term of reference (tor)bvetlampung.ditjenpkh.pertanian.go.id/.../surveilans-penyakit-endemik... ·...

24
TERM OF REFERENCE (TOR) SURVEILANCE DAN MONITORING PENYAKIT ENDEMIK DAN ZOONOTIK HEWAN BESAR DI BALAI VETERINER LAMPUNG TAHUN 2020 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • TERM OF REFERENCE

    (TOR)

    SURVEILANCE DAN MONITORING PENYAKIT ENDEMIK DAN

    ZOONOTIK HEWAN BESAR

    DI BALAI VETERINER LAMPUNG

    TAHUN 2020

    KEMENTERIAN PERTANIAN

    DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

    BALAI VETERINER LAMPUNG

    2020

  • TERM OF REFFERENCE (TOR)

    SURVEILANS DAN MONITORING PENYAKIT ENDEMIK DAN ZOONOTIK HEWAN BESAR

    TAHUN ANGGARAN 2018

    SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Penyakit endemis adalah penyakit pada suatu populasi jika infeksi

    tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya

    pengaruh dari luar. Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik

    bila setiap hewan yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya

    kepada tepat satu hewan lain (secara rata-rata). Penyakit endemik

    sering diartikan sebagai suatu penyakit yang telah ditemukan terjadi

    pada suatu daerah.

    Septicemia Epizootica adalah penyakit pasteurellosis yang

    disebabkan oleh serotype Pasteurella multocida, hewan yang peka

    terhadap penyakit ini adalah sapi dan kerbau, SE pernah juga

    dilaporkan pada Bison, Kuda , Kambing dan Gajah. Tingkat kejadian

    penyakit SE sangat tinggi didaerah Asia dan Afrika terutama pada

    saat musim hujan.

    B. TUJUAN

    Tujuan :

    Studi ini bertujuan untuk mengetahui estimasi seroprevalensi SE

  • BAB II MATERI DAN METODE

    A. PENENTUAN LOKASI

    Adanya kasus positif Pasteurella Multocida di tahun 2013 menjadikan

    upaya pembebasan wilayah Lampung untuk di tunda. Pelaksanaan

    surveilans yang dilakukan di tahun ini adalah Risk Based Surveilans

    (Surveilans Berbasis Resiko). Daerah yang dinyatakan memilki status

    Endemik SE diantaranya Lampung (Tulang Bawang, Tulang Bawang

    Barat, Way Kanan, Lampung Selatan, Lampung Timur), Sumatera

    Selatan (Ogan Komering Ilir, Musi Banyu Asin, Banyu Asin) dan

    Bengkulu (Bengkulu Utara Kec. Putri Hijau, Kaur Kec.Kinal, Bengkulu

    Selatan kota manna, Muko-Muko).

    Penentuan lokasi surveillans didasarkan pada arah atau tujuan

    pelaksanaan kegiatan, dimana untuk kegiatan tahun 2018 tipe

    surveillans ini yaitu untuk menentukan angka prevalensi di daerah yang

    memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian Septichaemia epizootica

    (SE).

    Metoda uji

    Uji akan dilakukan secara 2 tahap yaitu :

    1. Screening test

    Seluruh serum yang dikoleksi akan diuji dengan ELISA.

    2. Diagnostik test

    Sapi yang menunjukkan seropositif dan diikuti dengan gejala klinis

    maka akan dilanjutkan dengan uji kultur

    B. ANALISA DATA

    Data yang akan diolah adalah: data primer, sekunder dan hasil uji

    laboratorium. Data akan diolah sesuai kaidah epidemiologi dan

    dituangkan dalam bentuk geografis penyakit yang disajikan dalam

    bentuk data/ grafik

  • C. PENGUMPULAN DATA

    Data dasar yang harus dikumpulkan adalah data epidemiologi tentang

    populasi, data desa dan data kecamatan sebagai unit epidemiologi.

  • BAB III

    RENCANA KEGIATAN

    A. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

    Pelaksanaan kegiatan direncanakan selama satu tahun sejak dari

    bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2018 yang diuraikan

    sebagai berikut:

    Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring SE Tahun 2020

    J AN P E B MAR AP R ME I J UN J UL AG S S E P OK T NOP DE S

    A

    1 P enyus unan R encana K erja

    2 P embuatran K uis ioner

    3 K oordinas i wilayah

    4 P enentuan lokas i target

    B

    1 P engadaan B ahan & Alat

    2 P erekaman data primer

    3 P engis ian kuis ioner

    4 S ampling L ampung

    5 S ampling B engkulu

    6 S ampling S um -S el

    7 S ampling B a - B el

    8 Uji L aboratorium

    9 Analis a data

    C MONE V

    1 E valuas i

    2 L aporan B ulanan

    3 L aporan S emes ter

    4 L aporan T ahunan

    P E L AK S ANAAN

    NO UR AIAN K E G IATANB UL AN

    P E R S IAPAN

  • Q FEVER

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Demam Query atau Q fever adalah salah satu penyakit zoonosa penting

    yang dapat ditularkan melalui pangan. Coxiella burnetii sebagai agen

    (ANNYTHA, 2008). Coxiella burnetii sebuah bakteri gram negatif

    intraseluler obligat. C. burnetti bersifat sangat kontagius, dalam jumlah

    sedikit sudah mampu menyebabkan sakit, mempunyai daya tahan yang

    tinggi terhadap alam dalam waktu lama, tahan terhadap beberapa bahan

    kimia pembasmi bakteri dan radiasi sinar ultra violet. Yang paling sering

    dilaporkan di Perancis selatan dan Australia, demam Q terjadi di seluruh

    dunia kecuali di Selandia Baru (Kelley Struble, 2012).

    Penularan Q fever terjadi secara langsung dan tidak langsung dari hewan

    yang terinfeksi. Penularan Q fever dapat terjadi melalui kontak langsung,

    partikel debu, bahan makanan asal hewan, luka yang terkontaminasi,

    cairan amnion, plasenta, selaput lender, tinja dan urin dari hewan yang

    terinfeksi C. burnetti (Suryatman Wahyudi, 2009).

    B. MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud dan tujuan dari kegiatan Surveilans dan Monitoring Q-Fever di

    Balai Veteriner Lampung adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui prevalensi Q-Fever pada sapi impor yang memiliki

    resiko terhadap penularan Q-Fever;

    2. Untuk mengetahui kemungkinan faktor resiko yang berkaitan dengan

    Q-Fever;

    3. Melakukan analisa epidemiologi terhadap seluruh hasil rekaman

    lapangan dan laboratorium.

  • C. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup kegiatan Surveilans dan Monitoring Q-Fever di Balai

    Veteriner Lampung mencakup perencanaan kegiatan (pembuatan

    desain surveilans), pengambilan sampel, pengujian dan analisa data.

  • BAB II MATERI DAN METODE

    PENENTUAN LOKASI

    Penghitungan sample size secara deteksi penyakit (Detect Disease);

    Populasi yang diambil secara tertarget (targeted population) :

    Sapi Brahman Cross umur dewasa (> 2 tahun)

    Sapi perah umur dewasa

    Sapi yang mengalami abortus

    ANALISA DATA

    Data yang akan diolah adalah: data primer, sekunder dan hasil uji

    laboratorium. Data akan diolah sesuai kaidah epidemiologi dan

    dituangkan dalam bentuk geografis penyakit yang disajikan dalam

    bentuk data/ grafik

    PENGUMPULAN DATA

    Data dasar yang harus dikumpulkan adalah data epidemiologi tentang

    populasi, data desa dan data kecamatan sebagai unit epidemiologi.

  • BAB III

    RENCANA KEGIATAN

    A. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

    Pelaksanaan kegiatan direncanakan selama satu tahun sejak dari

    bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2020 yang diuraikan

    sebagai berikut:

    Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring Q-Fever Tahun 2020

    J AN P E B MAR AP R ME I J UN J UL AG S S E P OK T NOP DE S

    A

    1 P enyus unan R encana K erja

    2 P embuatran K uis ioner

    3 K oordinas i wilayah

    4 P enentuan lokas i target

    B

    1 P engadaan B ahan & Alat

    2 P erekaman data primer

    3 P engis ian kuis ioner

    4 S ampling L ampung

    5 S ampling B engkulu

    6 S ampling S um -S el

    7 S ampling B a - B el

    8 Uji L aboratorium

    9 Analis a data

    C MONE V

    1 E valuas i

    2 L aporan B ulanan

    3 L aporan S emes ter

    4 L aporan T ahunan

    P E L AK S ANAAN

    NO UR AIAN K E G IATANB UL AN

    P E R S IAPAN

  • PARATUBERCULLOSIS

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Paratubercullosis atau lebih dikenal Johne’s Disease (JD) merupakan

    penyakit enteritis granuloma kronik yang terutama menyerang pada

    ternak ruminansia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri M.

    paratubercullosis (MAP). Gejala klinis penyakit pada ternak ruminansia

    besifat enteritis kronis dengan gejala-gejala antara lain : diare,

    penurunan berat badan pada kondisi penyakit yang progresif,

    penurunan produksi sapi, sehingga sangat merugikan secara ekonomi

    (Bannantine et al. 2003, OIE 2008). Estimasi prevalensi

    paratubercullosis pada sapi perah di Indonesia berkisar 2 %, hal ini

    didasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan uji serologi

    (ELISA), kultur dan PCR (Adji, 2008).

    Tahap kejadian penyakit dapat dibedakan menjadi 4 yaitu tahap I, II, III

    dan IV. Tahap I atau disebut dengan silent infection dan dapat terjadi

    pada pedet, sapi dara ataupun sapi dewasa (15 – 25 ekor). Tahap II

    (inapparent carrier adults) pada tahapan ini MAP dalam jaringan cukup

    tinggi tahap III (clinical disease) gejala klinis berupa penurunan berat

    badan, diare dan penurunan produksi susu. Tahap IV merupakan

    advanced clinical disease pada kasus ini sudah terjadi diare profus,

    kurus, terjadi bottle jaw (Behr and Collins, 2010).

    Tempat infeksi dari bakteri MAP adalah usus (illeum-caecum) sehingga

    hewan yang terinfeksi akan mengeluarkan bakteri ini melalui feses.

    Susu dari induk yang terinfeksi merupakan sumber infeksi yang kedua,

    tempat MAP akan semakin banyak disekresikan seiring dengan tingkat

    keparahan penyakit.

  • Pemeriksaan yang dilakuakan di Balai Veteriner Lampung dengan

    menggunakan Elisa Antibodi dan PCR sebagai uji konfirmasi dari

    pengujian serologis. Menurut peneliti dari Balitvet untuk pemantauan

    Paratibi sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam setahun pada sapi

    yang tinggal lama di daerah tersebut (sapi perah dan sapi bibit). Hal

    sama seperti yang telah disampaikan pada tahapan MAP ada 4 tahap.

    Di tahun 2013 kita telah melakukan uji serologis di dua waktu yang

    berbeda.

    Dari hasil pengujian seropositif 3 dan 4 akan dilakukan series test ke

    PCR (kerokan lendir rektum) untuk melakukan peneguhan diagnosa.

    Dari semua sampel yang dilanjutkan ke PCR semuanya negatif. Hal ini

    menggambarkan bahwasanya ternak di regional masih aman terhadap

    Paratubercullosis tapi sebaiknya tetap terus dilakukan pemantauan di

    lokasi yang memiliki sapi yang lama tinggal seperti sapi perah dan sapi

    bibit.

    B. MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud dan tujuan dari kegiatan Surveilans dan Monitoring

    Paratubercullosis (Johne’s Disease) di Balai Veteriner Lampung

    adalah sebagai berikut :

    1. Mengetahui prevalensi Johne’s Disease pada sapi yang memiliki

    resiko terhadap penularan Johne’s Disease;

    2. Untuk mengetahui kemungkinan faktor resiko yang berkaitan

    dengan Johne’s Disease;

    3. Melakukan analisa epidemiologi terhadap seluruh hasil rekaman

    lapangan dan laboratorium.

    C. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup kegiatan Surveilans dan Monitoring Johne’s Disease di

    regional lampung mencakup perencanaan kegiatan (pembuatan

    desain surveilans), pengambilan sampel, pengujian dan analisa data.

  • BAB II MATERI DAN METODE

    PENENTUAN LOKASI

    Penghitungan sample size secara deteksi penyakit (Detect Disease);

    A. Populasi yang diambil secara tertarget (targeted population);

    Sapi Brahman Cross umur dewasa (> 2 tahun)

    Sapi perah umur dewasa

    Sapi yang kurus

    Sapi yang memiliki gejala diare

    B. Selain serum dilakukan pemeriksaan kikisan lendir rectum.

    Jika ditemukan positif Elisa (+++) maka akan dilanjutkan secara

    series test ke PCR

    ANALISA DATA

    Data yang akan diolah adalah: data primer, sekunder dan hasil uji

    laboratorium. Data akan diolah sesuai kaidah epidemiologi dan

    dituangkan dalam bentuk geografis penyakit yang disajikan dalam

    bentuk data/ grafik

    PENGUMPULAN DATA

    Data dasar yang harus dikumpulkan adalah data epidemiologi tentang

    populasi, data desa dan data kecamatan sebagai unit epidemiologi.

  • BAB III

    RENCANA KEGIATAN

    JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

    Pelaksanaan kegiatan direncanakan selama satu tahun sejak dari

    bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2020 yang diuraikan

    sebagai berikut:

    Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring Paratubercullosis Tahun 2020

    J AN P E B MAR AP R ME I J UN J UL AG S S E P OK T NOP DE S

    A

    1 P enyus unan R encana K erja

    2 P embuatran K uis ioner

    3 K oordinas i wilayah

    4 P enentuan lokas i target

    B

    1 P engadaan B ahan & Alat

    2 P erekaman data primer

    3 P engis ian kuis ioner

    4 S ampling L ampung

    5 S ampling B engkulu

    6 S ampling S um -S el

    7 S ampling B a - B el

    8 Uji L aboratorium

    9 Analis a data

    C MONE V

    1 E valuas i

    2 L aporan B ulanan

    3 L aporan S emes ter

    4 L aporan T ahunan

    P E L AK S ANAAN

    NO UR AIAN K E G IATANB UL AN

    P E R S IAPAN

  • Peta 1. Sebaran lokasi surveilans Penyakit Endemik

    Sebaran lokasi Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring penyakit Endemik

    hewan Besar tahun 2020 adalah :

    No. Kota/Kab Target Sampel

    1 Lampung Tengah 40

    2 TulangBawang 40

    3 Way Kanan 40

    4 Lampung Selatan 40

    5 Lampung Barat 40

    6 Lampung Timur 40

    7 Metro 40

    8 Tanggamus 40

    9 Pesawaran 40

    10 TulangBawang Barat 40

    11 Pringsewu 80

    12 Banyuasin 80

    13 Musi Banyuasin 80

    14 Ogan Komering Ilir (OKI) 80

    15 Musi Rawas 80

    16 Musi Rawas Utara 80

    17 Muara Enim 80

    18 Lahat 80

    19 Bengkulu Utara 80

    20 Bengkulu Selatan 80

  • 21 Kaur 80

    22 Seluma 80

    23 Bangka Tengah 80

    24 Belitung Timur 80

    PERSONEL PELAKSANA

    Personel yang bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian kegiatan

    Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Endemis dan Zoonotik di Balai

    Veteriner Lampung tahun 2020 diuraikan pada Tabel 3 berikut :

    Tabel 3. Data Personel Pelaksana Kegiatan Monitoring dan Surveilans Penyakit Endemis di Balai Veteriner Lampung Tahun 2020

    NO

    NAMA JABATAN / TUGAS

    1 drh. Nasirudin, M.Sc Penanggung Jawab Kegiatan

    2 drh. Arie Khoiriyah Koordinator Kegiatan

    3 Medik dan Paramedik Balai Veteriner Lampung serta staf/personel yang ditetapkan oleh Kepala Balai

    Pelaksana Kegiatan di Lapangan

  • A. PENDANAAN

    Besarnya pembiayaan kegiatan Monitoring dan Surveilans Penyakit

    Endemik tahun 2020 di Balai Veteriner Lampung diuraikan sebagai

    berikut :

    Tabel 4. Rincian Biaya Kegiatan Perlindungan Hewan Terhadap Penyakit Endemik dan Zoonotik Hewan Besar di Regional Lampung Tahun 2020

    NO Uraian Kegiatan Kebutuhan

    Harga Satuan Harga Total Jumlah

    (Rp) (Rp) (Rp)

    A Pengadaan Bahan Uji

    210.000.000

    1 Kit untuk Diagnosa 1 PKT 70.000.000 70.000.000 70.000.000

    2 Bahan Kimia Diagnosa 1 PKT 70.000.000 70.000.000 70.000.000

    3 Antigen untuk Diagnosa 1 PKT 50.000.000 50.000.000 50.000.000

    4 Peralatan Habis Pakai 1 PKT 20.000.000 20.000.000 20.000.000

    B Belanja Barang Non Operasional

    17.250.000

    1 Operasional Petugas Lapangan di Prop. Lampung 30 OH 150.000 4.500.000 4.500.000

    2 Operasional Petugas Lapangan di Prop. SumSel 20 OH 150.000 3.000.000 3.000.000

    3 Operasional Petugas Lapangan diProp. Bengkulu 12 OH 150.000 1.800.000 1.800.000

    4 Operasional Petugas Lapangan di Prop. Babel 6 OH 150.000 900.000 900.000

    C Belanja Perjalanan

    128.000.000

    1 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Tengah 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    2 Pengambilan sampel di Kab. Tulangbawang 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    3 Pengambilan sampel di Kab. Way Kanan 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    4 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Selatan 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    5 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Barat 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    6 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Timur 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    7 Pengambilan sampel di Kota Metro 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    8 Pengambilan sampel di Kab. Tanggamus 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    9 Pengambilan sampel di Kab. Pesawaran 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000

    10 Pengambilan sampel di Kab. Banyuasin 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    11 Pengambilan sampel di Kab. OKI 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    12 Pengambilan sampel di Kab. Banyuasin 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    13 Pengambilan sampel di Kab. Musirawas 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    14 Pengambilan sampel di Kab. Muara Enim 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    15 Pengambilan sampel di Kab. Lahat 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    16 Pengambilan sampel di Kab. Musi Rawas Utara 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    17 Pengambilan sampel di Kab. Musi Banyuasin 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    18 Pengambilan sampel di Kab. Bengkulu Utara 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    19 Pengambilan sampel di Kab. Bengkulu Selatan 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    20 Pengambilan sampel di Kab. Kepahiang 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

  • 21 Pengambilan sampel di Kab. Kaur 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    22 Pengambilan sampel di Kab. Seluma 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000

    23 Pengambilan sampel di Kab. Bangka Tengah 2 OP 5.500.000 11.000.000 11.000.000

    24 Pengambilan sampel di Kab. Belitung Timur 2 OP 5.500.000 11.000.000 11.000.000

    26 Pelaporan 1 Keg 300.000 300.000 300.000

    Jumlah

    325.250.000

  • BAB IV INDIKATOR KINERJA

    Untuk mengetahui rekaman seluruh kegiatan diperlukan parameter/

    indikator kinerja yang meliputi :

    1. Septichaemia epizootica

    OUTPUT

    Ditemukannya angka prevalensi di beberapa lokasi yang terkategori High

    Risk

    OUTCOME

    Dengan surveilans SE ini didapatkan angka prevalensi di daerah endemik

    yang berisiko dan konfirmasi atas seropositif yang diikuti gejala klinis.

    BENEFIT

    Dengan pengujian secara series test yakni yang mengalami seropositif

    Elisa, tidak dilakukan vaksinasi dan diikuti dengan gejala klinis akan

    dilanjutkan dengan metode kulture untuk mengetahui ada tidaknya bakteri

    yang dapat menyebabkan penyakit Septichaemia Epizootica.

    IMPACT

    1. Dinas dapat melakukan kajian terhadap faktor resiko yang memiliki

    OR>1 untuk dihilangkan;

    2. Ternak yang telah dilakukan vaksinasi dapat diketahui adanya

    kekebalan terhadap agen SE.

    2. Q-Fever

    OUTPUT

    Tergambarkannya angka prevalensi di beberapa lokasi yang terkategori

    High Risk

  • OUTCOME

    Dengan surveilans Q-Fever diharapkan mampu memberikan informasi

    tentang keberadaan dan penyebaran penyakit Q-Fever di wilayah regional

    Lampung

    BENEFIT

    Dengan pengujian secara series test yakni yang mengalami seropositif

    akan dilanjutkan dengan PCR untuk mengetahui ada tidaknya bakteri yang

    dapat menyebabkan Q-Fever

    IMPACT

    Melakukan antisipasi terhadap kejadian Q-Fever berikutnya dengan

    memperhatikan sapi yang masuk ke daerah Balai Veteriner Lampung.

    3. Paratubercullosis

    OUTPUT

    Tergambarkannya angka prevalensi di beberapa lokasi yang terkategori

    High Risk

    OUTCOME

    Dengan surveilans Paratibi diharapkan mampu memberikan informasi

    tentang keberadaan Johne’s Disease di wilayah regional Lampung

    BENEFIT

    Dengan pengujian secara series test yakni yang mengalami seropositif

    Elisa III dan IV, akan dilanjutkan dengan PCR untuk mengetahui ada

    tidaknya bakteri yang dapat menyebabkan Johne’s Disease

    IMPACT

    Melakukan antisipasi terhadap kejadian Johne’s Disease berikutnya dengan

    memperhatikan sapi yang masuk ke daerah Balai Veteriner Lampung.

  • BAB V

    UPAYA PENGENDALIAN INTERNAL

    1. Lingkungan Pengendalian

    No Sub Unsur Uraian Dokumen

    1. Organisasi Penanggung Jawab Kegiatan Ka. Balai Veteriner Lampung

    Penanggung Jawab teknis kegiatan bagian INFOVET

    SK. Kepala Balai no. 05081/Kpts/OT.210/F5.C/01/2018

    Medik dan Paramedik Veteriner sebagai pelaksana

    2. Kebijakan Adanya Desain Surveilans yang terbentuk dalam Draft Surveilans.

    Kumpulan Draft Surveilans

    Permentan 04/OT.140/1/2013 tentang Unit Respon Cepat PHMS

    3. Sumber Daya Manusia Mempertimbangkan kompetensi dan jumlah sumber daya manusia yang diperlukan

    Adanya perencanaan SDM untuk mencapai tujuan oleh kepegawaian

    4. Prosedur Diawali dengan Desain Surveilans

    Laporan kegiatan tahun sebelumnya

    Pengumpulan data dasar Data statistik populasi hewan

    2. Penilaian Resiko

    No Titik Kritis Daftar Resiko Penyebab Dampak Penanganan Resiko

    1. Data Pendukung Data Riil Populasi Tidak update Target tdk tercapai

    Komunikasi Intensif

    2. Sampel tidak tercapai

    Petugas tidak siap Adanya kegiatan dinas yang berbarengan dengan surveilans

    Petugas tidak fokus

    Komunikasi lebih intensif dan tidak memaksakan surveilansnya

    SDM tidak memadai

    Kurangnya kesadaran dalam melakukan sampling yang

    Spesimen yang didapat tidak optimal

    Melakukan pelatihan berkala dan mengkombinasikan TIM.

  • baik Peralatan tidak

    memadai Tidak lengkap peralatan untuk handling ternak yang sulit

    Sampel cenderung Judgement/ Convinient

    Melengkapi kebutuhan surveilans

    Objek tidak sesuai Tidak akuratnya data

    Spesimen tidak sesuai

    Perbaiki database

    3. Faktor yang berasosiasi terhadap target surveilans

    Faktor tidak didapat

    Kuisioner tidak lengkap

    Tidak dapat mencari penyebab

    Penguatan TIM Surveilans

    3. Pengendalian

    No Sub Unsur Pelaksanaan Keluaran (Output) 1. Koordinasi dengan

    Penanggung jawab Laboratorium

    Dilakukan sebelum Desain Surveilans dibuat

    Rencana Surveilans

    2. Koordinasi dengan Tim Epidemiologi

    Dilakukan analisa terhadap masukan dari PJ. Laboratorium

    Terbentuknya prosedur pelaksanaan Surveilans

    4. Informasi dan Komunikasi

    No Sub Unsur Jenis dan Sasaran

    Waktu Output

    1. Informasi yang diidentifikasi

    Evaluasi hasil surveilans

    6 bulan sekali

    Data Peta

    2. Komunikasi Dinas dan stake holder terkait

    Tentatif Tersampaikannya informasi tentang kejadian penyakit

    3. Bentuk dan sarana Infokom

    Komputer Website Email Telepon/Fax Leaflet Poster

    Tentatif

    5. Pemantauan

    No Sub Unsur Jenis dan Sasaran Waktu Dokumen Pendukung

    1 Pemantauan Berkelanjutan Pemantauan Semester / 6 Laporan perjalanan dan

  • melalui capaian sampel dan data yang masuk

    bulan data sekunder

    2 Rencan Tindak Lanjut Tindak lanjut dilakukan oleh pelaksana kegiatan surveilans beserta PJ. Kegiatan

    1-2 bulan Penambahan dan Perbaikan data sekunder

    Disusun tanggal : Januari 2020

    Penyusun :

    drh. Arie Khoiriyah NIP. 19820608 200801 2 010

    Diperiksa tanggal : Januari 2020

    Pemeriksa

    Kuasa Pengguna Anggaran

    drh. Nasirudin, M.Sc NIP. 19650508 199003 1 001

  • BAB VI PENUTUP

    Demikian TERM OF REFERENCE (TOR) Surveilans Terhadap Penyakit

    Endemik i kami buat, untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

    pelaksanaan operasional di lapangan pada tahun 2020.

    Semoga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai TOR yang kami buat.

    Bandar Lampung, Januari 2020

    Kepala Balai Veteriner Lampung

    drh. Nasirudin, M.Sc NIP. 19650508 199003 1 001