bab ii landasan teori 2.1 rekrutmen 2.1.1 definisi rekrutmen
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Rekrutmen
Kualitas sumber daya manusia sebuah organisasi pada mulanya ditentukan
oleh kualitas calon-calon pekerja atau pelamar. Upaya mendapatkan calon-calon
pekerja itu dari rekrutmen sebuah proses untuk menemukan dan menarik pelamar-
pelamar yang berkemampuan untuk bekerja pada sebuah organisasi.
2.1.1 Definisi Rekrutmen
Kualitas sumber daya manusia sebuah organisasi pada mulanya ditentukan
oleh kualitas calon-calon pekerja atau pelamar. Upaya mendapatkan calon pekerja
itu diawali dari rekrutmen, sebuah proses untuk menemukan dan menarik
pelamar-pelamar yang berkemampuan untuk bekerja pada sebuah organisasi.
Definisi rekrutmen Yuniarsih dan Suwatno (2009:102) penarikan pegawai
(recruitment) merupakan kegiatan untuk mendapatkan sejumlah tenaga kerja dari
berbaagai sumber, sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, sehingga mereka
mampu menjalankan misi organisasi untuk merealisasikan visi dan tujuannya.
Siagian, (2010:101) rekrutmen merupakan kenyataan bahwa dalam suatu
organisasi selalu terbuka kemungkinan untuk terjadinya berbagai lowongan
dengan aneka ragam penyebabkan.
Menurut Handoko (2008:69) penarikan (recruitment) adalah proses
pencarian dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk
melamar sebagai keryawan. Proses ini dimulai ketika para pelamar dicari dan
berakhir bila lamaran-lamaran (aplikasi) mereka diserahkan.
Menurut Marwansyah (2010:106) definisi dari rekrutmen adalah proses
menarik orang – orang atau pelamar yang mempunyai minat dan kualifikasi yang
tepat untuk mengisi posisi atau jabatan tertentu.
2.1.2 Proses Rekrutmen
Menurut Marwansyah (2010:108) gambar II.1. menunjukkan langkah-
langkah yang dilakukan dalam proses rekrutmen. Melalui perencanaan sumber
daya manusia, dapat diketahui kesenjangan antara kebutuhan atau permintaan
tenaga kerja dengan ketersediaan tenaga kerja, baik dari segi jumlah maupun
mutuatau kualifikasi. Bila diketahui bahwa pekerja yang tersedia lebih kecil dari
yang dibutuhkan, dilakukanlah rekrutmen. Setelah jabatan yang kosong
ditentukan, perlu ditetapkan persyaratan jabatan. Bila analisis jabatan sudah
pernah mengasilkan dokumen spesifikasi jabatan, langkah ini tidak perlu
dilakukan lagi.
Perencanaan SDM
Analisi Jabatan
Permintaan PermManajer
Sumber : Marwansyah, 2010
Gambar II.1
Penjelasan dari Gambar Proses Rekrutmen, sebagai berikut :
Sebelum memutuskan untuk merekrut karyawan tetap, organisasi perlu
mempertimbangkan sejumlah alternatif seperti disebutkan diatas, misalnya
Penentuan jabatan
yang kosong
Penentuan persyaratan
jabatan
Penentuan Sumber & Metode
Rekrutmen
Sumber &Metode INTERNAL
Sumber &Metode EXTERNAL
SEJUMLAH CALON
KARYAWAN
meminta pekerja yang ada untuk bekerja lebih lama dari waktu kerja normal.
Kadang-kadang, kondisi kurangnya jumlah tenaga kerja hanya berlangsung untuk
periode yang pendek. Pada musim tertentu, misalnya, terjadi lonjakan permintaan
barang yang menyebabkan munculnya kebutuhan untuk menambah pekerja.
Dalam keadaan seperti ini, pilihan yang mungkin paling baik adalah
memperkerjakan tenaga paruh-waktu atau memberlakukan kerja lembur.
Bila sebuah organisasi atau perusahaan akhirnya memutuskan untuk
melakukan rekrutmen, tersedia dua pilihan sumber rekrutmen, yakni dari dalam
organisasi itu sendiri atau dari luar organisasi. Masing – masing sumber ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Berbagai metode penarikan tenaga kerja
dengan menggunakan sumber internal dan eksternal akan dijelaskan pada bagian
berikut ini.
2.1.3 Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal
Menurut Marwansyah (2010:109) Proses rekrutmen dipengaruhi oleh
sejumlah faktor eksternal. Salah satu faktor terpenting adalah penawaran dan
permintaan terhadap keterampilan tertentu dalam pasar tenaga kerja. Bila
permintaan terhadap keterampilan atat tenaga terampil tertentu jauh lebih tinggi
dibandingkan penawarannya, maka upaya rekrutmen menjadi sangat sukar.
Pertimbangan-pertimbangan hukum atau peraturan di bidang
ketenagakerjaan juga memainkan peran penting dalam proses rekrutmen.
Misalnya, aturan yang melarang tindakan diskriminasi dalam rekrutmen, batasan
usia pekerja, dan sebagainya.
Faktor lain yang mempengaruhi rekrutmen adalah citra perusahaan. Jika
para pekerja percaya bahwa perusahaan memperlakukan mereka secara ‘adil’,
dukungan yang mereka berikan lewat informasi dari mulut ke mulut (word-of-
mouth)akan sangat berati bagi perusahaan. Citra yang terbentuk lewat proses
seperti ini akan membantu menciptakan kredibilitas perusahaan di mata calon
pekerja atau pelamar. Reputasi yang diperoleh kemudian akan berujung pada
diperolehnya pelamar-pelamar dalam jumlah lebih banyak dan dengan kualifiksai
yang lebih baik.
Selain faktor-faktor eksterna, proses rekrutmen juga dipengaruhi oleh
praktik-praktik dan kebijakan organisasi itu sendiri. Faktor internal utama yang
dapat berperan besar dalam membantu proses rekrutmen adalah perencanaan
sumber daya manusia. Pada umumnya perusahaan tidak dapat menarik calon-
calon pelamar dalam jumlah yang cukup dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
waktu singkat.
Pengkajian atas sumber-sumber alternatif pelamar dan penentuan metode
yang paling produktif untuk menarik mereka, membutuhkan banyak waktu.
Setelah mengidentifikasikan alternatif terbaik, manajer sumber daya manusia
dapat membuat rencana rekrutmen yang tepat.
2.1.4 Sumber dan Metode Rekrutmen
Menurut Marwansyah (2010:111) Sumber rekrutmen adalam beragam
tempat untuk mencari orang-orang yang memiliki kualifikasi sebagai calon
karyawan. Sementara itu, metode rekrutmen adalah cara-cara spesifik yang
digunakan untuk menarik para calon karyawan ke sebuah organisasi.
Secara umum, sumber rekrutmen dapat digolongkan ke dalam dua jenis,
yakni : sumber internal dan sumber eksternal.
1. Rekrutmen Internal
Rekrutmen dapat dilakukan dengan menggunakan sumber internal, atau
karyawan yang sudah ada dalam perusahaan. Ada beberapa metode rekrutmen
internal yang dapat digunakan, yakni : job posting, referensi pegawai dan rencana
sukses.
a. Job Posting dan Job Bidding.
Job posting adalah “publicizing an open job to employees (often by literally
posting it on bulletin boards) and listing its attributes, like qualifications,
supervisor, working schedule, and pay rate” (mempublikasikan sebuah lowongan
kepada para karyawa [seringkali dengan secara harfiah memposting atau
menempelkannya dipapan pengumuman] dan menyebutkan atribut pekerjaan,
seperti kualifikasi, atasan, jadwal kerja dan tarif gaji).
Job posting adalah “a list of joob openings that includes job specifications,
appearing on a bulletinboard or in company publications” (sebuah daftar
lowongan kerja yang menyebutkan juga spesifikasi jabatan, yang dimuat dalam
papan pengumuman atau media publikasi perusahaan).
Jadi dapat disimpulkan bahwa job posting adalah kegiatan pemberian
informasi kepada karyawan tentang adanya posisi yang lowong dalam organisasi/
perusahaan, yang biasanya dimuat dalam papan pengumuman atau media
publikasi perusahaan, dan biasannya menyebutkan juga persyaratan pekerjaan.
Job posting biasanya diikuti oleh job bidding. Job bidding adalah “a
technique thar permits individuals in an organization who believe that they
possess the required qualifications to apply for a posted job” (sebuah teknik atau
mekanisme yang memberikan kesempatan kepada para karyawan dalam sebuah
organisasi yang percaya bahwa mereka memiliki kualifikasi yang dibutuhkan
untuk melamar posisi yang lowong).
Prosedur job posting dan job bidding dapat membantu meminimalkan
keluhan yang sering kali muncul, yakni bahwa orang ‘dalam’ tidak pernah
mendengar adanya lowongan kerja sampai lowongan itu diisi. Prosedur ini
menggambarkan keterbukaan yang pada umumnya sangat dihargai oleh para
karyawan. Namun, meskipun dilakukan dengan sistem online, sistem job posting
dan job bidding memiliki sejumlah kelemahan. Sistem yang efektif memerlukan
waktu dan biaya. Kemudian, jika pelamar (bidders) tidak berhasil, harus ada pihak
yang menjelaskan kepada mereka, mengapa mereka tidak terpilih. Manajemen
harus memilih pelamaryang paling baik karena jika tidak, sistem ini akan
kehilangan kredabilitas. Mondy dan Noe menegaskan bahwa kunci keberhasilan
metode ini adalah tingkat kepercayaan para karyawan terhadap atasan dan
perusahaan mereka.
b. Referensi Pegawai
Seorang pegawai yang dipindahkan ke posisi lain, dapat dimintai referensi
tentang calon karyawan yang tepat untuk menggantikannya atau untuk mengisi
posisi lowong yang ia tinggalkan. Jika metode ini yang dipilih, perlu dipastikan
bahwa rekomendasi atau referensi yang diberikan bersifat obyektif. Referensi
dapat saja diberikan oleh lebih dari satu pegawai.
c. Rencana sukses/ penggantian
Perencanaan suksesi (succession planning) adalah sebuah proses untuk
menjamin bahwa orang-orang yang memiliki kualifikasi akan tersedia untuk
mengemban posisi manajerial kunci pada saat posisi ini lowong.
1. Rekrutmen Eksternal
Seringkali terjadi, karyawan-karyawan yang sudah ada dalam organisasi tidak
memenuhi kebutuhkan rekrutmen untuk kepentingan atau tujuan tertentu. Dalam
kondisi ini, perusahaan mencari calon-calon karyawan dari luar perusahaan, atau
menggunakan sumber eksternal.
a. Sumber Rekrutmen Eksternal
Sejumlah institusi menjadi sumber untuk menemukan calon-calon karyawan
yang dibutuhkan. Beberapa sumber berikut ini dapat menjadi alternatif bagi
organisasi yang ingin menarik pelamar potensial.
1) Sekolah
2) Perguruan tinggi
3) Perusahaan lain
4) Orang yang belum bekerja.
b. Metode Rekrutmen Eksternal
Ketika sebuah organisasi memutuskan untuk menggunakan sumber
rekrutmen eksternal, tersedia sejumlah metode yang bisa digunakan untuk
menajngkau sumber-sumber tersebut. Selain metode-metode ‘tradisional’ yang
telah dikenal dan lazim digunakan sejak lama, seiring dengan perkembangan
teknologi informasi, kini banyak pula organisasi yang menggunakan internet
sebagai metode untuk mencari calon karyawan.
1) Iklan-surat kabar, televisi, radio dan lain-lain (advertising).
2) Rekrutmen melalui internet (e-recuitment).
3) Agen tenaga kerja-pemerintah dan swasta (employment agency).
4) Perusahaan mencari eksekutif (executive search films/ headhunters).
5) Rekrutmen melalui cara khusus (special-events recruiting).
6) Rekrutmen di perguruan tinggi (college recruitment).
7) Pemagangan (internships).
8) Asosiasi profesi (profesional association).
9) Referensi pegawai (employee referrals).
10) Lamaran “tak diminta” (unsolicited applicants/ walk-in applicants).
2.1.5 Kriteria Keberhasilan Proses Rekrutmen
Menurut Marwansyah (2010:127) Setiap rekrutmen yang dilakukan perlu
dievaluasi untuk mengetahui keberhasilannya atau efektivitasnya. Ada sejumlah
aspek yang bisa dievaluasi, yakni : jumlah pelamar, jumlah panggilan, jumlah
pelamar yang diterima, dan jumlah penempatan yang berhasil.
Jumlah pelamar. Semakin banyak orang yang memberi tanggapan- dengan
mengirim lamaran – atas lowongan yang ditawarkan, semakin berhasil rekrutmen
yang dilakukan. Sebaliknya, rekrutmen dapat dikatakan gagal bila tidak ada atau
sangat sedikit surat lamaran yang masuk ke perusahaan.
Jumlah panggilan/ penawaran. Jika kita menilai keberhasilan rekrutmen
dari jumlah pelamar, boleh jadi ukuran ini tidak akurat atau tidak menggambarkan
tujuan rekrutmen. Jumlah surat lamaran yang sangat banyak, menjadi tidak ada
artinya bila sebagian besar diantaranya adalah lamaran yang tidak memenuhi
syarat. Karena itu, ukuran yang lebih tepat adalah berapa banyak jumlah pelamar
yang layak dipanggil untuk mengikuti tahap selanjutnya. Semakin banyak pelamar
yang memenuhi syarat atau memiliki kualifikasi yang kita minta, semakin tinngi
keberhasilan program rekrutmen.
Jumlah yang diterima. Bila dari seluruh pelamar yang dipanggil, ternyata
hanya sedikit sekali pelamar yang lulus atau diterima, keberhasilan rekrutmen
patut diragukan. Mislanya, kita membutuhkan sepuluh karyawan baru,. Bila kita
hanya mendapatkan lima karyawan, maka rekrutmen tidak efektif. Sebaliknya,
jika kita mendapatkan sepuluh karyawan baru sebagaimana yang direncanakan,
program rekrutmen kita berhasil.
Jumlah penempatan yang berhasil. Ukuran keberhasilan rekrutmen yang
paling tepat pada akhirnya adalah kinerja karyawan baru yang didapatkan dari
rekrutmen tersebut. Rekrutmen dikatakan efektif atau berhasil bila karyawan baru
yang ditempatkan di posisinya masing-masing, menunjukkan kinerja yang
memuaskan.
2.1.6 Kendala-Kendala Rekrutmen
Agar proses rekrutmen berhasil perusahaan perlu menyadari bargagai
kendala. Batasan-batasan ini bersumber dari organisasi, pelaksanaan penarikan
dan lingkunan eksternal. Meskipun kendala yang dihadapi perusahaan bervariasi
dari satu situasi dengan situasi lainnya, uraian berikut mencakup berbagai kendala
yan paling umum.
1. Kebijaksanaan-Kebijaksanaan Organisasional
Berbagai kebijaksanaan organisasional merupakan sumber batasan potensial.
Kebijaksanaan-Kebijaksanaan ini berusaha untuk ,encapai keseragaman, manfaat
hubungan masyarakat, ekonomis, dan sasaran-sasaran lain yan tidak berhubungan
dengan penarikan. Diantara kebijaksanaan-Kebijaksanaan organisasional penting
yang akan mempengaruhi rekrutmen adalah :
a) Kebijaksanaan Promosi
Kebijaksanaan promosi dari dalam dimasukkan untuk memberikan kepada
karyawan sekarang kesempatan pertama untuk mengisi lowongan-lowongan
pekerjaan. Kebijaksanaan ini akana meningkatkan moral dan partisipasi
karyawan, serta membantu kegiatan “pemeliharaan” para karyawan.
b) Kebijaksanaan Kompensasi
Kendala umum yang dihadapi pelaksanaan penarikan adalah kebijasanaan-
kebijaksanaan penggajian dan pengupahan. Organisasi biasanya menetapkan
“range” upah untuk berbagai pekerjaan yang berbeda. Besarnya kompensasi yang
ditawarkan organisasi akan mempengaruhi minat pencari kerja untuk menjadi
pelamar serius.
c) Kebijaksanaan Status Karyawan
Banyak perusahaan mempunyai kebijaksanaan penerimaan karyawan dengan
status honorer, musiman atau sementara, atau “part-time”. Meskipun minat
pelamar terhadap tipe status penerimaan seperti ini semaikn tinggi, kebijaksanaan
tersebut dapat menyebabkan perusahaan mnolak karyawan qualifiedyang
menginginkan status kerja full-time.
d) Kebijasanaan Penerimaan Tenaga Lokal
Perusahaan mungkin mempunyai kebijaksanaan untuk menarik tenaga-tenaga
lokal dimana perusahaan berlokasi dan beroperasi. Prioritas penarikan ini
biasanya dimaksudkan untuk lebih terlibat dalam masyarakat dan mejalin
hubungan baik dengan lingkungan masyarakat.
2. Rencana Sumber Daya Manusia
Rencana sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang harus
dipertimbangkan dalam proses penarikan. Dengan merinci persediaan
keterampilan, rencana latihan dan pengembsngan serta promosi dan transfer,
rencana personalia menguraikan pekerjaan-pekerjaan mana yang harus dipenuhi
melauli penarikan dan mana yang akan diisi secara internal. Rencana ini
membantu proses penarikan karena menringkas kebutuhan-kebutuhan penarikan
di waktu yang akan datang.
3. Kondisi Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja merupakan suatu wilayah geografis dimana kekuatan-
kekuatan suplai (orang-orang yang sedang mencari pekerjaan) berinteraksi dengan
kekuatan-kekuatan permintaan (perusahaan-perusahaan yang sedan mencari
karyawan) dan dengan demikian menentukan harga tenaga kerja.
4. Kondisi-Kondisi Lingkungan Eksternal
Kondisi- kondisi di luar perusahaan sangat mempengaruhi penarikan. Di
samping perubahan-perubahan dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran,
kondisi dan tingkat pertumbuhan perekonomian, hukum perburuhan, proyeksi
angkatan kerja oleh Departemen Tenaga Kerja, kelangakaan tenaga kerja dengan
keterampilan-keterampilan tertentu, dan kegiatan penarikan para pesaing,
semuanya akan mempunyai dampak pada upaya-upaya penarikan perusahaan.
5. Persyaratan-Persyaratan Jabatan
Persyaratan-persyaratan setiap jabatan adalah salah satu kendala penarikan.
Sebagai contoh, untuk menarik tenaga-tenaga terampil adalah lebih sulit daripa
tenaga-tenaga tidak terampil. Departemen personalia perlu mempelajari
permintaan-permintaan jabatan dari informasi analisis jabatan, dan komentar para
manajer.
6. Kebiasaan-kebiasaan Pelaksanaan Rekrutmen
Keberhasilan pelaksanaan penarikan di masa lalu akan membentuk
kebiasaan-kebiasaan. Memang hal ini dapat menghilangkan keputusan-keputusan
yang memakan waktu, tetapi juga bisa meneruskan kesalahan-kesalahan atau
mengihndarkan alternatif-alternatif yang lebih efektif. Dengan demikian para
pelasana penarikan memerlukan umpan balik positif dan negatif, agar mereka
tidak hanya mengganungkan dir pada kebiasaan yang telah terbentuk.
2.2 Seleksi
2.2.1 Pengertian Seleksi
Menurut Marwansyah (2010:128) menjelaskan bahwa seleksi adalah
proses identifikasi dan pemilihan orang-orang dari sekelompok pelamar yang
paling cocok atau yang paling memenuhi syarat untuk jabatan atau posisi tertentu.
Menurut Fajar dan Heru (2010:80) seleksi adalah proses pemilihan
individu yang diperkirakan dapat sukses dalam melaksanakan pekerjaan diantara
para pelamar.
Menurut Rivai (2011:159) menjelaskan bahwa seleksi adalah kegiatan
dalam manajemen SDM yang dilakukan setelah proses rekrutmen selesai
dilaksanakan. Hal ini berati telah terkumpul sejumlah pelamar yang memenuhi
syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan
dalam suatu perusahaan. Proses pemilihan ini yang dinamakan dengan seleksi.
2.2.2 Tujuan Proses Seleksi Karyawan
Perusahaan dalam menerima pegawai baru harus melakukan seleksi
terlebih dahulu agar memperolehkaryawan yang sesuai dengan jabatan yang akan
diisi, menurut Hasibuan (2011:49) seleksi penerimaan karyawan baru bertujuan
untuk mendapatkan hal-hal berikut :
1. Karyawan yang qualified dan potensial
2. Karyawan yang jujur dan disiplin
3. Karyawan yang cakap dengan penempatan yang tepat
4. Karyawan yang terampil dan bersemangat dalam bekerja
5. Karyawan yang memenuhi persyaratan undang – undang perburuhan
6. Karyawan yang dapat bekerja sama baik vertikal maupun horizontal
7. Karyawan yang dinamis dan kreatif
8. Karyawan yang inovatif dan bertanggung jawab sepenuhnya
9. Karyawan yang loyal dan berdedikasi tinggi
10. Mengurani tingkat absensi dan turnover karyawan.
2.2.3 Proses Seleksi
Dalam proses seleksi, dikenal dua jenis pendekatan atau filosofi, yakni
sistem gugur (successive hurdles) dan sistem kompensasi (compensatory
approach). Pada pendekatan yang pertama, seorang peserta mengikuti tahap
seleksi satu demi satu secara berjenjang. Jika tidak lulus pada satu tahap, maka
peserta dinyatakan gugur dan tidak dapat mengikuti tahap seleksi berikutnya.
Gambar II.2 memperlihatkan contoh proses seleksi dengan sistem gugur.
Tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Gagal
Tidak dapat konfirmasi
Lulus
Dapat Konfirmasi
Tidak Baik
Baik
Gagal
Lulus
Sumber : Marwansyah 2010
Gambar II.2
PROSES SELEKSI
Pada sistem kompensasi, peserta mengikuti seluruh tahap seleksi atau
seluruh tes yang diberikan. Kelulusan peserta ditentukan dengan mengevaluasi
nilai atau hasil seluruh tahap atau tes itu. Nilai tinggi pada suatu tahap atau tes
dapat mengkompensasi nilai rendah pada tahap atau tes yang lain.
Tahap pertama biasanya dimulai dengan menerima berkas lamaran atau
curiculum vitaedari para pelamar. Penyimpanan awal dilakukan untuk
memastikan apakah berkas lamaran atau cv yang diterima memenuhi syarat atau
tidak (kelengkapan, kesesuaian kualifikasi formal, dan lain-lain). Tahap ini
biasanya sudah diselesaikan dalam proses rekrutmen. Dalam tahap selanjutnya,
LAMARAN ATAU RIWAYAT HIDUP
WAWANCARA PENDAHULUAN
TES PEKERJA (EMPLOYMENT TESTS)
PEMERIKSAAN REFERENSI & LATAR BELAKANG
WAWANCARA DENGAN MANAJER
TES KESEHATAN
PENAWARAN PEKERJAAN
para pelamar yang memenuhi syarat akan mengikuti wawancara pendahuluan
(plerimenry interview). Tahap ini biasanya juga disertai dengan pengisian
formulis aplikasi (application blanks) oleh pelamar. Tujuan wawancara ini adalah
untuk memverifikasi sekali lagi apakah pelamar memiliki kualitas khusus yang
diminta. Pertanyaan yang diajukan biasanya langsung mengarah kepersyaratan
tertentu, misalnya apakah pelamar memang memiliki sertifikasi kompetensi
profesi sebagaimana dituliskan dalam formulir aplikasi. Wawancara ini biasanya
dilkukan oleh staf bagian SDM.
Pada kandidat yang memenuhi syarat dalam wawancara pendahuluan akan
masuk ke tahap berikutnya, yakni serangkaian tes pekerjaan. Tes yang diberikan
sesuai dengan persyaratan jabata atau kompetensi yang disyaratkan. Pada saat
yang sama atau setelahtes pekerjaan, dilakukan pemeriksaan referensi dan latar
belakang pelamar. Reference checks adalah “validasi yang memberikan tambahan
pengetahuan/ wawasan mengenai informasi yang diberikan oleh pelamar dan
memungkinkan verifikasi atas akurasinya.
Pemeriksaan referensi dapat dilakukan dengan menghubungi pemberi
referensi (referee) dan meminta konfirmasi atas referensi yang diberikan.
Pemeriksaan latar belakang dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeriksaan referensi atau mengkonfirmasi latar belakang pelamar kepada pihak
tertentu (misalnya, apakah pelamar pernah melakukan pelanggaran disiplin atau
tindakan pelanggaran hukum). Bila kandidat lulus dari tes pekerjaan dan referensi
serta latar belakangnya dapat dikonfirmasi, ia akan mengikuti wawancara akhir
dengan manajer fungsional ysng relevan (misalnya, kandidat sales supervisor
akan diwawancarai oleh manajer pemasaran).
Setelah mengikuti wawancara dengan manajer dan dinyatakan berhasil
atau lulus, kadidat akan mengkitu tes kesehatan untuk meastikan bahwa ia
memiliki persyaratan kesehatan fisik dan mental (bila diperlukan) yang
dibutuhkan dalam pekerjaan. Jika kandidat lulus dari tes ini, ia akan mendapat
penawaran pekerjaan dari perusahaan. Jika penawaran ini diterima, kandidat
menjadi karyawan baru atau calon karyawan dalam masa percobaan.
2.2.4 Sistem Seleksi Karyawan
Sistem seleksi karyawan harus berdasarkan efisiensi biaya, waktu, dan
tenaga serta bertujuan untuk memperoleh SDM yang terbaik dengan penempatan
yang tepat.
Menurut Ardana (2012:71) sistem seleksi ada dua yaitu :
1. Sistem Gugur (Seccesive Hurdles)
Sistem gugur yaitu sistem yang dilakukan berdasarkan urutan atau
bertahap. Segala macam tes yang secara bertahap tersebut dilakukan dan harus
lulus setiap tahapan seleksi. Apabila para pelamar tidak lulus dalam seleksi
pertama maka tidak bisa ikut untuk tes berikutnya.
2. Sistem Nilai Rata-Rata (Compensatory Approach)
Sistem seleksi yang dilaksanakan pada saat para pelamar bisa mengikuti
seluruh tahapan seleksi, kenudian dihitung nilai rata-rata, jika nilai rata-rata
mencapai diatas standar maka peserta tes dinyatakan lulus. Apabila banyak
para pelamar melebihi jumlah yang dibutuhkan maka dilakukan rangking
penilaian dari yang tertinggi sampai terendah.
2.2.5 Karakteristik Tes Dalam Seleksi
Agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam proses
seleksi, sebuah tes atau instrumen seleksi yang baik harus memiliki ciri-ciri
berikut ini.
a. Standarisasi, sebuah tes yang baik harus memiliki keseragaman prosedur dan
kondisi bagi semua peserta.
b. Obyektifitas, untuk setiap jawaban yang sama, harus diberikan hasil/ nilai
yang sama. Hasil/ nilai tes tidak boleh didasarkan atas subyektifitas terhadap
aspek-aspek tertentu dari peserta tes.
c. Norma, setiap tes harus memiliki norma, yakni kerangka acuan untuk
membandingkan prestasi seorang pelamar dengan pelamar lain. Tanpa norma,
hasil seorang peserta tidak dapat diklasifikasikan: apakah nilainya baik atau
buruk, apakah ia lulus atau tidak, apakah nilainya lebih baik atau lebih buruk
dibanding peserta lain.
d. Reliabilitas, reliabilitas berarti bahwa sebuah alat seleksi (biasanya sebuah
tes) memberikan hasil yang konsisten setiap kali seseorang menempuh tes ini.
e. Validitas, validitas berarti bahwa alat seleksi (biasanya sebuah tes)
berhubungan secara signifikan dengan kinerja atau dengan kinerja lain yang
relevan. Dengan kata lain, sebuah tes dikatakan valid jika ia benar—benar
mengukur apa yang ingin diukur.