terapi psikososial liya
DESCRIPTION
Iniadalah contoh terapi psikososial / konseling yang dilakukan oleh Liya Solikhah sebagai salah satu tugas mata kuliah Terapi Psikososial pada semester 5 jurusan Pekerjaan SosialTRANSCRIPT
Nama : Liya Solikhah
NRP : 10.04.234
Kelas : 3B
Konselor : Liya Solikhah
Klien : Fika
Masalah : Tidak berani mengatakan penyakit yang dideritanya kepada keluarganya.
SKENARIO
Fika adalah perempuan berusia 20 tahun penderita penyakit HIV/AIDS sejak tahun 2010.
Sampai sekarang ini tak ada satupun anggota keluarganya yang mengetahui akan penyakitnya.
Hanya sahabatnya saja yaitu Gina yang mengetahui akan penyakitnya tersebut. Fika tak mau
mengatakan hal ini kepada keluarganya karena takut menjadi beban keluarganya terutama kedua
orangtuanya dan juga takut tidak diterima lagi di keluarga besarnya. Padahal Gina juga selalu
mendorongnya untuk sesegera mungkin memberi tahu keluarganya sebelum terjadi sesuatu hal
yang lebih parah pada diri Fika. Dan baru sekarang ini Fika merasa sudah tidak kuat untuk
menanggung sendiri masalah ini karena sudah 6 bulan ini Fika sakit – sakitan terus. Dia ingin
mengatakan hal ini kepada keluarganya terutama kepada kedua orangtuanya tetapi tetap saja dia
belum berani untuk mengatakannya. Kemudian Gina menyarankan Fika untuk datang ke Konselor
supaya masalahnya tersebut dapat segera terselesaikan.
Rabu, 12 Desember 2012 pukul 13.00 WIB klien mendatangi tempat praktik Liya Solikhah
(pekerja sosial) di jalan Dago Jati 1.
Klien : Assalamualaikum
Konselor : Waalaikumsalam, silahkan masuk. (sambil mempersilahkan ke arah ruang
konseling)
Klien : Terimakasih
Konselor : Siapa nama anda?
Klien : Fika bu
Konselor : Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
Klien : Saya sangat pusing, sedih, bingung, gelisah dan takut bu.
Konselor : Bolehkah saya tahu kenapa kamu merasakan hal seperti itu? Tenang saja
kerahasiaan kamu akan saya jaga.
Klien : (sambil menetaskan air mata) saya sudah hampir 2 tahun menderita HIV/AIDS,
tetapi tak ada satupun dari keluarga saya yang mengetahui hal ini terutama
orangtua saya, dia sibuk dengan bisnis dan dari anggota keluarga yang lainnya pun
tak ada yang peduli antara satu dengan yang lain. Pokoknya keluarga kita saling
acuh tak acuh.
Konselor : (sambil melakukan gerakan touching) Lalu apa yang kamu rasakan selama ini
dengan keadaan kamu yang seperti ini ?
Klien : Saya sangat tidak nyaman, tapi harus bagaimana lagi ? Saya takut mereka tidak
menerima saya dan mengusir saya dari rumah. (sambil menangis terisak – isak)
Konselor : Bagaimanapun, kamu adalah bagian dari keluarga kamu dan kamu adalah tetap
anak dari ayah dan ibu kamu, jadi bagaimanapun keadaannya dia juga harus tahu
tentang hal ini.
Klien : Terus, apa yang harus saya lakukan bu?
Konselor : Sebaiknya kamu bicarakan ini baik – baik dulu ke orangtua kamu.
Klien : Saya takut bu.
Konselor : Tenang saja, kamu harus berani menghadapi hal ini. Karena kalau hal ini terus –
menerus disembunyikan kamu akan malah tambah sakit.
Klien : Ya si bu, saya pingin banget sesegera mungkin mengatakan hal ini pada keluarga
saya teruta kepada kedua orangtua saya dulu. Tapi, aku juga bingung gimana
caranya. Orangtua saya pulangnya seminggu sekali, ketika hari sabtu saja. Kalau
selain hari sabtu dia tidak bisa pulang. Menurut Ibu gimana?
Konselor : Tidak apa – apa, kamu tunggu sampai hari sabtu lalu kamu bicarakan hal ini baik –
baik kepada kedua orangtua kamu saja. Biarkan mereka dulu saja yang mengetahui
akan hal tersebut. Beri mereka pengertian mendasar dulu tentang hal tersebut.
Dan yang terpenting, siapkan dulu psikis kamu mulai sekarang agar hari – hari
selanjutnya kamu bisa merasa kuat menghadapi hal ini terutama ketika kamu
membicarakan hal kepada orangtua sehingga mereka pun akan bisa menerima
dengan tenang.
Klien : Oh seperti itu ya bu, nah kalau orangtua saya tidak bisa menerima hal ini gimana?
Konselor : Tenang sayang, yang terpenting orangtua kamu mengetahui dulu hal ini. Kalaupun
orangtua kamu tidak bisa menerima hal ini, kamu bisa memberikan pengertian
kepada mereka lebih dalam bahwa kamu juga bisa kuat dengan keadaaan ini
sampai saat ini juga. Saya yakin kamu bisa. (sambil melakukan gerakan touching)
Klien : Ya sudah, nanti saya akan coba hal tersebut. Berarti yang terpenting untuk saat ini
tenangkan diri say dulu aj ya?
Konselor : Iya, kamu tenangin diri kamu dulu.
Klien : Baiklah saya tenangin diri dulu, sambil menunggu hari Sabtu. Semoga saja mereka
masih mau menerima saya menjadi anaknya.
Konselor : Saya yakin kamu bisa, dan kamu harus yakin kalau kamu pasti bisa menghadapi hal
ini.
Klien : Ok! Terimakasih ya bu, saya sudah sedikit lega dengan menceritakan hal ini kepada
Ibu. Saya sangat berharap Ibu bisa menjaga rapat – rapat hal ini dan bisa
memberikan solusi – solusi lain ketika saya membutuhkan bantuan Ibu.
Konselor : Iya, Ibu akan menjamin rahasia kamu dan saya siap untuk membantu kamu lagi.
Klien : Saya pulang dulu ya bu. Assalamualaikum
Konselor : Waalaikumsalam, hati – hati ya Fika.