tinjauan hukum islam terhadap pemanfaatan...

72
i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh Suprihati NIM 21411036 JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR

(Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Suprihati

NIM 21411036

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2016

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

ii

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

iii

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

iv

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini

kepada :

1. Kedua Orang tuaku Bapak Sumardiyono (Alm) dan Ibu Siti Mumfangati

tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat

kepadaku selama ini.

2. Kakakku Mochamad Razi, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat

dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi

dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh

kesabaran.

4. Sahabat-sahabat seperjuanganku, dan Keluarga besar Lingkar Studi S1Hukum

Ekonomi Syariah 2011, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.

5. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji kami panjatkan hanya untuk Allah SWT. Rasa syukur yang

tiada hingga kami haturkan kepada-Nya yang telah memberikan semua yang kami

butuhkan dalam hidup ini. Terima kasih untuk semua limpahan berkah, rezeki

rahmat, hidayat, kesehatan yang Engkau titipkan, dan kesempatan yang Engkau

berikan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul:

ZAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBERDAYAAN

EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Amil Ainul Yaqin dan KBZ di

Dusun Bringin).

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat peneliti nantikan di hari pembalasan

nanti.

Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh

gelar sarjana Ilmu Syariah. Kami mengakui bahwa dalam menyusun Laporan

Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya,

ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

vii

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN

Salatiga, dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu meberikan saran,

pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai

dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan

baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di

IAIN Salatiga.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi

sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

6. Bapak Haji Ahmad Mughni, S. H. selaku pengurus Amil Ainul Yaqin, dan

Bapak Susamto selaku pengurus KBZ yang telah berkenan memberikan izin

penelitian di Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin serta memberikan informasi

berkaitan penulisan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas

Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan

apapun.

8. Sahabat-sahabatku tercinta Jannah, Suprihati, Munziroh, Dina, Tri Umi yang

selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

viii

9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di IAIN

Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan

di IAIN Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada peneliti, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan

penelitian ini.

Harapan peneliti, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi

peneliti sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

ix

ABSTRAK

Kartika, Indri. 2015. Zakat dan Implikasinya terhadap Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat (Studi Kasus Amil Ainul Yaqin dan KBZ di Dusun Bringin).

Penelitian. Fakutas Syariah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kata Kunci : Zakat, Pemberdayaan, Ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan

zakat di Dusun Bringin yang dilaksanakan oleh Amil Ainul Yaqin dan KBZ, yaitu

mengenai bagaimana upaya sosialisasi dan pentasharufan zakat, bagaimana

tingkat pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta bagaimana persepsi umat

Muslim Bringin terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di amil Ainul Yaqin dan KBZ dengan

mengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten

Semarang. Sumber data yang penulis gunakan adalah data primer, yaitu data

diperoleh langsung dari pihak amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin, dan sumber

data sekunder, yaitu data ini diambil dari hasil penelitian kepustakaan yakni

dengan mempergunakan dan mengumpulkan buku-buku atau kitab-kitab bacaan

yang ada hubungannya atau ada relevansinya dengan pembahasan penelitian ini,

serta mempergunakan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini,

misalnya dengan melalui penelitian lapangan yang dilakukan secara langsung

terhadap obyek yang menjadi sampel penelitian.

Temuan yang diperoleh dari penulisan ini diantara lain: Pertama, amil

Ainul Yaqin sebagai penanggung jawab pengelolaan dana zakat di dusun Bringin

telah melakukan upaya dalam mensosialisasikan pembayaran zakat kepada

masyarakat dengan maksimal. Upaya ini menciptakan kondisi yang kondusif serta

dapat menarik partisipasi masyarakat untuk menunaikan ibadah zakat yang

dilakukan secara teratur dan terus-menerus. Hal tersebut didasari dari peningkatan

dalam perolehan dana zakat tiap tahunnya. Kedua, tingkat pemberdayaan ekonomi

mustahiq di dusun Bringin cukup berkembang. Didasari dari jumlah muzakki yang

mengeluarkan zakat selalu bertambah, serta dana zakat yang didistribusikan

kepada mustahiq di Dusun Bringin juga menjadi lebih banyak pada tiap tahunnya,

namun masih terdapat faktor-faktor yang menjadi kendala dan kekurangan,

sehingga pemberdayaan ekonomi masyarakat belum dapat berkembang pesat.

Seperti, ketergantungan mustahiq terhadap dana zakat, kelalaian yang disengaja

oleh pedagang penerima bantuan modal usaha KBZ, dengan menyalahgunakan

penggunaan dana sehingga dana zakat habis sia-sia. Ketiga, masyarakat Bringin

terutama para muzakki dan mustahiq menyatakan, bahwa pengelolaan zakat oleh

amil memberikan hasil yang positif. Amil Ainul Yaqin melaksanakan penerimaan

dan pentasharufan zakat dengan profesional, transparan, dan amanah. Dan juga

berbagai upaya yang dilakukan amil Ainul Yaqin dalam mensosialisasikan

pembayaran zakat, dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai

pentingnya zakat.

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN....................................................

i

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv

HALAMAN MOTO............................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................

v

vi

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ABSTRAK...........................................................................................................

vii

x

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian........................................................... 1

B. Fokus Penelitian.......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian.........................................................................

D. Kegunaan Penelitian....................................................................

E. Penegasan Istilah.........................................................................

F. Tinjauan Pustaka.........................................................................

7

7

7

8

G. Metode Penelitian........................................................................ 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................ 12

2. Kehadiran Peneliti................................................................ 13

3. Lokasi Penelitian.................................................................. 14

4. Sumber Data Penelitian......................................................... 15

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

xi

5. Prosedur Pengumpulan Data................................................ 16

6. Analisis Data........................................................................ 17

7. Pengecekan Keabsahan Data................................................

8. Tahap-Tahap penelitian........................................................

18

19

H. Sistematika Penulisan................................................................ 20

BAB II

BAB III

BAB IV

ZAKAT DAN LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT.......................

A. Tinjauan Umum tentang Zakat.....................................................

B. Tinjauan Umum tentang Pendayagunaan Zakat..........................

C. Problematika Pengumpulan Zakat...............................................

D. Lembaga Pengelola Zakat............................................................

E. Kepercayaan Masyarakat terhadap Pengelola Dana Zakat..........

UPAYA AMIL AINUL YAQIN DALAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI MASYARAKAT..........................................................

A. Gambaran Umum Tentang Amil Ainul Yaqin.............................

B. Gambaran Umum Tentang KBZ Bringin.....................................

C. Upaya Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin dalam

Mensosialisasikan dan Mentasharufkan Zakat.............................

ANALISIS UPAYA AMIL AINUL YAQIN DAN KBZ

BRINGIN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT..............................................................................

A. Analisis Upaya Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin dalam

Mensosialisasikan dan Mentasharufkan Zakat.............................

B. Analisis Tingkat Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq di Amil

22

22

41

46

48

52

54

54

57

59

68

68

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

xii

BAB V

Ainul Yaqin dan KBZ Bringin.....................................................

C. Persepsi Umat Muslim Bringin Terhadap Pemberdayaan

Ekonomi Mustahiq di Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin........

PENUTUP

71

76

A. Kesimpulan................................................................................. 78

B. Saran........................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 82

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi pentasharufan dana zakat oleh Amil Ainul Yaqin pada

tahun 2014...........................................................................................................

Tabel 2.2 Data peningkatan keuntungan sebagian pedagang binaan KBZ.........

64

65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring berkembangnya zaman, banyak kemajuan yang dicapai

khususnya dalam bidang ekonomi. Manusia harus berusaha memenuhi

kebutuhan sehari- hari tanpa mengenal putus asa. Untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, manusia juga harus melakukan berbagai interaksi.

Dalam Hukum Islam, Interaksi dibidang ekonomi disebut muamalah.

Hukum Islam mengaturnya dalam berbagai aturan hukum yang disebut fikih

muamalah. Adapun prinsip-prinsip dalam muamalat sebagai berikut:

1. Muamalat adalah urusan duniawi

Dalam muamalat semua transaksi boleh dilaksanakan kecuali yang

dilarang. Muamalat atau hubungan dan pergaulan antara sesama manusia di

bidang harta benda merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya

diserahkan kepada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad

dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan

dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum

dalam Hukum Islam.

2. Muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah

pihak.

Untuk menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau

transaksi dilakukan ijab dan kabul atau serah terima antara kedua belah

pihak yang melakukan transaksi.

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

2

3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum

Adat dapat dijadikan dasar hukum dengan syarat diakui dan tidak

bertentangan dengan ketentuan umum dalam syara'.

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain.

Salah satu produk muamalat yang sering dilakukan adalah gadai

(Rahn). Rahn atau gadai menurut syara' adalah menyandera sebuah harta

yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali

sebagai tebusan. Menurut Ahmad Azhar Basyir yang dikutip oleh

Sudarsono (2003: 156) rahn berarti tetap berlangsung menahan suatu barang

sebagaimana tanggungan utang.

Menurut Muhamad Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Zainuddin Ali

(2008: 3) Gadai syari'ah(rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah

(rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman (marhun

bih) yang diterimanya.

Dasar hukum Rahn adalah Surat Al- Baqarah : 283 yang berbunyi:

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tunai) sedang kamu

tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan

yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi, jika sebagian kamu

mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

3

menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah

Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.

Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah

orang yang berdosa hatinya : dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Menurut Hukum Islam dalam melakukan Gadai (rahn) harus

memenuhi rukun dan syarat nya. Adapun rukun rahn (gadai) yaitu Ar-Rahin

(yang menggadaikan), Al-Murtahin (yang Menerima Gadai), Al-Marhun

(barang yang digadaikan), Al-Marhun bih (Utang), dan sighat (Ali, 2008: 42).

Apabila salah satu syarat dan rukunnya tersebut tidak terpenuhi, Maka

menurut Hukum Islam Gadai yang dilakukan tidak sah. Menurut Hanafiah,

murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas jaminan (borg) dengan cara

apapun kecuali atas izin dari rahin. Hal tersebut dikarenakan murtahin hanya

memiliki hak menahan borg bukan memanfaatkannya. Apabila rahin

memberikan izin kepada murtahin untuk memanfaatkan borg, maka menurut

sebagian Hanafiah, hal itu dibolehkan secara mutlak. Akan tetapi, sebagian dari

mereka melarang secara mutlak, karena hal tersebut termasuk riba atau

menyerupai riba. Syafi'yah secara global juga berpendapat bahwa murtahin

tidak boleh mengambil manfaat atas barang yang digadaikan (Muslich, 2010:

308).

Para Ulama juga bersepakat Gadai diperbolehkan dan tidak pernah

mempertentangkan kebolehannya demikian juga dengan landasan Hukumnya.

Namun demikian perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

4

bagaimana seharusnya praktek gadai dalam masyarakat (Sudarsono, 2003:

144).

Produk sistem gadai yang dipraktekkan khususnya masyarakat Desa

Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah gadai sepeda

motor. Jadi, dari pihak rahin menggadaikan sebuah sepeda motor kepada

pihak murtahin dengan diberikan sejumlah pinjaman uang. Pihak rahin dapat

meminjam sejumlah uang dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan

kesepakatan. Kesepakatan yang dilakukan dalam perjanjian secara lisan, yang

mana pihak rahin mau menggadaikan barang jaminannya (borg) dengan syarat

bahwa barang jaminan tersebut tidak boleh diambil manfaatnya tanpa ijin

pihak rahin. Dengan demikian kesepakatan itu tentunya dapat mengikat kedua

belah pihak. Akan tetapi dengan kesepakatan yang ada, ada salah satu pihak

yang melakukan wanprestasi, dengan melakukan yang menurut kesepakatan

tidak boleh dilakukan.

Maka dari itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul "

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemanfaatan Barang Gadai Sepeda

Motor (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang ) ."

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimanakah praktek gadai sepeda motor masyarakat Desa Kendal Jetak

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

5

2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap murtahin yang melakukan

wanprestasi dari perjanjian atau kesepakatan yang sudah disepakati kedua

belah pihak?

3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pemanfaatan gadai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui praktek gadai sepeda motor yang dilakukan masyarakat

Kendal Jetak Kecamatan Getasan selama ini.

2. Memberi pengertian kepada masyarakat yang melakukan gadai sepeda

motor supaya tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

3. Untuk memberikan wawasan dan penjelasan praktek gadai sepeda motor

agar sesuai dengan syari'at Islam.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penambah wawasan terhadap gadai motor yang sesuai dengan

hukum Islam.

2. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam melakukan praktek gadai

motor tanpa adanya salah satu pihak yang dirugikan.

3. Untuk memenuhi pengajuan proposal skripsi.

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

6

E. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahpahaman

terhadap judul, maka terlebih dahulu dijelaskan maksud istilah dalam judul

tersebut.

1. Gadai

Menurut Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Zainuddin Ali (2008:3)

Gadai (Rahn) adalah: menahan salah satu harta milik nasabah (rahin)

sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau jaminan (marhun bih)

yang diterimanya.

Gadai yang dimaksud dalam skripsi ini adalah gadai motor yang

dilakukan khususnya warga Desa Kendal Jetak Kec. Getasan Kab.

Semarang, yang dari salah satu pihak melakukan wanprestasi dan

memanfaatkan barang gadai.

2. Wanprestasi

Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama

sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau

terlambat melakukan suatu prestasi (Ariyani, 2012: 19).

Menurut Prof. Subekti SH wanprestasi ada empat macam bentuk

yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan

b. Melaksanakan apa yang akan dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

7

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

(Ariyani, 2012: 20).

F. Telaah pustaka

Penelitian gadai sepeda motor banyak dijumpai dalam bentuk karya

ilmiah yang berupa skripsi. M Abadi Agung F (UIN Sunan Kali Jaga

Yokyakarta) meneliti praktek gadai di Desa Krandon Lor Kecamatan Suruh

dengan judul "Praktek Gadai Motor Kredit Dalam Tinjauan Sosiologi

Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Krajan Krandon Lor Kecamatan

Suruh)". Dia menyimpulkan bahwa menggadaikan barang yang masih

berstatus kredit kepada orang yang menerima gadai. Hal itu sudah sering

terjadi, dan perjanjian yang dilakukan secara lisan serta saling percaya. Orang

yang menerima gadai biasanya sudah mengetahui status barang yang

digadaikan.

Abdul Ghofur (UIN Sunan Ampel Surabaya) meneliti praktek gadai

di Desa Gadung Driyorejo dengan judul "Tinjauan Hukum Islam terhadap

Praktek Gadai Melalui Makelar di Desa Gadung Driyorejo".

Dia menyimpulkan bahwa praktek gadai yang dilakukan adalah

praktek gadai sepeda motor melalui makelar. Penggadai menyerahkan kuasa

kepada orang tertentu yang dikenal sebagai makelar untuk menggadaikan

motor dari pihak rahin, demi mendapatkan pinjaman sejumlah uang yang

diikuti penyerahan sepeda motor sebagai jaminan pelunasan. Apabila ingkar

janji dan penyerahan gadai tersebut diperjanjikan secara lisan dengan

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

8

memperoleh komisi 10% dari nilai pinjaman, dengan kewajiban menanggung

resiko apabila barang gadai hilang atau rusak berat.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, karena

penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin data dari

kasus yang diteliti dengan menggunakan pendekatan normatif dan

sosiologis. Pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui bagaimana

status Hukum islam tentang akad yang dilakukan dari gadai motor.

Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui praktek gadai motor

yang selama ini dilakukan di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti merupakan hal yang utama

karena peneliti secara langsung mengumpulkan data dilapangan. Status

peneliti dalam pengumpulan data diketahui oleh informan secara jelas guna

menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan informan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Kendal Jetak Kec.

Getasan Kab. Semarang. Peneliti memilih di lokasi ini karena sudah

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

9

beberapa kali terjadi praktek gadai motor yang salah satu pihak ada yang

merasa dirugikan.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) sumber data yan digunakan

oleh peneliti yang terdiri dari:

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari

informan, dan dari pihak yang terkait dari permasalahan yang diteliti.

Termasuk di dalam sumber data ini adalah keterangan pihak rahin dan

murtahin, mengenai praktek gadai motor yang dilaksanakan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder sebagai pelengkap dari sumber data

primer meliputi buku-buku, laporan, arsip dan hasil penelitian lain yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Wawancara sebagai salah satu teknik dalam penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan keterangan atau data

(Wiyarti,1991:1125).

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

10

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap beberapa

warga masyarakat Desa Kendal Jetak yang melakukan Gadai Motor

mengenai cara Gadai yang dilakukan selama ini. Dan Wawancara kepada

pengelola Gadai motor mengenai perjanjian yang dilakukan antara pihak

rahin dan murtahin.

b. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai suatu proses

untuk mengadakan penjajakan tentang perikelakuan manusia atau

kelompok manusia sebagaimana terjadi dalam kenyataannya.

Pengamatan adalah melihat, mendengar, merasakan, menghayati, dalam

kehidupan yang nyata (Wiyarti,1991:25).

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan

pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian. Metode ini

penulis gunakan sebagai langkah awal untuk megetahui kondisi subyek

penelitian.

Obyek yang diteliti adalah lokasi penelitian yaitu Desa Kendal

Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan keadaan wilayah

khususnya masyarakat sebagai pelaku gadai motor.

6. Analisis Data

Sejak awal pengumpulan, data yang diperoleh sudah mulai di

analisis dengan cara mengklasifikasikannya sehingga bila ada kekurangan

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

11

dapat segera dilengkapi. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya

dipaparkan berdasarkan klasifikasi secara lebih rinci sehingga tergambar

pola dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga

mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut di atas.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk

mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa

keabsahan suatu data.

Keabsahan suatu data dalam penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi sumber, menurut Patton berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong,2002:178).

8. Tahap-tahap Penelitian

Setelah peneliti menentukan Tema yang akan diteliti, Maka penulis

melakukan penelitian pendahuluan ke pihak pengelola Gadai Motor di Desa

Kendal Jetak Kec. Getasan Kab. Semarang.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

12

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian adalah, sebagai

berikut, pada bab pertama berisi pendahuluan, mencakup akan latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

Pada bab kedua berisi kajian pustaka, yang merupakan konsep atau

teori. Disini, akan dituliskan mengenai uraian tentang gadai dalam hukum

Islam meliputi: rukun, syarat, dan ketentuan- ketentuan yang berkaitan dengan

gadai.

Pada bab ketiga berisi paparan data dan temuan penelitian, yang

berkaitan dengan Praktek Gadai Motor yang dilakukan masyarakat Desa

Kendal Jetak Kec. Getasan Kab. Semarang.

Pada bab keempat berisi pembahasan, bab ini merupakan inti dari

penulisan penelitian, dimana peneliti mengemukakan hasil penelitian dan

pembahasan terhadap praktek gadai motor di Desa Kendal Jetak kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang.

Dan pada bab kelima berisi penutup, yang merupakan bagian akhir

dari isi pokok penelitian, yang terdiri dari pembahasan yaitu pertama tentang

kesimpulan, dan saran.

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI (RAHN)

A. Tinjauan Umum tentang Gadai

1. Pengertian Gadai

Gadai atau dalam bahasa arab rahn menurut arti bahasa berasal

dari kata rahana- rahnan yang sinonimnya:

a. Tsabata, yang artinya tetap.

b. Dama, yang artinya kekal atau langgeng.

c. Habasa, yang artinya menahan (Muslich, 2010:286).

Rahn atau gadai menurut syara' adalah menyandera sebuah harta

yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali

sebagai tebusan. Menurut Ahmad Azhar Basyir rahn berarti tetap

berlangsung menahan suatu barang sebagaimana tanggungan utang

(Sudarsono, 2003:156).

Menurut Muhamad Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Ali (2008: 3)

Gadai syari'ah (rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah (rahin)

sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman (marhun bih)

yang diterimanya.

Gadai yang ada dalam syari'at Islam agak berbeda dengan

pengertian yang ada dalam hukum positif kita sekarang ini, cenderung

kepada pengertian gadai yang ada dalam kitab undang- undang Hukum

Perdata (KUHPerdata). Gadai menurut KUHPerdata pasal 1150 adalah

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

14

suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak,

yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang

lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si beriutang itu

untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan

daripada orang- orang yang berpiutang lainnya , dengan kekecualian biaya

untuk melelang barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk

menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya- biaya mana harus

didahulukan (Mulyadi, dkk, 2007:74).

Pengertian rahn yang merupakan perjanjian utang piutang antara

dua atau beberapa pihak mengenai persoalan benda dan menahan sesuatu

barang sebagai jaminan utang yang mempunyai nilai harta menurut

pandangan syara' sebagai jaminan atau ia bisa mengambil sebagian manfaat

barangnya itu. Allah berfirman:

Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QS.

Al- Mudatstsir:38).

Semua perbuatan muamalah khususnya dalam kaitannya dengan

gadai (rahn) disebabkan oleh manusia itu sendiri. Dan semua perbuatan

yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT

(Nawawi, 2012:198).

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

15

2. Dasar Hukum Gadai

Dasar hukum rahn adalah Surat Al- Baqarah: 283 yang berbunyi:

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi, jika

sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia

bertaqwa kepada Allah Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi)

menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya,

maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya: dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S al- Baqarah:283).

3. Rukun gadai

Menurut Hukum Islam dalam melakukan gadai (rahn) harus

memenuhi rukun dan syarat nya. Adapun rukun gadai (rahn ) dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Ar-Rahn (yang menggadaikan)

b. Al-Murtahin (yang Menerima Gadai)

c. Al-Marhun (barang yang digadaikan)

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

16

Marhun adalah harta yang dipegang oleh murtahin (penerima

gadai) atau wakilnya, sebagai jaminan utang.Para ulama menyepakati

bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang berlaku

pada barang yang dapat diperjual belikan (Ali, 2008: 22).

Marhun itu hanya sebagai jaminan atau kepercayaan atas

murtahin. Kepemilikan marhun tetap melekat pada rahin. oleh karena

itu, manfaat atau hasil dari marhun itu tetap berada pada rahin kecuali

manfaat atau hasil dari marhun itu diserahkan kepada murtahin. Selain

itu, perlu diungkapkan bahwa manfaat marhun oleh murtahin yang

mengakibatkan turun kualitas marhun tidak diperbolehkan kecuali

diizinkan oleh rahin (Ali, 2008:42).

d. Al-Marhun bih (Utang)

Utang (Marhun bih ) mempunyai pengertian bahwa:

1) Utang adalah kewajiban bagi pihak berhutang untuk membayar

kepada pihak yang memberi piutang.

2) Merupakan barang yang dapat dimanfaatkan.

3) Barang tersebut dapat dihitung jumlahnya (Ali, 2008:22).

e. Sighat (akad Gadai)

Yang dimaksud dengan shigat akad adalah pernyataan yang

timbul dari dua orang melakukan akad yang menunjukkan kesungguhan

kehendak batin keduanya untuk mengadakan akad. Kehendak batin

tersebut diketahui melalui lafal, ucapan, atau semacamnya, seperti

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

17

perbuatan, isyarah, atau kitabah (tulisan). Shigat akad ini dalam istilah

lain disebut ijab dan qabul (Muslich, 2010:138).

Dalam al-Qur’an ada dua istilah yang berhubungan dengan

perjanjian, yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad

secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum Islam (jumhur

ulama) memberikan definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan

qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum

terhadap objeknya” (Dewi dkk, 2006:45-46).

Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang

menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari

satu pihak maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan

antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan

qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang

disyaratkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2011:35)

Macam macam akad yang sah dapat dibagi atau diuraikan

sebagai berikut :

1) Akad Nafiz ialah akad yang terjadi antara pihak- pihak yang

mempunyai kecakapan dan mempunyai kekuasaan itu asli atau atas

nama orang lain.Misalnya, akad yang dilakukan orang berakal

sehat dan telah dewasa atas nama diri sendiri menyangkut harta

benda milik sendiri pula atau dibawah perwaliannya atau akad yang

dilakukan oleh wali yang mendapat kuasa dari orang yang

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

18

mewakilkan.

2) Akad maukuf ialah akad yang tejadi dari orang yang mempunyai

kecakapan, tetapi tidak mempunyai kekuasaan melakukan akad,

seperti akad yang dilakukan orang lancang, atau anak tamyiz yang

diperlakukan sama apabila yang dilakukan termasuk yang

memerlukan pendapat walinya ( Basyir, 1982:117)

Syarat sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan

waktu yang akan datang. Misalnya, orang yang menggadaikan

hartanya memperisyaratkan tenggang waktu utang habis dan utang

belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat diperpanjang satu

bulan tenggang waktunya. Kecuali jika syarat itu mendukung

kelancaran akad maka diperbolehkan. Sebagai contoh, pihak penerima

gadai meminta supaya akad itu disaksikan oleh dua orang saksi (Ali,

2008:21).

Pengertian ijab menurut Muhammad Abu Zahra sebagaimana

yang dikutip oleh Muslich (2010:130) adalah pernyataan yang timbul

pertama dari salah seorang yang melakukan akad. Sedangkan qabul

adalah pernyataan kedua yang timbul dari pelaku akad yang kedua.

Ijab adalah suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak

pertama untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

(rahin). Kabul adalah suatu perryataan menerima dari pihak kedua

atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama . Para ulama fikih

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

19

mensyaratkan tiga hal dalam melakukan ijab dan kabul agar memiliki

akibat hukum, yaitu sebagai beikut:

1) Jala'ul ma' na, Yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu

jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.

2) Tawafuk yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.

3) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan kehendak

para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa (Dewi dkk,

2006:63)

Ijab dan kabul dapat dilakukan dengan empat cara sebagai

berikut:

1) Akad secara lisan

Cara alami untuk menyatakan keinginan bagi seseorang

untuk melakukan akad dengan kata- kata. Akad dipandang telah

terjadi jika ijab dan kabul dilakukan secara lisan oleh pihak- pihak

yang bersangkutan (rahin dan murtahin).

2) Akad dengan tulisan

Jika dua pihak yang akan melakukan akad tidak berada disatu

tempat, maka dapat dilakukan melalui surat yang dibawa oleh

seseorang utusan atau melalui pos.

3) Akad dengan isyarat

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

20

Apabila seseorang tidak mungkin menyatakan ijab dan kabul

dengan perkataan karena bisu dan tidak dapat menulis untuk

melakukan akad secara tertulis.

4) Akad dengan perbuatan

Dalam jual beli yang seorang pembeli saling menyerahkan

dan menerima barang secara bersamaan (Basyir, 2000:70).

Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa gadai bisa sah dengan

dipenuhi tiga syarat:

a. Harus berupa barang, karena utang tidak bisa digadaikan.

b. Penetapan kepemilikan gadai atas barang yang digadaikan tidak

terhalang, seperti musyaf.

c. Barang yang digadaikan bisa dijual manakala masa pelunasan hutang

gadai (Sudarsono, 2003: 149).

4. Syarat rahn (gadai)

Adapun yang menjadi syarat-syarat dalam rahn, yaitu:

a. Berakal

b. Baligh.

c. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad

sekalipun tidak satu jenis.

d. Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian

(murtahin) atau wakilnya (Pasaribu, Lubis, 1994:152).

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

21

Orang yang berkuasa untuk menerima borg atau barang gadaian

adalah murtahin atau wakilnya. Orang yang mewakili murtahin harus orang

selain rahin. Apabila yang mewakili itu rahin maka hukumnya tidak sah,

karena tujuan penerimaan (qabdh) adalah untuk menimbulkan rasa aman

bagi murtahin atas utang yang ada pada rahin. Dan apabila rahin merasa

keberatan borg dipegang oleh murtahin atau murtahin itu sendiri tidak mau

memegang dan menyimpannya, maka borg boleh dititipkan kepada

seseorang yang dipilih dan disepakati oleh rahin dan murtahin. Orang itu

disebut 'adl sebagai seseorang menurut kesepakatan kedua belah pihak

untuk menerima gadaian serta menyimpan dan menjaganya (Muslich,

2010:300).

5. Akibat tidak terpenuhinya syarat dan rukun gadai

Adapun beberapa kemungkinan yang terjadi apabila salah satu

syarat dan rukunnya tersebut tidak terpenuhi, maka menurut Hukum Islam

Gadai yang dilakukan tidak sah. Yaitu adanya salah satu pihak yang

melanggar adanya kesepakatan ataupun memberikan kelebihan yang

mengandung riba ataupun menyerupai riba.

Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:

a. Bertambah (Az Ziadah), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta

tambahan dari suatu yang dihutangkan.

b. Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah

menggunakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

22

orang lain.

c. Berlebihan atau menggembung.

Menurut syara' riba adalah akad atas iwadh (penukaran) tertentu

yang tidak diketahui persamaannya dalam ukuran syara' pada waktu akad

atau dengan mengakhirkan (menunda) kedua penukaran tersebut atau salah

satunya. Dasar hukum riba sebagaimana dalam Q.S Ali Imran ayat 130:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.

Dari ayat diatas alangkah baiknya kita juga harus memahami

tentang macam- macam riba. Secara garis besar, riba dikelompokkan

menjadi dua. Masing -masing adalah riba utang piutang dan riba jual- beli.

Adapun macam-macam riba tersebut sebagai berikut:

a. Riba qardhl, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang

disyaratkan terhadap yang berutang (muqdaridh).

b. Riba jahiliyyah, yaitu utang yang pengembaliannya lebih dari pokoknya

karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang

ditetapkan. Riba jahiliyyah dilarang karena setiap mengambil manfaat

adalah riba. Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyyah

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

23

tergolong riba nasi'ah dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan

tergolong riba fadhl.

c. Riba fadhl, yang juga disebut riba buyu yaitu riba yang timbul akibat

pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama

kualitasnya, sama kuantitasnya, dan sama waktu penyerahannya.

Pertukaran semacam ini mengandung sistem gharar yaitu ketidakjelasan

ini dapat menimbulkan tindakan dhalim dari salah satu pihak, kedua

belah pihak dan pihak-pihak yang lain.

d. Riba nasi'ah, yang juga disebut riba duyun yaitu riba yang timbul akibat

utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama

resiko dan hasil usaha muncul bersama biaya. Transaksi semisal ini

mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban hanya karena

berjalannya waktu. Riba nasi'ah adalah penangguhan penyerahan atau

penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan barang ribawi

lainnya (Sudarsono, 2003: 5).

Dalam pelaksanaan gadai selain mengandung unsur riba ada

beberapa kemungkinan yang terjadi yang tidak sengaja ataupun disengaja

juga yang dilakukan oleh pihak rahin maupun pihak murtahin. Seperti

halnya berkaitan dengan tanggungjawab dari kedua belah pihak ketika

mengikatkan diri dalam isi perjanjian atau akad yang dilakuan. Salah

satunya pemenuhan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Tindakan yang

demikian dalam suatu perjanjian dinamakan wanprestasi.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

24

Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama

sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau

terlambat melakukan suatu prestasi. Menurut Prf.Subekti, SH wanprestasi

ada empat macam bentuk yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

b. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

(Ariyani, 2012:20).

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan dari pihak

yang melakukan wanprestasi) dirugikan. Oleh karena pihak yang dirugikan

akibat wanprestasi tersebut, maka pihak yang wanprestasi harus

menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa tuntutan.

Tuntutan dapat berupa:

a. Pembatalan perjanjian (disertai atau tidak disertainya ganti rugi).

b. Pemenuhan perjanjian (disertai atau tidak disertainya ganti rugi).

c. Pemenuhan kontrak saja.

d. Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti kerugian.

Tuntutan apa yang harus ditanggung oleh pihak yang wanprestasi

tersebut tergantung pada jenis tuntutan yang dipilih oleh pihak yang

dirugikan. Bahkan apabila tuntutan itu dilakukan dalam bentuk gugatan

dipengadilan, maka pihak yang wanprestasi juga dibebani biaya perkara.

Dengan demikian ada dua kemungkinan akibat salah satu pihak yang

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

25

melakukan perjanjian melakukan wanprestasi, yaitu adanya pembatalan

perjanjian maupun pemenuhan perjanjian (Miru, 2012:95).

B. Pemanfaatan Barang Gadai

1. Pemanfaatan Barang Gadai oleh Rahin

Menurut Hanafiah dan Hanabilah, rahin tidak boleh mengambil

manfaat atas borg kecuali dengan persetujuan murtahin. Malikiah tidak

membolehkan pemanfaatan oleh rahin secara mutlak. Bahkan menurut

mereka (Malikiyah) apabila murtahin mengijinkan kepada rahin untuk

mengambil manfaat atas borg, maka akad gadai menjadi batal. Sedangkan

Syafi’iyah berbeda pendapat dengan jumhur. Menurut Syafi’iyah, rahin

boleh mengambil manfaat atas borg, asal tidak mengurangi nilai marhun

(borg). Misalnya, menggunakan kendaraan yang menjadi borg untuk

mengangkut barang. Hal itu karena manfaat barang atau borg dan

pertambahannya merupakan hak milik rahin, dan tidak ada kaitannya

dengan hutang (Muslich, 2010: 308).

2. Pemanfaatan Borg oleh Murtahin

Menurut Hanafiah, murtahin tidak boleh mengambil manfaatnya

atas borg dengan cara apapun kecuali atas izin rahin. Hal tersebut

dikarenakan murtahin hanya memiliki hak menahan borg bukan

memanfaatkannya. Apabila rahin memberikan izin kepada murtahin untuk

memanfaatkan borg, maka menurut sebagian Hanafiah, hal itu dibolehkan

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

26

secara mutlak. Akan tetapi, sebagian dari mereka melarang secara mutlak,

karena hal tersebut termasuk riba atau menyerupai riba.

Menurut Malikiyah, apabila rahin mengizinkan kepada murtahin

untuk memanfaatkan borg, atau murtahin mensyaratkan boleh mengambil

manfaat maka hal itu dibolehkan, apabila utangnya karena jual beli atau

semacamnya. Syafi’iyah secara global sama pendapatnya dengan Malikiyah,

yaitu bahwa murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas barang yang

digadaikan (Muslich, 2010:308).

Perjanjian gadai pada dasarnya adalah perjanjian utang- piutang,

hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Riba akan terjadi dalam

memberikan tambahan kepada gadai yang ditentukan. Misalnya rahin harus

memberikan tambahan kepada murtahin ketika membayar utangnya atau

ketika akad gadai ditentukan syarat- syarat, kemudian syarat tersebut

dilaksanakan.

Bila rahin tidak mampu membayar utangnya hingga batas waktu

yang telah ditentukan, kemudian rahin menjual marhun dengan tidak

memberikan kelebihan harga marhun kepada rahin, maka disini juga telah

terjadi riba(Sahrani, dkk, 2012: 60)

C. Rusak dan Berakhirnya Barang Gadai

Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat. Menurut sebagian

ulama, barang gadai adalah amanah dari orang yang menggadaikan. Pemegang

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

27

gadai sebagai pemegang amanah tidak. bertanggung jawab atas kehilangan atau

kerusakan tanggungan, entah karena tidak sengaja merusaknya, entah karena

lalai.

Pendapat lain mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi dalam barang

gadai ditanggung oleh penerima gadai (murtahin), karena barang gadai adalah

jaminan atau utang, sehingga apabila barang rusak maka kewajiban melunasi

utang juga hilang. Akad gadai berakhir dengan hal- hal berikut ini:

1. Barang telah diserahkan kembali kepada pemiliknya (rahin).

2. Rahin telah membayar utangnya.

3. Pembebasan utang dengan cara apapun.

4. Pembatalan oleh murtahin meskipun tidak ada persetujuan dari pihak rahin.

5. Rusaknya barang gadai bukan karena tindakan murtahin.

6. Dijual dengan perintah hakim atas permintaan rahin.

7. Memanfaatkan barang gadai dengan cara menyewakan, hibah, atau hadiah,

baik dari pihak rahin maupun murtahin (Muslih, 2010: 314).

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

28

BAB III

PRAKTEK GADAI SEPEDA MOTOR DESA KENDAL JETAK

A. Gambaran umum desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang

1. Letak Geografis

Wilayah Desa Kendal Jetak merupakan salah satu desa yang

terletak di kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Tepatnya terletak di

wilayah perbatasan langsung dengan kodya salatiga.

Secara administratif batas- batas Desa Kendal Jetak sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Kumpul Rejo Kodya Salatiga

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa patemon Kecamatan Tengaran.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Randuacir Kodya Salatiga.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa tajuk Kecamatan Getasan

Luas wilayah desa Kendal Jetak sekitar 294 ha, Yang mana masih

banyak dijumpai tanah kosong. Oleh masyarakat setempat, tanah tersebut

sebagai tanah pertanian untuk bercocok tanam. Hal inilah yang dapat

mendorong masyarakat untuk melakukan aktifitas sebagai petani, Walaupun

masih banyak juga dari sebagian masyarakat yang melakukan aktifitas

sebagai pedangang dan lainnya.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

29

2. Keadaan penduduk

Dengan luas tanah 294 ha desa ini dihuni sebanyak 1554 KK.

Adapun berdasarkan sensus penduduk jumlah 3820 Orang, yang terdiri dari

1946 laki- laki dan 1874 perempuan. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk

desa Kendal Jetak digolongkan sebagai berikut:

No Kelompok Umur Jumlah

1 0-4 Tahun 210

2 5 - 9 Tahun 318

3 10 - 14 Tahun 328

4 15 - 20 Tahun 274

5 20 - 24 Tahun 292

6 25 - 29 Tahun 317

7 30 - 34 Tahun 393

8 35 - 39 Tahun 428

9

10

40 - 44 Tahun

45 - 49 Tahun

360

322

11 50 - 54 Tahun 270

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

30

12 55 - 60 Tahun 269

13 61 - 64 Tahun 186

14 65 - 70 Tahun 134

15 >= 70 Tahun 685

Tabel: 2.1 Jumlah penduduk menurut kelompok umur.

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki- Laki 1946

2 Perempuan 1874

Jumlah 3820

Tabel: 2.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin.

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 812

2 Belum tamat SD 295

3 Tamat SD/ sederajat 2068

4 Tamat SLTP 522

5 Tamat SLTA 3

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

31

6 Deploma I/II 51

7 Deploma III 79

8 Strata II 9

Tabel: 2.3 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.

NO Belum bekerja 781

1 Mengurus rumahtangga 44

2 Pelajar/mahasiswa 517

3 Pensiunan 10

4 PNS 25

5 TNI 1

6 Kepolisian RI 3

7 Pedagang 21

8 Petani 1574

9 Karyawan swasta 605

Tabel: 2.4 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian.

Data monografi tentang jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian ( tabel IV) secara garis besar banyak dari masyarakat yang

kesehariannya bekerja sebagai petani, karena adanya lahan tanah kosong

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

32

yang mendukung aktifitas para petani untuk bercocok tanam. Tanaman yang

ditanam seperti cabe, jagung, tembakau dan sayuran. Para petani bercocok

tanam dengan mengandalkan adanya musim, sehingga disaat musim

paceklik banyak masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani

kesulitan untuk bercocok tanam. Hal tersebut dikarenakan sulitnya

mendapatkan air untuk mendukung bercocok tanam, berbeda pada saat

musim penghujan petani sangat antusias menjalankan aktifitasnya dengan

penuh kerja keras demi mendapatkan penghasilan untuk menunjang

memenuhi kebutuhan hidup.

Kenyataan diatas, dapat dilihat berdasarkan data monografi yang

menempatkan urutan pertama yang berprofesi sebagai petani. Hal tersebut

berpengaruh dengan minimnya masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai

negeri.

Desa Kendal Jetak terletak di atas kota madya Salatiga, akan tetapi

walaupun demikian masyarakat masih disulitkan dengan adanya sarana

angkutan umum yang dapat mendukung kelancaran aktifitas sehari-

hari,terutama bagi mereka yang bersekolah di lingkungan kota madya

Salatiga. Karena, mereka harus berkendaraan sendiri ke sekolah dengan

minimnya jasa angkutan umum. Keadaan yang demikian harus dilakukan

oleh sebagian masyarakat Desa kendal jetak terutama mereka yang

dikategorikan sebagai pelajar SMP maupun SMA dan perguruan tinggi.

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

33

Rata rata masyarakat Desa Kendal Jetak banyak yang hanya lulus

sampai SMP dan SMA saja. Sehingga mereka lebih memilih bekerja sebagai

karyawan swasta seperti menjadi salah satu karyawan PT garmen ataupun

pabrik kayu lapis. Karena masyarakat percaya hal tersebut sangat

dipengaruhi pola pikir dari orangtua untuk tidak melanjutkan ke jenjang

perguruan yang lebih tinggi. Mereka masih beranggapan ketika sudah lulus

perguruan tinggipun masih banyak penduduk dari masyarakat tersebut yang

masih menjadi pengangguran. Jadi hal yang demikian sangat mempengaruhi

pola pikir dari anak- anaknya untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

Walaupun ketika dilihat dari penghasilan orang tua juga sangat mendukung

untuk menyekolahkan anak anaknya ke jenjang perguruan tinggi. Mereka

juga beranggapan jika sekolah ke perguruan tinggipun tidak menjamin akan

kesuksesan dari anak- anak mereka.

NO Jenis agama Jumlah

1 Islam 3950

2 Kristen 345

3 Khatolik 45

4 Hindu 61

5 Budha 117

6 Kepercayaan 9

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

34

Jumlah 4466

Tabel: 2.5 Jumlah Agama.

No Tempat ibadah Jumlah

1 Masjid 14

2 Mushola 4

3 Gereja 3

4 Pura Tidak ada

5 Wihara 1

6 Klenteng Tidak ada

Tabel: 2.6 Jumlah tempat ibadah.

Kendati demikian dengan melihat data arsip monografi desa

KendalJetak, Penulis dapat mengelompokkan keadaan penduduk Desa

Kendal Jetak Kabupaten Semarang Dari berbagai bidang antara lain :

3. Kondisi sosial keagamaan masyarakat

Mayoritas penduduk Desa Kendal Jetak ada beberapa pemeluk

agama yang antara lain Islam, Kristen, Budha, tetapi Islam lah sebagai

mayoritas pemeluk agama yang paling banyak dari data yang diperoleh.

Walaupun sebagian dari masyarakat juga banyak yang memeluk agama

budha yang merupakan peninggalan nenek moyang sampai saat ini berbagai

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

35

ritual kebudayaannya masih membudidaya di tengah- tengah masyarakat

desa tersebut. Kebudayaan yang masih ada sampai saat ini adalah adanya

ritul budaya sesajen yang masih sering dilakukan. Informasi tersebut Penulis

dapatkan dari salah seorang tokoh masyarakat yang sampai saat ini sebagai

pemimpin dalam menjalankan budaya sesajen tersebut. Hal ini dilakukan

dengan alasan bahwa kebudayaan tersebut sudah ada sebelum penyebaran

agama islam di Desa tersebut. Budaya tersebut dilakukan selain Hari- hari

besar umat muslim seperti kalau anggapan masyarakat setempat dengan

adanya nyadran, rejepan, syawalan, juga pada saat sebelum dilakukannya

kesenian Reog Tari Kendalen Wiroyudo yang sampai saat ini juga masih

dibudidayakan.Kesenian tersebut berdiri pada tahun 1951 Yang diketuai

oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama Bapak Sunoto. Acara sesajen

dilakukan sebelum acara pementasan kesenian tersebut. Dengan adanya

kebudayaan sesajen terutama masyarakat yang memeluk agama Islam masih

kental sekali dengan kebudayaan tersebut. Hal ini sangat mempengaruhi

pemikiran dari masyarakat yang berfikir kolot, karena masih mempercayai

kebudayaan animisme dan dinamisme.

Kebudayaan animisme dan dinamisme, yaitu mempercayai benda-

benda atau tempat- tempat yang masih mempunyai kekuatan gaib, seperti

adanya punden yang sampai saat ini juga masih digunakan sebagai ritual

sesajan. Walaupun di dalam Al-quran juga tidak menegaskan adanya ajaran

kebudayaan tersebut, namun sebagian besar dari masyarakat masih

melakukan ritual- ritual tersebut. Hal yang demikian menimbulkan rasa

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

36

kebersamaan, saling tolong menolong dan gotong royong yang masih kental

sekali antar warga Desa Kendal Jetak yang penuh dengan kekompakan.

Alasan masyarakat masih melakukan kebudayan tersebut karena

sudah sangat membudidaya di tengah masyarakat Desa Kendal Jetak

Kecamatan Getasan sejak zaman dahulu,sehingga sampai saat ini masih

sulit sekali dihilangkan.

Dengan berkembangnya jaman, sedikit demi sedikit kondisi sosial

kegamaan masyarakat Kendal jetak sudah ada peningkatan yang signifikan.

Hal tersebut dibuktikan adanya silaturahmi pengajian rutin yang sudah

berjalan sampai saat ini. Hal yang demikian juga sangat mendorong demi

kemajuan pola pikir masyarakat yang tadinya masih kolot menjadi berfikir

secara rasional dan tidak berlebihan.

Dari keadaan tersebut sekarang sudah dibuktikan dengan adanya

ajaran TPA/ TPQ, pangajian rutin Ibu- ibu dan pengajian Bapak- bapak

yang dapat menunjang masyarakat senantiasa menjalankan perintah Allah

dan Menjauh semua laranganNya. Dan upaya sebagai perubahan pemikiran

yang kolot, sehingga adanya kemajuan bagi generasi yang berikutnya untuk

tidak melakukan hal- hal yang berbau pada kesyirikan. Salah satunya seperti

sesajen yang telah dipraktekkan masyarakat Desa Kendal Jetak.

4. Kondisi sosial masyarakat

Kondisi yang didukung oleh jalinan kekuatan pelaku dan struktur

masyarakat akan mencerminkan kemampuan masyarakat itu sendiri. Untuk

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

37

itu sudah sepantasnya masalah sosial dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kompak dan semarak.salah satu

yang masih dipegang teguh dari masyarakat Kendal Jetak sampai saat ini

adanya rasa gotong royong yang tinggi membantu masyarakat satu dengan

yang lain dalam hal kebahagiaan, kesusahan dan aktifitas keseharian. Hal

tersebut dilakukan karena masyarakat menyadari bahwa kita tidak bisa

hidup tanpa bantuan dari orang lain dan senantiasa membutuhkan bantuan

dari orang lain.

B. Asal Mula Praktek Gadai Sepeda Motor Wanprestasi Desa Kendal Jetak

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Terjadinya praktek Gadai sepeda motor Desa Kendal Jetak Pasti

mempunyai latar belakang yang berbeda. Letak perbedaan yang terjadi

memiliki faktor- faktor tertentu untuk melakukan berbagai aktivitas. Faktor-

faktor tersebut antara lain:

1. Karena faktor ekonomi

Pada umumnya pendapatan warga Desa Kendal jetak tidak hanya

dari hasil dari bertani, tetapi juga bersumber dari pedagang,buruh pabrik dan

mereka yang menjadi pegawai negeri sipil, bahkan bagi mereka yang

menjalankan usaha ternak sapi yang sampai saat ini juga sangat berpengaruh

besar bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Hal ini

ditunjang dari angka pengangguran yang masih tergolong tinggi karena

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

38

mereka lebih memilih secara pelan-pelan merintis ternak sapi dengan

harapan mereka tidak mau terikat harus bekerja dengan orang lain. Banyak

masyarakat yang beranggapan lebih senang apabila menjalankan usaha

sendiri tanpa ada suatu ikatan. Ketika masyarakat sudah beranggapan yang

demikian, hal yang terpenting untuk melakukan berbagai aktifitas tersebut

seperti bercocok tanam dan sebagian mereka yang beternak sapi tidak bisa

dipungkiri banyak yang masih kesulitan mengenai modal ataupun cara

untuk membeli pupuk pertanian. Dengan adanya pemasalahan tersebut

sangat mendorong para petani dan peternak untuk mencari modal dengan

melakukan pinjaman ataupun menggadaikan sepeda motor.

2. Karena faktor sosial

Masyarakat Desa Kendal Jetak merasa sangat kesulitan untuk

mencari pinjaman di Bank, karena dengan kebutuhan yang mendesak seperti

pembelian pupuk pertanian ataupun membeli makanan untuk menunjang

kelancaran beternak sapi. Banyak dari masyarakat untuk memilih

menggadaikan sepeda motor, karena lebih mudah mendapatkan uang tanpa

harus melalui prosedur di suatu Bank yang membutuhkan syarat prosedur

yang lebih rumit.

3. Karena adat kebiasaan (urf)

Sesuai informasi yang penulis dapatkan dari para responden warga

Desa Kendal jetak, mereka mengatakan bahwa praktek gadai sepeda motor

sudah lama dipraktekkan. Alasan mengapa gadai tersebut dipraktekkan

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

39

sampai sekarang oleh warga disitu karena mereka lebih percaya dan merasa

aman apabila barang gadaian di gadaikan dengan warga yang lebih dekat

yang didasarkan rasa percaya dan saling tolong mnolong. Dan mereka

merasa aman kalau yang menerima gadai sanak saudara dan tetangga yang

dekat dari pihak rahin. Sehingga gadai sepeda motor ini sudah menjadi adat

kebiasaan yang sampai sekarang masih dipraktekkan, walaupun dari salah

satu pihak melakukan kecurangan dan kerancuan yang mengakibatkan pihak

lain merasa dirugikan.

C. Pelaksanaan Pemanfaatan Praktek Gadai Sepeda Motor Desa Kendal

Jetak Kecamatan Getasan kabupaten semarang

1. Praktek sistem gadai sepeda motor

Di desa Kendal jetak kecamatan Getasan ini transaksi pemnfaatan

gadai sepeda motor tidak hanya sesama warga desa tersebut. Akan tetapi

berasal dari warga desa yang lainnya, yaitu desa yang terletak disebelahan

Desa kendal jetak. Oleh karena itu penulis mencoba mengamati selanjutnya

menganalisa pelaksanaan praktek pemanfaatan gadai ini dari proses

berpindahnya motor dari pihak rahin( si pemilik sepeda motor) kepada

pihak murtahin( penerima gadai). Sehingga dari pengamatan tersebut bisa

diambil kesimpulan pihak mana yang melakukan wanprestasi terhadap

pemanfaatan barang gadaian menurut hukum Islam.

Dalam pelaksanaan gadai harus memperhatikan pelaksanaan akad

antara pihak rahin( pemilik motor) dan murtahin ( pemegang gadai). Karena

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

40

dalam pelaksanaan akad merupakan faktor terpenting dalam melakukan

transaksi muamalah. Seperti halnya dalam melakukan praktek gadai sepeda

motor, dak akad atau perjanjian tersebut dapat diwujudkan dengan ijab dan

kabul yang menghasilkan kesepakatan. Karena hal tersebut merupakan salah

satu rukun gadai.

Namun dalam prakteknya pemanfaatan barang gadaian dari pihak

murtahin tidak dicantumkan ataupun diucapkan dalam suatu perjanjian.

Pihak rahin hanya mengetahui besarnya uang yang diterima dan besarnya

bunga yang harus dikembalikan kepada murtahin. Mengenai pemanfaatan

barang gadaian hanya sebatas apa yang dikehendaki oleh pihak rahin.Yaitu

pemanfatan yang sudah selayaknya menjadi wewenang murtahin, Sehingga

tidak terjadi dari kedua belah pihak yang merasa sangat dirugikan. Dalam

hal ini penulis mengamati masih banyak kejadian- kejadian dari salah satu

pihak yang sangat dirugikan. Seperti halnya dalam pemanfaatan barang

gadai sepeda motor apabila terjadi kerusakan tidak ditanggung oleh pihak

murtahin. Murtahin hanya sebatas memanfaatkan barang gadaian dengan

jangka waktu yang telah ditentukan. Padahal barang gadaian tersebut

apabila terjadi kerusakan sepenuhnya harus menjadi tanggung jawab oleh

pihak murtahin. Ditambah lagi bunga yang dibebankan kepada rahin

tergolong tinggi, dan disini penulis menyimpulkan pihak rahin merasa

sangat dirugikan. Kejadian yang serupa masih terjadi barang gadaian yang

berada dipihak murtahin digadaikan lagi kepada pihak ketiga tanpa

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

41

sepengetahuan pihak rahin. Disini terjadi kecurangan yang sangat nyata

dirasakan dari salah satu pihak.

D. Beberapa Contoh Transaksi Gadai Sepeda Motor di Desa Kendal Jetak

Adapun beberapa contoh transaksi gadai sepeda motor yang terjadi di

Desa Kendal Jetak yaitu :

1. Transaksi gadai yang dilakukan oleh Bapak sugiyanto ( rahin) kepada

Bapak Abadi( murtahin) transaksi terjadi pada tanggal 25 Desember 2014.

Bapak sugiyanto menggadaikan motornya seharga 8.000.000,- untuk

mendapatkan uang dari Bapak Abadi sebesar 5.000.000,- selama jangka

waktu 3 bulan karena profesi keseharian bapak Sugiyanto bekerja sebagai

petani. Bapak abadi membebankan bunga sebesar 2% per bulan, Kemudian

sepeda motor tersebut dimanfaatkan oleh bapak abadi. Setelah itu Bapak

abadi menyerahkan uang dan bapak sugiyanto menyerahkan motornya

kepada bapak abadi. Ini semua didasarkan atas rasa tolong menolong dari

keduanya, Namun demikian bapak abadi memanfaatkan sepada motornya

untuk usaha pengambilan susu perah sampai jangka waktu habis. Ketika

terjadi kerusakan sepeda motor bapak abadi tetap tidak memperbaiki

kerusakan sampai jangka waktu habis. Pada saat pengambilan sepeda motor

oleh bapak sugianto mersa kecewa karena tanpa adanya tanggung jawab

atas kerusakan sepeda motornya.

2. Transaksi yang dilakukan oleh bapak Abidin (rahin) kepada bapak Triyono

(murtahin) pada tanggal 21 april 2013. Pada tanggal 21 april 2013 bapak

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

42

abidin kesulitan mendapatkan uang untuk kuliah anak permpuannya. Beliau

meminjam uang 10.000.000.- dengan menyerahkan sepeda motor seharga

17.000.000,- kepada bapak triyono (pemegang gadai) dalam perjanjian

tersebut .Bapak triyono memberi jangka waktu selama 6 bulan dengan

bunga 100.000 per bulan. Selama 3 bulan bapak triyono menggadaikan

sepeda motor tersebut menggadaikan kepada pihak ke-3 yaitu bapak sularto

dengan bunga 1% perbulannya. Transaksi tersebut tidak di ketahui oleh

bapak abidin. Terhitung 4 bulan dari gadai yang di lakukan oleh bapak

abidin dan bapak triyono, ternyata bapak abidin ingin mengambil sepedanya

dengan beban 1% per bulan. Akan tetapi ternyata sepeda motornya masih

ditangan pihak ketiga, dan dalam hal ini bapak triono tetap meneruskan

gadai kepada pihak ketiga sampai jangka waktu habis. Tetapi bapak abidin

berusaha ingin tetap mengambil sepedanya segera kembali ketangannya(

rahin). Dengan kejadian tersebut oleh bapak triono(murtahin) boleh diambil

sepedanya ketika bapak abidin tetap membayar bunga 1% per bulan

kepadanya dan membayar bunga 1% nya lagi terhitung selama tiga bulan

kepada pihak ketiga yang menerima gadai.

3. Transaksi gadai yang dilakukan oleh bapak rusmin( rahin) kepada bapak

ahmadi (murtahin) pada tanggal 1 juni 2014. Bapak rusmin meminjam uang

kepada bapak ahmadi sebesar 2.000.000,- untuk membayar sekolah anaknya

yang berada dibangku SMP, dengan jaminan sepeda motor seharga

5.000.000,- .kemudian sepeda tersebut diserahkan kepada bapak ahmadi

untuk alat trasportasi kesehariannya untuk mengantarkan anaknya

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

43

kesekolah, Tetapi oleh bapak ahmadi justru juga dimanfaatkan untuk

mencari rumput ke sawah. Selama 5 bulan bapak ahmadi meminta bunga

100.000 ,- per bulan. Hal ini tanpa diketahui oleh bapak rusmin( rahin)

selama jangka waktu telah habis ternyata motornya terjadi kerusakan yang

mengakibatkan tidak bisa dikendarai lagi. Oleh bapak ahmadi tetap tidak

mau memperbaiki atas kerusakan barang jaminan gadai tersebut.

4. Transaksi gadai yang dilakukan oleh bapak wagimin(rahin) kepada bapak

slamet (murtahin) pada tanggal 29 januari 2015. Bapak Wagimin(rahin)

meminjam uang kedapa bapak slamet (murtahin)sebesar 12.000.000 ,-

dengan harga motornya sebesar 15.000.000,- . Dalam transaksi ini bapak

slamet meminta bunga 100.000,- per bulan. Selama jangka waktu 1 tahun.

Setelah itu bapak slamet juga menggadaikan motor tesebut kepada pabak

sutrimo selama jangka waktu 5 bulan dengan bunga 50.000,- per bulan. Jadi

selama proses gadai pihak murtahin mengambil 2 keuntungan dari pihak

rahin dan pihak ketiga.

Dari semua praktek yang terjadi di Desa kendal Jetak ini perjanjian

yang dilakukan secara lisan karena didasarkan rasa kepercayaan dan saling

tolong menolong.Umumnya menyebutkan jangka waktu masa gadai tetapi di

tengah- tengah jangka waktu yang telah ditentukan ada yang melakukan apa

yang didalam perjanjian tidak disebutkan dak tidak adanya kesepakatan.

Separti murtahin yang dengan sengaja mengambil dua keuntungan dalam

transaksi gadai sepeda motor. Bahkan kerusakan dari barang gadaian tesebut

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

44

tidak ditanggung oleh murtahin. Namun ini dipandang masih wajar karena

berfikir sebagai balas budi tersebut.

E. Pendapat Tokoh Masyarakat tentang Wanprestasi terhadap Praktek

Pemanfaatan Gadai Sepeda Motor

Pendapat sebagian ulama (tokoh masyarakat) desa Kendal jetak

Kecamatan Getasan menanggapi masalah gadai sepeda motor ini dapat penulis

simpulkan bahwa praktek pemanfaatan oleh pihak murtahin yang melanggar

dari suatu perjanjian tidak sah menurut Hukum Islam. Karena ada salah satu

pihak yang merasa dirugikan mengenai pemanfatan barang gadaian dengan

tidak memperhatikan kerusakan barang gadaian, dan tanpa sepengetahuan oleh

kedua belah pihak yang merasa dirugikan karena ada salah satu pihak dengan

sengaja melanggar perjanjian tersebut.

Dari hasil penelitian praktek tersebut dilakukan karena:

1. Kebutuhan yang mendesak.

2. Prosesnya cepat dan udah mendapatkan uang.

3. Satu- satunya barang yang dianggap bisa digadaikan dengan melihat

transportasi yang sulit, dan menjadikan murtahin mau menerima gadai

sepeda motor.

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

45

Meskipun pendapat tokoh masyarakat di desa Kendal Jetak

Kecamatan getasan mengatakan bahwa praktekgadai sepeda motor adalah tidak

sah menurut Hukum Islam. Namun pendapat tersebut belum dipublikasikan

secara luas ditengah masyarakat. Sehingga kurang begitu tahu dan mengerti

tentang Hukum dari salah satu pihak yang melakukan wanprestasi. Selain itu

minimnya SDM dari masyarakat sendiri mengenai gadai sepeda motor. Hal

tersebut menjadikan masyarakat terus menerus melakukan praktek gadai

tersebut.

Menurut Bapak Jono selaku ustad di Desa Kendal Jetak mengatakan

bahwa praktek gadai yang dilakukan oleh masyarakat merupakan utang piutang

yang memiliki unsur riba. Bahkan tergolong riba yang berlipat ganda karena

murtahin melakukan dua transaksi yang berbeda tetapi masih dengan obyek

yang sama sampai jangka waktu telah habis.

Menurut KH. Suwalim beliau mengatakan bahwa gadai yang terjadi di

desa Kendal Jetak tidak sah menurut Hukum Islam. Karena tanpa

sepengetahuan dari pihak rahin, murtahin mengadaikan sepeda motor kepada

pihak ketiga. Apabila mendapat ijin dari rahin dan murtahin tetap bertanggung

jawab atas kerusakan barang gadai itu semata- mata dilakukan sebagai balas

budi dan rasa saling tolong menolong. Tetapi jikalau ijin itu timbul karena

terpaksa dan dengan keadaan yang terjepit yang sangat membutuhkan

pertolongan, maka keadaan tersebut sebagai formalitas dalam suatu perjanjian

yang mengikat antara kedua belah pihak. Dengan tidak adanya kerelaan

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

46

tersebut maka hal yang dilakukan sama dengan memakan harta orang lain

secara berlipat ganda.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

47

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMANFAATAN

BARANG GADAI SEPEDA MOTOR STUDI KASUS WANPRESTASI

DESA KENDAL JETAK KECAMATAN GETASAN

A. Analisis Akad atau Perjanjian Gadai Sepeda Motor Menurut Hukum

Islam

Untuk meninjau pelaksanaan perjanjian atau akad yang terjadi

mengakibatkan dari salah satu pihak melakukan wanprestasi dan tidak sesuai

dengan perjanjian menurut hukum Islam, maka dapat dilihat dan dianalisis

mengenai praktek yang dilakukan di tengah- tengah masyarakat. Ketentuan

tersebut dapat dianalisis yang sesuai dengan Hukum Islam mengenai akad

perjanjian yang terjadi. Ketentuan Hukum Islam tersebut dapat dikaji fikih

muamalah ataupun lainnya yang membahas tentang akad perjanjian gadai

menurut Hukum Islam.

Dalam pelaksanan akad gadai harus memperhatikan rukun dan syarat

akad berdasarkan ketentuan menurut Hukum Islam.Adapun rukun dan syarat

gadai dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Rukun gadai (rahn):

a. Ar-Rahn (yang menggadaikan).

b. Al-Murtahin (yang Menerima Gadai).

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

48

c. Al-Marhun (barang yang digadaikan)Ar-Rahn (yang menggadaikan) .

d. Al-Marhun bih( utang).

e. Sighot( akad gadai).

2. Sedangkan syarat gadai (Rahn) dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Berakal.

b. Baligh.

c. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad

sekalipun tidak satu jenis.

d. Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian

(murtahin) atau wakilnya (Pasaribu, Lubis, 1994:152).

Dari pengertian diatas dapat dipahami rukun dan syarat gadai dalam

praktek gadai sepeda motor sama dalam fikih muamalah mengenai ketentuan

rukun dan syarat dalam Hukum Islam.

Dapat diketahui para pihak yang melakukan akad gadai sepeda motor

meliputi:

1. Pihak rahin (pemilik barang gadai).

2. Pihak murtahin (penerima barang gadai)

Dalam melaksanakan akad gadai sangat mengikat antara kedua belah pihak,

yaitu para pihak mempunyai tanggungjawab yang sama untuk tidak melanggar

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

49

dari kesepakatan yang sudah disepakati dan kesepakatan itu sudah inkrah atau

sudah harus dilaksanakan.

Dalam al-Qur’an ada dua istilah yang berhubungan dengan perjanjian,

yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad secara bahasa

adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) memberikan

definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan qabul yang dibenarkan oleh

syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya” (Dewi dkk,

2006:45-46).

Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang menjadi

tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak

maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab

(pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan

penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyaratkan dan berpengaruh

pada sesuatu (Ascarya, 2011:35)

Ijab dan kabul dapat dilakukan dengan empat cara sebagai berikut:

1. Akad secara lisan

Cara alami untuk menyatakan keinginan bagi seseorang untuk

melakukan akad dengan kata- kata. Akad dipandang telah terjadi jika ijab

dan kabul dilakukan secara lisan oleh pihak- pihak yang bersangkutan

(rahin dan murtahin).

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

50

2. Akad dengan tulisan

Jika dua pihak yang akan melakukan akad tidak berada disatu

tempat, maka dapat dilakukan melalui surat yang dibawa oleh seseorang

utusan atau melalui pos.

3. Akad dengan isyarat

Apabila seseorang tidak mungkin menyatakan ijab dan kabul

dengan perkataan karena bisu dan tidak dapat menulis untuk melakukan

akad secara tertulis.

4. Akad dengan perbuatan

Dalam jual beli yang seorang pembeli saling menyerahkan dan

menerima barang secara bersamaan (Basyir, 2000:70).

Dari pengertian dan macam- macam ijab kabul diatas penulis

menganalisis pelaksanaan ijab dan kabul sistem praktek gadai sepeda motor di

Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan menggunakan akad gadai secara lisan.

Jadi Pihak rahin menyatakan ingin menggadaikan barang gadaiannya sesuai

dengan ketentuan dalam akad dan murtahin menerima permintaan kehendak

rahin dengan menyerahkan sejumlah uang barang gadaian yang disertai ucapan

jangka waktu dan besaran bunga yang diinginkan oleh pihak murtahin. Hal ini

sudah menggambarkan sistem gadai dalam hukum Islam.

Akan tetapi diluar kesepakatan dari salah satu pihak memanfaatkan

transaksi tersebut dengan mencari keuntungan yang lebih besar lagi dengan

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

51

cara menggadaikan jaminan barang yang berada di pihak murtahin untuk

digadaikan lagi kepada pihak ketiga. Sangat sulit bagi kedua belah pihak ketika

pada akhirnya praktek gadai tersebut ada yang melanggar dari kesepakatan

tanda sepengetahuan dari salah satu pihak. Karena akad yang dilakukan hanya

secara lisan, dan ketika terjadi hal yang demikian apabila dari salah satu pihak

melakukan kesalahan dengan sengaja atau tidak untuk mencoba melanggar dari

kesepakatan sangat sulit untuk dibuktikan.

Penulis menyimpulkan dalam praktek pelaksanaan akad gadai sepeda

motor di Desa kendal Jetak Kecamatan Getasan tidak sesuai dengan kaidah

Hukum Islam karena dari salah satu pihak melakukan wanpresasi.

Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama

sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat

melakukan suatu prestasi. Menurut Prf.Subekti, SH wanprestasi ada empat

macam bentuk yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

2. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan (Ariyani,

2012:20).

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

52

Hal ini merujuk dari empat macam bentuk wanprestasi yaitu

melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Dan akad

yang dilakukan secara hukum Islam.

B. Analisis terhadap Tambahan Bunga dari Praktek Pemanfaatan Gadai

Sepeda Motor di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan

Untuk mengetahui unsur tambahan atau kelebihan dari praktek gadai

di desa kendal Jeak Kecamatan getasan, Perlu kita ketahui pengertian dari riba,

Ayat yang mengharamkan riba, dan jenis- jenis riba.

Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:

1. Bertambah (Az Ziadah), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta

tambahan dari suatu yang dihutangkan.

2. Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah

menggunakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang

lain.

3. Berlebihan atau menggembung.

Menurut syara' riba adalah akad atas iwadh (penukaran) tertentu yang

tidak diketahui persamaannya dalam ukuran syara' pada waktu akad atau

dengan mengakhirkan (menunda) kedua penukaran tersebut atau salah satunya.

Dasar hukum riba sebagaimana dalam Q.S Ali Imran ayat 130:

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

53

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.

Dari ayat diatas alangkah baiknya kita juga harus memahami tentang

macam- macam riba. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua.

Masing -masing adalah riba utang piutang dan riba jual- beli. Adapun macam-

macam riba tersebut sebagai berikut:

1. Riba qardhl, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang

disyaratkan terhadap yang berutang (muqdaridh).

2. Riba jahiliyyah, yaitu utang yang pengembaliannya lebih dari pokoknya

karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang

ditetapkan. Riba jahiliyyah dilarang karena setiap mengambil manfaat

adalah riba. Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyyah

tergolong riba nasi'ah dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan

tergolong riba fadhl.

3. Riba fadhl, yang juga disebut riba buyu yaitu riba yang timbul akibat

pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya,

sama kuantitasnya, dan sama waktu penyerahannya. Pertukaran semacam

ini mengandung sistem gharar yaitu ketidakjelasan ini dapat menimbulkan

tindakan dhalim dari salah satu pihak, kedua belah pihak dan pihak-pihak

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

54

yang lain.

4. Riba nasi'ah, yang juga disebut riba duyun yaitu riba yang timbul akibat

utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko

dan hasil usaha muncul bersama biaya. Transaksi semisal ini mengandung

pertukaran kewajiban menanggung beban hanya karena berjalannya waktu.

Riba nasi'ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang

ribawi yang dipertukarkan dengan barang ribawi lainnya (Sudarsono, 2003:

5).

Dengan menganalisis praktek gadai sepeda motor yang terjadi di Desa

Kendal Jetak, penulis menyimpulkan dengan jelas mengandung unsur riba. Hal

ini jelas dilihat dari besar bunga yang di tentukan oleh pihak murtahin,

walaupun awalnya semata- mata di dasarkan pada rasa tolong menolong dan

saling percaya antara kedua belah pihak. Lebih lagi tindakan murtahin yang

dengan sengaja ingin mencari keuntungan yang lebih besar dari praktek gadai

yang sudah terjadi. Hal ini dibuktikan tindakan murtahin yang menggadaikan

sepeda motor kepada pihak ketiga dengan obyek jaminan sepeda motor yang

sama tanpa sepengetahuan pihak rahin. Pihak murtahin dengan sengaja

melakukan hal tersebut demi mencari keuntungan yang lebih besar lagi.

Tindakan yang demikian dapat didefinisikan pengambilan keuntungan yang

berlipat ganda. Merujuk dari ayat diatas sistem gadai sepeda motor yang terjadi

tidak sesuai Hukum Islam.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mendiskripsikan pembahasan secara keseluruhan

mengenai pokok- pokok permasalahan dalam menyusun skripsi ini. Penulis

dapat menarik kesimpulan mengenai praktek pemanfaatan gadai sepeda motor

(studi kasus wanprestasi Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan) sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan praktek pemanfaatan gadai di Desa Kendal Jetak Kecamatan

Getasan ini dari proses berpindahnya motor dari pihak rahin (si pemilik

sepeda motor) kepada pihak murtahin (penerima gadai). Dalam melakukan

praktek gadai sepeda motor, melalui akad atau perjanjian yang diwujudkan

dengan ijab dan kabul yang menghasilkan kesepakatan.

Dalam prakteknya pemanfaatan barang gadai dari pihak murtahin tidak

dicantumkan ataupun diucapkan dalam suatu perjanjian. Pihak rahin hanya

mengetahui besarnya uang yang diterima dan besarnya bunga yang harus

dikembalikan kepada murtahin. Mengenai pemanfaatan barang gadaian

hanya sebatas apa yang dikehendaki oleh pihak rahin. Yaitu pemanfatan

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

56

yang sudah selayaknya menjadi wewenang murtahin. Sehingga tidak terjadi

dari kedua belah pihak yang merasa sangat dirugikan.

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya praktek Gadai

sepeda motor Desa Kendal Jetak. Faktor- faktor tersebut antara lain:

a. Karena faktor ekonomi.

b. Karena faktor sosial.

c. Karena adat kebiasaan (urf)

2. Pendapat sebagian ulama (tokoh masyarakat) desa Kendal jetak Kecamatan

Getasan menanggapi masalah gadai sepeda motor ini menyatakan bahwa

praktek pemanfaatan oleh pihak murtahin yang melanggar dari suatu

perjanjian tidak sah menurut Hukum Islam. Karena ada salah satu pihak

yang merasa dirugikan mengenai pemanfatan barang gadaian dengan tidak

memperhatikan kerusakan barang gadaian, dan tanpa sepengetahuan oleh

kedua belah pihak yang merasa dirugikan karena ada salah satu pihak

dengan sengaja melanggar perjanjian tersebut. Dari hasil penelitian praktek

tersebut dilakukan karena:

a. Kebutuhan yang mendesak.

b. Prosesnya cepat dan udah mendapatkan uang.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

57

c. Satu- satunya barang yang dianggap bisa digadaikan dengan melihat

transportasi yang sulit, dan menjadikan murtahin mau menerima gadai

sepeda motor.

3. Bahwa gadai sepeda motor yang terjadi di Desa Kendal Jetak Kecamatan

Getasan sudah sesuai dengan Hukum Islam mengenai rukun dan syaratnya.

Hanya saja didalam prakteknya ada dari salah satu pihak yamg melakukan

wanprestasi, karena dengan sengaja melanggar dari perjanjian. Yaitu

tindakan menggadaikan barang jaminan ke pihak ketiga tanpa ada

kesepakatan antara kedua belah pihak.

Kecenderungan murtahin dalam melakukan praktek gadai kepada pihak

ketiga tanpa sepengetahuan pihak rahin, menimbulkan sifat dhalim dan

melakukan kecurangan yang mengakibatkan sistem gharar karena tidak ada

kejelasan dari salah satu pihak mengenai kehalalan dan keharamannya.

Besar bunga yang tentukan oleh pihak murtahin mengandung unsur riba,

karena pihak murtahin dari awal sudah menentukan besarnya bunga yang

dibebankan kepada pihak rahin. Lebih lagi tindakan murtahin yang mencoba

mencari keuntungan yang lebih besar lagi dengan menggadaikan barang

jaminan kepada pihak ketiga. Hal ini termasuk ,encari keuntungan yang

berlipat ganda dan menurut Hukum Islam sama sekali tidak diperbolehkan.

B. SARAN-SARAN

1. Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari tidak lepas dengan adanya

uang untuk menunjang kelancaran melakukan aktifitas dalam rangka

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

58

pemenuhan kebutuhan tersebut. Salah satunya dengan jalan atau alternatif

menggadaikan barang yang memiliki nilai uang, yaitu salah satunya

menggadaikan sepeda motor kepada orang lain. Kendati demikian tidak

memperbolehkan bagi seseorang yang melakukan praktek muamalah yang

dapat menimbulkan kecurangan dan kerugian dari salah satu pihak. Hal ini

sangat tidak mengandung prinsip muamalah yang sesuai hukum Islam,

seperti tindakan murtahin dengan sengaja atau tidak melanggar dari

kesepakatan yang sudah diucapkan atau belum tetapi termasuk tindakan

yang menutut Hukum Islam tidak diperbolehkan.

2. Dari pihak murtahin lebih hati- hatilah dalam mempraktekkan sistem gadai

sepeda motor yang sesuai Hukum Islam. Sehingga tidak melakukan hal- hal

yang berusaha menentang dan lebih mengetahui cara bermuamalah yang

sesuai denga ketentuan- ketentuan dalam hukum Islam. Sehingga terhindar

dari sifat dhalim dan melakukan kecurangan.

3. Seharusnya pihak rahin juga lebih berhati- hati lagi dalam menggadaikan

sepeda motornya. Jangan terlalu percaya kepada pihak murtahin mengenai

keamanan dan kenyamanan barang jaminan yang berada dipihak

murtahin.Rahin harus memberi kejelasan batas- batas yang boleh dilakukan

oleh pihak murtahin. Yaitu mengenai batasan mengenai

pemanfaatan,tanggungjawab kerusakan dari barang gadai tersebut. Sehingga

rahin tidak merasa dirugikan.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainudin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

Ariyani, Evi. 2002. Hukum Perjanjian. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Moleong, Leksi J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fikih Muamalah. Jakarta: Amzah.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:

Ekonosia Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Wiyarti, Sri. 1991. Metode Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Dewi, Gemala, dkk. 2005. Hukum Perikatan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana

Sahrani, dkk. Tahun. Judul. Kota: Penerbit

Nawawi, Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Basyir, Ahmad Azhar. 2011. Asas- Asas Hukum Muamalat.Bogor: Ghalia

Indonesia.

Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Data Monografi desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Hasil Wawancara Bapak Sugiyanto tanggal 25 Desember 2014

Hasil Wawancara Bapak Abidin tanggal 21 April 2014

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/724/1/cover.pdfmengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

Hasil Wawancara Bapak Rusmin tanggal 1 Juni 2014

Hasil Wawancara Bapak wagimin 29 agustus 2015

Hasil Wawancara Bapak Sukir( Tokoh Masyarakat) Tanggal 18 agustus 2015

Hasil Wawancara bapak Jono( ustad) Tanggal 20 agustus 2015

Hasil Wawancara KH. Suwalim Tanggal 25 Agustus 2015