tinea interdigatis

17
KASUS UJIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN Disusun oleh : Imrul Qays Bin Amran 112013175 Pembimbing : dr. Maria Dwikarya, SpKK

Upload: thesa

Post on 05-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

DERMATITIS KONTAK IRITAN KASUS UJIANDERMATITIS KONTAK IRITAN

Disusun oleh :Imrul Qays Bin Amran112013175

Pembimbing :dr. Maria Dwikarya, SpKK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANARUMAH SAKIT HUSADAPERIODE 11 MEI 2015 13 JUNI 2015BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIENNama: Ny. TUmur: 42 tahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: Mangga BesarPekerjaan: Ibu Rumah TanggaSuku bangsa: JawaAgama: IslamStatus: Menikah

II. ANAMNESISAutoanamnesis tanggal 7 Juni 2015Keluhan utama: Rasa gatal di kaki bawah sebelah kanan sejak 1 mingguKeluhan tambahan: Timbul kemerahan dan kadang terasa perih.Riwayat perjalanan penyakit :Pasien datang dengan keluhan kaki kanan bawah gatal telah 3 hari SMRS. Keluhan gatal disertai dengan bercak kemrahan yang semakin melebar. Awalnya terdapat bekas luka tusukan besi sewaktu pasien lagi mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kerana luka tersebut, pasien menggunakan arak yang terdapat dirumahnya sebagai kompress pada daerah luka tersebut. Pasien mengolesi arak pada daerah luka namun agar lebar sehingga menjadi gatal dan kemerahan.Akibat gatal pasien sering menggaruk dan melakukan kompress arak pada daerah yang sama, namun keluhan bertambah hebat dan pasien merasakan perih.Akibat hal tersebut pasien berhenti dari melakukan kompress arak dan hanya membiarkannya sembuh sendiri.Pasien belum mendapatkan pegobatan dari mana-mana dokter.

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat diabetes melitus, HIV, penggunaan obat kemoterapi dan kortikosteroid oral jangka lama serta alergi obat disangkal. Riwayat alergi terhadap bahan sepatu/sandal tidak ada Riwayat alergi terhadap detergen atau sabun cuci tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

Riwayat Higienitas Pasien mandi dua kali sehari dengan air ledeng. Pasien mengaku mandi menggunakan sabun Lifebuoay

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaan umum : BaikKesadaran : Kompos mentisBerat Badan/Tinggi Badan : 60 Kg/159 cmStatus Gizi : BaikTanda-tanda vitalTekanan darah : 120/70 mmHgNadi : 84x/menitPernapasan : 20x/menitSuhu : 37,0CKepala: NormocephaliMata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-THT: Faring hiperemis -/-, tonsil T1-T1Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun kelenjar getah beningJantung: Suara jantung S1-S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-Paru: Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-Abdomen: Cembung, dinding perut supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatosplenomegali (-)Ekstremitas: Akral hangat, edema tungkai (-), capillary refill < 2 detik

Status DermatologikusLokasi: Regio pretibial dextra Tampak lesi berupa: Terdapat maculaeritem dengan diameter 15 cm x 7 cm berbatas tegas dengan skuama halus di sekitarnya dengan eksoriasi di tengah dengan diameter 2x 3 cmFoto klinis:

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan

V. RESUMEPasien Ny. T , usia 42 tahun datang dengan keluhan kaki kanan bawah gatal telah 3 hari SMRS yang disertai dengan bercak kemerahan yang semakin melebar. Awalnya terdapat bekas luka tusukan besi dan kerana luka tersebut, pasien menggunakan arak yang terdapat dirumahnya sebagai kompress. Pasien mengolesi arak pada daerah luka namun agak lebar sehingga menjadi gatal dan kemerahan. Pasien sering menggaruk dan melakukan kompress arak pada daerah yang sama beberapa kali , namun keluhan bertambah hebat dan merasa perih.Akibat hal tersebut pasien berhenti dari melakukan kompress arak dan hanya membiarkannya sembuh sendiri.Pasien belum mendapatkan pegobatan dari mana-mana dokter.Di keluarga tidak ada ahli keluarga yang menderitai keluhan serupa.

VI. DIAGNOSIS KERJADermatitis Kontak Iritan

VII. DIAGNOSIS BANDINGDermatitis Kontak AllergyDermatitis Atopik

VIII. RENCANA/ANJURAN PEMERIKSAANPatch Test

IX. PENATALAKSANAANNon Medikamentosa Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter Tidak membersihkan bekas luka dengan menggunakan air ledeng Elakkan dari menggaru-garu daerah luka Medikamentosa SistemikR/ Homoclomin tab No. VIS1 dd tab 1 TopikalR/ Acidum salicylicum 2% No.1 Gentasolon tube 10 gram No.I Betamethasone valereate cream 0,05 % No. 1 BSM no.I KapasNo. X NaCl 25 ccNo.III ue

X. PROGNOSISQuo ad vitam: bonamQuo ad functionam: bonamQuo ad sanationam: bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKATINEA PEDIS

A. Pendahuluan Tinea pedis atau sering disebut athelete foot adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis adalah dermatofitosis yang biasa terjadi. Prevalensi dari tinea pedis sekitar 10%, terutama disebabkan oleh penggunaan alas kaki modern tertutup, meskipun perjalanan jauh juga merupakan faktor predisposisi. Kejadiaan tinea pedis lebih tinggi diantara komuniti yang menggunakan tempat-tempat umum seperti kamar mandi, shower atau kolam renang. Kejadian infeksi ini sering terjadi pada iklim hangat lembab dimana dapat meningkatkan pertumbuhan jamur. [1,2,3,4]B. Etiologi dan patogenesisTinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum (umumnya), Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Telah diketahui bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit. Individu dengan imun yang rendah mudah terkena infeksi, HIV/AIDS, transplantasi organ, kemoterapi,dan steroid diakui dapat menurunkan resistensi pasien terhadap infeksi dermatofitosis. Faktor seperti umur, obesitas dan diabetes melitus juga mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan terjadinya tinea pedis. Dengan menggunakan enzim keratinase, jamur ini menginvasi keratin superfisialis dari kulit dan infeksi akan terbatas pada lapisan kulit ini. Dinding dermatofit memiliki mannans, yang akan menghambat respon imun tubuh. Trichophyton rubrum umumnya memiliki mannans yang akan menghambat proliferasi keratinosit, mengakibatkan berkurangnya kecepatan pergantian kulit dan berujung pada infeksi kronis. Suhu dan faktor serum seperti beta globulin dan ferritin nampaknya memiliki efek menghambat dermatofit ; akan tetapi patofisiologinya tidak begitu dimengerti. Sebum juga berperan sebagai penghambat, sehingga menjelaskan kenapa infeksi dermatofit sering pada daerah kaki yang tidak memiliki kelenjar sebum. [2,3,5]C. Gejala klinisAda 4 jenis tinea pedis interdigitalis, moccasin, tipe akut ulserasi dan tipe vesikobulosa semua dengan karakteristik kulit masing-masing.1. Interdigitalis [1,6] Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan ke sela jari yang lain. Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.

Gambar 1.Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat opak putih dan beberapa erosi [2]

Gambar 2. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki [3]2. Moccasin foot [1,6] Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal dan bersisikhalus dan seperti bedak Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikelGambar 3. Tinea pedis.Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk arciform dari sisik yang merupakan karakteristik [2]3. Vesikobulosa [2,5] Diakibatkan karena T.mentagrophytes Diameter vesikel lebih besar dari 3mm Jarang pada anak-anak, tapi etiologi yang sering terjadi pada anak-anak adalah T.rubrum Vesikel pustul atau bula pada kulit tipis ditelapak kaki dan area periplantar

Gambar 4. Tinea pedis tipe bulosa. Vesikel pecah, bula, eritema, dan erosi pada bagian belakang dari ibu jari kaki [2]4. Tipe akut ulserasi [2,5] Mempengaruhi telapak kaki dan terkait dengan maserasi dan kerusakan kulit Ko infeksi bakterial biasanya dari garam negatif kombinasi dengan T.mentagrophytes menghasilkan vesikel pustul dan ulkus bernanah yang besar pada permukaan plantar

D. Diagnosis Diagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan berdasarkan klinis dan pemeriksaan dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan cara kulit dikerok untuk preparat KOH, biopsi kulit, atau kultur dari daerah yang terinfeksi. [6]1. KOHHasil preparat KOH biasanya positif di beberapa kasus dengan maserasi pada kulit. Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa bersepta atau bercabang, arthrospora, atau dalam beberapa kasus, sel budding memperlihatkan bukti infeksi jamur. [5]

Gambar 5. Hifa sejati pada tinea pedis [2]2. KulturKultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA (sabourauds dextrose agar), pH asam media ini menghambat banyak spesies bakteri dan dapat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Dermatophyte test medium (DTM) digunakan untuk isolasi selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalah pilihan lain diagnostik yang bergantung pada indikasi perubahan warna dari oranye ke merah untuk menandakan kehadiran dermatofit. [5]3. Tes PASPAS (Periodic Acid-Schiff) menunjukkan dinding polisakarida dari organisme jamur yang terkait dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat (glikoprotein). Tidak seperti kultur pada SDA atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15 menit. PAS juga telah menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk tinea pedis, dengan keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif. [5]E. Diagnosis bandingDiagnosis banding klinis dari erupsi kutaneus kaki seperti kontak dermatitis, psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopik, keratoderma, liken planus dan beberapa infeki bakteri seperti C.minutissimum, streptococcal cellulitis dan lain-lain yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis. [3, 5]Diagnosis banding dari tinea pedis dapat di bedakan menjadi1. InterdigitalisDiagnosis banding berupa psoriasis, soft corns, koinfeksi bakteri, kandidiasis, eritrasma [2]

Gambar 6. Kandidiasis interdigitalis, disertai maserasi dan erosi eritematosa interdigital.[2]2. Tipe Moccasin Diagnosis banding berupa psoriasis, keratoderma congenital atau yang didapat pada telapak tangan dan kaki, dyshidrosis [2]

3. VesikobulosaDiagnosis banding berupa pustular psoriasis, palmoplantar pustulosis, pioderma bakteri [2]

F. Penatalaksanaan1. Topikal Menggunakan topikal agen seperti bedak, krim atau spray. Krim dan spray lebih berguna daripada bedak. Topikal antifungal seperti Clotrinazole, miconazole, sulconazole, oxiconazole, ciclopirox, econazole, ketoconazole, naftifine, terbinafine, flutnmazol, bifonazole, dan butenafine tetapi clotrhnazole, miconazole membutuhkan waktu 4 minggu dibandingkan jika menggunakan terbinafine yang membutuhkan waktu 1-2 minggu. Kalau terjadi maserasi diantara jari, pisahkan jari dengan busa atau gunakan kapas pada malam hari. Aluminium kloride 10% atau aluminium asetat juga dapat berguna. Topikal yang berguna untuk organisme gram-negatif adalah salep antibiotik seperti gentamicin untuk lesi interdigitalis. Keratolitik agen mengandung asam salisilat, resorcinol, asam laktat dan urea berguna di beberapa kasus walaupun dapat mengakibatkan maserasi. [4,6]2. Sistemik [4] Griseofulvin 500-1000 mg/hari. Buat anak-anak 10- 20 mg/kg/hari. Terbinafine 250 mg/hari untuk 1-2 minggu Itraconazole 200 mg 2 kali sehari untuk 1 minggu. Untuk kasus ringan diberikan 100 mg 2 kali sehari Fluconazole 150 mg/minggu untuk 4 minggu

G. PencegahanMemberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan pada kaki, menjaga kaki tetap kering , membersikan kuku kaki, menggunakan sepatu yang sesuai dan kaos kaki kering dan bersih, serta menggunakan sandal atau flip-flop pada tempat mandi umum atau kolam renang dapat mencegah terjadinya tinea pedis. Diagnosis yang tepat serta pengobatan terhadap pasien yang menderita diabetes mellitus, HIV, trasplantasi organ penting untuk pencegahan infeksi tinea pedis .[5,6]

DAFTAR PUSTAKA

1. Berth-Jones J. (2010). Mycology. Dalam Rooks Textbook of Dermatology, Edisi 8 (pp. 36.30-36.32). Cambridge: Wiley-Balckwell.2. Budimulja U. (2007). Mikosis. Dalam D. A, Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi 5 (p. 93). Jakarta: FK UI.3. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. (2008). Tinea Pedis. Dalam Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th edition (pp. 709-712). New York: McGraw-Hill Medicine.4. Claire J. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. (n.d.). Tinea Pedis (athelete foot). Diakses pada tanggal 6 Juni , 2015, dari BHCHP: http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/TineaPedis.pdf5. (2008). Diseases resulting from fungi and yeast. Dalam B. G. James D William, Andrews disease of the skin, Edisi 10 (pp. 303-303). Canada: Saunders Elsevier.6. Kumar V, Tilak R, Prakash P,Nigam C, Gupta R. (2011). Tinea Pedis. Asian journal of medical science , 134-135.

4