tika cantik

6
MASUKNYA PENYAKIT FRAMBUSIA DI SUKU BADUY Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non- destruktif yang dini dan destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma Cara penularan frambusia : Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung (Depkes,2005), yaitu : 1) Penularan secara langsung (direct contact) . Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir. 2) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) . Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut. Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat mengalami 2 kemungkinan: a) Infeksi effective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit berkembang biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi

Upload: ari-susanti

Post on 22-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

k

TRANSCRIPT

Page 1: Tika Cantik

MASUKNYA PENYAKIT FRAMBUSIA DI SUKU BADUY

Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema

pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus

seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan

destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini

adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia

kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma

 Cara penularan frambusia  :

Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung (Depkes,2005), yaitu :

1) Penularan secara langsung (direct contact) .

Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke

orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung

Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan

dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam

persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir. 

2) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .

Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda

atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas

dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema

pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut.

Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat

mengalami 2 kemungkinan: 

a) Infeksi effective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke

dalam kulit berkembang biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-

gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang

masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan orang yang

mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia. 

Page 2: Tika Cantik

b) Infeksi ineffective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke

dalam kulit tidak dapat berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat

menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema

pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup

banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap

penyakit frambusia (Depkes, 2005).

Penularan penyakit frambusia pada umumnya terjadi secara langsung sedangkan

penularan secara tidak langsung sangat jarang terjadi (FKUI, 1988).

Pengobatan secara tradisional penyakit frambusia :

1. Akar kangkang 3/4 genggam, dicuci lalu direbus dengan air bersih 3 gelas. Rebus sampai

airnya tinggal kira-kira 3/4 -nya. Sesudah dingin disaring lalu diminum 3 x sehari 1/2 gelas.

2. Kulit batang jambu air 4 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan air

bersih 5 gelas. Kalau airnya kira-kira tinggal 1/2 -nya dinginkan dan saring. Minumlah ramuan

ini bersama madu seperlunya 3 x sehari 1/2 gelas.

3. Mungsi 1/2 sdt, dicuci dan digiling halus. Diseduh dengan air panas 1/2 cangkir dan

madu 1 sdm. Suam-suam kuku diminum 2 x sehari 1/4 gelas.

4. Getah godang 3 sdt, dicampur dengan serbuk terusi yang telah dibakar 2 sdt. Ramuan ini

berguna untuk mengosok dan mengurap badan yang terkena frambusia.

Page 3: Tika Cantik

3.8 MASUKNYA PELAYANAN KESEHATAN DI SUKU BADUY UNTUK

MEMUSNAHKAN PENYAKIT FRAMBUSIA

Setelah WHO memprakarsai kampanye pemberantasan frambusia dalam kurun

waktu tahun 1954 – 1963, para peneliti menemukan terjadinya penurunan yang

drastis dari jumlah penderita penyakit ini. Namun kemudian kasus frambusia

kembali muncul akibat kurangnya fasilitas kesehatan publik serta pengobatan yang

tidak memadai.

Sejak tahun 2001 hingga tahun 2008 jumlah kasus penderita frambusia di kawasan

Baduy Dalam tercatat ada 95 orang dan tahun ke tahun dinyatakan sembuh setelah

dilakukan pengobatan massal. Mereka warga Baduy Dalam akhirnya mau berobat

ke petugas medis setelah dilakukan pendekatan dengan pemuka-pemuka adat dan

kepala desa tentang pentingnya kesehatan. Disamping itu juga dilaksanakan

pengobatan frambusia secara massal agar mereka bisa sembuh dan dapat

beraktivitas kembali di ladang huma sebagai mata pencaharianya. Berkat

berhasilnya pendekatan itu kini warga Baduy bisa memanfaatkan akses pelayanan

kesehatan.

Setelah akhirnya mendapat pengobatan massal beberapa tahun terakhir oleh Dinas

Kesehatan setempat, warga suku Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak,

Provinsi Banten, sepanjang tahun 2011 sudah terbebas dari penyakit frambusia.

saat ini sudah tidak ditemukan lagi kasus penyakit frambusia di kawasan Baduy

Dalam tersebut.

Padahal awalnya masyarakat Baduy Dalam yang memiliki ciri khas berpakaian

putih-putih yang tersebar di Cikeusik, Cikartawarna dan Cibeo selalu menolak

modernisasi termasuk pengobatan. Namun, para petugas medis tidak kecil hati

melalui pendekatan dengan para tokoh adat dan setiap pekan petugas medis

berjalan kaki hingga puluhan kilometer mendatangi para penderita prambusia.

Kedatangan petugas untuk melakukan pengobatan dengan cara diberikan vaksin

agar tidak menularkan kepada warga lainya. Dengan pendekatan dan kesabaran

Page 4: Tika Cantik

petugas medis dan akhirnya kini warga Baduy Dalam mau berobat untuk

menyembuhkan penyakit kulit tersebut.

Di Indonesia pada tahun 1990, 21 provinsi (waktu itu masih 31 provinsi) telah

melaporkan masih adanya penderita frambusia. Kemudian pada tahun 1997 hanya

enam provinsi yang melaporkan adanya frambusia dan pada saat krisis di tahun

1998 dan 1999 tidak ada laporan sama sekali dari semua provinsi. Tahun 2000

sampai dengan tahun 2004, 8-11 provinsi setiap tahun melaporkan adanya

frambusia. Pemerintah pada Pelita III (pertengahan pemerintahan Orde Baru)

menetapkan bahwa frambusia sudah harus dapat dieliminasi dengan sistem TCPS

(Treponematosis Control Project Simplified) dan “Crash Program

Pemberantasan Penyakit Frambusia (CP3F)”.

Namun, kenyataannya sampai saat ini frambusia masih ditemukan. Hal ini bisa

disebabkan oleh karena metode, organisasi, manajemen pemberantasan yang

kurang tepat dan pembiayaan yang kurang atau daerah tersebut selama ini tidak

tersentuh oleh pemerataan pembangunan. Paling tepat kalau dikatakan bahwa

masih adanya frambusia di suatu wilayah sebagai resultan dari upaya

pemberantasan yang kurang memadai dan tidak tersentuhnya daerah tersebut

dengan pembangunan sarana dan prasarana wilayah. Seperti yang terjadi di

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten khususnya warga Baduy Dalam. Kasus penyakit

tersebut terjadi karena orang Baduy jika mandi tidak menggunakan sabun,

sehingga mudah terserang penyakit kulit. Selain itu pakaian warga Baduy

digunakan hingga berhari-hari melekat dalam tubuhnya dan berpotensi tertular

kuman yang mengakibatkan gatal-gatal pada bagian kulit.

Tanda-tanda penyakit frambusia yaitu munculnya lesi primer pada kulit berupa

kutil (papiloma) pada muka dan anggota gerak, terutama kaki, lesi ini tidak sakit

dan bertahan sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Lesi kemudian

menyebar membentuk lesi yang khas berbentuk buah frambus (raspberry) dan

terjadi ulkus (luka terbuka). Stadium lanjut dari penyakit ini berakhir dengan

kerusakan kulit dan tulang di daerah yang terkena dan dapat menimbulkan

kecacatan 10-20 persen dari penderita yang tidak diobati akan cacat. Penyakit ini

bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang dan merusak kulit,

otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup.

Page 5: Tika Cantik

Frambusia dapat disembuhkan dengan pemberian pengobatan vinicilin dan kapsul

oral. Disamping itu, juga dilakukan penyuntikan jenis benzetin untuk membunuh

kuman-kuman pada bagian tubuhnya, karena penyakit tersebut berasal dari kuman

akibat rendahnya kesehatan lingkungan. Selama ini, penyakit frambusia tidak

menimbulkan kematian, namun tetap harus dicegah karena bisa menularkan

kepada orang lain.

Dengan bebasnya warga Baduy Dalam dari penyakit langka itu, para

petugas medis merasa bersyukur. Apalagi warga Baduy Dalam saat ini

mulai yakin dengan adanya pengobatan. Hal itu terlihat karena selain masalah

penyakit frambusia, penyakit yang lainpun dapat ditangani oleh para petugas. saat

ini warga Baduy Dalam dan Baduy Luar sudah mau memanfaatkan akses

pelayanan kesehatan dengan mendatangi petugas medis di Puskesmas dan rumah

sakit jika mereka sakit atau mengalami kecelakaan, seperti digigit ular berbisa dan

lain sebagainya. Kini, pihaknya telah menugaskan mantri dan bidan khusus untuk

melayani kesehatan dasar bagi warga Baduy. Petugas medis itu ternyata cukup

efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Baduy yang hingga kini

masih kuat memegang kepercayaan adat setempat.

Diposkan oleh AISYAHRESA :') di 09.43http://aisyahresya.blogspot.com/2012/12/suku-baduy-3.html17 maret 19;32