teori hubungan internasional 2 - 4 perdebatan dalam hi

4
4 PERDEBATAN DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN KRITIK POST-POSITIVIS Sarah Farida Ainun (135120407121004) Berkembangnya studi Hubungan Internasional tentunya tidak lepas dari berbagai perdebatan-perdebatan hingga terciptanya Hubungan Internasional sebagai ilmu yang dapat dipelajari. Dalam studi Hubungan Internasional terdapat tiga paradigma utama yaitu Realisme, Pluralisme dan Strukturalisme. Namun dari ketiga paradigma tersebut, yang mendominasi dalam studi Hubungan Internasional adalah paradigma Realisme. Hal ini dibuktikan dengan bertahannya paradigma ini dari kritikan paradigma Pluralisme dan Strukturalisme sejak akhir 1970-an sampai dengan 1980-an. Paradigma Realis tetap bertahan dari kritik paradigma Pluralisme dan Strukturalisme dan bahkan pada saat ini paradigma Pluralisme cenderung mengarah kepada asumsi Realisme. Sedangkan Strukturalisme hanya mampu bertahan sebagai paradigma pinggiran (Marginal Paradigm). Pada perkembangan studi Hubungan Internasional selanjutnya, setelah dihasilkan keputusan bahwa persoalan dalam studi Hubungan Internasional dapat dilihat melalui 3 paradigma untuk setiap permasalahan yang berbeda. Dengan kata lain para penstudi Hubungan Internasional dapat memilihi paradigma yang sesuai dengan masalah yang diteliti, sebagai contoh isu-isu keamanan lebih dekat dengan paradigma Realisme, dll. Studi Hubungan Internasional terlahir dari fondasi Positivistik, sehingga hegemoni menjadi ciri dari studi Hubungan Internasional. Selain itu, konsepsi Positivistik

Upload: sarah-farida

Post on 26-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

4 debate on International Relations

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Hubungan Internasional 2 - 4 Perdebatan Dalam HI

4 PERDEBATAN DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN KRITIK

POST-POSITIVIS

Sarah Farida Ainun (135120407121004)

Berkembangnya studi Hubungan Internasional tentunya tidak lepas dari berbagai perdebatan-

perdebatan hingga terciptanya Hubungan Internasional sebagai ilmu yang dapat dipelajari.

Dalam studi Hubungan Internasional terdapat tiga paradigma utama yaitu Realisme,

Pluralisme dan Strukturalisme. Namun dari ketiga paradigma tersebut, yang mendominasi

dalam studi Hubungan Internasional adalah paradigma Realisme. Hal ini dibuktikan dengan

bertahannya paradigma ini dari kritikan paradigma Pluralisme dan Strukturalisme sejak akhir

1970-an sampai dengan 1980-an.

Paradigma Realis tetap bertahan dari kritik paradigma Pluralisme dan Strukturalisme dan

bahkan pada saat ini paradigma Pluralisme cenderung mengarah kepada asumsi Realisme.

Sedangkan Strukturalisme hanya mampu bertahan sebagai paradigma pinggiran (Marginal

Paradigm). Pada perkembangan studi Hubungan Internasional selanjutnya, setelah dihasilkan

keputusan bahwa persoalan dalam studi Hubungan Internasional dapat dilihat melalui 3

paradigma untuk setiap permasalahan yang berbeda. Dengan kata lain para penstudi

Hubungan Internasional dapat memilihi paradigma yang sesuai dengan masalah yang diteliti,

sebagai contoh isu-isu keamanan lebih dekat dengan paradigma Realisme, dll.

Studi Hubungan Internasional terlahir dari fondasi Positivistik, sehingga hegemoni menjadi

ciri dari studi Hubungan Internasional. Selain itu, konsepsi Positivistik menyatukan ilmu

pengetahuan secara paksa. Sehingga, fakta dalam studi Hubungan Internasional dianggap

sebagai penentu utama dari kebenaran dalam suatu peryataan teoritis studi Hubungan

Internasional.

Setelah berakhirnya era perang dingin, studi Hubungan Internasional mengalami sebuah

krisis akademik. Menurut Gaddis dalam buku John Lewis, krisis akademik studi Hubungan

Internasional disebabkan karena ketidakmampuan teori Hubungan Internasional dalam

menjawab dan mengatisipasi berakhirnya perang dingin. Teori yang dianggap sebagai alat

yang dapat memprediksi suatu hal mengalami kegagalan pada fungsi utamanya.

Dekonstruksi : Empat Kritik Pasca-Positivisme

Terdapat 4 kritik terhadap Studi Hubungan Internasional pada pasca Positivisme antara lain

yaitu, kritik epistimologi, kritik ontologi, kritik perpolitikan keilmuan dan kritik kultural.

Page 2: Teori Hubungan Internasional 2 - 4 Perdebatan Dalam HI

Kritik Epistimologi merupakan sebuah kritik terhadap semua fondasi dari seluruh ilmu-ilmu

sosial. Studi Hubungan Internasional yang berasal dari Epistimologi Positivisme,

beranggapan bahwa ilmu pengetahuan sebagai sebuah pemberian (Given) sehingga tidak

perlu dipersoalkan lagi. Epistimologi Positivisme berasumsi bahwa terdapat realitas eksternal

di luar penstudi Hubungan Internasional. Namun asumsi ini ditolak oleh pasca Positivisme

karena mereka beranggapan bahwa asumsi Realitas Eksternal adalah sebuah hal yang tidak

memiliki dasar dan tidak dapat di pertanggung jawabkan.

Kritik Ontologi membahas mengenai bentuk nyata dari studi Hubungan Internasional.

peneliti pada tahun 1950-an sampai 1970-an berusaha menggunakan metode kuantatif dalam

menjelaskan fenomena dalam studi Hubungan Internasional, padahal hal ini bertentangan

dengan hakikat dari studi Hubungan Internasional yang membahas mengenai aspek sosial.

Kritik Politik Keilmuan membahas mengenai sulitnya menentukan batasan akademik dalam

studi Hubungan Internasional, hal ini menyebabkan sikap otoriter dalam mendefinisikan studi

Hubungan Internasional. 3 paradigma yang terdapat dalam studi Hubungan Internasional

dipaksakan menjadi fokus dalam pembelajarannya. Akibatnya, para penstudi HI tidak dapat

melihat aspek-aspek lain yang menunjang ilmu tersebut.

Kritik Kultural membahas mengenai bahwa karakteristik yang terdapat dalam studi

Hubungan Internasional banyak dipengaruhi oleh Amerika Serikat. Terutama paradigma

Realisme dan paradigma yang terdapat dalam HI dinilai dijadikan alat untuk

merasionalisasikan hegemoni dari Amerika Serikat.

Agenda Studi Hubungan Internasional Pasca-Positivisme

Agenda studi Hubungan Internasional yang terdapat Pasca-Positivisme menghasilkan 4

perspektif baru yang cukup luas dan kompleks, antara lain Critical Theory membahas

mengenai latar belakang dari suatu hal dan juga perubahannya. Post-Modernism membahas

mengenai menelaah kembali hal yang telah dilakukan pada masa lalu dan kemudian mencari

kembali pemikiran yang sudah terlupakan. Feminisme membahas mengenai bagaimana

konsep ilmu khususnya studi Hubungan Internasional dilihat melalui perspektif gender.

Sedangkan persepktif yang terakhir yaitu, Normatif membahas mengenai bagaimana mencari

solusi kehidupan internasional yang lebih baik dalam studi Hubungan Internasional dan

perspektif ini berkaitan erat dengan filsafat.

Page 3: Teori Hubungan Internasional 2 - 4 Perdebatan Dalam HI