tht ske1 + dapus

9
a. Mengapa pasien mengeluh pusing? Pada telinga terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Alat keseimbangan berupa tiga kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis horizontal, inferior, dan superior yang berfungsi untuk membuat seseorang sadar akan posisi tubuh dalam suatu ruang. Apabila sistem ini terganggu makan akan timbul pusing atau vertigo (Herawati dan Rukmini, 2003) b. Mengapa k ambuh k etika t erjadi p ilek ? Faktor Utama terjadinya otitis Media Adalah tidak bias membukanya Tuba Eustachius hal ini menyebabkan tekanan negatif pada cavum timpani dan terjadi efusi cairan (Mansjoer, 2001) Rhinitis terjadi karena inflamasi pada cavum nasi dengan terbentuknya mucus yang berlebihan dan bisa menyebar sampai ke nasofaring (Mansjoer, 2001) Dengan begitu mucus tersebut dapat menutupi OPTAE sehingga tidak bisa membuka (Mansjoer, 2001). c. Mengapa dari telinga keluar cairan ( satu tahun yang lalu) dan telinga berdenging (sekarang)? Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang- tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi sehingga cairan dapat keluar dari liang telinga. (Kerschner, 2007).

Upload: mahardika-frityatama

Post on 15-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

a. Mengapa pasien mengeluh pusing?Pada telinga terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Alat keseimbangan berupa tiga kanalis semisirkularis, yaitu kanalis semisirkularis horizontal, inferior, dan superior yang berfungsi untuk membuat seseorang sadar akan posisi tubuh dalam suatu ruang. Apabila sistem ini terganggu makan akan timbul pusing atau vertigo (Herawati dan Rukmini, 2003)b. Mengapa kambuh ketika terjadi pilek ?

Faktor Utama terjadinya otitis Media Adalah tidak bias membukanya Tuba Eustachius hal ini menyebabkan tekanan negatif pada cavum timpani dan terjadi efusi cairan (Mansjoer, 2001)

Rhinitis terjadi karena inflamasi pada cavum nasi dengan terbentuknya mucus yang berlebihan dan bisa menyebar sampai ke nasofaring (Mansjoer, 2001)

Dengan begitu mucus tersebut dapat menutupi OPTAE sehingga tidak bisa membuka (Mansjoer, 2001).c. Mengapa dari telinga keluar cairan ( satu tahun yang lalu) dan telinga berdenging (sekarang)?Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang- tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi sehingga cairan dapat keluar dari liang telinga. (Kerschner, 2007).1. Apa perbedaan tanda dan gejala penyakit pasien sekarang dengan satu tahun lalu? Sekarang : telinga kanan keluar cairan kuning, kental, dan berbau busuk, telinga berdenging sehingga opendengaran terganggu, kepala pusing 1 tahun yang lalu : telinga kanan keluar cairan encer, jernih dan ada sedikit darah, riwayat kambuhan terjadi saat batuk pilek.Kemungkinan timbulnya perbedaan tanda dan gejala yang dialami pasien akibat penyakit yang diderita pasien telah mengalami tahap yang kronis. Telah dijelaskan bahwa pasien mengalami riwayat sering pilek disertai hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika terpapar debu. Ini bisa menjadi semacam penyebab awal timbulnya penyakit pada telinga pasien. jadi, awalnya pasien menderita infeksi didaerah hidung kemudian infeksi tersebut menyebar ke cavum timpani melalu tuba auditiva eustachius sehingga timbullah otitis media yang sifatnya masih akut. Seiring dengan perjalanan waktu dan seringnya pasien kambuh-kambuhan bila batuk pilek maka penyakit pasien berlanjut menjadi tahap kronis. Keluarnya cairan yang berbau busuk kemungkinan adalah kolesteatoma. Kolesteatoma yaitu suatu Krista epitel yang berisi deskuamasi epitel.2. Apa hubungan riwayat penyakit pasien saat remaja (pilek, dll) dengan penyakit sekarang? Pathogenesis otitis media dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri.(Kerschner, 2007)3. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk penyakit pada skenario tersebut?

a. Pemeriksaan audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitasDerajat ketulian nilai ambang pendengaranNormal : -10 dB sampai 26 dBTuli ringan : 27 dB sampai 40 dBTuli sedang : 41 dB sampai 55 dTuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dBTuli berat : 71 dB sampai 90 dBTuli total : lebih dari 90 dB.Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :1) Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB2) Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.3) Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.4) Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea para (Paparella, 1997)

b. Pemeriksaan bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp (Helmi, 2001) c. Pemeriksaan radiologi

1) Proyeksi SchullerMemperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen2) Proyeksi Mayer atau Owen, Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur3) Proyeksi StenverMemperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat4) Proyeksi Chause IIIMemberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom (Paparella, 1997) 4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan otoskopi dan rhinoskopi?

a. Otoskopi

1) Indikasi :

Pemeriksaan rutin pada telinga tengah dan luar

Untuk membantu diagnosis patologis

Untuk debridement cerumen dan pemngambilan corpus allienum

2) Kontraindikasi : tidak ada kontraindikasi khusus

(Medscape, 2012)

b. Rhinoskopi

1) Indikasi :

Hanya bila hasil evaluasi sistemik menunjukkan kalau oenyakit nasal adalah primary problem

Chronic nasal discharge yang tidak merespon dengan terapi sederhana

Epistaksis

Stertor

Evaluasi dan pemeriksaan cavum nasi, sinus paranasal, dan nasopharynx

Evaluasi septum nasi dan obstruksi jalan nafas

Skrining awal tumor

Pelaksanaan prosedur terapi (irigasi, kultur, balloon dilation)

Membuang darah dan jaringan parut pascaoperasi

2) Kontraindikasi :

Tidak ada kontraindikasi absolut, kontraindikasi relatif jika pasien tidak bis adiajak kerja sama

(Medscape, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn,E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit buku kedokteran. EGC.1999.FKUI. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73Herawati S, Rukmini S. 2003. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: EGC

Irawati, N., Kasekayan, E., Rusmono, N. 2007. Rinitis Alergi. Dalam: Soepardi, Efiaty A., Iskandar N., Bashiruddin, J., Restuti, Ratna D (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatn: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, pp:128-9

Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier, 2632-2646Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga JIlid Pertama. Jakarta : Media Aesculapius FK UIMescher, A.L. 2013. Junquieras Basic Histology Text and Atlas. Mc Graw Hill, Inc.

Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118