teosdas anfisko modul 2.docx

5
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat ditetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. (id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid) Sifat umum alkaloid : Alkaloid tidak larut atau sukar larut didalam air, tetapi alkaloid yang berada dalam bentuk garam biasanya mudah larut dalam air. Alkaloid bebas (yang bersifat basa) biasanya larut dalam eter, CHCl3 atau pelarut organik lainnya, tapi garamnya tidak larut. Sifat kelarutan ini digunakaan sebagai dasar untuk isolasi & pemurnian alkaloid Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal padat, beberapa berbentuk amorf. Alkaloid yang berbentuk cair tidak mempunyai atom O dalam molekulnya. Garam alkaloid tidak sama bentuk kristalnya dan, bentuk kristal ini berguna untuk identifikasi secara mikroskopik. Ikatan N dalam alkaloid biasanya berada dalam bentuk amin primer, sekunder, tersier, kuartener, amonium hidroksida dan semua ikatan N ini bersifat basa. Alkaloid umunya mempunyai sepasang elektron sunyi yang dapat mengikat proton secara kovalen sehingga membentuk garamnya yang umumnya larut dalam air. (Rogers MF, Wink M. 1998). Sifat fisika alkaloid

Upload: moses

Post on 31-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: teosdas anfisko modul 2.docx

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan

terdapat ditetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).

Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya

tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara

biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan

ini.(id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid)

Sifat umum alkaloid :

Alkaloid tidak larut atau sukar larut didalam air, tetapi alkaloid yang berada dalam bentuk

garam biasanya mudah larut dalam air.

Alkaloid bebas (yang bersifat basa) biasanya larut dalam eter, CHCl3 atau pelarut organik

lainnya, tapi garamnya tidak larut. Sifat kelarutan ini digunakaan sebagai dasar untuk isolasi &

pemurnian alkaloid

Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal padat, beberapa berbentuk amorf. Alkaloid yang

berbentuk cair tidak mempunyai atom O dalam molekulnya. Garam alkaloid tidak sama bentuk

kristalnya dan, bentuk kristal ini berguna untuk identifikasi secara mikroskopik.

Ikatan N dalam alkaloid biasanya berada dalam bentuk amin primer, sekunder, tersier,

kuartener, amonium hidroksida dan semua ikatan N ini bersifat basa. Alkaloid umunya

mempunyai sepasang elektron sunyi yang dapat mengikat proton secara kovalen sehingga

membentuk garamnya yang umumnya larut dalam air. (Rogers MF, Wink M. 1998).

Sifat fisika alkaloid

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N

seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer,

sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari

struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa

padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran

dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin

berupa cairan.

Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species

aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada

umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo

alkaloid dan proto alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid quartener sangat larut dalam air.

Sifat kimia alkaloid

Page 2: teosdas anfisko modul 2.docx

Sulfonamid adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk

pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Penggunaan sulfonamide

kemudian terdesak oleh antibiotik.Pertengahan tahun 1970 penemuan kegunaan sedian

kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan

sulfonamide untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu

Sulfonamid merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang sama, yaitu

H2N-C6H4-SO2NHR dan R adalah bermacam-macam substituen. Pada prinsipnya,

senyawa-senyawa ini digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi.Namun, setelah

ditemukan zat-zat antibiotika, sejak tahun 1980an indikasi dan penggunaannya semakin

bekurang.Meskipun demikian, dari sudut sejarah, senyawa-senyawa ini penting karena

merupakan kelompok obat pertama yang digunakan secara efektif terhadap infeksi bakteri.

Selain sebagai kemoterapeutika, senyawa-senyawa sulfonamide juga digunakan sebagai

diuretika dan antiodiabetika oral. Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs kirana Rahardja. obat-obat penting edisi

kelima.khasiat, penggunaan dan efek- efek samppingnya. Edisi 5.kelompok

gramedia,jakarta,2002.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Struktur dari Sulfonamide mirip dengan p-aminobenzoic acid (PABA) yang

merupakan prekursor DHF. Mekanisme kerja dari sulfonamide adalah

sebagai substrat palsu dimana sulfonamide berkompetisi dengan PABA pada

sintesis DHF. Karenanya efeknya berupa bakteriostatik yang menghambat

pertumbuhan dan replikasi bakteri. Bakteri memerlukan PABA (p-aminobenzoicacid)

untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin dan asam-asam

nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat kompetitif PABA.

Efek antibakteri sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik,

karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung

basa purin dan timidin. Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfonamide karena mamalia

mensintesis asam folat yang diperoleh dari dalam makanan. Dalam proses sintesis asam

folat, bila PABA digantikan oleh sulfonamide, maka akan terbentuk asam folat yang tidak

berfungsi.

Page 3: teosdas anfisko modul 2.docx

Mekanisme kerjanya berdasarkan sintesis (dihidro) folat dalam bakteri dengan cara

antagonisme saingan dengan PABA. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk

membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini dibentuknya sendiri dari

bahan pangkal PABA  (para-aminobenzoicacid) yang terdapat dimana-mana dalam tubuh

manusia. Rumus PABA menyerupai rumus dasar sulfonamide. Bakteri keliru menggunakan

sulfa sebagai bahan untuk mensintesa asam folatnya, sehingga DNA / RNA tidak terbentuk

lagi sehingga pertumbuhan bakteri terhenti.

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron

pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan

elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan

senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa

dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan

bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron

berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit

asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.

Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi,

terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-

oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai

persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam

dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering

mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam

bentuk garamnya

Read more: http://sandy-permana.webnode.com/news/laporan-praktikum-kimia-farmasi-

analitik-i-alkaloid/

Create your own website for free: http://www.webnode.com

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri tanah, yang memiliki

khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi

manusia relatif kecil (Tjay dkk., 2002). Penggunaan antibiotik secara besar-besaran untuk

Page 4: teosdas anfisko modul 2.docx

terapi dan profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi. Banyak strain dari

Pneumococcus, Staphylococcus, Enterococcus, dan Tuberculosis telah resisten terhadap

banyak antibiotik, termasuk Klebsiella dan Pseudomonas aeruginosa juga telah resisten