modul 12.docx
TRANSCRIPT
1. Jelaskan pengertian persediaan !
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang
yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan
manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam
kegiatan produksi”.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa Persediaan adalah
aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah ”barang
dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang
digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang
diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi selanjutnya
disebut persediaan barang dagang.
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan (inventory)
adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang
yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat didapatkan bahwa persediaan barang dagang
adalah untuk dujual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren,
reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam
sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail yang
perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya
tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan !
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Dalam penyelenggaraan persediaan bahan bakuuntuk pelaksanan proses produksi dari
suatu perusahan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi persediaan bahan baku,
dimana faktor faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun berbagai
faktor tersebut menurut Ahyari ( 2003), antara lain :
a. Perkiraan pemakaian bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahanbaku, maka selayaknya manajemen
perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian bahanbaku untuk keperluan
proses produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendasark:an pada perencanaan produksi
dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku yang akan dibeli
perusahaan tersebut dapat diperhitungkan, dengan cara jumlah kebutuhan baku untuk
proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari bahanbaku tersebut, dan
kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam perusahaan yang bersangkutan.
b. Harga bahan baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam preses produksi merupakan salah satu
faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh perusahaan yang
bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan bakau
dalam jumlah unit tertentu. Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan perusahaan
tersebut, maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan memerlukan dana yang
semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari modal yang tertanam dalam
bahan baku akan semakin besar pula.
c. Biaya biaya persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya biaya persediaan ini, dikenal tiga macam biaya
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya. pemesanan, dan biaya tetap persediaan. Biaya
penyimpanan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila jumlah
unit bahan yang disimpan di dalam perusahaan tersebut semakin tinggi. Biaya pemesanan
merupakan biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila frekuensi pemesanan
bahan baku yang digunakan dalam perusahaan semakin besar. Biaya tetap persediaan
merupakan biaya persediaan yang jumlahnya tidak terpengaruh baik oleh jumlah unit yang
disimpan dalam perusahaan ataupun frekuensi pemesanan bahan baku yang dilaksanakan
oleh perusahaan tersebut.
d. Kebijaksanaan pembelanjaan
Kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan di dalam perusahaan akan berpengaruh
terhadap penyelenggaraan persediaaan bahan baku dalam perusahaan tersebut. Seberapa
besar dana yang dapat digunakan untuk investasi di dalam persediaan bahanbaku tentunya
juga tergantung dari kebijaksanaan perusahaan apakah dana untuk persediaan
bahan bakuini dapat memperoleh prioritas pertama, kedua atau justru yang terakhir dalam
perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu tentunya financial perusahaan secara
keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahan untuk membiayai seluruh
kebutuhan persediaan bahan bakunya.
e. Pemakaian Bahan
Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan bakudengan pemakaian senyatanya di dalam
perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan pelaksanaan proses produksi akan lebih
baik apabila diadakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat diketahui pola
penyerapan bahan baku tersebut. Dengan analisis ini maka dapat diketahui apakah model
peramalan yang digunakan sebagai dasar perkiraan pemakaian bahan ini sesuai dengan
pemakaian senyatanya atau tidak. Revisi dari model yang digunakan tentunya akan lebih
baik dilaksanakan apabila ternyata model peramalan penyerapan bahan baku yang
digunakan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang yang ada.
f. Waktu tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan
bahan bakutersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan bakuyang dipesan tersebut.
Apabila pemesanan bahan bakuyang akan digunakan oleh perusahaan tersebut tidak
memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan baku ( walaupun
sudah dipesan ) karena bahan baku tersebut belum datang ke perusahaan. Namun
demikian, apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu tunggu ini lebih dari yang
semestinya diperlukan, maka perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengalami
penumpukan bahan baku, dan keadaan ini akan merugikan perusahaan yang bersangkutan.
g. Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat berpengaruh terhadap
persediaan bahan bakuyang dimiliki perusahaan. Model pembelian yang berbeda akan
menghasilkan jumlah pembelian optimal yang beubeda pula. Pemilihan model pembelian
yang akan digunakati oleh suatu perusahan akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
dari persediaan bahan buku untuk masing masing perusahaan yang bersangkutan.
Karakteristik masing masing bahan bakuyang digunakan dalam perusahaan dapat dijadikan
dasar untuk mengadakan pemilihan model pembelian yang sesuai dengan masing-masing
bahasa bakudalam perusahaan tersebut. Sampai saat ini, model pembelian yang sering
digunakan dalam perusahaan adalah model pembalian dengan kuantitas pembelian yang
optimal ( EOQ ).
h. Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam perusahaan,
maka diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman digunakan
perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku, atau keterlambatan datangnya
bahan baku yang dibeli oleh perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka
proses produksi dalam perusahaan akan dapat betjalan tanpa adanya gangguan kehabisan
bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut terlambat dari waktu
yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan diselenggarakan dalam suatu jumlah
tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap di dalam suatu periode yang
telah ditentukan sebelumnya.
i. Pembelian kembali
Dalam melaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan akan
mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan didalam pembelian
bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian kembali yang dilaksanakan ini
akan mendatangkan bahan baku ke dalam gudang dalam waktu yang tepat, sehingga tidak
akan terjadi kekeurangan bahan baku karena keterlambatan kedatangan
bahan baku tersebut, atau sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku dalam gudang karena
bahan baku yang dipesan datang terlalu awal.
3. Jelaskan model-model pendekatan dalam pengendalian persedian disertai contoh kasus!
Model-model Pengendalian Persediaan
Secara umum model persediaan dapat dikelompokkan menjadi dua model, yaitu:
1. Model Deterministik, yakni model yang menganggap semua variabel telah diketahui
dengan pasti. Model ini dapat dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu:
a. Deterministik Statis
Di dalam model ini permintaan diketahui dengan pasti atau total permintaan unit pada
setiap periode waktu adalah diketahui dan konstan serta laju permintaan adalah sama
untuk setiap periode.
b. Deterministik Dinamis
Dalam model ini permintaan untuk setiap periode diketahui dan konstan, tetapi laju
permintaan dapat bervariasi dari satu periode ke periode lainnya. Permintaan dalam
model persediaan sederhana bersifat deterministik atau pasti, dengan pola yang berubah
pada tiap periode dan penyelesaian-pun menggunakan teknik-teknik yang berbeda pada
tiap inventori. Ketika permintaan bervariasi diperlukan horizon perencanaan untuk
menganalisis setiap kegiatan yang dilakukan untuk perkembangan yang lebih lanjut.
Pengisian kembali persediaan yang telah habis harus mulai diterapkan dengan dinamis
karena program statis tidak dapat memberikan solusi pada masalah yang diterapkan.
2. Model Probabilistik, yakni model yang menganggap semua variabel mempunyai nilai-nilai
yang tidak pasti dan satu atau lebih variabel tersebut merupakan variabel-variabel acak.
Model ini dapat dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu:
a. Probabilistik Statis
Dalam model ini variabel permintaan bersifat random dan distribusi probabilistik
dipengaruhi oleh waktu setiap periode.
b. Probabilistik Dinamis
Model ini mirip dengan probabilistik statik dengan pengecualian bahwa distribusi
probabilitas permintaan dapat bervariasi dari satu periode ke periode lainnya.
Contoh model deterministik
Perusahaan Plastik membeli 8000 unit produk setiap tahun, dengan harga satu unitnya
$10.00. Biaya pemesanan $30.00 setiap kali pesan, dan biaya penyimpanan per unit per
tahun adalah $3.00. Bagaimana jumlah pemesanan yang ekonomis, total biaya
persediaan, frekuensi pemesanan dalam satu tahun, dan titik pemesanan kembali, jika
lead time-nya dua minggu?
Diketahui:
C = $30.00, R = 8.000 unit, H = $3.00, P = $10.00
Q0 = √ 2 CRH
= √ 2 (30 ) 80003
= 400 unit
TC0 = RP + HQ0 = 8000(10) + 3(400) = $81.200
m = R
Q0 =
8000400
= 20 order/tahun
B = RL52
= 8000(2)
52 = 307,7 unit
4. Bagaimana hubungan antara kuantitas pesanan ekonomis terhadap permintaan
penyimpanan dan terhadap biaya penyetelan atau pemesanan
Persediaan menjadi sangat penting karena persedian berhubungan dengan pembentukan
keunggulan kompetitif jangka panjang.
Hal-hal yang sangat dipengaruhi oleh tingkat persediaan :
1. Kualitas 5. Kapasitas berlebih
2. Rekayasa Produk 6. Kemampuan merespon pelanggan
3. Harga 7. Tenggang waktu
4. Lembur 8. Profitabilitas keseluruhan
Artinya : Perusahaan dengan tingkat persediaan lebih tinggi dari perusahaan lain
memiliki kecendrungan untuk berada dalam kompetitif yang lebih rendah (persediaan tinggi
biaya persediaan tinggi biaya tinggi mempengaruhi laba)
Alasan Tradisional Punya Persediaan :
1. Laba Maximal Turut meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan
Minimalkan biaya penyimpanan mendukung produksi dikit aja
Persediaan yang rendah akan mengurangi biaya penyimpanan, biaya investasi per unit,
dan beban operasi lainnya seperti lembur dan beban pengiriman khusus. Harga yang
lebih rendah atau margin produk yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika kondisi
kompetitif tidak memerlukan pemotongan harga.
Minimalkan biaya pemesanan mendukurng pemesanan dalam jumlah besar
Artinya menyeimbangkan biaya pemesanan / persiapan dengan biaya penyimpanan
2. Memenuhi permintaan pelanggan (dalam memenuhi tanggal pengiriman)
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan Mesin
b. Kerusakan Komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Mendapatkan potongan harga jika beli dalam jumlah banyak
Secara tradisional, persediaan disimpan sehingga perusahaan dapat mengambil keuntungan
diskon kuantitas dan melindungi diri dari kenaikan harga di masa mendatang atas barang
yang dibeli. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya persediaan.
5. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan selalu hasilkan produk rusak
6. Hindari resiko kenaikan harga dimasa yang akan datang
EOQ merupakan contoh dari system persediaan yang didorong (push inventory system)
perolehan persediaan diawali dengan antisipasi permintaan di masa mendatang – bukan
reaksi terhadap permintaan saat ini.
1. Biaya Persediaan = Biaya pemesanan / Persiapan + Biaya penyimpanan
TC = PD/Q + CQ/2 ………..(1)
dimana :
P : Biaya penempatan dan penerimaan pesanan/biaya persiapan pelaksanaan produksi
D : Jumlah permintaan tahunan yang diketahui
Q : Jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan
C : Biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun
Misal : Sebuah usaha reparasi lemari es (dimana komponen dibeli dari pemasok eksternal)
D = 10.000 unit P = $25 perpesanan
Q = 1.000 unit C = $2 perunt
Biaya persediaan = (10 kali pesanan X $25/pesanan) + ($2 x (1000 unit /2)
= $1.250
Artinya : Kuantitas pesanan sebanyak 1.000 dengan total biaya $1.250 apakah sudah
merupakan pilihan terbaik (biaya terkecil) Itu sebabnya perlu EOQ
EOQ / Q = √ 2PD/C
= √ (2 x $25 X 10.000) : $2
= √ 250.000
= 500 unit Pemesanan 500 unit tiap kali pesanan 20 x pesanan merupakan
hitungan yang menghasilkan biaya persediaan terkecil masukan ke pesamaan (1)
Biayanya menjadi $1.000 (Bandingkan dengan Q = 1.000 unit biaya $1.250)
5. Buatlah contoh sistem persediaan dari industri (unit bisnis) acuan kelompok anda !
Terdapat dua metode sistem untuk mencatat dan menghitung kuantitas persediaan
yaitu :
1. Sistem periodik/ fisik
2. Sistem perpetual
Pada sistem periodik, akun persediaan digunakan hanya untuk mencatat persediaan
awal periode dan akhir periode. Transaksi pembelian dicatat di akun pembelian dan retur
pembelian dicatat di akun retur pembelian. Biaya pengangkutan barang yang dibeli dicatat di
akun biaya angkut pembelian. Apabila ada potongan tunai dari transaksi pembelian kredit
jangka pendek, potongan dicatat di akun potongan pembelian.
Berkurangnya persediaan pada saat terjadi transaksi penjualan tidak dicatat. Harga
pokok penjualan selama satu periode baru dihitung dan dicatat pada akhir periode, dengan
terlebih dahulu menghitung persediaan secara fisik di akhir periode.
Perhitungan fisik persediaan yang diharuskan oleh sistem periodik dilakukan sathun
sekali pada setiap akhir tahun. Akan tetapi, sebagian besar perusahaan membutuhkan
informasi mutakhir mengenai tingkat persediaan untuk melindungi dari stockout atau over
purchasing dan untuk membantu penyusuan data keuangan bulan atau kuartalan.
Contoh:
Berikut data dari PT. Dewiva- sebuah perusahaan dagang :
Berdasarkan data di atas, ayat jurnal transakasi bulan januari dan penyesuaian akhir
januari adalah sebagai berikut :
Sistem perpetual menyediakan catatan yang berkelanjutan tentang saldo baik dalam
akun persediaan maupun akun harga pokok penjualan. Dengan mengacu pada contoh PT.
Dwiva, ikhtisar jurnal transaksi yang dibuat dengan sistem pertual adalah sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi. Prencanaan Sistem Produksi, Buku 1. BPFE,
Yogyakarta.
Andriawati, fitri. 2013. Akuntansi keuangan menengah. Pusat pengembangan bahan ajar UMB
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007. Penerbit : Salemba
Empat . Jakarta .
Sophia, Ririn. 2011. http://sophiaririn.blogspot.com/2011/06/akuntansi-manajemen
manajemen.html (Online). Diakses tanggal 20 Mei 2013
Stice, Eral K, James D Stice, K Fred Skousen. 2005. Intermediate Accounting. Buku Dua. Edisi
15. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.
Warren, James M. Reeve, Philip E.Fess. 2005. Pengantar Akuntansi. Buku 1. Edisi 21. Penerbit:
Salemba Empat. Jakarta
Weygandt J Jerry, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel . 2007. Pengantar Akuntansi. Edisi Tujuh.
Buku Satu. diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto, Wsailah, Rangga Handika, Penerbit:
Salemba Empat . Jakarta.
G-2
MANAJEMEN PRODUKSI DANOPERASI
Modul 12 : Manajemen Persedian
Oleh:
1. Shinta Maghfuroh 105040100111073
2. Suci Wulansari 105040100111055
3. Rosalina Nisa Aminata 105040101111114
4. Reisha Alfianti 105040101111108
5. Setyo Bayuhandhiawan 105040101111097
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2013