krepada: · ALLAH S.W.T. yang telah memberikan

rahmat dan hidayah kepada penulis. · Nabi MUHAMAD S.A.W yang telah

memberikan teladan bagi penulis. · Bapak dan Ibu tercinta, yang telah

mencurahkan cinta dan kasih sayangnya tanpa henti, semoga ALLah SWT memberikan balasan surga bagi kalian kelak

· Kakakku tersayang, semoga selalu diberi hidayah oleh ALLAH SWT.

· Adikku tercinta yang telah memberikan keceriaan dan masukan.

· Semua keluargaku, tiada yang lebih membahagiakan diri ini bila mampu membahagiakan kalian dunia akhirat.

Page 8: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL............................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................

iii

HALAMAN MOTTO..........................................................................................

iv

ABSTRAK.............................................................................................................

v

KATA PENGANTAR .........................................................................................

vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................

1

B. Rumusan Masalah....................................................................................

4

C. Tujuan Penelitian........................................................................................

4

D. Manfaat Penelitian......................................................................................

5

E. Metodologi Penelitian................................................................................

5

F. Sistematika Penulisan Hukum...................................................................

9

Page 9: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................

11

A. Kerangka Teori..........................................................................................

11

1. Tinjauan Umum Pemeriksaan Perkara di Pengadilan ........................

11

a. Acara pemeriksaan pidana............................................................

11

b. Prosedur acara pemeriksaan biasa................................................

15

2. Sistem Pembuktian dan Alat Bukti.....................................................

21

a. Sistem pembuktian........................................................................

21

b. Alat bukti yang sah.......................................................................

24

3. Tinjauan Umum tentang Saksi............................................................

28

a. Pengertian saksi............................................................................

28

b. Aturan pemeriksaan saksi di pengadilan ......................................

29

B. Kerangka Pemikiran...................................................................................

33

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................

35

A. Pelaksanaan pemeriksaan saksi berdasar Pasal 160 KUHAP

di Pengadilan Negeri Karanganyar.............................................................

35

B. Pertimbangan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan

Page 10: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

pemeriksaan saksi......................................................................................

49

BAB IV PENUTUP.........................................................................................

53

1. Simpulan...............................................................................................

53

2. Saran.....................................................................................................

55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian penegasan dari Pasal

1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sebagai negara hukum, maka negara termasuk di dalamnya pemerintah dan

lembaga negara dalam melaksanakan tindakan apapun, harus dilandasi oleh

hukum.

Demikian juga masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan hukum, seperti

apa yang diungkapkan oleh Cicero dalam Darwan Prinst sebagai “ Ubi

cocietas ibi ius” yang berarti “Dimana ada masyarakat, di situ ada hukum”.

Hukum diperlukan oleh masyarakat untuk mengatur masyarakat itu sendiri

(Darwan Prinst, 1998: 1).

Tujuan dari dibuatnya suatu hukum adalah untuk mengatur kehidupan

dalam masyarakat di suatu negara dengan cara memaksa anggota masyarakat

tersebut untuk mematuhi hukum tersebut. Jika hukum tidak dipatuhi, untuk

mempertahankan hukum dan hak dalam negara hukum yaitu dengan jalan

beracara, pejabat-pejabat hukum tertentu berhak menentukan hukum secara

konkrit, yaitu hakim dan pengadilan (Yusti Probowati Rahayu, 2005: 17).

Hukum acara pidana adalah keseluruhan hukum mengenai cara

melaksanakan ketentuan hukum pidana. Ancaman hukum pidana itu ditujukan

kepada pelanggaran terhadap nyawa orang, misalnya menggugurkan

kandungan dan pembunuhan. Pelanggaran terhadap badan orang, misalnya

perkelahian dan penganiayaan. Merampas kemerdekaan diri manusia,

misalnya melarikan perempuan. Pelanggaran atas kehormatan orang, misalnya

penghinaan dan pelanggaran atas hak orang lain, misalnya pencurian.

Pelanggaran terhadap keamanan negara, misalnya pemberontakan.

Page 12: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Pelangaaran terhadap negara-negara sahabat dan kepala negaranya (Yusti

Probowati Rahayu, 2005: 18).

Untuk melaksanakan hukum pidana, diperlukan cara-cara yang harus

ditempuh agar ketertiban hukum dalam masyarakat dapat ditegakkan. Cara-

cara itu disebut sebagai hukum acara pidana. Tujuan hukum acara pidana

antara lain dapat dibaca pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP yang

dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman adalah untuk mencari dan mendapatkan

atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang

selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan

ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk

mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu

pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari

pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah

dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan (Andi

Hamzah, 2001: 8).

Het Herziene Inlandsh Reglement (HIR) yang merupakan landasan

peradilan pidana di Indonesia sebelum dikeluarkannya Undang-undang

Republik Indonesia no. 8 tahun 1981, menganut sistem pembuktian negatif.

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) merupakan

pengembangan dari HIR yang kemudian disesuaikan dengan kondisi

Indonesia. KUHAP terdiri atas 22 bab dan disertai penjelasan secara lengkap.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia no. 8 tahun 1981, sistem

peradilan pidana di Indonesia terdiri atas komponen kepolisian, kejaksaan,

pengadilan negeri dan lembaga pemasyarakatan sebagai aparat penegak

hukum. Keempat aparat tersebut memiliki hubungan yang sangat erat satu

sama lain dan saling menentukan.

Proses penyelesaian perkara pidana berdasarkan Undang-undang no. 8

tahun 1981 dimulai dengan penyelidikan oleh penyelidik. Penyelidik

kemudian membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

Page 13: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

penyelidikan kepada penyidik. Setelah selesai pemeriksaan oleh penyidik,

berkas pemeriksaan diserahkan kepada penuntut umum. Tahap berikutnya

adalah proses pemeriksaan perkara pidana di muka sidang pengadilan. Sesuai

dengan ketentuan yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana ada tiga jenis acara pemeriksaan di sidang pengadilan, yaitu acara

pemeriksaan biasa, acara pemeriksaan singkat dan acara pemeriksaan cepat

(acara pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara pemeriksaan pelanggaran

lalu lintas jalan).

Pelaksanaan pemeriksaan perkara pidana di muka sidang pengadilan itu

sangat ditentukan oleh para aparat penegak hukum, apakah benar-benar dapat

melaksanakan tujuan, prisip-prinsip, dan asas-asas yang tercantum dalam

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Dalam Hukum Acara Pidana

yang dicari adalah kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang sebenar-

benarnya. Salah satu cara untuk mencari kebenaran adalah dengan

pemeriksaan pada sidang pengadilan. Pemeriksaan di pengadilan merupakan

puncak proses pembuktian. Dalam KUHAP pemeriksaan di sidang pengadilan

diatur pada Pasal 145 sampai Pasal 232. Khusus mengenai pemeriksaan saksi

di pengadilan diatur dalam Pasal 160 KUHAP bagian pemeriksaan acara

biasa.

Pemeriksaan saksi perkara pidana pada proses persidangan itu

berdasarkan asas unnus tetis nulus tetis (satu saksi bukan saksi) serta

testimonium de auditu (keterangan dari orang lain bukan merupakan alat bukti

yang sah). Di Pengadilan Negeri Karanganyar juga menerapkan asas yang

seperti itu juga. Jadi saksi yang dihadirkan di Pengadilan Negeri Karanganyar

minimal adalah dua orang baru persidangan dapat dilakukan karena adanya

asas satu saksi bukan saksi.

Pelaksanaan pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar itu

dilakukan sacara bersamaan. Hal ini dapat dilakukan karena adanya asas

peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan. Pemeriksaan saksi secara

Page 14: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

bersamaan dapat dilakukan atas persetujuan dari jaksa penuntut umum,

penasehat hukum, dan terdakwa sendiri. Karena berdasarkan asas tersebut,

maka baik penuntut umum maupun hakim berkewajiban memeriksa perkara

terdakwa dengan cepat, terutama terhadap terdakwa yang berada dalam

tahanan. Pelaksanaan pemeriksaan saksi antara yang meringankan dengan

yang memberatkan tidak langsung digabung, tetapi dipisah dan yang

membedakannya adalah waktu pelaksanaan pemeriksaan. Biasanya

pemeriksaan saksi secara bersamaan itu dilakukan dalam perkara pidana yang

sudah cukup bukti tentang kesalahan terdakwa (Faisal Salam, 2001: 281).

Hal ini jelas jika kualitas hidup yang diharapkan semakin lama semakin

meningkat dan untuk penegak hukum tentunya kualitas kerjanya harus juga

semakin meningkat. Tentunya tidak ingin jika proses persidangan tidak

kunjung selesai dan berlarut-larut hanya karena pelaksanaan pemeriksaan

saksi tidak juga selesai.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penulis

berusaha menyusun penelitian hukum dengan judul “TINJAUAN

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SAKSI PERKARA PIDANA PADA

PROSES PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI

KARANGANYAR”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, serta

untuk mencapai sasaran penelitian secara tepat, maka penulis merumuskan

beberapa pokok perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanan pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri

Karanganyar?

2. Apa pertimbangan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan

pemeriksaan saksi?

Page 15: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

C. Tujuan Penelitian

Menyadari bahwa setiap penelitian harus mempunyai tujuan tertentu,

demikian pula penelitian ini juga mempunyai tujuan obyektif dan subyektif

sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan saksi di Pengadilan

Negeri Karanganyar.

b. Untuk menetahui pertimbangan terjadinya penyimpangan dalam

pemeriksaan saksi.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan analitis

penulis, khususnya dalam bidang Hukum Acara Pidana.

b. Untuk mengetahui kesesuaian antara teori yang diperoleh dan

kenyataan yang terjadi dalam praktek kehidupan.

c. Untuk memperoleh data-data sebagai bahan penyusunan penulisan

hukum, untuk memenuhi persyaratan wajib bagi setiap mahasiswa

dalam meraih gelar kesarjanaan Strata 1 Ilmu Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang

didapat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dipergunakan

bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum acara

pidana pada khususnya.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh selama di bangku

perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan yang ada di

lapangan.

Page 16: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

c. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wacana atau

referensi di bidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu

hukum.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai

bekal untuk terjun di dalam lingkungan masyarakat nantinya.

b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan atau berkaitan langsung dengan penelitian ini.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dengan berpedoman pada judul dan perumusan masalah yang

sudah diuraikan, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris.

Penelitian hukum empiris selalu diarahkan kepada identifikasi

(pengenalan) terhadap hukum nyata berlaku, yang implisit berlaku

(sepenuhnya) bukan eksplisit (jelas, tegas) diatur di dalam perundangan

atau yang diuraikan dalam kepustakaan. Pendekatan empiris dimaksudkan

sebagai usaha untuk mengkaji hukum dalam realitas atau kenyataan di

dalam masyarakat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif. Penelitian

deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya (Soejono Soekanto,

1986: 10).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekata yang digunakan adalah pendekatan kualitatf. Pendekatan

kulitatif merupakan tata cara penelitian oleh responden baik secara tertulis

maupun lisan dan perilaku nyata dengan meneliti dan mempelajari obyek

penelitian secara utuh.

Page 17: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

4. Jenis Data

Yang dimaksud data adalah fakta atau keterangan yang diperoleh

dari obyek yang diteliti. Jenis data yang digunakan adalah :

a) Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan, yaitu di

Pengadilan Negeri Karanganyar.

b) Data Sekunder

Merupakan keterangan yang dapat mendukung data primer, data ini

diperoleh melalui studi kepustakaan, literature-literatur, dokumen-

dokumen dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti.

5. Sumber Data

Sumber data yang diambil dalam penelitian ini meliputi 2 bagian

yaitu :

a) Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan, dalam

hal ini Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar.

b) Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang memberikan keterangan pendukung bagi

sumber data primer, meliputi :

1) Bahan Hukum Primer yaitu Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (Undang-undang No.8/1981 tentang Hukum Acara Pidana)

2) Bahan Hukum Sekunder yaitu buku-buku tentang hukum acara

pidana, pemeriksaan saksi, alat bukti serta tentang peradilan

pidana.

6. Teknik Pengumpulan Data

Merupakan teknik untuk pengumpulan data dari salah satu atau

beberapa sumber data yang ditentukan. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

Page 18: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

a) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mendapatkan

keterangan atau informasi secara langsung dari keterangan Hakim

Pengadilan Negeri Karanganyar di lokasi penelitian yang merupakan

pihak yang terkait langsung dengan obyek penelitian.

b) Studi Dokumen

Merupakan alat pengumpul data tertulis. Studi dokumen

dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur,

peraturan perundang-undangan, surat kabar, majalah, jurnal, dan

dokumen resmi yang terkait dengan permasalahan yang sesuai dengan

dasar penyusunan penulisan hukum ini.

c) Observasi

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

tehadap obyek penelitian. Pengamatan dapat dilakukan dengan cara

terlibat atau tidak terlibat.

7. Teknik Analisis Data

Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif terdapat tiga komponen

analisis yaitu :

a) Reduksi data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyedehanaan dan

abstraksi data dari fieldnote. Proses reduksi ini diawali sebelum

pelaksanaan pengumpulan data dan berlangsung terus sampai laporan

akhir penelitian selesai disusun.

b) Sajian data

Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi, dalam

bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat

dilakukan.

c) Penarikan kesimpulan/ Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami

apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan

Page 19: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi

yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Peneliti

yang ahli menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, namun tetap

terbuka dan bersifat skeptis. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap di situ,

yang pada waktu awalnya mungkun kurang jelas, kemudian semakin

meningkat secara eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin

kuat.

Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan aktivitasnya

dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya maupun dengan

proses pengumpulan data dalam proses yang terbentuk siklus. Teknik

analisis ini disebut model analisis interaktif, dengan alasan bahwa

penelitian untuk penyusunan penulisan hukum ini bersifat deskriptif.

Untuk lebih jelasnya model analisis interaktif dapat digambarkan sebagai

berikut (HB. Sutopo, 2002: 91-95) :

Gambar. 1

Model Analisis Interaksi

(H. B. Sutopo, 2002: 96)

Sajian data

Penarikan simpulan/verikasi

Reduksi data

Pengumpulan data

Page 20: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

F. Sistematika Penulisan Hukum

Agar penulisan hukum ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan

sesuai apa yang hendak dituju dan dimaksud dengan judul penulisan hukum,

maka dalam sub bab ini penulis akan membuat sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika skripsi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka

teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi tinjauan

umum tentang Pemeriksaan Perkara di Pengadilan, Alat bukti

dan Sistem Pembuktian serta tinjauan umum tentang Saksi.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ketiga ini berisi tentang pokok-pokok permasalahan yang

ingin diungkapkan berdasarkan dari rumusan masalah yaitu

tentang Pelaksanaan Pemeriksaan Saksi berdasar Pasal 160

KUHAP di Pengadilan Negeri Karanganyar serta Pertimbangan

terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pemeriksaan saksi.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisikan

kesimpulan-kesimpulan yang didapat dan diambil dari penelitian

dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 21: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Pemeriksaan Perkara di Pengadilan

a. Acara Pemeriksaan Pidana

Pengadilan Negeri adalah suatu badan peradilan di lingkungan

peradilan umum, secara organisatoris administratif berkedudukan di

bawah Mahkamah Agung. Perkara pidana yang disidangkan adalah

perkara yang melanggar hukum pidana sehingga bagi si pelanggar

dapat dijatuhi hukuman pidana (Moch. Faisal Salam, 2001: 271).

Pada prinsipnya susunan Pengadilan Negeri dalam memeriksa

dan mengadili perkara-perkara pidana, berupa suatu majelis atau team

yang terdiri dari seorang ketua dan 2 (dua) orang hakim anggota dan

seorang panitera pengganti. Pengecualian terhadap pemeriksaan dan

peradilan secara majelis ini ialah hanya mengenai peradilan perkara-

perkara yang disebut perkara-perkara dengan acara cepat. Karena

hanya dengan hakim tunggal (Mahkamah Agung RI, 1994: 163).

Dalam Bab XVI KUHAP membedakan acara pemeriksaan

perkara di sidang pengadilan negeri. Dasar perbedaan dari tata cara

pemeriksaan, ditinjau dari segi jenis tindak pidana yang diadili ada

pada satu segi, dan dari segi mudah atau sulitnya pembuktian perkara

pada pihak lain. Atas perbedaan pemeriksaan tersebut, dikenal tiga

jenis acara pemeriksaan perkara pada sidang pengadilan negeri, yaitu :

1) Acara Pemeriksaan Biasa

2) Acara Pemeriksaan Singkat

Page 22: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

3) Acara Pemeriksaan cepat

a) Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan

b) Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

Berikut ini akan diuaraikan satu per satu mengenai ketiga jenis acara

pemeriksaan perkara di sidang pengadilan negeri.

1) Acara Pemeriksaan Biasa.

Ditinjau dari segi pengaturan dan kepentingan, acara

pemeriksaan biasa yang paling luas pengaturannya yaitu dalam

Pasal 152 s/d 202. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam

acara pemeriksaan biasa inilah dilakukan pemeriksaan perkara-

perkara tindak pidana kejahatan berat, sehingga fokus pengaturan

acara pemeriksaaan terletak pada ketentuan-ketentuan yang diatur

dalam Pasal-pasal acara pemeriksaan biasa. Umumnya yang

diperiksa dengan acara biasa itu perkara tindak pidana yang

ancaman hukumannya 5 tahun keatas, dan masalah pembuktiannya

memerlukan ketelitian.

Untuk perkara-perkara yang menarik perhatian masyarakat

atau yang ancaman pidananya di atas 9 (sembilan) tahun agar

Ketua mempelajari apakah perkara itu termasuk wewenang

Pengadilan yang dipimpinnya, bila bukan merupakan

wewenangnya maka, Ketua mengeluarkan surat penetapan yang

menyatakan bahwa perkara tidak termasuk wewenang pengadilan

yang dipimpinnya. Akan tetapi termasuk wewenang Pengadilan

Negeri lain dan memerintahkan panitera menyerahkan surat

pelimpahan perkara kepada Pengadilan Negeri lain (Mahkamah

Agung RI, 1994: 168).

2) Acara Pemeriksaan Singkat

Mengenai acara pemeriksaan singkat diatur dalam Bagian

Kelima Bab XVI Pasal 203 dan Pasal 204. Acara pemeriksaan

singkat (summiere procedure) pada prinsipnya sama dengan acara

Page 23: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

pemeriksaan biasa, akan tetapi dalam pemeriksaan singkat ini

pembuktian serta penerapan hukum mudah dan sifatnya sederhana,

hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 203 ayat (1) KUHAP.

Perbedaan dengan acara pemeriksaan biasa adalah pada acara

pemeriksaan singkat penuntut umum tidak membuat surat

dakwaan, cukup memberitahukan alasannya secara lisan tentang

tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa.

Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh

penuntut umum ke persidangan dapat dilakukan pada hari-hari

persidangan tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri

yang bersangkutan. Sebelum Ketua Pengadilan Negeri

mengeluarkan penetapan hari persidangan perkara dengan acara

singkat, sebaiknya mengadakan kesepakatan dengan Kepala

Kejaksaan setempat demi kelancaran persidangan. Penunjukan

team-team Hakim dan hari-hari persidangan disesuaikan dengan

keadaan di daerah masing-masing (Mahkamah Agung RI, 1994:

165).

3) Acara Pemeriksaan Cepat

Acara pemeriksaan cepat diatur dalam Bagian Keenam Bab

XVI terdiri dari 2 paragraf, yaitu paragraf 1 mengenai Pemeriksaan

Tindak Pidana Ringan dan paragraf 2 mengenai Acara

Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan. Yang

diartikan dan termasuk perkara-perkara dengan acara cepat adalah

perkara-perkara pidana sipil yang diancam dengan hukuman tidak

lebih dari 3 (tiga) bulan penjara atau denda Rp. 7.500,-- (Pasal 205

ayat (1) KUHAP) yang mencakup tindak pidana ringan,

pelanggaran lalu lintas (Pasal 211 KUHAP beserta penjelasannya)

juga kejahatan “penghinaan ringan” yang dimaksudkan dalam

Pasal 315 KUHP.

Page 24: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Dan diadili oleh hakim Pengadilan Negeri dengan tanpa

ada kewajiban penuntut umum untuk menghadirinya kecuali

bilamana sebelumnya penuntut umum menyatakan keinginannya

untuk hadir pada siding itu. Jadi pada pokoknya yang dimaksud

perkara-perkara semacam tersebut di atas ialah antara lain perkara-

perkara pelanggaran lalu lintas, pencurian ringan (Pasal 364

KUHP), penggelapan ringan (Pasal 373 KUHP), penadahan ringan

(Pasal 482 KUHP), dan sebagainya.

a) Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan.

Acara pemeriksaan tindak pidana ringan diatur dalam

Pasal 205 s/d Pasal 210. Pada acara pemeriksaan tindak pidana

ringan ini tidak dihadir oleh penuntut umum dan juga tidak

dibuat surat dakwaan.

Penyidik atas kuasa penuntut umum dalam waktu tiga

hari sejak berita acara pemeriksaan dibuat, mengajukan

terdakwa beserta barang bukti, saksi, ahli dan juru bahasa di

sidang pengadilan. Kedudukan penyidik disejajarkan dengan

penuntut umum, namun bukan berarti penyidik melaksanakan

putusan pengadilan, penuntut umum tetap melaksanakan

putusan pengadilan sesuai Pasal 270 KUHAP.

Persidangan dalam perkara tindak pidana ringan tidak

berbentuk majelis, cukup dipimpin oleh seorang hakim/hakim

tunggal (unus judex) dan pemeriksaan persidangannya telah

ditetapkan pada hari-hari tertentu (rol dag). sedangkan putusan

pengadilan adalah putusan tingkat pertama dan terakhir,

sehingga tidak ada upaya hukum lain, kecuali dalam hal

dijatuhkan pidana perampasan kemerdekaan terdakwa dapat

diminta banding.

Page 25: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

b) Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan.

Pengaturannya pada Pasal 211 s/d Pasal 216 KUHAP.

Sesuai Pasal 211 KUHAP, yang diperiksa adalah perkara

pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan

lalu lintas jalan.

Sebagaimana dalam Pasal 212 KUHAP untuk perkara

pelanggaran lalu lintas jalan tidak diperlukan berita

pemeriksaan, karena itu catatan seperti dimaksud dalam Pasal

207 ayat (1) huruf a segera diserahkan kepada pengadilan

selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama

berikutnya. Dalam pemeriksaan menurut acara pemeriksaan

pelanggaran lalu lintas, terdakwa boleh mewakilkan di sidang

sebagaimana diatur Pasal 213 KUHAP.

Dalam hal putusan dijatuhkan di luar hadirnya terdakwa

dan putusan itu berupa perampasan kemerdekaan, terdakawa

dapat mengajukan perlawanan dalam waktu 7 hari setelah

putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa. Dengan

adanya perlawanan itu putusan di luar hadirnya terdakwa

menjadi gugur. Jika putusan setelah diajukan perlawanan tetap

berupa pidana sebagaimana dimaksud Pasal 214 ayat (4)

KUHAP, terhadap putusan tersebut terdakwa dapat

mengajukan banding (Faisal Salam, 2001: 310-318).

b. Prosedur Acara Pemeriksaan Biasa.

Setelah penuntut umum mempelajari hasil penyidikan dan

memahami kasus posisi perkara tindak pidana yang telah terjadi,

mengumpulkan alat-alat bukti serta berpendapat hal itu dapat

dilakukan penuntutan, maka penuntut umum membuat surat dakwaan

(Pasal 140 ayat (1) KUHAP). Kemudian menerbitkan surat pelimpahan

Page 26: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

perkara acara pemeriksaan biasa kepada Ketua Pengadilan Negeri

untuk menetapkan hari persidangan, pemanggilan terdakwa,

pemanggilan saksi-saksi serta mengeluarkan penetapan untuk tetap

menahan terdakwa (Leden Marpaung, 1992: 363).

Sehingga prosedur acara pemeriksaan biasa itu adalah :

1) Pembacaan Surat Dakwaan

a) Hakim Ketua Majelis membuka sidang dan menyatakan sidang

terbuka untuk umum, kecuali perkara kesusilaan atau terdakwa

di bawah umur sidang tertutup untuk umum.

b) Terdakwa hadir di persidangan.

c) Hakim menanyakan identitas terdakwa dan kesiapan mengikuti

persidangan.

d) Hakim menanyakan apakah terdakwa didampingi Penasihat

Hukum, apabila didampingi Hakim menanyakan surat kuasa

dan surat izin beracara.

e) Hakim mengingatkan terdakwa untuk memperhatikan apa yang

terjadi selama persidangan.

f) Hakim mempersilahkan Jaksa Penuntut Umum untuk

membacakan surat dakwaannya.

g) Hakim menanyakan apakah terdakwa mengerti isi dan maksud

surat dakwaan jika tidak mengerti, maka Hakim menjelaskan

secara sederhana.

h) Hakim menanyakan kepada terdakwa/Penasihat Hukumnya

apakah akan mengajukan eksepsi.

i) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

2) Eksepsi (jika ada)

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

Page 27: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

c) Hakim menanyakan apakah terdakwa/Penasihat Hukumnya

sudah siap dengan eksepsinya.

Dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP, definisi eksepsi tidak

dirumuskan secara jelas. Istilah yang digunakan adalah

“keberatan”. Kepada terdakwa/penasihat hukumnya diberi hak

untuk mengajukan keberatan.

d) Hakim mempersilahkan terdakwa/penasihat hukumnya untuk

membacakan eksepsinya.

e) Hakim menanyakan kesiapan Jaksa Penuntut Umum untuk

memberikan tanggapan atas eksepsi terdakwa. Apabila Jaksa

Penuntut Umum akan menanggapi eksepsi, maka sidang

ditunda untuk pembacaan tanggapan Jaksa Penuntut Umum.

Apabila tidak akan menanggapi eksepsi, maka sidang ditunda

untuk pembacaan Putusan Sela.

f) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

3) Tanggapan Jaksa Penuntut Umum.

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Hakim menanyakan apakah Jaksa Penuntut Umum sudah siap

dengan tanggapannya.

d) Hakim mempersilahkan Jaksa Penuntut Umum untuk

membacakan tanggapannya.

e) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

4) Putusan Sela.

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Hakim Ketua Majelis membacakan Putusan Sela.

Isi Putusan Sela : Majelis menerima eksepsi yang diajukan

terdakwa.

d) Hakim menanyakan apakah Jaksa Penuntut Umum sudah siap

dengan pembuktian.

Page 28: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

e) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

5) Pembuktian (pemeriksaan saksi/saksi ahli).

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Hakim memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum/

Penasihat Hukum untuk menghadirkan saksi/saksi ahli ke ruang

sidang, terdakwa menempati tempatnya di samping Penasihat

Hukum.

d) Hakim menanyakan kesehatan, identitas saksi/saksi ahli serta

apakah saksi mempunyai hubungan sedarah atau semenda atau

hubungan pekerjaan dengan terdakwa.

e) Saksi/saksi ahli disumpah.

f) Hakim mengajukan pertanyaan kepada saksi/saksi ahli

(diperjelas dengan dialog).

g) Jaksa Penuntut Umum mengajukan pertanyaan kepada

saksi/saksi ahli (diperjelas dengan dialog).

h) Penasihat Hukum mengajukan pertanyaan kepada saksi/ saksi

ahli (diperjelas dengan dialog).

i) Hakim menanyakan kepada terdakwa apakah keterangan yang

diberikan saksi benar/tidak.

j) Jaksa Penuntut Umum memperlihatkan barang bukti di

persidangan.

k) Hakim menanyakan kepada terdakwa dan saksi-saksi mengenai

barang bukti tersebut. Hakim meminta Jaksa Penuntut Umum,

Penasihat Hukum, Terdakwa dan saksi untuk maju ke muka

sidang dan memperlihatkan barang bukti tersebut.

l) Pemeriksaan saksi selesai, terdakwa diperintahkan untuk duduk

kembali di depan majelis.

m) Hakim minta terdakwa dalam memberikan keterangan jangan

berbelit-belit agar persidangan berjalan lancar. Hakim

mengajukan pertanyaan kepada terdakwa.

Page 29: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

n) Jaksa Penuntut Umum mengajukan pertanyaan kepada

terdakwa (diperjelas dengan dialog).

o) Penasihat Hukum mengajukan pertanyaan kepada terdakwa

(diperjelas dengan dialog).

p) Setelah pemeriksaan saksi/saksi ahli, terdakwa serta baranng

bukti, Hakim menanyakan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk

menyiapkan tuntutannya.

q) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

6) Pembacaan Tuntutan (Requisitoir).

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutannya.

d) Hakim menanyakan kepada Penasihat Hukum apakah akan

mengajukan pembelaan.

e) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

7) Pembacaan Pembelaan (pledooi).

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Penasihat Hukum membacakan pembelaannya.

d) Hakim menanyakan kepada Jaksa Penuntut Umum apakah akan

mengajukan replik.

e) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

8) Pembacaan Tanggapan dari Jaksa Penuntut Umum atas Pleidoi

Penasihat Hukum (Replik).

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Hakim mempersilahkan Jaksa Penuntut Umum membacakan

repliknya.

d) Hakim menanyakan kepada Penasihat Hukum apakah akan

mengajukan duplik.

e) Hakim Ketua Majelis menyatakan sidang ditunda.

Page 30: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

9) Pembacaan Tanggapan dari Penasihat Hukum atas Replik dari

Jaksa Penuntut Umum (Duplik).

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang.

c) Hakim mempersilahkan Penasihat Hukum membacakan

dupliknya.

d) Sidang ditunda untuk pembacaan putusan.

10) Pembacaan Putusan

a) Hakim ketua majelis membuka sidang seperti sebelumnya.

b) Terdakwa hadir di ruang sidang. Jika tidak hadir, Hakim

menanyakan alasannya, jika alasan memungkinkan Hakim

ketua menunda sidang.

c) Hakim menanyakan kesehatan terdakwa dan apakah siap untuk

mengikuti persidangan pembacaan putusan.

d) Pembacaan Putusan terdakwa diperintahkan berdiri.

(1) Putusan dibacakan oleh majelis secara bergantian, untuk

putusan akhir dibacakan Hakim Ketua. Dan saat amar

putusan dibacakan terdakwa diperintahkan berdiri.

(2) Putusan dibacakan dengan: “Demi Keadilan Berdasrkan

Ketuhanan Yang Maha Esa”.

(3) Putusan memuat identitas terdakwa.

(4) Putusan memuat isi surat dakwaan.

(5) Putusan memuat pertimbangan hukum.

(6) Putusan pidana (vonis hakim), dalam keterangan dilengkapi

dengan : Vonis ;…tahun.

(7) Putusan memuat hari dan tanggal diadakannya rapat

musyawarah majelis.

(5) Hakim Ketua bertanya kepada terdakwa apakah sudah

mengerti isi putusan. Atas putusan tadi terdakwa

mempunyai hak menolak atau menerima putusan,

mempelajari atau menerima putusan, mempelajari putusan

Page 31: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

sebelum menerima atau pikir-pikir, minta penagguhan

pelaksanaan putusan untuk grasi. Hakim menanyakan akan

menggunakan hak yang mana.Terdakwa diberi waktu untuk

konsultasi dengan Penasihat Hukumnya.

(6) Hakim bertanya tentang hasil konsultasi terdakwa.

Jika terdakwa tidak menerima putusan sidang, maka dapat

mengajukan upaya hukum yaitu banding.

(7) Hakim bertanya kepada Jaksa Penuntut Umum tentang

tanggapannya atas putusan pengadilan.

(8) Sidang ditutup.

2. Sistem Pembuktian dan Alat Bukti

a. Sistem Pembuktian

Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi

penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-

undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa.

Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti

yang dibenarkan undang-undang yang boleh dipergunakan hakim

membuktikan kesalahan yang didakwakan (Yahya Harahap, 2002:

273).

Teori sistem pembuktian antara lain:

1) Conviction-in Time

Pembuktian yang menentukan salah tidaknya terdakwa

hanya berdasarkan penilaian “keyakinan” Hakim. Sistem

pembuktian ini sudah barang tentu mengandung kelemahan, yaitu

hakim dapat saja menjatuhkan hukuman pada seorang terdakwa

semata-mata atas “dasar keyakinan” belaka tanpa didukung oleh

alat bukti yang cukup.

Page 32: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Sebaliknya hakim leluasa membebaskan terdakwa dari

tindak pidana yang dilakukan walaupun kesalahan terdakwa telah

cukup terbukti dengan alat-alat bukti yang lengkap, selama hakim

tidak yakin atas kesalahan terdakwa. Jadi, dalam sistem

pembuktian conviction-in time, sekalipun kesalahan terdakwa

sudah terbukti, pembuktian yang cukup itu dapat dikesampingkan

keyakinan hakim. Sebaliknya walaupun kesalahan terdakwa “tidak

terbukti” berdasar alat-alat bukti yang sah, terdakwa bisa

dinyatakan bersalah, semata-mata atas “dasar keyakinan” hakim.

2) Conviction-Raisonee

Pembuktian yang menentukan salah tidaknya terdakwa

berdasarkan penilaian “keyakinan” Hakim yang didukung alasan

yang jelas. Keyakinan hakim harus mempunyai alasan yang logis

dan benar-benar dapat diterima akal. Tidak semata-mata atas dasar

keyakinan yang tertutup tanpa uraian alasan yang masuk akal.

3) Pembuktian menurut undang-undang secara positif

Pembuktian yang menentukan salah tidaknya terdakwa

hanya berdasarkan alat bukti yang ditentukan dalam undang-

undang. Pembuktian menurut undang-undang secara positif

merupakan pembuktian yang bertolak belakang dengan sistem

pembuktian menurut keyakinan atau conviction-in time. Jadi dalam

sistem ini, hakim seolah-olah “robot pelaksana” undang-undang

yang tidak memiliki hati nurani. Sistem ini benar-benar menuntut

hakim wajib mencari dan menemukan kebenaran salah atau

tidaknya terdakwa sesuai dengan alat-alat bukti yang ditentukan

undang-undang.

4) Pembuktian menurut undang-undang secara negatif (negatief

wettelijk stelsel)

Pembuktian yang menentukan salah tidaknya terdakwa

berdasarkan alat bukti yang ditentukan dalam undang-undang dan

keyakinan Hakim. Sistem pembuktian menurut undang-undang

Page 33: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

secara negatif merupakan keseimbangan antara kedua sistem yang

saling bertolak belakang secara ekstrem.

Sistem pembuktian yang dianut di Indonesia adalah sebelum

KUHAP yaitu HIR menganut negatief wettelijk stelsel dengan minimal

pembuktian, yaitu satu saksi bukan saksi. Sesudah KUHAP negatief

wettelijk stelsel dalam Pasal 183 KUHAP “Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah

yang bersalah melakukannya”. Dan Pasal 6 ayat (2) UU No.4/2004

“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan

karena alat pembuktian pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat

pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan

bahwa seorang yang dianggap dapat bertanggung jawab telah bersalah

atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.

Kecenderungan pembuktian dalam praktek penegakan hukum

adalah dengan pendekatan sistem pembuktian menurut undang-undang

secara positif dengan alasan kelalaian hakim mencantumkan rumusan

keyakinannya dalam suatu putusan tidak mengakibatkan batalnya

putusan. Jika kesalahan terdakwa telah benar-benar terbukti

berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang akan

membantu dan mendorong hati nurani hakim untuk meyakni kesalahan

terdakwa. Dan keyakinan hakim hanya sebagai pelengkap dan unsur

formil dalam model putusan.

Prinsip minimum pembuktian adalah hakim hanya boleh yakin

atas kesalahan terdakwa apabila dalam persidangan sudah diperoleh

minimal dua alat bukti. Hanya dengan dua alat bukti sah menurut

undang-undang hakim boleh menyatakan tindak pidana yang

didakwakan sudah terbukti dan boleh menjatuhkan pidana kepada

Page 34: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

terdakwa. Pengecualian asas minimum pembuktian dalam acara

pemeriksaan cepat (tipiring dan perkara pelanggaran lalu lintas).

Karena dalam acara pemeriksaan cepat keyakinan hakim cukup

didukung satu alat bukti (M.Yahya Harahap, 2003: 277-285).

b. Alat Bukti yang Sah

Alat-alat bukti yang sah, adalah alat-alat yang ada

hubungannya dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut

dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan

keyakinan bagi hakim, atas keberatan adanya suatu tindak pidana yang

telah dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst, 1998: 135).

Adapun alat-alat bukti yang sah menurut Pasal 184 (1)

KUHAP, adalah:

1) Keterangan saksi

2) Keterangan ahli

3) Surat

4) Petunjuk

5) Keterangan terdakwa

Penjelasan dari masing-masing alat bukti yang sah adalah sebagai

berikut :

1) Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara

pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa

pidana yang saksi dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri,

dengan meyebut alasan dari pengetahuannya itu (Pasal 1 butir 27

KUHAP).

Dalam keterangan saksi tidak termasuk keterangan yang

diperoleh dari orang lain atau Testimonium De Auditu. Syarat

keterangan saksi sebagai alat bukti yang sah adalah:

Page 35: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

a) Syarat formil : bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap

sah, apabila diberikan di bawah sumpah. Keterangan saksi yang

tidak di bawah sumpah hanya boleh dipergunakan sebagai

penambah penyaksian yang sah.

b) Syarat materiel : bahwa keterangan seorang saksi saja tidak

dapat dianggap sah sebagai alat pembuktian (Unus Testis Nulus

Testis). Akan tetapi keterangan seorang saksi, adalah cukup

untuk alat pembuktian salah satu unsur kejahatan yang

dituduhkan (Darwan Prinst, 1998: 135).

2) Keterangan Ahli

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh

seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang

diperlukan untuk membuat terang tentang suatu perkara pidana,

guna kepentingan pemeriksaan (Pasal 1 butir 28 KUHAP).

Menurut Pasal 186 KUHAP, keterangan ahli ialah apa yang

seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan tersebut

diberikan setelah mengucapkan sumpah atau janji dihadapan

Hakim. Penyidik karena kewajibannya mempunyai wewenang

untuk mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara (Pasal 7 (1) h KUHAP).

Ahli yang dimaksud dalam Pasal ini, misalnya ahli kedokteran

kehakiman, ahli balistik, ahli kimia, ahli farmasi, ahli toxin dan

lain-lain. Keterangan dari ahli tersebut diberikan demi keadilan

(Darwan Prinst, 1998: 141).

Keterangan para ahli dapat diberikan dalam dua bentuk

yaitu dalam bentuk tertulis dan lisan, dimana keterangan itu

diberikan oleh ahli yang bersangkutan di depan sidang pengadilan

(Faisal Salam, 2001: 298).

Page 36: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

3) Surat

Alat bukti surat diatur dalam Pasal 187 KUHAP, sebagai

berikut : surat sebagaimana tersebut dalam Pasal 184 (1) c

KUHAP, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

sumpah, adalah :

a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

Pejabat Umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya

yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

didengar, dilihat atau dialami sendiri, disertai dengan alasan

yang jelas dan tegas tentang keterangan itu;

b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal

yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung

jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal

atau sesuatu keadaan;

c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal yang atau

sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;

d) Surat lain yang hanya berlaku jika ada hubungannya dengan isi

dari alat pembuktian yang lain.

Contoh alat bukti surat adalah Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) yang dibuat oleh polisi, BAP Pengadilan, Berita Acara

Penyitaan, Surat Perintah Penangkapan, Surat Perintah Penahanan,

Surat Izin Penggeledahan, Surat Izin Penyitaan dan lain-lain

(Darwan Prinst, 1998: 143).

Mengenai alat bukti surat Andi Hamzah mendefinisikan

“surat” Asser-Anema sebagai berikut: “Surat-surat ialah segala

sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapat dimengerti,

dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran” (Andi Hamzah, 2002:

271).

Page 37: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

4) Petunjuk

Petunjuk sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 188

KUHAP, sebagai berikut:

a) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena

persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain,

maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa

telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

b) Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hanya dapat

diperoleh dari:

(1) keterangan saksi;

(2) surat;

(3) keterangan terdakwa;

c) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam

setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi

bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh

kecermatan dan keseksamaan berdasrkan hati nuraninya.

5) Keterangan Terdakwa

Pasal 189 KUHAP, mengatur tentang keterangan terdakwa

sebagai berikut:

a) Keterangan terdakwa, ialah apa yang terdakwa nyatakan di

sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui

sendiri atau alami sendiri;

b) keterangan terdakwa yang dinerikan di luar sidang dapat

digunakan untuk membantu menemukan buktu di sidang,

asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah

sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.

c) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya

sendiri;

Page 38: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

d) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan,

bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan

kepadanya, melainkan harus disertai alat bukti yang lain

(Darwan Prinst, 1998: 145).

Keterangan terdakwa menurut Andi Hamzah adalah apa

yang ia nyatakan di sidang tentang perbuatan apa yang

dilakukannya disertai dengan keterangan dari keadaan tertentu.

Maksudya agar keterangan terdakwa di depan sidang pengadilan

harus disertai dengan cara bagaimana ia melakukan perbuatannya.

Serta terdakwa harus menerangkan cara-cara ia melakukan

perbuatan itu (Djoko Prakoso,1988: 105).

3. Tinjauan Umum Tentang Saksi

a. Pengertian Saksi

Saksi berdasarkan Pasal 160 ayat (4) itu terdiri atas dua macam

yaitu saksi dan ahli. Saksi yaitu keterangan seorang saksi yang menjadi

korban kejahatan atau orang yang melihat, mendengar dengan mata

kepala sendiri dengan menguraikan secara rinci atas kejadian yang ia

ketahui. Saksi tidak diperkenankan memberikan pendapat atau

konklusi. Persangkaan ataupun perkiraan yang istimewa yang terjadi

karena kata akal, bukan merupakan kesaksian.

Ahli adalah keterangan seseorang yang ahli dalam suatu

bidang, misal ahli tanda tangan atau tulisan, ahli senjata api, dokter

kehakiman, ahli farmasi. Maka keterangan para saksi baik saksi biasa

maupun saksi ahli, merupakan alat bukti yang sah (Pasal 184 KUHAP)

(Faisal Salam, 2001: 285).

Page 39: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Pasal 1 butir 26 KUHAP mengatur tentang saksi, saksi adalah

orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan

penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana

yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan

menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

Saksi dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang perlindungan saksi

dan korban adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri,

dan/ atau ia alami sendiri.

Saksi dalam kamus hukum adalah orang yang menetahui

dengan jelas mengenai sesuatu karena melihat sendiri atau karena

pengetahuannya (saksi ahli). Dalam memberikan keterangan di

pengadilan, seorang saksi harus disumpah menurut agamanya agar

supaya apa yang diterangkannya itu mempunyai kekuatan sebagai alat

bukti (J.C.T. Simorangkir, dkk, 2000: 151).

Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian

menjadi saksi tercantum dalam Pasal 168 KUHAP, yaitu:

1) keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke

bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersam-sama

sebagai terdakwa;

2) saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,

saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai

hubungan karena perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa

sampai derajat ketiga;

3) suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang

bersama-sama sebagai terdakwa (Andi Hamzah, 2002: 256).

Page 40: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

b. Aturan Pemeriksaan Saksi di Pengadilan

Sidang dikatakan lancar apabila dalam sidang pertama,

kegiatan yang terjadi di pengadilan negeri adalah pembacaan surat

dakwaan, eksepsi terdakwa/penasihat hukum, tanggapan/pendapat

penuntut umum atas eksepsi. Pada hari sidang kedua, penuntut umum

memanggil para saksi yang menurut perkiraannya dapat didengar di

sidang pada hari itu.

Saksi yang tidak memenuhi panggilan, tanpa alasan meskipun

telah dipanggil dengan sah diatur dalam Pasal 159 ayat (2) “Dalam hal

saksi tidak hadir, meskipun telah dipanggil dengan sah dan Hakim

Ketua Sidang mempunyai cukup alasan untuk menyangka bahwa saksi

itu tidak akan mau hadir, maka hakim ketua sidang dapat

memerintahkan supaya saksi tersebut dihadapkan ke persidangan”.

Saksi yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang

menjadi saksi (Pasal 160 ayat (1) huruf b).

Setelah saksi dihadapkan ke persidangan, hakim ketua sidang

memeriksa identitas saksi tersebut dan hubungan kekeluargaan saksi

dengan terdakwa apakah pernah hubungan suami/istri dengan terdakwa

dan apakah pernah ada hubungan kerja dengan terdakwa. Hal ini

penting agar dapat menentukan kualitas keterangan yang diberikan

saksi tersebut (Pasal 160 ayat (2) KUHAP). Sebelum saksi memberi

keterangan wajib mengucapkan sumpah/janji menurut agama yang

dianutnya (Pasal 160 ayat (3) KUHAP).

Dalam hal saksi/saksi ahli menolak untuk bersumpah tanpa

alasan yang sah, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan

sedang ia dapat disandera paling lama 14 hari berdasarkan penetapan

hakim (Pasal 161 ayat (1) KUHAP). Meskipun telah disandera,

saksi/ahli tersebut menolak juga untuk bersumpah, maka keterangan

Page 41: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

yang telah diberikan merupakan keterangan yang dapat menguatkan

keyakinan hakim (Pasal 161 ayat (2) KUHAP). Seseorang berdasarkan

keagamaan/kepercayaan harus bersumpah di tempat tertentu/di luar

sidang maka hakim memberikan perintah untuk itu dan menunjuk

panitera untuk menghadirinya yang selanjutnya membuat berita

acaranya (Pasal 223 KUHAP).

Keterangan yang diberikan seorang saksi secara benar dan

tidak lain dari yang sebenarnya adalah apa yang dilihatnya sendiri,

didengarnya sendiri serta dialami sendiri terhadap kasus/perkara itu.

Jika saksi memberi keterangan yang berbeda dengan yang tercantum

pada Berita Acara Pemeriksaan, maka hakim ketua sidang

mengingatkan saksi tersebut dan menanyakan alasan mengenai

perbedaan itu (Pasal 163 KUHAP).

Terhadap saksi, hakim ketua sidang dan hakim anggota

menanyainya. Kemudian hakim ketua sidang menanyakan pendapat

terdakwa tentang keterangan saksi tersebut (Pasal 164 ayat (1)

KUHAP). Penuntut umum dan penasihat hukum terdakwa dengan

perantaraan hakim ketua sidang diberi kesempatan untuk menanyakan

saksi (Pasal 164 ayat (2) KUHAP). Pertanyaan yang diajukan penuntut

umum maupun penasihat hukum, dapat ditolak oleh hakim ketua

sidang dengan memberi alasan : tidak relevan, sangat bersifat pribadi

dan pertanyaan menjerat (Pasal 166 KUHAP).

Hakim ketua sidang oleh sesuatu alasan, dapat mendengar

keterangan saksi tanpa hadirnya terdakwa. Untuk itu, terdakwa

diperintahkan agar di keluarkan dari ruang sidang, tetapi keterangan

saksi tersebut diberitahukan kepada terdakwa, pemeriksaan perkara

tidak boleh diteruskan (Pasal 174 KUHAP).

Page 42: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Jika seorang saksi memberikan keterangan yang menurut

pendapat hakim ketua sidang disangka palsu, maka ia memperingati

dengan sungguh-sungguh dengan mengemukakan ancaman hukuman

apabila saksi tersebut tetap memberikan keterangan palsu (Pasal 174

ayat (1) KUHAP). Walaupun telah diperingati namun saksi tersebut

masih memberi keterangan palsu, maka hakim ketua sidang karena

jabatannya atau atas permintaan penuntut umum atau terdakwa/

penasihat hukum, dapat memberikan perintah agar saksi tersebut

ditahan untuk selanjutnya dituntut dengan dakwaan sumpah palsu.

Panitera segera membuat BAP sidang yang memuat keterangan saksi

yang disangka palsu tersebut dengan menyebut alasan-alasannya dan

ditandatangani oleh hakim ketua sidang dan panitera. Berita Acara

tersebut segera diserahkan kepada penuntut umum (Leden Marpaung,

1992: 387-392).

Page 43: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

B. Kerangka Pemikiran

Gambar. 2

Kerangka Pemikiran

Dari skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Setelah berkas perkara pidana dimasukkan ke Pengadilan Negeri maka,

Pengadilan Negeri melakukan proses persidangan perkara pidana tersebut.

Persidangan perkara pidana tersebut dilakukan secara bertahap, sampai akhirnya

masuk pada agenda pembuktian. Dalam agenda pembuktian ini yang pertama kali

dilakukan pemeriksaan adalah saksi-saksi. Pemeriksaan saksi pada proses

persidangan tidak dapat selesai dalam satu waktu karena saksi yang dihadirkan

dalam persidangan itu biasanya lebih dari satu.

Pelaksanaan pemeriksaan saksi itu sendiri pengaturannya pada Pasal 160

KUHAP. Dan dengan adanya asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan,

maka hakim dapat melakukan pemeriksaan saksi secara bersamaan sehinnga hal

tersebut tidak sesuai dengan Pasal 160 KUHAP. Itu semua dapat dilakukan atas

Agenda Pembuktian

Saksi-saksi

Putusan

Pelaksanaan Pemeriksaan Saksi Pasal 160 KUHAP

Penyimpangan Pemeriksaan Saksi

Persidangan Perkara Pidana

Page 44: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

persetujuan dari jaksa penuntut umum, penasehat hukum, dan terdakwa sendiri.

Karena berdasarkan asas tersebut, maka baik penuntut umum maupun hakim

berkewajiban memeriksa perkara terdakwa dengan cepat, terutama terhadap

terdakwa yang berada dalam tahanan. Setelah pemeriksaan saksi selesai, maka

putusan bagi terdakwa dapat diketahui pada sidang berikutnya.

Page 45: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pemeriksaan Saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertempat di Pengadilan Negeri

Karanganyar dilakukan melalui wawancara dengan hakim Pengadilan Negeri

Karanganyar. Penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai pelaksanaan

pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar. Pelaksanaan

pemeriksaan saksi di pengadilan negeri Karanganyar adalah sebenarnya sama

dengan yang ada di KUHAP. Karena proses persidangan itu berpedoman pada

KUHAP. Tetapi ada beberapa hal yang membedakan antara yang ada dalam

teori dengan yang ada dalam praktek. Perbedaan tersebut bertujuan untuk

mempercepat persidangan tetapi tidak menyimpang dari tujuan diadakan

persidangan yaitu untuk mencapai keadilan. Tata cara pelaksanaan

pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar, yaitu:

a. Pemanggilan saksi

Sebelum ketua sidang memanggil para saksi yang akan

diperiksa, lebih dahulu meneliti apakah semua saksi yang dipanggil

oleh penuntut umum telah hadir memenuhi panggilan. Penelitian

kehadiran saksi dapat, ditanyakan kepada penuntut umum, sebab yang

memanggil adalah penuntut umum serta kehadiran mereka pun

dilaporkan kepada penuntut umum. Pemeriksaan saksi yang telah hadir

bertujuan mendengar keterangan saksi tentang apa yang diketahui,

dilihat, didengar dan dialaminya sehubungan dengan peristiwa pidana

yang sedang diperiksa.

Setelah itu baru saksi dipanggil ke dalam ruang sidang. Di

Pengadilan Negeri Karanganyar saksi dipanggil ke dalam ruang siding

secara bersamaan oleh hakim ketua sidang. Pemanggilan saksi ke

depan sidang secara bersamaan itu untuk didengar keterangannya

Page 46: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

mengenai perkara yang disidangkan. Hal ini yang membedakan dengan

yang ada dalam KUHAP Pasal 160 ayat (1) huruf a bahwa “saksi

dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan

yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah

mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum.

Mengenai pemanggilan saksi secara bersamaan itu juga berdasarkan

persetujuan dari penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum.

Bukan keputusan sepihak dari hakim ketua sidang itu sendiri.

b. Pemeriksaan identitas saksi

Sebelum sidang mendengarkan keterangan saksi, lebih dahulu

menanyakan identitas dan mencocokan dengan berita acara yang

dibuat penyidik. Pemeriksaan identitas saksi di Pengadilan Negeri

Karanganyar dengan yang diatur dalam KUHAP adalah sama, yaitu

meliputi:

- Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,

kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan.

- Di samping pemeriksaan identitas, ketua sidang menanyakan dan

memeriksa saksi:

1) Apakah saksi kenal kepada terdakwa sebelum melakukan tindak

pidana yang didakwakan kepadanya;

2) Apakah mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda

dengan terdakwa. Atau apakah antara saksi dengan terdakwa

terjalin hubungan suami istri sekalipun telah bercerai;

3) Apakah antara saksi dengan terdakwa ada dan pernah terikat

hubungan kerja.

Maksud pemeriksaan identitas serta hubungan saksi dengan

terdakwa, untuk memberi penjelasan kepada persidangan tentang

kedudukan saksi dalam perkara yang sedang diperiksa. Dengan

mengetahui kedudukan saksi dengan perkara yang diperiksa,

Page 47: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

merupakan titik tolak bagi ketua sidang menentukan sikap perlu

tidaknya saksi didengar keterangannya maupun untuk menentukan

kualitas keterangan yang diberikan saksi dalam persidangan.

c. Saksi wajb disumpah

Sebelum keterangannya didengar dalam persidangan, saksi

wajib lebih dahulu mengucapkan sumpah atau janji. Kewajiban tentang

ini, diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP. Kewajiban mengucapkan

sumpah atau janji, bukan hanya dibebankan kepada saksi saja, tetapi

juga kepada ahli sebagaimana yang dapat disimpulkan dari ketentuan

Pasal 160 ayat (4) KUHAP.

Kewajiban saksi untuk disumpah dalam persidangan di

Pengadilan Negeri Karanganyar itu adalah sesuai dengan yang diatur

dalam KUHAP. Bahwa, setelah saksi diperiksa identitasnya maka,

saksi disumpah terlebih dahulu sebelum memberikan keterangan. Di

Pengadilan Negeri Karanganyar karena saksi dipanggil ke ruang

sidang secara bersamaan maka, saksi disumpah juga secara bersamaan

sesuai dengan agamanya masing-masing. Apabila agama dari para

saksi tersebut berlainan maka, urutan penyumpahan saksi ditentukan

oleh hakim ketua sidang dengan mendengar pendapat dari penuntut

umum dan terdakwa atau penasihat hukum.

Saksi yang mengucapkan sumpah atau janji itu menurut

agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberi keterangan yang

sebenarnya dan tidak lain daripada sebenarnya. Tujuan dari saksi wajib

bersumpah atau berjanji sebelum memberi keterangan adalah agar

supaya saksi tersebut tidak akan berdusta atau memberi keterangan

palsu. Saksi yang beragama dan percaya sepenuhnya akan kekuasaan

Tuhan, niscaya akan merasa takut dikutuk-Nya jika ia berdusta. Lafal

Page 48: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

dari sumpah dan janji untuk saksi maupun saksi ahli itu sama dengan

yang ada dalam KUHAP.

Pengucapan sumpah di Pengadilan Negeri Karanganyar itu bisa

dilakukan di kepolisian atau di depan sidang. Jika sumpah diucapkan

di kepolisian maka, saksi tersebut dapat dipastikan tidak akan hadir di

persidangan. Walaupun saksi tersebut melakukan sumpah di kepolisian

dan tidak di depan sidang kekuatan pembuktiannyapun sama dengan

saksi yang disumpah di mauka persidangan.

d. Saksi wajib memberikan keterangan

Sebagai konsekwensi bagi saksi yang telah bersumpah dan

berjanji akan memberikan keterangan yang sebenarnya maka, ia

berkewajiban untuk memberikan keterangan yang sebenarnya itu

dengan sebaik-baiknya. Yaitu, hanya menyatakan apa yang dilihat,

didengar atau dialami oleh saksi itu sendiri tanpa interprestasi dari

pihak manapun. Dan dalam memberikan keterangan, saksi tidak

diperbolehkan memberikan keterangan secara berbelit-belit karena hal

ini akan memperlambat proses persidangan.

Karena pemanggilan saksi dan penyumpahan saksi dilakukan

secara bersamaan maka, pemeriksaan saksi juga dilakukan secara

bersamaan tetapi bergantian. Misalkan saja jika hakim ketua sidang

memeriksa salah satu saksi melalui dialog dirasa cukup dan oleh

penuntut umum melalui dialog juga dirasa cukup serta pehasihat

hukum (jika ada) melalui dialog juga dirasa cukup kemudian, setelah

selesai mendengar keterangan dari saksi tersebut hakim ketua sidang

menanyakan kepada terdakwa apakah keterangan yang diberikan oleh

saksi itu benar atau tidak. Biasanya pemeriksaan saksi itu dilakukan

lebih dahulu dari saksi yang yang memberatkan terdakwa atau saksi

dari jaksa penuntut umum. Baru hari berikutnya pemeriksaan saksi

yang meringankan bagi terdakwa yaitu saksi dari penasihat hukumnya.

Page 49: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Setelah pemeriksaan salah satu saksi tersebut selesai barulah

kemudian berganti kepada saksi yang lain dengan cara pemeriksaan

yang sama pada pemeriksaan saksi yang sebelumnya. Pada waktu

dilakukan pemeriksaan saksi yang kedua, saksi pertama yang sudah

selesai diperkenankan tetap tinggal di dalam ruang sidang. Hal ini

dapat dilakukan jika mendapat persetujuan dari penuntut umum dan

terdakwa atau penasihat hukum (jika ada) dan tidak ada keberatan dari

pihak manapun.

Pada waktu pelaksanaan pemeriksaan saksi di depan sidang,

terdakwa duduk di samping penasihat hukum (jika ada). Saat

pemeriksaan saksi di persidangan juga diadakan pemeriksaan barang

bukti secara bersamaan kepada saksi. Sebelum melakukan

pemeriksaan barang bukti hakim ketua sidang memanggil seluruh saksi

yang di depan sidang dan terdakwa untuk maju ke dapan kemudian,

hakim ketua sidang memperlihatkan barang bukti tersebut.

Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan barang bukti kepada

saksi melalui dialog oleh hakim ketua sidang, jaksa penuntut umum,

dan selanjutnya penasihat hukum terdakwa secara bergantian seperti di

atas. Jika pemeriksaan saksi dianggap telah selesai hakim ketua sidang

meminta saksi yang di depan sidang untuk keluar dan memerintahkan

terdakwa untuk duduk kembali di depan sidang. Untuk selanjutnya

diadakan pemeriksaan terhadap terdakwa itu sendiri pada sidang

selanjutnya. Kemudian hakim menutup sidangnya.

Salah satu perkara pidana yang pemeriksaan saksinya dilakukan secara

bersamaan di Pengadilan Negeri Karanganyar adalah perkara tindak pidana

karena kealpaannya menyebabkan orang lain mati dan karena kealpaannya

menyebabkan orang luka-luka sedemikian rupa sehingga menjadi sakit untuk

sementara waktu. Untuk membuktikan kesalahan terdakwa tersebut, maka

Page 50: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

dalam persidangan dihadirkan saksi untuk dimintai keterangan berkaitan

dengan perkara pidana tersebut. Para saksi tersebut antara lain :

a. Saksi SUMARNI, di bawah sumpah menerangkan:

- Bahwa pada hari Senin, 14 November 2005 sekitar pukul 16.00 WIB

saksi sedang berada di rumahnya mendengar suara benturan yang keras

dari jalan di depan rumahnya;

- Bahwa setelah keluar, saksi melihat telah terjadi tabrakan antara bus

Dahlia dengan bus Sumber Kencono;

- Bahwa bus Dahlia berjalan dari Solo menuju Sragen sedangkan, bus

Sumber Kencono dari Sragen menuju Solo;

- Bahwa dari tabrakan itu saksi melihat ada korban seorang pengemudi

sepeda motor mati;

- Bahwa selain korban meninggal, saksi juga melihat ada beberapa orang

yang mengalami luka-luka;

- Bahwa keadaan jalan pada waktu itu lalu lintas ramai dan cuaca cerah;

- Bahwa akibat dari tabrakan itu kedua bus semuanya pecah kaca

depannya.

Bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan tidak

keberatan.

b. Saksi TUKIMIN, menerangkan:

- Bahwa pada hari Senin, 14 November 2005 sekitar pukul 16.00 WIB

saksi sedang berada di rumahnya mendengar suara benturan yang keras

dari jalan di depan rumahnya;

- Bahwa setelah keluar, saksi melihat telah terjadi tabrakan antara bus

Dahlia dengan bus Sumber Kencono;

- Bahwa bus Dahlia berjalan dari Solo menuju Sragen sedangkan, bus

Sumber Kencono dari arah Sragen menuju Solo;

- Bahwa dari tabrakan itu saksi melihat ada korban seorang pengemudi

sepeda motor mati;

Page 51: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

- Bahwa selain korban meninggal, saksi juga melihat ada beberapa orang

yang mengalami luka-luka;

- Bahwa keadaan jalan pada waktu itu lalu lintas ramai dan cuaca cerah;

- Bahwa akibat dari tabrakan itu kedua bus semuanya pecah kaca

depannya.

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan tidak

keberatan.

c. Saksi SUJIONO, menerangkan:

- Bahwa saksi adalah kondektur bus Dahlia;

- Bahwa pada hari Senin, 14 November 2005, saksi sedang bekerja

sebagai kondektur bus Dahlia AG-6322-PU yang dikemudikan oleh

terdakwa, berjalan dari arah Sragen menuju Solo;

- Bahwa sekitar pukul 15.30 WIB bus Dahlia AG-6322-PU melintasi desa

Waru, Kebakramat, Karanganyar tiba-tiba di depan bus tersebut ada

sepeda motor dari arah jalur lambat ke jalur cepat;

- Bahwa karena sepeda motor tersebut, pengemudi bus Dahlia AG-6322-

PU (terdakwa) membanting stir arah kanan sehingga posisi bus berada di

jalur kanan yang diperuntukan kendaraan dari arah Solo (berlawanan);

- Bahwa saat itu pula dari arah berlawanan bus Sumber Kencono melaju

dengan kencang sehingga tabrakan tidak bias dihindari;

- Bahwa bus Dahlia waktu itu membawa 57 penumpang, padahal

kapasitasnya hanya 54 tempat duduk;

- Bahwa pada waktu itu ada seorang penumpang yang berdiri dekat saksi

di pintu depan;

- Bahwa akibat dari tabrakan itu mengakibatkan satu orang meninggal

dunia;

- Bahwa saksi tidak melihat korban lain namun, saksi mendengar ada

korban lain yang meninggal yaitu pengendara sepeda motor Honda

bukan bebek;

Page 52: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

- Bahwa saksi tidak tahu apakah korban yang meninggal dunia itu

penumpang bus Dahlia atau pengemudi sepeda motor;

- Bahwa saksi membenarkan sket gambar tempat kejadian perkara

maupun foto bus yang ada dalam perkara ini;

Bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa membenarkan dan tidak

keberatan.

d. Saksi IMAM HAMBALI, dibacakan keterangan di bawah sumpah yang

diterangkan di hadapan penyidik menerangkan:

- Bahwa saksi adalah penumpang bus Dahlia yang bertabrakan dengan bus

Sumber Kencono, di desa Waru, Kecamatan Kebakramat, Kabupaten

Karanganyar;

- Bahwa peristiwa itu terjadi hari Senin, 14 November 2005 sekitar pukul

15.30 WIB;

- Bahwa saksi naik bus Dahlia dari Tulungagung dengan tujuan Solo,

dengan maksud pulang ke Sumatera;

- Bahwa saksi pada saat itu duduk di belakang pengemudi;

- Bahwa tabrakan terjadi di jalur sebelah kanan, yaitu jalur untuk bus

Sumber Kencono yang melaju dari arah berlwanan;

- Bahwa bus Dahlia sampai ke jalur kanan, karena menghindari sepeda

motor yang tiba-tiba masuk jalur dari jalur lambat;

- Bahwa akibat tabrakan itu, (1) satu orang penumpang bus Dahlia

meninggal dunia dan (4) empat orang penumpang termasuk saksi luka-

luka dan dirawat di rumah sakit Dr. Oen Surakarta.

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan tidak

keberatan.

e. Saksi MUSRIFAH, dibacakan keterangan di bawah sumpah yang

diterangkan di hadapan penyidik menerangkan:

- Bahwa saksi adalah penumpang bus Dahlia yang mengalami kecelakaan

dengan bus Sumber Kencono dan sepeda motor, namun tidak tahu

nomor polisinya;

Page 53: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

- Bahwa peristiwa itu terjadi hari Senin, 14 November 2005 sekitar pukul

15.30 WIB;

- Bahwa pada waktu itu bus Dahlia membawa penumpang penuh dengan

tiga orang berdiri;

- Bahwa saksi pada waktu itu duduk pada tempat duduk nomor 7 sebelah

kanan;

- Bahwa saksi tidak tahu yang menyebabkan bus Dahlia dan bus Sumber

Kencono bertabrakan, namun saksi melihat sebelum bus itu bertabrakan

ada sepeda motor di depan bus Sumber Kencono yang berjalan searah

dengan bus Sumber Kencono;

- Bahwa akibat tabrakan tersebut saksi tidak melihat apakah ada korban

yang meninggal, yang saksi lihat ada kurang lebih 14 (empat belas)

orang mengalami luka-luka, utamanya patah tulang.

Bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan tidak

keberatan, kecuali terdakwa tidak melihat sepeda motor di depan bus

Sumber Kencono yang berjalan searah dengan bus itu.

Bahwa di persidangan juga telah dibacakan Visum et Repertum yang

dibuat dan ditandatangani oleh:

a. dr G. Maryadi atas nama DJURJONO, yang pada kesimpulannya

menerangkan bila korban meniggal karena pecah tulang tengkorak yang

disebabkan benturan benda keras;

b. dr. Untung Alifianto, Sp.BS. atas nama Indra Pujayanto, dengan hasil

pemeriksaan penderita dalam keadaan koma, pendarahan otak frontal kiri;

c. dr. Tangkas Sibarani, Sp.HO. atas nama Sugeng Widodo, dengan

kesimpulan patah tulang lengan atas kanan bagian bawah;

d. dr. Ong Hap Sing, Sp.E, atas nama Imam Hambali, dengan kesimpulan

gegar otak dan luka di pelipis kanan;

e. dr. Furi Hardijanti, atas nama Musrifah, dengan kesimpulan patah tulang

lengan atas kanan;

Page 54: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

f. dr. Samuel, atas nama Sujiono, dengan kesimpulan Cidera kepala ringan,

luka sobek kaki kanan.

Bahwa atas visum tersebut terdakwa tidak keberatan.

Bahwa dalam persidangan itu juga didengar keterangan dari terdakwa.

Keterangan dari terdakwa tersebut bersesuaian dengan keterangan saksi yang

sudah diperiksa. Jadi pada persidangan dalam perkara ini saksi sudah

mengakui kesalahannya. Untuk tidak harus semua saksi dihadirkan dalam

persidangan. Hal ini bertujuan agar persidangan cepat selesai dan cepat

mendapatkan putusan bagi terdakwa.

Dari perkara tindak pidana tersebut di atas yaitu, karena kealpaannya

menyebabkan orang lain mati dan menyebabkan luka-luka sedemikian rupa

sehingga menjadi sakit untuk sementara waktu, itu terlihat jelas bahwa, begitu

besar peranan saksi dalam proses pemeriksaan perkara pidana. Karena

pemeriksaan saksi itu merupakan puncak dari pembuktian di persidangan. Dan

salah satu alat bukti yang sah dalam proses peradilan pidana adalah keterangan

saksi dan/ atau korban yang mendengar, melihat, atau mengalami sendiri

terjadinya suatu perkara pidana dalan upaya mencari dan menemukan

kejelasan tentang perkara pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana.

Maka dalam proses persidangan, saksi dan korban menempati posisi yang

penting dalam terungkapnya perkara pidana.

Seperti diketahui bahwa keberhasilan suatu proses persidangan pidana

itu sangat bergantung pada alat bukti yang berhasil diungkap atau

diketemukan. Dalam proses persidangan, terutama yang berkenaan dengan

saksi, banyak perkara yang tidak terungkap akibat tidak adanya saksi yang

dapat mendukung tugas penegak hukum. Padahal, adanya saksi dan korban

merupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses persidangan pidana.

Jika dalam suatu perkara itu tidak ada saksinya meskipun penegak hukum

sudah berusaha untuk menemukan saksi yang berkaitan dengan perkara

Page 55: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

tersebut maka tidak ada jalan lain yaitu dengan cara menghadirkan polisinya

sebagai saksinya. Hal itu dapat terjadi jika polisi tersebut mengetahui perkara

tersebut dari awal dan juga ikut dalam penangkapannya. Tetapi jika hakim

kurang yakin dengan kesaksian polisi tersebut dan alat buktinya kurang, maka

hakim dapat meminta kepada jaksa penuntut umum untuk memperbaikinya.

Pelaksanaan pemeriksaan saksi yang dilakukan di Pengadilan Negeri

Karanganyar itu dilakukan secara bersamaan dan di bawah sumpah. Dan

dalam perkara tindak pidana ini ada saksi yang mengucapkan sumpah di depan

persidangan dan ada yang mengucapkan sumpah di depan penyidik. Saksi

yang mengucapkan sumpah di depan penyidik ini dipastikan tidak akan hadir

di persidangan alasan dalam perkara tindak pidana ini karena saksi tersebut

masih berada di rumah sakit.

Walaupun saksi tersebut mengucapkan sumpah di depan penyidik

namun, kekuatan pembuktiannya sama dengan saksi yang mengucapkan

sumpah di persidangan. Sehingga dalam perkara ini meskipun ada saksi yang

tidak hadir di persidangan, maka kesaksian yang sudah dibuat di depan

penyidik tetap dibacakan dipersidangan. Karena saksi tersebut saat di depan

penyidik disumpah terlebih dahulu sebelum memberikan keterangannya. Dan

keterangan saksi tersebut dianggap alat bukti yang sah dan dapat digunakan

sebagai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa.

Tetapi jika, keterangan saksi yang tidak disumpah, meskipun keterangan saksi

tersebut bersesuaian dengan keterangan saksi-saksi lain yang disumpah, tidak

merupakan alat bukti yang sah tetapi dapat berfungsi sebagai tambahan alat

bukti yang sah sesuai dalam Pasal 185 ayat (7) KUHAP.

Misalkan dalam perkara pidana dengan terdakwa Subani ini, jaksa

penuntut umum menhadirkan 5 orang saksi dan yang hadir di muka sidang itu

ada 3 orang dan yang dua tidak hadir karena masih di Rumah Sakit.

Pelaksanaan pemeriksaan saksi tetap dilaksanakan meskipun ada saksi yang

Page 56: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

tidak hadir karena ada keterangan dari kedua saksi tersebut yang dicatat dalam

berita acara penyidikan dan di bawah sumpah. Dalam pelaksanaan

pemeriksaan saksinya hakim meminta jaksa penuntut uumu untuk

menghadirkan saksi di muka sidang. Kemudian ketiga saksi tersebut masuk ke

dalam ruang sidang secara bersamaan. Dan ditanyai identitas masing-masing

saksi. Setelah itu baru ketiga saksi tersebut disumpah secara bersamaan juga.

Karena ketiga saksi di sumpah secara bersamaan maka, pemeriksaan

saksi juga dilakukan secara bersamaan. Dan hal ini yang membedakan dengan

yang ada dalam KUHAP yang menerangkan bahwa saksi harus diperiksa

seorang demi seorang khususnya dalam Pasal 160 ayat (1) huruf a yang

menerangkan bahwa “saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi

seorang menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua

sidang setelah mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa atau penasihat

hukum”. Akan tetapi pemeriksaan saksi secara bersamaan itu dapat

dibenarkan sepanjang hal itu diperlukan. Dan sepanjang hal tersebut mendapat

persetujuan dari jaksa penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum

(jika ada). Tetapi apabila salah satu pihak bisa saja jaksa penuntut umum atau

terdakwa atau penasihat hukum berkeberatan, maka pemeriksaan saksi di

muka persidangan itu dengan cara saksi dipanggil dan diperiksa seorang demi

seorang sesuai dalam Pasal 160 ayat (1) huruf a.

Dalam perkara pidana ini terdakwa mengakui semua keterangan yang

diberikan oleh saksi, maka hal ini sangat memudahkan hakim untuk

mengambil putusan terhadap terdakwa tersebut. Dan selain itu juga keterangan

saksi yang dihadirkan oleh jaksa penuntut umum saling bersesuaian antara

saksi yang satu dengan saksi yang lainnya. Mengenai urutan siapa yang

duluan memberikan keterangan dalam pelaksanaan pemeriksaan saksi di

Pengadilan Negeri Karanganyar itu biasanya berdasarkan urutan yang ada

dalam berita acara penyidikan dari jaksa penunutut umum. Atau urutannya itu

Page 57: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

berdasarkan pertimbangan hakim ketua sidang asalkan semua pihak

menyetujuinnya.

Akan tetapi, selama penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri

Karanganyar pelaksanaan pemeriksaan saksi secara bersamaan agar lebih

efektif dan efisiensi waktu. Dan mengenai pelaksanaan pemeriksaan saksi

secara bersamaan di Pengadilan Negeri Karanganyar itu juga selalu mendapat

persetujuan dari jaksa penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukumnya.

Jadi pelaksanaan pemeriksaan saksinyapun menjadi lancar.

Pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar antara yang

memberatkan dan meringankan biasanya dilakukan pada hari yang berbeda.

Biasanya saksi yang memberatkan terdakwa terlebih dahulu yang diperiksa di

persidangan yaitu saksi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. Baru pada

sidang berikutnya dilakukan pemeriksaan saksi yang meringankan terhadap

terdakwa, biasanya saksi ini diajukan oleh penasihat hukum terdakwa. Akan

tetapi dalam perkara di atas saksi yang diajukan dalam persidangan hanya

yang memberatkan terdakwa yaitu yang diajukan oleh jaksa penuntut umum.

Karena dalam perkara ini terdakwa tidak didampingi oleh penasihat hukum.

Walaupun saksi hanya diajukan dari jaksa penuntut umum tetapi pemeriksaan

saksinyapun tetap dilakukan bersamaan meskipun, hanya tiga saksi saja yang

hadir di persidangan. Karena yang dua masih terbaring di ruamah sakit. Bagi

jaksa penuntut umum tiga saksi saja yang hadir di persidangan sudah cukup

membuktikan kalau terdakwa yang bersalah. Karena dalam persidangan

terdakwa sudah mengakui kelalaiannya tersebut sesuai dengan apa yang

didakwakan oleh jaksa penuntut umum.

Mengenai pemeriksaan saksi yang dihadirkan hanya beberapa orang

saja itu ada aturannya yaitu, dalam putusan Mahkamah Agung Nomor: 47

K/Kr/1956 tanggal 25 April 1957, bahwa Pengadilan Negeri tidak usah

mendengar semua keterangan saksi apabila pengadilan negeri berpendapat,

Page 58: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

bahwa dalam pemeriksaan persidangan telah terdapat cukup alat-alat

pembuktian untuk menhukum terdakwa. Senada dengan hal itu, dalam dalam

putusannya Nomor: 81/K/Kr/1957 t anggal 25 April 1957, Mahkamah Agung

menyatakan, bahwa karena terdakwa di sidang pengadilan negeri mengaku

atas segala yang dituduhkan kepadanya, hakim cukup mendengar seorang

saksi saja.

Kedua putusan Mahkamah Agung tersebut, menurut penulis sampai

saat ini masih relevan, karena bersesuaian dengan ketentuan Pasal 183

KUHAP yang menyatakan bahwa untuk menyatakan sesuatu itu telah terbukti

diperlukan minimal dua alat bukti yang sah dan keyakinan hakim akan

terbuktinya tindak pidana itu dan kesalahan terdakwa dalam tindak pidana

tersebut.

Kedua putusan tersebut juga dapat menjadi pertimbangan mengapa

pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar dilakukan secara

bersamaan. Dalam persidangan ini jelas terdakwa sudah mengakui

kesalahannya jadi keterangan dari seorang saksi saja sudah cukup untuk

membuktikan kesalahan terdakwa. Dan pemeriksaan saksi yang dilakukan

secara bersamaan itu boleh saja asalkan dalam hal alat-alat bukti yang lain

cukup mendukung. Karena dalam persidangan perkara tindak pidana ini

terdakwa sudah mengakui kesalahannya, maka pemeriksaan saksi yang

dilakukan secara bersamaan ini dapat dilakukan. Pemeriksaan saksi dapat

dilakukan secara bersamaan jika saksi yang dihadirkan ke depan persidangan

itu dalam memberikan keterangan saling bersesuaian antara saksi yang satu

dengan saksi yang lainnya.

Walaupun pemeriksaan di Pengadilan Negeri Karanganyar itu dalam

prakteknya dilakukan secara bersamaan tetapi, dalam berita acara pemeriksaan

proses pemeriksaan saksi dicatat bahwa saksi telah dipanggil dan diperiksa di

persidangan seorang demi seorang. Dan urutannyapun juga sesuai dengan apa

Page 59: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

yang diatur dalam KUHAP. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi salah

penafsiran. Dan agar persidangan itu dapat lancer sesuai dengan prosedur yang

ada.

Gaya dan tata caranya pemeriksaan saksi dapat berbeda-beda dari

pengadilan satu dengan pengadilan yang lain. Demikian pula dari hakim yang

satu dengan hakim yang lain. Gayanya pun tergantung kepada apakah

terdakwa itu didampingi oleh penasihat hukum.

B. Pertimbangan Terjadinya Penyimpangan dalam Pelaksanaan

Pemeriksaan Saksi

Dalam persidangan perkara pidana dilakukan pemeriksaan saksi secara

bersamaan sebenarnya adalah tidak boleh. Karena hal tersebut tidak sesuai

dengan ketentuan yang ada di dalam Pasal 160 KUHAP. Tetapi dalam Pasal

172 ayat (1) KUHAP terdapat kata yang membolehkan saksi dapat didengar

keteranganya baik seorang demi seorang maupun bersama-sama. Dari hasil

wawancara dengan Bapak Arlandi Triyogo, S.,H. selaku hakim di Pengadilan

Negeri Karanganyar, ada beberapa pertimbangan terjadinya penyimpangan

dalam pelaksanaan pemeriksaan saksi, secara umum dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Keterangan dari para saksi yang dihadirkan di persidangan itu adalah

sama.

Keterangan dari para saksi yang dihadirkan di persidangan oleh

jaksa penuntut umum dalam berita acara penyidikan pada intinya adalah

sama. Begitu juga saksi yang dihadirkan oleh penasihat hukum,

keterangannya dalam berita acara penyidikan adalah sama. Karena alasan

itulah hakim melukukan pemeriksaan saksi secara bersamaan dengan

meminta pendapat dari jaksa penuntut umum dan terdakwa atau penasihat

hukum terlebih dahulu. Jadi, karena antara keterangan saksi yang satu

dengan saksi yang lain saling bersesuaian maka, hal tersebut dapat

Page 60: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

dilakukan pemeriksaan secara bersamaan. Atau karena saksi yang

dihadirkan itu lebih dari 5 maka tidak mungkin saksi tersebut diperiksa

satu per satu karena akan memakan waktu lama pada hal keterangan yang

diberikan adalah sama. Misalnya saja dalam persidangan perkara tindak

pidana tertentu itu oleh jaksa penuntut umum mengajukan 10 orang saksi,

dan hal tersebut jika saksi dipanggil dan diperiksa seorang demi seorang

maka, baik hakim, jaksa penuntut umum maupun penasihat hukum akan

kesusahan dalam melakukan pemeriksaan pada hal inti dari keterangan

para saksi tersebut adalah sama. Hal ini tidak menunjukan adanya efisiensi

dan efektifitasan waktu pada hal dalam satu hari hakim itu menyidangkan

lebih dari satu perkara pidana.

2. Jumlah informasi yang menjadikan dasar putusan terakhir sudah dapat

diperoleh dalam bentuk tertulis (berkas perkara) ketika sidang

berlangsung.

Informasi yang dimaksud adalah yang terhimpun dalam berkas

perkara (case dosier). Informasi tersebut sudah diketahui baik oleh hakim

maupun jaksa penuntut umum sebelum persidangan dimulai. Selain itu,

sebuah salinan mengenai seluruh berkas perkara dipersiapkan bagi

terdakwa dan penasihat hukum. Hakim, jaksa penuntut umum dan

terdakwa maupun penasihat hukum sepakat untuk melakukan pemeriksaan

saksi secara bersamaan karena biasanya jarang sekali diketemukan bukti-

bukti baru selama persidangan berlangsung. Apabila ada bukti baru yang

penting terungkap selama persidangan berlangsung maka, pada umumnya

hakim mengembalikan perkara tersebut kepada hakim instruksi. Yang

dimaksud hakim instruksi adalah hakim dari pengadilan wilayah yang

ditunjuk oleh pengadilan tinggi untuk masa jabatan dua tahun.

3. Adanya asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.

Peradilan cepat itu menghindari penahanan yang lama sebelum ada

keputusan dari hakim. Jadi kaitannya dengan pelaksanaan pemeriksaan

Page 61: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

saksi secara bersamaan adalah jika saksinya banyak dan akan dipanggil

dan diperiksa seorang demi seorang maka akan membutuhkan waktu yang

lama untuk pemeriksaan saksi saja. Hal ini ditakutkan masa penahanan

bagi terdakwa akan habis, bisa-bisa terdakwa tersebut dapat bebas karena

masa penahanannya sudah berakhir. Dan peradilan cepat ini dapat juga

dirumuskan baik penuntut umum maupun hakim berkewajiban memeriksa

perkara terdakwa dengan cepat, terutama terhadap terdakwa yang berada

dalam tahanan.

Yang dimaksud dengan sederhana adalah pemeriksaan dan

penyelesaian perkara tindak pidana di persidangan dilakukan dengan acara

yang efisien dan efektif. Efisien dan efektif di sini dapat dikaitkan dengan

waktu yang digunakan dalam proses pemeriksaan saksi. Sehingga agar

pemeriksaan saksi itu dapat efisien dan efektif maka, di Pengadilan Negeri

Karanganyar dapat dilakukan pemeriksaan saksi secara bersamaan.

Mengenai biaya perkara di persidangan itu semua dibiayai oleh

Negara. Sehingga untuk menekan biaya agar biaya ringan pada

persidangan dapat dilakukan dengan cara proses persidangan tidak

berlarut-larut atau dengan kata lain peradilan cepat. Proses persidangan

dapat dilakukan dengan cepat apabila pemeriksaan saksi dapat dilakukan

dengan cepat pula. Yaitu dengan cara pemeriksaan saksi dilakukan secara

bersamaan. Hal tersebut dapat menekan biaya persidangan agar menjadi

biaya ringan.

4. Menganut sistem pembuktian negatif.

Menurut sistem ini hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila

sedikit-dikitnya dua alat bukti yang telah ditentukan dalam undang-undang

ada, ditambah keyakinan hakim yang diperoleh dari adanya alat-alat bukti

itu. Bahwa terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya, apabila alat-alat bukti itu ditambah keyakinan

hakim sendiri. Hal ini juga dijelaskan dalam Pasal 183 KUHAP. Misalkan

Page 62: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

saja dalam suatu persidangan perkara tindak pidana ada 10 saksi yang

diperiksa secara bersamaan sementara di KUHAP itu diatur harus ada 2

alat bukti yang merupakan syarat pembuktian. Dan dalam persidangan

tersebut terdakwa sudah mengaku dan juga ada salah satu alat bukti yang

mendukung maka, hal tersebut sudah menjadi 2 alat bukti yang sah.

5. Efisiensi dan efektifitas waktu.

Pemeriksaan saksi dilakukan secara bersamaan agar lebih efisien

dan efektif waktu. Karena dalam satu hari itu hakim tidak hanya

menyidangkan satu perkara tindak pidana itu saja melainkan bisa lebih

dari satu. Begitu juga dengan jaksa penuntut umum dan penasihat hukum

tidak hanya menangani perkara tindak pidana itu saja. Untuk itu hakim,

jaksa penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum sepakat kalau

dilakukan pemeriksaan saksi secara bersamaan agar cepat selesai.

Walaupun dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri

Karanganyar pemeriksaan saksinya dilakukan secara bersamaan, tetapi oleh

panitera dicatat dalam berita acara pemeriksaan bahwa pemeriksaan saksi

dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dalam KUHAP. Dalam melakukan

pemeriksaan secara bersamaan itu harus ada persetujuan dari jaksa penuntut

umum dan terdakwa atau penasihat hukum jadi tidak berdasarkan

pertimbangan hakim saja. Hal ini dilakukan agar proses persidangan menjadi

lancar. Pelaksanaan pemeriksaan saksi di PN Karanganyar yang dilakukan

secara bersamaan itu biasanya untuk perkara tindak pidana yang jika,

keterangan dalam berita acara penyidikan sama dan saling bersesuaian.

Page 63: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa pelaksanaan pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Karanganyar

itu pada dasarnya adalah sama dengan yang diatur dalam Pasal 160

KUHAP. Pelaksanaan pemeriksaan saksi di muka persidangan baik di

Pengadilan Negeri Karanganyar maupun yang diatur dalam Pasal 160

KUHAP itu dimulai dari pemanggilan saksi ke muka sidang, pemeriksaan

identitas saksi, pengambilan sumpah dan janji dan yang terakhir adalah

keterangan dari saksi. Akan tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan saksi di

Pengadilan Negeri Karanganyar itu ada beberapa yang membedakan

dengan yang ada di KUHAP. Misalkan saja dalam persidangan saksi

dipanggil dan diperiksa secara bersamaan. Pada hal itu sebenarnya tidak

boleh karena dalam Pasal 160 KUHAP itu diatur bahwa saksi dipanggil

seorang demi seorang. Tetapi hal itu dapat dilakukan sepanjang

diperlukan. Karena saksi dipanggil secara bersamaan maka, pemeriksaan

identitas para saksi juga dilakukan secara bersamaan. Begitu juga sewaktu

saksi diambil sumpah dan janji di muka persidangan juga dilakukan secara

bersamaan. Dengan ketentuan jika agama dari para saksi itu sama. Jika

agama dari para saksi itu berbeda maka, urutan pengambilan sumpah

diseranhkan kepada hakim ketua sidang. Setelah saksi diambil sumpah dan

janji kemudian, saksi memberikan keterangan. Pada waktu memberikan

keterangan dilakukan secara bersamaan hal ini terlihat di persidangan di

PN Karanganyar. Jika ada salah satu saksi yang sedang memberikan

keterangan maka, saksi yang lainnya tetap di muka sidang. Kalau dalam

KUHAP saksi diperiksa seorang demi seorang jika, ada saksi yang

memberikan keterangan maka saksi yang lain dipersilahkan ke luar dari

ruang sidang. Pemeriksaan saksi secara bersamaan di Pengadilan Negeri

Page 64: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Karanganyar dapat dilakukan jika ada persetujuan dari jaksa penuntut

umum dan terdakwa atau penasihat hukum. Bukan keputusan dari hakim

ketua sidang itu sendiri.

2. Pertimbangan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pemeriksaan

saksi, antara lain :

a. Keterangan dari para saksi yang dihadirkan di persidangan sama.

Dalam berita acara penyidikan yang diserahkan ke pengadilan oleh

jaksa penuntut umum dapat diketahui bahwa saksi yang akan diperiksa

di pengadilan itu keterangannya sama dan bersesuaian. Maka untuk

efisiensi dan efektifitasan waktu pemeriksaan saksi di PN Karanganyar

dilakukan secara bersamaan dengan alasan keterangan dari para saksi

adalah sama.

b. Informasi yang menjadi dasar putusan terakhir sudah dapat diperoleh

dalam bentuk tertulis (berkas perkara) ketika sidang berlangsung.

Informasi yang dimaksud adalah yang terhimpun dalam berkas

perkara. Informasi tersebut sudah diketahui oleh hakim, jaksa penuntut

umum dan terdakwa atau penasihat hukum sebelum sidang dimulai.

Hakim, jaksa penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum

sepakat untuk melakukan pemeriksaan saksi secara bersamaan karena

jarang sekali diketemukan bukti baru selama persidangan berlangsung.

Kalaupun diketemukan bukti baru selama persidangan biasanya hakim

mengembalikan perkara kepada hakim instruksi.

c. Adanya asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.

Peradilan cepat itu menghindari penahanan yang lama sebelum ada

keputusan dari hakim. Yang dimaksud dengan sederhana adalah

pemeriksaan dan penyelesaian perkara tindak pidana di persidangan

dilakukan dengan acara yang efisien dan efektif. Sedangkan biaya

ringan adalah agar negara tidak mengeluarkan biaya yang banyak

untuk suatu perkara. Dengan adanya pemeriksaan saksi secara

bersamaan maka, asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan

dapat diterapkan.

Page 65: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

d. Menganut sistem pembuktian negatif

Menurut sistem ini hakim hanya boleh menjatuhkan pidana apabila

sedikit-dikitnya ada dua alat bukti yang telah ditentukan dalam

undang-undang, ditambah keyakinan hakim yang diperoleh dari

adanya alat-alat bukti itu. Jadi pemeriksaan saksi walaupun dilakukan

secara bersamaan tetap dapat dijadikan alat bukti. Selain itu jika

terdakwa sudah mengaku maka, itu sudah menjadi dua alat bukti yang

sah.

e. Efisiensi dan efektifitas waktu.

Pemeriksaan saksi dilakukan secara bersamaan agar lebih efisien dan

efektif waktu. Karena dalam satu hari itu hakim tidak hanya

menyidangkan satu perkara tindak pidana itu saja melainkan bisa lebih

dari satu. Begitu juga dengan jaksa penuntut umum dan penasihat

hukum tidak hanya menangani perkara tindak pidana itu saja.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka, perlu diberikan saran sebagai

berikut :

1. Agar pelaksanaan pemeriksaan saksi dapat dilakukan secara cepat,

sederhana dan biaya ringan maka, jika para saksi telah memberikan

keterangan yang sama dalam berita acara penyidikan tidak harus semua

saksi dipanggil ke persidangan karena keteranganya sama dan bersesuaian.

2. Perlu adanya pengaturan mengenai pelaksanaan pemeriksaan saksi

khususnya yang dilaksanakan secara bersamaan, misalnya untuk perkara

tindak pidana yang bagaimana yang dapat dilakukan pemeriksaan saksi

secara bersamaan dalam persidangan.

3. Harus diadakan pembaharuan terhadap KUHAP, karena semakin lama

KUHAP itu mulai tampak kelemahannya khususnya dalam proses

persidangan.

Page 66: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

4. Walaupun pemeriksaan saksi dilakukan secara bersamaan, tetapi hakim

dituntut harus mempunyai kecakapan hukum dan keterampilan penguasaan

yang matang akan seluk beluk dari pembuktian dan penilaian kekuatan

pembuktian yang diatur dalam hukum acara pidana serta ditambah instuisi

dari hakim yang bersangkutan.

Page 67: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana. Jakarta : Sinar Grafika.

Catatan Kuliah PLKH Pidana, Bambang Santoso.

Darwan Prinst. 1998. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta : Djambatan.

Djoko Prakoso. 1988. Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses

Pidana. Yogyakarta : Liberty.

Faisal Salam. 2001. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek. Bandung :

Mandar Maju.

H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein. 1992. Pembahasan Permasalahan

KUHAP Bidang Penuntutan dan Eksekusi. Jakarta : Sinar Grafika.

J. C. T. Simorangkir. 2000. Kamus Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

Leden Marpaung. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta : Sinar

Grafika.

Luhut M.P. Pangaribuan. 2003. Hukum Acara Pidana (Satu Kompilasi Ketentuan-

ketentuan KUHAP dan Hukum Internasional yang Relevan). Jakarta :

Djambatan.

Martiman Prodjohamidjojo. 1983. Pemeriksaan di Persidangan Pengadilan.

Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mahkamah Agung RI. 1994. Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi

Pengadilan Buku II. Jakarta : Mahkamah Agung RI.

M.L. Hc. Hulsman dan Soedjono Dirdjosisworo. 1984. Sistem Peradilan Pidana

(dalam Prespektif Perbandingan Hukum). Jakarta : CV. Rajawali.

M. Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan

Kembali Edisi Kedua. Jakarta : Sinar Grafika.

Riduan Syahrani. 1983. Beberapa Hal tentang Hukum Acara Pidana. Bandung :

Alumni.

Soedjono Dirdjosisworo. 1984. Filsafat Peradilan Pidana dan Perbandingan

Hukum. Bandung : Armico.

Page 68: Tinjauan pelaksanaan pemeriksaan saksi perkara pidana pada .../Tinjauan... · secara langsung maupun tidak langsung yang penulis alami dalam menyusun penulisan hukum ini, namun akhirnya

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukun. Jakarta : UI Press.

Yusti Probowati Rahayu. 2005. Dibalik Putusan Hakim (kajian psikologi hukum

dalam perkara pidana). Surabaya : Srikandi.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.