terorisme

15
TERORISME DAN HUBUNGANNYA DENGAN IDEOLOGI PANCASILA BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang. Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi Terorisme sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah mempersatukan dunia melawan Terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali I, tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan korban sipil terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Menyadari sedemikian besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh suatu tindak Terorisme, serta dampak yang dirasakan secara langsung oleh Indonesia sebagai akibat dari Tragedi Bom Bali I, merupakan kewajiban pemerintah untuk secepatnya mengusut tuntas Tindak Pidana Terorisme itu dengan memidana pelaku dan aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut. Hal ini menjadi prioritas utama dalam penegakan hukum. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsaIndonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan. Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan berbangsa dan bernegara yang

Upload: nicky-suwandhy

Post on 02-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERORISME

TERORISME DAN HUBUNGANNYA DENGAN  IDEOLOGI PANCASILA

BAB I

PENDAHULUAN

a.    Latar Belakang.

 Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama

sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat pada

tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000

korban.

Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh

negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi Terorisme

sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah mempersatukan dunia

melawan Terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali I,

tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan korban sipil terbesar

di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang.

Menyadari sedemikian besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh suatu tindak

Terorisme, serta dampak yang dirasakan secara langsung oleh Indonesia sebagai akibat dari

Tragedi Bom Bali I, merupakan kewajiban pemerintah untuk secepatnya mengusut tuntas

Tindak Pidana Terorisme itu dengan memidana pelaku dan aktor intelektual dibalik peristiwa

tersebut. Hal ini menjadi prioritas utama dalam penegakan hukum.

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan

pemersatu bangsaIndonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh

Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan

sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama,

bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu

sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan

berbangsa dan bernegara yang implementasinya mewajibkan semua manusia Indonesiaharus

ber-ketuhanan. Karena keberadaan Tuhan melingkupi semua wujud dan sifat dari alam

semesta ini, diharapkan manusia Indonesia dapat menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri,

dirinya dengan manusia-manusia lain di sekitarnya, dirinya dengan alam, dan dirinya

dengan Tuhan. Keselarasan ini menjadi tanda dari mausia yang telah

meningkat kesadarannya dari kesadaran rendah menjadi kesadaran manusia yangmanusiawi.

Pancasila, dalam konteks masyarakat bangsa yang plural dan dengan wilayah yang

luas, harus dijabarkan untuk menjadi ideologi kebangsaan yang menjadi kerangka berpikir

(the main of idea), kerangka bertindak (the main of action), dan dasar hukum (basic law) bagi

Page 2: TERORISME

segenap elemen bangsa. Namun, dalam kerangka pluralitas dan multikulturalisme tidak

dinafikan dan dihalangi hidupnya ideologi kelompok yang sifatnya lebih terbatas selama

tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, ideologi

kelompok keagamaan (ormas), partai politik, dan etnonasionalisme kesukuan tetap dibiarkan

hidup sebagai khasanah kekayaan bangsa dalam payung ideologi besar Pancasila. Hal ini,

dimaksudkan untuk menghindari pemaksaan danmonopoli ideologi serta penafsiran tunggal.

Pada hakikatnya, Pancasila juga terbuka pada pemikiran ideologi lainnya. Kecuali terhadap

ideologi Komunisme yang nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila harus tetap dilarang

dan tidak boleh hidup di bumi Indonesia.

Artinya Pancasila menjadi jimat yang ampuh bagi rejim dalam mengambil segala

bentuk keputusan, rakyat diharuskan tunduk pada legitimasi yang digunakan dengan melalui

pengatasnamaan Pancasila, inilah di kemudian waktu menjadi permasalahan yang rumit.

b.    Tujuan

Di samping untuk memenuhi tugas perkuliahan, makalah ini juga bertujuan sebagai

sarana untuk belajar dalam menuangkan pemikiran penulis, dengan ditunjang dengan

beberapa referensi – referensi yang relevan dengan permasalahan terorisme. Penulis berharap

makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi dan tambahan wawasan/ pengetahuan bagi

pembaca mengenai hal-hal yang berkenaan dengan upaya meminimalisir aksi terorisme

dengan melalui Pancasila.

c.    Permasalahan

Melihat kenyataan dan akibat yang ditimbulkan oleh terorisme, dapat diambil

beberapa pokok permasalahan yang akan penulis coba bahas antara lain :

a.       Apakah yang dimaksud dengan terorisme dan teroris dan apakah yang

melatarbelakangi terjadinya aksi terorisme tersebut?

b.      Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi dan apa fungsinya?

c.       Mengapa masih ada tindakan terorisme di Indonesia, padahal ada pancasila sebagai landasan

ideologi bangsa?

d.      Bagaimana cara penyelesaian yang tepat untuk memberantas terorisme?

Page 3: TERORISME

BAB II

PEMBAHASAN

1.                     Terorisme.

Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan

kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala

lebih kecil daripada perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari Perancis pada abad

18. Kata Terorisme yang artinya dalam keadaan teror ( under the terror ), berasal dari bahasa

latin ”terrere”yang berarti gemetaran dan ”detererre” yang berarti takut.

Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari

sengketa teritorial atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan

terhadap publik. Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering

digunakan untuk mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk istilah

kekerasan yang dilakukan oleh pihak musuh, dari sudut pandang yang diserang. Polarisasi

tersebut terbentuk dikarenakan ada relativitas makna terorisme yang mana menurut Wiliam D

Purdue ( 1989 ), the use word terorism is one method of delegitimation often use by side that

has the military advantage.

Sedangkan teroris merupakan individu yang secara personal terlibat dalam aksi

terorisme. Penggunaan istilah teroris meluas dari warga yang tidak puas sampai pada non

komformis politik.

Aksi terorisme dapat dilakukan oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai

alternatif dari pernyataan perang secara terbuka. Negara yang mendukung kekerasan terhadap

penduduk sipil menggunakn istilah positif untuk kombatan mereka, misalnya antara lain

paramiliter, pejuang kebebasan atau patriot. Kekerasan yang dilakukan oleh kombatan

negara, bagaimanapun lebih diterima daripada yang dilakukan oleh ” teroris ” yang mana

tidak mematuhi hukum perang dan karenanya tidak dapat dibenarkan melakukan kekerasan.

Negara yang terlibat dalam peperangan juga sering melakukan kekerasan terhadap penduduk

sipil dan tidak diberi label sebagai teroris. Meski kemudian muncul istilah State Terorism,

namun mayoritas membedakan antara kekerasan yang dilakukan oleh negara dengan

terorisme, hanyalah sebatas bahwa aksi terorisme dilakukan secara acak, tidak mengenal

kompromi , korban bisa saja militer atau sipil , pria, wanita, tua, muda bahkan anak-anak,

kaya miskin, siapapun dapat diserang.

Kebanyakan dari definisi terorisme yang ada menjelaskan empat macam kriteria,

antara lain target, tujuan, motivasi dan legitmasi dari aksi terorisme tersebut. Pada Bulan

November 2004 , Panel PBB mendifinisikan terorisme sebagai :

Page 4: TERORISME

” Any action intended to cause death or serious bodily harm to civilians, non combatans,

when the purpose of such act by is nature or context, is to intimidate a population or compel a

government or international organization to do or to abstain from doing any act”

Yang dalam terjemahan bebasnya adalah: segala aksi yang dilakukan untuk

menyebabkan kematian atau kerusakan tubuh yag serius bagi para penduduk sipil, non

kombatan dimana tujuan dari aksi tersebut berdasarkan konteksnya adalah untuk

mengintimidasi suatu populasi atau memaksa pemerintah atau organisasi internasional untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Dapat dikatakan secara sederhana bahwa aksi-aksi terorisme dilatarbelakangi oleh

motif – motif tertentu seperti motif perang suci, motif ekonomi, motif balas dendam dan

motif-motif berdasarkan aliaran kepercayaan tertentu. Namun patut disadari bahwa terorisme

bukan suatu ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran agama. Ia sekedar strategi ,

instrumen atau alat untuk mencapai tujuan . Dengan kata lain tidak ada terorisme untuk

terorisme, kecuali mungkin karena motif-motif kegilaan (madness).

2.                     Pancasila sebagai Ideologi.

Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep,

pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang

berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat di artikan sebagai cita-cita, yaitu

cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Cita-cita ini pada

hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya. Logos

berarti ilmu. secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide ( the science of

ideas), atau ajaran-ajaran tentang pengertian dasar.

Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai

berikut:

1)             bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku manusia.

Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan dengan tertib sosial

dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah atau mempertahankan tertib sosial dan

politik yang bersangkutan.

2)             Bahwa ideologi, di samping mengemukakan program juga menyertakan strategi guna

merealisasikannya.

3)             Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat mempersatukan

manusia, kelompok, atau masyarakat yang selanjutnya diarahkan pada terwujudnya

partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.

4)             Bahwa yang bisa mengubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran itu

dalam berbagai lembaga politik dan kemasyarakatan.

Page 5: TERORISME

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga merupakan

ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti bahwa pancasila merupakan gagasan dasar

yang berkenaan dengan kehidupan negara. Sebagaimana setiap ideologi memiliki konsep

mengenai wujud masyarakat yang dicita-citakan, begitu juga dengan ideologi pancasila.

Masyarakat yang dicita-citakan dalam ideologi pancasila adalah masyarakat yang dijiwai dan

mencerminkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu masyarakat yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta bertoleransi, menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan, masyarakat yang bertsatu dalam suasana perbedaan, berkedaulatan rakyat

dengan mengutamakan musyawarah, serta masyarakat yang berkeadilan sosial. Hal itu berarti

bahwa pancasila bukan hanya sesuatu yang bersifat statais melandasi berdirinya negara

Indonesia, akan tetapi Pancasila juga membawakan gambaran mengenai wujud masyarakat

tertentu yang diinginkan serta prinsip-prinsip dasar yang harus diperjuangkan untuk

mewujudkannya.

Pancasila sebagai ideologi membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari realitas

sosio budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu ideologi Pancasila membawakan kekhasan

tertentu yang membedakannya dengan ideologi lain. Kekhasan itu adalah keyakinan akan

adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang membawa konsekuensi keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian juga penghargaan akan harkat dan martabat

kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia dengan

memperhatikan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kekhususan yang lain

adalah bahwa ideologi Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan

terwujudnya persatuan bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan.

Berikutnya adalah kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang didasarkan pada prinsip

demokrasi dengan penentuan keputusan bersama yang diupayakan sejauh mungkin melalui

musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Satu hal lagi yaitu keinginan untuk mewujudkan

keadilan dalam kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia.

Kalau setiap ideologi mendasarkan diri pada sistem filsafat tertentu yang berisi

pandangan mengenai apa dan siapa manusia, kebebasan pribadi serta keselarasan hidup

bermasyarakat; ideologi Pancasila mendasarkan diri pada sistem pemikiran filsafat Pancasila,

yang di dalamnya juga mengandung pemikiran mendasar mengenai hal tersebut.

Pancasila sebagai ideologi memiliki fungsi sebagai berikut:

1.        Memberikan struktur kognitif keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan

untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian dalam alam sekitarnya.

2.        Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan

bertindak.

3.        Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.

Page 6: TERORISME

4.        Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami dan menghayati serta

memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma yang terkandung di

dalamnya.

3.                     Hubungan antara Terorisme dan Ideologi Pancasila.

Keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menjadi filter bagi

masuknya berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil, apa sebabnya?

Keberhasilan membuat perangkat hukum yang baik belum tentu memberikan

dampak positif dalam mewujudkan maksud dan tujuan hukum. Sebagus apapun produk

hukum formal yang ada tidak akan ada artinya tanpa disertai penerapan yang

baik. Ironisnya, Indonesia dipandang sebagai negara yang pandai membuat perangkat hukum

namun masih lemah penerapannya. Hal ini jika dibiarkan akan mempengaruhi tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.

Mengapa terorisme masih tetap berlanjut di Indonesia, padahal Indonesia memiliki

Pancasila sebagai ideologi? kehadiran terorisme seakan menggerus ideologi Pancasila yang

selama ini dijadikan landasan hidup bagi masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan

bernegara.

Sumber pokok kesalahan tidak terletak pada Pancasila. Tak ada yang salah dengan

Pancasila karena isi Pancasila tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada. Kesalahan yang

sesungguhnya terletak pada penerapan Pancasila sebagai ideologi. Hal itu terjadi karena

banyaknya orang Indonesia tidak dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan benar.

Terlebih para teroris, mereka adalah orang-orang yang tidak konsisten dalam melaksanakan

isi Pancasila. Mereka mengerti dan memahami Pancasila namun tidak menerapkannya dalam

kehidupan mereka.

Pertanyaan muncul dibenak kita: kenapa segelintir bangsa Indonesia menjadi “rusak”

sehingga kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang pernah muncul dengan nama

harum di dunia, antara lain sebagai pemersatu Negara-Negara dunia ke-tiga, penggagas

Konfrensi Asia-Afrika, duta perdamaian dan banyak lagi contoh yang lain. Bahkan sekarang

julukan yang tidak enak didengar mampir ditelinga kita, sebagai Negara sarang teroris.

Terorisme di Indonesia muncul di saat yang sama dengan dekade, di mana bangsa ini

melupakan Pancasila.  Tidak pernah lagi Pancasila benar-benar dihayati dan diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Padahal para pendiri NKRI sejak awal menyatakan bahwa

penyelamat,  pemersatu, dan dasar Negara kita adalah Pancasila.

Bung Karno tegas-tegas berkata: “Bila bangsa Indonesia melupakan Pancasila, tidak

melaksanakan dan mengamalkannya maka bangsa ini akan hancur berkeping-keping” juga

Page 7: TERORISME

dinyatakan bahwa barang siapa, atau kelompok manapun yang hendak menentang atau

membelokkan Pancasila, niscaya akan binasa.

Tapi itulah yang terjadi sekarang. Pancasila hanya diucapkan dibibir saja. Diajarkan

di sekolah-sekolah hanya sebagai suatu pengetahuan. Sebagai sebuah sejarah, bahwa dahulu

Bung Karno pernah mendengung-dengungkan Pancasila sebagai dasar Negara. Para siswa

hafal dengan urutan sila-sila dari Pancasila, tetapi tidak paham artinya, filosofinya, dan

hakekat manfaatannya bagi kehidupan berbangsa dan bertanah air satu, NKRI.

Terorisme di Indonesia tumbuh subur karena didukung oleh perilaku sebagian

masyarakat yang bertentangan dengan filosofi Pancasila. Setiap sila telah diselewengkan:

Ketuhanan Yang Maha Esa yang memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memeluk

agama menurut keyakinan dan kepercayaannya, telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran

salah yang hanya mengistimewakan agama tertentu saja.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berupa penghargaan akan harkat dan martabat

kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia diabaikan.

Ideologi Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan

terwujudnya persatuan bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau

golongan. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan, kini tercabik-cabik ditarik ke sana kemari demi kepentingan politik praktis.

Dan terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tinggal slogan kosong

karena adanya jurang pemisah yang amat dalam antara si-kaya dan si-miskin, yang

menimbulkan kecemburuan sosial.

Namun sebagai sebuah bangsa yang besar, kita wajib menyadari bahaya ini. Jika

dibiarkan, tak ayal bangsa Indonesia akan terpecah-pecah dan akhirnya musnah. Belum

terlambat benar untuk berbenah. Kembali pada kekeramatan Pancasila.

Selanjutnya, bagaimana cara menghapuskan terorisme dari bumi Indonesia? Hal ini

nampaknya sulit untuk dilakukan karena masyarakat Indonesia belum satu hati menyikapi

terorisme. Masih ada sebagian kecil kelompok masyarakat tertentu yang justru membela dan

melindungi terorisme dengan opini-opini yang menyesatkan. Padahal, semua negara di

belahan bumi mana pun sudah mendeklarasikan bahwa terorisme adalah musuh bersama.

Dari aspek kualitas ancaman, terorisme berpotensi merusak segala-galanya, mulai

dari jiwa manusia (korban maupun pelaku), otak dan nurani (pelaku), bangunan fisik serta

bangunan ideologi bangsa kita. Mereka bekerja sangat rahasia dan radikal, dengan menolak

sebagian besar premis yang melandasi lembaga-lembaga yang sudah ada dalam masyarakat.

Bahkan pemerintah pun dianggap sebagai pemasung rakyat. Karena itu terorisme

digolongkan ke dalam jenis kejahatan luar biasa.

4.                     Cara Penyelesaian yang Tepat untuk Memberantas Terorisme

Page 8: TERORISME

Berikut ini penulis mencoba memberikan gambaran umum tentang penyelesaian

yang tepat untuk memberantas terorisme di Indonesia:

a.                      Revitalisasi Pancasila

Akar permasalahan dari terorisme adalah benturan filsafat universal yang saling

bertolak belakang dan Pancasila dapat digunakan sebagai sarana terapi atas kondisi

masyarakat Indonesia saat ini. Revitalisasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat

dibutuhkan untuk menyatukan bangsa sekaligus membendung masuknya ideologi

transnasional ke benak masyarakat Indonesia. Penerapan pancasila secara tepat dan

bertanggungjawab harus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Dengan demikian ancaman dari

luar maupun dari dalam negeri bisa dibendung dan diatasi bersama dengan persatuan dan

kesatuan Indonesia untuk kepentingan bersama.

Dalam terorisme, membela ideologi adalah lebih utama daripada membela faktor

kepentingan. Dengan mengutamakan ideologi, seseorang bisa dengan rela melakukan bunuh

diri, jika hanya mengandalkan faktor kepentingan, maka hal itu sangat tidak mungkin terjadi.

Bangsa Indonesia harus memiliki ideologi sendiri yaitu Pancasila yang benar-benar

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Dengan demikian, ideologi Pancasila

dapat menjadi tameng untu melawan terorisme. Jika tidak, maka terorisme itu akan selalu

ada. Seluruh elemen masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan karena

bentuk terorisme juga semakin berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban dan

teknologi, sehingga akan semakin mematikan. Semula, senjata yang digunakan adalah pistol,

tetapi kemudian berkembang menjadi bom dan tidak menutup kemungkinan akan

menggunakan nuklir apabila semuanya sudah serba nuklir.

Terorisme juga akan memiliki bentuk-bentuk lain yang lebih canggih dan berbahaya

seperti eco-terorism (terorisme terhadap lingkungan), bio-terorism, dan juga cyber-terorism.

Operasional teroris juga sudah menggunakan teknologi informasi, jika tidak ada informan

yang paham mengenai teknologi informasi, maka yang jelas aparat akan tertinggal.

Selain revitalisasi juga diperlukan reaktualisasi dan rejuvenasi nilai-nilai Pancasila

karena fenomena terorisme yang terjadi di Indonesiadisebabkan oleh ketidakfahaman

seseorang atas nilai-nilai kebenaran.

Dengan memperkuat kembali dan merevitalisasi ideologi serta filosofi pemersatu

bangsa. Pancasila bisa menjadi filter terhadap nilai dan filosofi yang tidak sesuai dengan

kultur serta identitas bangsa Indonesia. Dengan demikian, segala hal yang tidak sesuai dan

berlawanan dengan Pancasila, termasuk terorisme, dapat dicegah dan dimusnahkan.

b.                     Pendekatan Sosio-Kultural sebagai alternatif penyelesaian.

Memerangi terorisme tidaklah cukup dan tidak akan pernah berhasil hanya dengan

menindak pelaku teror dan peledakan bom dengan kekerasan. Kita melihat bagaimana

Page 9: TERORISME

Amerika Serikat dan sekutunya dalam menjalankan kampanye ”Perang Terhadap Terorisme”.

Justru kampanye tersebut telah menimbulkan masalah tersendiri yang telah memakan korban

warga negara mereka itu sendiri dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menindak

para pelaku terror Para pelaku teror tersebut akan terus meningkatkan perlawanannya seiring

semakin hebatnya USA dan sekutunya untuk memerangi pelaku teroris.

Fakta telah menunjukkan bahwa membunuh pelaku teror, mengisolasinya dan

memenjarakan para pemimpin organisasi teroris tidak mampu menghentikan tindakan

terorisme dalam waktu lama. Seperti yang terjadi di Indonesia sendiri, evakuasi terhadap

pelaku bom Bali dengan cara penembakan secara membabi buta, dikecam oleh barbagai

pihak dan dianggap sebagai hukuman yang tidak manusiawi. Bahkan, para keluarga dan

kerabat jelas-jelas memprotes prosesi tersebut. Dikhawatirkan dari pihak tertentu akan timbul

dendam untuk membalas dan memunculkan suatu tindakan terorisme baru yang mungkin

lebih parah dari yang sebelumnya.

Di Indonesia, munculnya tindakan terorisme menandakan adanya yang salah dalam

sistem sosial, politik dan ekonomi. Para pelaku teroris menjadi sedemikian radikal

disebabkan mereka merasa termarginalisasi dan terasing dari kehidupan sosial, politik dan

ekonomi masyarakat. Keterasingan tersebut pada umumnya bersifat struktural yang

termanifestasi dalam kebijakan pemerintah yang kurang akomodatif atau merugikan dalam

waktu panjang. Hal ini akan mengakibatkan perasaaan tidak puas dan benci pada pemerintah

dan kelompok masyarakat tertentu seperti orang kaya, penguasa dan orang asing yang

dianggap telah melangkahi kepentingan mereka. Namun upaya untuk mengatasi rasa

keterasingan tersebut secara normal mengalami hambatan karena tidak ada ruang bagi

mereka untuk berpartisipasi dan menyalurkan harapan serta kepentingan mereka sehingga

timbullah aksi radikal seperti terorisme.

Amatlah penting untuk menerapkan cara-cara lain yang lebih persuasif dan

akomodatif terhadap kepentingan terhadap kelompok yang berpotensi melakukan tindakan

terorisme Misalnya dengan menerapkan kebijakan yang lebih sensitif terhadap kepentingan

berbagai kelompok yang merasa termarginalisasi atau dirugikan dengan berbagai kebijakan

yang telah diterapkan selama ini. Termasuk kemungkinan penerapan tindakan yang bersifat

dan mengandung unsur konsesi dan rekonsiliasi antara pemerintah dan masyarakat serta

unsur-unsur dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga memperkecil pilihan penggunaan

kekerasan untuk mencapai tujuannya.

Selain itu pula dalam rangka mengeliminir perekrutan pelaku terorisme pemerintah dapat

bersinergi dengan para tokoh setiap agama yang ada di Indonesia untuk melepaskan label

atau stigma dari suatu kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya yang dicurigai sebagai

pelaku terorisme. Sehingga perlunya lebih merekatkan kerjasama di dalam kelompok

masyarakatIndonesia dan menjalin komunikasi untuk menyamakan persamaan pandangan

Page 10: TERORISME

dari dalam seluruh kelompok masyarakat bahwa terorisme bukanlah nilai/ajaran suatu

kelompok tertentu.

BAB III

PENUTUP

1.                     Kesimpulan dan Saran

Terorisme timbul dengan dilatar belakangi berbagai sebab dan motif. Namun patut

kita sadari bahwa terorisme bukan merupakan ideologi atau nilai-nilai tertentu dalam ajaran

agama. Terorisme merupakan strategi, instrumen, dan atau alat mencapai tujuan.

Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menjadi filter bagi masuknya

berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil. Hal itu dikarenakan

kurangnyapenerapan nilai-nilai dalam Pancasila.

Dengan memperkuat kembali dan merevitalisasi ideologi serta filosofi pemersatu

bangsa. Pancasila bisa menjadi filter terhadap nilai dan filosofi yang tidak sesuai dengan

kultur serta identitas bangsa Indonesia, termasuk menjadi filter terhadap terorisme.

Wewenang yang terlalu luas bagi aparat untuk memberantas terorisme tanpa disertai

tanggungjawab dalam pelaksanaannya akan mengakibatkan suatu terorisme baru yang

dilakukan terhadap negara terhadap warga negaranya atau State Terorism. Hal inilah yang

Page 11: TERORISME

ditakutkan oleh para ahli hukum pidana. Untuk itu pemerintah perlu memikirkan pendekatan

yang tidak legalis represif terhadap terorisme salah satunya antara lain memikirkan

kemungkinan rekonsialisasi dan terbukanya komunikasi intensif antara pemerintah-

masyarakat dan unsur-unsur di dalam masyarakat itu sendiri.

Patut disadari bahwa terorisme merupakan rangkaian tindakan yang kompleks, maka

pada dasarnya pengaturan anti terorisme tidak akan memadai jika hanya dilakukan dalam satu

undang-undang. Selain itu sudah sepatutnya aparat penegak hukum mengefektifkan ketentuan

hukum yang sudah ada dan terpancar dalam berbagai undang-undang, dengan cara

mengintegrasikan kedalam kerangka hukum yang komprehensif.

2.                     Penutup

Demikian Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna

maka penulis meminta koreksi dan kritik yang membangun dari para dosen dan pembaca

demi lebih baiknya makalah ini di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Sugito, A.T. dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Semarang: UNNES Press.

2.      www.google.com

3.      www.kompas.com

4.      http://en.wikipedia.org/wiki/terrorism

5.      http ://en.wikipedia.org/wiki/definitions_of_terorism