tingkat rekrutmen karang pada tiga tipe substrat …

12
TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT DI PANTAI PASIR PUTIH SITUBONDO Asteria Pitasari (1) , Dian Saptarini (2) , Aunurohim (3) Jurusan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Surabaya 60111 Email: [email protected] (1) , [email protected] (2) , [email protected] (3) ABSTRAK Terumbu merupakan endapan masif dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang hermatipik dari ordo Scleractinian, alga berkapur, dan organisme lain penghasil kalsium karbonat. Kesuksesan reproduksi merupakan tahap awal dalam pertambahan individu karang pada terumbu. Agar populasi karang terjaga maka koloni karang yang mati harus tergantikan melalui proses rekrutmen dengan larva maupun reproduksi secara aseksual. Tingginya tingkat rekrutmen karang merupakan suatu indikasi terjadinya pemulihan dalam komunitas terumbu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat rekrutmen karang Scleractinian secara alami berdasarkan densitas karang, serta jenis life form dan genus penyusunnya pada tiga tipe substrat dengan kestabilan berbeda. Karang Scleractinian dengan diameter kurang dari 5 cm diamati dalam bingkai kuadrat berukuran 1x1 meter secara acak pada masing-masing substrat. Karang Scleractinian diidentifikasi, dihitung frekuensi, penutupan, dan densitasnya untuk penentuan tingkat rekrutmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas rekrutmen karang pada substrat coral adalah moderate sampai high dengan densitas 7,4-10,8 ind/m 2 untuk jenis substrat death coral dan pada kriteria low sampai high dengan densitas 4,2-9,8 ind/m 2 untuk jenis substrat life coral, pada substrat rubble termasuk moderate dengan densitas 5,4-6,8 ind/m 2 , dan substrat sand densitas rekrutmen karangnya adalah very low sampai moderate dengan densitas 1,8-5,4 ind/m 2 . Densitas tertinggi life form karang pada rekrutmen di substrat death coral dan rubble adalah coral encrusting. Densitas tertinggi life form karang pada rekrutmen di substrat sand dan life coral adalah coral branching. Genus dengan densitas tertinggi pada rekrutmen di semua substrat adalah Porites. Kata Kunci : Scleractinian, tingkat rekrutmen karang I Pendahuluan Terumbu merupakan endapan-endapan masif dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh hewan karang hermatipik dari ordo Scleractinian dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain penghasil kalsium karbonat (Nybakken, 1992). Terumbu karang memiliki manfaat untuk menjaga kestabilan kondisi ekologi pada perairan laut, antara lain sebagai habitat, tempat memijah, dan tempat berlindung bagi berbagai jenis hewan. Bencana kerusakan terumbu karang dapat terjadi akibat topan, tsunami, racun (sianida atau potasium), pemanasan global, melimpahnya predator, dan kegiatan manusia seperti penambangan karang dan pencemaran (Ikawati, dkk 2001). Terumbu karang Indonesia mencapai 51% dari luas terumbu karang di Asia Tenggara dan 85% dari luasan terumbu karang Indonesia terancam rusak (Indraswati, dkk 2006). Pada dasarnya karang Scleractinian yang merupakan kelompok utama penyusun terumbu memiliki kemampuan untuk bereproduksi, menempel pada substrat, dan tumbuh. Reproduksi karang dimulai dari penyebaran larva pada kolom air kemudian dilanjutkan dengan penempelan planula dan akhirnya bermetamorfosis dari bentuk planktonik ke bentuk bentik (Nybakken, 1992). Proses setelah suatu individu baru terbentuk melalui reproduksi kemudian tergabung didalam komunitas karang disebut sebagai rekrutmen. Kesuksesan reproduksi merupakan tahap awal dalam penambahan individu karang pada terumbu. Agar populasi karang terjaga maka koloni karang yang mati harus tergantikan, baik melalui larva maupun reproduksi secara aseksual. Rekrutmen karang merupakan suatu indikasi terjadinya pemulihan (Richmond, 1997). Engelhardt (2001) mengkaji status dan potensi pemulihan karang branching yang dapat tumbuh dengan diameter 1-2 cm dalam waktu 12 bulan dan mencapai diameter 2-5 cm pada waktu 24 bulan. Karang massive diketahui dapat tumbuh mencapai diameter sekitar 0,5-2 cm per tahun (Nybakken, 1992).

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT DI PANTAI

PASIR PUTIH SITUBONDO

Asteria Pitasari(1)

, Dian Saptarini(2)

, Aunurohim(3)

Jurusan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Surabaya 60111

Email: [email protected](1)

, [email protected](2)

, [email protected](3)

ABSTRAK

Terumbu merupakan endapan masif dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang

hermatipik dari ordo Scleractinian, alga berkapur, dan organisme lain penghasil kalsium karbonat.

Kesuksesan reproduksi merupakan tahap awal dalam pertambahan individu karang pada terumbu.

Agar populasi karang terjaga maka koloni karang yang mati harus tergantikan melalui proses

rekrutmen dengan larva maupun reproduksi secara aseksual. Tingginya tingkat rekrutmen karang

merupakan suatu indikasi terjadinya pemulihan dalam komunitas terumbu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat rekrutmen karang Scleractinian secara alami

berdasarkan densitas karang, serta jenis life form dan genus penyusunnya pada tiga tipe substrat

dengan kestabilan berbeda. Karang Scleractinian dengan diameter kurang dari 5 cm diamati dalam

bingkai kuadrat berukuran 1x1 meter secara acak pada masing-masing substrat. Karang Scleractinian

diidentifikasi, dihitung frekuensi, penutupan, dan densitasnya untuk penentuan tingkat rekrutmen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas rekrutmen karang pada substrat coral adalah

moderate sampai high dengan densitas 7,4-10,8 ind/m2 untuk jenis substrat death coral dan pada

kriteria low sampai high dengan densitas 4,2-9,8 ind/m2 untuk jenis substrat life coral, pada substrat

rubble termasuk moderate dengan densitas 5,4-6,8 ind/m2, dan substrat sand densitas rekrutmen

karangnya adalah very low sampai moderate dengan densitas 1,8-5,4 ind/m2. Densitas tertinggi life

form karang pada rekrutmen di substrat death coral dan rubble adalah coral encrusting. Densitas

tertinggi life form karang pada rekrutmen di substrat sand dan life coral adalah coral branching.

Genus dengan densitas tertinggi pada rekrutmen di semua substrat adalah Porites.

Kata Kunci : Scleractinian, tingkat rekrutmen karang

I Pendahuluan

Terumbu merupakan endapan-endapan

masif dari kalsium karbonat yang terutama

dihasilkan oleh hewan karang hermatipik dari

ordo Scleractinian dengan sedikit tambahan

dari alga berkapur dan organisme-organisme

lain penghasil kalsium karbonat (Nybakken,

1992). Terumbu karang memiliki manfaat

untuk menjaga kestabilan kondisi ekologi pada

perairan laut, antara lain sebagai habitat,

tempat memijah, dan tempat berlindung bagi

berbagai jenis hewan. Bencana kerusakan

terumbu karang dapat terjadi akibat topan,

tsunami, racun (sianida atau potasium),

pemanasan global, melimpahnya predator, dan

kegiatan manusia seperti penambangan karang

dan pencemaran (Ikawati, dkk 2001). Terumbu

karang Indonesia mencapai 51% dari luas

terumbu karang di Asia Tenggara dan 85%

dari luasan terumbu karang Indonesia

terancam rusak (Indraswati, dkk 2006).

Pada dasarnya karang Scleractinian

yang merupakan kelompok utama penyusun

terumbu memiliki kemampuan untuk

bereproduksi, menempel pada substrat, dan

tumbuh. Reproduksi karang dimulai dari

penyebaran larva pada kolom air kemudian

dilanjutkan dengan penempelan planula dan

akhirnya bermetamorfosis dari bentuk

planktonik ke bentuk bentik (Nybakken,

1992). Proses setelah suatu individu baru

terbentuk melalui reproduksi kemudian

tergabung didalam komunitas karang disebut

sebagai rekrutmen. Kesuksesan reproduksi

merupakan tahap awal dalam penambahan

individu karang pada terumbu. Agar populasi

karang terjaga maka koloni karang yang mati

harus tergantikan, baik melalui larva maupun

reproduksi secara aseksual. Rekrutmen karang

merupakan suatu indikasi terjadinya

pemulihan (Richmond, 1997).

Engelhardt (2001) mengkaji status dan

potensi pemulihan karang branching yang

dapat tumbuh dengan diameter 1-2 cm dalam

waktu 12 bulan dan mencapai diameter 2-5 cm

pada waktu 24 bulan. Karang massive

diketahui dapat tumbuh mencapai diameter

sekitar 0,5-2 cm per tahun (Nybakken, 1992).

Page 2: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

Pengambilan sampel karang pada penelitian

ini dibatasi pada karang yang berukuran

kurang dari 5 cm sebagai indikasi terjadinya

pemulihan. Batasan ukuran pengambilan

sampel ini didasari atas beberapa penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya antara lain

oleh Norstrom (2006), yang meneliti mengenai

pengaruh morfologi substrat karang mati

terhadap pola distribusi karang dan Moulding

(2005) yang meneliti mengenai pola rekrutmen

karang di Florida. Norstrom, et al (2006) dan

Moulding (2005) melakukan pengambilan

sampel rekrutmen karang pada ukuran karang

kurang dari 5 cm.

Tingkat rekrutmen karang sangat

dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia dan

biologi perairan salah satunya adalah substrat

seperti tipe dan kondisi substrat (Lee, 2009).

Rekruit karang cenderung akan menempel

pada kondisi substrat yang padat, rekruit

karang yang menempel pada substrat yang

mudah goyah terhadap arus akan memiliki

tingkat kesintasan rendah (Richmond, 2007).

Pada penelitian Abrar (2005) mengenai

pemulihan populasi terumbu setelah

pemutihan di perairan Sipora, Sumatra Barat

diketahui bahwa tingkat rekrutmen karang di

substrat coral, rubble, dan sand masing-

masing berbeda karena dipengaruhi oleh

kestabilan substrat dari arus perairan.

Lokasi yang diambil adalah pantai Pasir Putih,

Situbondo. Lokasi tersebut cukup baik untuk

perkembangan ekosistem terumbu karang yang

telah diteliti oleh Victorius (2008), dimana

penutupan karang hidup pada pantai pasir

putih tergolong baik dengan persentase

80,34%, dengan genus karang yang ditemukan

antara lain Acropora dan non-Acropora seperti

Galaxea dan Porites, sedangkan untuk kondisi

substratnya banyak ditemukan coral, rubble,

dan sand diantara tutupan karang. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

rekrutmen karang Scleractinian serta jenis life

form dan genus karang pada rekrutmen di tiga

tipe substrat dengan kestabilan berbeda yaitu

substrat coral, rubble, dan sand, melalui

perbedaan densitas karang pada perairan Pasir

Putih Situbondo.

II Metodologi

Penelitian dilaksanakan selama bulan

April 2011. Lokasi pengambilan sampel

adalah Karang Mayit, perairan Pasir Putih,

Kecamatan Bungatan, Situbondo, Jawa Timur.

Pengambilan sampel dilakukan pada

kedalaman + 8 meter pada lokasi Karang

Mayit dengan koordinat 07041’15,5”S dan

113049’42,9”E. Identifikasi genus karang yang

ditemukan dilakukan di Laboratorium Ekologi

Program Studi Biologi FMIPA ITS Surabaya.

Pengamatan rekrutmen karang

dilakukan di tiga stasiun. Stasiun sampling

ditentukan melalui metode random swim.

Random swim dipakai untuk menentukan

lokasi yang cocok dengan luasan area survei

yang terbatas. Random swim digunakan untuk

penentuan lokasi dalam manajemen program

penelitian. Informasi merupakan deskripsi

general dari lokasi dengan perhitungan semi

kualitatif kondisi terumbu berupa komunitas

bentik, gambaran tutupan terumbu, dan

kondisi perairannya (Hill and Wilkinson,

2004).

Kondisi terumbu karang perairan Pasir

Putih ditentukan melalui metode Line

Intercept Transect (LIT). LIT digunakan untuk

menaksir komunitas sesil bentik dari terumbu

karang yang dikarakteristikan menurut

deskripsi morfologi pada komunitas terumbu

menggunakan kategori life form. Kategori

tersebut diamati secara paralel terhadap

terumbu. LIT membutuhkan peralatan SCUBA

untuk penyelaman, meteran lapangan, dan

peralatan lain untuk koleksi data seperti pensil

dan underwater paper. LIT dilakukan pada

lokasi yang sebelumnya ditentukan melalui

random swim untuk pengamatan indukan dan

substrat. Meteran panjang diletakkan sejauh 30

meter pada rataan terumbu di tiap stasiun

kemudian penyelam berenang lambat

disepanjang meteran dan mengamati tiap

perubahan life form yang ditemukan. Ukuran

dan jenis life form yang dilalui meteran dicatat.

Ketersediaan indukan dan substrat dalam

perairan Pasir Putih dapat diketahui melalui

hasil pencatatan life form, dimana substrat

karang yang terdiri dari karang hidup diambil

dari semua jenis life form Acropora dan non-

Acropora, dan substrat karang mati

dilambangkan dengan DCA atau DC, substrat

patahan karang dilambangkan dengan R, dan

pasir dilambangkan dengan S. Sedangkan

ketersediaan indukan karang batu

(Scleractinian) dapat diketahui dari life form

Acropora dan non-Acropora (English, 1994).

Pengukuran parameter kondisi fisik

perairan yang diamati antara lain kecerahan,

suhu, salinitas, pH, dan sedimentasi. Tingkat

kecerahan diukur dengan menggunakan Secchi

disk, sedangkan suhu diukur menggunakan

Page 3: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

termometer raksa dengan tingkat ketelitian

10C. Salinitas diukur dengan menggunakan

hand-refracto salinometer ATC FG-217

dengan tingkat ketelitian hingga 1‰,

sedangkan untuk pH dilakukan pengukuran

menggunakan pH universal.

Pengamatan sedimentasi dilakukan di

tiap stasiun sekitar lokasi LIT. Pengukuran

sedimen dilakukan menggunakan sedimen

traps. Sedimen traps dibuat dari 3 pipa paralon

yang ditutup bagian dasarnya, masing-masing

trap berdiameter 5 cm dengan tinggi 12 cm

dan diletakkan 20 cm dari dasar substrat

berfungsi untuk menampung sedimen yang

ada di kolom air. Sedimen traps diletakkan di

tiap stasiun sebelum pengambilan data

rekrutmen karang. Sedimen yang terkumpul

selama 1 hari dikeringkan dan ditimbang.

Pengukuran sedimen tersebut dilakukan setiap

hari selama 3 hari dalam 3 minggu (English,

1994).

Berat kering dari sedimen diukur laju

sedimentasinya kemudian dilihat perkiraan

dampak level laju sedimentasi (mg/cm2/hari)

terhadap komunitas karang.

Pencuplikan sampel rekrutmen karang

masing-masing dilakukan di tiap stasiun

sekitar lokasi LIT pada struktur substrat

berbeda yaitu karang yang terdiri dari karang

mati dan karang hidup, patahan karang, dan

pasir. Pada masing-masing substrat, dilakukan

pencuplikan sampel rekrutmen karang

berukuran kurang dari 5 cm untuk seluruh tipe

life form karang Scleractinian dengan

menggunakan bingkai kuadrat berukuran 1x1

meter. Bingkai kuadrat diletakkan sebanyak 5

kali secara acak masing-masing pada substrat

karang yang terdiri dari karang mati dan

karang hidup, patahan karang, dan pasir

disekitar lokasi LIT. Seluruh rekrutmen karang

yang ditemukan didalam kuadrat difoto,

diamati dan dicatat genus, jumlah, dan

ukurannya (English, 1994).

Rekruit karang yang ditemukan

dihitung luas, frekuensi, penutupan, dan

densitas untuk penentuan tingkat

rekrutmennya. Tingkat rekrutmen karang pada

total densitas karang dalam kuadrat 1x1 meter

dikelompokkan menurut Engelhardt (2001)

dalam tabel 1.

Tabel 1 Tingkat rekrutmen karang pada total

densitas karang dalam kuadrat 1x1 meter

menurut Engelhardt (2001).

Setelah semua data terkumpul,

identifikasi karang selanjutnya dilakukan di

Laboratorium Ekologi Program Studi Biologi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya menggunakan buku-buku kunci

identifikasi seperti Coral of Australia and The

Indo-Pacific (Veron, 1993) atau Jenis-jenis

Karang di Indonesia (Suharsono, 2004).

Penelitian adalah bersifat deskriptif

kuantitatif. Data life form yang didapatkan

melalui metode line intercept transect (LIT)

dihitung dengan formula perhitungan

presentase penutupan life form terumbu

menurut English (1994):

(English, 1994)

Penentuan kriteria kondisi tutupan

karang berdasarkan tutupan terumbu karang

hidup menurut KepMen LH No. 04 Th. 2001

dijabarkan pada tabel 2

Tabel 2 Kriteria kondisi tutupan karang

berdasarkan tutupan terumbu karang hidup

Penutupan dan densitas karang masing-

masing didapatkan dengan menggunakan

formula sebagai berikut:

(English, 1994)

(Engelhardt, 2001)

Coral Recruitment Rates Coral Recruit Density in 1 m2 Quadrat

Very Low 0 – 2,5

Low 2,6 – 5

Moderate 5,1 – 7,5

High 7,6 – 10

Very High > 10

Parameter

Buruk 0 – 24,9

Sedang 25 – 49,9

Baik 50 – 74,9

Baik

Sekali75 - 100

Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang (dalam %)

Presentase Luas Tutupan

Karang Hidup

Rusak

Baik

Page 4: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

III Hasil dan Pembahasan

Parameter Lingkungan

Pengamatan tingkat rekrutmen karang

Scleractinian dilakukan di perairan Karang

Mayit pantai Pasir Putih Situbondo pada

koordinat 07041’15,5”S dan 113

049’42,9”E.

Hasil rata-rata pengukuran parameter

fisik dan kimia perairan Pasir Putih selama 3

minggu antara lain untuk kecerahan 6,67

meter, suhu 27,670C, salinitas 33,33

0/00, pH 8,

dan sedimentasi untuk stasiun 1; 0,1290,

stasiun 2; 0,1195, dan stasiun 3; 0,2850.

Parameter fisik dan kimia perairan

Pasir Putih masih berada didalam kisaran batas

optimum parameter perairan pendukung

pertumbuhan karang kecuali suhu, dimana

rata-rata suhu 27,670C sedangkan batas

maksimal parameter optimum suhu adalah

250C. Tetapi perairan Karang Mayit masih

memungkinkan untuk pertumbuhan terumbu

karang karena karang mampu mentolerir suhu

sampai 360C-40

0C (Nybakken, 1992).

Kondisi Terumbu Karang di Karang Mayit

Pantai Pasir Putih memiliki terumbu

yang berjajar dari tepi pantai sampai pada

daerah tubir. Tipe terumbu karang tersebut

termasuk dalam tipe terumbu tepi (fringing

reef). Panjang reef flat Pantai Pasir Putih

diperkirakan +500 meter dengan lereng

terumbu yang relatif landai.

Penelitian ini mengambil kedalaman +

8 meter karena terumbu karang di kedalaman

lainnya memiliki kondisi tutupan terumbu

karang yang buruk. Kondisi tutupan terumbu

yang buruk memiliki presentase tutupan

karang hidup yang sedikit, sedangkan tutupan

karang hidup dapat menghasilkan rekrutmen

melalui reproduksi seksual maupun aseksual,

sehingga rekrutmen yang dihasilkan diduga

juga sedikit.

Life form yang ditemukan pada

terumbu karang di lokasi Karang Mayit terdiri

dari karang hidup, organisme selain karang,

dan elemen abiotik yaitu death coral, death

coral with algae, rubble, dan sand. Tutupan

elemen abiotik yang ditemukan di 3 stasiun

dapat berperan sebagai substrat untuk

rekrutmen karang.

Persentase tutupan karang hidup di

stasiun 1 adalah 34,6%, stasiun 2 adalah

28,9%, sedangkan pada stasiun 3 adalah

25,6%. Persentase tutupan karang hidup

didapatkan melalui perhitungan tutupan life

form karang hidup (*) dengan formula

perhitungan persentase penutupan life form

terumbu menurut English (1994). Menurut

KepMen LH No. 04 Th. 2001 kriteria kondisi

tutupan karang pada 3 stasiun pengambilan

data adalah rusak sedang dengan dominansi

tutupan tertinggi yaitu rubble. Pendataan

dilakukan pada lokasi dengan kondisi tutupan

karang yang rusak sedang karena ingin diamati

tingkat rekrutmen karang sebagai indikator

terjadinya pemulihan pada lokasi tersebut.

Terdapat 2 jenis life form karang hidup

yang ditemukan yaitu Acropora dan 6 jenis life

form non-Acropora. Life form Acropora yang

ditemukan antara lain acropora branching

(ACB) dan acropora tabulate (ACT). Jenis life

form acropora branching (ACB) hanya

ditemukan di stasiun 2 sedangkan acropora

tabulate(ACT) hanya ditemukan di stasiun 1.

Life form non-Acropora yang ditemukan

antara lain coral branching (CB), coral

encrusting (CE), coral foliose (CF), coral

massive (CM), coral mushroom (CMR), dan

coral submassive (CS). Jenis life form coral

branching (CB), coral encrusting (CE), coral

massive (CM), dan coral submassive (CS)

ditemukan di semua stasiun sedangkan coral

foliose (CF) hanya ditemukan di stasiun 1 dan

2, kemudian coral mushroom (CMR) hanya

ditemukan di stasiun 3. Pada stasiun 1 life

form didominasi oleh coral encrusting,

sedangkan stasiun 2 dan 3 didominasi oleh

coral branching. Coral branching dan coral

massive cenderung memiliki persentase

tutupan yang tinggi pada 3 stasiun. Tutupan

life form karang hidup yang ditemukan pada 3

stasiun diduga dapat menghasilkan rekrutmen

karang melalui mekanisme reproduksi.

Penentuan Tingkat Rekrutmen Karang

Tingkat rekrutmen karang serta life

form dan genus Scleractinian berdiameter

kurang dari 5 cm pada kedalaman + 8 meter di

Karang Mayit perairan Pasir Putih, ditentukan

berdasarkan total densitas karang Scleractinian

yang ditemukan. Tingginya densitas karang

merupakan suatu indikasi terjadinya

pemulihan kondisi terumbu karang (Lee,

2009). Tingkat rekrutmen karang akan

dibandingkan pada tiap substrat dengan

kestabilan berbeda. Substrat yang diduga

memiliki kestabilan tinggi adalah substrat

yang padat dimana rekruit karang cenderung

akan menempel pada kondisi substrat yang

padat, rekruit karang yang menempel pada

substrat yang mudah goyah terhadap arus akan

Page 5: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

memiliki tingkat kesintasan rendah

(Richmond, 2007). Substrat coral memiliki

bentuk padat sehingga substrat ini diduga

merupakan substrat yang stabil, pada substrat

rubble memiliki bentuk pecahan karang yang

berasal dari karang mati dengan ukuran

panjang + 15-20 cm sehingga substrat ini

diduga merupakan substrat yang cukup stabil,

dan pada substrat sand memiliki bentuk

partikel pasir dengan ukuran < 2 mm sehingga

substrat ini diduga merupakan substrat yang

tidak stabil.

A. Rekrutmen Karang pada Substrat

Coral

Substrat coral dibagi menjadi 2 jenis

yaitu substrat coral yang didominasi oleh

death coral dan substrat coral yang didominasi

oleh life coral. Perbedaan antar substrat

didasarkan keberadaan organisme karang

disekitar rekrutmen yang memiliki

kemampuan memangsa partikel organik

tersuspensi seperti fitoplankton dan

zooplankton berukuran kecil dengan

menggunakan tentakel dan nematokistnya atau

disebut filter feeder (Nybakken, 1992). Karang

dengan ukuran polip terkecil + 1 mm mampu

memangsa plankton dengan ukuran 200-400

µm, sedangkan menurut Richmond (1997)

planula karang bersifat planktonik, dimana

larva planula memiliki ukuran diameter sangat

kecil sekitar 350-400 µm, sehingga larva

planula karang diduga akan dimangsa oleh

karang dewasa sebelum sempat untuk

menempel pada substrat (Palardy et al., 2006).

1. Rekrutmen Karang pada Substrat

Death Coral

Pada stasiun 1 densitas total rekrutmen

karang yang ditemukan adalah 8 ind/m2, total

densitas tersebut termasuk tinggi (high),

sedangkan pada stasiun 2 densitas totalnya 7,4

ind/m2

yang termasuk sedang (moderate), dan

pada stasiun 3 densitas totalnya 10,8 ind/m2

yang termasuk sangat tinggi (very high).

Rentang nilai densitas rekrutmen karang pada

substrat death coral adalah 7,4-10,8 ind/m2,

dimana tingkat rekrutmen karang pada

densitas tersebut adalah sedang (moderate)

sampai sangat tinggi (very high) (Engelhardt,

2001). Densitas rekrutmen karang yang

cenderung tinggi diduga karena karakteristik

substrat yang stabil, dimana planula tidak akan

menempel pada substrat yang tidak stabil,

terutama jika tersedia substrat yang lebih stabil

(Richmond, 1997). Selain itu, death coral

diduga memiliki kandungan kalsium karbonat

yang berasal dari rangka kapur karang yang

sudah mati sebelumnya, dimana larva planula

akan menempel pada permukaan aboral dari

substrat yang memiliki tekstur dan lapisan

kalsium karbonat yang dibutuhkan oleh karang

untuk proses kalsifikasi (Richmond, 1997).

Penempelan planula dimulai dengan larva

yang bersinggungan dengan substrat, lalu larva

akan menempatkan lapisan matriks organik

diikuti pembentukan endapan skeleton

karbonat (Richmond, 1997).

Pada substrat death coral, jumlah total

individu karang yang ditemukan adalah 131

individu yang terdiri dari 10 famili dan 22

genus dengan life form yang berbeda-beda.

Kemampuan suatu individu karang untuk

memilih substrat pada proses rekrutmen

bersifat spesifik dan tergantung pada

kesintasan masing-masing individu karang

(Soong, 2010).

Life form karang dengan densitas

tertinggi pada rekrutmen di semua stasiun

adalah life form encrusting dengan densitas

masing-masing adalah 4,4 ind/m2; 3,2 ind/m

2;

4,2 ind/m2. Hal ini diduga karena coral

encrusting memiliki bentuk life form merayap

dengan permukaan yang luas (Suharsono,

2004) sehingga coral encrusting mampu

tumbuh pada kondisi perairan yang memiliki

intensitas cahaya lebih rendah dimana

kecerahan rata-rata yang diukur 6,67 meter

sedangkan lokasi penelitian berada di dalam

kedalaman + 8 meter (Supriharyono, 2000).

Hal ini diduga menyebabkan densitas coral

encrusting cenderung tinggi.

Life form encrusting disusun oleh

genus Montipora, Pavona, Cyphastrea,

Porites, Echinopora, dan Goniastrea dengan

densitas tertinggi oleh genus Porites. Life form

lainnya yang menyusun rekrutmen karang

pada substrat death coral antara lain jenis

acropora branching, coral branching, coral

foliose, coral massive, coral mushroom, dan

coral submassive.

Genus rekrutmen karang dengan

densitas tertinggi yang ditemukan di semua

stasiun pada gambar 4.3 adalah genus Porites

dengan densitasnya masing-masing adalah 2,2

ind/m2; 2,8 ind/m

2; dan 6 ind/m

2. Hal ini

diduga karena Porites diketahui sebagai salah

satu karang yang bereproduksi dengan cara

brooding, larva yang dihasilkan melalui

mekanisme brooding sudah memiliki septa

Page 6: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

dan alga zooxanthellae yang berkontribusi

sebagai penghasil energi bagi larva selama

proses penempelan (Richmond,1997) dengan

ukuran larva lebih besar sekitar 7-8 µm

sedangkan larva planula melalui mekanisme

spawning belum memiliki septa dan alga

zooxanthellae (Richmond,1997) dengan

memiliki ukuran 2-3 µm (Mate, 1997), hal ini

menyebabkan planula dari mekanisme

brooding mampu langsung menempel pada

substrat dan memiliki tingkat rekrutmen yang

cenderung tinggi (Richmond, 1997). Porites

juga mampu menghasilkan banyak larva

planula yaitu 1905-2015 (Mate, 1997) setiap

tahunnya dimana rata-rata genus dengan

mekanisme brooding lainnya antara 100-300

larva planula (Mate, 1997) sehingga Porites

memiliki tingkat rekrutmen yang lebih tinggi

(Moulding, 2005). Genus lainnya yang

menyusun rekrutmen karang pada substrat

death coral antara lain berasal dari family

Acroporidae, Agariciidae, Faviidae, Fungiidae,

Musiidae, Merulinidae, Pocilloporidae,

Oculinidae dan family Unknown 1.

2. Rekrutmen Karang pada Substrat

Life Coral

Substrat life coral yang menjadi obyek

pengamatan rekrutmen karang adalah yang

terdapat rubble atau death coral didalamnya.

Pengamatan tidak dilakukan pada substrat life

coral yang masih utuh, karena kondisi di

lokasi penelitian tidak ditemukan adanya

rekrutmen karang pada substrat tersebut, hal

ini diduga disebabkan kemampuan karang

untuk memangsa larva planula.

Pada stasiun 1 dan 2 densitas total

rekrutmen karang yang ditemukan berturut-

turut adalah 8,4 ind/m2 dan 9,8 ind/m

2, total

densitas tersebut termasuk tinggi (high),

sedangkan pada stasiun 3 densitas totalnya 4,2

ind/m2 yang termasuk rendah (low). Rentang

nilai densitas rata-rata rekrutmen karang pada

substrat life coral adalah 4,2-9,8 ind/m2,

dimana tingkat rekrutmen karang pada

densitas tersebut termasuk rendah (low)

sampai tinggi (high) (Engelhardt, 2001).

Substrat life coral merupakan substrat yang

stabil seperti death coral. Tetapi karang hidup

yang terdapat pada substrat memiliki

kemampuan untuk memangsa larva planktonik

karang sehingga diduga akan mengurangi

densitas karang, jumlah individu dan genus

pada rekrutmen menjadi lebih sedikit daripada

substrat death coral. Pada substrat life coral di

3 stasiun ditemukan 112 individu karang yang

terdiri dari 10 famili dengan 15 genus yang

memiliki life form yang berbeda-beda.

Life form dengan densitas tertinggi di

stasiun 1 adalah coral encrusting dengan

densitas 2,6 ind/m2. Life form coral encrusting

di stasiun 1 disusun oleh genus Montipora,

Echinopora, Goniastrea, Pectinia, dan Porites.

Densitas genus tertinggi yang menyusun life

form coral encrusting di stasiun 1 adalah

Porites.

Pada stasiun 2 dan 3 rekrutmen

didominasi oleh life form coral branching

dengan densitas masing-masing 6,4 ind/m2 dan

3,6 ind/m2. Hal ini diduga karena persentase

tutupan coral branching pada LIT yang

cenderung tinggi di tiap stasiun. Coral

branching disekitar lokasi mampu melakukan

reproduksi secara seksual melalui larva

maupun aseksual salah satunya fragmentasi.

Fragmentasi merupakan koloni baru yang

terbentuk dari patahan karang terutama pada

karang bercabang akibat faktor fisik seperti

ombak atau badai atau faktor biologi seperti

predasi. Patahan tersebut dapat menempel

kembali di dasar dan membentuk tunas serta

koloni baru (Timotius, 2003). Life form coral

branching pada stasiun 2 dan 3 disusun oleh

genus Montipora, Hydnophora, dan Porites.

Genus dengan densitas tertinggi yang

menyusun life form branching di stasiun 2 dan

3 adalah Porites.

Life form lainnya yang menyusun

rekrutmen karang pada substrat life coral

antara lain jenis acropora branching, coral

foliose, coral massive, coral mushroom, dan

coral submassive.

Pada stasiun 1 rekrutmen didominasi

oleh Montipora dengan densitas 2,4 ind/m2.

Genus Montipora diketahui melakukan

reproduksi secara spawning dimana Montipora

mampu menghasilkan telur sebanyak 2.223-

2.300 tiap tahunnya dengan ukuran telur 2,50

µm (Mate, 1997). Genus Montipora

mengeluarkan telur yang banyak dibandingkan

genus lainnya yang bereproduksi dengan

mekanisme spawning dengan rentangan telur

yang dihasilkan 9-180 telur, selain itu genus

Montipora memiliki pengecualian dimana

larva sudah memiliki alga zooxathellae yang

berkontribusi untuk memberikan energi selama

proses penempelan pada substrat (Richmond,

1997) sehingga hal ini diduga menjadi

penyebab Montipora memiliki densitas yang

tinggi. Sedangkan pada stasiun 2 dan 3

Page 7: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

rekrutmen didominasi oleh Porites dengan

densitas 6,8 ind/m2 dan 3,8 ind/m

2.

Keberadaan dari masing-masing individu di

tiap stasiun sangat dipengaruhi kemampuan

sintas pada masing-masing individu karang

(Soong, 2010).

Genus lainnya yang menyusun

rekrutmen karang pada substrat life coral

antara lain berasal dari family Acroporidae,

Astrocoeniidae, Faviidae, Fungiidae,

Merulinidae, Pectinidae, Oculinidae dan

family Unknown 2.

B. Rekrutmen Karang pada Substrat

Rubble

Total densitas rekrutmen karang yang

ditemukan berturut-turut pada stasiun 1,2, dan

3 adalah 6,4 ind/m2; 6,8 ind/m

2; dan 5,4 ind/m

2

kriteria densitas tersebut termasuk sedang

(moderate). Rentang nilai densitas rata-rata

rekrutmen karang pada substrat rubble adalah

5,4-6,8 ind/m2, dimana tingkat rekrutmen

karang pada densitas tersebut termasuk sedang

(moderate) (Engelhardt, 2001).

Densitas rekrutmen karang termasuk

dalam kriteria sedang (moderate) diduga

karena karakteristik substrat yang kurang

stabil, sehingga mempengaruhi kekuatan

penempelan matriks organik larva pada

substrat (Richmond, 1997). Tetapi rubble

masih memungkinkan menjadi tempat

menempel bagi rekrutmen (Abrar, 2005)

karena rubble diduga memiliki lapisan kalsium

karbonat dari rangka kapur karang mati

sebelumnya yang dideteksi melalui lapisan

luar larva saat tahap penempelan pada substrat.

Karang membutuhkan kalsium karbonat untuk

pembentukan rangka kapur sehingga diduga

substrat rubble masih memungkinkan menjadi

tempat penempelan karang. Pada substrat

rubble di 3 stasiun ditemukan 93 individu

karang yang terdiri dari 9 famili dengan 17

genus yang memiliki life form yang berbeda-

beda. Jumlah individu yang ditemukan lebih

sedikit dari substrat life coral tetapi memiliki

jumlah genus yang hampir sama.

Life form karang dengan densitas

tertinggi pada rekrutmen di stasiun 1 adalah

encrusting dan massive dengan densitas 2

ind/m2. Life form encrusting juga diketahui

memiliki densitas tertinggi di stasiun 3 yaitu

2,6 ind/m2. Sedangkan life form dengan

densitas tertinggi di stasiun 2 adalah coral

branching yaitu 3 ind/m2. Tingginya densitas

rekrutmen coral branching di stasiun 2 diduga

berasal dari reproduksi seksual dan aseksual

coral branching disekitar rekrutmen. Coral

branching pada stasiun 2 disusun oleh genus

Montipora, Hydnophora, dan Porites dengan

densitas tertinggi oleh genus Porites.

Life form coral encrusting di stasiun 1

disusun oleh genus Favites, Goniastrea,

Porites, genus 1 family Faviidae, dan Genus 1

family Unknown 1 dengan densitas tertinggi

oleh genus Porites. Hal ini diduga karena

Porites diketahui sebagai salah satu karang

yang bereproduksi dengan cara brooding dan

mampu menghasilkan banyak larva planula

tiap tahunnya sehingga memiliki tingkat

rekrutmen yang lebih tinggi dari jenis lainnya

(Lee, 2009).

Densitas coral massive tinggi di

stasiun 1. Densitas coral massive disusun oleh

genus Favia, Favites, Goniastrea, Montastrea,

Blastomussa, dan Galaxea. Keberadaan dari

masing-masing individu di tiap stasiun sangat

dipengaruhi kemampuan sintas pada masing-

masing individu karang (Soong, 2010).

Genus karang dengan densitas

tertinggi pada rekrutmen yang ditemukan di

semua stasiun pada substrat rubble sama

dengan pada substrat death coral yaitu genus

Porites dengan densitasnya masing-masing

adalah 2 ind/m2; 3,8 ind/m

2; dan 2,6 ind/m

2.

Selain Porites, genus lain yang menyusun

rekrutmen karang pada substrat rubble antara

lain berasal dari genus Acroporidae, Faviidae,

Fungiidae, Musiidae, Poritidae, Oculinidae

dan family Unknown 1.

C. Rekrutmen Karang pada Substrat

Sand

Pada stasiun 1 densitas total rekrutmen

karang yang ditemukan adalah 4,4 ind/m2,

total densitas tersebut termasuk rendah (low),

sedangkan pada stasiun 2 densitas totalnya 5,4

ind/m2 yang termasuk sedang (moderate), dan

pada stasiun 3 densitas totalnya 1,8 ind/m2

yang termasuk sangat rendah (very low).

Rentang nilai densitas rata-rata rekrutmen

karang pada substrat sand adalah 1,8-5,4

ind/m2, dimana tingkat rekrutmen karang pada

densitas tersebut termasuk sangat rendah (very

low) sampai sedang (moderate) (Engelhardt,

2001). Densitas karang cenderung rendah pada

rekrutmen di substrat sand yaitu ditemukan 58

individu karang yang terdiri dari 6 famili

dengan 11 genus yang memiliki life form yang

berbeda-beda, hal ini diduga karena

karakteristik substrat yang tidak stabil

Page 8: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

terhadap arus, sedangkan karang akan lebih

survive jika menempel pada substrat yang

stabil (Hubbart, 1997). Selain itu sand diduga

memiliki kandungan kalsium karbonat yang

lebih rendah dari substrat lainnya karena sand

berasal dari pelapukan karang dan cangkang-

cangkang hewan laut (Hubbart, 1997).

Kandungan kalsium karbonat diduga masih

terdapat pada sand dari pelapukan cangkang

atau koloni karang, hanya kandungannya lebih

sedikit daripada substrat yang berasal dari

karang mati. Sehingga sedikit larva planula

yang mampu untuk sintas pada substrat

tersebut, hal ini mempengaruhi proses

metamorfosis pada karang, dimana

pembentukan kalsium karbonat akan dimulai

dari bagian basal sampai pada bagian mulut

dalam proses pembentukan polip pertama pada

karang (Richmond, 1997).

Pada stasiun 1 dan 3 life form dengan

densitas tertinggi adalah encrusting dengan

densitas 2 ind/m2 dan 1,2 ind/m

2, sedangkan

pada stasiun 2 adalah branching dengan

densitas 3,4 ind/m2. Life form coral encrusting

di stasiun 1 dan 3 disusun oleh genus

Montipora, Cyphastrea, Favia, Favites,

Porites, dan Stylocoeniella. Coral branching

pada stasiun 2 disusun oleh genus Montipora

dan Porites. Life form lainnya yang menyusun

rekrutmen karang pada substrat rubble antara

lain jenis coral foliose, coral massive, dan

coral mushroom.

Genus karang dengan densitas

tertinggi pada rekrutmen yang ditemukan di

semua stasiun pada substrat sand sama dengan

substrat death coral dan rubble sebelumnya

yaitu genus Porites dengan densitasnya

masing-masing adalah 2,2 ind/m2; 4 ind/m

2;

dan 0,8 ind/m2. genus lain yang menyusun

rekrutmen karang pada substrat sand antara

lain berasal dari genus Acroporidae,

Astrocoeniidae, Faviidae, Fungiidae,

Musiidae, dan Poritidae.

Hubungan Tipe Substrat dengan Tingkat

Rekrutmen Karang

Tingkat rekrutmen karang ditentukan

melalui rentang densitas, luas, penutupan dan

jumlah karang yang ditemukan pada

rekrutmen di tiap substrat. Luas, penutupan,

dan jumlah karang, serta tingkat rekrutmen

karang pada tiap substrat dijabarkan dalam

tabel 3.

Tabel 3 Luas, penutupan, densitas, dan tingkat

rekrutmen karang setiap substrat

Pada tabel 3 diketahui bahwa tingkat

rekrutmen yang cenderung tinggi adalah pada

substrat coral yang didominasi oleh death

coral dengan densitas 7,4-10,8 ind/m2; pada

substrat coral yang didominasi oleh life coral

tingkat rekrutmennya antara rendah (low)

sampai tinggi (high) dengan densitas 4,2-9,8

ind/m2, pada rubble tingkat rekrutmennya

sedang (moderate) dengan densitas 5,4-6,8

ind/m2, dan rekrutmen karang cenderung

rendah (very low-moderate) pada sand dengan

densitas 1,8-5,4 ind/m2. Jumlah individu

karang pada rekrutmen di substrat coral yang

didominasi oleh death coral cenderung tinggi

(moderate-very high) dengan jumlah genus

yang ditemukan ada 22 genus, sedangkan pada

coral yang didominasi oleh life coral memiliki

15 genus, substrat rubble memiliki 17 genus,

dan pasir hanya memiliki 11 genus dengan

jumlah individu karang cenderung sedikit.

Substrat coral yang didominasi oleh death

coral memiliki densitas serta individu dan

genus yang cenderung tinggi daripada jenis

substrat lainnya. Hal ini diduga karena kondisi

pada substrat coral yang didominasi oleh

death coral adalah stabil. Tingkat keberhasilan

rekrutmen karang dipengaruhi oleh keadaan

substrat, dimana planula cenderung akan

menempel pada substrat yang lebih stabil

(Richmond, 1997). Selain itu karang juga akan

mengalami pertumbuhan yang lebih cepat

pada substrat dengan tingkat kestabilan yang

tinggi (Birkeland, 1997).

Pada substrat coral yang didominasi

oleh life coral memiliki kondisi yang stabil

seperti coral yang didominasi oleh death

coral, tetapi karang hidup yang terdapat pada

substrat memiliki kemampuan untuk

memangsa larva planktonik karang dimana

larva planula karang kemungkinan akan

dimangsa oleh karang dewasa sebelum sempat

untuk menempel pada substrat, sehingga

diduga akan mengurangi densitas karang pada

rekrutmen (Palardy et al., 2006).

Substrat rubble memiliki bentuk

bercabang-cabang dengan ukuran panjang +

Page 9: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

15-20 cm, sedangkan substrat sand yang

ditemukan di lokasi memiliki ukuran yang

lebih kecil dari jenis gravel < 2 mm. Hal ini

menyebabkan substrat rubble dan sand kurang

stabil terhadap arus. Substrat yang mudah

goyah terhadap arus atau gelombang akan

mempengaruhi rekrutmen, pertumbuhan, dan

ketahanan pada karang. Penempelan matriks

organik pada karang akan terganggu, sehingga

karang akan memiliki ketahanan untuk hidup

yang rendah (Richmond, 1997). Hal ini diduga

menyebabkan densitas, jumlah individu, dan

jumlah genus yang ditemukan di substrat

rubble dan sand lebih sedikit.

Perbandingan densitas rata-rata karang

pada rekrutmen tiap substrat di lokasi Karang

Mayit dijabarkan dalam gambar 1.

Gambar 1 Grafik perbandingan densitas rata-

rata karang pada rekrutmen tiap substrat di

lokasi Karang Mayit.

Jenis life form rekrutmen karang yang

ditemukan pada lokasi Karang Mayit adalah

jenis Acropora dan non-Acropora. Life form

Acropora yang ditemukan antara lain

acropora branching (ACB), acropora tabulate

(ACT), dan acropora encrusting (ACE). Pada

life form non-Acropora ditemukan jenis coral

branching (CB), coral encrusting (CE), coral

foliose (CF), coral massive (CM), coral

mushroom (CMR), dan coral submassive

(CS).

Pada rekrutmen karang jenis life form

Acropora, memiliki nilai densitas sangat

rendah dibandingkan dengan jenis life form

non-Acropora. Pada life form acropora

branching hanya ditemukan pada substrat

karang, sedangkan life form acropora

encrusting hanya ditemukan pada substrat

rubble. Rekrutmen karang jenis Acropora

relatif sangat sedikit ditemukan pada lokasi

penelitian, hal ini diduga karena kondisi

tutupan karang life form Acropora hanya

ditemukan di beberapa stasiun dengan

presentase tutupan yang kecil, sehingga

rekrutmen yang ditemukan juga sedikit. Pada

rekrutmen acropora encrusting, tidak

ditemukan tutupan karang acropora

encrusting disekitar lokasi. Hal ini diduga

karena Acropora memiliki mekanisme

reproduksi spawning dimana larva Acropora

membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk

pembentukan septa sebelum memulai

menempel pada substrat (Richmond, 1997)

sehingga diduga induk dari rekrutmen

acropora encrusting yang ditemukan berada

pada lokasi yang jauh. Selain itu, Acropora

merupakan koloni karang yang memiliki

ukuran polip relatif kecil, sehingga Acropora

hanya mampu hidup pada lokasi yang paling

optimum untuk pertumbuhan karang (Lukan et

al, 2009). Parameter kondisi kecerahan hanya

mencapai kedalaman 6,67 meter sedangkan

lokasi penelitian berada pada kedalaman 8

meter, hal ini diduga mengakibatkan stres

pada Acropora sehingga karang jenis

Acropora sedikit ditemukan di lokasi tersebut.

Cahaya yang kurang pada Acropora akan

mengakibatkan stres berupa berkurangnya

jumlah koloni, hal ini diduga mempengaruhi

reproduksi pada Acropora dimana akan

mengurangi kemampuan pembentukan tunas

serta jumlah larva yang dikeluarkan oleh

Acropora mengalami penurunan (Kojis, 2006).

Karang jenis life form non-acropora

ditemukan di semua substrat kecuali coral

submassive yang tidak ditemukan pada

substrat sand. Hal ini diduga disebabkan

karena substrat sand memiliki kestabilan yang

rendah, sehingga sedikit individu karang yang

ditemukan pada substrat tersebut. Life form

karang pada rekrutmen yang cenderung tinggi

densitasnya di tiap substrat adalah coral

branching dan coral encrusting. Genus

penyusun rekrutmen coral encrusting dengan

densitas yang cenderung tinggi antara lain

adalah Porites dan Montipora. Pada Porites

diketahui bahwa mekanisme reproduksinya

adalah melalui brooding, dimana larva

Porites sudah memiliki septa dan alga

zooxanthellae yang berkontribusi sebagai

penghasil energi bagi larva selama proses

penempelannya (Richmond,1997) sehingga

larva Porites mampu untuk langsung

menempel pada substrat dan memiliki tingkat

rekrutmen yang cenderung tinggi (Richmond,

1997). Porites juga mampu menghasilkan

banyak larva planula setiap tahunnya sehingga

memiliki tingkat rekrutmen yang cenderung

Page 10: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

lebih tinggi (Moulding, 2005). Pada

Montipora diketahui bahwa mekanisme

reproduksinya adalah melalui spawning

dimana Montipora mampu menghasilkan

banyak sel telur untuk tiap tahunnya (Mate,

1997). Genus Montipora mengeluarkan telur

yang banyak dibandingkan genus lainnya yang

bereproduksi dengan mekanisme spawning

selain itu genus Montipora memiliki

pengecualian dimana larva sudah memiliki

alga zooxathellae yang berkontribusi untuk

memberikan energi selama proses penempelan

pada substrat (Richmond, 1997), sehingga hal

ini diduga menjadi penyebab Montipora

memiliki densitas tinggi.

Pada coral branching densitas

rekrutmennya yang cenderung tinggi diduga

karena kondisi persentase tutupan coral

branching yang juga tinggi pada lokasi Karang

Mayit. Rekrutmen yang ditemukan diduga

berasal dari tutupan coral branching

disekitarnya yang mengalami fragmentasi.

Fragmentasi tersebut dapat diakibatkan faktor

fisik seperti ombak atau badai atau faktor

biologi seperti predasi. Patahan tersebut dapat

menempel kembali di dasar dan membentuk

tunas serta koloni baru (Timotius, 2003).

Karang jenis life form coral massive

juga memiliki persentase tutupan yang

cenderung tinggi pada 3 stasiun, tetapi

rekrutmen coral massive memiliki densitas

yang lebih rendah daripada coral branching

yang sebelumnya juga memiliki persentase

tutupan yang cenderung tinggi. Hal ini diduga

karena coral massive memiliki bentuk

reproduksi aseksual yang berbeda dengan

coral branching, dimana coral massive tidak

mampu melakukan fragmentasi, coral massive

hanya mampu bereproduksi dengan cara polip

bailout, yaitu bagian coenosarc pada karang

yang keluar dari skeletonnya dan terbawa arus

didalam kolom air sampai berkontak dengan

permukaan substrat kemudian menempel, tipe

reproduksi ini membutuhkan pembentukan

kalsium karbonat sebagai rangka kapur karang

dari awal (Richmond. 1997). Sehingga

pertumbuhan rekrutmen pada coral massive

cenderung lebih rendah daripada coral

braching yang memiliki rangka kalsium

karbonat dari koloni sebelumnya, hal ini

diduga menyebabkan tingkat rekrutmen coral

branching lebih rendah daripada coral

branching.

Life form dengan densitas rekrutmen

yang cenderung tinggi yaitu coral branching

dan coral encrusting disusun oleh family

Acroporidae, Agariciidae, Astrocoeniidae,

Faviidae, Musiidae, Oculinidae, Pectinidae,

Pocilloporidae, dan Poritidae. Genus-genusnya

antara lain Acropora, Montipora sampai pada

genus Seriatopora dan Porites. Densitas genus

yang menyusun rekrutmen karang pada

masing-masing substrat dijabarkan pada

gambar 2.

Gambar 2 Grafik densitas genus rekrutmen

karang tiap substrat

Genus yang memiliki densitas tertinggi pada

rekrutmen di tiap substrat adalah Porites.

Koloni Porites yang ditemukan memiliki

bentuk encrusting dan branching. Koralitnya

kecil dengan tiga septa yang menyatu (triplet)

dan satu pali (Suharsono, 2004). Porites

diketahui sebagai salah satu karang yang

bereproduksi dengan cara brooding, larva yang

dihasilkan melalui mekanisme brooding sudah

memiliki septa dan alga zooxanthellae yang

berkontribusi sebagai penghasil energi bagi

larva selama proses penempelannya

(Richmond,1997) dengan ukuran larva lebih

besar sekitar 7-8 µm sedangkan larva planula

melalui mekanisme spawning belum memiliki

septa dan alga zooxanthellae (Richmond,1997)

dengan memiliki ukuran 2-3 µm (Mate, 1997),

hal ini menyebabkan planula dari mekanisme

brooding mampu langsung menempel pada

substrat dan memiliki tingkat rekrutmen yang

cenderung tinggi (Richmond, 1997). Porites

juga mampu menghasilkan banyak larva

planula yaitu 1905-2015 (Mate, 1997) setiap

tahunnya dimana rata-rata genus dengan

Page 11: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

mekanisme brooding lainnya antara 100-300

larva planula (Mate, 1997) sehingga memiliki

tingkat rekrutmen yang lebih tinggi

(Moulding, 2005). Tetapi Porites merupakan

kompetitor yang lemah bagi karang lainnya

dan dia tidak mampu untuk berkembang

sebesar karang massive. Walaupun tingkat

rekrutmen karang tipe massive sangat rendah,

tetapi memiliki tingkat kesintasan yang

cenderung lebih tinggi. Sehingga tingginya

rekrutmen Porites tersebut belum tentu

berhasil untuk mencapai tahap dewasa

(Moulding, 2005).

IV Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini

adalah tingkat rekrutmen karang dengan

densitas 7,4-10,8 ind/m2 dengan kriteria

sedang (moderate) sampai sangat tinggi (very

high) dijumpai pada substrat coral dengan

dominasi death coral. Tingkat rekrutmen

karang dengan densitas 4,2-9,8 ind/m2 dengan

kriteria rendah (low) sampai tinggi (high)

dijumpai pada substrat coral dengan dominasi

life coral. Tingkat rekrutmen karang dengan

densitas 5,4-6,8 ind/m2 dengan kriteria sedang

(moderate) dijumpai pada substrat rubble.

Tingkat rekrutmen karang dengan densitas 1,8-

5,4 ind/m2

dengan kriteria sangat rendah (very

low) sampai sedang (moderate) dijumpai pada

substrat sand.

Densitas tertinggi life form karang

pada rekrutmen di substrat death coral dan

rubble adalah coral encrusting. Densitas

tertinggi life form karang pada rekrutmen di

substrat sand dan life coral adalah coral

branching.

Genus karang dengan densitas tertinggi di

semua substrat adalah Porites.

V Daftar Pustaka

Abrar, M. 2005. Pemulihan Populasi Karang

Setelah Pemutihan di Perairan Sipora

kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Widyariset, Vol. 8, No 1, 2005.

Azkab, M.H., A. Budiyanto, Yahmantoro, H.

Mudji W. 1996. Laporan Penelitian

Konservasi Terumbu Karang dan

Ekosistemnya di Perairan Jawa Timur.

Jakarta: Pusat Penelitian dan

Pengembangan Oseanologi – LIPI

dan PT. Primamustika Surya

Mandiri.

Birkeland, C. 1977. The Importance of Rate of

Biomass Accumulation in Early

Successional Stages of Benthic

Communities to the Survival of Coral

Recruits. Coral Reef Symp: Miami.

Coremap, 2006. Modul Pengenalan Terhadap

Ekosistem Terumbu Karang.

Coremap fase II Kabupaten

Selayar-Yayasan Lanra Link

Makassar: Benteng.

Engelhardt, U. 2001. Monitoring Protocol for

Assessing the Status and Recovery

Potential of Scleractinian Coral

Communities on Reefs Affected by

Major Ecological Disturbances.

Reefcare International: Australia.

English, S., C. Wilkinson and V. Baker (ed.).

1994. Survei Manual for Tropical

Marine Research. Townsville:

ASEAN-Australia Marine Science

Project Australian Institute of

Marine Science: Australia.

Golbuu, Yimnang and Robert H. Richmond.

Substratum Preferences in Planula

Larvae of Two Species of Scleractinian

Coral, Goniastrea retiformis and

Stylarea punctata. University of Hawaii:

Manoa. Mar BiolDOI 10.1007/s00227-

007-0717-x

Hill, Josh and Clive Wilkinson. 2004. Methods

for Ecological Monitoring of Coral

Reefs. Australian Institute of

Marine Science: Australia.

Hubbard, Dennis K. 1997. Reefs as Dynamic

Systems in Life and Death of Coral

Reefs. Chapman and Hall 115 Fifth

Avenue: New York.

Ikawati, Yuni. Puji S. Hanggarwati, Hening

Parlan, Hendrati Handini, Budiman

Siswodihardjo. 2001. Terumbu Karang

di Indonesia. Masyarakat. Penulis

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi:

Jakarta.

Indraswati, Evi., dkk. 2006. INCL Indonesia:

Indonesian Nature Conservation News

Letter 9-44b.

Johan, Ofri. 2003. Sistematika dan Teknik

Identifikasi Karang. PSK-UI, Yayasan

TERANGI, IOI-Indonesia: Jakarta.

Kojis, Barbara L. and Norman J. Quinn, 2006.

Evaluating the potential of natural

reproduction and artificial techniques

to increase Acropora cervicornis

populations at Discovery Bay,

Jamaica. University of the West

Indies: Jamaica. Rev. Biol. Trop. (Int.

Page 12: TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT …

J. Trop. Biol. ISSN-0034-7744) Vol.

54

Kordi, M. Ghufran. 2010. Ekosistem Terumbu

Karang. Rineka Cipta: Jakarta.

Lee, C.S, J. Walford, B. P. L. Goh.2009.

Adding Coral Rubble to Substrata

Enhances Settlement of Pocillopora

damicornis Larvae. Nation Institute of

Education, Nanyang Technological

University: Singapore, Coral Reefs

(2009) 28:529–533.

Lukan, 2009. Plating Montipora Coral.

http://animal-

world.com/encyclo/information/refere

nces-marine-reef.php. diakses pada 30

Juni 2011 jam 18.00.

Mallela, J. And C. T. Perry, 2006. Calcium

carbonate budgets for two coral reefs

affectedby different terrestrial runoff

regimes, Rio Bueno, Jamaica.

Menchester Metropolitan University:

Menchester. Coral ReefsDOI

10.1007/s00338-006-0169-7

Mate, Juan L., 1997. New Reports on the

Timing and Mode of Reproduction

of Hawaiian Coral. University of

Miami: Miami.

Moulding, Alison L. 2005. Coral Recruitment

Patterns in the Florida Keys.

Rosenstiel School of Marine and

Atmospheric Science, Division of

Marine Biology and Fisheries, 4600

Rickenbacker Causeway: Miami, Rev.

Biol. Trop. (Int. J. Trop. Biol. ISSN-

0034-7744) Vol. 53 (Suppl. 1): 75-82,

May 2005.

Norstrom, A.V, J. Lokrantz, M. Nystrom, H.

T. Yap. 2006. Infuence of Dead Coral

Substrate Morphology on Patterns of

Juvenile Coral Distribution.

Departement of System Ecology,

Stockholm University: Sweden. Mar

Biol (2007) 150:1145–1152.

Nybakken. (1992). Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologi. Gramedia :

Jakarta.

Richmond, Robert H. 1997. Reproduction

and Recruitment in Corals: Critical

Links in The Persistence of Reefs in

Life and Death of Coral Reefs.

Chapman and Hall 115 Fifth Avenue:

New York.

Soong, Keryea and Kum-Ming Kuo, 2010.

Post-Settlement Survival of Reef Coral

Juveniles in Southern Taiwan. Institute

of Marine Biology, National Sun Yat-

sen University, Kaohsiung 804:

Taiwan. Zoological Studies 49(6):

xxx-xxx Suharsono. 2004. Jenis-Jenis Karang di

Indonesia. Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI COREMAP

Program: Jakarta.

Supriharyono, 2004. Growth Rates of the

Massive Coral Porites lutea Edward and

Haime, On the Coast of Bontang, East

Kalimantan, Indonesia. Universitas

Diponogoro: Semarang. Volume 7,

Number 3, June 2004 : 143-155 Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem

Terumbu Karang. Djambatan: Jakarta.

Timotius, Silvianita. 2003. Biologi Terumbu

Karang. Yayasan Terumbu Karang

Indonesia, TERANGI: Jakarta.

Tomaschik, Tomas, 1991. Settlement patterns

of Caribbean scleractinian corals on

artificial substrata along a

eutrophication gradient, Barbados,

West Indies. Bellairs Research

Institute of McGill University.:

Barbados. MARINE ECOLOGY

PROGRESS SERIES Vol. 77: 261-

269, 1991 Veron, J.E.N., 1993. Coral of Australia and

The Indo-Pacific. University of

Hawaii Press: Honolulu

Victoryus, Arnold. 2008. Korelasi antara

Densitas Diadema setosum dan

Tutupan Karang di Perairan Pasir

Putih Kecamatan Bungatan

Situbondo Jawa Timur, Skripsi.

Program Studi Biologi FMIPA ITS.