modul 2 muskular1.docx

60
STEP 5 : LO 1. Anatomi ekstremitas inferior + vaskularisasi + inervasi 2. Struktur otot (mikroskopis) + fungsi-fungsinya 3. Mekanisme kerja otot (kontraksi dn relaksasi) 4. Mekanisme cramp 5. Metabolisme di otot 6. Kinesiologi ekstremitas inferior STEP 7 : SINTESIS MASALAH 1. ANATOMI EKSTREMITAS INFERIOR. Ekstremitas inferior terutama berfungsi menyangga berat tubuh, mengatur gaya berat dan gerak tubuh. Beberapa otot yang bekerja pada ekstremitas inferior berorigo pada cingulum ekstremitas inferior, os sacrum dan columna vetebralis. Sehingga dalam pembicaraan mengenai ekstremitas inferior biasanya termasuk daerah-daerah peralihan antara truncus dan ekstremitas inferuor (misalnya regio glutea dan regio inguinalis). Ekstremitas inferior pada awalnya timbul sebagai kuncup kecil pada embrio sepanjang kira-kira 5mm, yaitu lebih kurang pada umur 4 minggu. Kuncup ekstremitas inferior dalam perkembangannya terletak agak posterior dari ekstremitas superior. Tiap kuncup ekstremitas inferior memanjang dengan urutan proksimodistalis (misalnya, regio cruris muncul lebih dahulu daripada regio pedis). Beberapa hari sesudah pertama

Upload: gandi-mahardika-mukti

Post on 26-Dec-2015

119 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: modul 2 muskular1.docx

STEP 5 : LO

1. Anatomi ekstremitas inferior + vaskularisasi + inervasi

2. Struktur otot (mikroskopis) + fungsi-fungsinya

3. Mekanisme kerja otot (kontraksi dn relaksasi)

4. Mekanisme cramp

5. Metabolisme di otot

6. Kinesiologi ekstremitas inferior

STEP 7 : SINTESIS MASALAH

1. ANATOMI EKSTREMITAS INFERIOR.

Ekstremitas inferior terutama berfungsi menyangga berat tubuh, mengatur gaya berat

dan gerak tubuh. Beberapa otot yang bekerja pada ekstremitas inferior berorigo pada

cingulum ekstremitas inferior, os sacrum dan columna vetebralis. Sehingga dalam

pembicaraan mengenai ekstremitas inferior biasanya termasuk daerah-daerah peralihan

antara truncus dan ekstremitas inferuor (misalnya regio glutea dan regio inguinalis).

Ekstremitas inferior pada awalnya timbul sebagai kuncup kecil pada embrio

sepanjang kira-kira 5mm, yaitu lebih kurang pada umur 4 minggu. Kuncup ekstremitas

inferior dalam perkembangannya terletak agak posterior dari ekstremitas superior. Tiap

kuncup ekstremitas inferior memanjang dengan urutan proksimodistalis (misalnya, regio

cruris muncul lebih dahulu daripada regio pedis). Beberapa hari sesudah pertama kali

ekstremitas inferior dapat terlihat, saraf-saraf tubuh di dalamnya dan kerangka serta otot-

otot mengadakan diferensiasi. Tidak lam kemudian jari-jari kaki dapat dikenali.

Ekstremitas inferior dapat dibagi menjadi beberapa regio, yaitu : regio femoris, regio

glutea, regio genu termasuk fossa poplitea, regio cruris, dan regio pedis.

a) Regio Femoris

Anatomi permukaannya, adalah meliputi Spina Iliaka Anterior Superior mudah

diraba pada orang kurus dan mungkin dapat terlihat. Trocanter major pada femur

terletak selebar tangan di inferior krista iliaca. Patella membentuk suatu tonjolan

Page 2: modul 2 muskular1.docx

yang jelas. Kedua condyly mediale et lateralis femores dapat teraba dengan

mudah.

Di beberapa tempat fascia superfisialis terbagi menjadi dua lapisan, di antara

kedua lapisan ini berjalan vasa dan nervi superficialis. Kedua lapisan ini di regio

inguinalis menebal dan disini lapisan yang lebih superficial melanjutkan diri

sebagai fascia superficialis di abdomen. Lnn. Inguinalis superficisialis dan v.

saphena magna juga berjalan di antara kedua lapisan fascia ini. Vv. Superfiscialis

pada ekstremitas inferior bermuara pada v. Saphena magna et parva.

Fascia profundus merupakan fascia yang kuat, padat, lebar dan membungkus

otot-otot regio femoris laksana stocking ini melekat pada crista iliaka di lateral,

ligamrntum inguinale di anterior, corpus dan ramus inferior ossis pubis serta

ramus inferior ossis ischii dan tuber ischiadica di medial, juga ligamentum

sacrotuberosum dan os sacrum di posterior. Di inferior fascia lata melekat pada

patella, kedua condyli femoris dan kedua condyli tibiae, serta capitulum fibulae,

kira-kira pada dua pertiga inferior regio femoris, ke arah profundus fascia lata

membentuk septa intermusculares mediale et laterale menuju linea aspera. Dengan

adanya kedua septa ini, maka regio femoris terbagi menjadi regio femoris

ventralis dan dorsalis.

Regio Femoris Ventralis, Dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok anterior

dan kelompok anteromedial. Yang termasuk kelompok anterior adalah mm.

Iliopsoas, quadriceps femoris et sartorius. Sedangkan yang termasuk kelompok

anteromedial adalah mm. Pectineus, adductor longus, adductor brevis, adductor

magnus, gracilis et obturator eksternus. Kelompok otot anteromedial disebut juga

“kelompok obturator” karena inervasinya berasal dari n. Obturatorius atau bisa

juga di sebut ”kelompok adduktor” karena sebagian besar bernama seperti itu.

Trigonum Femorale, Setelah fascia lata disingkirkan, maka tampaklah trigonum

femorale, suatu ruang berbentuk segitiga yang terdapat di sepertiga bagian

superomedial region femoris ventralis. Ruang ini dibatasi di superior oleh lig.

Inguinale, di medial oleh tepi medial m. adductor longus, dan di lateral oleh tepi

Page 3: modul 2 muskular1.docx

medial m.sartorius. Dasarnya tidak berupa permukaan yang rata, tetapi berbentuk

selokan dan dibentuk oleh mm. iliopsoas, pectineus dan adductor longus. Sebagai

atapnya adalah fascia lata bersama fascia cribosa. Pada fascia superfiscialis yang

berada di superfisial dari trigonum ini berjalan cabang-cabang superfisisal vasa

femoralis, bagian superior v. Saphena magna, r. Femoris n. Genitofemoralis, n.

Ilioinguinalis dan lnn. Inguinalis superfisisalis.

Isi dari trigonum ini adalah a. Femoralis beserta cabang-cabangnya, v. Femoralis

dengan vena yang bermuara ke dalamnya, nn. Femoralis et cutaneus femoris

lateralis, r. Femoralis dibungkus oleh femoral sheat, suatu perluasan ke arah

inferior dari fascia yang meliputi abdomen, yaitu fascia transversalis di anterior

dan fascia iliaca di psterior. Dinding medial femoral sheat ditembus oleh v.

Saphena magna dan pembuluh limfe, sedangkan dinding lateralnya oleh r.

Femoralis n. Genitofemoralis. Femoral sheat berakhir sampai 4cm di inferior dari

lig. Inguinale dan melanjutkan diri sebagai lapisan adventisia vasa femoralis.

Selain membungkus vasa femoralis, femoral sheat juga membungkus kanalis

femoralis, suatu saluran yang letaknya lebih medial daripada v. Femoralis. Isi

canalis femoralis adalah pembungkus limfe dan jaringan lemak. Ujung

superiornya yaitu annulus femoralis merupakan tempat yang terlebar. Batas-batas

annulus femoralis adalah di lateral, v. Femoralis, di medial ligamentum lacunare,

ramus superior ossis pubis dan m. Pectineus bersam fascianya. Annulus femoralis

tertutup oleh septum femorale, yang merupakan jaringan lemak ekstra peritoneal.

Septum femorale ditembus oleh pembuluh limfe yang menghubungkan lnn.

Inguinalis profundi dengan lnn. Iliaci eksterni.

Page 4: modul 2 muskular1.docx

Regio femoris dorsalis, Otot-ototnya berorigo di tuber ischiadica, diinervasi oleh

pars tibialis n. Ischiadicus dan berperan di dua articulationes, yaitu articulatio

coxae et genu. Kelompok otot ini disebut otot-otot hamstring, terkecuali caput

brevis m. Biseps femoris. Caput longus m. biseps femoris , m. semitendinosis,

serta m. semimembranosus berfungsi dalam ekstensi articulation coxae dan fleksi

articulation genu, sedangkan caput brevis m. bisceps femoris untuk fleksi

articulation genu saja.

Vasanya berupa Aa. Perforantes, yang merupakan cabang dari a. Profunda

femoris, berada di regio ini setelah menembus m. Adductor magnus. Otot-otot di

regio ini arterialisasinya terutama dari aa. Perforantes.

Page 5: modul 2 muskular1.docx

b) Regio Gluteal

Regio glutea terutama ditempati oleh m. Gluteus maksimus, hanya bagian

superolateralnya ditempati oleh m. Gluteus medius.

SIAS dan SIPS serta crista iliaka dapat diraba. Crista iliaka terbentang antara

SIAS dan SIPS, yang tergambarkan oleh lipatan kulit. Di antara kedua SIPS

terdapat kedua sisi posterior os.sacrum. Processus spinosus vertebra sacralis II

letaknya setinggi Sipsdan puncak crista iliaka terletak setinggi processus spinosus

vetebra lumbalis IV. Ke arah inferomedial, tuberischiadica dapat diraba di

profundus dari m. Glutea maximus.

Fascia Superfisialis, di regio ini terdapat banyak lemak dan agak tebal,

merupakan lanjutan daru fascia superfisialis abdomen, perineum dan regio

femoris. Terdapat juga nn. Clunei superior, medius et inferior, rr. Cutanei lateralis

Page 6: modul 2 muskular1.docx

n. subcostalis dan n. iliohypogastricus yang semuanya menginervasi kulit region

glutea.

Fascia Profundus, membungkus m. Gluteus maximus, melanjutkan diri ke

anterior sebagai aponeurosis glutea di superficial dari m. gluteus medius dan

membungkus m. tensor fasciae latae. Di sini lapisan profundusnya menyatu

dengan capsula articularis coxae dan bagian posterior m. rectus femoris. Di

inferior, aponeurosis glutea melanjutkan diri ke distal sebagai tractus iliotibialis,

di superior melekat pada crista iliaca dan di posterior melekat pada lig.

Sacrotuberosum, di tempat lain melanjutkan diri sebagai fascia lata.

Otot-ototnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mm. glutei et tensor fasciae

latae dan mm. rotators lateralis. Yang termasuk kelompok pertam adalah mm.

glutei maximus, medius, minimus et tensor fasciae latae, sedangkan yang

tremasuk kelompok kedua adalah mm. piriformis, obturator internus, gamelli et

quadratus femoris.

M. Gluteus maximus berfungsi untuk ekstensi dan rotasi lateral articulatio coxae.

M. gluteus medius untuk abduksi dan rotasi medial articulation coxae. M. gluteus

minimus berfungsi juga untuk abduksi dan rotasi medial dari articulation coxae.

M. tensor fascia lata untuk abduksi dan rotasi lateral articulation coxae, begitu

juga dengan M. Piriformis, M. Obturator Internus, serta M. Gamelli, sedangkan

pada M. Quadratus Femoris hanya untuk rotasi lateral articulation coxae.

Page 7: modul 2 muskular1.docx

c) Regio Genue

Di posterior dari condylus lateralsi femoris ditemukan tendo insertio m. Biseps

femoris. N. Peroneus communis dapat diraba membelok ke anterior pada

capitulum fibulae. Dalam keadaan fleksi articulation genu maka tampaklah

cekungan di bagian posterior genu, yaitu fossa poplitea.

Anastomosis di sekitar regio genu dilakukan oleh arteri atau cabang dari arteri,

yaitu aa. Genu superior et genu inferior yang merupakan cabang dari a. Poplitea.

A. Genu descendens yang merupakan cabang dari a. Femoralis, r. Descendens a.

Circumflexa femoris lateralis dan aa. Reccurens tibialis anterior et posterior.

Inervasi saraf regio ini adalah oleh cabang-cabang dari nn. Femoralis, peroneus

communis, tibialis et obturatorius.

Fossa Poplitea, daerah yang berbentuk berlian ini terletak di bagian posterior

region genu. Batas superiornya adalah m. Biseps femoris di lateral dan mm.

Page 8: modul 2 muskular1.docx

Semitendinosus et semimembranosus di medial. Batas inferiornya adalah m.

Plantaris dan caput laterale m. Gastorcnemius di lateral serta caput medial m.

gastrocnemius di medialnya.

Atapnya dibentuk oleh fascia profundus. Disini fascia profundusnya tipis,

tetapi kuat dan melekat erat pada tendines otot-otot yang membatasi fossa ini, juga

dinamakan fossa ppoplitea. Dasar fossa ini berturut-utrut dari anterior ke posterior

adalah planum popliteum, lig. Popliteum obliqum dan fascia m. Popliteus. Fossa

poplitea berisis nn. Peroneus comunis et tibialis, vasa poplitea, n. cutaneus

femoris posterior, r. articularis n. obturatorius, akhir v. saphena parva, lnn.poplitea

dan lemak.

d) Regio Cruris

Bagian paling inferior articulatio genu terletak setinggi kira-kira 1 cm di

inferior dari apex patellae capitulum fibulae dan tuberositas tibiae letaknya sama

tinggi, kira-kira 1 cm di inferior articulatio genu.Tuberositas tibiae dan margo

anterior corpus tibiae terletak di subkutan. Malleolus medialis letaknya subkutan

dan ujungnya lebih anterior dan superior daripada ujung Malleolus lateralis.

Tendines insertiones mm.tibialis postrior et flexor digitorum longus dapat teraba

di posterior dari malleolus medialis. Titik tertinggi articulatio talocruralis terletak

kira-kira 1 cm di superior ujung malleolus medialis. N peroneus communis yang

mengelilingi capitulum fibulae ke arah anterior dapat teraba pada m.biceps

femoris dan fibula. Pulsasi a. tibialis posterior dapat diraba diantara malleolus

medialis dan tendo calcaneus.

Fascia Superficialis, Pada fascia superficialis terdapat vv.saphenae magna et

parva dan nn.saphenus, peroneus superficialis, cutanei surae medialis et lateralis,

suralis,cutaneus femoris posterior. Saraf yang menginervasi kulit bagian

anteromedial regio cruris yaitu: N.Cutaneus Surae Medialis,N.Cutanae Surae

Lateralis, N.Cutaneus Femoris Posterior.

Fascia profundus, di regio ini yang dinamakan fascia cruris, merupakan lanjutan

dari fascia lata. Fascia cruris melekat pada margines anterior et medialis corpus

Page 9: modul 2 muskular1.docx

tibiae. Di bagian proximal sisis anterior regio ini, fascianya sangat tebal untuk

origo otot-otot yang berada pada profundusnya. Meskipun fascia ini dibagian

distal tipis,tetapi pada saat membentuk retinacula fascia ini menebal. Ke arah

profundus,fascia cruris membentuk septum intermusculares anterior, yang melekat

pada margo posterior corpus fibulae.

Dengan adanya kedua septa,maka regio cruris dibagi menjadi tiga regions: regio

cruris ventralis, yang diinervasi oleh N.peroneus profundus,regio cruris lateralis

yang otot-ototnya diinervasi N.peroneus superficiallis dan regio cruris posterior

terbagi lagi oleh fascia transversa profundus, yang terbentang antara margi

medialis cirpus tibiae dan margo posterior corpus fibulae, menjadi dua lapisan sel

otot: lapisan superficial dan profundus. Membrana interossea menghubungkan

kedua margines interissei corpora tibiae et fibulae. Di inferior,fascia cruris

melanjutkan diri sebagai fascia pedis dan kira-kira setinggi kedua malleoli,fascia

cruris membentuk retinaculum muscolorum, extensorum,peroneorum et flexorum.

Retinacula Musculorum. Di distal, fascia cruris menebal karena danya sabut-

sabut transversal yang membentuk retinacula disekitar tendines insertiones otot-

otot regio cruris. Terdapat lima retinacula, yaitu dianterior adalah retinacula

musculorum extensorum superior et Inferior, di posteromedial adalah retinaculum

musculorum flexorum dan di posterolateral adalah retinacula musculorum

peroneorum superior et inferior.

Regio Cruris Ventralis. Pada regio ini, otot-ototnya antara lain: mm.tibialis

anterior, extensor hallucis longus,extensor digitorum longus et peroneus tertius.

Fungsi otot-otot disini adalah untuk dorsoflexio articulatio talocruralis.

Saraf-saraf di regio cruris ventralis, M,peroneus pfofundus yang merupakan

cabang dari n.peroneus communis,berawal diantara collum fibulae dan

m.peroneus longus. Kemudian menembus septum intermusculare anterior dan

m.extensor digitorum longus untuk berada pada regio cruris ventralis bersama

dengan arteri tibialis anterior. Saraf ini berjalan di permukaan anterior membrana

interossea diantara mm.tibialis anterior, extensor hallucis longus et extensor

Page 10: modul 2 muskular1.docx

digitorum longus. Didekat articulatio talocruralis, saraf ini disilang oleh tendo

insertio m.extensor hallucis longus dan memasuki dorsum pedis diantara kedua

malleoli. Selain menginervasi otot-otot di regio ini N.peroneus profundus

menginervasi m.extensor digitorum brevis.

Regio Cruris Lateralis, Otot-otot yang terdapat pada regio cruris lateralis antara

lain:mm peronei longus et brevis, yang terletak diantara septa intermusculares

anterior et posterior, lateral terhadap fibula. Keduanya diinervasi oleh n.peroneus

superficialis.

Vasa di regio cruris lateralis, Arteri circumflexa peronea, yang merupakan cabang

arteri tibialis posterior, adalah satu-satunya pembuluh darah yang berhubungan

dengan mm.peronei.Arteria ini mengelilingi facies lateralis corpus fibulae sedikit

di inferior dari n.peroneus communis. Kemudian menembus tendo origo m.soleus

pada fibula untuk menuju mm.peronei.

Saraf-saraf di regio cruris lateralis, N.peroneus superficialis yang merupakan salah

satu dari dua cabang terminal n.peroneus communis, dimulai diantara m.peroneus

longus dan fibula, serta berjalan ke inferior diposterolateral terhadap septum

intermusculare anterior. Kemudian berada dianterolateral terhadap fibula diantara

mm.peronei dan flexor digitorum longus. Saraf ini menginervasi mm peronei dan

menembus fascia cruris untuk berjalan superficial di sepertiga distal regio

cruris,kemudian berjalan difascia superficialis untuk menginervasi kulit bagian

distal regio cruris ventralis.

Regio Cruris Dorsalis, Diregio ini terdapat fascia transversa profundus, sehingga

otot-ototnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu: superficial dan profundus. Yang

termasuk dalam otot superficial adalah: m.triceps surae, terdiri dari

mm.gastrocnemeus et soleus dan m.plantaris. sedangkan, kelompok otot

profundus terdiri dari m.popliteus, flexor digitorum longus, tibialis posterior et

flexor hallucis longus. Semua ini diinervasi oleh n.tibialis.

Vasa di regio cruris dorsalis, Arteri tibialis posterior merupakan cabang terminal

arteri poplitea yang paling besar. Arteria ini dimulai dari tepi inferior

Page 11: modul 2 muskular1.docx

m.popliteus.Di anteriornya terdapat mm.tibialis posterior et flexor. Digitorum

longus dan facies posterior corpus tibiae. Di posteriornya terdapat facia transversa

profundus dan mm.soleus et gastrocnemius. Di distal, arteri ini berjalan

superficial, tetapi ketika bercabang menjadi dua terminal, yaitu: aa.plantares

medialis et lateralis,arteri tibialis posterior berada di profundus dari retinaculum

musculorum flexorum dan m.abductor hallucia.

Cabang-cabangnya adalah arteri circumflexa peronea, berjalan ke lateral di

sekeliling collum fibullae dan memembus tendo origo m.soleus pada fibula dan

a.peronea, yang merupakan cabang terbesar, berjlan kelateral pada m.tibialis

posterior untuk berada di permukaan posterior membrana interossea dan fibula di

profundus m.flexor halluci longus. A.peronea memberikan cabang r.perforans

yang berjalan interossea kemudian berjalan ke inferior di profundus dari

mm.extensorium digitorum longus et peroneus tertius. Cabang-cabang arteri

peronea lainnya adalah a.malleolaris posterior medialis, juga rr.calcanei mediales

posterior. Sedang cabang terminal a.tibialis posterior adalah aa. Plantares medialis

et lateralis. Vv,tibiales posterior berjalan bersama arterinya membentuk vena

poplitea.

Saraf –saraf di regio cruris dorsalis, N.tibialis berjalan di superficial dari

m.popliteus dan di profundus dari m.gastrocnemius. Ditepi inferior m.popliteus

saraf ini berada di profundus arcus tendineus m.soleus. Berjalan ke inferior

awalnya di posterior dari mm.tibialis posterior et flexor digitorum longus,

kemudian di posterior dari tibia posterior dari a.tibialis posterior untuk berada

pada lateralnya. Saraf ini berakhir di profundus dari retinaculum musculorum

flexorum dengan bercabang menjadi dua terminalnya yaitu nn.plantares medialis

et lateralis. Selain menginervasi otot-otot regio ini, saraf ini mempunyai cabang rr.

Calcanei mediales untuk kulit daerah calcaneus dan planta pedis.

e) Regio Pedis

Fascia Superficialis, Di dorsum pedis,fascia superficialnya tipis dan terdapat

venae superficiales, yaitu : vv.digitales dorsales pedis et arcus venosus dorsalis

Page 12: modul 2 muskular1.docx

pedis, serta cabang-cabang nn.peroneus profundus, sapheneus, cutanei dorsales

pedis medialis intermedius et laterallis. Fascia superficialis di planta pedis lebih

tebal , karena berfungsi ebagai bantalan antara tulang dan kulit. Di sini terdapat

jaringan vv.plantares superficiales superficiales yang membentuk arcus venosus

plantaris pedis dan cabang-cabang rr.calcanei mediales,n.tibialis,nn.plantares

medialis et lateralis, digitalis plantares.

Fascia Profundus, Fascia ini merupakan lanjutan fascia cruris. Didorsum pedis

fascianya tipis dan merupakan lanjutan dari retinaculum musculorum extensorium

inferior. Disisi lateral dan posterior,fascia profundusnya melanjutkan diri sebagai

fascia plantaris. Di planta pedis fascia plantaris bagian sentral menebal,

membentuk aponeurosis plantaris. Struktur ini berfungsi untuk menyangga arcus

pedis longitudinalis. Aponeurosis plantaruis melekat pada tuber calcanei dan

menyebar ke seluruh planta pedis, makin lebar makin tipis. Dari tepi-tepi bagian

sentral aponeuresis ini, septa vertikal menonjol ke profundus , sehinga terbentuk

tiga bagian ruang yaitu medial, lateral dan sentral.

Regio Dorsalis Pedis , Hanya terdapat dua otot yang saling berhubungan erat di

regio ini, yaitu mm.extensores hallucis breves et digitorum brevis. Keduanya

berorigo pada bagian anterolateral permukaan superior calcaneus dan retinaculum

musculorum extensorum inferior serta diinervasi oleh n.peroneus profundus.

Vasa di regio dorsalis pedis, Arteri dorsalis pedis merupakan lanjutan dari

a.tibialis anterior yang muncul tepat di medial dari n.peroneus profundus dan

diantara tendineous insertiones mm.extensores hallucis longus et digitorum

longus. Kemudian berjalan ke distal menuju daerah antara hallux dan digitus II,

dan akhirnya akan bercabang menjadi dua arteriae yaitu arteri arcuata yang

berjalan transversal dan lebih kecil, serta r.plantaris profundus, yang menuju

m.interosseus dorsalis I, keduanya mengeluarkan cabang-cabang yaitu

aa.metatarsale dorsalis, yang berhubungan dengan arcus plantaris dan

aa.metatarsal plantaris serta berakhir dengan aa.digitales dorsales. Cabang-cabang

a.dorsalis pedis lainnya adalah aa.tarsales medialis et lateralis.

Page 13: modul 2 muskular1.docx

Regio Plantaris Pedis, Untuk keperluan diseksi ,maka otot-otot diregio ini dibagi

menjadi empat lapisan. Lapisan pertama, yang paling superficial terdiri dari

mm.adductor hallucis,flexor digitorum brevis et abductor digiti V. Di lapisan

kedua terdapat mm.quadratus plantae et lumbricaes dan tendines insertiones

mm.flexores hallucis longus et digitorum longus .Lapisan ketiga terdiri dari

mm.flexor hallucis brevis,adductor hallucis et flexor digiti V brevis. Sedang,

lapisan letiga keempat atau yang paling profundus, terdiri dari mm interossei dan

tendines insertiones mm.tibialis posterior et peroneus longus.

Vasa di regio plantaris pedis, A.tibialis posterior di profundus retinaculum

musculorum flexorum bercabang menjadi cabang terminalnya, yaitu aa. Plantares

medialis et lateralis. Keduanya memasuki planta pedis di profundus dari

m.abduktor hallucis bersama .plantares medialis et lateralis. Venae di planta pedis

dimulai dari vv.digitales plantares yang berjalan ke proximal dan bersama venae

Page 14: modul 2 muskular1.docx

dari rete venosus plantaris membentuk vv.metatarsales plantares yang membentuk

arcus venosus plantares. Vv.plantares medialis et lateralis berjalan ke posterior

dan keduanya menyatu diposterior dari malleolus medialis membentuk v.tibialis

posterior.

Saraf-saraf di regio plantaris pedis, N.tibialis bercabang menjadi dua

terminalnya yaitu nn.plantares medialis et lateralis, di posterior dari malleolus

medialis. Keduannya menginervasi otot-otot intrinsik regio pedis, kecuali

mm.extensores hallucis brevis et digitorum brevis dan juga menginervasi kulit

plantaris pedis.

2. STRUKTUR MIKROSKOPIS OTOT

Berbentuk silindris dengan panjang yang bervariasi antara 1-40 mm dan diameter 10-

100 mikron. Mempunyai inti banyak dan letaknya di tepi sel. Memounyai garis-garis

melintang yang disebut GARIS ANISOTROP ( Pita A ) yang tampak gelap dan GARIS

ISOTROP ( Pita I ) yang pada sediaan tampak terang.

Setiap sabut (sel) otot terdiri dari serabut-serabut yang disebut MYOFIBRIL

(serabut otot). Pada potongan melintang, dengan memakai mikroskop sinar, myofibril

tampak sebagai bintik-bintik karena mempunyai diameter 1-2 mikron. Myofibril ini

membentuk kelompok-kelompok yang disebut COHNHEIMFIELD ( lapangan

Conheim).

Setiap sabut otot yang berbetuk silinder ini dibungkus oleh plasma membrane

yang disebut Sarkolemma. Setiap sabut otot akan dipisahkan dengan sabut otot yang lain

oleh jaringan ikat yang disebut Endomysium. Beberapa sabut otot akan membentuk

kelompok yang disebut Fasikelotot dan dibungkus oleh Perimisium yang fungsinya untuk

menahan dan melindungi otot supaya otot tetap pada tempatnya , tempat asal/origo dari

beberapa otot, tempat letaknya pembuluh darah dan saraf untuk jaringan otot. Selanjutnya

beberapa fasikel otot akan membentuk otot yang dibungkus oleh Epimysium.

Page 15: modul 2 muskular1.docx

Pada potongan membujur otot bergaris akan tampak garis-garis gelap ( pita A)

dan garis-garis terang ( Pita I ) silih berganti. Ditengah pita A yang gelap terdapat suatu

garis tipis yang tampak terang dan disebut Pita H. Sedangkan di tengah pita I yang terang

terdapat suatu garis gelap yang disebut Garis Z.

Bagian myofibril yang terdapat diantara 2 garis Z disebut Sarkomer yang

merupakan unit kontraksi terkecil di dalam myofibril.

Struktur Sel Otot

Bagian-bagian sel otot adalah :

1. Sarkolema, merupakan membran plasma sel otot

2. Sarkoplasma, merupakan sitoplasma sel otot

3. Retikulum sarkoplasma, merupakan retikulum endoplasma sel otot

4. Nukleus, jumlahnya banyak dan terletak di sepanjang tepi sel otot

Sarkolemma

Sarkolemma adalah selaput pembungkus otot yang tersusun ganda (double

membrane), yakni selaput luar ( 40 angstrom) ruang antara ( 20 angstrom ) dan

Selaput dalam (setebal 40 Angstrom)

Page 16: modul 2 muskular1.docx

Selaput luar mirip membrane basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput

dalam (plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak

(lipid).

Secara umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan

alkali.

Serabut-serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot

primer disebut fasikulus, yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat

(endomisium).

Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam fasikulus yaitu: serabut otot, sel endotel,

perisit, fibroblast dan miosatelit.

Sarkoplasma adalah sitoplasma Otot

Sarkoplasma (Cytoplasmic matrix) mengandung: Organoida, mitokondria

(sarcosomes) - ribosom- Apparatus golgi - myofibril - Endoplasmik retikulum

Selain itu terdapat pula enzim sitokrom oksidatif. Mitokondria terdapat berbatasan

dengan sarkolema dan dekat inti di antara myofibril.

Sarkoplasmik retikulum bersifat agranuler (Smooth ER.), karena ribosom pada otot

kerangka terdapat bebas dari matriks. Sisterna pada sarkolasmik retikulum terjalin

pararel dengan myofibril, yang pada interval tertentu membentuk pertemuan dengan

jalinan transversal, disebut triade.

Penelitian pada otot salamander (Amblistoma punctatum) , triade ini terdapat

mengitari garis Z (Zwischenschreibe). Pada hewan lain dan manusia tiap sarkomer

memiliki dua triade di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I (isotrop).

Organoida ini berfungsi menyalurkan impuls dari permukaan otot kerangka ke dalam

serabut yang lebih dalam letaknya.

Struktur Miofibril

Miofibril tersusun atas banyak miofilamen. Miofilamen tersusun atas filamen tipis dan

filamen tebal.

Page 17: modul 2 muskular1.docx

1. Filamen tipis tersusun atas tiga protein yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Aktin

merupakan protein struktural utama penyusun filamen tipis yang terdiri dari dua

untai helix (spiral). Molekul aktin memiliki tempat aktif untuk berikatan dengan

jembatan silang miosin. Tropomiosin merupakan protein berbentuk seperti benang

yang terletak di sepanjang untai heliks aktin dan menutupi tempat-tempat aktif aktin

yang berikatan dengan jembatan silang. Troponin merupakan kompleks protein

yang terdiri atas tiga protein yaitu troponin I (mengikat aktin), troponin T

(mengikat tropomiosin) dan troponin C mengikat ion kalsium (Ca2+)

2. Filamen tebal terdiri dari benang-benang protein miosin. Setiap filamen miosin

membentuk sebuah kepala yang menonjol di salah satu ujung. Satu susunan filamen

miosin memiliki memiliki kepala-kepala yang menonjol di berbagai tempat di

kedua ujung. Kepala-kepala molekul miosin membentuk jembatan silang. Setiap

jembatan silang memiliki memiliki dua tempat penting yaitu tempat mengikat aktin

dan temat enzim ATPase miosin.

Di dalam sebuah miofibril, filamen aktin dan miosin sejajar dan tersusun

berdampingan.

Filamen aktin dan miosin saling tumpang tindih tersusun menurut pola tertentu

sehingga menghasilkan pandangan garis-garis seran lintang.

Masing-masig satuan pola berulang yang disebut daerah sarkomer dan setiap

sarkomer dipisahkan oleh dua garis Z. Sarkomer merupakan unit fungsional otot

ragka karena mampu berkontraksi.

Garis Z merupakan tempat menempelnya filamen-filamen ak tin.

Filamen-filamen miosin dengan kepalanya yang menonjol terletak diantara

filamen aktin, tidak menempel pada garis Z.

Daerah terang disebut pita I (isotrop), hanya memiliki filamen tipis (filamen

aktin), daerah gelap disebut pita A (anisotrop) memiliki filamen tipis dan tebal

(miosin).

Pita I dibagi dua oleh garis Z dan pita A dibagi dua oleh zona H. Pada zona H

hanya terdapat filamen tebal (miosin).

Dengan mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki :

Page 18: modul 2 muskular1.docx

1. bagian cerah (Pita I)

2. bagian gelap (Pita A),

Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap

myofibril memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.

Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu:

1. Filamen Miosin

Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan

panjangnya 1,5 µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A.

Filamen ini tersusun pararel dan berenang bebas dalam matriks.

Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari myosin adalah sebagai

enzim katalisator yang berperanan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan

energi ini digunakan untuk kontraksi.

Filamen-filamen tebal tersusun dari Miosin

Filamen-filamen tebal pada vertebrata (makhluk hidup bertulang belakang) hampir

sebagian besar tersusun dari sejenis protein yang disebut Miosin. Molekul miosin

terdiri dari enam rantai polipeptida yang disebut rantai berat dan dua pasang rantai

ringan yang berbeda (disebut rantai ringan esensial dan regulatori, ELC dan RLC).

Miosin termasuk protein yang khusus karena memiliki sifat berserat (=fibrous) dan

globular. Struktur tersebut dapat dilihat pada gambar 3. Secara umum, molekul

miosin dapat dilihat sebagai segmen berbentuk batang sepanjang 1600 Angstrom

dengan dua kepala globular. Miosin hanya berada dalam wujud molekul-molekul

tunggal dengan kekuatan ioniknya yang lemah. Bagaimanapun juga, protein-protein

ini berkaitan satu sama lain menjadi struktur yang dapat dilihat pada gambar 4.

Page 19: modul 2 muskular1.docx

Struktur tersebut ialah struktur dari filamen tebal yang telah dibicarakan

sebelumnya. Pada struktur itu, filament tebal merupakan suatu bentuk yang bipolar

dengan kepala-kepala myosin yang menghadap tiap-tiap ujung filamen dan

menyisakan bagian tengah yang tidak memiliki kepala satupun (=bare zone / jalur

kosong). Kepala-kepala miosin itulah yang merupakan wujud dari cross-bridges

dalam perhubungannya dengan miofibrilmiofibril. Sebenarnya, rantai berat myosin

berupa sebuah ATPase yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi dalam suatu

reaksi yang membuat terjadinya kontraksi otot. Jadi, otot merupakan alat untuk

mengubah energi bebas kimia berupa ATP menjadi energi mekanik. Sementara itu,

fungsi rantai ringan miosin diyakini sebagai modulator aktivitas ATPase dari rantai

berat yang bersambungan dengannya. Di tahun 1953, Andrew Szent-Gyorgi

menunjukkan bahwa miosin yang diberi tripsin secukupnya akan memecah miosin

menjadi dua fragmen (Gambar 5) yaitu Meromiosin ringan (LMM) dan

Meromiosin berat (HMM). HMM dapat dipecah dengan papain menjadi dua bagian

lagi yaitu dua molekul identik dari subfragmen-1 (S1) dan sebuah subframen-2 (S2)

yang berbentuk mirip batang.

2. Filamen Aktin

Panjangnya 1µ dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z.

Bagian tengahnya langsing dan elastis.

Filamen ini membentuk cakram I, meskipun sebagian masuk ke dalam cakram

A.

Aktin dan myosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet.

Pada sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan

H bahkan garis M. dan Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc: yang

Berupa garis tipis dan gelap yang membagi cakram I sama rata.

Daerah antara 2 garis Z disebut “sarkomer” yang panjangnya sekitar 1,5µ.

Filamen-filamen tipis tersusun dari Aktin, Tropomiosin dan Troponin

Page 20: modul 2 muskular1.docx

Komponen penyusun utama filamen tipis ialah Aktin. Aktin merupakan protein

eukariotik yang umum, banyak jumlahnya, dan mudah didapati. Aktin didapati dalam

wujud monomer-monomer bilobal globular yang disebut G-aktin yang secara normal

mengikat satu molekul ATP untuk tiap-tiap monomer. G-aktin itu nantinya akan

berpolimerisasi untuk membentuk fiber-fiber yang disebut F-aktin. Polimerisasi ini

merupakan suatu proses yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dengan ADP yang

nantinya terikat pada unit monomer F-aktin. Sebagai hasilnya, F-aktin akan

membentuk sumbu rantai utama dari filamen tipis dengan struktur yang tergambar

pada gambar 6. Tiap-tiap unit monomer F-aktin mampu mengikat sebuah kepala

myosin (S1) yang ada pada filamen tebal. Mikrograf elektron juga menunjukkan

bahwa F-aktin merupakan deretan monomer terkait dengan urutan kepalaekor-

kepala. Maka dari itu, F-aktin memiliki wujud yang polar. Semua unit monomer F-

aktin memiliki orientasi yang sama dilihat dari sumbu fiber. Filamen-filamen tipis itu

juga memiliki arah yang menjauhi disk Z. Sehingga kumpulan-kumpulan filamen

tipis yang menjulur pada kedua sisi disk Z itu memiliki orientasi yang berlawanan.

Komposisi miosin dan aktin masing-masing sebesar 60-70% dan 20-25% dari protein

total pada otot. Sisa protein lainnya berkaitan dengan filamen tipis yakni

Tropomiosin dan Troponin. Troponin terdiri dari tiga subunit yaitu TnC (protein

pengikat ion Ca), TnI (protein yang mengikat aktin), dan TnT (protein yang mengikat

tropomiosin). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa kompleks tropomiosin - Troponin

mangatur kontraksi otot dengan cara mengontrol akses cross-bridges S1 pada

posisiposisi pengikat aktin.

Page 21: modul 2 muskular1.docx

3. MEKANISME KERJA OTOT

Mekanisme kontraksi otot rangka

Filamen-filamen tipis di kedua sarkomer tergelincir bergeser masuk ke arah pusat

pita A selama kontraksi. Ketika bergerak kea rah pusat tersebut, filamen tipis menaik

garis-garis Z ke tempat filamen tersebut melekat mendekat satu sama lain, sehingga

Page 22: modul 2 muskular1.docx

sarkomer memendek. Karena semua sarkomer memendek di seluruh serat otot

memendek secara simultan , keseluruhan serat menjadi lebih pendek. Hal ini dikenal

sebagai sliding filament mechanism kontraksi otot. Kontraksi dilakukan oleh pergeseran

filament-filamen tipis yang mendekat satu sama lain diantara filamen tebal.

Selama kontraksi dengan “pengawal” tropomiosin dan troponin digeser oleh Ca2+,

jembatan silang myosin dari filament tebal dapat berikatan dengan molekul aktin di

filament tipis di sekitarnya. Sewaktu myosin dan aktin berkontak di jembatan silang,

konformasi jembatan silang berubah , sehingga jembatan tersebut menekuk ke dalam

seolah-olah memiliki engsel, “mengayun” kea rah pusat filament tebal seperti mengayuh

dayung sampan.Hal yang disebut sebagai “power stroke”. Pada setiap saat selama

kontraksi sebagian jembatan silang melekat ke filamen tipis dan mengayun sementara

sebagian yang lain kembali ke konformasi mereka semula dalam persiapan untuk

mengikat molekul aktin yang lain. Apabila siklus jembatan silang ini tidak asinkron

filament-filamen tipis akan kembali menggelincir ke posisi istirahat mereka diantara

ayunan.

Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi oleh pelepasan asetilkolin di taut

neuromuskulus antara ujung neuron motorik dan serat otot. Ingatlah bahwa pengikatan

Ach dengan motor end plate serat otot menyebabkan perubahan permeabilitas di serat

otot yang akhirnya menimbulkan potensial aksi yang dihantarkan ke seluruh permukaan

membrane sel otot. Adanya potensial aksi local di tubule T menginduksi perubahan

permeabilitas di suatu jaringan membranosa terpisah di dalam serat otot yaitu reticulum

sarkoplasma. Kantung lateral reticulum sarkoplasma menyimpan Ca2+ dari reticulum

sarkoplasma ke dalam sitosol.

Di membrane tubulus T terdapat tempat yang peka voltase dan diaktifkan ketika

potensial aksi menjalar ke bawah ke tubulus T. Tempat tempat di tubulus T yang

menonjol dari reticulum sarkoplasma didekatnya memicu perubahan mekanis yang

membuka protein kaki yang berbatasan langsung atau saluran Ca. Akibatnya terjadi

pengeluaran Ca dari kantung lateral. Mekanisme apapun yang diajukan atau kombinasi

kedua mekanisme tersebut yang sebenarnya terjai, Ca yang dikeluarkan ini dengan sedikit

mereposisi molekul-molekul troponin dan tropomiosin menyebabkan tempat pengikatan

Page 23: modul 2 muskular1.docx

di molekul aktin terpajan sehingga dapat berikatan dengan jembatan silang myosin di

tempat pengikatan komplementernya.

Jembatan silang myosin memiliki 2 tempat khusus tempat pengikatan aktin dan

tempat ATPase. Yang terakhir adalah suatu tempat enzimatik yang dapat mengikat

molekul pembaa energy, ATP dan menguraikannya menjadi ADP dan Pi, dalam

prosesnya menghasilkan energy.

Secara singkat proses metabolisme energy adalah sebagai berikut :

1. Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali

potensial aksi di sel otot yang merambat ke seluruh permukaan membran.

2. Aktiviitas listrik permukaan dibawa ke bagian tengah serat otot oleh tubulus T.

3. Penyebaran potensial aksi ke tubulus T mencetuskan pelepasan simpanan Ca2+ dari

kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma didekat tubulus.

4. Ca2+ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah benuknya, sehingga

kompleks troponin-tropomiosin secara fisik tergeser ke samping, membuka tempat

pengikatan jembatan silang aktin.

5. Bagian aktin yang telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang myosin

yang sebelumnya telah mendapat energi dari penguraian ATP menjadi

ADP+Pi+energi oleh ATP ase myosin di jembatan silang.

6. Pengikatan aktin dan myosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang

menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik filamen tipis ke

arah dalam. Pergeseran kea rah dalam dari semua filamen tipis yang mengelilingi

filament tebal memperpendek sarkomer.

7. Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan

silang.

8. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang

yang mengembalikan bentuknya ke konformasi semula.

9. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase myosin kembali memberikan

energi bagi jembatan silang.

Page 24: modul 2 muskular1.docx

10. Apabila Ca2+ masih ada sehingga kompleks troponin tropomiosin tetap bergeser ke

samping, jembatan silang ali menjalani siklus pengikatan dan penekukan menarik

filament tipis selanjutnya.

11. Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi local dan Ca2+ secara aktif te;ah kembali

ke tempat penyimpanannya di kantung lateral reticulum sarkoplasma, kompleks

troponin tropomiosin bergeser kembali ke posisinya menutupi tempat pengikatan

jembatan silang aktin, sehingga aktin dan myosin tidak lagii berikatan di jembatan

silang dan filament tipis bergeser kembali ke posisi istirahat seiring dengan

terjadinya proses relaksasi.

Relaksasi

Proses kontraksi dihentikan ketika Ca dikembalikan ke kantung lateral karena

aktivitas listril local berhenti, reticulum sarkplasma memiliki suatu pembawa yang

memerlukan energy, yaitu pompa Ca-ATP ase yang secara aktif mengangkut Ca dari

sitosol an memusatkannya di dalam kantung lateral. Ketika ACh-esterase menyingkirkan

Ach dari taut neuromuskulus,potensial aksi di serat otot berhenti. Apabila tidak ada lagi

potensial aksi local di T tubul yang mencetuskan pengeluaran Ca, aktivitas pompa Ca

reticulum sarkoplasma akan mengembalikan ca yang telah dikeluarkan ke kantung lateral

yang menyebabkan kompleks troponin tropomiosin bergeser kembali ke posisi

mengahmbatnya, sehingga aktin dan myosin tidak dapat berikatan di jembatn silang.

Filament tipis yang terbebas dari siklus pengikatan dan penarikan jembatan silang, dapat

kembali ke posisi istirahatnya,terjadilah relaksasi.

4. MEKANISME CRAMP

Pengertian

Menurut Basoeki (2005) kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan,

terjadi secara mendadak tanpa disadari. Otot yang mengalami kram sulit untuk menjadi

rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk meregangkan otot yang

kram itu. Kontraksi dari kram otot sendiri dapat terjadi dalam waktu beberapa detik

Page 25: modul 2 muskular1.docx

sampai beberapa menit. Selain itu, kram otot dapat menimbulkan keluhan nyeri. Kram

otot dapat mengenai otot lurik atau bergaris, otot yang berkontraksi secara kita sadari.

Kram otot dapat juga mengenai otot polos atau otot yang berkontraksi tanpa kita sadari.

Kram otot dapat terjadi pada tangan, kaki, maupun perut.

Mekanisme

Ganong (1998) menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa

relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan

tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai

penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh

lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan otot tunggal.

Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi

berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon tersebut

bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau

kontraksi otot yang berlebihan (kram otot).

Menurut Corwin (2000) setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan

menghasilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila

kalsium dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada

otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi.

Apabila stimulasi diperpanjang, maka kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai

kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, terjadi kram otot sampai dengan tetani yang

ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan.

Menurut Ganong (1998) satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat

yang kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan

otot. Potensial aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul

kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi

potensial aksi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang

dirangsang.

Hubungan Hemodialisa dengan Kram Otot

Page 26: modul 2 muskular1.docx

Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan

beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer (NKF 2006). Dengan

adanya sebagian darah pasien yang keluar dari tubuh dan beredar dalam sebuah mesin

(extracorporeal) bisa menyebabkan sirkulasi darah ke otot kurang baik sehingga dapat

mengakibatkan kram otot.

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) alat dialisa juga dapat dipergunakan untuk

memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui

ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma

(dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Adanya penarikan cairan

(ultrafiltrasi) selama hemodialisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan yang

dapat menyebabkan terjadinya kram otot.

Menurut Price dan Wilson (1995) komposisi cairan dialisat diatur sedemikian rupa

sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat

memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-

unsur yang umum terdiri dari Na+ , K+, Ca++ , Mg++ , Cl- , asetat dan glukosa. Urea,

kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat

karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Adanya perbedaan unsur-unsur

elektrolit dalam dialisat dengan komposisi elektrolit darah pasien bisa mengakibatkan

kekurangan elektrolit. Adanya kekurangan cairan dan elektrolit bisa mengakibatkan kram

otot (Basoeki, 2005).

Faktor Penyebab Cramp

Penyebab Kram Otot menurut Mohamad (2001) kram otot dapat terjadi karena letih,

biasanya terjadi pada malam hari, dapat pula karena dingin, dan dapat pula karena panas.

Pada otot bergaris, kram dapat disebabkan kelelahan, dehidrasi atau kekurangan cairan

dan elektrolit (terutama kekurangan kalium dan natrium), dapat juga akibat trauma pada

tulang dan otot yang bersangkutan, atau kekurangan magnesium. Selanjutnya Basoeki

(2005) menegaskan bahwa beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya kram otot,

seperti obat pelancar kemih, penurun lemak, kekurangan vitamin B1 (thiamine), vitamin

Page 27: modul 2 muskular1.docx

B5 (pantothenic acid) dan B6 (pyridoxine). Kram otot juga dapat terjadi akibat sirkulasi

darah ke otot yang kurang baik.

Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui (idiopatik). Sementara ahli berpendapat

bahwa kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk

kontraksi. Hal ini terjadi saat kita tidur dengan posisi dengkul setengah ditekuk, dan

telapak kaki sedikit mengarah ke bawah. Pada posisi ini otot betis agak tertekuk dan

mudah terkena kram. Itulah mengapa gerakan pelenturan sebelum tidur dapat

mencegahnya.

Pada beberapa kasus, kram mungkin terjadi karena masalah atau kondisi lainnya,

misalnya:

Beberapa jenis obat dapat memberikan efek samping berupa kram. Golongan obat ini

antara lain: diuretik, nifedipine, cimetidine, salbutamol, statins, terbutaline, lithium,

clofibrate, penicillamine, phenothiazines, dan nicotinic acid.

Dehidrasi

Ketidakseimbangan zat garam dalam darah (misalnya, kadar kalsium atau potasium

terlalu rendah)

Kehamilan, terutama pada trimester akhir

Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Penyempitan arteri kaki yang menghambat sirkulasi

Gangguan saraf

Sirosis hati

Pada kondisi di atas, kram hanyalah satu dari beberapa gejala lainnya. Bila tidak ada

gejala lain, kemungkinan besar kram bersifat idiopatik dan bukan karena kondisi di atas.

Pencegahan dan Penanganan Cramp

Pencegahan

Page 28: modul 2 muskular1.docx

Minum setidaknya enam gelas penuh setiap hari, termasuk satu gelas sebelum tidur,

dan perbanyak minum sebelum, selama dan setelah berolah raga.

Konsumsi makanan yang kaya kalsium, potasium dan magnesium. Makan satu atau

dua buah pisang sehari cukup memenuhi kebutuhan potasium tubuh.

Kram biasanya bisa dicegah dengan tidak segera berolahraga setelah makan dan dengan

peregangan otot secara perlahan sebelum olahraga atau pergi tidur. Peregangan membuat

otot dan tendon lebih fleksibel dan sedikit mungkin berkontraksi secara spontan. Tidak

mengkonsumsi kafein (misalnya, pada kopi atau coklat) dan tidak merokok juga

membantu untuk mencegah kram. Obat-obatan yang merangsang, seperti ephedrine atau

pseudoephedrine (yang mengandung dekongestan pada banyak sekali obat-obatan di

toko), harus tidak digunakan jika kram adalah sebuah masalah. Minum banyak cairan

(terutama sekali minuman ringan yang mengandung potassium) setelah olahraga juga

membantu mencergah kram.

1. Pemanasan yang cukup sebelum berolah raga atau aktivitas tertentu yang melibatkan otot.

Kemudian jangan lupa pendinginan / pelemasan sesudahnya.

2. Minum lebih banyak cairan, terutama yang mengandung elektrolit, saat berolahraga.

3. Olah raga dengan intensitas ringan lebih dahulu, kemudian berangsur-angsur lebih berat.

4. Jika mesti duduk lama (menggunakan otot panggul) atau menulis lama (menggunakan

otot jari), selang beberapa lama sebaiknya diselingi pelemasan dan peregangan.

Biasanya kram otot dapat berhenti dengan meregangkan otot yang mengalami kram, agar

otot itu menjadi rileks kembali (Basoeki, 2005). Sedangkan, kram otot yang terus

menerus dan sering terjadi dapat menyebabkan distonia. Jika terjadi kram otot selama

tindakan hemodialisa segera lakukan pengobatan dengan langsung memulihkan volume

cairan intravaskuler melalui pemberian bolus cairan isotonic saline natrium clorida

(NaCL 0,9 %) (NKF, 2006).

Penanganan

Gerakan pelemasan (stretching) dan pemijatan biasanya dapat meredakan serangan kram.

Obat pengurang sakit biasanya tidak bermanfaat karena tidak cukup cepat bekerja.

Page 29: modul 2 muskular1.docx

Namun, pengurang sakit seperti paracetamol mungkin bermanfaat meringankan nyeri dan

lemas otot yang kadang masih berlangsung hingga 24 jam setelah hilangnya kram. Selain

itu, merendam kaki dengan air hangat (pengaruh suhu) juga dapat mengurangi rasa nyeri

kram.

Kebanyakan obat-obatan diresepkan untuk menghilangkan kram (termasuk quinine

sulfate, magnesium karbonat, dan benzodiazepines seperti diazepam) tidak terbukti

efektif dan bisa menimbulkan efek samping. Suplemen kalsium adalah sesuai sekali,

tetapi mereka juga tidak terbukti efektif. Mexiletine kadangkala membantu tetapi

memiliki banyak sekali efek samping.

5. METABOLISME DI OTOT

Sumber ATP dalam Otot

ATP yang diperlukan sebagai sumber energi konstan untuk siklus kontraksi dan relaksasi

otot dapat dihasilkan melalui :

1. glikolisis dengan menggunakan glukosa darah atau glikogen otot

2. melalui fosforilasi oksidatif

3. dari kreatin fosfat

Konsentrasi ATP di dalam serabut otot, kira-kira 4 milimolar, cukup untuk

mempertahankan kontraksi selama 1-2 detik. ATP tersebut dipecah untuk membentuk

ADP, yang memindahkan energy dari molekul ATP ke perangkat kontraksi serabut otot.

Lalu, ADP mengalami refosforilasi untuk membentuk ATP baru dalam sepersekian detik

lagi, yang membiarkan otot untuk melanjutkan kontraksi.

Glikolisis

Sarkoplasma otot skeletal banyak mengandung simpanan glikogen yang terdapat pada

granul di dekat pita I. Pelepasan glukosa dari glikogen bergantung pada enzim glikogen

fosforilase otot yang spesifik, yang dapat diaktifkan oleh Ca2+ , epinefrin dan AMP.

Untuk menghasilkan glukosa 6 fosfat bagi keperluan glikolisis dalam otot skeletal, enzim

Page 30: modul 2 muskular1.docx

glikogen fosforilase b harus diaktifkan dahulu menjadi enzim glikogen fosforilase a lewat

reaksi fosforilasi oleh enzim fosforilase b kinase melalui reaksi fosforilasi. Ion Ca2+ akan

meningkatakan kontraksi otot mauapun mengaktifkan sebuah lintasan untuk

menghasilkan energi yang dibutuhkan. Hormon epinefrin juga mengaktifkan

glikogenolisis dalam otot. AMP yang diproduksi melalui pemecahan ADP selama

terjadinya gerkan otot dapat pula mengaktifkan enzim fosforilase b tanpa menimbulkan

reaksi fosforilasi.

Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang

berlangsung dengan cepat akan membebaskan energy yang digunakan untuk mengubah

ADP menjadi ATP. Kemudian ATP dapat digunakan secara langsung untuk memberi

energy bagi kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali simpanan

kreatinin fosfat. Makna penting dari reaksi glikolisis ini ada dua. Pertama, reaksi ini dapat

terjadi meskipun tidak tersedia oksigen, sehingga kontraksi otot dapat di pertahankan

berdetik-detik dan kadang sampai lebih dari satu menit, bahkan bila oksigen tidak di

alirkan darah. Kedua, kecepatan pembentukan ATP oleh glikolisis kira-kira 2,5 kecepatan

pembentukan ATP sebagai tanggapan dari zat makanan sel yangbereaksi dengan oksigen.

Namun, begitu banyak produk akhir dari glikolisis akan berkumpul dalam sel otot

sehingga glikolisis kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan kontraksi otot

maksimum setelah sekitar 1 menit.

Fosforilasi oksidatif

Sintesis ATP lewat fosforilasi oksidatif memerlukan oksigen. Otot yang senagt

memebutuhkan oksigen akibat dari kontraksi yang terus-menerus akan menyimpan

oksigen dalam bentuk terikat pada moietas heme dari mioglobin. Karena moietas heme,

otot yang mengandung mioglobin akan bewarna merah sedangkan otot yang kurang atau

tidak mengandung mioglobin akan bewarna putih. Glukosa yang berasala dari glukosa

darah atau glikogen endogenus dan asam lemak yang berasal dari triagliserol pada

jaringan adiposa merupakan substrat utama yang digunakan untutk metabolisme aerob

dalam otot.

Page 31: modul 2 muskular1.docx

Lebih dari 95% energy yang digunakan oleh otot untuk kontraksi jangka panjang yang

berkesinambungan berasal dari sumber ini. Zat makanan yang di konsumsi adalah

karbohidrat, lemak dan protein. Untuk aktivitas otot yang berlangsung berjam-jam

proporsi energy yang terbesar dari lemak, tetapi untukperiode kontraksi selama 2-4 jam,

separuh dari energy berasal dari karbohidrat.

Kreatin fosfat

Kreatin fosfat mencegah deplesi ATP yang cepat dengan menyediakan fosfat enegi tinggi

yang siap digunakan untuk menghasilkan ATP dari ADP. Kreatin fosfat terbentuk dari

kreatin dan ATP pada saat otot dalam keadaan relaksasi dan saat kebutuhan ATP tidak

besar. Enzim yang mengkatalisis fosforilasi kreatin adalan kreatin kinase.

Ikatan fosfat yang dibawa oleh kreatin fosfat ini memiliki energy bebas yang sedikit

lebih tinggi di banding setiap ikatan ATP. Karena itu, kreatinin fosfat segera dipecahkan,

dan pelepasan energinya menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk

menyusun ATP kembali. Namun, jumlah total kreatinin fosfat pada serabut otot juga

sangat kecil, hanya lima kali lebih besar dari pada jumlah ATP. Karena itu, kombinasi

energy dari ATP cadangan dan keratin fosfat di dalam otot dapat menimbulkan kotraksi

otot maksimal hanya untuk 5-8 detik.

6. KINESIOLOGI EKSTREMITAS INFERIOR

Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot akan memendek,

mengeras dan bagian tengahnya menggelembung (membesar). Karena memendek maka

tulang yang dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam

otot hanya mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah tertentu. Agar tulang dapat

kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi dan tulang harus

ditarik ke posisi semula. Untuk itu harus ada otot lain yang berkontraksi yang merupakan

kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakkan tulang dari satu posisi ke

posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula diperlukan paling sedikit dua

macam otot dengan kerja yang berbeda.

Page 32: modul 2 muskular1.docx

Berdasarkan cara kerjanya, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot

sinergis. otot antagonis menyebabkan terjadinya gerak antagonis, yaitu gerak otot yang

berlawanan arah. Jika otot pertama berkontraksi dan otot yang kedua berelaksasi,

sehingga menyebabkan tulang tertarik / terangkat atau sebaliknya. Otot sinergis

menyebabkan terjadinya gerak sinergis, yaitu gerak otot yang bersamaan arah. Jadi kedua

otot berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama.

a. Gerak Antagonis

Contoh gerak antagonis yaitu kerja otot bisep dan trisep pada lengan atas dan lengan

bawah. Otot bisep adalah otot yang mempunyai dua tendon (dua ujung) yang melekat

pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang

mempunyai tiga tendon (tiga ujung) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan

atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan

otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan

otot bisep berelaksasi.

b. Gerak Sinergis

Gerak sinergis terjadi apabila ada 2 otot yang bergerak dengan arah yang sama.

Contoh: gerak tangan menengadah dan menelungkup. Gerak ini terjadi karena kerja

sama antara otot pro nator teres dengan otot pro nator kuadratus. Contoh lain gerak

sinergis adalah gerak tulang rusuk akibat kerja sama otot-otot antara tulang rusuk

ketika kita bernapas.

A. Kinesiologi articulatio coxae (Hip Joint)

Articulatio Coxae, dibentuk oleh acetabulum dan caput femoris . Cartilago

articularis hanya ada pada facies lunata. Acetabulum diperdalam oleh labrum glenoidale,

terdiri atas fibrocartilago yang melekat ditepi acetabulum, tetapi diincisura acetabuli

labrum glenoidale tidak ada. Incisura acetabuli ini dilengkapi oelh ligamentum

transversum acetabuli, yang merupakan penyempurnaan dari lingkaran yang dibentuk

oleh labrum glenoidale. Oleh karena acetabulum diperdalam, caput femoris masuk

didalamnya lebih dari setengahnya. Articulatio globodiea yang dibentuk oleh acetabulum

dan caput femoris yang bersifat enarthoris. Stratum synoviale ccapsula articularis melekat

Page 33: modul 2 muskular1.docx

pada batas cartilage articularis. Pada femur stratum fibrosum, melekat ventral pada linea

interthrochanterica, dorsal melekat lebih proksimal. Gerakan yang mungkin ialah gerakan

terhadap sumbu transversal, sagital dan longitudinal, jadi ante-retrofleksi,abduksi-

adduksi, endo-eksorotasi. Aksis melalui titik tengah caput femoris.

Kinesiologi articulation coxae ( hip joint ) :

1.     Type

Termasuk persendian enarthrosis ( ball and socket joint ).

2.     Tulang

Persendian ini dibentuk oleh caput femoris dengan acetabulum dari os coxae.

3.     Gerakan

Persendian ini termasuk polyaxial sehingga memungkinkan gerakan flexi, extensi,

abduksi, adduksi, dan rotasi.

4.     Ligament

Labrum Acetabulare. Merupakan jaringan fibrocartilago yang melekat

sepanjang limbus acetabulum, dengan demikian menambah kedalaman

acetabulum dan menambah cekaman acetabulum pada caput femoris.

Ligamentum Tranversum Acetabuli. Merupakan jembatan ligament di

incisura acetabuli yang menghubungkan kedua ujung labrum acetabulare

sehingga membentuk lingkaran yang lengkap.

Capsula Articularis. Merupakan capsula yang kuat yang di proksimal

melekat pada tepi acetabulum, labrum acetabulare, ligamentum tranversum

acetabuli selanjutnya ke distal melekat pada linea interthrocanterica.

Zona Orbicularis. Serat – serat jaringan ikat yang berjalan circular.

Page 34: modul 2 muskular1.docx

Ligamentum Iliofemorale. Berbentuk seperti huruf Y, yang berjalan dari

spina iliaca anterior inferior menuju linea interthrocanterica. Mencegah

ekstensi yang berlebihan, abduksi dan ritasi lateral.

Ligamentum Ischiofemorale. Dari os ischii di dorsal acetabulum selanjutnya

menyatu dengan capsula articularis. Mencegah rotasi ke medial.

Ligamentum Pubofemorale. Dari ramus superior ossis pubis, selanjutnya

menggabung dengan ligamentum iliofemorale. Mencegah abduksi.

Ligamentum Teres Femoris (Ligamentum Capitis Femoris). Dari incisura

acetabulare dan ligamentum tranversum acetabuli menuju fovea capitis

femoris.

5.     Otot – otot penggerak

a.     Flexi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah dorsal sumbu

trasnversal dari proksimal kedistal, otot-otot ini adalah :

M. Iliopsoas

M. Sartorius

M. Pectineus

M. Rectus Femoris

M. Adductor Longus

M. Adductor Brevis

M. Adductor Magnus

M. Tensor Fascia Lata

M. Gracilis

M. Gluteus Medius

M. Gluteus Minimus

b.    Extensi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah disebelah ventral

sumbu transversal dari proksimal kedistal, dilakukan oleh :

Page 35: modul 2 muskular1.docx

M. Gluteus Maximus

M. Gluteus Medius

M. Semitendinosus

M. Semimembranosus

M. Biceps Femoris

M. Adductor Magnus

M. Quadratus Femoris

c.     Abduksi, , dilakukan oleh otot-otot yang melewati sumbu sagital articulatio

coxae disebelah lateral dari proksimal kedistal, yaitu: :

M. Gluteus Medius

M. Gluteus Minimus

M. Gluteus Maksimus

M. Tensor Fascia Lata

M. Piriformis

M. Sartorius

d.    Adduksi, dilakukan oleh otot-otot yang melalui sumbu sagital disebelah caudal

dari proksimal medial kedistal lateral sehingga dapat menyebabkan abduksi,

dan otot-otot yang melewati sumbu sagital disebelah medial dari cranial ke

caudal.otot-ototnya antara lain: :

M. Adductor Magnus

M. Adductor Longus

M. Adductor Brevis

M. Gracilis

M. Pectineus

M. Obturator Externus

Page 36: modul 2 muskular1.docx

M. Quadratus Femoris

M. Semimembranosus

e.     Medial Rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati sumbu longitudinal

disebelah medial dari dorsal cranial keventral caudal, otot-ototnya adalah :

M. Gluteus Medius

M. Gluteus Minimus

M. Tensor Fascia Lata

M. Adductor Magnus

f.     Lateral rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah lateral sumbu

longitudinal dari dorsal cranial ke ventral caudal pada keadaan fleksi, otot-

ototnya adalah :

M. Piriformis

M. Obturator Internus

M. Gemelli

M. Obturator Externus

M. Quadratus Femoris

M. Gluteus Maximus

M. Adductores

M. Iliopsoas

M. Pectineus

B. Kinesiologi Articulatio Genue (Knee Joint)

Articulatio genus, gerakan yang mungkin terjadi pada articulatio genus adalah fleksi

dan ekstensi terhadap sumbu transversal mellaui condyli femoris. Pada ketika fleksi

sumbu pindah ke dorsal dan pada ekstensi pindah ke ventral.

Page 37: modul 2 muskular1.docx

Kinesiologi articulatio genue (knee joint) :

1.     Type

Merupakan persendian ginglymus dan arthrodial.

2.     Tulang

Disini terdapat tiga persendian, yaitu dua buah sendi antara condylus medialis dan

lateralis tibia dengan femur, dan sebuah sendi antara patella dan femur.

3.     Gerakan

Femur dan tibia menghasilkan gerakan flexi, extensi,dan rotasi ringan, sedangkan

antara patella dan femur menghasilkan gerakan sliding.

4.     Ligament

o Capsula Articulare. Berjalan dari femur menuju tibia, diperkuat oleh serat –

serat fascia lata, tractus iliotibialis, tendoinsertio musculi vastus, hamstrings dan

sartorius.

o Ligamentum Patellae. Dari apex patella menuju tuberositas tibia. Membantu

penempatan patella pada tempatnya.

o Ligamentum Popliteum Obliqum. Dari bagian lateral femur, menyilang

condylus menuju bagian posterior caput tibia. Untuk mencegah extensi.

o Ligamentum Popliteum Arcuatum. Dari condylus lateralis femoris menuju

processus styloideus fibula. Untuk mencegah medial rotasi tungkai bawah.

o Ligamentum Collaterale Mediale. Dari sisi medial condylus medialis femoris

menuju condylus medialis dan corpus tibiae. Untuk mencegah bengkok ke

lateral, mencegah extensi, hyperflexi dan rotasi lateral.

o Ligamentum Collaterale Laterale. Dari sisi posterior condylus lateralis femoris

menuju sisi lateral caput dan processus styloideus. Untuk mencegah

hyperextensi. Dalam keadaan relaksasi pada saat flexi.

Page 38: modul 2 muskular1.docx

o Ligamentum Cruciatum Anterior. Dari sisi medial posterior condylus lateralis

femoris menuju bagian anterior eminentia intercondyloidea tibia. Untuk

mencegah extensi, rotasi lateral, dan tergelincir ke anterior dari tibia pada femur.

o Ligamentum Cruciatum Posterior. Dari sisi lateral anterior condylus medialis

femoris menuju fossa intercondyloideus posterior dan ujung posterior meniscus

lateralis. Untuk mencegah extensi, rotasi lateral, dan tergelincir ke posterior dari

tibia pada femur.

o Meniscus Medialis. Berbentuk oval, melekat pada tibia di anterior ligamentum

cruciatum anterior dan di fossa condyloidea posterior. Memperdalam bagian

medial condylus medialis tibia.

o Meniscus Lateralis. Bentuknya lebih circular, melekat pada tibia di ventral

ligamentum cruciatum anterior. Di posterior melekat sebelah posterior eminentia

intercondyloidea di anterior meniscus medial. Di anterior dan posteriornya

terdapat ligamentum meniscofemorale anterior dan posterior yang melekat pada

condylus medialis femoris. Memperdalam bagian lateral condylus lateralis

tibiae.

o Ligamentum Tranversum Genus. Melekat pada bagian anterior kedua

meniscus. 

5.     Membrana synovial

a.     Plica alares

b.     Plica infrapatellaris

6.     Otot – otot penggerak

a.    Flexi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah dorsal sumbu

trasnversal dari proksimal kedistal, otot-otot ini adalah :

M. Semimembranosus

M. Semitendinosus

M. Biceps Femoris

Page 39: modul 2 muskular1.docx

M. Sartorius

M. Gracillis

M. Popliteus

M. Gastocnemius

M. Plantaris

b.    Extensi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah disebelah ventral

sumbu transversal dari proksimal kedistal, dilakukan oleh :

M. Quadriceps Femoris

M. Tensor Fascia Lata

c.     Medial Rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati sumbu longitudinal

disebelah medial dari dorsal cranial keventral caudal, otot-ototnya adalah :

M. Popliteus

M. Semimebranosus

M. Semitendinosus

M. Sartorius

M. Gracillis

d.    Lateral Rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah lateral

sumbu longitudinal dari dorsal cranial ke ventral caudal pada keadaan fleksi,

otot-ototnya adalah :

M. Biceps Femoris

M. Tensor Fasciae Lata

7.     Bursa

Terdapat beberapa bursa di sekitar sendi :

a.     Ventral

Page 40: modul 2 muskular1.docx

Bursa suprapatellaris. Terletak diantara M. Quadriceps dan femur,

umumnya berhubungan dengan cavitas articulare.

Bursa prepatellaris. Terletak diantara kulit dan patella.

Bursa infrapatellaris superficialis. Terletak diantara kulit dan

tuberositas tibiae.

Bursa infrapatellaris profundus. Terletak diantara ligamentum patella

dengan bagian cranial tibia, di dalam corpus adiposum infrapatellaris.

b.    Lateral

Diantara ligamentum collaterale laterale dan M. Biceps Femoris.

Diantara ligamentum collaterale laterale dengan M. Popliteus.

Diantara M. Popliteus dengan condylus lateralis femoris, umumnya

berhubungan dengan cavitas articulare.

c.      Medial

Diantara ligamentum collaterale medialis dan tendoinsertio M.

Semitendinosus, M. Gracillis, dan M. Sartorius.

Diantara ligamentum collaterale medialis dengan M.

Semimembranosus.

Diantara tendoinsertio M. Semimembranosus dengan tibia.

 

d.    Posterior

Diantara caput lateral M. Gastrocnemius dengan capsula articulare,

kadang – kadang berhubungan dengan cavitas articulare.

Diantara caput mediale M. Gastrocnemius dengan capsula articulare,

melebar ke profundus terhadap M. Semimembranosus. Pada umumnya

berhubungan dengan cavitas articulare.