pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial ... · stratifikasi sosial dusun margajaya...

67
PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL RUMAHTANGGA PETANI SALIS RIZKA AGUNG PUTRI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: vumien

Post on 08-Mar-2019

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI

SOSIAL RUMAHTANGGA PETANI

SALIS RIZKA AGUNG PUTRI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 3: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penguasaan

Lahan terhadap Stratifikasi Sosial Rumahtangga Petani adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Salis Rizka Agung Putri

NIM I34100051

Page 4: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 5: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

ABSTRAK

SALIS RIZKA AGUNG PUTRI. Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap

Stratifikasi Sosial Rumahtangga Petani. Di bawah bimbingan HERU

PURWANDARI.

Penguasaan lahan merupakan salah satu istilah dalam struktur agraria yang

menunjuk pada penguasaan efektif. Bagi masyarakat pedesaan yang mayoritas

bekerja di bidang pertanian, tanah menjadi suatu hal yang dihargai. Hal ini

memungkinkan terjadinya pelapisan masyarakat berdasarkan penguasaan lahan.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengaruh faktor internal dan faktor

eksternal terhadap penguasaan lahan Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

mendeskripsikan bentuk dan indikator stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan

Dusun Karanglo, serta menganalisis pengaruh penguasaan lahan terhadap

stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini

dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo, Desa Tonggara

menggunakan metode kuantitatif didukung data kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor internal tidak berpengaruh terhadap penguasaan lahan

di kedua dusun. Kedua dusun memiliki tiga bentuk stratifikasi, yaitu miskin,

menengah, kaya, dengan indikator masing-masing. Penguasaan lahan berpengaruh

signifikan terhadap stratifikasi sosial di kedua dusun.

Kata kunci : penguasaan lahan, petani, stratifikasi sosial

ABSTRACT

SALIS RIZKA AGUNG PUTRI. The Effect of Land Tenure over Social

Stratification of Peasant Households. Under supervision of HERU

PURWANDARI.

Land tenure is one of the terms in the agrarian structure refers to the effective

tenurial. For rural people who majority work in agriculture, the land becomes a

thing that valuable. This allows the layering of society based on the rule of the

land. This study aims to describe the influence of external factors and internal

factors to the mastery of the land of the hamlet Margajaya and the hamlet of

Karanglo, describes the form and indicators of social stratification of the

Margajaya hamlet and the Karanglo hamlet, as well as analyze the effect of land

tenure to social stratification of the Margajaya hamlet and the Karanglo hamlet.

This research carried out in the Margajaya hamlet and the Karanglo hamlet,

Tonggara village uses the quantitative method supported a qualitative data. The

results showed that internal factors do not affect the land tenure in both hamlets.

Both the village has three forms of stratification, i.e. poor, medium, rich, with an

each indicators. Land tenure impact significantly to social stratification in both

hamlets.

Key words : land tenure, peasant, social stratification

Page 6: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 7: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI

SOSIAL RUMAHTANGGA PETANI

SALIS RIZKA AGUNG PUTRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 8: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 9: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

Judul Skripsi : Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi Sosial

Rumahtangga Petani

Nama : Salis Rizka Agung Putri

NIM : I34100051

Disetujui Oleh

Heru Purwandari, S.P, M.Si

Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 10: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 11: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penguasaan

Lahan terhadap Stratifikasi Sosial Rumahtangga Petani “ dapat diselesaikan

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

rasa terima kasih kepada:

1. Ayah Agus Nursidik dan Ibu Tukul Sulami yang selalu memberikan

dukungan baik materi, waktu maupun tenaga.

2. Heru Purwandari, S.P, M.Si, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

mencurahkan waktu dan sabar untuk membimbing dan memberikan masukan

yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA, selaku dosen penguji utama dan Ir.

Fredian Tony, MS, selaku dosen penguji anggota.

4. Ir. Hadiyanto, M.Si, selaku dosen penguji petik dan dosen pembimbing

akademik yang telah membimbing serta memberi masukan dalam hal

akademik.

5. Mba Dhiny, Mba Maria, dan Mba Nisa selaku pegawai sekretariat SKPM

yang selalu membantu perihal administrasi.

6. Kepala Desa Tonggara beserta jajarannya yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

7. Keluarga Bapak Sakhroni, Bapak Noto dan warga Desa Tonggara khususnya

Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo atas kerjasamanya selama penelitian.

8. Keluarga Bapak Handadi Khaerudin yang selalu memberikan dukungan dan

bantuan.

9. Teman-teman seperjuangan, Saefihim, Sari Lestari, Tuti Artianingsih, Anggi

Pratama, Dwi Izmi, Gebyar, Fadhianisa, Yudhistira, Putri Nurgandini,

Sakinah, Diwyacitra, Farhatul, Anjas yang selalu saling menyemangati dan

membantu. 10. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, atas semangat dan kebersamaan selama ini.

11. Teman-teman, Fitri Herdiyanti, Dewi Valentina, Vinsensia, Wulan, Ayu

Kartika, Anggriani Okta, Rifa Annisa, atas dukungan dan kebersamaannya.

12. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga

terselesaikannya skripsi ini

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang pengaruh penguasaan

lahan terhadap stratifikasi rumahtangga petani.

Bogor, Juni 2014

Salis Rizka Agung Putri

Page 12: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 13: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 4

Tinjauan Pustaka 4

Kerangka Pemikiran 9

Hipotesis Penelitian 10

Definisi Operasional 10

PENDEKATAN LAPANGAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Metode Penelitian 13

Teknik Penentuan Responden 14

Teknik Pengumpulan Data 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16

Kondisi Fisik 16

Kondisi Sosial 17

Dusun Margajaya 18

Dusun Karanglo 19

PENGUASAAN LAHAN 21

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Lahan 26

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penguasaan Lahan 29

Ikhtisar 36

PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI

SOSIAL

38

Stratifikasi Sosial 38

Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi Sosial 40

Ikhtisar 42

PENUTUP 44

Simpulan 44

Saran 45

Lampiran 46

Page 14: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,
Page 15: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

xi

DAFTAR TABEL 1 Definisi Operasional Faktor Internal 11

2 Definisi Operasional Penguasaan Lahan 11 3 Definisi Operasional Stratifikasi Sosial 12

4 Jumlah dan Persentase Luas Lahan Milik yang Dikuasai Responden Dusun

Karanglo dan Dusun Margajaya

19

5 Jumlah dan Persentase Banyak Cara yang Digunakan Responden dalam

Menguasai Lahan di Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

23

6 Jumlah dan Persentase Tingkat Pendapatan Rumahtangga Responden Dusun

Karanglo dan Dusun Margajaya

26

7 Jumlah dan Persentase Tingkat Pengeluaran Rumahtangga Responden Dusun

Karanglo dan Dusun Margajaya

26

8 Jumlah dan Persentase Jumlah Tanggungan Keluarga Rumahtangga Responden Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

27

9 Jumlah dan Persentase Status Sosial Responden Dusun Karanglo dan Dusun

Margajaya

28

10 Jumlah dan Persentase Status Penduduk Responden Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

28

11 Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun

Karanglo

29

12 Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun

Margajaya

30

13 Pengaruh Tingkat Pengeluaran terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun Karanglo

31

14 Pengaruh Tingkat Pengeluaran terhadap Penguasaan Lahan Responden

Dusun Margajaya

31

15 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun Karanglo

32

16 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Penguasaan Lahan

Responden Dusun Margajaya

33

17 Pengaruh Status Sosial terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun

Karanglo

34

18 Pengaruh Status Sosial terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun Margajaya

34

19 Pengaruh Status Penduduk terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun

Karanglo

35

20 Pengaruh Status Penduduk terhadap Penguasaan Lahan Responden Dusun Margajaya

36

21 Indikator Stratifikasi Sosial di Dusun Karanglo 38

22 Indikator Stratifikasi Sosial di Dusun Margajaya 39 23 Jumlah dan Persentase Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi

Sosial Responden Dusun Karanglo

41

24 Jumlah dan Persentase Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi

Sosial Responden Dusun Margajaya

41

25 Uji Regresi Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi Sosial Dusun

Karanglo

42

26 Uji Regresi Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi Sosial Dusun Margajaya

42

Page 16: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

xii

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi

Sosial Rumahtangga Petani

10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kerangka Sampling Dusun Karanglo 46

2 Kerangka Sampling Dusun Margajaya 47

3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 48

Page 17: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagi negara agraris seperti Indonesia, pertanian merupakan komoditas

utama. Data BPS 2013 menunjukkan 39.96 juta orang Indonesia bekerja di sektor

pertanian. Hal ini tentu membuat tanah menjadi sumberdaya yang paling penting

dan tinggi nilainya. Tjondronegoro (1998), menyatakan bahwa tanah yang

menjadi aset utama bagi rakyat banyak adalah tanah untuk bercocok tanam yang

merupakan sumber kehidupan utamanya. Tanah merupakan salah satu kebutuhan

manusia yang vital, dimana keberadaannya saat ini merupakan hal yang langka

(Wiradi 2000). Pernyataan tersebut konsisten dengan pertambahan jumlah

penduduk yang terus meningkat sedangkan ketersediaan tanah sebagai kebutuhan

hidup selalu tetap jumlahnya. Hal tersebut menjadikan tanah menjadi satu

komoditas tersendiri yang seringkali menimbulkan masalah terkait pembagian,

penyebaran dan distribusinya.

Kelembagaan tradisional merupakan aturan yang digunakan untuk

mengatasi permasalahan terkait dengan tanah, sebelum diberlakukannya UUPA

No.5 Tahun 1960. Sejak lahirnya UUPA pada tanggal 24 september 1960,

persoalan mengenai penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia diatur dalam

UUPA dan peraturan-peraturan pelaksanaannya dengan beberapa pengecualian.

Penguasaan tanah sendiri berarti suatu hak dan wewenang untuk mengatur,

mengelola, menggunakan dan memberikan hak milik tanah dalam suatu wilayah

kekuasaan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku baik hukum adat maupun

peraturan lainnya. Penguasaan tanah tidak hanya merujuk kepada kepemilikan

tanah, tetapi tanpa memiliki tanah tersebut seseorang juga dapat menguasai tanah

melalui hubungan sewa, gadai, sakap dan sebagainya. Melalui hubungan tersebut,

masyarakat yang memiliki penghasilan besar dapat menguasai sebidang tanah

dengan luas tertentu. Akibatnya dapat terjadi pemusatan penguasaan lahan oleh

sejumlah kecil golongan masyarakat. Selain itu, pemusatan penguasaan lahan ini

juga disebabkan oleh politik hukum yang seringkali bertentangan dengan UUPA,

sehingga UUPA tidak mampu dijadikan rujukan dalam mengatasi berbagai

masalah agraria dan pertanahan.

Masalah penguasaan lahan bukan saja masalah hubungan manusia dengan

lahannya, tetapi lebih menyangkut hubungan sosial politik dan ekonomi antar

manusia (Wiradi 2009). Hal tersebut menjelaskan bahwa suatu hubungan

penguasaan atas tanah melibatkan manusia dalam suatu hubungan dengan

masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian pola-pola penguasaan atas tanah akan

berubah dari waktu ke waktu. Perubahan yang terjadi pada umumnya disebabkan

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang

berasal dari dalam individu, seperti tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran,

jumlah tanggungan keluarga, status sosial dan status penduduk. Faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, seperti letak geografis, dan nilai

jual lahan.

Page 18: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

2

Desa Tonggara merupakan salah satu desa yang tergolong semi urban dan

masih berbasis pertanian. Desa ini memiliki delapan dusun dengan karakteristik

yang cukup heterogen. Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo merupakan dua

dusun yang ada di Desa Tonggara dan masih berbasis pertanian. Meskipun kedua

dusun tersebut merupakan dusun yang masih berbasis pertanian namun, memiliki

karakteristik yang cukup berbeda. Mayoritas masyarakat Dusun Margajaya

bekerja di sektor pertanian dan tidak memiliki pekerjaan sampingan, sementara

masyarakat Dusun Karanglo mayoritas memiliki pekerjaan sampingan meskipun

mereka sudah bekerja di sektor pertanian.

Penguasaan lahan merupakan faktor penting bagi masyarakat Dusun

Margajaya dan Karanglo yang kehidupannya masih tergantung pada sektor

pertanian. Penguasaan lahan juga penting dalam penentuan berbagai kebutuhan

lain dalam masyarakat karena lahan memiliki nilai jual. Berdasarkan hal tersebut,

lahan tidak hanya sebagai aset produktif, tetapi juga sebagai komoditas yang dapat

diperjualbelikan.

Menurut Soekanto (1982) selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu hal

yang dihargai, maka akan menumbuhkan sistem lapisan masyarakat. Bagi

pedesaan yang memiliki karakteristik sebagai daerah pertanian dan mayoritas

masyarakatnya bekerja di bidang pertanian seperti Dusun Margajaya dan Dusun

Karanglo, lahan menjadi suatu hal yang penting dan berharga. Hal ini akan

memungkinkan terjadinya pelapisan masyarakat berdasarkan penguasaan lahan.

Akan tetapi, pada masyarakat yang tinggal di daerah dengan karakteristik sebagai

daerah pertanian dengan mayoritas masyarakatnya justru bekerja di luar sektor

pertanian, mungkin lahan bukan lagi menjadi penentu dalam pelapisan

masyarakat. Kondisi semacam pemaparan di atas bukanlah jaminan untuk seluruh

daerah di Indonesia yang memiliki karakteristik serupa, namun pada dasarnya

sesuatu yang dihargai selalu berubah-ubah sesuai perkembangan zaman dan

teknologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk dan ukuran stratifikasi yang

ada di masyarakat berbeda-beda. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti lebih

lanjut bagaimana pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial

suatu masyarakat.

Rumusan Masalah

Tanah merupakan sumberdaya terpenting bagi masyarakat pedesaan yang

mayoritas masyarakatnya bekerja di bidang pertanian. Tanah bukan saja menjadi

sumber mata pencaharian, tetapi juga menjadi sumber dari segala aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat. Hal ini menjadikan tanah sebagai komoditas yang

memiliki nilai tinggi dibandingkan dengan benda lainnya. Bersumber dari nilai

tanah yang tinggi itu timbul berbagai hak dan kewajiban serta hal-hal yang sangat

kompleks, misalnya dalam penguasaan tanah. Penguasaan tanah sendiri menunjuk

pada penguasaan tanah secara efektif. Seseorang bisa saja menguasai sebidang

tanah tanpa harus memiliki tanah tersebut, dengan cara menyewa atau melakukan

sistem bagi hasil atau cara lain seperti gadai. Tanah tidak begitu saja dapat

dikuasai oleh seseorang. Mengingat masalah tanah tidak hanya hubungan manusia

Page 19: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

3

dengan tanah itu sendiri, tetapi juga hubungan manusia dengan manusia, sehingga

untuk dapat menguasai tanah dipengaruhi oleh faktor baik yang berasal dari dalam

orang itu sendiri maupun dari luar orang tersebut. Oleh karena itu, perlu untuk

diteliti bagaimana pengaruh faktor internal dan eksternal terhadaap

penguasaan lahan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo?

Setiap masyarakat senantiasa memiliki penghargaan terhadap hal-hal

tertentu. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu tersebut, akan

menimbulkan lapisan masyarakat. Bagi masyarakat pedesaan Jawa yang masih

kental dengan pertanian, tanah memiliki nilai yang sangat tinggi. Tingginya nilai

tanah ini dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran untuk menentukan lapisan

masyarakat. Akan tetapi, pada zaman sekarang dengan kesempatan bekerja di luar

pertanian terbuka lebar, mungkin saja tanah bukan lagi menjadi ukuran penentu

lapisan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran pelapisan masyarakat

bukan hanya tanah saja, sehingga bentuk-bentuk lapisan masyarakat pun berbeda-

beda. Oleh karena itu, perlu untuk diteliti bagaimana bentuk dan indikator

stratifikasi sosial yang terjadi di Dusun Margajaya dan Dusun karanglo?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap penguasaan

lahan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo

2. Mendeskripsikan bentuk dan indikator stratifikasi sosial di Dusun Margajaya

dan Dusun Karanglo

3. Menganalisis pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial

masyarakat Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih lanjut

mengenai pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi yang ada di masyarakat

Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo, Desa Tonggara. Melalui penelitian ini,

terdapat juga beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan pada beberapa pihak,

yaitu:

1. Bagi akademisi, diharapkan tulisan ini menjadi referensi dalam melakukan

penelitian-penelitian terkait stratifikasi di pedesaan berdasarkan penguasaan

lahan.

2. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa

kritik dan saran kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar lebih teliti

dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan penguasaan lahan.

Page 20: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Penguasaan Lahan

Konsep Penguasaan Lahan

Pada masa pra-kolonial, pola pembagian wilayah yang menonjol di

Indonesia berupa pembagian tanah menjadi beragam penguasaan atau

pengawasan, yang diberikan oleh pejabat-pejabat yang ditunjuk oleh raja atau

pihak yang berwenang di istana. Menurut Wiradi (2009), pada masa itu konsep

kepemilikan atau penguasaan tanah berdasarkan konsep Barat (“property“,

Eigendom) belum dikenal oleh golongan masyarakat manapun, bahkan bagi

penguasa. Penguasa dapat mempertahankan dan secara teoritis juga mempunyai

hak untuk menguasai, menggunakan, ataupun menjual hasil buminya sesuai

hukum adat dengan kekuasaan dan pengaruh dari para pejabat.

Menurut Harsono (2008) dalam hukum tanah dikenal adanya penguasaan

tanah secara yuridis. Penguasaan tanah secara yuridis adalah penguasaan yang

dilandasi oleh hak yang dilindungi secara hukum dan umumnya memberi

kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai tanah tersebut secara fisik.

Tidak semua penguasaan secara yuridis memberikan hak kepada pemilik tanah

untuk menguasai tanahnya secara fisik. Fakta yang terjadi di lapang, penguasaan

tanah dapat dilakukan oleh pihak lain, meskipun secara yuridis pemilik lahan

diberi kewenangan untuk menguasai tanah secara fisik. Misalnya, apabila tanah

yang dikuasai disewakan kepada pihak lain, maka tanah tersebut dikuasai secara

fisik oleh pihak lain dengan hak sewa meskipun secara yuridis, tanah tersebut

dikuasai oleh pemilik tanah. Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak

memberikan kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik,

misalnya saja kreditor atau bank sebagai pemegang hak jaminan atas tanah

mempunyai hak penguasaan secara yuridis atas tanah yang telah dijadikan

jaminan oleh pemiliknya. Akan tetapi secara fisik penguasaannya tetap pada

pemegang hak atas tanah.

Menurut pengertian struktur agraria, perlu dibedakan antara istilah

pemilikan, penguasaan, dan pengusahaan tanah. Istilah “pemilikan” dapat

diaartikan sebagai penguasaan formal, sedangkan kata “penguasaan” dapat

diartikan sebagai penguasaan efektif. Arti dari penguasaan efektif sendiri adalah

seseorang tidak harus memiliki lahan untuk menguasai lahan, tetapi lahan dapat

dikuasai dengan cara lain seperti sewa, sakap atau bagi hasil, gadai, dan lain-lain.

Contoh lebih jelas untuk penguasaan misalnya, jika sebidang tanah disewakan

kepada orang lain maka orang yang menyewa tanah tersebut yang dikatakan

secara efektif menguasai. Contoh lain, jika seseorang menggarap tanah miliknya

sendiri seluas dua hektar, kemudian orang tersebut juga menggarap tanah seluas

tiga hektar yang disewa dari orang lain, maka orang tersebut dapat dikatakan

menguasai tanah seluas lima hektar. Kata “pengusahaan” sendiri dapat diartikan

Page 21: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

5

sebagai cara yang digunakan dalam mengolah sebidang tanah agar diusahakan

secara produktif (Wiradi 2009).

Wiradi (2009) seperti yang dikutip oleh Supriyati et al. (2008) dalam

penelitiannya, mendefinisikan penguasaan lahan merupakan tatanan dan prosedur

yang mengatur hak dan kewajiban dari individu atau kelompok dalam penggunaan

dan pengawasan atas tanah. Undang-Undang Pokok Agraria (UU No.5 tahun

1960), mengakui ada beberapa hak atas tanah. Hak atas tanah tersebut adalah hak

milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka

hutan, hak memungut hasil hutan, serta hak yang sifatnya sementara seperti hak

usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah pertanian. Beberapa bentuk

penguasaan tanah tradisional diubah status hukumnya setelah diundangkannya

UUPA. Berbeda dengan teori, dalam praktek di beberapa pedesaan, perlakuan

maupun istilah dalam penguasaan tanah tradisional masih banyak dipakai.

Secara garis besar, tata hubungan antara kepemilikan, penguasaan, dan

peruntukan tanah disebut struktur agraria. Dalam struktur agraria sendiri dikenal

istilah land tenure dan land tenancy. Land tenure merujuk pada status hukum dari

penguasaan tanah. Sedangkan land tenancy menyangkut tentang sistem

pembayaran diantara pihak yang memiliki urusan dengan tanah. Istilah

penguasaan tanah tidak hanya menunjuk pada tanah milik, tetapi juga tanah yang

didapat melalui cara menyewa, gadai, dan bagi hasil. Selain itu dalam hukum

tanah dikenal juga penguasaan secara yuridis dengan diberi kewenangan dan

tanpa diberi kewenangan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Lahan

Komersialisasi yang terjadi di pedesaan Jawa pada tahun 1800 hingga 1950-

an menyebabkan terjadinya perubahan pemaknaan terhadap nilai uang. Perubahan

pemaknaan tersebut merupakan salah satu hal yang mendorong pada terjadinya

perubahan struktur agraria penguasaan lahan. Menurut Wiradi dan Manning

(1984) ada dua faktor penyebab perubahan struktur agraria penguasaan lahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa desa di DAS Cimanuk,

faktor yang mempengaruhi perubahan struktur agraria penguasaan lahan

dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yang dimaksud adalah umur petani, lama pendidikan petani, pendapatan RTP,

akses memperoleh lahan, dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan faktor

eksternal yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk, intervensi pemerintah

melalui rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), intervensi swasta, faktor

ekonomi (kesejahteraan), faktor sosial budaya (warisan), faktor alam dan

kelembagaan hukum pertanian.

Berbeda dengan penelitian Wiradi dan Manning (1984), Setiawan (2006)

menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi semakin merosotnya

penguasaan lahan, yaitu faktor ekonomi, faktor alam, kebijakan pemerintah yang

tidak mengutamakan pertanian, faktor sosial ekonomi, akses petani terhadap

lahan, dan faktor jumlah tanggungan keluarga. Apabila dicermati kembali dengan

merujuk pada penelitian Wiradi dan Manning (1984), sebenarnya faktor-faktor

tersebut dapat digolongkan secara garis besar ke dalam dua faktor, yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor yang termasuk faktor eksternal

diantaranya adalah faktor ekonomi (misal: lemahnya proporsi pendapatan usaha

tani terhadap total penerimaan rumahtangga petani), faktor alam (misal: banjir,

Page 22: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

6

kekeringan, erosi, pencemaran, iklim, cuaca, serangan hama penyakit yang

semakin intensif, luas dan bervariasi, sehingga sulit untuk diprediksi dan

dikendalikan), kebijakan pemerintah tidak mengutamakan pertanian

(kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pengendalian penguasaan sudah

banyak dibuat, namun implementasinya tidak efektif karena tidak didukung oleh

data dan sikap proaktif yang memadai dari pemangku kepentingan), faktor sosial

ekonomi (misalnya: tingginya biaya sekolah anak) dan terbatasnya kredit modal

kerja di sektor pertanian. Sedangkan yang termasuk faktor internal adalah akses

petani terhadap penggunaan lahan pertanian yang tersedia, jumlah tanggungan

keluarga (anak-anak pewaris tidak mendapatkan pekerjaan di luar sektor

pertanian, akibatnya lahan warisan dibagi-bagi hingga jelas batas-batas

kepemilikannya).

Sementara itu, dari hasil penelitian Susanti et al. (2013) hanya ada dua

faktor, yaitu faktor pertumbuhan penduduk, dan faktor ekonomi (nilai jual lahan).

Kedua faktor tersebut jika dikategorikan sesuai dengan yang dikemukakan Wiradi

dan Manning (1984) termasuk dalam faktor eksternal. Faktor yang pertama yaitu

faktor pertumbuhan penduduk, dijelaskan dalam penelitian tersebut bahwa

semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk, maka ketimpangan penguasaan

lahan pun semakin meluas. Faktor yang kedua adalah faktor ekonomi, tingginya

nilai jual lahan yang diiringi dengan tingginya kebutuhan sementara pendapatan

tidak menunjang, membuat seorang petani dapat dengan mudah menjual

lahannya. Ketika peristiwa seperti itu terus terjadi, maka bukan tidak mungkin

jika beberapa waktu yang akan datang penguasaan lahan akan semakin timpang.

Berbeda dengan penjelasan Wiradi dan Manning (1984), penelitian dari

Swastika et al. (2000) menyebutkan bahwa faktor keterbatasan tenaga kerja dan

modal usaha serta kondisi lahan yang rusak akibat keterbatasan air mempengaruhi

terjadinya pola penguasaan lahan. Jika merujuk pada temuan Wiradi dan Manning

(1984) ketiga faktor tersebut tidak serta merta dapat langsung digolongkan ke

dalam faktor eksternal maupun internal. Apabila dicermati lebih jauh lagi, faktor-

faktor yang ditemukan dalam penelitian Swastika et al. (2000) ini dapat

digolongkan dalam faktor eksternal.

Berbeda daerah, berbeda pula faktor yang mempengaruhi terjadinya

penguasaan lahan di daerah tersebut hingga terkadang menimbulkan ketimpangan.

Teori yang dapat dipakai dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi

penguasaan lahan adalah hasil temuan dari Wiradi dan Manning (1984), dengan

menggolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Meskipun berbeda-beda faktor di setiap daerah, namun dari tiga hasil penelitian di

atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang sama yang muncul di tiga daerah

penelitian yang berbeda adalah faktor ekonomi. Hal tersebut menandakan bahwa

faktor ekonomi yang lebih sering mempengaruhi terjadinya suatu pola penguasaan

lahan tertentu, namun bukan berarti bahwa faktor lain tidak berpengaruh.

Pola Penguasaan Lahan

Bagi masyarakat pedesaan, lahan masih menjadi hal yang penting dan

berperan sebagai tumpuan utama kehidupan. Apalagi nilai jual lahan semakin hari

semakin tinggi, sementara kebutuhan tidak bisa terpenuhi jika hanya

mengandalkan pertanian sebagai sumber penghasilan. Hal inilah yang seringkali

melatarbelakangi petani pemilik lahan menjual lahan atau menyewakan lahannya

Page 23: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

7

ketika berada dalam keadaan terdesak untuk membeli kebutuhan. Adanya strategi

jual beli, sewa menyewa lahan dan bagi hasil ini membuat seseorang tidak hanya

menggunakan pola eksklusif (satu orang hanya menggunakan satu pola), tetapi

banyak pola. Hasil penelitian Sihaloho et al. (2009) dalam penelitian di dua desa

perkebunan di Banten, menemukan dua pola penguasaan lahan yaitu pola

penguasaan tetap dan pola penguasaan sementara. Pola penguasaan tetap berarti

petani menguasai lahan dengan cara memiliki lahan tersebut. Sedangkan pola

penguasaan sementara dimaksudkan bahwa petani menguasai lahan tidak dengan

cara memiliki lahan, tetapi dengan cara lain, seperti sewa, gadai, sakap, dan lain-

lain. Hal ini sejalan dengan penjelasan Wiradi (2009) yang menyebutkan tentang

jenis-jenis penguasaan lahan yang diaplikasikan di Indonesia yaitu berupa milik,

sewa, sakap atau bagi hasil, menjual lepas, gadai, dan maro atau sewa bersama-

sama dengan gadai.

Pola penguasaan lahan yang sejalan dengan penjelasan Wiradi (2009) juga

dikenal dalam penelitian Susanti et al. (2013) di Pegunungan Tengger. Pola

penguasaan yang umumnya dikenal di daerah tersebut adalah pemilikan lahan

bercorak pribadi. Jika merujuk pada penelitian Sihaloho et al. (2009) pola seperti

ini termasuk pola pemilikan tetap. Dengan sistem ini, pemilik bebas untuk

melakukan pemindahtanganan kepada orang lain yang berakibat pada perpecahan

dan fragmentasi lahan pertanian. Di daerah ini, meskipun yang umumnya dikenal

adalah pola pemilikan tetap, terdapat juga penguasaan lahan bersifat sementara.

Penguasaan lahan bersifat sementara tersebut bisa didapat dengan cara sewa

menyewa, bagi hasil, dan gadai.

Penelitian lain yang sejalan dengan penjelasan Wiradi (2009) adalah

penelitian Supriyati et al. (2008) yang menyebutkan bahwa dalam studi-studi

sosial ekonomi pertanian tentang masalah penguasaan tanah di pedesaan

Indonesia dilakukan penyederhanaan dalam pengelompokkan bentuk-bentuk

penguasaan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu penguasaan tanah milik,

dan penguasaan tanah bukan milik, yang terdiri dari sewa, bagi hasil, gadai, dan

lainnya. Jika dibandingkan dengan penelitian Sihaloho et al. (2009), cara

mengelompokkan pola penguasaan pada penelitian Supriyati et al. (2008) sedikit

berbeda. Pada penelitian Sihaloho et al. (2009) pola penguasaan lahan

dikelompokkan menjadi penguasaan milik tetap dan penguasaan bersifat

sementara. Sementara pada penelitian ini dikelompokkan menjadi penguasaan

tanah milik dan penguasaan tanah bukan milik. Meskipun begitu, cara

mendapatkan lahan dari dua pengelompokkan tersebut tetap dengan cara yang

sama seperti penjelasan Wiradi (2009).

Berdasarkan pemaparan berbagai macam hasil penelitian di atas, dapat

disimpulkan bahwa pola penguasaan lahan di pedesaan Indonesia umumnya ada

dua, yaitu penguasaan lahan milik dan penguasaan lahan sementara. Penguasaan

lahan sementara yang terdiri dari sewa menyewa, sakap atau bagi hasil, gadai.

Berdasarkan dua pola penguasaan tersebut, pola yang umumnya terjadi pada

beberapa daerah penelitian di atas adalah pola penguasaan lahan milik. Hal ini

terjadi karena jenis lahan dari lokasi di ketiga penelitian tersebut berbeda-beda,

sehingga pola penguasaan yang terjadi pun berbeda-beda. Hal ini senada dengan

temuan Supriyati et al. (2008) yang melakukan penelitian di dua lokasi yang

berbeda, yaitu Jawa dan Luar Jawa. Pada Pulau Jawa penguasaan yang umum

terjadi adalah penguasaan milik. Hal ini disebabkan jenis lahan yang umumnya

Page 24: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

8

berupa tegalan dan relatif sempitnya lahan yang bisa diusahakan, sehingga orang

cenderung memilih penguasaan milik karena keuntungan yang didapat lebih besar

dibandingkan penguasaan sementara. Sementara di luar Jawa, pola penguasaan

yang umum diterapkan adalah pola penguasaan sementara karena jenis lahannya

termasuk perkebunan. Luas kebun yang besar, memberikan hasil dari pola

penguasaan sementara yang tidak lebih kecil dari penguasaan tetap.

Stratifikasi Sosial

Konsep Stratifikasi Sosial

Masyarakat telah mengakui adanya pelapisan dalam kehidupan mereka

sejak berabad-abad yang lalu. Perwujudan dari pelapisan sosial adalah adanya

kelas-kelas tinggi dan kelas rendah. Tidak adanya keseimbangan dalam

pembagian hak dan kewajiban serta tanggung jawab antar anggota masyarakat

menjadi dasar dari pelapisan masyarakat itu sendiri. Selain itu, setiap masyarakat

pada umumnya memiliki penghargaan terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat

yang bersangkutan. Penghargaan terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal

tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal lainnya. Gejala tersebut

menimbulkan pelapisan dalam masyarakat. Sistem pelapisan tersebut, dalam

sosiologi dikenal dengan istilah stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial menurut

Pitirim A. Sorokin dalam Sajogyo (1985) adalah pembedaan masyarakat ke dalam

kelas-kelas secara bertingkat.

Stratifikasi sosial menyebabkan adanya perbedaan posisi sejumlah grup

sosial. Perbedaan tersebut selanjutnya memberikan perlakuan yang berbeda.

Misalnya saja, masyarakat yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah

sangat banyak dianggap berada di lapisan atas oleh anggota masyarakat lainnya.

Biasanya kedudukan yang tinggi tersebut bersifat kumulatif. Artinya, mereka

yang memiliki uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan,

dan mungkin untuk mendapatkan kemudahan akses terhadap hal lain.

Lapisan masyarakat memiliki banyak bentuk konkret, tetapi secara prinsip

bentuk tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga macam kelas, yaitu ekonomis,

politik dan didasarkan pada jabatan tertentu dalam masyarakat. Pada umumnya

ketiga macam kelas tadi mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, namun

tidak semua keadaan demikian. Hal itu semuanya tergantung pada sistem nilai

yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.

Menurut Weber dalam Soekanto (1982) konsep stratifikasi sosial meliputi

class (kelas), status (kelompok status), dan partai-partai. Kelas merupakan

stratifikasi sosial yang berdimensi ekonomi berupa produksi dan penguasaan.

Status merupakan perwujudan stratifikasi sosial yang berhubungan dengan

prinsip-prinsip yang dianut oleh masyarakat dalam mengonsumsi “harta benda”,

menyangkut gaya hidup (life style), kehormatan (honour) dan hak-hak istimewa

(privileges). Partai merupakan perkumpulan sosial yang berdimensi pada

penggunaan kekuasaan yang mempengaruhi tindakan masyarakat.

Berdasarkan teori stratifikasi Weber, maka dasar menentukan kelas (lapisan

masyarakat) pada suatu masyarakat diantaranya dapat berdasarkan ukuran

pemilikan yang berkaitan dengan produksi. Maksud Weber, kelas itu mencakup

Page 25: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

9

orang yang memiliki peluang kehidupan yang sama dipandang dari sudut

ekonomis, antara lain melalui pemilikan dan penguasaan tanah.

Dasar-Dasar Pelapisan Masyarakat

Pelapisan masyarakat memiliki banyak bentuk dan berbeda-beda. Namun,

pelapisan masyarakat tetap ada, meskipun dalam masyarakat kapitalis,

demokratis, komunis dan lain sebagainya (Soekanto 1982). Menurut Inkeles

(1965) dalam Soekanto (1982) pada awalnya pelapisan masyarakat didasarkan

pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, pembagian

kerja, dan bahkan pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin

maju teknologi suatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan

masyarakatnya. Saat ini ada empat ukuran yang biasa dipakai untuk

menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan, yaitu :

- ukuran kekayaan, seseorang yang memiliki banyak kekayaan termasuk dalam

lapisan teratas. Misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah, kendaraan yang

dimiliki, pakaian, dan lain sebagainya.

- ukuran kekuasaan, seseorang yang memiliki kekuasaan atau wewenang

terbesar menempati lapisan teratas.

- ukuran kehormatan, ukuran semacam ini biasanya ditemui pada masyarakat-

masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka

yang pernah berjasa.

- ukuran ilmu pengetahuan, ukuran ini biasanya dipakai oleh masyarakat yang

menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang dengan gelar tertinggi menempati

lapisan teratas.

Dasar pelapisan masyarakat tidak terbatas pada keempat ukuran

sebagaimana yang dipaparkan di atas. Pada beberapa masyarakat tradisional di

Indonesia, misalnya di Jawa, seseorang yang berasal dari kerabat dan keturunan

pembuka tanah menempati lapisan tertinggi. Kemudian, menyusul para pemilik

tanah. Lalu, menyusul mereka yang hanya mempunyai pekarangan atau rumah

saja.

Kerangka Pemikiran

Definisi sederhana dari penguasaan lahan menunjuk kepada penguasaan

efektif. Seseorang dapat menguasai lahan tanpa memiliki lahan tersebut secara

yurisprudensi. Penguasaan lahan dapat dilihat dari luas lahan yang dikuasai dan

status lahan yang dikuasai. Seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat

dari waktu ke waktu juga menyebabkan terjadinya perubahan dalam hal

penguasaan lahan. Perubahan penguasaan lahan itu sendiri disebabkan oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Meskipun penguasaan lahan mengalami perubahan

dari waktu ke waktu, namun lahan tetap memiliki nilai yang tinggi. Tingginya

nilai lahan ini dapat dijadikan sebagai penentu dalam stratifikasi masyarakat.

Stratifikasi sendiri dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas, lapisan

menengah dan lapisan bawah. Pelapisan masyarakat tidak terjadi begitu saja,

Page 26: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

10

tetapi memiliki dasar. Biasanya ukuran yang menjadi dasar pelapisan adalah

sesuatu hal yang berharga.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi

Sosial Rumahtangga Petani

Keterangan :

: Mempengaruhi

: Diukur secara kualitatif

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan peneliti di atas, maka

dapat dirumuskan dua hipotesis, yaitu :

1. Diduga faktor internal mempengaruhi penguasaan lahan

2. Diduga penguasaan lahan mempengaruhi stratifikasi sosial

Definisi Operasional

Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri responden

yang mempengaruhi penguasaan lahan. Merujuk pada penelitian Wiradi dan

Penguasaan Lahan :

- Luas Lahan

- Status Lahan

Stratifikasi Sosial :

- Tingkat pendapatan

- Kepemilikan aset

- Luas Lahan

Faktor Eksternal:

- Nilai jual lahan

- Lokasi Lahan

Faktor Internal :

- Jumlah tanggungan

keluarga

- Tingkat pendapatan

- Status Penduduk

- Akses Informasi

- Tingkat Pengeluaran

Page 27: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

11

Maanning (1984) faktor internal terdiri atas jumlah tanggungan keluarga dan

tingkat pendapatan. Adapun status sosial, status penduduk dan tingkat

pengeluaran belum pernah dilaporkan sebelumnya sebagai faktor internal yang

mempengaruhi penguasaan lahan, namun dianggap perlu untuk diketahui. Status

sosial terdiri atas tiga pertanyaan tertutup dan dua pertanyaan terbuka. Indikator

untuk status sosial digolongkan menjadi dua yaitu rendah dan tinggi. Skor yang

digunakan untuk menggolangkan status sosial ke dalam dua kategori tersebut

merupakan jumlah skor dari tiga pertanyaan tertutup. Sementara penentuan

indikator keempat variabel lainnya dilakukan dengan cara jawaban tertinggi

(bukan jawaban pencilan) dikurangi jawaban terendah dibagi dua.

Tabel 1 Definisi operasional faktor internal

No Variabel Definisi Indikator Jenis Data

1 Akses

informasi

Kesempatan seseorang

untuk mendapatkan

informasi

Rendah (skor 5-9)

Tinggi (skor 10-14)

Ordinal

2 Tingkat

pendapatan

Jumlah uang pemasukan

per musim yang

dihasilkan oleh

responden dari hasil

bekerja

Rendah (1 500 000

– 5 540 000)

Tinggi ( > 5 540

000)

Ordinal

3 Status

penduduk

Hal yang berhubungan

dengan keanggotaan

sebagai orang yang

mendiami suatu tempat

yang berbeda dengan

tempat kelahirannya

Asli (Tempat

kelahiran di desa)

Pendatang (tempat

kelahiran di luar

desa)

Ordinal

4 Jumlah

Tanggungan

Keluarga

Banyaknya anggota

keluarga yang masih

menjadi tanggungan

responden dalam

memenuhi kebutuhan

hidup

Rendah (1-3 orang)

Tinggi (4-6 orang)

Ordinal

5 Tingkat

Pengeluaran

Jumlah uang rata-rata

yang keluar per bulan

untuk memenuhi

kebutuhan

Rendah ( 5 320 000

– 11 630 000)

Tinggi (>11 630

000)

Ordinal

Penguasaan Lahan

Penguasaan lahan merupakan istilah dalam struktur agraria yang

menunjukkan penguasaan efektif. Penguasaan dapat dilihat dari dua hal yaitu luas

lahan dan status lahan. Luas lahan untuk menentukan penguasaan tinggi atau

rendah. Sementara status lahan digunakan untuk menentukan pola penguasaan

yang terjadi.

Page 28: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

12

Tabel 2 Definisi operasional penguasaan lahan

No Variabel Definisi Indikator Jenis Data

1 Luas Lahan Ukuran lahan yang

dikuasai responden

dalam satuan hektar

Tinggi (> 5000 m2)

Rendah (900-5000

m2)

Ordinal

2 Status Lahan Hal yang berhubungan

dengan status lahan

yang dikuasai oleh

seseorang

Milik

Sewa

Sanggem

Waris

Nominal

Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas

yang bertingkat. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

rumahtangga petani. Setiap masyarakat di berbagai daerah memiliki ukuran dan

bentuk stratifikasinya masing-masing.

Tabel 3 Definisi operasional stratifikasi sosial

No Variabel Definisi Indikator Jenis Data

1 Tingkat

pendapatan

Jumlah rata-rata uang

yang masuk per

musim baik yang

berasal dari pertanian

maupun non

pertanian

Tinggi

Sedang

Rendah

(kedua dusun

berbeda, indikator

ada di

pembahasan)

Ordinal

2 Kepemilikan asset Jumlah benda atau

barang yang

mempunyai nilai

ekonomi yang

dimiliki oleh

responden

Tinggi

Sedang

Rendah

(kedua dusun

berbeda ukuran,

indikator ada di

pembahasan)

Ordinal

3 Luas Lahan Luasan lahan yang

dikuasai responden

Tinggi

Sedang

Rendah

(kedua dusun

berbeda ukuran,

indikator ada di

pembahasan)

Ordinal

Page 29: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua dusun yaitu Dusun Margajaya dan Dusun

Karanglo, Desa Tonggara, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal,

Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive.

Alasan pemilihan lokasi penelitian mempertimbangkan tiga aspek. Aspek yang

pertama yaitu karakteristik kedua dusun sebagai dusun pertanian. Aspek kedua

mempertimbangkan mata pencaharian masyarakat di kedua dusun. Mayoritas

masyarakat Dusun margajaya bekerja sebagai buruh tani di lahan Perhutani tanpa

memiliki pekerjaan sampingan, sementara mayoritas masyarakat Dusun Karanglo

bekerja sebagai petani dan memiliki pekerjaan sampingan. Aspek ketiga yang

dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi yaitu keadaan masyarakat dusun yang

memiliki perbedaan kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi masyarakat Dusun

Karanglo dapat dikatakan lebih baik jika dibandingkan dengan konidisi ekonomi

masyarakat Dusun Margajaya.

Tahapan dilaksanakannya penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal

skripsi yang dilaksanakan selama bulan Februari hingga minggu kedua bulan

Maret. Pada minggu ketiga bulan Maret dilaksanakan kolokium. Perbaikan

proposal dilakukan selama tiga minggu, yaitu minggu ke tiga dan ke empat bulan

Maret serta minggu pertama bulan April. Setelah proposal selesai diperbaiki,

tahap selanjutnya yaitu pengambilan data lapang yang dilaksanakan selama tiga

minggu, yaitu minggu ke dua hingga minggu ke empat bulan April. Selama

minggu pertama hingga minggu ke tiga bulan Mei, data yang didapat dari lapang

kemudian diolah dan dianalisis. Setelah data diolah dan dianalisis, tahap

selanjutnya yaitu penulisan draft skripsi yang dilaksanakan selama minggu ke tiga

bulan Mei hingga minggu ke dua bulan Juni. Setelah draft selesai disusun,

dilakukan uji petik pada minggu ke dua bulan Juni. Selesai uji petik, kemudian

pada minggu ke tiga bulan Juni dilakukan sidang. Tahap yang terakhir adalah

tahap perbaikan skripsi. Perbaikan skripsi dilakukan setelah sidang selesai

dilakukan.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung

dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survey

kepada kepala rumah tangga yang menjadi responden. Metode survey sendiri

adalah mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Sedangkan data kualitatif diperoleh melalui FGD (Focus Group Discusion)

Page 30: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

14

dengan masyarakat dusun, wawancara mendalam kepada responden dengan

panduan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.

Teknik Penentuan Responden

Unit analisis yang diambil oleh peneliti adalah rumahtangga, baik yang

bekerja di bidang pertanian maupun non pertanian yang menguasai lahan.

Selanjutnya, informasi dan data penelitian diperoleh melaui responden yang

sekaligus menjadi informan. Responden adalah pihak yang memberikan

keterangan mengenai dirinya dan keluarganya, sekaligus memberikan informasi

mengenai situasi yang terjadi di sekitarnya karena responden juga berperan

sebagai informan.

Populasi dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang ada di Dusun

Margajaya dan Dusun Karanglo, Desa Tonggara, Kecamatan Kedung Banteng,

Kabupaten Tegal. Menggunakan teknik simple random sampling, dipilih

rumahtangga yang tinggal dan lahan yang dikuasai ada di Dusun Margajaya serta

rumah tangga yang tinggal dan lahan yang dikuasai ada di Dusun Karanglo.

Berdasarkan kerangka sampling tersebut didapatkan sebanyak 55 calon responden

Dusun Margajaya dan 66 calon responden Dusun Karanglo. Kemudian responden

ditentukan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

α = Derajat kepercayaan (digunakan 10%)

Berdasarkan rumus Slovin, didapatkan 35 responden untuk Dusun

Margajaya, dan 40 responden untuk Dusun Karanglo. Selanjutnya responden

dipilih secara acak menggunakan Ms. Excel.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan melalui FGD, kuesioner, wawancara

mendalam. FGD dilaksanakan di salah satu rumah warga dengan peserta FGD

adalah masyarakat dusun setempat. Tujuan dilakukannya FGD untuk mengetahui

indikator yang digunakan oleh masyarakat lokal saat menggolong-golongkan

masyarakat di masing-masing dusun tersebut ke dalam lapisan-lapisan sosial.

Kuesioner diberikan kepada responden dan peneliti membantu responden dalam

Page 31: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

15

pengisian kuesioner tersebut untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam

pengisian. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman

pertanyaan kepada seluruh responden. Sementara data sekunder diperoleh melalui

data potensi desa dan literatur lainnya yang terkait.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data primer yang diperoleh, selanjutnya akan diolah menggunakan tabel

tabulasi silang, Microsoft Excel, dan analisis regresi menggunakan program SPSS

16.0 for Windows. Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan hubungan

antar dua variabel dan mempermudah dalam membaca serta memahami data. Data

tersebut kemudian di uji lanjut menggunakan analisis regresi jika diperlukan.

Selanjutnya hasil diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis

yang sudah ada. Data kualitatif diolah melalui tiga tahap, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Page 32: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Fisik

Desa Tonggara merupakan desa terujung barat dari Kecamatan Kedung

Banteng dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangkah, dipisahkan oleh

jalan raya Pangkah-Tonggara. Desa ini memiliki bentangan wilayah yang terbagi

menjadi dataran rendah dan berbukit-bukit serta curah hujan sebesar 306 mm,

sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk persawahan yaitu sebesar 118.88

hektar. Persawahan yang ada di Desa Tonggara terbagi menjadi sawah irigasi

teknis sebesar 55.26 hektar, irigasi sebagian teknis 35.60 hektar, dan sawah tadah

hujan sebesar 28.02 hektar. Komoditas pertanian utama di desa ini adalah jagung,

padi, dan tebu.

Prasarana dan kondisi irigasi yang digunakan untuk sawah tercatat

sepanjang 950 meter untuk saluran primer dan 1250 meter untuk saluran sekunder

sedangkan saluran tersier hanya sepanjang satu meter, prasarana yang lain seperti

pintu sadap terdapat sejumlah tiga unit dan 400 unit pintu pembagi air. Namun,

sebesar 400 meter dari saluran primer, 250 meter saluran sekunder, 710 saluran

tersier, dan satu unit pintu sadap air rusak. Prasarana air bersih yang digunakan

untuk sanitasi penduduk, sebesar 1420 unit rumah menggunakan sumur pompa

dan 40 unit rumah menggunakan sumur gali.

Tanah kering yang dimanfaatkan sebesar 163.85 hektar yang lebih dari

separuhnya digunakan sebagai ladang, 32.80 hektar digunakan sebagai

pemukiman dan 6.05 hektar digunakan sebagai pekarangan. Sebesar 32.80 hektar

yang digunakan sebagai pemukiman terbagi menjadi perkantoran pemerintah,

bangunan sekolah, pertokoan, pasar, perumahan, dan jalan desa.

Bidang pendidikan, desa ini memiliki tiga playgroup, satu taman kanak-

kanak, tiga sekolah dasar, dan satu sekolah menengah pertama serta dua

Raudhatul Athfal, namun belum memiliki sekolah menengah atas sendiri,

sehingga setelah lulus dari sekolah menengah pertama harus melanjutkan ke

kecamatan ataupun daerah lain. Akses dari dan menuju desa, sudah ada satu ruas

jalan utama yang menggunakan aspal dan satu ruas jalan yang menggunakan

makadam. Jembatan yang digunakan untuk melalui sungai juga sudah ada empat

unit jembatan beton dan satu unit jembatan besi. Sebagian besar jalan desa dalam

kondisi baik dan terawat, namun ada satu dusun yang terpencil yaitu Dusun

Margajaya yang kondisi jalannya masih berbatu dan bergelombang, sehingga

memerlukan perhatian khusus.

Pemerintah desa sudah memiliki balai desa dan gedung kantor tersendiri

dengan kondisi yang baik dan fasilitas yang lengkap. Prasarana keagamaan hanya

agama islam yang mudah ditemui karena di seluruh desa terdapat lima masjid dan

14 mushola, sedangkan prasarana agama lain tidak ada. Prasarana dan sarana

kesehatan yang ada di desa ini mencakup satu unit puskesmas, satu unit poliklinik

atau balai pengobatan, dua apotek, delapan posyandu, satu praktik dokter umum,

dua orang bidan, satu orang dukun bersalin terlatih, dan satu dukun pengobatan

alternatif.

Page 33: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

17

Kondisi fisik sarana dan prasarana Desa Tonggara secara keseluruhan

terhitung cukup memadai. Adanya minimarket seperti indomaret, serta kantor

cabang dan ATM bank BRI menambah lengkap fasilitas di desa ini. Selain itu,

akses jalan raya yang menghubungkan dengan kecamatan Pangkah dan ibukota

kabupaten yaitu Slawi, juga memudahkan warga Desa Tonggara untuk mencapai

fasilitas lain yang tidak tersedia di desa.

Kondisi sosial

Kondisi sosial Desa Tonggara berdasarkan keadaan penduduknya dapat

dilihat dari tingkat perkembangan jumlah penduduk, struktur mata pencaharian,

tingkat pendidikan, jumlah kejadian kriminalitas, serta partisipasi masyarakat

terhadap program pemerintah. Persentase perkembangan jumlah penduduk di

Desa Tonggara berdasarkan data profil desa dan kelurahan per bulan September

2013 sebanyak 1.66 persen penduduk laki-laki, dan 1.32 persen penduduk

perempuan. Berdasarkan analisis potensi desa, potensi sumberdaya manusia di

Desa Tonggara ini termasuk dalam golongan sedang.

Mata pencaharian yang dominan bagi penduduk Desa Tonggara adalah di

sektor pertanian yaitu lebih dari 80 persen total jumlah penduduk yang bekerja,

namun pekerja di sektor pertanian tersebut hampir 70 persen adalah buruh tani,

sisanya adalah petani yang menggarap lahan milik sendiri. Jumlah tersebut sangat

potensial untuk melakukan pengembangan pertanian terutama persawahan yang

terdapat di Desa Tonggara, sehingga desa ini memiliki tipologi sebagai desa

persawahan. Sektor lain yang menjadi mata pencaharian bagi masyarakat Desa

Tonggara yaitu peternakan, pegawai atau karyawan, dan wiraswasta.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Tonggara terbagi menjadi beberapa

kelompok, yaitu penduduk buta aksara, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat,

tamat SMA/sederajat, dan tamat perguruan tinggi. Persentase penduduk buta

aksara cukup kecil hanya 1.15 persen dari total jumlah penduduk, persentase

penduduk tamat SD/sederajat sekitar 40.60 persen, persentase penduduk tamat

SMP/sederajat yaitu 24.20 persen, persentase penduduk tamat SMA/sederajat

sekitar 17.80 persen, serta persentase penduduk yang tamat perguruan tinggi

adalah 1.51 persen. Persentase anak usia sekolah yang tidak bersekolah sangat

kecil. Persentase anak usia 7-12 tahun yang tidak sekolah di SD/sederajat sebesar

0.07 persen, persentase anak usia 13-15 yang tidak sekolah di SMP/sederajat

adalah 0.14 persen, serta persentase anak usia 15-18 tahun yang tidak sekolah

SMA/sederajat sebesar 0.93 persen. Fasilitas yang terdapat di Desa Tonggara

untuk menekan rendahnya tingkat pendidikan penduduk selain lembaga

pendidikan formal adalah adanya perpustakaan desa, perpustakaan keliling, serta

kelompok belajar paket A, B, dan paket C.

Kawasan Desa Tonggara memiliki tingkat keamanaan yang cukup tinggi.

Hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya kejadian konflik, perkelahian,

penggunaan atau peredaran narkoba, dan pembunuhan di tengah masyarakat.

Kasus pencurian atau perampokan hanya terdapat satu kasus dalam kurun waktu

satu tahun. Persentase penduduk yang memiliki kebiasaan berjudi hanya 0.20

Page 34: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

18

persen dari total jumlah penduduk, sedangkan persentase penduduk yang

mengonsumsi miras sangat kecil, yaitu 0.03 persen dari total jumlah penduduk.

Tingkat partisipasi masyarakat Desa Tonggara terhadap program pemerintah

dapat dikatakan cukup tinggi. Salah satunya dapat dilihat dari kesadaran

membayar pajak. Realisasi PBB tahun 2012 sebesar 100 persen dari jumlah wajib

pajak sebanyak 11892 orang. Jumlah partisipasi politik masyarakat Desa

Tonggara dalam pemilihan umum pun sangat tinggi, yaitu 91.12 persen dari

jumlah penduduk yang memiliki hak pilih. Berdasarkan kondisi sosial yang

ditinjau dari beberapa aspek tersebut, terlihat bahwa kondisi sumberdaya manusia

di Desa Tonggara memiliki potensi yang cukup untuk mendukung sektor

pertanian yang memang sangat potensial dikembangkan di Desa Tonggara. Selain

itu, dapat disimpulkan bahwa Desa Tonggara termasuk dalam kategori desa

berkembang apabila dilihat dari laju perkembangan tahunan. Sedangkan

berdasarkan analisis tingkat perkembangan lima tahunan, Desa Tonggara

termasuk dalam kategori desa swasembada.

Kondisi ekonomi Desa Tonggara jika dilihat dari kesejahteraan keluarga,

dibagi menjadi lima kategori. Kategori tersebut antara lain keluarga prasejahtera,

sejahtera 1, sejahtera 2, sejahtera 3, dan sejahtera 3 plus. Hampir sebanyak 42

persen dari total jumlah keluarga berada dalam kategori keluarga prasejahtera.

Dusun Margajaya

Dusun Margajaya merupakan dusun yang paling terpencil dibandingkan

dusun lainnya yang ada di Desa Tonggara. Bentangan wilayah dusun ini

merupakan perbukitan. Jenis lahan di dusun ini merupakan lahan tegalan dengan

luas 150 hektar. Separuh dari luas tersebut merupakan lahan Perhutani. Sedangkan

75 hektar sisanya merupakan lahan tegalan yang dikuasai oleh orang luar dusun.

Prasarana air bersih yang digunakan oleh penduduk setempat hanya berasal dari

saluran air waduk Cacaban. Kondisi tanah yang berbatu membuat masyarakat

sulit untuk mengakses sumber air tanah karena tanah sulit digali. Sarana

peribadatan hanya ada satu yaitu mushola. Kondisi jalan menuju dan di sekitar

dusun merupakan tanah liat dan berbatu, sehingga ketika musim hujan kondisi

jalan sangat licin.

Dusun Margajaya dihuni oleh 66 Kepala Keluarga (KK). Sebanyak 11 KK

bermata pencaharian di sektor non pertanian, dan 55 KK bermata pencaharian di

sektor pertanian. Tingkat pendidikan penduduk Dusun Margajaya terbagi menjadi

beberapa kelompok, yaitu buta aksara, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, dan

tamat SMA. Tidak ada satu orang Dusun Margajaya pun yang tamat perguruan

tinggi. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi masyarakat Dusun Margajaya yang

rendah.

Kondisi rumah masyarakat Dusun Margajaya sangat beragam. Kebanyakan

rumah masyarakat Dusun Margajaya masih berdinding kayu, tetapi ada juga yang

berdinding tembok. Lantai rumah mereka mayoritas masih berlantai tanah. Selain

itu, pada umumnya rumah-rumah di Dusun Margajaya tidak memiliki fasilitas

kamar mandi dan WC. Kegiatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), mereka lakukan di

Page 35: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

19

aliran air Waduk Cacaban yang juga digunakan oleh petani setempat untuk

mengairi lahan mereka.

Masyarakat Dusun Margajaya merupakan masyarakat pendatang. Mereka

adalah orang-orang yang berasal dari luar Desa Tonggara, bahkan ada yang

berasal dari luar Kabupaten Tegal. Sebelum tahun 1982, masyarakat Dusun

Margajaya adalah penggarap lahan milik orang Desa Tonggara. Pada tahun 1982,

masyarakat Desa Tonggara merasa iba dengan para pendatang, sehingga mereka

menempatkan masyarakat pendatang di Dusun Margajaya. Lokasi Dusun

Margajaya dipilih sebagai tempat untuk masyarakat pendatang karena dusun

tersebut masih belum berpenghuni dan dekat dengan aliran air.

Setelah mereka menempati Dusun Margajaya, mata pencaharian mereka

tidak berubah. Mereka tetap menjadi penggarap lahan milik masyarakat Desa

Tonggara dan ada beberapa yang menjadi buruh pemotong kayu serta bekerja di

sektor non pertanian seperti menjadi supir. Tahun 2004, Perhutani memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan pengaplingan lahan garapan di

lahan milik Perhutani dengan syarat ikut memelihara tanaman milik Perhutani

(sanggem). Lokasi Dusun Margajaya yang berdekatan dengan Perhutani membuat

mereka lebih mudah mendapat akses terhadap kesempatan tersebut, sehingga

sejak tahun 2004 masyarakat Dusun Margajaya bekerja sebagai penggarap di

lahan Perhutani. Selain menggarap lahan Perhutani, beberapa masyarakat yang

masih berusia 30-an biasanya juga bekerja sebagai buruh tani yang menggarap

lahan milik orang luar Dusun Margajaya, tetapi lahannya terletak di Dusun

Margajaya.

Dusun Karanglo

Dusun Karanglo merupakan salah satu dusun yang masih berbasis pertanian

dari delapan dusun yang ada di Desa Tonggara. Dusun ini terdiri atas lima Rukun

Tetangga (RT) dan dua Rukun Warga (RW) yang dihuni oleh 180 Kepala

Keluarga (KK). Mata pencaharian masyarakat dusun ini terhitung cukup beragam

jika dibandingkan dengan masyarakat Dusun Margajaya. Mayoritas masyarakat

Karanglo memiliki pekerjaan sampingan di sektor non pertanian seperti

berdagang atau karyawan pabrik gula maupun pabrik teh. Sebanyak 114 KK

bekerja di sektor non pertanian, sementara sisanya 66 KK masih bekerja di sektor

pertanian meskipun mereka juga memiliki pekerjaan sampingan di sektor non

pertanian. Tingkat pendidikan masyarakat Dusun Karanglo terbagi menjadi

beberapa golongan, yaitu buta aksara, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan

perguruan tinggi.

Bentangan wilayah dusun ini berupa dataran biasa, tidak seperti Margajaya.

Kondisi jalannya pun sudah berupa batako dan jalan dalam desa sudah berupa

aspal. Kondisi rumah masyarakat Dusun Karanglo pun jauh lebih baik jika

dibandingkan dengan kondisi rumah masyarakat Dusun Margajaya. Mayoritas

sudah berdinding tembok dan berlantai keramik. Berbeda dengan Dusun

Margajaya yang tidak memiliki fasilitas MCK, rumah-rumah masyarakat Dusun

Page 36: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

20

Karanglo memiliki fasilitas MCK. Sumber air yang mereka gunakan adalah air

tanah.

Masyarakat Dusun Karanglo mayoritas merupakan masyarakat asli, tetapi

ada juga yang masyarakat pendatang. Lahan pertanian yang ada di dusun ini

mayoritas merupakan lahan milik masyarakat Dusun Karanglo. Sistem yang

umum digunakan adalah waris dan jual beli. Tenaga yang digunakan untuk

menggarap lahan adalah tenaga sendiri,meskipun terkadang ada beberapa keluarga

yang menggunakan jasa buruh tani.

Page 37: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENGUASAAN LAHAN

Pola-Pola Penguasaan Lahan

Lahan merupakan sumber hidup bagi manusia baik lahan sawah, kebun,

maupun lahan tempat tinggal. Struktur agraria mengenal dua istilah yaitu istilah

pemilikan dan penguasaan lahan. Istilah pemilikan lahan sudah jelas

pengertiannya, yaitu memiliki sebidang tanah dengan luasan tertentu secara de

fakto dan juga de jure, sedangkan istilah penguasaan biasanya tidak begitu

dipahami oleh kebanyakan orang. Istilah penguasaan lahan dalam pengertian

struktur agraria menurut Wiradi (2009) tidak hanya pemilikan tanah, tetapi lebih

menunjuk kepada penguasaan efektif. Penguasaan efektif sendiri memiliki arti

menguasai tanah tidak hanya secara milik, tetapi dapat juga dilakukan dengan cara

sewa, gadai, bagi hasil dan lain sebagainya. Penguasaan lahan menjadi penting

bagi masyarakat agraris, seperti masyarakat di Dusun Karanglo dan Dusun

Margajaya, karena lahan menjadi sumber kehidupan mereka.

Lahan tidak hanya berperan sebagai aset produktif, tetapi juga sebagai aset

bernilai ekonomis tinggi yang dapat diperjualbelikan. Hal ini menjadikan lahan

sebagai aset yang dapat berpindah tangan dan berubah status penguasaannya

maupun luasannya setiap saat. Oleh karena itu, ketika berbicara penguasaan lahan,

luasan lahan menjadi penting untuk diketahui. Berikut Tabel 4 yang menunjukkan

jumlah dan persentase luas lahan yang dikuasai oleh rumahtangga responden

Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya.

Tabel 4 Jumlah dan persentase luas lahan yang dikuasai rumahtangga responden

Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

Kategori

Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Milik Non Milik Milik Non Milik

n (%) n (%) n (%) n (%)

Tinggi 4 12.5 1 100 5 45.4 21 87.5

Rendah 35 67.5 0 0 6 54.6 3 12.5

Total 39 100 1 100 11 100 24 100

Sumber : Data Primer, 2014

Data pada Tabel 4 menunjukkan luasan lahan yang dikuasai oleh

responden di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Luasan lahan yang dikuasai

baik yang milik maupun non milik dibedakan menjadi dua kategori, yaitu

berlahan rendah (900-5000 m2) dan berlahan tinggi (> 5000 m

2). Luasan lahan

yang dikuasai dibedakan menjadi milik dan non milik, karena cara penguasaan

yang dilakukan oleh responden dari kedua dusun tidak hanya cara waris dan jual

beli, tetapi ada juga cara lain seperti sewa dan sanggem. Pada Dusun Karanglo,

hanya ada satu orang yang menguasai lahan non milik dengan cara sewa. Alasan

dilakukannya sewa karena pada awalnya responden belum memiliki cukup modal

Page 38: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

22

untuk membeli tanah, sehingga responden melakukan sewa. Sementara di Dusun

Margajaya mayoritas masyarakatnya menggarap lahan Perhutani. Hanya 11

responden dari 35 responden yang menguasai lahan milik, sisanya 24 responden

menguasai lahan secara sanggem atau menggarap lahan Perhutani. Sebelum

menggarap lahan Perhutani, masyarakat Margajaya mayoritas bekerja sebagai

buruh tani yang menggarap lahan masyarakat Desa Tonggara. Mereka tidak

memiliki tanah sendiri karena mereka merupakan masyarakat pendatang.

Rendahnya upah mereka sebagai buruh tani, membuat mereka tidak mampu

membeli tanah meskipun harga tanah di Dusun Margajaya tergolong murah.

Sebanyak 11 responden yang menguasai lahan milik, merupakan mereka yang

memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai buruh tani.

Sebanyak 39 dari 40 responden Dusun Karanglo menguasai lahan milik.

Lahan milik yang dikuasai, mayoritas diperoleh melalui waris dan jual beli.

Penguasaan lahan secara tetap yang didapat dengan cara memiliki lahan tersebut

merupakan penguasaan yang umum terjadi di Dusun Karanglo. Hal ini disebabkan

lahan merupakan faktor produksi utama yang harus mereka miliki. Jika mereka

tidak memiliki lahan, mereka tidak dapat bertani. Sementara jika hanya

mengandalkan penghasilan dari pekerjaan sampingan seperti berdagang atau

menjadi karyawan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, dengan

memiliki lahan mereka merasa lebih aman dalam menjalankan usaha tani.

Mekanisme penguasaan lahan di Dusun Karanglo sendiri lebih beragam

jika dibandingkan dengan mekanisme penguasaan lahan di Dusun Margajaya.

Dusun Karanglo sudah ada sejak Desa Tonggara ada. Saat zaman penjajahan,

lahan pertanian di Desa Tonggara dikuasai oleh pemerintaha, namun sejak

Indonesia merdeka, lahan di desa ini menjadi milik masyarakat. Pembagian lahan

di Dusun Karanglo pada saat itu, didasarkan pada kesanggupan masyarakat.

Siapapun yang mau dan sanggup untuk memanfaatkan lahan-lahan tersebut, maka

dipersilahkan oleh pemerintah setempat untuk menguasai lahan. Sistem seperti tu

digunakan karena pada zaman dulu, tidak banyak masyarakat Dusun Karanglo

yang senang pada sektor pertanian. Lambat laun, lahan-lahan yang dikuasai ini

akhirnya menjadi hak milik. Mayoritas dari masyarakat yang menggarap lahan ini

mewariskan lahan kepada anak-anaknya, meskipun ada juga beberapa yang

menjual kepada orang lain. Mereka yaang menjual kepada pihak lain disebabkan

alasan ekonomi. Keterdesakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang membuat

masyarakat Dusun Karanglo menjual lahannya kepada pihak lain. Seiring

berjalannya waktu, cara penguasaan yang lain seperti sewa mulai dikenal

masyarakat. Mereka yang menyewakan lahannya biasanya adalah orang yang

pendapatannya lebih menjanjikan dari sektor non pertanian, tetapi tidak mau

melepas tanahnya. Sementara mekanisme penguasaan tanah di Dusun Margajaya

berawal dari adanya sistem pengaplingan lahan Perhutani yang ada di dusun

tersebut. Tahun 2004, Perhutani membuka kesempatan kepada masyarakat

setempat untuk mengapling lahan garapan mereka di Perhutani dengan syarat ikut

merawat tanaman milik Perhutani. Kedekatan lokasi Dusun Margajaya dengan

Perhutani membuat masyarakat dusun ini lebih akses terhadap informasi, sehingga

mayoritas dari masyarakat Margajaya yang bekerja di sektor pertanian adalah

penggarap lahan Perhutani.

Berdasarkan data Tabel 4 dapat juga dilihat luasan lahan milik yang

dikuasai oleh responden dari kedua dusun, mayoritas termasuk golongan rendah.

Page 39: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

23

Pada Dusun Karanglo, luasan lahan yang dikuasai mayoritas berkategori rendah,

karena lahan pertanian di Dusun Karanglo rata-rata sudah dikuasai secara waris,

sehingga lahan yang tersisa untuk dikuasai secara jual beli relatif sempit.

Sementara di Dusun Margajaya, lahan yang dikuasai relatif sempit karena lahan

pertanian yang ada di Dusun Margajaya milik orang Desa Tonggara. Alasan lain

yang menyebabkan lahan yang dikuasai berkategori rendah karena berkaitan

dengan tingkat pendapatan mereka yang rendah, seperti yang telah dijelaskan di

atas.

Tidak hanya luasan lahan, pola penguasaan lahan juga dapat dilihat dari

cara responden menguasai lahan. Cara responden pada pembahasan ini dilihat dari

banyaknya cara yang digunakan. Hal ini disebabkan beberapa responden

menguasai lahan dengan beberapa cara sekaligus. Data tersebut ditampilkan pada

Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase banyak cara penguasaan lahan yang digunakan

responden Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

Jumlah Cara Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1 Cara 33 82.5 28 80

2 Cara 7 17.5 5 14.3

3 Cara 0 0 2 5.7

Total 40 100 35 100

Sumber : Data Primer, 2014

Data Tabel 5 menunjukkan banyaknya cara yang digunakan responden dalam

menguasai lahan. Banyak cara yang umumnya digunakan di kedua dusun adalah

satu cara. Meskipun banyak cara yang digunakan sama, tetapi caranya berbeda.

Pada Dusun Karanglo, satu cara yang umum diterapkan adalah sistem waris dan

jual beli. Sebanyak 13 dari 33 responden yang menguasai lahan dengan satu cara

menggunakan cara waris, sementara 20 dari 33 responden yang menguasai lahan

dengan satu cara menggunakan cara jual beli. Warisan berupa tanah tidak hanya

diberikan kepada anak laki-laki, tetapi juga kepada anak perempuan. Hal ini

terlihat pada beberapa responden yang berasal dari luar Desa Tonggara, tetapi

memiliki tanah yang asalnya dari waris. Ketika ditanyakan kepada responden,

ternyata tanah tersebut merupakan warisan dari orang tua sang istri. Mereka yang

menguasai lahan hanya dengan cara jual beli merupakan responden yang tidak

mendapatkan warisan dari orangtua. Awalnya mayoritas respoden bekerja

serabutan, namun penghasilan yang didapat dirasa kurang mencukupi kebutuhan,

sehingga mereka membeli tanah agar dapat digunakan untuk bertani dan sewaktu-

waktu dalam keadaan terdesak dapat dijual. Selain itu, bekerja sebagai petani

membuat mereka mampu bekerja sampingan saat menunggu masa panen setelah

masa tanam, sehingga penghasilan pun bertambah. Sedangkan, satu cara yang

umum diterapkan di Dusun Margajaya adalah sanggem. Sebanyak 23 dari 28

responden yang menguasai lahan dengan satu cara menguasai lahan secara

sanggem, sementara lima dari 28 responden yang menguasai lahan dengan satu

cara menggunakan cara jual beli. Tanah yang dikuasai melalui cara jual beli, pada

umumnya dibeli sebelum tahun 2004. Pada tahun 2004 terjadi pengaplingan lahan

garap di lahan Perhutani. Mereka membeli tanah karena mereka merupakan

Page 40: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

24

masyarakat dari luar Desa Tonggara yang baru datang ke Margajaya setelah

Dusun Margajaya ini terbentuk. Alasan mereka merantau tentu untuk mendapat

kehidupan yang lebih baik, sehingga dengan modal awal yang mereka punya,

mereka membeli lahan di Dusun Margajaya yang harganya relatif murah jika

dibandingkan dengan harga tanah pada umumnya.

Tidak hanya satu cara yang digunakan responden untuk menguasai lahan,

sebanyak 17.5 persen responden Dusun Karanglo dan 14.3 persen responden

Dusun Margajaya menguasai lahan dengan dua cara. Kombinasi dua cara di

Dusun Karanglo merupakan kombinasi antara sistem waris dan jual beli. Pada

umumnya mereka yang menggunakan dua cara ini merasa bahwa lahan yang

mereka kuasai melalui waris masih sempit, sehingga mereka merasa perlu untuk

membeli lahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Berikut penuturan Bapak

BS, salah satu responden yang menggunakan dua cara (responden Dusun

Karanglo) :

“...dulu kan anake bapak kulo katah mba, dadose pas tanah dibagi-

bagi ngge waris niku nggeh angsale sakedik. Lah tapi kan pegaweane

kulo kan tani mba, nek ngandelaken tanah waris tok nggeh mboten

cekap dadose kulo tumbas walaupun mboten amba sing penting gadahe

kulo piyambek, wong saniki kiyate tumbas semonten mba... (dulu kan

anak bapak saya banyak mba, jadi waktu tanahnya dibagi-bagi buat

warisan ya dapatnya sedikit. Tetapi karena pekerjaan saya bertani,

kalau hanya mengandalkan tanah waris tidak cukup jadi saya membeli

tanah walaupun tidak luas yang penting milik saya sendiri mba. Ya

mau bagaimana lagi, sekarang saya kuatnya baru bisa beli segitu mba)

...”

Berbeda dengan Dusun Karanglo, dua cara yang umum digunakan oleh

responden Dusun Margajaya adalah cara sanggem dan jual beli. Cara yang

awalnya digunakan oleh mereka adalah sanggem atau menggarap lahan Perhutani

yang dimulai pada tahun 2004. Sebelum tahun 2004 mereka buruh tani di lahan

pertanian milik orang Desa Tonggara. Setelah tahun 2004 mereka memiliki modal

dan ada tanah yang dijual, mereka membeli meskipun tidak luas.

Selain dengan dua cara, ada dua responden Dusun Margajaya yang

menguasai lahan melalui tiga cara. Satu dari dua responden tersebut menggunakan

kombinasi sanggem, beli, dan sewa. Sementara satu responden yang lain

menggunakan kombinasi waris, beli, dan sanggem. Sama seperti responden yang

menerapkan dua cara, cara awal yang digunakan adalah sanggem, menyusul

kemudian digunakan cara lain yaitu beli dan sewa, atau beli dan waris. Berikut

penuturan Bapak T (responden Dusun Margajaya, 54 tahun) yang menguasai

lahan dengan cara beli, sanggem dan sewa :

“...kulo pancen gadah tanah piyambek mba, tapi karna sempit terus

sebelahe kulo ngasih sewa dadose kulo sewa tanahe. Lah terus kenapa

kalih kulo mboten ditumbas tanah niku, soale orangnya nggak ngasih

jual mba, cuma purun sewa. Nek kalih sing gadah mau dijual sih tak

beli mba... (sayaa memang punya tanah sendiri mba selain tanah

sanggem, tapi karena sempit dan yang punya tanah di sebelah tanah

Page 41: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

25

saya menawarkan sewa jadi saya sewa tanahnya. Sebenarnya kalau

sama yang punya tanah mau dijual sih saya beli mba)...”

Berdasarkan pemaparan cara penguasaan yang dilakukan oleh responden di

Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

pola di masing-masing dusun, yaitu pola penguasaan tetap dan pola penguasaan

sementara. Pola penguasaan yang umum diterapkan di Dusun Karanglo adalah

pola penguasaan tetap yang didapatkan dari jual beli dan warisan. Sementara pola

penguasaan sementara hanya diterapkan oleh satu orang, yang didapatkan dengan

cara sewa. Sedangkan pola penguasaan lahan yang umum di Dusun Margajaya

adalah pola penguasaa sementara, yang didapatkan dengan cara menggarap lahan

Perhutani atau masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah “sanggem”.

Sanggem merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk

menggarap lahan Perhutani sekaligus diminta oleh Perhutani untuk memelihara

tanaman milik Perhutani. Hal ini wajar terjadi karena masyarakat Dusun

Margajaya merupakan masyarakat pendatang. Hanya mereka yang berusia sekitar

30 tahun, yang lahir di Desa Tonggara. Sedangkan orangtua mereka semuanya

merupakan masyarakat pendatang. Pada awalnya masyarakat Dusun Margajaya

menggarap lahan milik orang Desa Tonggara. Karena jumlah mereka semakin hari

semakin banyak, sehingga masyarakat Desa Tonggara menempatkan mereka di

satu lokasi yang sekarang ini menjadi lokasi Dusun Margajaya. Selain karena

mereka masyarakat pendatang yang tidak memiliki lahan, hal lain yang

mendukung mereka menggarap lahan Perhutani karena lokasi pemukiman mereka

lebih dekat dengan Perhutani, sehingga mereka memiliki lebih banyak

kesempatan dibanding masyarakat dusun lain saat pengaplingan lahan garapan di

tahun 2004. Alasan lain masyarakat Dusun Margajaya menguasai dengan cara

sanggem karena tidak mampu membeli tanah dan sudah tidak adanya tanah yang

dijual. Berikut penuturan Bapak W (responden Dusun Margajaya, 32 tahun):

“...tanah teng mriki katahe sampun ditumbas kalih tiyang njawi mba,

sanes tiyang Margajaya. Pas mbiyen tiyang njawi niku tumbas tanah

kan regane awis, benten nek sing tumbas tiyang Margajya, dadose nek

umpamane saniki tanahe badhe disade nggeh tiyang mriki mboten kiyat

tumbas mba, soale regine kan benten mba. Tiyang ngiriki wonten sing

gadah tanah sanes tanah sanggem, tapi nggeh mboten niat disade

dadose ya rata-rata tiyang ngriki nggarap sanggem mawon pun lah..

(tanah disini kebanyakan sudah dibeli oleh orang luar Margajaya. Saat

dulu orang luar beli, harga tanahnya mahal, berbeda ketika yang beli

orang Margajaya. Jadi, kalaupun tanahnya mau dijual kembali, orang

Margajaya tidak kuat beli karena kan harganya beda mba. Orang sini

ada yang punya tanah selain tanah sanggem, tapi kan tidak untuk dijual

jadi ya rata-rata orang sini menggarap sanggem saja)...”

Page 42: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

26

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Lahan

Lahan merupakan salah satu sumberdaya terpenting bagi masyarakat

agraris. Masyarakat agraris seperti di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo tidak

hanya membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal, namun juga untuk melakukan

kegiatan pertanian. Akan tetapi, tidak semua masyarakat di Dusun Margajaya dan

Dusun Karanglo mendapatkan kesempatan yang sama untuk menguasai lahan. Hal

tersebut disebabkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan lahan

seseorang, seperti tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat

pengeluaran, status sosial, dan status kependudukan dari orang itu sendiri.

Pembahasan sub bab ini akan memaparkan tabel frekuensi masing-masing faktor.

Faktor yang pertama adalah tingkat pendapatan, berikut ini Tabel 6 yang

menunjukkan jumlah dan persentase tingkat pendapatan dari rumahtangga petani

yang menjadi responden.

Tabel 6 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan rumahtangga responden Dusun

Karanglo dan Dusun Margajaya

Kategori Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tinggi 18 45 15 42.9

Rendah 22 55 20 57.1

Total 40 100 35 100

Sumber : Data Primer, 2014

Faktor yang pertama diduga mempengaruhi penguasaan lahan adalah

tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan diukur dari rata-rata jumlah pemasukan

baik yang berasal dari pertanian maupun non pertanian per musim (per empat

bulan), karena pekerjaan utama responden sebagai petani. Data Tabel 6

menunjukkan bahwa sebanyak 45 persen responden Dusun Karanglo memiliki

pendapatan tinggi (> Rp 5 540 000). Jumlah responden tersebut lebih banyak

dibandingkan dengan responden Dusun Margajaya yaitu hanya 42.9 persen yang

memiliki pendapatan tinggi. Hal ini disebabkan responden Dusun Karanglo

memiliki pekerjaan sampingan di sektor non pertanian.

Faktor yang selanjutnya adalah tingkat pengeluaran. Pengeluaran dilihat dari

banyaknya biaya yang harus dikeluarkan responden yang dihitung per tahun.

Berikut Tabel 7 yang menunjukkan jumlah dan persentase tingkat pengeluaran

rumahtangga responden Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya.

Tabel 7 Jumlah dan persentase tingkat pengeluaran rumahtangga responden Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

Kategori Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tinggi 26 65 30 85.7

Rendah 14 35 5 14.3

Total 40 100 35 100

Sumber : Data Primer, 2014

Page 43: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

27

Tingginya tingkat pengeluaran di kedua dusun dikarenakan adanya

pemenuhan kebutuhan selain kebutuhan pokok, seperti pembelian pakaian, biaya

kesehatan, transportasi dan lain-lain. Kemudian lebih banyaknya jumlah

responden Margajaya yang memiliki pengeluaran tinggi dibandingkan responden

Dusun Karanglo karena jauh dan sulitnya akses masyarakat Dusun Margajaya

menuju pusat desa. Hal lain yang menyebebabkan pengeluaran masyarakat

Margajaya lebih tinggi dari Karanglo disebabkan sebagian besar responden

Margajaya memiliki jumlah tanggungan yang masih bersekolah, sehingga harus

mengeluarkan biaya lebih banyak dibanding responden Dusun Karanglo dengan

sedikit jumlah tanggungan yang masih berusia sekolah. Selain itu, adanya arisan

di Dusun Margajaya membuat mereka harus mengeluarkan uang lebih setiap

bulannya. Tidak hanya itu saja, tingginya tingkat pengeluaran masyarakat

Margajaya disebabkan oleh sikap konsumtif mereka. Hal tersebut dibuktikan

dengan tingginya pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli lauk pauk. Kaum

ibu di Dusun Margajaya mayoritas ikut membantu suami mereka menjadi buruh

tani. Bekerja di lahan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga tidak

jarang mereka harus berada di lahan dari pagi hingga sore hari. Lamanya waktu

yang dibutuhkan oleh para kaum ibu ini membuat mereka tidak memiliki banyak

waktu untuk memasak, sehingga mereka harus membeli lauk yang sudah masak

meskipun harganya lebih mahal dan jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan

memasak sendiri.

Faktor internal selanjutnya yaitu faktor jumlah tanggungan keluarga.

Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah banyaknya orang yang

hidup bersama dalam satu rumah dan makan dalam satu dapur yang sama. Tabel 8

menunjukkan jumlah dan persentase jumlah tanggungan keluarga responden di

Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya.

Tabel 8 Jumlah dan persentase jumlah tanggungan keluarga responden Dusun

Karanglo dan Dusun Margajaya

Kategori Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tinggi 5 12.5 16 45.7

Rendah 35 87.5 19 54.3

Total 40 100 35 100

Sumber : Data Primer, 2014

Data Tabel 8 menunjukkan kedua dusun memiliki jumlah tanggungan

keluarga yang rendah, yaitu satu hingga tiga orang. Dusun Karanglo rata-rata

memiliki jumlah tanggungan keluarga yang rendah karena usia responden

mayoritas di atas 45 tahun, sehingga anak-anak responden sudah menikah dan

tinggal berbeda rumah dengan mereka. Sementara Dusun Margajaya memiliki

jumlah tanggungan keluarga rendah karena mayoritas masih berusia sekitar 30

tahun, sehingga jumlah tanggungan mereka pada umumnya hanya dua hingga tiga

orang, yaitu anak dan istri.

Selain faktor pendapatan, pengeluaran, dan jumlah tanggungan keluarga,

faktor selanjutnya adalah status sosial responden. Akses informasi adalah

kesempatan yang dimiliki responden untuk mendapat informasi terkait

Page 44: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

28

penguasaan tanah. Akses informasi dilihat dari perkumpulan yang sedang atau

pernah diikuti, dengan siapa responden berkomunikasi selama satu minggu, dan

pernah tidaknya ditawari gadai tanah. Baik responden Dusun Karanglo maupun

Margajaya mayoritas adalah masyarakat yang akses informasinya rendah. Hal

mengenai akses informasi akan dijelaskan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Jumlah dan persentase akses informasi responden Dusun Karanglo dan

Dusun Margajaya

Kategori Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tinggi 9 22.5 7 20

Rendah 31 77.5 28 80

Total 40 100 35 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan data Tabel 9, mayoritas responden dengan jumlah lebih dari 50

persen di kedua dusun memiliki akses informasi yang rendah. Rendahnya akses

informasi responden di kedua dusun jika dilihat dari pertanyaan yang diajukan

pada kuesioner, disebabkan karena tidak adanya perkumpulan di masing-masing

dusun. Perkumpulan diharapkan dapat memberikan banyak informasi mengenai

penjualan, penggadaian atau penyewaan tanah. Selain tidak adanya perkumpulan,

mayoritas dari mereka tidak pernah ditawari gadai tanah. Pada umumnya orang

yang ditawari gadai tanah memiliki akses informasi yang tinggi di masyarakat.

Faktor terakhir adalah status kependudukan. Status kependudukan yang

dimaksud disini adalah perbedaan tempat kelahiran dan tempat tinggal sekarang.

Ketika tempat tinggal dan tempat kelahiran responden berbeda, maka dapat

dikatakan status kependudukannya termasuk penduduk pendatang. Berikut Tabel

10 yang menunjukkan sebaran jumlah dan persentase status kependudukan

responden.

Tabel 10 Jumlah dan persentase status kependudukan responden Dusun Karanglo

dan Dusun Margajaya

Kategori Dusun Karanglo Dusun Margajaya

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Asli 26 65 15 42.9

Pendatang 14 35 20 57.1

Total 40 100 35 100

Sumber : Data Primer, 2014

Data Tabel 10 menunjukkan lebih dari 50 persen responden Dusun

Karanglo merupakan penduduk asli, sementara Dusun Margajaya lebih banyak

pendatang. Hal ini wajar karena Dusun Margajaya adalah dusun yang sengaja

dibentuk oleh masyarakat asli Desa Tonggara untuk masyarakat pendatang yang

dulunya menggarap lahan-lahan milik masyarakat Desa Tonggara. Sebelum

masyarakat Dusun Margajaya menggarap lahan Perhutani, mereka menggarap

lahan masyarakat Desa Tonggara. Jumlah mereka yang terus bertambah dari

waktu ke waktu, membuat masyarakat Desa Tonggara merasa kasihan, sehingga

Page 45: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

29

dibentuklah Dusun Margajaya. Lokasi Dusun Margajaya sendiri dipilih karena

dusun tersebut merupakan salah satu dusun yang saat itu masih kosong dan dekat

dengan pengairan.

Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Penguasaan

Lahan

Masalah penguasaan lahan bukan saja masalah hubungan manusia dengan

tanahnya, tetapi lebih menyangkut hubungan sosial politik dan ekonomi antar

manusia (Wiradi 2009). Hal tersebut menjelaskan bahwa suatu hubungan

penguasaan atas tanah melibatkan manusia dalam suatu hubungan dengan

masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian pola-pola penguasaan atas tanah akan

berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut tidak terjadi begitu saja,

tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Pembahasan sebelumnya telah

memaparkan sebaran jumlah dan persentasefaktor internal yang diduga

mempengaruhi penguasaan lahan. Penguasaan lahan sendiri diukur dari luasan

lahan yang dikuasai. Kemudian dibagi menjadi dua kategori yaitu tinggi dan

rendah. Pembedaan kategori menjadi dua kategori saja, yaitu tinggi dan rendah

untuk menghindari bias dan data nol. Jika kategori ditambah dengan kategori

sedang, maka akan ada data nol dalam tabulasi silang. Selain itu, ukuran sedang

sendiri merupakan ukuran yang sulit untuk dideskripsikan. Pembahasan berikut

akan memaparkan lebih lanjut pengaruh masing-masing faktor internal terhadap

penguasaan lahan. Pembahasan yang pertama yaitu, pengaruh tingkat pendapatan

terhadap penguasaan lahan.

Tabel 11 Jumlah dan persentase pengaruh tingkat pendapatan terhadap

penguasaan lahan Dusun Karanglo

Penguasaan Lahan

Tingkat Pendapatan

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 2 9.1 6 33.3

Rendah 20 90.9 12 66.7

Total 22 100 18 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan data Tabel 11 tingkat pendapatan tidak begitu berhubungan

dengan penguasaan lahan di Dusun Karanglo. Terlihat pada Tabel 11, walaupun

pendapatan rendah ataupun pendapatan tinggi, penguasaan lahan mayoritas tetap

rendah. Hal ini disebabkan adanya sistem waris di Dusun Karanglo, sehingga

lahan warisan harus dibagi secara merata kepada ahli waris, akibatnya lahan yang

didapat pun berkategori rendah. Selain itu, dampak lain karena adanya sistem

waris, lahan yang tersisa untuk jual beli sedikit, sehingga meskipun seseorang

memiliki pendapatan tinggi penguasaan lahannya tetap rendah. Alasan lainnya

karena faktor usia yang sudah tua, sehingga kemampuan mereka untuk menggarap

lahan pun berkurang. Terdapat dua responden berpendapatan rendah, namun

Page 46: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

30

penguasaan lahannya tinggi. Lahan yang dikuasai satu dari dua responden tersebut

berasal dari waris dan satu responden lainnya merupakan perangkat desa,

sehingga mendapat tanah bengkok. Hal ini menyebabkan walaupun pendapatan

mereka rendah, namun penguasaan lahan mereka tetap tinggi.

Tabel 12 Jumlah dan persentase pengaruh tingkat pendapatan terhadap penguasaan lahan Dusun Margajaya

Penguasaan Lahan

Tingkat Pendapatan

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 15 78.9 15 93.8

Rendah 4 21.1 1 6.2

Total 19 100 16 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 12 menunjukkan pengaruh pendapatan terhadap penguasaan lahan di

Dusun Margajaya. Sama seperti Dusun Karanglo, tingkat pendapatan Dusun

Margajaya tidak begitu berpengaruh terhadap penguasaan lahan jika dilihat dari

tabulasi silang. Hal ini terlihat meskipun tingkat pendapatan responden rendah

dan tinggi, namun penguasaan lahan mereka tetap tinggi.

Setelah data disajikan dalam bentuk tabulasi silang, data di uji

menggunakan analisis regresi menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Uji tersebut

dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen, dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat pendapatan terhadap

penguasaan lahan. Uji regresi hanya dilakukan untuk Dusun Karanglo, karena

penguasaan lahan yang terjadi di Dusun Karanglo pada umumnya adalah

penguasaan milik. Uji regresi tidak dilakukan untuk Dusun Margajaya karena dari

tabulasi silang sudah terlihat jelas bahwa pendapatan tidak berpengaruh terhadap

penguasaan lahan.

Berdasarkan hasil uji analisis regresi menggunakan alfa 10 persen,

menunjukkan F hitung sebesar 3.800, dengan F tabel sebesar 2.881 untuk Dusun

Karanglo. Berdasarkan hasil uji analisis regresi untuk Dusun Karanglo dapat

disimpulkan F hitung > F tabel, sehingga tingkat pendapatan berpengaruh

terhadap penguasaan lahan. Pengaruh tidak begitu signifikan dengan nilai sig

0.59. Pengaruh tingkat pendapatan hanya signifikan pada alfa 0.1, sementara pada

alfa 0.05 tidak signifikan.

Faktor yang akan dibahas selanjutnya mengenai pengaruhnya terhadap

penguasaan lahan adalah tingkat pengeluaran. Tingkat pengeluaran dianggap

berpengaruh terhadap penguasaan lahan karena berkaitan dengan pendapatan.

Ketika pendapatan individu tinggi, namun pengeluarannya rendah, kemungkinan

individu tersebut mampu menyisihkan pendapatannya untuk menguasai lahan baik

dengan cara beli, sewa, gadai, bagi hasil, dan lain-lain. Oleh karena itu,

pengeluaran dianggap perlu untuk diketahui pengaruhnya terhadap penguasaan

lahan.

Page 47: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

31

Tabel 13 Jumlah dan persentase pengaruh tingkat pengeluaran terhadap

penguasaan lahan Dusun Karanglo

Penguasaan Lahan

Tingkat Pengeluaran

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 1 7.1 7 26.9

Rendah 13 92.9 19 73.1

Total 14 100 26 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 13 menunjukkan data pengaruh pengeluaran terhadap tingkat

penguasaan lahan Dusun Karanglo. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat

bahwa 7.1 persen responden berpengeluaran rendah, sehingga penguasaan

lahannya tinggi. Pengeluaran responden tersebut tergolong rendah, karena jumlah

tanggungan responden tergolong rendah yaitu hanya satu orang. Penguasaan

lahannya menjadi tinggi bukan karena responden dapat menyisihkan

pendapatannya untuk membeli lahan, tetapi karena lahan yang dikuasai responden

berasal dari waris. Sementara 92.9 persen responden berpengeluaran rendah,

penguasaan lahannya juga rendah. Diterapkannya sistem waris membuat luasan

lahan yang dapat dijualbelikan menjadi sedikit. Akibatnya walaupun responden

berpengeluaran rendah dan dapat menyisihkan pendapatan untuk membeli lahan,

namun karena luasan lahan yang kecil, penguasaan lahan responden tetap rendah.

Sementara tujuh responden atau 26.9 persen responden berpengeluaran tinggi,

namun penguasaan lahannya tetap tinggi. Hal ini disebabkan jumlah tanggungan

keluarga yang tinggi sehingga pengeluaran pun tinggi, namun penguasaan

lahannya tetap tinggi. Sebanyak enam dari tujuh responden tersebut menguasai

lahan dengan kategori tinggi disebabkan lahan yang mereka kuasai berasal dari

sistem waris. Sedangkan satu dari tujuh responden penguasaan lahan responden

tersebut tergolong tinggi, meskipun berpengeluaran tinggi karena lahan yang

dikuasai berasal dari tanah bengkok (tanah yang diberikan kepada aparat desa

sebagai upah, selama mereka menjabat).

Tabel 14 Jumlah dan persentase pengaruh tingkat pengeluaran terhadap

penguasaan lahan Dusun Margajaya

Penguasaan Lahan

Tingkat Pengeluaran

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 6 85 26 96.3

Rendah 2 25 1 3.7

Total 8 100 27 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 14 menunjukkan responden berpengeluaran rendah, namun

penguasaan lahannya juga rendah. Keadaan seperti ini dari salah satu responden

tersebut disebabkan lahan yang dikuasai berasal dari sistem jual beli. Meskipun

harga lahan di Dusun Margajaya tergolong murah, tetapi masih tergolong sulit

untuk menguasai lahan dalam jumlah yang luas menggunakan sistem jual beli.

Page 48: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

32

Karena lahan pertanian di Dusun Margajaya sebagian besar merupakan lahan

pertanian milik orang luar Dusun Margajaya. Sementara satu responden yang lain,

pengeluaran dan penguasaan lahannya sama-sama rendah karena faktor usia.

Tenaga yang semakin berkurang, membuat responden tersebut hanya mampu

menguasai lahan dalam jumlah sedikit. Tidak adanya pekerjaan di sektor lain,

membuat responden tetap bertahan menggarap lahan Perhutani meskipun usianya

sudah renta.

Hasil lain dari data Tabel 14 menunjukkan sebanyak 7.2 persen responden

berpengeluaran tinggi dan penguasaan lahannya rendah. Hal ini bukan karena

penguasaan lahan tetap, tetapi karena pekerjaan utama responden sebagai supir.

Pengeluarannya tergolong tinggi karena jumlah tanggungan keluarganya tinggi,

namun penguasaan lahan rendah karena responden menjadikan pertanian sebagai

pekerjaan sampingan saja.

Sebanyak 88.6 persen responden tidak menunjukkan adanya pengaruh

antara tingkat pengeluaran terhadap penguasaan lahan responden. Hal ini wajar

terjadi karena lahan yang dikuasai responden merupakan lahan milik Perhutani.

Adapun yang menyebabkan tingginya tingkat pengeluaran masyarakat Dusun

Margajaya adalah jauh dan sulitnya akses menuju pusat desa, serta jumlah

tanggungan berusia sekolah yang tergolong tinggi dibandingkan responden Dusun

Karanglo.

Tidak seperti faktor tingkat pendapatan, faktor tingkat pengeluaran tidak

perlu dilakukan uji regresi karena berdasarkan tabulasi silang sudah terlihat jelas

bahwa tingkat pengeluaran tidak berpengaruh terhadap penguasaan lahan. Tingkat

pengeluaran bukan merupakan faktor yang bisa berdiri sendiri dalam

mempengaruhi penguasaan lahan dalam kasus di dua dusun ini. Hal ini karena

adanya sistem waris yang diterapkan di salah satu dusun yang membuat

fragmentasi lahan. Selain itu juga disebabkan oleh pola penguasaan yang umum

diterapkan di dua dusun merupakan pola penguasaan yang didapatkan bukan dari

jual beli.

Selain faktor pendapatan dan pengeluaran, faktor selanjutnya yang perlu

dibahas adalah jumlah tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga perlu

untuk dibahas karena berkaitan dengan pembagian lahan. Hipotesisnya diduga

jika jumlah tanggungan keluarga tinggi, maka penguasaan lahan rendah, karena

lahan harus dibagi kepada seluruh tanggungan keluarga secara adil dan merata.

Tabel 15 Jumlah dan persentase pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap penguasaan lahan Dusun Karanglo

Penguasaan Lahan

Jumlah Tanggungan Keluarga

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 6 17.1 2 40

Rendah 29 82.9 3 60

Total 35 100 5 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 15 menunjukkan sebaran responden mengenai pengaruh jumlah

tanggungan keluarga dengan penguasaan lahan. Sebanyak 40 persen responden

memiliki jumlah tanggungan keluarga tinggi dan penguasaan lahan tinggi. Hal ini

Page 49: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

33

disebabkan lahan yang dikuasai berasal dari tanah bengkok, selain itu karena anak

dari responden masih ada yang berusia sekolah dan ada yang sudah memiliki

pekerjaan di sektor non pertanian, sehingga tanah belum dibagikan kepada anak-

anaknya. Sementara sebanyak 17.1 persen responden memiliki jumlah tanggungan

keluarga rendah, namun penguasaan lahannya tinggi. Hal tersebut terjadi karena

anak-anak dari responden sudah bekerja di sektor non pertanian, sehingga lahan

masih dikuasai oleh responden. Sementara sebanyak 80 persen responden tidak

menunjukkan adanya pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap penguasaan

lahan.

Tabel 16 Jumlah dan persentase pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap

penguasaan lahan Dusun Margajaya

Penguasaan Lahan

Jumlah Tanggungan Keluarga

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 16 84.2 15 93.8

Rendah 3 15.8 1 6.2

Total 19 100 16 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan data Tabel 16, sebesar 6.2 persen responden memiliki jumlah

tanggungan keluarga tinggi, namun penguasaan lahan rendah. Hal ini disebabkan

lahan yang dikuasai responden merupakan lahan milik, sehingga tingginya jumlah

tanggungan berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran. Sementara

sebanyak 88.6 persen responden menunjukkan tidak adanya pengaruh jumlah

tanggungan keluarga terhadap penguasaan lahan.

Uji regresi juga tidak dilakukan pada faktor jumlah tanggungan keluarga,

karena beradasarkan hasil tabulasi silang terlihat jelas tidak ada pengaruh jumlah

tanggungan keluarga terhadap penguasaan lahan. Faktor jumlah tanggungan

keluarga tidak berpengaruh terhadap penguasaan lahan di Dusun Karanglo

disebabkan mayoritas tanggungan keluarga sudah bekerja di sektor non pertanian,

kalaupun ada yang belum bekerja, masih berusia sekolah, sehingga lahan belum

perlu untuk dibagi-bagi terkait dengan sistem waris yang umum di Dusun ini.

Pada Dusun Margajaya, jumlah tanggungan keluarga tentu tidak berpengaruh,

karena pola penguasaan yang umum adalah sanggem (menggarap lahan

Perhutani), lahan tidak bisa diwariskan kepada keturunan.

Setelah membahas tiga faktor, faktor selanjutnya adalah faktor akses

informasi. Akses informasi perlu untuk diketahui pengaruhnya, sebab individu

yang memiliki akses informasi tinggi di masyarakat, biasanya lebih mudah untuk

mengakses lahan. Tidak hanya dilihat dari pernah atau tidaknya individu tersebut

ditawari gadai tanah, namun juga dengan siapa individu tersebut berkomunikasi.

Hal ini yang mendasari perlunya melihat akses informasi sebagai salah satu faktor

internal yang dianggap berpengaruh terhadap penguasaan lahan.

Page 50: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

34

Tabel 17 Jumlah dan persentase pengaruh akses informasi terhadap penguasaan

lahan Dusun Karanglo

Penguasaan Lahan

Akses informasi

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 4 12.9 5 55.6

Rendah 27 87.1 4 44.4

Total 31 100 9 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan data Tabel 17, hubungan akses informasi dengan penguasaan

lahan di Dusun Karanglo terlihat jelas. Hal ini terlihat 87.1 persen responden

memiliki akses informasi rendah, maka penguasaan lahannya rendah. Sebanyak

55.6 persen responden yang memiliki akses informasi tinggi, penguasaan

lahannya juga tinggi. Meskipun sistem waris umum diterapkan di dusun ini, tetapi

sistem jual beli juga tidak kalah banyak diterapkan di dusun ini. Terkait dengan

sistem jual beli, maka akses informasi tentu menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh. Karena dengan memiliki akses informasi yang tinggi, maka

informasi mengenai penjualan tanah akan lebih cepat sampai di tangan kita.

Pada pola penguasaan tetap, akses informasi tentu penting karena terkait

dengan informasi penjualan, penyewaan atau penggadaian tanah. Pada penelitian

ini, ingin juga dilihat pengaruh akses informasi terhadap pola penguasaan

sementara.

Tabel 18 Jumlah dan persentase pengaruh akses informasi terhadap penguasaan

lahan Dusun Margajaya

Penguasaan Lahan

Status Sosial

Rendah Tinggi

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 27 93.1 4 66.7

Rendah 2 6.9 2 33.3

Total 29 100 6 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berbeda dengan Dusun Karanglo yang penguasaan lahannya dipengaruhi

akses informasi. Penguasaan lahan di Dusun Margajaya yang menganut pola

penguasaan sementara ternyata tidak dipengaruhi akses informasi. Hal ini terlihat

dari data pada Tabel 18 yang menunjukkan sebanyak 88.6 persen responden

dengan akses informasi rendah maupun tinggi, penguasaan lahannya tetap tinggi.

Begitu juga sebanyak 11.4 persen responden yang memiliki akses informasi

rendah ataupun tinggi, penguasaan lahannya tetap rendah. Hal ini karena pola

penguasaan sementara yang diterapkan di Dusun Margajaya dan proses untuk

mendapatkan lahan garapan yang tidak memerlukan akses informasi yang tinggi

untuk mendapatkan informasi. Karena saat pengaplingan lahan garapan milik

Perhutani tahun 2004, masyarakat bebas mengapling luasan lahan yang akan

digarap sesuai dengan kemampuan masing-masing. Luasan lahan yang dikuasai

lebih dipengaruhi lokasi pemukiman responden yang dekat dengan lahan garapan.

Page 51: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

35

Pengaruh akses informasi terhadap penguasaan lahan di Dusun Karanglo

perlu diuji kebenarannya untuk membuktikan hipotesis diterima atau ditolak.

Berdasarkan hasil uji regresi dengan alfa 0.1, untuk Dusun Karanglo

menunjukkan F hitung sebesar 4.621 dengan F tabel sebesar 2.881. Sedangkan

Dusun Margajaya tidak perlu dilakukan uji regresi karena dari hasil tabulasi silang

sudah terlihat sangat jelas bahwa akses informasi tidak berhubungan dengan

penguasaan lahan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa F hitung

Dusun Karanglo > F tabel, sehingga hipotesis bahwa akses informasi berpengaruh

terhadap penguasaan lahan di Dusun Karanglo diterima. Hal ini sejalan dengan

pemaparan sebagian besar responden Dusun Karanglo yang mengemukakan

pentingnya akses informasi. Karena informasi mengenai tanah yang akan dijual

atau disewakan atau digadai berasal dari tetangga terdekat, sehingga memiliki

status sosial yang tinggi diperlukan supaya selalu mendapatkan informasi.

Faktor yang terakhir dianggap berpengaruh adalah status penduduk. Status

penduduk dilihat dari perbedaan tempat kelahiran dengan tempat tinggal sekarang.

Status penduduk dianggap berpengaruh karena biasanya masyarakat asli lebih

mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar dibandingkan masyarakat

pendatang.

Tabel 19 Jumlah dan persentase pengaruh status penduduk terhadap penguasaan lahan Dusun Karanglo

Penguasaan Lahan

Status Penduduk

Pendatang Asli

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 3 21.4 5 19.1

Rendah 11 78.6 21 80.8

Total 14 100 26 100

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 19 menunjukkan bahwa 80 persen responden baik penduduk asli

maupun pendatang, penguasaan lahannya rendah. Begitu juga dengan 20 persen

responden baik pendatang maupun penduduk asli, penguasaan lahannya tetap

tinggi. Hasil ini dipengaruhi oleh sistem waris yang ada. Meskipun mereka

masyarakat pendatang, namun karena sang istri mendapatkan tanah warisan dari

orangtua yang cukup luas, sehingga penguasaan lahan responden yang merupakan

masyarakat pendatang pun menjadi luas. Sementara 80.8 persen responden yang

merupakan masyarakat asli, namun penguasaan lahannya rendah disebabkan oleh

sempitnya lahan yang dibagi melalui sistem waris oleh orangtua responden. Selain

itu, ada responden masyarakat asli yang penguasaan lahannya rendah dan didapat

dari cara jual beli. Hal ini disebabkan lahan yang terfragmentasi akibat adanya

sistem waris yang diterapkan. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan Tabel 19, maka

secara tabulasi silang dapat dikatakan bahwa faktor status penduduk tidak

berpengaruh terhadap penguasaan lahan. Adanya sistem waris yang diterapkan di

dusun ini membuat status penduduk tidak berpengaruh terhadap penguasaan

lahan.

Page 52: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

36

Tabel 20 Jumlah dan persentase pengaruh status penduduk terhadap penguasaan lahan Dusun Margajaya

Penguasaan Lahan

Status Penduduk

Pendatang Asli

(n) (%) (n) (%)

Tinggi 18 90 13 86.7

Rendah 2 10 2 13.3

Total 20 100 15 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berbeda dengan Dusun Karanglo yang mayoritas masyarakat asli, Dusun

Margajaya didominasi oleh masyarakat pendatang. Hal ini wajar terjadi, karena

Dusun Margajaya merupakan dusun yang sengaja dibentuk oleh masyarakat Desa

Tonggara untuk ditinggali oleh masyarakat luar Desa Tonggara yang menggarap

lahan pertanian milik orang Desa Tonggara. Penempatan ini sengaja dilakukan

karena jumlah mereka dari hari ke hari semakin bertambah banyak. Perbedaan

komposisi penduduk pendatang dan asli ini tidak memberikan hasil yang berbeda

dengan Dusun Karanglo. Status penduduk di Dusun Margajaya juga tidak

memberikan pengaruh terhadap penguasaan lahan. Hal ini disebabkan pola

penguasaan sementara yang diterapkan di Dusun Margajaya. Tidak adanya aturan

dari Perhutani mengenai syarat orang yang bisa menggarap lahan Perhutani dan

dekatnya lokasi pemukiman mereka dengan Perhutani, membuat 88.6 persen

responden baik pendatang maupun asli menguasai lahan berkategori tinggi.

Uji regresi tidak perlu dilakukan lagi karena berdasarkan hasil tabulasi

silang kedua dusun sudah jelas menunjukkan bahwa status penduduk tidak

berpengaruh terhadap penguasaan lahan. Hal ini berhubungan dengan pola

penguasaan yang diterapkan di masing-masing dusun.

Ikhtisar

Lahan merupakan sumber hidup bagi manusia, terutama masyarakat agraris.

Dalam struktur agraria dikenal dua istilah, yaitu pemilikan dan penguasaan lahan.

Pemilikan lahan yaitu memiliki lahan baik secara de jure maupun de fakto.

Penguasaan lahan yaitu menguasai lahan secara efektif, atau pemilikan secara de

fakto. Pola penguasaan lahan yang ada di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo

ada dua, yaitu pola penguasaan milik dan sementara. Pola penguasaan milik untuk

Dusun Margajaya didapat dari jual beli, sementara untuk Dusun Karanglo didapat

dari waris dan jual beli. Pola penguasaan sementara untuk Dusun Margajaya

didapat dari sanggem dan sewa, sementara pola penguasaan sementara Dusun

Karanglo didapat dari sewa.

Ada lima faktor internal yang dianggap berpengaruh terhadap penguasaan

lahan, yaitu tingkat pendapatan, pengeluaran, jumlah tanggungan keluarga, status

Page 53: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

37

sosial dan status penduduk. Setelah dilakukan analisis dengan tabulasi silang pada

kelima faktor dan uji regresi pada beberapa faktor, tidak ada satu faktor internal

pun yang berpengaruh untuk kedua dusun. Faktor yang berpengaruh pada

penguasaan lahan di Dusun Karanglo adalah pendapatan dan status sosial,

sementara di Dusun Margajaya tidak ada faktor internal yang berpengaruh pada

penguasaan lahan. Pada Dusun Margajaya penguasaan lahan dipengaruhi oleh

faktor eksternal, yaitu lokasi lahan. Kedekatan lokasi pemukiman dengan lokasi

lahan garapan milik Perhutani membuat masyarakat Dusun Margajaya lebih bisa

mengakses lahan dibanding masyarakat dusun lain. Sementara pada Dusun

Karanglo, selain dipengaruhi faktor internal, juga dipengaruhi faktor eksternal,

yaitu nilai jual lahan. Nilai jual lahan dianggap berpengaruh karena pola

penguasaan tetap yang ada di Dusun Karanglo sebagian berasal dari jual beli,

sehingga nilai jual lahan dianggap berpengaruh terhadap penguasaan lahan di

Dusun Karanglo.

Page 54: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

38

PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP

STRATIFIKASI SOSIAL

Stratifikasi Sosial

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa ada tiga lapisan masyarakat yang

secara umum ada di masyarakat, yaitu lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan

bawah. Kecenderungan yang ada, lapisan atas lebih sedikit jumlah orangnya

dibandingkan dengan dua lapisan di bawahnya dan lapisan bawah relatif lebih

besar jumlahnya. Disebutkan lebih dalam pula, setidaknya ada empat ukuran

untuk menggolongkan seseorang masuk ke dalam lapisan masyarakat, antara lain

ukuran kekayaan, kekuasaan, pengetahuan, dan kehormatan.

Data dan informasi dari hasil Focus Group Discussion (FGD) yang

dilakukan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo menunjukkan bahwa

masyarakat di kedua dusun tersebut hanya menggunakan ukuran kekayaan untuk

menggolongkan petani ke dalam lapian masyarakat. Selain itu, data dan informasi

juga menunjukkan masyarakat Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo mengenal

adanya tiga lapisan, yaitu lapisan kaya, lapisan menengah, dan lapisan

bawah/miskin.

Tabel 21 Indikator stratifikasi sosial di Dusun Karanglo

No Lapisan Indikator

1 Miskin/bawah Memiliki aset berupa barang elektronik berjumlah 1-4,

Pendapatan per musim (4 bulan) 2 000 000 – 3 500 000,

Luas lahan yang dikuasai 900 – 4900 m2

2 Menengah Memiliki aset berupa barang elektronik berjumlah 4-6,

Pendapatan per musim (4 bulan) 3 600 000 – 6 000 000,

Luas lahan yang dikuasai 5000 – 7000 m2

3 Kaya Memiliki aset berupa barang elektronik berjumlah 7,

Pendapatan per musim (4 bulan) 6 100 000 – 12 000 000,

Luas lahan yang dikuasai > 7000 m2

Sumber : Data Primer, 2014

Pada Dusun Karanglo, ukuran yang biasa digunakan untuk

menggolongkan individu ke dalam suatu kelas atau lapisan tertentu adalah tingkat

pendapatan dan jumlah barang elektronik yang dimiliki. Seperti ukuran yang

sudah tertulis pada tabel di atas, suatu rumahtangga petani dikatakan kaya jika ia

memiliki pendapatan per musim antara 6 100 000 hingga 12 000 000 dan

memiliki barang elektronik sebanyak 7 barang tanpa melihat nilai ekonominya

serta luasan lahannya lebih dari 7000 m2. Sementara lapisan menengah jika

rumahtangga tersebut memiliki pendapatan per musim antara 3 600 000 hingga 6

000 000, namun jumlah barang elektronik yang dimiliki sekitar 4-6 dengan luas

lahan yang dikuasai 5000 – 7000 m2. Lapisan miskin atau lapisan bawah jika

pendapatannya per musim 2 000 000 – 3 500 000, dan memiliki barang elektronik

sebanyak 1-4 barang dengan luasan lahan yang dikuasai kurang dari 5000 m2.

Page 55: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

39

Ukuran lain adalah jabatan yang dimiliki. Seorang perangkat desa sudah pasti

menempati lapisan kaya, meskipun pendapatan yang didapatkan selama per

musim sedikit. Kondisi Karanglo yang secara ekonomi jauh lebih baik

dibandingkan Margajaya, karena mayoritas masyarakat Karanglo memiliki

pekerjaan sampingan, membuat kondisi rumah juga menjadi tolak ukur lain untuk

menggolongkan individu. Mayoritas memang rumah masyarakat Karanglo sudah

berdinding tembok dan berlantai keramik, serta memiliki kamar mandi. Hal ini

menjadi pembeda untuk orang lapisan atas dan menengah dengan lapisan bawah.

Beberapa lapisan bawah memiliki rumah berdinding tembok dan berlantai

keramik, namun ada juga yang terlihat berbeda dan mencolok yaitu berdinding

bambu dan berlantai tanah ataupun plester.

Kemudian ukuran luasan lahan dengan interval yang tidak sama untuk

setiap lapisan, 0.5 hektar dijadikan sebagai pembatas antara batas bawah dan batas

tengah karena berdasarkan penuturan masyarakat saat FGD, orang yang bisa

menguasai tanah dengan luas kurang dari 0.5 hektar sudah biasa dan masih

terbilang sempit. Sementara mereka yang menguasai lahan lebih dari 0.5 hektar

sudah dianggap mampu karena tanah yang umum dikuasai orang Karanglo adalah

sawah yang harganya lebih mahal dibanding tanah tegalan.

Berbeda daerah, berbeda pula indikator yang digunakan untuk menentukan

lapissan seseorang. Begitu juga indikator Dusun Margajaya dengan Dusun

Karanglo. Berikut ditampilkan indikator stratifikasi sosial di Dusun Margajaya.

Tabel 22 Indikator stratifikasi sosial di Dusun Margajaya

No Lapisan Indikator

1 Miskin Pendapatan 1 500 000 – 4 000 000, Tidak memiliki

kambing, luas lahan yang dikuasai < 10 000 m2

2 Menengah Pendapatan 4 100 000 – 8 000 000, memiliki kambing

dengan jumlah 1-5 ekor, luas lahan 10 000 – 20 000 m2

3 Kaya Pendapatan 8 100 000 – 36 000 000, memiliki kambing

> 5 ekor, luas lahan > 20 000 m2

Sumber : Data Primer, 2014

Berbeda dengan masyarakat Dusun Karanglo yang menggunakan

kepemilikan barang elektronik sebagai tolak ukur untuk menentukan lapisan, pada

masyarakat Dusun Margajaya kepemilikan kambing dijadikan sebagai tolak ukur.

Pada tabel di atas telah disebutkan indikator yang digunakan oleh masyarakat

Dusun Margajaya, orang yang memiliki pendapatan 8 100 000 – 36 000 000,

memiliki kambing lebih dari 5 ekor, dan luasan lahan yang dikuasai lebih dari 20

000 m2. Lapisan menengah jika memiliki pendapatan 4 100 000 – 8 000 000,

memiliki kambing 1- 5 ekor, dan luas lahan yang dikuasai antara satu hingga dua

hektar. Sementara lapisan bawah atau lapisan miskin jika pendapatannya kurang

dari 4 000 000, tidak memiliki kambing, dan luas lahan yang dikuasai kurang dari

1 hektar.

Tidak seperti Dusun Karanglo, kondisi rumah masyarakat Dusun Margajaya

hampir sama yaitu berdinding tembok dan berlantai tanah, atau berdinding bambu

dan berlantai tanah. Kondisi rumah bagi masyarakat Dusun Margajaya tidak

mencerminkan orang tersebut berada di lapisan mana. Berikut penuturan Ibu N :

Page 56: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

40

“...tiyang sugih teng ngriki tah sing penting gadah wedus mba, terus

tanahe ya amba kira-kira langkung sing 2 hektar lah. Griyo tah ya mbuh

pan ambruk mbuh apa sing penting saged ngge tilem, wong arane wong

tani ya griyone bodol mba... (orang kaya disini yang penting punya

kambing dan luas tanahnya lebih dari 2 hektar. Rumah sih mau roboh

juga yang penting bisa buat tidur, namanya juga petani ya rumahnya jelek

mba)...”

Kepemilikan barang elektronik tidak begitu dipermasalahkan oleh mereka

karena menurut mereka tidak begitu penting. Sejak awal mereka menempati dusun

tersebut pada tahun 1982 belum ada listrik sebagai sumber penerangan. Listrik

baru masuk ke dusun tersebut pada tahun 2003, sehingga bagi mereka barang

elektronik tidak begitu penting karena sejak awal mereka pun terbiasa tanpa

listrik. Hal terpenting menurut mereka adalah lahan yang mereka kuasai.

Meskipun mereka hanya menguasai secara sementara yang mereka sadari dapat

sewaktu-waktu diambil kembali oleh orang Perhutani, namun sebagai masyarakat

agraris yang bergantung pada lahan membuat lahan tetap menjadi hal penting bagi

mereka. Menyadari pentingnya arti lahan bagi mereka, membuat mereka ingin

memiliki tanah sendiri, namun belum adanya modal ditambah tanah sudah

dimiliki oleh orang luar dan jika dijual kembali kepada mereka, harganya lebih

mahal dibanding jika orang Margajaya sendiri yang menjualnya langsung kepada

mereka, membuat mereka masih enggan untuk membeli tanah saat ini. Berikut

penuturan Bapak K :

“...kulo tani karena sagede tani mba, terus tiyang sepuh awit mbiyen

pegaweane dados tani, dadose ya kulo tani mawon lah. Pengine tah gadah

tanah piyambek mba, tapi ya pripun ya mba dereng wonten artone ngge

tumbas tanah. Pancen sih regine tesih murah tapi dereng wonten sing

badhe nyade tanah. Lagian tanah ngriki kan mpun ditumbas kalih tiyang

njawi, dong disade malih kalih tiyang margajaya ya regine luwih awis mba,

dadose ya suka Perhutani mawon lah (saya bertani karena bisanya bertani

mba, terus sejak dulu pekerjaan orangtua juga menjadi petani, jadi saya

bertani saja. Penginnya sih punya tanah sendiri mba, tapi belum ada

uangnya. Memang sih harganya murah tapi belum ada yang mau jual juga.

Lagian tanah disini kan sudah dibeli orang luar, jadi kalau dijual lagi ke

orang Margajaya harganya lebih mahal jadi lebih baik tanah PERHUTANI

saja)..”

Pengaruh Penguasaan Lahan terhadap Stratifikasi Sosial

Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan bentuk dan ukuran yang

digunakan untuk menentukan stratifikasi di kedua dusun.Kedua dusun

memiliki ukuran yang berbeda karena kondisi hidup mereka baik secara sosial

maupun ekonomi juga berbeda. Meskipun berbeda, namun ada dua indikator

yang sama di kedua dusun untuk menentukan stratifikasi, yaitu tingkat

Page 57: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

41

pendapatan dan luas lahan. Berdasarkan indikator yang sudah ada, berikut

tabulasi silang yang menunjukkan sebaran responden berdasarkan penguasaan

lahan dan stratifikasinya.

Tabel 23 Jumlah dan persentase pengaruh penguasaan lahan terhadap

stratifikasi sosial Dusun Karanglo

Stratifikasi Sosial

Penguasaan Lahan

Rendah Sedang Tinggi

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Miskin 17 58.6 1 16.7 1 20

Menengah 11 37.9 3 50.0 1 20

Kaya 1 3.5 2 33.3 3 60

Total 29 100 6 100 5 100

Sumber : Data Primer, 2014

Data Tabel 23 menunjukkan penguasaan lahan berhubungan dengan

stratifikasi sosial dan arahnya positif. Terlihat sebesar 58.6 persen responden

dengan penguasaan lahan rendah berada di stratifikasi sosial miskin. Hal ini

sejalan dengan penjelasan dari Soekanto (1982), selama dalam suatu masyarakat

terdapat hal yang dihargai, maka itulah yang menjadi indikator pelapisan. Dusun

Karanglo sebagai salah satu dusun berbasis pertanian di Desa Tonggara, membuat

lahan menjadi suatu hal yang dihargai oleh masyarakat. Selain itu, meskipun

tingkat pendapatan juga diukur sebagai indikator stratifikasi, namun kontribusi

pendapatan pertanian terhadap seluruh total pendapatan cukup tinggi, sehingga

luasan lahan tetap menjadi hal penting yang menyumbang pendapatan.

Tabel 24 Jumlah dan persentase pengaruh penguasaan lahan terhadap

stratifikasi sosial Dusun Margajaya

Stratifikasi Sosial

Penguasaan Lahan

Rendah Sedang Tinggi

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Miskin 12 85.7 2 13.3 0 0

Menengah 2 14.3 13 86.7 1 16.7

Kaya 0 0 0 0 5 83.3

Total 14 100 15 100 6 100

Sumber : Data Primer, 2014

Serupa dengan hasil tabulasi silang di Dusun Karanglo, hubungan

penguasaan lahan dengan stratifikasi sosial di Dusun Margajaya juga terlihat

jelas. Meskipun pola penguasaan yang diterapkan di Dusun Margajaya berbeda

dengan Dusun Karanglo, namun ternyata penguasaan lahan tetap berhubungan

dengan penguasaan lahan. Berdasarkan hasil tabulasi silang kedua dusun dapat

disimpulkan bahwa terlihat ada kecenderungan hubungan antara penguasaan

lahan dengan stratifikasi sosial. Selain kecenderungan hubungan, perlu untuk

dilihat pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi, sehingga dilakukan uji

regresi.

Page 58: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

42

Tabel 25 Uji regresi pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial

rumahtangga petani Dusun Karanglo

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 5.308 1 5.308 13.041 .001a

Residual 15.467 38 .407

Total 20.775 39

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Berdasarkan data Tabel 25 dapat dilihat pengaruh penguasaan lahan

terhadap stratifikasi sosial masyarakat Dusun Karanglo. Pengaruh tersebut dilihat

dari nilai F yang didapat dari hasil penghitungan dibandingkan dengan nilai F

tabel. Nilai F tabel menunjukkan angka sebesar 4.171, sedangkan F hitung

sebesar 13.041. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, sehingga dapat

disimpulkan bahwa penguasaan lahan berpengaruh terhadap stratifikasi.

Selanjutnya, untuk melihat kuatnya pengaruh dilihat dari nilai sig. Nilai sig

menunjukkan 0.001, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh penguasaan

lahan signifikan terhadap stratifikasi sosial bahkan pada alfa dibawah 0.5 persen.

Tabel 26 Uji regresi pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial rumahtangga petani Dusun Margajaya

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 13.382 1 13.382 92.205 .000a

Residual 4.789 33 .145

Total 18.171 34

Sumber : Data Primer (diolah), 2014

Data pada Tabel 26 menunjukkan pengaruh penguasaan lahan terhadap

stratifikasi sosial rumahtangga petani di Dusun Margajaya. Pengaruh dilihat dari

nilai F hitung yang dibandingkan dengan nilai F tabel. Pada alfa 0.1 dengan df

tepi atas 1 dan tepi bawah 33, nilai F tabel sebesar 4.171, sedangkan F hitung

sebesar 92.205. Hal ini menunjukkan F hitung > F tabel, sehingga penguasaan

lahan berpengaruh terhadap stratifikasi sosial. Pengaruh penguasaan lahan

terhadap stratifikasi sosial sangat signifikan dilihat dari nilai sig sebesar 0.000.

Dapat disimpulkan bahwa penguasaan lahan berpengaruh sangat signifikan

terhadap stratifikasi sosial, bahkan pada alfa dibawah 0.5 persen.

Ikhtisar

Stratifikasi merupakan pelapisan masyarakat ke dalam kelas-kelas

berdasarkan indikator tertentu. Berbeda daerah, berbeda pula indikator yang

digunakan. Secara umum, indikator yang sama sebagai penentu stratifikasi

Page 59: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

43

adalah luas lahan dan tingkat pendapatan. Sementara indikator lain yang juga

menentukan stratifikasi berbeda untuk masing-masing dusun. Pada Dusun

Karanglo, kepemilikan barang elektronik sangat menentukan strata orang,

namun pada Dusun Margajaya, yang terpenting adalah kepemilikan kambing.

Berdasarkan indikator tersebut, terdapat tiga lapisan di masing-masing dusun,

yaitu lapisan kaya, menengah, dan miskin.

Hasil tabulasi silang kedua dusun menunjukkan bahwa penguasaan lahan

memberikan pengaruh terhadap stratifikasi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa

di zaman industrialisasi seperti sekarang, dusun dengan karakteristik pertanian

masih tetap menjadikan penguasaan lahan sebagai salah satu faktor yang

menentukan stratifikasi seseorang di masyarakat.

Page 60: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Dusun Margajaya dan

Dusun Karanglo, didapatkan beberapa informasi penting terkait dengan pengaruh

penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial.

Penguasaan lahan yang terjadi di Dusun Karanglo dan Dusun Margajaya

tidak dipengaruhi faktor internal. Hanya tingkat pendapatan yang berpengaruh

pada penguasaan lahan di Dusun Karanglo, sementara di Dusun Margajaya tidak

dipengaruhi oleh semua faktor internal. Terdapat dua faktor eksternal, yaitu nilai

jual lahan dan lokasi lahan. Nilai jual lahan berpengaruh terhadap penguasaan

lahan di Dusun Karanglo, sementara lokasi lahan berpengaruh terhadap

penguasaan lahan di Dusun Margajaya.

Terdapat dua pola penguasaan di masing-masing dusun, yaitu pola

penguasaan tetap dan pola penguasaan sementara. Pola yang umum diterapkan di

Dusun Karanglo adalah pola penguasaan tetap yang didapat dengan cara waris dan

jual beli lahan. Sementara pola penguasaan yang umum di terapkan di Dusun

Margajaya adalah pola penguasaan sementara yang didapat dengan cara sanggem.

Terdapat tiga indikator utama penentu stratifikasi sosial di masing-masing

dusun. Dusun Karanglo menggunakan indikator tingkat pendapatan, luas lahan,

dan kepemilikan barang elektronik. Sementara Dusun Margajaya menggunakan

indikator tingkat pendapatan, luas lahan, dan kepemilikan kambing. Berdasarkan

indikator tersebut didapat tiga lapisan stratifikasi di masing-masing dusun, yaitu

lapisan miskin, menengah, dan lapisan kaya.

Berdasarkan uji regresi dengan alfa 0.1 persen, penguasaan lahan terbukti

mempengaruhi stratifikasi sosial rumahtangga petani baik di Dusun Margajaya

maupun Dusun Karanglo. Pengaruh penguasaan lahan terhadap stratifikasi sosial

di Dusun Margajaya terlihat lebih kuat dibanding di Dusun Karanglo. Hal ini

disebabkan kondisi ekonomi masyarakat Dusun Karanglo lebih baik dibanding

Dusun Margajaya, dan mereka lebih modern dibanding Dusun Margajaya. Hal

tersebut terlihat dari salah satu indikator stratifikasi di Dusun Karanglo adalah

kepemilikan aset berupa barang elektronik. Selain itu, adanya sistem warisan yang

umum diterapkan di dusun ini membuat luasan lahan yang diperjualbelikan

menjadi sedikit, sehingga tidak banyak masyarakat Dusun Karanglo yang

menguasai lahan dalam jumlah yang luas. Luasan lahan ini selanjutnya

mempengaruhi strata seseorang dalam masyarakat, sehingga walaupun

berpengaruh tetapi karena luasan lahannya sempit, nilai dari uji regresi menjadi

lebih kecil jika dibandingkan Dusun Margajaya.

Page 61: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

45

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, setiap masyarakat memiliki pola

penguasaan terhadap lahan. Mengingat bahwa penguasaan lahan masih menjadi

satu hal penting penentu stratifikasi, diharapkan pemerintah dapat lebih

memperhatikan kondisi seperti ini. Karena bukan tidak mungkin, beberapa tahun

ke depan penguasaan lahan semakin timpang. Hanya orang bergolongan tanah

luas saja yang dapat menguasai lahan, sehingga peran buruh tani semakin

termarginalisasi.

Page 62: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

DAFTAR PUSTAKA

Murniatmo Gatut, Murianto Wiwoho, Krisnanto, Poliman, Suhatno. 1989. Pola

penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah secara tradisional di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sajogyo P. 1985. Sosiologi pembangunan. Jakarta.

Setiawan I. 2006. Dinamika struktur dan kultur agraria petani pada berbagai zona

agroekosistem di Kecamatan Solokanjeruk, Kecamatan Nagreg dan

Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bandung : Fakultas

Pertanian, Universitas Padjajaran.

Sihaloho M, Purwandari H, dan Supriyadi A. 2009. Reforma agraria di bidang

pertanian : studi kasus perubahan struktur agraria dan diferensiasi

kesejahteraan komunitas pekebun di Lebak, Banten. Sodality [internet].

[Diunduh pada 18 Desember 2013].Vol.3 No.1:1-16. Tersedia pada

http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/download/5874/4539

Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode penelitian survei. Jakarta : LP3S.

Soekanto Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Supriyati, Saptana, dan Supriyatna Y. 2008. Hubungan penguasaan lahan dan

pendapatan rumah tangga di pedesaan (kasus di Provinsi Jawa Tengah,

Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat). [internet]. [Diunduh pada 12

November 2013]. Tersedia pada

http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4035/3024.

Susanti A, Hidayat K, dan Sukesi K. 2013. Struktur penguasaan lahan pertanian

dan hubungan kerja agraris pada masyarakat Tengger (studi kasus di Dusun

Krajan, Desa Sapikerep, Kawasan pegunungan Tengger Lereng Atas). Jurnal

Habitat [internet. [Diunduh pada 6 Oktober 2013]. Vol. XXIV No.1. Tersedia

pada http://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/viewFile/99/99.

Suyanto, et al. 2005. Metode penelitian sosial. Jakarta : Kencana.

Swastika DKS, Djulin A, dan Ramli R. 2000. Struktur penguasaan lahan dan

pendapatan rumahtangga tani. [internet]. [Diunduh pada 3 Desember 2013].

Tersedia pada

http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewFile/4008/2998.\

Tjondronegoro, Soediono M.P. 1998. Keping-keping sosiologi dari pedesaan.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Wiradi G. 2009. Metode penelitian agraria. Dalam : Shohibuddin M, penyunting.

Metodologi studi agraria : karya terpilih Gunawan Wiradi. Bogor [ID] :

Sajogyo Institut. 348 hal.

Wiradi G, White B, Collier WL, Soentoro, Makali, dan Manning C.2009. Ranah

studi agraria. Dalam : Shohibuddin M, penyunting. Ranah studi agraria :

penguasaan tanah dan hubungan agraris. Yogyakarta [ID] : Sekolah Tinggi

Pertanahan Nasional. 355 hal.

Wiradi G, dan Manning C.1984. Dampak perubahan struktur ekonomi terhadap

struktur penguasaan lahan beberapa desa di DAS CIMANUK. J struktur dan

distribusi penguasaan lahan. 1:1-15.

Page 63: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

47

LAMPIRAN

Page 64: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

Lampiran 1 Kerangka sampling Dusun Karanglo

45 Supriyanto Laki-Laki

46 Daroh Laki-Laki

47 Kasid Laki-Laki

48 Taripin Laki-Laki

49 Sakhroni Laki-Laki

50 Udiono Laki-Laki

51 Wakijan Laki-Laki

52 Martopo Laki-Laki

53 Saryadi Laki-Laki

54 Waram Laki-Laki

55 Caman Laki-Laki

56 Dagmad Laki-Laki

57 Jono Laki-Laki

58 Kardi Laki-Laki

59 Rebo Laki-Laki

60 Kirman Laki-Laki

61 Parichin Laki-Laki

62 Kasmadi Laki-Laki

63 Noto Laki-Laki

64 Harjo Laki-Laki

65 Juli Laki-Laki

66 Wakijan Laki-Laki

No Nama Jenis Kelamin

1 Kasmari Laki-Laki

2 Sono Laki-Laki

3 Budi Santoso Laki-Laki

4 Imam Supaat Laki-Laki

5 Paijo Laki-Laki

6 Jani Laki-Laki

7 Supagi Laki-Laki

8 Warim Laki-Laki

9 Subekhi Laki-Laki

10 Sukarno Laki-Laki

11 Caman Laki-Laki

12 Kasmadi Laki-Laki

13 Sakwad Laki-Laki

14 Dagmad Laki-Laki

15 Nasori Laki-Laki

16 Karyo Laki-Laki

17 Rosidin Laki-Laki

18 Cahyono Laki-Laki

19 Rasyid Laki-Laki

20 Parikhin Laki-Laki

21 Satori Laki-Laki

22 Sukyad Laki-Laki

23 Wargo Laki-Laki

24 Mardi Laki-Laki

25 Sriniti Laki-Laki

26 Witno Laki-Laki

27 Rahayu Laki-Laki

28 Warto Laki-Laki

29 Sanadi Laki-Laki

30 Kasturi Laki-Laki

31 Dakir Laki-Laki

32 Ropai Laki-Laki

33 Dedy Laki-Laki

34 Sudarjo Laki-Laki

35 Dain Laki-Laki

36 Poniman Laki-Laki

37 Supan Laki-Laki

38 Slamet Laki-Laki

39 Taryono Laki-Laki

40 Rotipah Laki-Laki

41 Sakri Laki-Laki

42 Kayun Laki-Laki

43 Marno Laki-Laki

44 Rabun Laki-Laki

Page 65: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

49

Lampiran 2 Kerangka sampling Dusun Margajaya

No Nama Jenis Kelamin

1 Tarjo Laki-Laki

2 Wacipto Laki-Laki

3 Maryoni Laki-Laki

4 Sudar Laki-Laki

5 Drajat Laki-Laki

6 Kasan Laki-Laki

7 Sar'an Laki-Laki

8 Jeni Laki-Laki

9 Karno Laki-Laki

10 Wijan Laki-Laki

11 Bawon Laki-Laki

12 Dasikin Laki-Laki

13 Ropi'i Laki-Laki

14 Sahroni Laki-Laki

15 Sutar Laki-Laki

16 Sukim Laki-Laki

17 Sadiman Laki-Laki

18 Waluyo Laki-Laki

19 M. Ali Laki-Laki

20 Suritno Laki-Laki

21 Sapuro Laki-Laki

22 Kartoni Laki-Laki

23 Wachidin Laki-Laki

24 Wanto Perempuan

25 Rohati Laki-Laki

26 Darmo Laki-Laki

27 Witro Laki-Laki

28 Kasmoro Laki-Laki

29 Nur Hidayah Perempuan

30 Sutri Laki-Laki

31 Daripin Laki-Laki

32 Rahmat Laki-Laki

33 Karmo Laki-Laki

34 Nasir Laki-Laki

35 Karyo Laki-Laki

36 Budi Laki-Laki

37 Amin Laki-Laki

38 Wanto Laki-Laki

39 Agus Laki-Laki

40 Eko Laki-Laki

41 Rasmo Laki-Laki

42 Wito Laki-Laki

43 Cahyono Laki-Laki

Page 66: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

50

Lampiran 3 Jadwal pelaksanaan penelitian

Aktivitas Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

proposal

skripsi

Kolokium

Perbaikan

Proposal

Pengambilan

Data lapang

Pengolahan

dan analisis

data

Penulisan

draft skripsi

Sidang

skripsi

Perbaikan

skripsi

44 Nasikhi Laki-Laki

45 Yono Laki-Laki

46 Ratmo Laki-Laki

47 Tanto Laki-Laki

48 Ali Laki-Laki

49 Syam Laki-Laki

50 Dodo Laki-Laki

51 Anto Laki-Laki

52 Teguh Laki-Laki

53 Dairom Laki-Laki

54 Jenal Laki-Laki

55 Kosim Laki-Laki

Page 67: PENGARUH PENGUASAAN LAHAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL ... · stratifikasi sosial Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Margajaya dan Dusun Karanglo,

51

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Salis Rizka Agung Putri. Penulis merupakan anak ketiga

dari tiga bersaudara, putri dari Bapak Agus Nursidik dan Ibu Tukul Sulami.

Penulis lahir di Tegal pada tanggal 17 November 1992. Penulis menamatkan

sekolah di SD Negeri 3 Ujungrusi pada tahun 1998-2004, SMP Negeri 1

Adiwerna pada tahun 2004-2007, SMA Negeri 3 Slawi pada tahun 2007-2010.

Kemudian pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah menjadi

Bendahara Departemen KASOSKEMAH BEM FEMA 2011-2012. Selain itu

penulis juga pernah menjadi anggota bidang pengembangan masyarakat dalam

kepanitian SAMISAENA 2010-2011. Penulis juga aktif dalam kegiatan OMDA

Ikatan Mahasiswa Tegal. Dalam hal akademik, penulis pernah menjadi asisten

praktikum mata kuliah Komunikasi Massa selama dua semester pada tahun ajaran

2013/2014. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-

Dasar Komunikasi selama satu semester pada tahun ajaran 2013/2014.