tinea

Upload: winda-amelia

Post on 06-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tinea

TRANSCRIPT

IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Ny. M (54 th)

Status Perkawinan : Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan :Swasta

Alamat :Tangga Ulin, Hulu Sungai Utara

Masuk RS21/09/2013

Keluar RS21/09/2013

A. ANAMNESIS (Autoanamnesis) Tanggal : 21 September 2013 Pukul : 10.00 WITA

Keluhan utama : Bercak merah kehitaman di lipat paha dan bokong yang berasa gatal sejak 1 tahun

Riwayat Penyakit Sekarang: Os mengeluh muncul bercak-bercak merah kehitaman pada lipat paha, bokong dan lutut kiri. Keluhan ini disertai rasa gatal yang dirasakan hampir sepanjang hari, terutama saat berkeringat. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya bercak tidak terlalu lebar, semakin lama semakin lebar dengan bagian tepi berwarna lebih merah. Os mengatakan bercak semakin melebar dan menyebar ke paha. Os sudah berulang kali berobat ke dokter atas keluhannya tersebut, sembuh tapi kemudian kambuh kembali. Os juga sering membeli salep kulit di apotek (pasien lupa merek salep tersebut) keluhan membaik, namun jika obat habis, keluhan ini muncul kembali di tempat yang sama. Os memiliki kebiasan memakai pakaian berlapis, terutama saat bepergian dan bekerja, pasien biasa memakai 2 lapis pakaian dalam dibalik roknya. Bahan pakaian yang dipakai terbuat dari katun. Os mengatakan tidak memiliki riwayat sakit kencing manis atau konsumsi obat-obatan steroid. Suami os juga memiliki keluhan yang sama dan sering kambuh-kambuhan. Os dan suami sering menggunakan handuk yang sama.

B. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan umumTinggi Badan: 154 cmBerat Badan: 45 kgStatus gizi: Gizi baik Tekanan darah: 120/80 mmHgNadi: 80 x /menit teraturSuhu : 36,6 Pernapasan: 20 x/ menitKesadaran: Compos mentis

KulitWarna : sawo matang Suhu raba: AfebrisPertumbuhan rambut: merata Edema: Tidak adaLembab / kering : LembabPigmentasi: Merata

Kelenjar Getah Bening Pembesaran kelenjar getah bening tidak teraba.

KepalaNormochepali, rambut hitam, alopesia tidak ada.

Mata Conjunctiva anemis -/-, skelara ikterik -/-, reflex cahaya +/+

TelingaLiang telinga lapang, serumen -/-, cairan -/-, membran timpani utuh

MulutBibir: merah mudaTonsil : T1-T1 tidak hiperemisLangit-langit: tidak ada kelainanFaring: tidak hiperemisLidah: tidak ada kelainan

Paru-paru Suara napas vesikuler, rhonki -/-, whezing -/-

JantungBunyi jantung 1, 2 reguler, Murmur (-), gallop (-)

Perut Inspeksi: datarPalpasi: dinding perut : supel, nyeri tekan (-), massa (-), defans muscular (-) Hepar-lien tidak terabaPerkusi : timpaniAuskultasi: bising usus (+) normal

Anggota gerakAkral hangat +/+/+/+, gerak bebas

Status Dermatologikus Regio Inguinalis Sinistra:Patch - plak eritematus berbatas jelas, geografik, tepi polisiklik, aktif (papula eritem), sembuh ditengah (central healing), tertutup skuama putih halus.

Gambar 1. Regio inguinalis sinistra. Regio glutea et femoralis Plak eritem, hiperpigmentasi di beberapa bagian, geografik, batas tegas, tepi lebih aktif berupa papul eritem. Sebagian ekskoriasi, multipel. Permukaan ditutupi skuama halus.

Gambar 2. Regio gluteal et femoral.

Gambar 3 dan 4. Regio femoralis dextra et sinsistra

Regio Femur 1/3 Distal SinistraPlak eritem geografikan, berbatas tegas, tepi lebih aktif (tampak eritem dan papul). Permukaan ditutupi skuama halus.

Gambar 5. Regio femur 1/3 distal sinistra.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik kerokan kulit : tidak dilakukan.

Diagnosis Banding Tinea kruris Candidiasis Eritrasma

Diagnosis KerjaTinea kruris et korporis Penatalaksanaan Medikamentosa : Ketokonazol tab 200 mg 1x1 Cetirizine tab 10 mg 1x1 Ketokonazole cream 2x1 ueNon medikamentosa ; Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat, tidak berlapis-lapis dan ganti setiap hari Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi. Jaga kebersihan kulit, bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang lembab Mencegah penularan kepada orang serumah dengan tidak bertukar handuk atau pakaian lainnya. Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.

Prognosis Ad vitam: ad bonamAd functionam: ad bonamAd sanationam: dubia ad bonam

TINEA KORPORIS DAN TINEA KRURIS

DEFINISITinea kruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, dan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja meluas ke daerah sekitar anus, gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh lainnya. Tinea kruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itc. (Budimulja, 2009. 94-95)

ETIOLOGIPenyebab utama dari tinea kruris Trichopyhton rubrum (90%), Epidermophython fluccosum, Trichophyton mentagrophytes (4%), dan Trichopyhton tonsurans (6%). (Wolff and Johnson, 2009. 700)

EPIDEMIOLOGITinea kruris dapat ditemui di seluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama pada laki-laki. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea kruris. Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab. (Suwito & Goedadi, 2001. 31)Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang cenderung lembab. Dengan keadaan iklim yang seperti ini, memudahkan jamur untuk berkembang biak.

PATOFISIOLOGICara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu , pakaian atau debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhan dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. (Wolff and Johnson, 2009. 704) Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:a.Faktor virulensi dari dermatofitaVirulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang lipat paha bagian dalam.b.Faktor traumaKulit yang intak lebih sulit terinfeksi jamur.c.Faktor suhu dan kelembapanKedua faktor ini jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur. Hal tersebut tampak pada daerah yang banyak berkeringat seperti pada lipat paha dan sela-sela jari, merupakan tempat paling sering terserang penyakit jamur.d.Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanKeadaaan sosioekonomi yang rendah pada umumnya meiliki higiene yang kurang. e.Faktor usia f. Sakit berat, penderita DM, neurodermatitis dan leukorrohoe. (Suwito & Goedadi, 2001. 32-33)

Dari beberapa faktor yang disebutkan di atas, yang menjadi predisposisi pada os ini antara lain adalah iklim tropis yang lembab, usia, dan sering memakai pakaian berlapis selama beraktivitas sehingga memudahkan jamur penyebab tinea berkembang biak.

MANIFESTASI KLINISAnamnesisKeluhan penderita adalah rasa gatal dan merah kehitaman di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus dan femoral. Keluhan ini dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat dan berlapis, aktif berolahraga. Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang berisiko terkena dermatophytosis. ( Wolff and Jonhson, 2009. 704-705)

2. Pemeriksaan FisikEfloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk terdiri dari primer dan sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi. Manifestasi tinea cruris : 1.Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis2.Daerah bersisik3.Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif4.Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi5. Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang tersebar dan sedikit skuama6. Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena7.Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin muncul karena garukan8.Infeksi kronis dapat disebabkan oleh pemakaian kortikosteroid topikal sehingga tampak kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler9.Hampir setengah penderita tinea kruris berhubungan dengan tinea pedis. (Murtiastutik, 2013. 65-66)

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.

a.Pemeriksaan dengan sediaan basahKulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai skalpel atau pinggir gelas taruh di gelas objek tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miseliumb. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agarPemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu.c. Punch biopsiDapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc AcidSchiff, jamur akan tampak merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan tampak coklat atau hitam.d. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma, karena pada eritrasma akan tampak floresensi merah bata. (Budimulja, 2009. 95-96).

DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi serta pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop pada sediaan yang ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada medium Saboraud, punch biopsi, atau penggunaan lampu wood.Namun pada kasus ini, diagnosis ditegakan hanya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran klinis serta letaknya.

DIAGNOSIS BANDING

Candidosis intertriginosaKandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida terutama Candida albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dan dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Patogenesis terjadinya tinea adalah jika terdapat faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen seperti kehamilan menyebabkan perubahan pH vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, kontak dengan penderita.Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga mengenai daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada sela jari tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima, keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar.Lesi pada penyakit akut mula-mula kecil berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian meluas, berupa vesikel-vesikel, bercak kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut dikelilingi oleh vesikel atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah meninggalkan daerah yang luka, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak merah atau terkelupas, dan lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna putih.

ErytrasmaErytrasma adalah infeksi bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini tergantung pada area lesi dan warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi datar dan tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah bata (coral red).

PENATALAKSANAAN

Pada infeksi tinea kruris tanpa komplikasi dapat dipakai anti jamur topikal saja dari golongan imidazole dan allynamin. Keberhasilan cukup tinggi sekitar 70-100% dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm dari batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, dan intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik perlu diperhatikan interaksi obat jamur dengan obat lainnya. Monitoring terhadap fungsi hepar diperlukan apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu. (Wolff and Johnson, 2009. 695).Pengobatan anti jamur untuk Tinea kruris dapat digolongkan dalam empat golongan yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti siklopiros,tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akan menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol), yang merupakan struktur atau komponen penting dalam dinding sel jamur. Golongan Alynamin menghambat keja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene di dalam sel dan menyebabkan kematian sel. Dengan penghambatan enzim-enzim tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk. Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan tinea cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:1.Golongan AzolMerupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea kruris karena anti jamur yabg bersifat broad spektrum yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati.a.Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggub.Mikonazole (icatin, Monistat-derm)Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 mingguc.Econazole (Spectazole) Pengobatan dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu dengan cara dioleskan sebanyak 2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%..d.Ketokonazole (Nizoral)Pengobatan dengan ketokonazole dapat dilakukan selama 2-4 minggue.Oxiconazole (Oxistat)Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa.f.Sulkonazole (Exeldetm)Tersedia dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari). (Suyoso, Ervianti & Zulkarnain, 2005. 63-66).

2.Golongan alinaminAnti jamur broad spektrum yang bersifat fungistatik. a.Naftifine (Naftin)Pengobatan dengan naftitine dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk 1% cream dan lotion. . Penggunaan pada anak sama dengan dewasa ( dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).b. Terbinafin (Lamisil)Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak. Digunakan selama 1-4 minggu

3.Golongan Benzilamina. Butenafine (mentax)Digunakan dalam bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4kali sehari.

4.Golongan lainnyaa. Ciclopirox (Loprox)b.Haloprogin (halotex)c.Tolnaftate

Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas atau gagal dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris:a. KetokonazoleSebagai turunan imidazole, ketokonazole merupakan obat jamur oral yang berspektrum luas. Kerja obat ini bersifat fungistatik. Pemberian 200mg/hari selama 2-4 minggu.b. ItrakonazoleSebagai turunan triazole, itrakonazole merupakan obat anti jamur oral yang berspektrum luas yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sitokrom P-450 dependent sintetis dari ergosterol yang merupakan komponen penting pada selaput sel jamur. Dosis dewasa 200mg po selam 1 minggu dan dosis dapat dinaikkan 100mg jika tidak ada perbaikan tetpi tidak boleh melebihi 400mg/hari.Untuk anak-anak 5mg/hari PO selama 1 minggu c.GriseofulfinTermasuk obat fungistatik, bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan mengikat mikrotubuler dalam sel. Obat ini lebih sedikit tingkat keefektifannya dibanding itrakonazole. Pemberian dosis pada dewasa 500mg microsize (330-375 mg ultramicrosize) PO selama 2-4minggu, untuk anak 10-25 mg/kg/hari Po atau 20 mg microsize /kg/haric.TerbinafinePemberian secara oral pada dewasa 250g/hari selama 2 minggu). Pada anak pemberian secara oral disesuaikan dengan berat badan.Edukasi kepada pasien di rumah :1.Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering2.Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.3.Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang lembab4.Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.5.Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus dicuci. (Suyoso, Ervianti & Zulkarnain, 2005. 63-67).Pada kasus ini, terapi yang diberikan kepada pasien terdiri dari anti jamur topikal dan oral dari golongan azole (ketokonazole). Terapi yang diberikan merupakan terapi lini pertama. Kekambuhan atau kegagalan terapi pada kasus seperti ini selain dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi juga harus dipikirkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat (cara penggunaan dan obat tidak teratur).

KOMPLIKASITinea kruris dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi jamur kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.

PROGNOSISPrognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat serta kelembapan dan kebersihan kulit yang tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja, Unandar. 2009. Mikosis, dalam ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam, 2010. Editor: Adhi Juanda, dkk. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 95-96.2. Goedadi, M & Suwito, P.S. 2001. Tinea Korporis dan Tinea Pedis, dalam ; Dermatomikosis Superfisialis Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : FKUI. 31-33.3. Murtiastutik, Dwi dkk. 2013. Dermatofitosis, dalam ; Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. Surabaya : DEP. / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR / RSUD dr. Soetomo. 65-66.4. Suyoso, Sunarso; Ervanty, Evy; Zulkarnain, Iskandar. 2005. Dermatofitosis, dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Surabaya : RSUD dr. Soetomo. 63, 66, 67.5. Wolff, Klaus & Johnson, Richard Allen. 2009. Fungal Infection of The Skin, dalam ; Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermaology Sixth Edition. 695, 700, 704-705.

Case report Tinea dr. MulyantiPage 16