tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/safwatil qirom...

78
i TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU USAHA MEMBERIKAN INFORMASI PRODUK PADA KONSUMEN DALAM JUAL BELI PARFUM ISI ULANG DI TOKO PARFUM KECAMATAN MATARAM KOTA MATARAM Oleh SAFWATIL QIROM NIM. 152141060 JURUSAN MU’AMALAH FAKULTAS SYARIAH UINVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2018

Upload: others

Post on 05-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

i

TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU USAHA MEMBERIKAN INFORMASI PRODUK PADA KONSUMEN

DALAM JUAL BELI PARFUM ISI ULANG DI TOKO PARFUM KECAMATAN MATARAM KOTA MATARAM

Oleh

SAFWATIL QIROM NIM. 152141060

JURUSAN MU’AMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UINVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2018

Page 2: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

ii

TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU USAHA MEMBERIKAN INFORMASI PRODUK PADA KONSUMEN

DALAM JUAL BELI PARFUM ISI ULANG DI TOKO PARFUM KECAMATAN MATARAM KOTA MATARAM

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh

SAFWATIL QIROM NIM. 152141060

JURUSAN MU’AMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UINVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM

2018

Page 3: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

iii

PERSETUJUAN

Skripsi Safwatil Qirom, NIM. 152141060, dengan judul “Tinjauan Fikih

Muamalah tentang Kewajiban Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada

Konsumen dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram

Kota Mataram” telah memenuhi syarat dan disetejui untuk dimunaqasyahkan. Di

setujui pada tanggal: 15 Mei 2018.

Di bawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Teti Indarwati P, M, Hum GAZALI M.H NIP: 197508201999032003 NIP:19760812200911012

Page 4: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Munaqasyah

Mataram, 15 Mei 2018

Kepada

Yth. Rektor UIN Mataram

di-

Mataram

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing

dan pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Safwatil

Qirom, NIM. 152141060 yang berjudul “Tinjauan Fikih Muamalah tentang

Kewajiban Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada Konsumen

dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota

Mataram” telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah

skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram.

Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Teti Indarwati P, M, Hum GAZALI M.H NIP: 197508201999032003 NIP:19760812200911012

Page 5: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

vi

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tinjauan Fikih Muamalah Tentang Kewajiban

Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada Konsumen dalam Jual

beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram”

yang diajukan oleh Safwatil Qirom, NIM. 152141060, Jurusan Muamalah,

Fakultas Syariah UIN Mataram telah dimunaqasyahkan pada hari senin,

tanggal 2 juli 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Hukum.

Dewan Munaqasyah

1.Ketua Sidang/ : Dr. Hj.Teti Indrawati,P,M.Hum ( ) Pem.1 NIP:197508201999032003

2.Sekretaris Sidang/ : Gazali, MH ( ) Pem.2 NIP: 19760812200911012

3.Penguji 1 : Dr. Khairul Hamim, MA ( ) NIP: 197703222005011003

4.Penguji 2 : Heru Sunardi, MH ( ) NIP: 197409042000031002

Mengetahui

Dekan Fakultas Syariah

Dr. H. Musawar, M.Ag NIP.196912311998031008

Page 6: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

vii

MOTTO

Artinya: “Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah

mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya

syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya

syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.

Page 7: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

viii

Persembahan:

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Bunda tercinta yang dengan penuh perjuangan dan pengorbanan telah

diberikan kepada penulis, baik dari segi moril dan materil, serta sabar

dan semangat dari beliau terus diberikan kepada penulis, sehingga bisa

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak tersayang, yang telah mendukung serta mendokan segala yag

terbaik untuk penulis supaya terus belajar dan berjuang.

3. Kepada kakakku tersayang Wardiana dan Husnul Wa‟di, beserta

keluarga besar lainnya yang selalu ada dan banyak membantu serta

memberikan motivasi untuk selalu menjadi lebih baik dan semangat

dalam belajar.

Page 8: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabb al-„Alamiin. Segala puja dan puji syukur penulis

panjatkan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala atas segala karunia dan

petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam

semoga senantiasa tercurah kepada junjangan alam Nabi Muahammad saw.

Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN)

Mataram. Dengan berbagai upaya dan kerja keras selama ini untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tinjauan Fikih Muamalah tentang

Kewajiban Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada Konsumen dalam

Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram”

akan selalu penulis kenang. Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang

telah membantu dan memberikan saran, tidak lupa penulis mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Pembimbing I Ibu Dr. Hj. Teti Indrawati P, M, Hum dan Pembimbing II

Bapak Gazali, M.H atas waktu, masukan dan sarannya selama ini yang

tanpa henti diberikan kepada penulis hingga skripsi ini selesai. Dan para

dosen penguji pada saat proposal ataupun skripsi.

2. Bapak Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang telah

membantu menyediakan sarana dan prasarana bagi penulis dalam

menuntut ilmu dan menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

x

3. Bapak Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

dan selaku jajaran karyawan Fakultas Syariah yang telah bersedia

membantu dalam kemudahan membuat surat izin penelitian untuk penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN Mataram yang telah

membekali ilmu kepada penulis.

5. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya, sahabat

saya khususnya, dan para pelaku usaha, konsumen di toko parfum

Kecamaran Mataram Kota Mataram yang telah membantu penulis dalam

kemudahan untuk memperoleh data-data dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang penulis ajukan.

Atas segala bantuan dari semua pihak baik moril dan materil, penulis

berdoa semoga Allah swt memberi balasan yang berlipat. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya.

Mataram, 15 Mei 2018

Penulis

Safwatil Qirom 152141060

Page 10: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

PERSETUJUAN ................................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

ASBSTRAK ........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Konteks penelitian ..................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 5 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................................... 6 E. Telaah Pustaka .......................................................................................... 6 F. Kerangka Teoretik .................................................................................... 10 G. Metode Penelitian ................................................................................... 34 H. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 39

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN .................................................... 41

A. Gambaran Umum Penelitian .................................................................... 41 1. Sejarah Toko Parfum di Kecamatan Mataram Kota Mataram ............ 41 2. Letak Geografis ................................................................................... 42 3. Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................................ 43 4. Jenis barang (produk) .......................................................................... 44

B. Praktik Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada Konsumen dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram........................................................................................... 46

Page 11: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

xii

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 56

A. Analisis Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Praktik Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada Konsumen dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram ............... 56

B. Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Akibat Hukum tidak Memberikan Informasi Produk pada Konsumen dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram ................................... 63

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 66

A. Kesimpulan ............................................................................................... 66 B. Saran-saran ................................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

xiii

ABSTRAK

Tinjauan fikih muamalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan informasi pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram ini merupakan tema penelitian yang diangkat dalam skripsi ini, dimana fokus penelitiannya adalah bagaimana praktik pelaku usaha memberikan informasi produk pada konsumen dan tinjauan fiqih muamalah terhadap akibat hukum tidak memberikan informasi pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Kemudian metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, selain itu sumber data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Sedangkan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan, yang diantaranya teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif induktif, dengan penambahan sumber data dan triangulasi pada validitas datanya.

Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kewajiban pelaku usaha dalam memberikan informasi kepada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang sebagian diberikan informasi secara lisan, dan tidak ada informasi secara tertulis pada kemasan produk parfum isi ulangnya, secara konsep fikih muamalah prinsip kerelaan pada jual beli parfum isi ulang secara sepunuhnya tidak praktikkan dalam memberikan informasi produk dan adanya akibat hukum yang mengikat.

Kata kunci: Informasi produk, parfum isi ulang.

Page 13: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Memulai bisnis bagi seseorang yang ingin berdagang, terlebih dahulu

ia harus mengetahui dengan baik hukum agama yang mengatur perdagangan

agar ia tidak melakukan aktivitas yang haram dan merugikan masyarakat.

Imam Ali pernah mengatakan “hukum dahulu, baru berbisnis” karena Islam

memiliki kekuatan hukum, peraturan, perundang-undangan dan tata karma.1

Misalnya saja dalam jual beli parfum isi ulang saat ini, sejumlah ketentuan

tentang praktik bisnis yang dibolehkan dan tidak diperbolehkan telah

dijelaskan dalam al-Quran, salah satu intruksinya yang paling penting dalam

masalah ini ialah soal pemenuhan akad dan janji serta pelarangan terhadap

transaksi ribawi.2 Allah swt., berfirman:

3

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Akad menurut Ibnu Abbas adalah janji-janji Allah terhadap para

hamba-Nya, artinya apa-apa yang dihalalkan dan yang diharamkan, apa yang

diwajibkan dan apa yang telah ditentukan seluruh hukumnya dalam al-Quran,

maka janganlah kamu melanggarnya.4 Berkaitan dengan hal ini dalam hadis

1 A.Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Quran (Jakarta: Amzah, 2013), h. 1. 2 Ibid.,h. 24. 3 QS.al-Maidah (5): 1 4 A.Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Quran, h. 25.

Page 14: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

2

juga menjelaskan secara teoritis dan praktik bisnis yang sesuai dengan prinsip

syariah, seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah saw., di dalam sabdanya:

. . حد شنا عم بن عل حي بن سعيد عن شعب نا . حد حد شنا محمد بن اثن. قال: حد شنا شعب عن قتادة, عن عبد ال حمن بن مهد حي بن سعيد حد شنا

, عن حكي بن حزام, عن النب صل ه علي أبى الخليل, عن عبد ل بن الحا ك لهما ف بيعهما. بينا. ب قا. فأ صدقا تف . قال )) البيعا با لخيا مال سل

كتما محق ب ك بيعهما. أ ك با

Artinya: Diriwayatkan dari Muhammad Ibn Musanna, diceritakan dari Yahya Ibn Said dari Su‟bah dan diceritakan dari Umur Ibn Ali, diceritakan dari Yahya Ibn Said dan Abdul Rahman bin Mahdi dan keduanya berkata diceritakan dari Su‟bah dari Qotadah, dan diceritakn dari Abi Khalil, diceritakan dari Abdullah ibnu Haris dari Hakim bin Hizam berkata Rasullah saw bersabda, “penjual dan pembeli mempunyai hak untuk memilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Apabila mereka, penjual dan pembeli tersebut, berlaku jujur dan mau menerangkan (barang yang di perjualbelikan), niscaya mereka mendapat berkah dalam jual belinya. Sebaliknya, apabila mereka berbohong dan menutup nutupi (apa-apa yang seharusnya diterangkan mengenai barang yang diperjualbelikan), niscaya berkah dalam jual beli itu akan dihapus (hilang).5

Menurut Mustaq Ahmad, hadis ini berkaitan dengan berkah yang

meliputi perilaku manusia. Ada tidaknya sebuah berkah sangat tergantung

pada benar tidaknya sebuah perilaku atau tindakan seseorang, misalkan

kejujuran dalam berbisnis kemudian sebaliknya, dengan kata lain perilaku

yang baik akan selalu mendapatkan hasil yang baik pula.6

Seiring dengan perkembangan masyarakat, kebutuhan dalam bidang

ekonomi semakin berkembang khususnya dalam jual beli barang pada produk

parfum isi ulang, akan tetapi prinsip-prinsip muamalah seperti tauhid, prinsip

halal, prinsip maslahah, keadilan, dan lain sebagainya harus menjadi

5 Ibid., h. 27. 6 Ibid., h. 27.

Page 15: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

3

pegangan dalam menjalankan bisnis atau muamalah.7 Misalnya saja dalam

pengaplikasian prinsip keadilan pada jual beli parfum isi ulang oleh para

pelaku usaha, keadilan ini mengandung makna bahwa hubungan perdata tidak

boleh mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan

kesempatan pada waktu pihak lain sedang berada dalam kesempitan.8

Praktik yang terjadi dimasyarakat saat ini khususnya bagi para pelaku

usaha parfum isi ulang tentang kewajibannya memberikan informasi kepada

konsumen atau pembeli yang seharusnya disampaikan dan dijelaskan secara

lengkap tetapi tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yosi selaku

konsumen atau pembeli mengatakan “parfum isi ulang sangat murah, tetapi

mengenai pemberian informasi produk pada kemasan sangatlah penting

karena kami sebagai pembeli membutuhkan penjelasan yang benar dari

produk yang kami pakai”.9 Produk parfum saat ini telah mengalami banyak

perubahan seperti dari bentuk kemasan produk serta banyaknya parfum isi

ulang, ini disebabkan karena keinginan manusia yang selalu berubah, dan

selalu menginginkan yang instan dan mudah.

Berdasarkan ketentuan di atas, setelah peneliti melakukan observasi

pertama di beberapa toko parfum seperti, Raja Parfum (RJ), Central Parfum

(CP), Zuma Parfum Refil (ZPR), dan Athar Parfum (AT) Kecamatan Mataram

Kota Mataram, ditemukan bahwa parfum isi ulang yang dilakukan pelaku

usaha kepada konsumen sebagian besar tidak memberikan informasi secara

7 Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqh (Jakarta: Kencana Penada Media Grup 2006), h.130.

8 Ahmad Wardi Muslich. Fiqh muamalat (Jakarta: Amzah, 2015), h.9.

9 Yosi, Wawancara, Konsumen di toko parfum AP, 23 November 2017.

Page 16: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

4

jelas disampaikan pada kemasan produk.10 Oleh karena itu apabila dikaitkan

dengan keharusan pelaku usaha memberikan informasi secara benar dan jujur

kepada konsumen terhadap bahan parfum seperti kadar alkoholnya, isi atau

beratnya, nama produknya harus dijelaskan, tetapi pelaku usaha tidak

menjelaskan secara utuh.

Bagi konsumen yang penting untuk diperhatikan bukan hanya masalah

halal dan haram, tetapi penyampaian informasi produk haruslah jelas dan baik.

Agar hak dan kewajiban tersampaikan dengan cara yang benar diantara dua

belah pihak yang melakukan jual beli, karena menurut pandangan fikih hak

dan kewajiban merupakan sesuatu yang timbul dari kesepakatan antara para

pihak yang melakukan ijab dan kabul hak dan kewajiban ini bisa berlaku

apabila tidak bertentangan dengan syarat-syarat yang ditetapkan syara.11

Ketentuan hukum Islam dan hukum perdata mengenai jual beli apabila

pelaku usaha menjual barang kepada konsumen atau pembeli harus

mengandung kemaslahatan di dalamnya, misalkan saja dalam penjualan

parfum isi ulang kadar alkohol harus jelaskan, berapa takaran yang digunakan,

jenis alkohol apa yang digunakan, karena dalam Islam alkohol dibagi menjadi

dua ada yang mengandung kemudaratan dan ini yang dilarang dan yang tidak

mengandung kemudaratan. Kemudian ini menjadi barometer bagi peneliti

untuk menjelaskan menurut tinjauan fikih muamalah sehingga peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul, “tinjauan fikih muamalah tentang

10Observasi, di beberapa toko parfum diantaranya: RP, CP, ZPR, dan AP Kecamatan

Mataram Kota Mataram, 30 Oktober 2017. 11 Burhanuddin S, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal

(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), h. 8.

Page 17: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

5

kewajiban pelaku usaha memberikan informasi produk pada konsumen dalam

Jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota

Mataram”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka yang menjadi fokus

penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana praktik pelaku usaha memberikan informasi produk pada

konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan

Mataram Kota Mataram?

2. Bagaimana tinjauan fikih muamalah terhadap akibat hukum tidak

memberikan informasi produk pada konsumen dalam jual beli parfum isi

ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui praktik pelaku usaha dalam memberikan informasi

produk pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum

Kecamatan Mataram Kota Mataram dengan tinjaun fikih muamalah.

b. Untuk mengetahui tinjauan fikih muamalah terhadap akibat hukum

tidak memberikan informasi produk pada konsumen dalam jual beli

parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Page 18: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

6

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritik, penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan

disiplin fikih muamalah dengan pembahasan tentang kewajiban pelaku

usaha dan pemberian informasi secara jelas jujur serta jual beli dan

prinsip-prinsipnya.

Sedangkan secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai

berikut:

a. Untuk pembeli

Hasil penelitian ini diharapkan supaya lebih teliti dalam membeli

produk yang diinginkan supaya hak dan kewajiban pelaku usaha dan

konsumen tetap terlindungi, sesuai dengan jual beli dalam Islam.

b. Untuk pelaku usaha atau penjual

Hasil penelitian diharapkan supaya dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan akan pentingnya kewajibaan bagi pelaku usaha dalam mengikuti

prosedur memberikan informasi produk, yang sesuai dengan analisis fikih

muamalah.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Dalam penelitian ini ruang lingkup yang akan dikaji adalah praktik

kewajiban pelaku usaha memberikan informasi produk pada konsumen dalam

jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram

dan tinjauan fikih muamalah terhadap akibat hukum tidak memberikan

informasi produk pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko

parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Page 19: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

7

Sedangkan, setting penelitian ini bertempat di beberapa toko parfum

Kecamatan Mataram, Kota Mataram, seperti di toko RP, CP, ZPR, dan AP di

Kecamatan Mataram, tetapi peneliti mengambil hanya 4 (empat) toko parfum

dari 10 toko parfum yang ada di Kecamatan Mataram selain karena telah

memiliki izin usaha dan sebagian besar di Kota Mataram parfum isi ulang

diperjualbelikan oleh para pelaku usaha (penjual) saat ini disertai dengan

keinginan para konsumen atau pembeli, dan pada ke empat toko parfum

tersebut tingkat pembelian sangatlah banyak.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan kegiatan penelusuran terhadap penelitian

terdahulu yang memiliki kesamaan dan relevansi dengan penelitian ini,

dengan tujuan untuk menjelaskan posisi penelitian yang sedang dilaksanakan

dengan hasil penelitian berupa skripsi, tesis, jurnal, artikel dan buku-buku

yang sudah ada.

Terkait dengan tema penelitian ini telah ditemukan sejumlah karya

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Muhibbah, dengan judul skripsi, “Perlindungan Konsumen Terhadap

Bahan-bahan Kimia Berbahaya pada Kosmetik (Studi Komparatif Hukum

Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen)”. IAIN Mataram,

2015.

Dalam fokus penelitian pada perlidungan konsumen terhadap

penggunaan bahan kimia berbahaya pada kosmetik menurut hukum Islam

dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999,

Page 20: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

8

perbedaan dan persamaan perlidungan konsumen terhadap penggunaan

bahan kimia berbahaya pada kosmetik menurut hukum Islam dan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999.12 Dengan hasil

kesimpulan bahwa perlindungan konsumen terhadap bahan kimia

berbahaya pada kosmetik menurut hukum Islam adalah konsumen berhak

untuk mendapatkan barang dan/jasa yang aman dan tidak membahayakan

keselamatan konsumen agar tercipta kemaslahatan yang menjadi tujuan

pokok syariah yaitu maqasid as-syariah. Sedangkan pada Undang-Undang

Perlindungan Konsumen konsumen berhak dilindungi dari barang/jasa

yang berbahaya. Hal ini tercantum pada pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “

bahwa konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

dalam mengkonsumsi barang dan/jasa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan oleh peneliti

terdahulu, peneliti menemukan perbedaan dan persamaan. Dari segi

perbedaannya pada topik kajian utamanya yakni peneliti terdahulu

mengkaji tentang bahaya bahan-bahan kimia terhadap kosmetik dan

metode yang digunakan menggunakan komparatif sedangkan peneliti yang

sekarang topik kajian pada kewajiban memberikan informasi produk pada

jual beli parfum isi ulang dengan metode kualitatif. Sedangkan dari segi

persamaan sama-sama mengkaji perlindungan terhadap konsumen.

12Muhibbah, Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-bahan Kimia Berbahaya pada Kosmetik (Studi Komparatif Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen), (Skripsi, IAIN Mataram, 2015), h. 7.

Page 21: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

9

2. Lalu Farhan, dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Perlindungan Konsumen pada Praktik Jual beli Produk Curah di Desa

Beraim Kecamatan Praya Tengah”. UIN Mataram, 2017.13

Persamaan penelitian Lalu Farhan dengan penelitian ini adalah

membahas tentang kewajiban pelaku usaha memberikan informasi produk,

akan tetapi lebih difokuskan pada jual beli produk curah oleh peneliti

terdahulu dan letak perbedaannya dapat diketahui dari fokus penelitian, di

mana penelitian terdahulu membahas bagaimana bentuk perlindungan

konsumen terhadap jual beli produk curah di desa Beraim kecamatan

Praya Tengah dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap perlindungan

konsumen pada praktik jual beli produk curah di desa Braim Kecamatan

Praya Tengah, dan untuk lokasi penelitiannya berada di desa Braim

Kecamatan Praya Tengah pada Tahun 2017 sedangkan peneliti di

Kecamatan Mataram Kota Mataram 2018. Dengan hasil penelitian yaitu

dalam Islam memperhatikan perlindungan konsumen dengan mengajarkan

untuk selalu menjaga lima dasar yaitu maqasid as-syariah supaya

terhindar dari kemudharatan, dan jual beli produk curah diperbolehkan

selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.

3. Saupi Hidayah, dengan judul Skripsi “Perspektif Fikih Muamalah

Terhadap Sistem Pengawasan Makanan Sehat Untuk Perlindungan

13

Lalu Farhan, Tinjauan Hukum Islam terhadap Perlindungan Konsumen pada Praktik Jual beli Produk Curah di Desa Braim Kecamatan Praya Tengah (UIN Mataram, 2017), hal. 2.

Page 22: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

10

Konsumen (Studi Kasus di Balai Besar POM Mataram)”, IAIN Mataram,

2015.14

Dengan fokus penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu

yaitu bagaimana sistem pengawasan makanan sehat di Balai Besar POM

Mataram, kendala dan hambatan di Balai Besar Pom Mataram dalam

menjalankan sistem pengawasan makanan sehat, dan bagaiman perspektif

fikih muamalah terhadap makanan sehat. Dengan hasil kesimpulannya

bahwa sistem pengawasan yang ada di Balai Besar Pom Mataram meliputi

tiga sub sistem diantara pengawasan untuk produsen, pengawasan untuk

pemerintah dan pengawasan untuk konsumen, dan untuk kendala dan

hambatan yang ditemukkan di Balai Besar POM masih rendahnya

kesadaran dari pelaku usaha tentang peraturan dan Undang-Undang

tentang pangan, dan pelaku usaha lebih berorientasi pada keuntungan

tanpa melihat produk yang akan dihasilkan, sedangkan untuk analisis

perspektif hukum Islamnya terhadap makanan sehat, bahwa makanan yang

halal dan baik diwajibkan oleh agama dan segi kesehatan.

Perbedaan penelitian Saupi Hidayah dengan penelitian yang akan

diadakan terletak pada fokus penelitian dan objek yang akan dikaji, yakni

peneliti terdahulu pada sistem pengawasan makanan sedangkan sedangkan

penulis pada kewajiban memberikan informasi pada produk parfum isi

ulang dan dari segi persamaannya adalah untuk perlindungan konsumen

atau pembeli.

14 Saupi Hidayah, Perspektif Fikih Muamalah Terhadap Sistem Pengawasan Makanan

Sehat Untuk Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Balai Besar POM Mataram), IAIN Mataram, 2015.

Page 23: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

11

F. Kerangka Teoritik

1. Konsepsi Umum Tentang Fikih Muamalah

a. Pengertian Fikih Muamalah

Fikih muamalah terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan muamalah,

pengertian fikih menurut bahasa artinya mengerti atau memahami.15

Sedangkan menurut istilah fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum

syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil –dalil

tafsili.16

Muamalah secara bahasa yang bermakna saling bertindak, saling

berbuat, saling mengamalkan dan pergaulan, untuk beri, hal melakukan.

Sedangkan muamalah secara istilah dapat diartikan sebagai aturan-

aturan Allah yang mengatur kehidupan manusia dalam urusan duniawi

dan social kemasyarakatan. Menurut arti sempitnya fikih muamalah

yaitu sikap patuh pada aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan

berkaitan dengan intraksi dan prilaku manusia lainnya dalam upaya

memperoleh, mengatur, mengelola dan mengembangkan harta benda

(al-mal).17

b. Ruang Lingkup Fikih Muamalah

Ruang lingkup fikih muamalah ini menurut Hendi Suhendi dalam

bukunya fikih muamalah memberikan ruang lingkup fikih muamalah

15 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Mahmud Yunus Wa Zurriyyah,

2007), h. 321. 16 Mardani, Fiqh ekonomi Syariah Fiqh Muamalah (Jakarta: kencana prenadamedia

Utama. 2013), h.1. 17Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Mazahib Fii Muamalah (Mataram: Sanabil,

2015), h. 4.

Page 24: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

12

dengan mengklasifikasikan menjadi dua, bersifat adabiyah yaitu ijab

dan Kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu

pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan,

penimbunan dan lain sebagainya. Selanjutnya yang bersifat madiyah

yaitu jual beli, gadai, jaminan dan tanggungan, pemindahan utang,

barang titipan, barang temuan, upah, sewa menyewa dan lain

sebagainya.18

Objek kajian muamalah adalah hubungan antara manusia dengan

manusia lainnya yang berkaitan dengan benda (mal). Hakikat dari

hubungan tersebut adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban antara

manusia yang satu dengan manusia yang lain.19

c. Prinsip-Prinsip Fikih Muamalah

Ada beberapa prinsip yang menjadi acuan dan pedoman secara

umum untuk kegiatan muamalah ini. Prinsip-prinsip itu adalah:

1. Prinsip tauhid (unity)

Prinsip tauhid ini adalah dasar utama dari setiap bentuk

bangunan yang ada dalam syariat Islam. Setiap bangunan dan

aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai

tauhid, artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan

hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan, dalam firman

Allah swt., yang berbunyi:

18 Hendi suhendi, Fiqh Mu‟amalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 5. 19

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh muamalat (Jakarta: Amzah, 2015), h.2.

Page 25: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

13

20

Artinya: ……. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada, dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Dalam muamalah yang harus diperhatikan adalah

bagaimana seharusnya menciptakan kondisi bermuamalah yang

tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan. Kalau pemahaman semacam

terbentuk dalam setiap perilaku muamalah, maka akan menjadi

muamalah yang jujur, amanah, sesuai dengan tuntutan syariah.21

2. Kebebasan dan kerelaan

Prinsip kebebasan ini mengandung makna bahwa setiap

hubungan perdata harus dilakukan secara bebas dan sukarela.

Kebebasan kehendak para pihak yang melahirkan kesukarelaan

dalam persetujuan harus selalu diperhatikan.22 Dalam al-Quran

surah an-Nisa ayat 29 Allah swt., berfirman:

23

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimuSesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

20 QS. al-Hadid (57): 4. 21 Mardani, Fiqh Muamalah, h. 7-8. 22

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh muamalat, h. 9. 23QS. an-Nisa (4): 29.

Page 26: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

14

3. Keadilan

Hubungan perdata tidak boleh mengandung unsur-unsur

penipuan, penindasan, pengambilan kesempatan pada waktu pihak

lain sedang berada dalam kesempitan.24 Dalam surah al-Hadid ayat

25 Allah swt., berfirman:

25

Artinya; Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.

4. Persamaan dan Kesetaraan

Manusia dalam melakukan mu‟amalah selalu bertransaksi

dengan orang lain, dan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

dengan melandaskan pada persamaan dan kesetaraan seperti dalam

surah an-Nahl ayat 71 Allah swt., berfirman:

26

24

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh muamalat, h. 9. 25

QS. al-Hadid (57):25. 26

QS. an-Nisa (4): 29.

Page 27: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

15

Artinya: Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.

5. Kejujuran dan Kebenaran

Asas kejujuran dan kebenaran, pada asas ini kejujuran

merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam segala

bidang kehidupan, termasuk dalam melaksanakan muamalat. Jika

kejujuran tidak diterapkan dalam perikatan, akan menimbulkan

perselisihan di antara pihak. Dalam al-Quran surat al-Ahzab ayat

70 Allah swt., berfirman:

27

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.

6. Tertulis dan Kesaksian

Hubungan jual beli selayaknya dituangkan dalam perjanjian

tertulis di hadapan para saksi.28 Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam surah al-Baqarah ayat 282:

27QS. al-Ahzab (33): 70. 28

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh muamalat, h. 12.

Page 28: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

16

29

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya.

7. Perlindungan Hak

Perlindunag hak mengandung arti bahwa semua hak yang

diperoleh seseorang dengan jalan yang halal dan sah harus

dilindungi. Apabila hak itu dilanggar oleh salah satu pihak dalam

hubungan jual beli, maka pihak yang dirugikan berhak untuk

menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian kepada

pihak yang merugikannya.30

8. Larangan Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain.

Para pihak yang mengadakan hubungan perdata tidak boleh

merugikan diri sendiri dan orang lain dalam hubungan perdatanya.

29 QS. Al-Baqarah (2): 282. 30

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh muamalat, h. 10.

Page 29: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

17

Merusak harta, meskipun tidak merugikan diri sendiri, tetapi

merugikan orang lain, tidak dibenarkan dalam hukum Islam. Ini

berarti bahwa menghancurkan atau memusnahkan barang untuk

mencapai kemantapan harga atau keseimbangan pasar, tidak

benarkan oleh hukum Islam.31

9. Mengatur dan Memberi Petunjuk.

Islam berlaku untuk menyatakan bahwa ketentuan-

ketentuan hukum jual beli, kecuali yang bersifat ijbari, karena

ketentuan telah qath‟i, hanyalah bersifat mengatur dan memberi

petunjuk kepada orang-orang yang akan memanfaatkannya dalam

mengadakan hubungan perdata. Para pihak dapat memilih ketentuan

lain berdasarkan kesukarelaan, asal ketentuan itu tidak bertentangan

dengan ketentuan yang ada dalam hukum Islam.32

2. Konsepsi Umum Tentang Al-Ba‟i (Jual Beli)

a. Pengertian jual beli

Jual beli Menurut ulama syafi‟iyah adalah “suatu akad yang

mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang

akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau

manfaat untuk waktu selamanya”.33

Perlindungan konsumen merupakan hal yang sangat penting

dalam hukum Islam, disebabkan Islam melihat bahwa perlindungan

konsumen bukan sebagai hubungan keperdataan saja, tetapi mengenai

31 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh muamalat, h. 9. 32 Ibid., h. 12. 33Ibid., h.176.

Page 30: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

18

publik secara luas. Jual beli merupakan akad yang dibolehkan

berdasarkan al-Quran, sunnah dan ijma para ulama, apabila dilihat dari

aspek hukum, jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang

oleh syara. Adapun dasar hukum dari al-Quran:

1) Surah al-Baqarah (2) ayat 275:

34 Artinya:……padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

2) Surah al-Isra‟ ayat 53

35

Artinya: Dan katakanlah kepada hamba-hambaku,hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sungguh setan itu (selalu) menimbulkan perselishan diantara mereka. Sungguh setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.

3) Hadis

عن م بن ج شن القشير . كشير بن هشام. كلث حد شنا أحمد بن سنا . سل س ل ل صل ه علي ؟ قال: قال افع, عن ابن عم ب, عن أ

ق اسل مع الشهداء مي الصد ((.))التا ج م القيام

Artinya: Diceritakan oleh Ahmad Ibn Sinan, diiceritakan lagi oleh Hisyam Kulsum ibn Jausin Qusyair dari Ayub, dari Nafi‟dari ibnu Umar ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: Pedagang yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah)36

34 QS. al-Baqarah (2): 275. 35 QS. al-Isra‟ (17): 53. 36 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz 2, Nomor Hadis 2139, CD Room, Maktabah Kutub

Al-MUTUN, silsilah Al-„Ilm An-Nafi‟ Seri 4, Al- Ishdar Al-Awwal, 1426 H, h. 724.

Page 31: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

19

Dari ayat-ayat al-Quran dan hadis yang dikemukakan di atas dapat

dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan mulia,

apabila pelakunya jujur dalam memberikan informasi atas produk yang

dijualnya, maka kedudukannya di akhirat nanti setara dengan para nabi,

syuhada, dan shiddiqin.37

b. Rukun dan Syarat Akad Jual Beli

Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk suatu, sehingga

sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut

membentuknya. Dalam konsepsi hukum Islam, unsur-unsur yang

membentuk sesuatu itu disebut rukun. Akad terbentuk karena adanya

unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya. Menurut ahli-ahli

hukum Islam kontemporer, rukun yang membentuk akad itu ada empat

dianataranya: para pihak yang membuat akad, pernyataan kehendak

para pihak, objek akad dan tujuan akad. Keempat rukun tersebut harus

ada, apabila tidak ada pihak yang membuat akad, atau tidak ada

pernyataan kehendak untuk berakad, atau tidak ada objek, dan tidak ada

tujuan akad, maka tidak disebut rukun akad.38

Masing-masing rukun (unsur) yang membentuk akad di atas

memerlukan syarat-syarat agar unsur itu dapat berfungsi membentuk

akad. Tanpa adanya syarat-syarat, rukun akad tidak dapat membentuk

akad. Dalam Islam, syarat-syarat dinamakan syarat-syarat terbentuknya

akad. Rukun pertama, yaitu para pihak, harus memenuhi dua syarat

37Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, h. 179. 38 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih

Muamalat (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 96.

Page 32: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

20

untuk terbentuknya akad yaitu (1) tamyiz, dan (2) berbilang. Rukun

kedua, yaitu pernyataan kehendak, harus memenuhi dua syarat yaitu (1)

adanya persetujuan ijab dan kabul dengan kata lain tercapainya kata

sepakat, dan (2) kesatuan majelis akad. Rukun ketiga, yaitu objek akad,

harus memenuhi tiga syarat yaitu (1) objek itu dapat diserahkan, (2)

tertentu atau dapat ditentukan, dan (3) objek itu dapat ditransaksikan.

Rukun keempat yaitu tujuan akad memerlukan satu syarat yaitu tidak

bertentangan dengan syara.39

Rukun dan syarat terbentuknya akad dikategorikan sah apabila

memerlukan unsur-unsur penyempurna yang disebut syarat keabsahan

akad. Syarat keabsahan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu syarat-

syarat keabsahan umum yang berlaku terhadap semua akad atau paling

tidak berlaku tehadap kebanyakan akad, dan syarat-syarat keabsahan

khusus yang berlaku bagi masing-masing aneka akad khusus.40

Rukun pertama, yaitu para pihak, dengan dua syarat

terbentuknya, yaitu tamyiz dan berbilang pihak, tidak memerlukan sifat

penyempurna. Rukun kedua, yaitu, pernyataan kehendak, dengan kedua

syaratnya tidak memerlukan penyempurna. Namun menurut jumhur ahli

hukum Islam syarat kedua dari rukun kedua ini memerlukan

penyempurna, yaitu persetujuan ijab dan kabul itu harus dicapai secara

bebas tanpa paksaan. Bilamana terjadi dengan paksaan, maka akadnya

fasid. Rukun ketiga, yaitu objek akad, dengan ketiga syaratnya

39 Ibid., h. 98. 40 Ibid., h. 99.

Page 33: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

21

memerlukan sifat-sifat sebagai unsur penyempurna, yaitu bahwa

penyerahan itu tidak menimbulkan kerugian (dharar) dan apabila

menimbulkan kerugian maka akadnya fasid. Objek harus tertentu tidak

boleh mengandung gharar, dan apabila mengandung unsur gharar

akadnya menjadi fasid. Begitu pula syarat objek yang dapat

ditransaksikan harus bebas dari riba. Dengan demikian secara

keseluruahan ada empat sebab yang menjadikan fasid suatu akad

meskipun telah memenuhi rukun dan syarat terbentuknya, yaitu (1)

penyerahan yang menimbulkan kerugian, (2) gharar, (3) syarat-syarat

fasid , dan (4) riba. Bebas dari keempat faktor ini merupakan syarat

keabsahan akad.41

Pemenuhan akad-akad di atas apabila telah memenuhi rukun dan

syarat terbentuknya, dan syarat keabsahannya, maka suatu akad

dinyatakan sah. Akan tetapi, meskipun sudah sah ada kemungkinan

bahwa akibat-akibat hukum akad tersebut belum dapat dilaksanakandan

ini dinamakan akad maukuf (terhenti). Akad maukuf adalah akad yang

sah, tetapi belum dapat dilaksanakan akibat hukumnya karena belum

memenuhi syarat berlaku akibat hukum. Sedangkan untuk akad nafiz

adalah akad yang sah dan dapat dilaksanakan akibat hukumnya karena

telah memenuhi syarat berlaku akibat hukum. 42

Untuk dapat dilakasankan akibat hukumnya, akad yang yan

sudah sah ini harus memenuh dua syarat berlakunya akibat hukum,

41

Ibid., h. 101. 42

Ibid., h. 104

Page 34: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

22

yaitu (1) adanya kewenangan sempurna atas objek akad para pihak

harus mempunyai kepemilikan atas objek bersangkutan serta tidak

bersangkutan hak orang lain, dan (2) adanya kewenangan atas tindakan

hukum yang dilakukan, para pihak telah mencapai tingkat kecakapan

bertindak hukum. Tindakan hukum yang memerlukan kecakapan

bertindak hukum minimal, yaitu tamyiz. Sedangkan untuk kecakapan

bertindak hukum sempurna, yaitu kedewasaan, dan apabila telah

dipenuhi kedua tindakan hukum tersebut maka sah dan akibat

hukumnya dapat dilaksanakan, namun apabila tindakan hukum tidak

terpenuhi tetap sah, tetapi akibat hukumnya tidak dapat dilaksanakan

harus memenuhi persetujuan wali.43

Akad yang telah memenuhi rukunnya, syaratnya, serta syarat

terbentuknya, syarat keabsahannya dan syarat berlaku akibat hukum

yang karena itu akad tersebut sah dan dapat dilaksanakan akibat

hukumnya adalah mengingat para pihak dan tidak boleh salah satu

pihak menarik kembali persetujuan secara sepihak tanpa kesepakatan

pihak lain. Namun ada beberapa akad yang menyimpang dari asas ini

tidak serta merta mengikat, meskipun rukun dan syaratnya telah

dipenuhi seperti adanya hak khiyar (hak memilih untuk meneruskan

atau membatalkan perjanjian secara sepihak).44

43 Ibid., h. 103. 44 Ibid., h. 104.

Page 35: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

23

3. Konsepsi Umum Tentang Pelaku Usaha dan Konsumen Dalam Perspektif

Islam

a. Pengertian Pelaku Usaha dan Konsumen dalam Islam

Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika

dan moral termasuk dalam kegiatan ekonomi. Islam mengatur perilaku

manusia dalam memenuhi kebutuhannya, Islam mengatur bagaimana

manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan dalam bisnis sesuai dengan

peran dan fungsi masing-masing pihak yang melakukan bisnis yaitu

sebagai pihak pelaku usaha dan konsumen sehingga membawa manusia

pada kemaslahan.45

Konsepsi umum tentang pengertian pelaku usaha dalam Islam

menurut Muhammad Al-Amin dalam bukunya etika perlindungan

konsumen ekonomi Islam, pelaku usaha adalah sebagai pembisnis yang

mengkhususkan diri dalam proses membuat produksi atau yang mencakup

orang-perorangan maupun badan usaha. Sedangkan konsumen diartikan

sebagai objek yang dituju dalam proses produksi. Menurut para ahli

hukum Islam terdahulu tidak pernah mendefinisikan konsumen dan

menjadikannya objek kajian khusus. Namun jika dikembalikan pada

prinsip-prinsip umum bisnis dalam Islam, maka konsumen diartikan

“setiap orang, kelompok atau badan hukum pemakai suatu harta benda

atau jasa karena adanya hak yang sah, baik pakai untuk akhir ataupun

untuk proses produksi selanjutnya, karena dalam Islam tidak membedakan

45 M. Yusri, “Kajian Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam”, Journal Ulumudin- Vol. V, tahun III (2009), 10, diambil pada tanggal 20 Juli 2018, pukul 06:20 WITA.

Page 36: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

24

antara pemakai akhir dengan pemakai medium atau konsumen sementara.

Konsumen dalam Islam tidak terbatas pada perorangan saja, tetapi

mencakup suatu badan hukum seperti yayasan wakaf atau perusahaan dan

lembaga tertentu.46

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dalam Islam

Pemakaian istilah hak apabila ditinjau dari hukum Islam

sebenarnya dalam bahasa arab menempati banyak arti seperti ketetapan,

yang pasti, penjelasan, kebenaran, jatah atau bagian, hakikat dan

kewajiban. Istilah hak oleh para ahli hukum Islam sebagaimana yang

dikemukakan oleh wahhab zuhaily yaitu “suatu sifat kekhususan dimana

dengannya syara menetapkan suatu kekuasaan bagi pemiliknya atau

kewajiban atas objeknya”. Definisi tersebut sudah mencakup hak,

termasuk di dalamnya hak konsumen dan pelaku usaha. Pengertian ini

juga menunjukkan bahwa sumber kepemilikan terhadap hak itu berasal

dari syara, karena hak dalam pandangan Islam adalah pemberian Allah

swt., oleh karena itu suatu hak harus ditentukan oleh hukum syara yang

mengaturnya. Dengan demikian hak dalam Islam tidaklah bersifat mutlak

dan tanpa batas, namun bersifat terikat dengan harus berada dalam

ketentuan syara.47

Persoalan hak konsumen dan pelaku usaha oleh para ulama

dimasukkan dalam bagian hak publik dan hak manusia, misalnya dalam

keadaan terjadi pelanggaran umum seperti perilaku monopoli dalam

46 Ibid., h. 12. 47 Ibid., h. 367.

Page 37: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

25

dagang oleh pelaku usaha, hak perlindungan bagi manusia untuk

kemaslahatan pribadinya, seperti menjaga terhadap harta, hak pembeli

terhadap barang, hak penjual terhadap alat pembayar. Dalam hukum

ekonomi Islam kemungkinan pelanggaran akan hak konsumen bisa terjadi

ketika sebelum transaksi jual beli berlangsung, yakni pada saat iklan dan

promosi. Dalam kajian fikih Islam kebenaran dan keakuratan informasi

ketika pelaku usaha mempromosikan barang dagangannya menempati

kajian yang signifikan. Islam tidak mengenal bahwa konsumen yang

berhati-hati atau sebaliknya pelaku usahalah yang berhati-hati, karena

dalam Islam yang berlaku adalah prinsip keseimbangan, akan tetapi pihak

konsumen dan pelaku usaha harus sama-sama berhati-hati.48

Dalam kajian fikih hak-hak konsumen diantaranya:

a) Hak untuk mendapatkan informasi dan pelayanan yang benar,

jujur, adil, mendidik dan terhindar dari pemalsuan

b) Tersedianya hak pilih dan nilai tukar yang wajar

c) Hak untuk mendapatkan keamanan produk dan lingkungan sehat

d) Hak untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa

e) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan

keadaan

f) Hak untuk mendapatkan ganti rugi akibat negatif dari suatu

produk.

48

Ibid., h. 367.

Page 38: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

26

Konsepsi hukum Islam memahami hubungan kontraktual kedua

belah pihak dapat dianggap baik, jujur, adil dan seimbang jika mengetahui

hakikat dan kondisi persetujuan yang disepakati pada awal proses transaksi

atau promosi. Karena tidak terdapat pengkhususan pada perjanjian awal

untuk memberlakukan produk dengan batas tertentu. Disamping itu, di

dalam Islam informasi produk yang diberikan kepada konsumen tidak

hanya berhubungan dengan kuantitas dan kualitas barang akan tetapi juga

berkaitan dengan efek samping atau bahaya pemakaian, kepercayaan

terhadap agama tertentu, seperti informasi halal atau haramnya suatu

produk, resiko pemakaian barang dikenakan pada pelaku usaha sebagai

penyebab kerugian karena melanggar prinsip hati-hati atau sewenang-

wewenang dalan penggunaan hak.49

Persoalan pemenuhan hak konsumen terhadap harga yang tidak

normal di pasar, fikih Islam telah menawarkan banyak solusi yaitu dengan

pelanggaran ribawi, pelanggaran monopoli dan persaingan tidak sehat.

Hal-hal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bagi

konsumen dan pelaku usaha terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan

diantaranya:

a) Hak konsumen maupun pelaku usaha tidak bersifat mutlak dan

ditentukan oleh syara

49

Ibid., h. 364.

Page 39: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

27

b) Hak informasi yang diterima konsumen selain menyangkut

kualitas dan kuantitas juga termasuk informasi kehalalan suatu

produk

c) Hak konsumen dalam kebebasan memilih barang, selain diukur

dengan nilai tukar juga mempertimbangkan hak orang lain yang

terlebih dahulu melakukan penawaran terhadap suatu produk

d) Kewajiban pelaku usaha dalam beriktikad baik dimulai sejak

barang dirancang sampai pada tahap awal penjualan

e) Kewajiban bagi konsumen dalam beriktikad baik dimulai

sebelum transaksi maupun saat transaksi dan membayar sesuai

harga yang telah disepakati dan dilandasi rasa saling rela, yang

terealisasi dengan adanya ijab dan kabul.50

G. Metode Penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, karena sesuai dengan masalah

yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang praktik kewajiban pelaku

usaha memberikan informasi produk pada konsumen dalam jual beli

parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Maka jenis penelitiannya kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari

perilaku yang diamati.51

50

Ibid., h. 364. 51 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1993), h. 3.

Page 40: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

28

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang

bersifat kualitatif dengan karakteristik deskriptif, karena pada pendekatan

ini sesuai dengan fakta yang terjadi dimasyarakat atau empirik.

Adapun alasan lain peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif adalah karena penelitiaan ini terkait dengan praktik yang terjadi

dimasyarakat, terutama dikalangan pelaku usaha parfum isi ulang di

daerah Kota Mataram sehingga memudahkan peneliti mendapatkan data-

data yang valid tentang kewajiban pelaku usaha memberikan informasi

produk pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum

Kecamatan Mataram Kota Mataram.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiaran peneliti adalah peran dan upaya peneliti dalam

memperoleh data atau informasi. Dalam penelitian ini peneliti secara

langsung ke lapangan untuk mendapatkan data atau informasi dari

responden, yaitu pelaku usaha di toko parfum Kecamatan Mataram Kota

Mataram dan konsumen dengan metode wawancara, dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan objek yang diteliti. Selain itu,

peneliti menggunakan metode observasi untuk mengetahuai proses parfum

isi ulang tanpa memberikan informasi produk terhadap konsumen. Begitu

juga peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data

profil, nama produk parfum di toko parfum, seperti RP, CP, ZPR dan AP

Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Page 41: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

29

3. Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat di

kelompokkan sebagai berikut:

a. Sumber primer, adalah data yang akan diperoleh langsung dari sumber

pertama.52 Diantaranya pihak-pihak yang terlibat dalam permasalahan

yang diteliti, yakni: pelaku usaha (parfum isi ulang) dan konsumen

parfum isi ulang.

b. Sumber sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan

sebagainya.53 Seperti al-Quran, hadis, buku-buku fikih muamalah dan

karya ilmiah yang terkait dengan tema peneliti.

4. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka peneliti menggunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan

data ini, sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung yang diselidiki baik

pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun

dilakukan dalam situasi buatan, yang khusus diadakan.54

52Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 30. 53Ibid, h. 30.

54Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h. 26.

Page 42: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

30

Peneliti melakukan observasi secara lansung tentang praktik

dan kewajiban pelaku usaha memberikan informasi produk pada

konsumen dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan

Mataram Kota Mataram, seperti cara penjualan, pengisian botol

kosong yang diisi alkohol dan bibit parfum di toko parfum

diantaranya: RP, CP, ZPR dan AP Kecamatan Mataram Kota

Mataram, serta jawaban atau tanggapan konsumen dalam melakukan

transaksi jual beli parfum isi ulang.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, dan tujuan ini

dapat bermacam-macam, antara lain untuk diagnose dan treatment.55

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak terstruktur, yaitu suatu wawancara yang disertai

dengan suatu daftar pertanyaan yang sudah disiapkan atau sudah

disusun sebelumnya tetapi tidak tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan data-data. Pihak-pihak yang diwawancara antara

lain: pelaku usaha (pemilik parfum isi ulang dan karyawan),

diantaranya toko RP, CP, ZPR, AP dan para konsumen atau pembeli.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data terhadap

berkas-berkas atau dokumen berupa catatan, transkrip, surat kabar dan

55Ibid, h. 95.

Page 43: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

31

sebagainya.56 Sedangkan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian

ini antara lain profil toko isi ulang parfum Kecamatan Mataram Kota

Mataram, di antaranya RP, CP, ZPR dan AP, nama-nama produk dari

parfum isi ulang dan lain sebagainya.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode

ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.57

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan peneliti adalah

pendekatan kualitatif dengan induktif, yang dimaksud dengan induktif

adalah merumuskan fakta-fakta, selanjutnya sebab akibat, dan kemudian

mereka-reka probabilitas.58 Sesuai dengan analisis data yang akan

digunakan peneliti dari yang bersifat khusus ke yang bersifat umum, oleh

karena itu akan dipaparkan dari data yang khusus tentang praktik

kewajiban pelaku usaha dan akibat hukum tidak memberikan informasi

produk di toko parfum Kecamatan Matarama Kota Mataram, sedangkan

yang bersifat umumnya akan dijelaskan tentang kewajiban pelaku usaha

memberikan informasi produk parfum isi ulang dengan tinjauan konsep

jual beli dalam fikih muamalah.

6. Validitas data

Guna mendapatkan data atau informasi yang benar-benar akurat,

tentuanya data tersebut perlu diuji kebenarannya. Upaya-upaya untuk

56 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 89. 57Moh.Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Graha Indonesia, 1988), h. 63. 58Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum…,h. 16.

Page 44: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

32

menguji keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara

yakni antara lain:

a. Menambah Sumber data, selain para pelaku usaha parfum isi ulang dan

para konsumen, peneliti sumber data yang berasal dari observasi,

wawancara, dokumentasi, al-Quran, hadis dan referensi dari buku-

buku, Undang-Undang, karya ilmiah dan profil toko parfum

Kecamatan Mataram Kota Mataram.

b. Triangulasi merupakan teknik pemerikasaan data yang memanfaatkan

sesuatu di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau

perbandingan. Hal ini untuk memadukan apa yang dialami, dilihat, apa

yang didengar oleh peneliti, sehingga nantinya penelitian tidak

bertolak belakang dengan fakta dan realita yang ada. Dalam hal ini

peneliti membandingkan data dari hasil wawancara dengan observasi,

yang berkaitan dengan kewajiban pelaku usaha dalam memberikan

informasi produk pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang dan

akibat hukum tidak memberikan informasi produk pada konsumen

dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram

Kota Mataram.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam skirpsi ini terdiri dari IV (empat) bab, yaitu Bab I adalah

pendahuluan yang meliputi konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, lokasi dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka

teoretik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Page 45: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

33

Adapun bab II terdiri dari paparan data dan temuan hasil penelitian,

yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan praktik tentang

kewajiban pelaku usaha memberikan informasi produk pada konsumen dalam

jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Selanjutnya bab III berkaitan dengan pembahasan dari hasil penelitian,

tentang analisis tinjauan fikih muamalah terhadap praktik kewajiban pelaku

usaha memberikan informasi produk pada konsumen dalam jual beli parfum

isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram dan tinjauan fikih

muaamalah terhadap akibat hukum tidak memberikan informasi produk pada

konsumen dalam jual beli parfumisi ulang pada konsumen di toko parfum

Kecamatan Mataram Kota Mataram.

Sedangkan bab IV adalah penutup yang meliputi kesimpulan dan

saran. Kesimpulan ini dimaksud sebagai akhir dari sebuah penelitian, hal ini

sangat penting untuk penegasan terhadap bab I, II, III. Sedangkan saran

merupakan harapan dari peneliti agar karya tulis yang dibuatnya memberikan

kontribusi yang bagus, sehingga membutuhkan pihak lain yang berkompeten

dalam hal ini.

Page 46: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

34

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. 1. Sejarah Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram

Dalam penelitian ini toko parfum isi ulang yang peneliti jadikan

sebagai objek penelitian di Kecamatan Mataram Kota Mataram dengan

beberapa jumlah toko Parfum isi ulang, akan tetapi peneliti mengambil 4

(empat) toko parfum isi ulang, dengan sejarah pendirian tokonya sebagai

berikut:

a. RP dan CP

RP merupakan toko parfum yang khusus menjual berbagai jenis

parfum isi ulang yang didirikan pada tanggal 5 Mei 2016, oleh HS, di jalan

Airlangga nomor 86, Punia Kecamatan Mataram, Kota Mataram. RP

memiliki cabang baru yang dinamakan CP yang didirikan pada tanggal 8

Agustus 2017, di jalan Pendidikan nomor 11A Gomong Mataram. Tujuan

didirikannya kedua toko parfum tersebut adalah keinginan dari saudara HS

serta banyaknya peminat dari para konsumen pada parfum khususnya

parfum isi ulang. Jumlah karyawan kedua toko parfum ini ada empat orang.

Dua orang di RJ dan dua orang di CP.59

b. ZPR

ZPR adalah toko parfum yang menjual berbagai jenis parfum isi

ulang, yang didirikan oleh ZH pada tanggal 21 Mei 2012 di jalan Pendidikan

59HS, Pelaku Usaha Toko RJ dan CP. Wawancara Jumat tanggal 5 Januari 2018.

Page 47: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

35

No.1A Gomong Mataram. Dengan jumlah karyawan hanya satu orang yang

bernama RM.60

c. AP

AP adalah sebuah toko parfum biasa yang menjual berbagai jenis

parfum isi ulang, yang didirikan oleh AM pada tanggal 25 januari 2015

dijalan pemuda nomor 11 Mataram. Tujuan didirikannya usaha parfum isi

ulang ini adalah keinginan dari AM yang ingin berdagang.61

2. Letak Geografis

Toko parfum diantaranya: RP, CP, ZRP dan AP yang berada

dikecamatan Mataram ini tempatnya cukup strategis dan dipusat keramaian

sehingga para konsumen dengan mudah dapat melakukan transaksi jual beli

parfum isi ulang sesuai dengan yang dibutuhkan dengan batas-batas sebagai

berikut:

a. RP dan CP

a) RP

(a) Batas Utara : Pertokoan jalan Airlangga

(b) Batas Selatan : Pertokoan

(c) Batas Timur : Rumah penduduk Punia

(d) Batas Barat : Taman Budaya

b) CP

(a) Batas Utara : Rumah penduduk

(b) Batas Selatan : Kantor Dinas Pendidikan

60ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara Senin tanggal 1 Januari 2018. 61 AM, pelaku usaha toko AP. Wawancara, Senin tanggal 1 Januari 2018.

Page 48: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

36

(c) Batas Timur : Kantor DPD Golkar

(d) Batas Barat : Sekolah Muhammadiyah62

b. ZPR

a) Batas Utara : Kantor DPD Golkar

b) Batas Selatan : Rumah Warga Gomong

c) Batas Timur : STIE AMM Mataram

d) Batas Barat : Pertokoan di jalan pendidikan Kota Mataram63

c. AP

a) Batas Utara : Rumah Makan Upey

b) Batas Selatan : Rumah Warga Gomong Sakura

c) Batas Timur : Toko Service Laptop jln Pemuda Gomong

d) Batas Barat : Konter Moro Cell64

3. Keadaan sarana dan prasarana

Toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram ini yang peneliti

temukan ada empat toko parfum isi ulang yang diantaranya: RP, CP, ZPR , dan

AP, memiliki masing-masing gedung pertokoan yang cukup sederhana dan

tidak luas, yang di dalam tokonya terdapat beberapa lemari untuk berbagai

jenis produk parfum, dan botol-botol kosong dengan berbagai ukuran serta

terdapat alat yang digunakan dalam meracik parfum isi ulang seperti alat

suntik, alkohol dan cairan pembersih botol.65

62Observasi, RP dan CP. Jumat tanggal 5 Januari 2018. 63Observasi, ZPR. Rabu tanggal 3 Januari 2018. 64Observasi, AP. Senin tanggal 1 Januari 2018.

65Observasi, Toko Parfum (RJ, CP, ZPR dan AP), Senin s/d Jumat 1 s/d 5 Januari 2018.

Page 49: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

37

4. Jenis barang (produk)

Nama–nama produk parfum isi ulang di toko parfum raja parfum,

central parfum, zuma parfum refill dan athar parfum Kecamatan Mataram Kota

Mataram.66

NO NAMA-NAMA PRODUK PARFUM ISI ULANG

1. Bvlgary Aqua Pour Homme

2. Dunhill Desire Blue

3. Chinique Happy Man

4. Soft Alrehab

5. Choco Musk/ coklat

6. Vanilla Bodies Shop

7. Aigner Black Man

8. Ariel Impulse

9. Kenzo Batang

10 Bvlgary Ceo

11 Amor

12 Lovely Alrehab

13 Victoria

14 Apple

15. Cinderella by Ninan Ricci

16. Selena Gomez

17. Paris Hilton Passport

18. Nagita Slavina

19. Anna Sui Dream

20. Miu-Miu by Prada

66Dokumen, Best Seller Parfume for Male and Famale, Toko Parfum (RJ, CP, ZPR dan

AP) Senin s/d Jumat 1 s/d 5 Januari 2018.

Page 50: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

38

B. Praktik Pelaku Usaha Memberikan Informasi Produk pada Konsumen

dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram

Kota Mataram

Praktik pemberian Informasi produk parfum isi ulang di empat toko

parfum seperti RJ, CP, AP dan ZPR di Kecamatan Mataram Kota Mataram

dengan hasil wawancara sebagai berikut:

1. Bentuk Perjanjian Jual Beli Parfum Isi Ulang

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa bentuk

perjanjian jual beli parfum isi ulang antara pelaku usaha dan konsumen

dilakukan dalam dua bentuk perjanjian yaitu lisan, informasi secara lisan

memberikan kemudahan dan tidak akan menaikkan harga parfum yang

dijualnya, bagi salah seorang pelaku usaha ini seperti yang diungkapkan

AM tentang kewajibannya memberikan informasi kepada konsumen

mengatakan “Tidak ada secara tertulis lebih baik memberikan informasi

secara lisan karena lebih jelas, dibandingkan dengan memberikan informasi

secara tertulis dan itu akan bisa menaikan harga parfum isi ulang jika ada

pemberian informasi pada kemasan botol parfum”.67 Hal tersebut didukung

dengan observasi peneliti pada toko parfum tersebut pada saat melakukan

transaksi jual beli dengan konsumen.68 Sedangkan pelaku usaha yang

lainnya memberikan tanggapan seperti yang diungkapkan HS yang

mengatakan “Karena tanpa diberitahu konsumen sudah tahu jika parfum

67 AM, pelaku usaha toko AP. Wawancara, Senin tanggal 1 Januari 2018. 68

Observasi, toko parfum (AP), Senin tanggal 1 Januari 2018.

Page 51: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

39

yang murni tidak seperti itu botol kemasannya”.69 Serta tanggapan yang

berbeda pula dari salah satu pelaku usaha yang berkaitan dengan pemberian

informasi secara lisan, seperti yang diungkapkan RM, mengatakan

“Pemberian informasi secara lisan sudah menjadi kebiasaan dari toko

karena sebagian besar informasi tentang parfum ini tidak ada secara tertulis

dari pemiliknya”.70

2. Mekanisme atau Prosedur Perjanjian Jual beli Parfum Isi Ulang

a. Bertemunya Penjual dan Pembeli dalam Satu Tempat

Berdasarkan hasil wawanacara peneliti dengan penjual dan pembeli

berkaitan denga bertemunya penjual dan pembeli satu tempat menurut HS

“pembeli datang ke toko dan kami bertemu di toko karena kami disini

menjual parfum isi ulang yang diinginkan pembeli dilihat dari pamplet

yang kami pajang di depan toko”.71 Sedangkan menurut salah satu pembeli

ini mengatakan “saya datang ke tokonya kami bertemu disini karena

sebelumnya saya sudah terbiasa beli parfum di toko ini, saya tau toko ini

jual parfum isi ulang karena saya lihat pamplet yang dipajang”.72

b. Penawaran Harga Parfum Isi Ulang

Penawaran harga pada produk parfum isi ulang oleh konsumen ini

tidak ada seperti yang diungkapkan RM, mengatakan, “Tergantung yang

dinginkan konsumen, kisaran harganya dari Rp 5000 (lima ribu rupiah)

sampai harga Rp. 100.000 (seratus ribu) berbeda botol atau ukuran

69 HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018. 70 RM, pelayan toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 71

Hs, pelaku usaha toko RJ. Wawancara, Sabtu tanggal 21 Juli 2018. 72 Pembeli, di toko Parfum AP. Wawancara, Sabtu tanggal 21 Juli 2018.

Page 52: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

40

berbeda harga”.73 Sedangkan menurut AM, mengatakan, “Informasi

harga kepada konsumen ini bervariasi, tergantung ukuran botol yang

diinginkan oleh konsumen, karena setiap ukuran botol memiliki harga

yang berbeda-beda”.74 Dan terkait dengan ukuran ml dalam satu botol

parfum isi ulang terdapat beberapa ukuran mulai dari ukuran yang

minimal sampai maksimal. Menurut HS “Terdapat ukuran dari yang 4

ml sampai dengan ukuran 100 ml, dan itu untuk jenis parfum isi ulang

yang bentuk roll dan spray, harga tergantung ukuran botol dan

jenisnya”.75 Sehingga berdasarkan hasil penelitian peneliti bahwasanya

penawaran harga antara penjul parfum dengan pembeli tidak ada

disebabkan harga sudah ditetapkan oleh penjual pada setiap ukuran batol

dan jenisnya.

c. Penjelasan Produk Parfum isi Ulang

Sebagai pihak yang menjelaskan dan memberikan informasi

produk parfum isi ulang dilakukan dengan cara tertulis dan lisan.

a. Tertulis

Pemberian informasi secara tertulis menurut HS dengan cara

memberikan paket penjualan yang disediakan di toko supaya konsumen

lebih gampang memilih sesaui dengan harga yang diinginkan, seperti

yang diungkapkannya “Apabila konsumen membeli parfum isi ulang

biasanya kami berikan paket penjualan kepada konsumen yang sudah

kami sediakan di toko, dijelaskan harga parfum setiap botol

73 RM, pelayan toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018.

74 AM, pelaku usaha toko AP. Wawancara, Senin tanggal 1 Januari 2018.

75 HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018.

Page 53: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

41

perukurannya dan keterangan cara penggunaan”.76 Penyedian paket yang

disediakan pada toko tersebut didukung dengan dokumentasi yang

dilakukan peneliti selama penelitian”.77 Sedangkan menurut toko parfum

yang lainnya memberikan tanggapan tentang pemberian informasi secara

tertulis hanya pada bagian harga parfumnya saja, seperti yang

diungkapkan oleh ZH mengatakan “Pemberian informasi secara tertulis

pada harga parfum tertentu yang kisaran ukurannya di atas 10 ml, baru

kami printkan harga setiap ml nya”.78 Pemberian informasi secara

tertulis oleh pelaku usaha ini hanya pada bagian tentang informasi harga,

sedangkan untuk informasi yang lainnya tidak ada.

b. Lisan

Penyampain inforamsi secara lisan pada kemasan produk parfum

isi ulang, menurut RM, mengatakan “Tidak tahu, karena saya tidak

pernah diberikan informasi atau alasan dari pemilik toko parfum ini”.79

Sedangkan HS sebagai pemberi informasi kepada konsumen

mengatakan “Karena tanpa diberitahu konsumen sudah tahu jika parfum

yang murni tidak seperti itu botol kemasannya”.80 Tanggapan yang

berbeda dari salah satu pelaku usaha yang memberikan informasi

kepada konsumen, mengatakan “Informasi dari pabriknya ada, tapi

kalau kami yang disini tidak ada pemberian informasi secara tertulis

76 HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018. 77

Dokumen, paket penjualan dan ND, toko parfum (RJ dan CP) Jumat tanggal 5 Januari 2018.

78 ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 79 RM, pelayan toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018.

80

HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018.

Page 54: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

42

karena kami tidak menjual barang jadi”.81 Hal tersebut didukung

dengan observasi yang di lakukan peneliti dibeberapa toko parfum

tersebut”.82 Dan penjelasan produk parfum isi ulang ini secara

sepenuhnya tidak disampaikan secara lengkap tergantung pada

pertanyaan konsumen.

d. Transaksi Jual beli Parfum Isi Ulang

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku usaha, yang

berkaitan dengan transaksi jual beli parfum isi ulang antara pelaku usaha

dan konsumen, seperti yang diungkapan oleh RM mengatakan “transaksi

yang kami lakukan dengan pembeli berawal dari pembeli datang toko

dan menginginkan parfum yang disuka setelah dapat baru dibayar”.83

Sedangkan menurut salah satu pelaku usaha ini seperti yang

diungkapkan oleh ZH mengatakan “Biasanya kami memberikan

informasi sebelum membeli dan informasi tersebut berkaitan dengan

aroma dan perbandingan pada parfum setelah pembeli setuju baru

transaksi dilakukan”.84 Sedangkan menurut HS mengatakan “Biasanya

konsumen bertanya dulu sebelum membeli aroma apa yang bagus dan

bertanya harga dari parfum isi ulang, dan kita sebagai penjual mengikuti

keinginan konsumen”.85

e. Penggunaan Parfum oleh Konsumen

81

ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 82

Observasi, toko parfum (RP, ZPR), Jumat tanggal 5 Januari 2018. 83

RM, pelayan toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 84 ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 85

HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018.

Page 55: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

43

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pelaku usaha dan

konsumen penggunaan parfum isi ulang ini biasanya digunakan untuk

kepentingan pribadi seperti yang diungkapkan oleh selaku konsumen

Muzayana menyatakan bahwa: “Selama saya membeli parfum isi ulang

saya selalu gunakan untuk pakai dan pengharum badan saya dan

biasanya saya gunakan setelah mandi atau ingin bepergian”.86

Sedangkan sebagai pihak penjual tidak pernah menanyakan penggunaan

untuk apa setiap parfum yang dibeli oleh konsumen seperti yang

diungkapkan saudara ZH mengatakan “saya tidak pernah menanyakan

kepada pembeli untuk penggunaan parfum isi ulang yang dibeli di toko

saya karena sepengetahuan saya juga pembeli beli parfum untuk

kepentingan pribadi untuk mengharumkan badannya”.87 Sedangkan

tanggapan yang berbeda dari pelaku usaha toko lainnya, seperti yang

diungkapkan oleh saudara

3. Isi Informasi Produk Parfum Isi Ulang

Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku usaha parfum isi

ulang, terkait dengan isi informasi produk parfum yang disediakan untuk

konsumen jenis-jenis, bahan-bahan, dan status alkohol parfum isi ulang

dengan tanggapan sebagai berikut:

a. Jenis-jenis parfum isi ulang

Menurut ZH selaku pemilik toko parfum ZPR ini menjelaskan

bahwa: “Jenis parfum yang dijual ada yang campuran dan hanya bibit

86 Azmiayati Muzayana, konsumen. Wawancara, Jumat tanggal 12 Januari 2018. 87

ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018.

Page 56: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

44

parfum saja, kalau yang campuran yang jenisnya spray ditambahkan

alkohol dan bibit parfum, sedangkan untuk yang bibit parfum saja itu

untuk jenis roll dengan perbandingan 60:40 atau 70:30”.88 Keterangan

yang sama diberikan oleh salah satu pelaku usaha, HS mengatakan

“Jenis parfum yang saya jual disini parfum baju (laudry) dan parfum isi

ulang yang berbentuk roll dan spray”.89 Sedangkan untuk toko parfum

lainya jenis parfum yang di jual sama, tetapi dari segi perbandingan yang

berbeda seperti yang diungkapkan oleh RM mengatakan “Jenisnya ada

yang campuran dan hanya bibit, kalau yang bibit botolnya berbentuk roll

sedangkan untuk yang campuran alkohol tergantung dari keinginan

pembeli”.90 Penjelasan dari para pelaku usaha yang berhubungan dengan

jenis-jenis parfum isi ulang tersebut didukung dengan observasi peneliti

dibeberapa toko parfum tersebut.91

b. Bahan-bahan parfum isi ulang

Bahan-bahan yang terkandung dalam produk parfum isi ulang ini,

menurut ZH mengatakan, “Dari bahan-bahan sentetis alami yang di

sentesiskan”.92 Sedangkan menurut pelaku usaha lainnya, seperti yang

diungkapkan HS mengatakan “Bahan-bahan parfum tersebut dari jenis-

jenis tumbuhan”.93 dan untuk asal bahan-bahan parfum isi ulang menurut

AM tidak diketahuinya sebagai pelaku, dengan tanggapan “Tidak

88 ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 89

HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018. 90

RM, pelayan toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 91

Observasi, toko parfum (RP, ZPR), Rabu tanggal 3 Januari 2018. 92 ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 93 HS, pelaku usaha toko RP dan CP. Wawancara, Jumat tanggal 5 Januari 2018.

Page 57: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

45

diketahuinya, karena informasi yang diberikan dari agennya tidak ada

pemberitahuan”.94

c. Status Alkohol dalam Parfum Isi Ulang

Status alkohol pada produk parfum ini, menurut salah satu pelaku

usaha mengatakan “Status parfum yang dijual terdapat campur bahan

alkohol dan tidak, jika konsumen memilih parfum yang bentuknya spray

maka terdapat campuran alkohol, jika memilih parfum yang roll maka

tidak ada campuran alkohol, dan menurut penjual status alkohol yang

dipakai halal, kerana tidak memabukkan”.95 Tentang status alkohol dan

bahan asal parfum isi ulang menurut ZH mengatakan bahwa “Status

alkoholnya halal karena alkohol jenis denature dan asal bahan

parfumnya kurang tahu secara jelas”.96 Sedangkan menurut AM sebagai

pelaku usaha yang mengetahui kualitas parfum isi ulang yang dijualnya

halal karena terdapat dari alkohol murni, dengan mengatakan “ Kualitas

parfum yang saya jual bagus karena karena terdapat alkohol murni 96%

dan statusnya halal”.97

94

AM, pelaku usaha toko AP. Wawancara, Senin tanggal 1 Januari 2018. 95 ZH, pelaku usaha toko ZPR. Wawancara, Rabu tanggal 3 Januari 2018. 96Ibid, Rabu 3 Januari 2018. 97AM, pelaku usaha toko AP. Wawancara, Senin tanggal 1 Januari 2018.

Page 58: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

46

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Praktik Pelaku Usaha

Memberikan Informasi Produk pada Konsumen dalam Jual beli Parfum

Isi Ulang di Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram

Kewajiban pelaku usaha memberikan informasi kepada konsumen

merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kewajibannya sebagai pelaku

usaha (penjual). Apabila ditinjau dari segi aturan hukum Islam, khususnya

dalam jual beli, pedagang atau pelaku usaha ini memiliki kewajiban kepada

konsumen serta terpenuhinya syarat dan rukun jual beli. Dalam kaidahnya

mengatakan semua jenis jual beli diperbolehkan terkecuali ada dalil yang

mengharamkannya. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah:

يمها ح دل دليل عل . صل في اعاما لباح إا أ

Artinya: Hukum asal dalam semua bentuk mu‟amalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.98 1. Bentuk Perjanjian Jual Beli Parfum Isi Ulang

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti menemukan bahwa bentuk

perjanjian jual beli parfum isi ulang antara pelaku usaha dan konsumen

dilakukan dalam dua bentuk perjanjian yaitu lisan dan tertulis. Pada setiap

toko tersebut memiliki alasan-alasan yang berbeda dalam bentuk perjanjian

yang digunakan dan disampaikan kepada konsumen di lihat dari tingkat

keuntungan yang dihasilkan seperti Pada beberapa toko yang peneliti

jadikan objek penelitian, yang berhubungan dengan kewajiban memberikan

98 Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqh (Jakarta: Kencana Penada Media Grup 2006), h. 130

Page 59: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

47

informasi kepada konsumen antara toko parfum RJ,CP,AP dan ZPR

Kecamatan Kota Mataram Kota Mataram berbeda-beda cara memberikan

informasi, toko parfum RJ,CP dan ZPR menggunakan informasi secara

tertulis sedangkan toko parfum AP lebih baik memberikan secara lisan.

Perbedaan cara memberikan informasi pada toko parfum tersebut

berdasarkan pemahaman serta keinginan dan mencari keuntungan. Toko

AP menggunakan cara lisan karena alasan supaya jelas dan tidak menaikan

harga parfum isi ulangnya, sedangkan toko parfum RJ, CP dan ZPR

menggunakan tertulis dalam bentuk informasi paket penjualan. Kedua

perbedaan dan alasan tersebut menjadi tolak ukur terkait dengan tata cara

jual beli yang sah menurut hukum Islam.

Maka secara teori muamalah berkaitan dengan shigat ijab dan

kabul yang berhubungan dengan bentuk perjanjian jual beli parfum isi

ulang dalam memberikan informasi produk. Pada dasarnya, ijab kabul

dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak memungkinkan misalnya

pembelinya bisu atau hal yang lainnya, boleh dengan sesuatu yang

mengandung ijab kabul, adapun cara-cara dalam ijab kabul adalah sebagai

berikut:

a. Ucapan, artinya pernyataan kehendak yang paling penting melalui

pengetahuan kita terhadap kehendak sejati dari ucapan seseorang karena

inilah yang paling banyak terjadi. Ucapan dapat terjadi dalam akad

antara pihak-pihak yang saling berhadapan langsung, seperti orang

berjual beli dalam toko, dan dapat pula terjadi antara pihak yang tidak

Page 60: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

48

berhadapan langsung (berjauhan) dengan menggunakan sarana

telekomunikasi seperti telepon.

b. Tertulis, artinya para pihak yang melakukan perundingan untuk

membuat perjanjian (akad) tidak mesti selalu berada di tempat yang

sama, mungkin mereka berada di tempat yang berjauhan sehingga tidak

mungkin dilakukan komunikasi secara tatap muka. Untuk menanyakan

kehendak dalam keadaan berjauhan ini dapat dilakukan dengan

mengirim utusan atau mengirim surat.

c. Isyarat, artinya isyarat dapat dipahami dalam arti jelas maksudnya dan

tegas menunjukkan kehendak untuk membuat perjanjian.

d. Perbuatan, artinya perikatan yang dapat dilakukan dengan perbuatan saja

tanpa lisan, tulisan maupun isyarat. Adanya perbuatan memberi dan

menerima dari para pihak yang saling memahami perbuatan perikatan

tersebut dan segala akibat hukumnya.99

2. Mekanisme atau Prosedur Perjanjian Jual beli Parfum Isi Ulang

Tata cara perjanjian jual beli parfum isi ulang di toko parfum

Kecamatan Mataram Kota Mataram berdasarkan hasil wawancara dan

observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat menganalisis

menggunakan fikih muamalah diantaranya:

a. Bertemunya Penjual dan Pembeli dalam Satu Tempat

Bertemunya penjual dan pembeli pada satu tempat berdasarkan

hasil penelitian yang dikemukan pada bab sebelumnya bahwa penjual

99

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, h. 133-140.

Page 61: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

49

dan pembeli bertemu di toko parfum dimana kedua belah pihak

melakukan transaksi jual beli yang diinginkan, maka secara teori fikih

muamalah telah memenuhi rukun dari akad jual beli yaitu adanya kedua

belah pihak yang berakad pada satu tempat yang telah diinginkan oleh

penjual dan pembeli parfum isi ulang, karena rukun akad dalam jual beli

ada empat diantaranya: para pihak yang membuat akad, pernyataan

kehendak para pihak, objek akad dan tujuan akad. Maka apabila keempat

rukun akad tersebut terpenuhi secara hukum Islam jual belinya dikatakan

sah.

b. Penawaran Harga Parfum Isi Ulang

Penawaran harga yang dilakukan oleh pembeli dalam transaksi jual

beli parfum isi ulang ini tidak ada disebabkan ketentuan harga yang telah

ditentukan oleh pihak penjual pada setiap permili botol parfum yang

dipatok mulai harga Rp.10.000 (sepuluh ribu rupiah), hingga Rp.

100.000 (seratus ribu rupiah). Perjanjian yang seperti ini dalam fikih

muamalahnya disebut perjanjian sepihak yang dibuat oleh penjual,

sehingga dalam Islam perjanjian sepihak yang dibuat oleh penjual tidak

dibenarkan karena tidak berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

dalam menyepakati harga yang diinginkan, maka secara teori fikih

muamalahnya berkaitan dengan konsepsi hukum Islam memahami

hubungan kontraktual kedua belah pihak dapat dianggap baik, jujur, adil

dan seimbang jika mengetahui hakikat dan kondisi persetujuan yang

disepakati pada awal proses transaksi atau promosi. Karena tidak

Page 62: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

50

terdapat pengkhususan pada perjanjian awal untuk memberlakukan

produk dengan batas tertentu.

Persoalan pemenuhan hak konsumen terhadap harga yang tidak

normal di pasar, fikih Islam telah menawarkan banyak solusi yaitu

dengan pelanggaran ribawi, pelanggaran monopoli dan persaingan tidak

sehat. Sehingga peneliti dapat menganalisis bahwa konsumen memiliki

hak berdasarkan prinsip-prinsip dalam fikih muamalah yaitu salah

satunya keadilan dan kebenaran, karena hubungan perdata tidak boleh

mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan

kesempatan pada waktu pihak lain sedang berada dalam kesempitan.

c. Penjelasan Produk Parfum isi Ulang

Penjelasan produk parfum isi ulang yang disampaikan penjual

kepada pembeli seperti tidak ada penyampaian informasi secara jelas

tentang isi berat parfum, komposisi atau bahan parfum, aturan pakai,

label halal dalam produk, nama barang, alamat penjual parfum isi ulang.

secara jelas dan rinci tidak disampaikan secara benar baik penjelasan

secara lisan atau tertulis tidak ada, sehingga penjelasan atas barang yang

dijual merupakan suatu keharusan bagi penjual khususnya penjelasan

informasi secara tertulis yang disampaikan pada produk parfum isi

ulang, karena barang yang dijadikan sebagai objek transaksi harus sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah, karena apabila sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah, keberadaan objek yang dijadikan perikatan akan

memberikan kemaslahatan bagi manusia karena syarat keabsahan akad

Page 63: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

51

untuk objek akad apabila penyerahan itu tidak menimbulkan kerugian

(dharar) dan apabila menimbulkan kerugian maka akadnya fasid,

sehingga diperlukan penyampaian informasi secara jelas baik secara

lisan atau tertulis bagi penjual agar terhindar dari transaksi yang

menimbulkan kerugian dan ketidak relaan bagi pembeli.

d. Transaksi Jual beli Parfum Isi Ulang

Transaksi jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan

Mataram Kota Mataram yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

dimulai saat pembeli datang ke toko kemudian bertanya kepada pembeli

aroma seperti apa yang diinginkan setelah sesuai dengan keinginan maka

pembeli membayar kemudian pergi meninggalkan toko. Sedangkan

transaksi objek akad harus dapat ditransaksikan dan bebas dari syarat

fasid dan bagi akad atas beban harus bebas dari riba, objek transaksi

menjadi fasid apabila penyerahan itu menimbulkan keraguan, gharar,

terdapat syarat fasid dan riba, maka diperlukan ketanggapan dan

kecerdasan bagi pihak penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi

agar informasi diciptakan dan yang dipertanyakan sejelaskan mungkin

agar terhindar dari objek transaksi akad yang fasid, sehingga menurut

peneliti transaksi yang dilakukan oleh kedua belah pihak pada jual beli

parfum isi ulang ini belum memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang

telah dipersyaratkan bagi kedua belah pihak yaitu informasi atas produk

barang yang dijual dan dibeli. Transaksi jual beli yang seperti ini

Page 64: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

52

biasanya terjadi di pasar atau pun ditempat lainnya, dalam fikih

muamalah jenis jual beli ini disebut ba‟i al-mu‟athah.

e. Penggunaan Parfum oleh Konsumen

Penggunaan parfum isi ulang oleh pembeli berdasarkan wawancara

dan observasi di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram yang

dilakukan peneliti bahwasanya penggunaan parfum isi ulang digunakan

berdasarakan kepentingan pribadi dari masing-masing pembeli seperti

untuk mengharumkan badan, maka secara rukun akad dalam jual beli

yang keempat yaitu tujuan akad dan syarat dari tujuan akad jual beli ini

tidak bertentangan dengan syara, sedangkan pada jual beli parfum isi

ulang untuk penggunaan yang dilakukan oleh pembeli untuk

mengharumkan badan yang tidak bertentangan dengan syara.

3. Isi Informasi Produk Parfum Isi Ulang

Isi informasi produk parfum isi ulang yang dapat peneliti analisis

menggunakan fikih muamalah diantaranya jenis-jenis parfum isi ulang,

bahan-bahan parfum isi ulang dan status alkohol parfum isi ulang. Dari

hasil penelitian diantara beberapa toko parfum yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya, isi informasi yang disampaikan penjual berbeda-beda,

untuk jenis-jenis parfum isi ulang yang dijual antara toko yang satu

dengan yang lainnya sama yaitu parfum isi ulang jenis roll dan spray,

yang menjadi perbedaan diantara para penjual parfum isi ulang ini adalah

pengetahuan tentang bahan-bahan parfum isi ulang. Toko parfum ZPR

dan RJ mengetahui bahan-bahan parfum isi ulangnya sedangkan toko

Page 65: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

53

parfum AP tidak mengetahui bahan-bahan parfum isi ulangnya, untuk

status parfum isi ulang yang dijual menurut para penjual parfum isi ulang

di toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram berpendapat bahwa

status parfum yang mereka jual halal dan bebas dari alkohol, sedangkan

menurut peneliti berdasarkan hasil obervasi di lapangan yang menjamin

adanya label yang menyatakan halal dalam produk parfum isi ulang tidak

ada. Maka dalam hukum Islam kebeneran dan kejujuran dalam

menyampaikan informasi harus berdasarkan prinsip-prinsip kejujuran

yang sesuai dengan aturan dalam syara, yang dimaksud dengan prinsip

kejujuran disini adalah hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam

segala bidang kehidupan, termasuk dalam melaksanakan muamalat. Jika

kejujuran tidak diterapkan dalam perikatan, akan menimbulkan

perselisihan di antara pihak. Dalam al-Quran surat al-Ahzab ayat 70

Allah swt., berfirman:

100

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.

Tanggapan yang diberikan oleh pelaku usaha dari hasil wawancara,

obeservasi dan dokumentasi tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

informasi produk parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram

Kota Mataram, yang berkaitan dengan isi informasi produk parfum isi

ulang di keempat toko parfum (RJ,CP,AP dan ZPR), pengetahuan tentang

100QS. al-Ahzab (33): 70.

Page 66: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

54

isi produk parfum isi ulang seperti bahan-bahan, jenis-jenis parfum isi,

status parfum isi ulang berbeda-berbeda, artinya bahwa tingkat

pengetahuan penjual pada produk parfum isi ulang yang dijualnya tidak

sesuai pernyataan yang diungkapkan pada pembeli, sehingga kejujuran

yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

B. Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Akibat Hukum tidak Memberikan

Informasi Produk Pada Konsumen dalam Jual beli Parfum Isi Ulang di

Toko Parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram

Jual beli dalam Islam memiliki ketentuan yang berdasarkan akad atau

perjanjian, sehingga apabila pada praktik jual beli parfum isi ulang yang tidak

memberikan informasi secara tertulis dan tidak benar pada konsumen, maka

mengakibatkan akibat hukum yang mengikat. Akibat hukum dari praktik

pelaku usaha yang tidak memberikan informasi kepada konsumen dalam jual

beli parfum isi ulang ini berakibat pada dua pihak yaitu penjual dan pembeli.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa, kewajiban pelaku usaha

dalam memberikan informasi produk parfum isi ulang secara sepenuhnya

belum terealisasikan, artinya bahwa pemenuhan hak-hak pembeli untuk

mendapatkan informasi secara benar dan menyeluruh tidak didapatkan akibat

tidak adanya informasi secara tertulis pada kemasan produk parfum isi ulang

secara lengkap disertai dengan tanggapan dari pembeli yang merasa dirugikan

akibat penyampain informasi tentang produk parfum isi ulang yang secara

lengkap tidak didapatkan, penyampaian informasi ini hanya pada bagian

tertentu saja seperti hanya informasi harga saja, sedangkan pihak pembeli

Page 67: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

55

tidak hanya membutuhkan sebatas informasi saja melain pada informasi

komposisi parfum, kadalwarsa parfum, efek sampingan parfum, berat atau

netto parfum, namun menurut peneliti berdasarkan hasil wawancara dan

observasi, penyampain informasi tersebut tidak dapatkan oleh pembeli dan

pihak penjual tidak menyampaikannya. Sehingga pemenuhan hak akad dan

hukum akad tidak terpenuhi akibat tidak adanya hak dan kewajiban secara

timbal balik antara pembeli dan penjual dalam pemberian informasi secara

jelas, sehingga menyebabkan kerelaan dari pihak pembeli tidak ada dan

terkadang merasa di rugikan. Dalam surat An-Nisa‟ ayat 29 Allah swt

berfirman:

101

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Hukum Islam telah menentukan berbagai macam aturan yang

mengikat kedua orang yang melakukan jual beli supaya mengandung jual

beli yang berdasarkan aturan-atuaran syara. Pada jual beli parfum isi ulang

ini tidak ada dalil atau hukum yang mengharamkannya artinya boleh

dilakukan hanya saja apakah cara atau metode praktik yang dilakukan

secara benar atau tidak. Dalam fikih muamalah jual beli dikatakan sah

apabila telah memenuhi rukun dan syarat dari jual beli yang disebut

101 QS. An-Nisa (4): 29.

Page 68: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

56

dengan syarat terbentuknya akad kemudian membentuk syarat keabsahan

akad yang apabila keabsahan akadnya terpenuhi maka adanya syarat untuk

berlakunya akibata hukum dan yang terakhir syarat yang mengikat akad

tersebut sehingga jual belinya dikatakan sempurna.

Menurut peneliti rukun akad dalam jual beli parfum isi ulang di

toko parfum Kecamatan Mataram Kota Mataram yang pertama telah

memenuhi yaitu adanya pihak yang membuat akad antara pembeli dan

penjual, pembeli dan penjual ini telah memenuhi syarat keabsahan akad

yaitu tamyiz dan berbilang (at-ta‟adud). Sedangkan untuk rukun yang

kedua yaitu pernyataan para kehendak (ijab dan kabul) kurang memenuhi

karena selama peneliti melakukan observasi pernyatan dari pihak penjual

dan pembeli tidak ada, sedangkan untuk syarat terbentuknya akad pada

rukun yang kedua ini para pihak harus adanya persesuaian ijab dan kabul

dengan adanya kata sepakat yang diucapkan dan kesatuan majelis akad,

maka untuk syarat keabsahan akadnya tidak dapat dilaksanakan karena

kurangnya syarat dari rukun yang kedua. Sedangkan pada rukun akad yang

ketiga yaitu objek akad dalam jual beli parfum isi ulang ini ada yaitu objek

parfum isi ulang, akan tetapi untuk syarat terbentuknya akad pada objek

akad ini harus dapat diserahkan, dapat ditentukan, dapat dtransaksikan.

Pada jual beli parfum isi ulang ini objek akadnya telah memunuhi syarat

terbentuknya akad, yang selanjutnya objek akad dapat memenuhi syarat

keabsahan akad yaitu objek akad harus penyerahan objek akad tidak

menimbulkan kerugian (dharar) apabila menimbulkan kerugian maka

Page 69: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

57

akadnya fasid, menurut peneliti syarat keabsahan akad pada objek akad

untuk penyerahannya menimbulkan kerugian disebabkan kurangnya

informasi yang didapatkan pembeli dari penjual sehingga menimbulkan

informasi pada objek akad menjadi gharar.

Dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan

Mataram Kota Mataram, penyampaian informasi yang tidak lengkap pada

objek akad membuat keabsahan akadnya menjadi fasid disebabkan adanya

unsur gharar. Karena informasi pada objek atau barang yang diperjual

belikan sangat diperlukan untuk menunjak kualitas barang tersebut agar

terhindar dari kerugian. Karena dalam kaidah fikih segala sesuatu yang

menimbulkan kemudharatan diharamkan, baik ditinjau dari keharaman

zatnya maupun selain zatnya atau yang berkaitan dengan cara

pelaksanaannya (haram li ghairihi).102

Haram li ghairihi yang dimaksud di sini adalah sebuah tindakan

atau cara pelaksanaan yang dilarang dalam transaksi menurut fikih, di

dalam jul beli produk parfum isi ulang ini terdapat ketidak jelasan bagi

pembeli akibat kurangnya penyampaian informasi secara jelas

disampaikan, ketidak jelasan atas kualitas dan kuantitas dari produk

parfum isi ulang sehingga mengandung gharar di dalamnya. Gharar

terbagi menjadi beberapa macam diantaranya:

102 Burhanuddin S, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal, h.

15.

Page 70: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

58

1. Gharar dalam kualitas, ketidak jelasan dalam kualitas barang yang

menjadi objek akad karena penyampaian informasi yang tidak jelas dan

lengkap, seperti penyampain informasi berat isi ulang parfum,

komposisi parfum isi ulang, masa kadalwarsanya karena menurut

pembeli sangat penting untuk mngukur sejauh mana kualitas parfum isi

ulang yang dibeli.

2. Gharar dalam penyerahan, setiap objek barang yang dijadikan objek

akad harus memenuhi rukun akad yang kedua yiatu kesepakatan kedua

belah pihak yang diucapkan tetapi dalam jual beli parfum isi ulang ini

kata sepakat antara kedua belah pihak tidak terucap.

3. Gharar dalam kuantitas, ketidak jelasan dalam memberikan jumlah

barang yang menjadi objek akad, dalam jual beli parfum isi ulang

jumlah permili parfum tidak disampaikan secara jelas dan karena

ukuran permili sangatlah kecil jumlahnya sehingga pembeli haruslah

cerdas dalam bertanya pada penjual parfum isi ulang.

4. Gharar dalam harga, terjadi ketika penjual membuat harga tanpa

kesepakatan dari pembeli artinya pihak penjual yang menentukan harga

tanpa bertanya pada pembeli, namun dalam jual beli parfum isi ulang

ini selama peneliti melakukan observasi pembeli tidak ada yang merasa

keberatan dengan harga yang ditawarkan.

Akad yang telah memenuhi rukunnya, syarat terbentuknya dan

syarat keabsahannya dinyatakan sebagai akad yang sah sehingga syarat

berlakunya akibat hukum dapat dilakukan, akan tetapi menurut peneliti

Page 71: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

59

syarat untuk berlakunya akibat hukum tidak dapat dilaksanakan, karena

pada jual beli parfum isi ulang ini penyampaian informasi yang merupakan

kewajiban dari pelaku usaha atau penjual tidak diberikan kepada pembeli

sehingga untuk syarat keabsahan objek akad atas penyampaian informasi

menimbulkan ketidak jelasan pada objek akad dan mengakibatkan

akadnya menjadi fasid, pada fikih akibat hukum yang tidak dapat

dilaksanakan meskipun akadnya sudah sah disebut akad maukuf, yang

dimaksud dengan akad maukuf adalah akad yang sah, tetapi belum dapat

dilaksanakan akibat hukumnya karena belum memenuhi syarat berlakunya

akibat hukum. Syarat dari berlakunya akibat hukum yaitu adanya

kewenangan sempurna atas objek akad, dan adanya kewenagan atas

tindakan hukum yang dilakukan.103

103 Samsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih

Muamalat, h. 102.

Page 72: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

60

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk praktik pelaku usaha dalam memberikan informasi pada konsumen

dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram

Kota Mataram dilakukan dalam bentuk perjanjian jual beli parfum si ulang

yaitu lisan dan tertulis kemudian dengan menggunakan mekanisme atau

prosedur perjanjian jual beli parfum isi ulang dengan bertemu dengan

pembeli memberikan penjelasan, bertransaksi dengan pembeli dan

kemudian informasi tentang isi parfum isi ulang.

2. Tinjuan fikih muamalah akibat hukum tidak memberikan informasi produk

pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang berakibat bagi penjual dan

pembeli, tetapi akibat hukum terhadap penjual akibat tidak melaksanakan

kewajibannya yang tidak memberikan informasi produk pada atau pembeli

dalam jual beli parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan Mataram Kota

Mataram jual beli parfum isi ulang dibelohkan karena tidak ada dalil yang

mengharamkannya hanya saja praktik atau cara yang dilakukan yang

mengakibat hukum jual beli yang menjadi tolak ukur, praktik yang

dilakukan penjual terhadap pembeli tidak menyampai kata sepakat dalam

transaksi yang diucapkan dan objek akad menimbulkan objek akad gharar

sehingga menjadi fasid. Objek akad yang fasid mengakibatkan syarat

Page 73: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

61

untuk berlakunya akibat hukum tidak dapar dilaksanakan, dalam fikih

disebut akad maukuf, akad terhenti.

B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan kepada para pihak

yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi para pihak antara penjual dan pembeli apabila

melakukan transaksi jual beli hendaknya dilaksanakan dengan iktikad

baik, sesuai aturan dalam Islam dan peraturan yang telah ditetapkan

dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dimana pihak penjual

disini adalah para penjual parfum isi ulang di toko parfum Kecamatan

Mataram Kota Mataram.

2. Para pihak hendaknya menyadari akan hak dan kewajibannya, khususnya

bagi para pelaku usaha dalam hal ini berkaitan dengan pemberian

informasi produk pada konsumen dalam jual beli parfum isi ulang, supaya

tidak menimbulkan kerugian diantara para pihak.

3. Diharapkan kepada pemerintah supaya sosialisasi lebih ditingkatkan lagi,

tentang Perlindungan Konsumen terkait dengan tatacara pelaku usaha

memenuhi kewajibannya khusunya dalam jual beli parfum isi ulang

dalam memenuhi hak-hak konsumen, agar tetap tercipta keadilan,

keamanan dan kesejahteraan bagi para pihak.

Page 74: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan. Bandung: Cipta Bakti, 1992.

Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana, 2010. Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah, 2015. A.Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Quran (Jakarta: Amzah, 2013. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004. As-sa‟di, dkk, Fiqih Jual Beli. Jakarta: Senayan Publishing, 2008.

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Burhanuddin S, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal.

Malang: UIN-Maliki Press, 2011. Celena Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar

Grafika, 2014. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001. Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006. Dimyauddin Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007. Depertemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan Juz 1-30. Surabaya: CV

Pustaka Agung Harapan, 2006. Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqh Jakarta:Kencana Penada Media Grup 2006. Haerani, “Kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sebagai

Lembaga Penyelesaian Sengketa Konsume di Luar Pengadilan (Studi di Kota Mataram)”, Tesis Universitas Mataram, 2012.

Hendi suhendi, Fiqh Mu‟amalah. Jakarta:rajawali Pers, 2011.

Page 75: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

63

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, juz 2, Nomor Hadist 2139, CD Room, Maktabah Kutub Al-MUTUN, silsilah Al-„Ilm An-Nafi‟ Seri 4, Al- Ishdar Al-Awwal, 1426 H.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Remarkable Indonesia. Lalu Farhan,“Tinjauan Hukum Islam terhadap Perlindungan Konsumen pada

Praktik Jual beli Produk Curah di Desa Braim Kecamatan Praya Tengah”, UIN Mataram, 2017.

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1993. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia http://jdih.pom.go.id/showpdf.php.

Mardani, Fiqh ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, Jakarta:kencana prenadamedia

Utama. 2013. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Zurriyyah,

2007. Moh. Nazir, Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia, 1988.

M Chotim, “Evaluasi Penulisan Label Pangan yang tidak Lengkap dan Iklan Pangan Menyesatkan Pada Industri Rumah Tangga Pangan Kabupaten Temanggung Tahun 2013”, Jurnal Riset Manajemen, Vol. 1 No. 1. Mei 2104.

M. Yusri, “Kajian Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam Perspektif

Hukum Islam”, Journal Ulumudin- Vol. V, tahun III (2009), 10, diambil pada tanggal 20 Juli 2018, pukul 06:20 WITA.

Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Mazahib Fii Muamalah. Mataram:

Sanabil, 2015. Muhammad Ikhwan Lukmanudin, “Legitimasi Hadis Pelarangan Penggunaan

Alkohol dalam Pengobatan”, Journal Of Quran and Hadith Studies-Vol.4, No. 1. 2015.

Muhibbah,“Perlindungan Konsumen Terhadap Bahan-bahan Kimia Berbahaya

pada Kosmetik (Studi Komparatif Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen)”. Skripsi, IAIN Mataram, 2015.

Page 76: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

64

Muslim, Shahih Muslim, Jilid III. Beirut: Dar al-kotob al-ilmiyah, 2008.

Ninik Azizah, “Keharusan pelaku usaha memberikan Informasi yang benar

ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen”, Irtifaq, Vol 2, No. 1. Maret 2016.

Santoso, “Perspektif Hukum Islam terhadap Kitab Undang-Undang Hukum

(KUH) Perdata pasal 1467 Tentang larangan jual beli anatara Suam Isteri Tahun 2014”, Jurnal Penelitian Vol. 8 No. 2 (Agustus 2014), h.296-297, diambil pada tanggal 26 Maret 2017, pukul 04.11 WITA.

Saupi Hidayah, Perspektif Fikih Muamalah Terhadap Sistem Pengawasan

Makanan Sehat Untuk Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Balai Besar POM Mataram)”, IAIN Mataram, 2015.

Siti Rifaah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Beralkohol (Analisis

atas Pendapat KH Wahab Khafidz dan Ustad Sulkahan di Pondok Pesanteren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang), (Skripsi, IAIN Walisongo, Semarang, 2012).

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam

Fikih Muamalat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012.

Page 77: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

65

Page 78: TINJAUAN FIQH MU’AMALAH TENTANG KEWAJIBAN PELAKU …etheses.uinmataram.ac.id/1575/1/Safwatil Qirom 152141060.pdf · tinjauan fiqh mu’amalah tentang kewajiban pelaku usaha memberikan

66