tika cantik
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
![Page 1: Tika Cantik](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/55cf9036550346703ba3f1f6/html5/thumbnails/1.jpg)
MASUKNYA PENYAKIT FRAMBUSIA DI SUKU BADUY
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treptonema
pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus
seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan
destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini
adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia
kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma
Cara penularan frambusia :
Penularan penyakit frambusia dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung (Depkes,2005), yaitu :
1) Penularan secara langsung (direct contact) .
Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke
orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular (mengandung
Treponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita bersentuhan
dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga terjadi dalam
persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput lendir.
2) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .
Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan benda
atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas
dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka, Treponema
pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka tersebut.
Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknya Treponema partenue dapat
mengalami 2 kemungkinan:
a) Infeksi effective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke
dalam kulit berkembang biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-
gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema pertenue yang
masuk ke dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan orang yang
mendapat infeksi tidak kebal terhadap penyakit frambusia.
![Page 2: Tika Cantik](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/55cf9036550346703ba3f1f6/html5/thumbnails/2.jpg)
b) Infeksi ineffective. Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke
dalam kulit tidak dapat berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat
menimbulkan gejala-gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jika Treponema
pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup
banyaknya dan orang yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap
penyakit frambusia (Depkes, 2005).
Penularan penyakit frambusia pada umumnya terjadi secara langsung sedangkan
penularan secara tidak langsung sangat jarang terjadi (FKUI, 1988).
Pengobatan secara tradisional penyakit frambusia :
1. Akar kangkang 3/4 genggam, dicuci lalu direbus dengan air bersih 3 gelas. Rebus sampai
airnya tinggal kira-kira 3/4 -nya. Sesudah dingin disaring lalu diminum 3 x sehari 1/2 gelas.
2. Kulit batang jambu air 4 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan air
bersih 5 gelas. Kalau airnya kira-kira tinggal 1/2 -nya dinginkan dan saring. Minumlah ramuan
ini bersama madu seperlunya 3 x sehari 1/2 gelas.
3. Mungsi 1/2 sdt, dicuci dan digiling halus. Diseduh dengan air panas 1/2 cangkir dan
madu 1 sdm. Suam-suam kuku diminum 2 x sehari 1/4 gelas.
4. Getah godang 3 sdt, dicampur dengan serbuk terusi yang telah dibakar 2 sdt. Ramuan ini
berguna untuk mengosok dan mengurap badan yang terkena frambusia.
![Page 3: Tika Cantik](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/55cf9036550346703ba3f1f6/html5/thumbnails/3.jpg)
3.8 MASUKNYA PELAYANAN KESEHATAN DI SUKU BADUY UNTUK
MEMUSNAHKAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Setelah WHO memprakarsai kampanye pemberantasan frambusia dalam kurun
waktu tahun 1954 – 1963, para peneliti menemukan terjadinya penurunan yang
drastis dari jumlah penderita penyakit ini. Namun kemudian kasus frambusia
kembali muncul akibat kurangnya fasilitas kesehatan publik serta pengobatan yang
tidak memadai.
Sejak tahun 2001 hingga tahun 2008 jumlah kasus penderita frambusia di kawasan
Baduy Dalam tercatat ada 95 orang dan tahun ke tahun dinyatakan sembuh setelah
dilakukan pengobatan massal. Mereka warga Baduy Dalam akhirnya mau berobat
ke petugas medis setelah dilakukan pendekatan dengan pemuka-pemuka adat dan
kepala desa tentang pentingnya kesehatan. Disamping itu juga dilaksanakan
pengobatan frambusia secara massal agar mereka bisa sembuh dan dapat
beraktivitas kembali di ladang huma sebagai mata pencaharianya. Berkat
berhasilnya pendekatan itu kini warga Baduy bisa memanfaatkan akses pelayanan
kesehatan.
Setelah akhirnya mendapat pengobatan massal beberapa tahun terakhir oleh Dinas
Kesehatan setempat, warga suku Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten, sepanjang tahun 2011 sudah terbebas dari penyakit frambusia.
saat ini sudah tidak ditemukan lagi kasus penyakit frambusia di kawasan Baduy
Dalam tersebut.
Padahal awalnya masyarakat Baduy Dalam yang memiliki ciri khas berpakaian
putih-putih yang tersebar di Cikeusik, Cikartawarna dan Cibeo selalu menolak
modernisasi termasuk pengobatan. Namun, para petugas medis tidak kecil hati
melalui pendekatan dengan para tokoh adat dan setiap pekan petugas medis
berjalan kaki hingga puluhan kilometer mendatangi para penderita prambusia.
Kedatangan petugas untuk melakukan pengobatan dengan cara diberikan vaksin
agar tidak menularkan kepada warga lainya. Dengan pendekatan dan kesabaran
![Page 4: Tika Cantik](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/55cf9036550346703ba3f1f6/html5/thumbnails/4.jpg)
petugas medis dan akhirnya kini warga Baduy Dalam mau berobat untuk
menyembuhkan penyakit kulit tersebut.
Di Indonesia pada tahun 1990, 21 provinsi (waktu itu masih 31 provinsi) telah
melaporkan masih adanya penderita frambusia. Kemudian pada tahun 1997 hanya
enam provinsi yang melaporkan adanya frambusia dan pada saat krisis di tahun
1998 dan 1999 tidak ada laporan sama sekali dari semua provinsi. Tahun 2000
sampai dengan tahun 2004, 8-11 provinsi setiap tahun melaporkan adanya
frambusia. Pemerintah pada Pelita III (pertengahan pemerintahan Orde Baru)
menetapkan bahwa frambusia sudah harus dapat dieliminasi dengan sistem TCPS
(Treponematosis Control Project Simplified) dan “Crash Program
Pemberantasan Penyakit Frambusia (CP3F)”.
Namun, kenyataannya sampai saat ini frambusia masih ditemukan. Hal ini bisa
disebabkan oleh karena metode, organisasi, manajemen pemberantasan yang
kurang tepat dan pembiayaan yang kurang atau daerah tersebut selama ini tidak
tersentuh oleh pemerataan pembangunan. Paling tepat kalau dikatakan bahwa
masih adanya frambusia di suatu wilayah sebagai resultan dari upaya
pemberantasan yang kurang memadai dan tidak tersentuhnya daerah tersebut
dengan pembangunan sarana dan prasarana wilayah. Seperti yang terjadi di
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten khususnya warga Baduy Dalam. Kasus penyakit
tersebut terjadi karena orang Baduy jika mandi tidak menggunakan sabun,
sehingga mudah terserang penyakit kulit. Selain itu pakaian warga Baduy
digunakan hingga berhari-hari melekat dalam tubuhnya dan berpotensi tertular
kuman yang mengakibatkan gatal-gatal pada bagian kulit.
Tanda-tanda penyakit frambusia yaitu munculnya lesi primer pada kulit berupa
kutil (papiloma) pada muka dan anggota gerak, terutama kaki, lesi ini tidak sakit
dan bertahan sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Lesi kemudian
menyebar membentuk lesi yang khas berbentuk buah frambus (raspberry) dan
terjadi ulkus (luka terbuka). Stadium lanjut dari penyakit ini berakhir dengan
kerusakan kulit dan tulang di daerah yang terkena dan dapat menimbulkan
kecacatan 10-20 persen dari penderita yang tidak diobati akan cacat. Penyakit ini
bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan menyerang dan merusak kulit,
otot serta persendian sehingga menjadi cacat seumur hidup.
![Page 5: Tika Cantik](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082610/55cf9036550346703ba3f1f6/html5/thumbnails/5.jpg)
Frambusia dapat disembuhkan dengan pemberian pengobatan vinicilin dan kapsul
oral. Disamping itu, juga dilakukan penyuntikan jenis benzetin untuk membunuh
kuman-kuman pada bagian tubuhnya, karena penyakit tersebut berasal dari kuman
akibat rendahnya kesehatan lingkungan. Selama ini, penyakit frambusia tidak
menimbulkan kematian, namun tetap harus dicegah karena bisa menularkan
kepada orang lain.
Dengan bebasnya warga Baduy Dalam dari penyakit langka itu, para
petugas medis merasa bersyukur. Apalagi warga Baduy Dalam saat ini
mulai yakin dengan adanya pengobatan. Hal itu terlihat karena selain masalah
penyakit frambusia, penyakit yang lainpun dapat ditangani oleh para petugas. saat
ini warga Baduy Dalam dan Baduy Luar sudah mau memanfaatkan akses
pelayanan kesehatan dengan mendatangi petugas medis di Puskesmas dan rumah
sakit jika mereka sakit atau mengalami kecelakaan, seperti digigit ular berbisa dan
lain sebagainya. Kini, pihaknya telah menugaskan mantri dan bidan khusus untuk
melayani kesehatan dasar bagi warga Baduy. Petugas medis itu ternyata cukup
efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Baduy yang hingga kini
masih kuat memegang kepercayaan adat setempat.
Diposkan oleh AISYAHRESA :') di 09.43http://aisyahresya.blogspot.com/2012/12/suku-baduy-3.html17 maret 19;32