term of reference pagelaran wayang

4
TERM OF REFERENCE KOMUNITAS KEBANGSAAN mempersembahkan : PAGELARAN SENI BUDAYA RAKYAT “WAYANG KAMPUNG SEBELAH” Seni budaya tradisi, hari ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat. Surutnya minat masyarakat tersebut diakibatkan oleh gagalnya proses regenerasi seni budaya tradisi dan munculnya penetrasi budaya asing yang cenderung tidak memperhatikan itikadnya untuk bersanding dengan kebudayaan lokal dan nasional. Runtuhnya karekter dan jati diri bangsa mengiringi runtuhnya nilai seni budaya tradisi. Televisi sebagai wadah sosial baru masyarakat dalam menginternalisasi diri, memberikan sebuah realitas sosial yang jauh dari aktivitas mendukung berkembangnya seni budaya tradisi bangsa. Menurut Peter L. Berger, masyarakat merupakan fenomena dialektis dalam pengertian bahwa masyarakat adalah suatu produk manusia yang akan selalu memberi tindak balik kepada produsennya. Masyarakat tidak memiliki bentuk lain kecuali untuk yang diberikan padanya oleh aktivitas dan kesadaran manusia. Setiap masyarakat manusia adalah suatu usaha pembangunan dunia. Proses dialektik fundamental dari masyarakat terdiri dari tiga momentum atau langkah yaitu eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi (Poloma, 2000 : 302).

Upload: rangga-bisma

Post on 24-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Petunjuk pelaksanaan

TRANSCRIPT

Page 1: Term of Reference Pagelaran Wayang

TERM OF REFERENCE

KOMUNITAS KEBANGSAANmempersembahkan :

PAGELARAN SENI BUDAYA RAKYAT

“WAYANG KAMPUNG SEBELAH”

Seni budaya tradisi, hari ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat. Surutnya

minat masyarakat tersebut diakibatkan oleh gagalnya proses regenerasi seni budaya

tradisi dan munculnya penetrasi budaya asing yang cenderung tidak memperhatikan

itikadnya untuk bersanding dengan kebudayaan lokal dan nasional. Runtuhnya karekter

dan jati diri bangsa mengiringi runtuhnya nilai seni budaya tradisi.

Televisi sebagai wadah sosial baru masyarakat dalam menginternalisasi diri,

memberikan sebuah realitas sosial yang jauh dari aktivitas mendukung berkembangnya

seni budaya tradisi bangsa. Menurut Peter L. Berger, masyarakat merupakan fenomena

dialektis dalam pengertian bahwa masyarakat adalah suatu produk manusia yang akan

selalu memberi tindak balik kepada produsennya. Masyarakat tidak memiliki bentuk lain

kecuali untuk yang diberikan padanya oleh aktivitas dan kesadaran manusia. Setiap

masyarakat manusia adalah suatu usaha pembangunan dunia. Proses dialektik

fundamental dari masyarakat terdiri dari tiga momentum atau langkah yaitu eksternalisasi,

obyektivasi dan internalisasi (Poloma, 2000 : 302).

Eksternalisasi, adalah suatu pencurahan kedirian manusia secara terus menerus ke

dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Objektivasi adalah

disandangnya produk-produk aktifitas itu (baik fisik maupun mental), suatu realitas yang

berhadapan dengan para produsennya semula, dalam bentuk suatu kefaktaan (faktisitas)

yang eksternal terhadap dan lain dari produsen itu sendiri. Internalisasi adalah peresapan

kembali ralitas tersebut oleh manusia, dan mentransformasikannya sekali lagi dari

struktur-struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif. Melalui

internalisasi, maka manusia merupakan produk masyarakat (Poloma, 2000 : 303-304).

Problematika lunturnya karakter dan jati diri bangsa adalah lemahnya posisi tawar

seni budaya tradisi dalam proses internalisasi masyarakat. Dalam seni budaya tradisi

Page 2: Term of Reference Pagelaran Wayang

terdapat nilai historis yang bilamana kita dapat menginternalisasikannya, maka tak ubah

Bangsa Indonesia akan berubah menjadi bangsa yang dijunjung tinggi di Mata

Internasional. Ketika kita melupakan sejarah sebagai dasar berdirinya negara kita, maka

negara seakan tidak memiliki fondasi dan konstruksi yang tepat dalam membangun NKRI.

Amerika dengan amerikanisasinya dan Korea dengan K-POP-nya telah menjadi

bukti bagi peradaban sebuah negara dimulai dari internalisasi seni budaya. Ketika negara

sudah tuntas dengan fondasi dan konstruksinya, maka proses internalisasi sebuah cita-cita

akan sangat mudah terwujud. Bagaimana dengan Indonesia? Banyak yang mengakui,

bahwa Indonesia adalah gudangnya Warisan Budaya Dunia, termasuk UNESCO. Akan tetapi

kenyataannya Indonesia belum bisa memposisikan diri sebagai sebuah kekuatan

Internasional yang mampu menempatkan diri sebagai penjaga ketertiban dunia. Padahal

secara kependudukan Indonesia berada pada posisi kelima dunia, secara sumber daya alam

Indonesia sangat kaya, dan keaneka ragaman budaya serta hayati Indonesia tidak ada

duanya di muka bumi ini.

Lemahnya posisi Indonesia tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh lemahnya

proses Internalisasi Masyarakat dalam menyerap seni budaya tradisi yang harusnya

mampu memunculkan jati diri dan karakter sebuah bangsa dan telah termaktub dalam

Dasar Negara kita, Pancasila. Padahal Fouding Father kita, Soekarno, telah menyebutkan

adigium JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah) pada tahun 17 Agustus

1966, dengan harapan instrumen sejarah bangsa adalah sebuah bagian dari masa depan

bangsa itu sendiri. Bilamana Sejarah hilang karena masyarakat banyak yang telah

meninggalkan sejarah tersebut, maka niscaya masa depan sebuah bangsa juga akan

dipertanyakan. Dalam hal ini kami mencoba untuk mengingatkan jika Seni Budaya Tradisi

juga merupakan sebuah bagian dari sejarah, maka dari itu jika bangsa kita sudah

meninggalkan seni budaya tradisi, maka niscaya sejarah tersebut juga akan ditinggalkan

begitu saja.

Untuk itulah, dalam posisi memperkuat nilai seni budaya tradisi yang semakin hari

ditinggalkan oleh masyarakat, Komunitas Kebangsaan bermaksud menggelar kesenian

Wayang Kampung Sebelah. Besar harapkan kami dapat mengembalikan Jati Diri dan

Karakter Bangsa sebagai identitas bagi seni budaya tradisi Indonesia melalui media diskusi

dan pertunjukan. Wayang merupakan salah satu aset Seni Budaya Tradisi yang mulai

Page 3: Term of Reference Pagelaran Wayang

dipinggirkan oleh masyarakat. Munculnya Wayang Kampung Sebelah di Indonesia,

khususnya di Jawa Timur, diharapkan mampu menginternalisasi masyarakat akan

pentingnya tradisi bagi tumbuh kembangnya sebuah bangsa. Terlebih lagi wayang

kampung sebelah merupakan sebuah pertunjukan yang mengiovasikan seni budaya tradisi

dengan menggabungkan antara konsep Tradisional dan konsep Modern, sehingga wajar

kita harapan kami dalam menumbuhkan semangat kebangsaan terhadap masyarakat dapat

segera terwujud.