teori behavioristik

25
 Kamis, 30 Juli 2009 TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik  Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan ak ibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan  perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon t idak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab  pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinf orcement) maka respon aka n semakin kuat. Begitu pu la bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedu les of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya ada lah Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan d ibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik. a.1 Teori Belajar Menurut Tho rndike Menurut Thorndike, belajar adalah pro ses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang t erjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, at au hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi  perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang t idak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan t eori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. a.2 Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi

Upload: galuh-fifiyanti

Post on 07-Jul-2015

145 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 1/25

Kamis, 30 Juli 2009

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM

PEMBELAJARAN 

A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik  

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman(Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon

(Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan

output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh

guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikankarena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan

respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab

 pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkahlaku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan

(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akansemakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka

responpun akan semakin kuat.Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;

(2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement; (4) ContingencyManagement; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses

(Gage, Berliner, 1984).Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin

Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik.

a.1 Teori Belajar Menurut ThorndikeMenurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah

apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yangdapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta

didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,

atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangatmengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah

laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme(Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukumkesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat

memperkuat respon.a.2 Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namunstimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi

Page 2: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 2/25

walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan

karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi

 pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

a.3 Teori Belajar Menurut Clark HullClark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull,

seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan

 pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentraldalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun

hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan munculmungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,

tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

a.4 Teori Belajar Menurut Edwin GuthrieAzas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus

yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakanyang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan

respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yangdilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.

Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalanmencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,

oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa

hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang

diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak 

 boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).a.5 Tori Belajar Menurut Skinner 

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokohsebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih

komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melaluiinteraksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah

sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterimaseseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling

 berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Responyang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang

nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahamitingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu

dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensiyang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan bahwa dengan

menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanyaakan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,

Page 3: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 3/25

demikian seterusnya.B. Analisis Tentang Teori Behavioristik 

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah lakudimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam

 berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan

kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengansuatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yangsederhana sampai yang komplek (Paul, 1997)

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semuateori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori

 belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep

hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau

 belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampumenjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat

menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yangrelatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas

sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulusdan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau

 perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak 

kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan

atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi teori belajar tidak sesederhana yang

dilukiskan teori behavioristik.Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan

digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan

 berimajinasi.Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada

 beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa siterhukum) bila hukuman berlangsung lama.

3) Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum

melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak 

sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagaistimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat

Page 4: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 4/25

negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih

saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan

 pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut

 penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positivereinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan PembelajaranAliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek 

 pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model

hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.

Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang biladikenai hukuman.

Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasilyang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,

reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal

ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini,seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan

sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai denganreinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran

yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik memandang

 bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalahmemindahkan pengetahuan (transfer of knowledge)ke orang yang belajar atau siswa. Fungsi

mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir 

seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akanmemiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang

dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu

membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu

dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam prosesevaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal

yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan

ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkankemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam

menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri

Page 5: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 5/25

mereka.Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan

teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas danditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam

 belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan

atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilakuyang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu

keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai denganaturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa

(Degeng, 2006).Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,

sedangkan belajar sebagi aktivitas ³mimetic´, yang menuntut siswa untuk mengungkapkankembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi

atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi faktamengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara

ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.

Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan

 paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswamenjawab secara ³benar´ sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah

menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah darikegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini

menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).

Diposkan oleh Maziatul Churiyah, S.Pd., M.M di 21:09 

Page 6: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 6/25

Fkip Theologia Universitas Kristen Artha Wacana Kupang 

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Theologi Universitas

Kristen Artha Wacana Kupang - Nusa Tenggara Timur

Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

OPINI | 09 May 2010 | 10:14 5737 1 Nihil

A.Pandangan Teori Behaviorisme tentang Belajar 

Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang kemudian

diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagaireaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi

argumentasi tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20.Menurut teori behaviorisme, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana

 perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar dirisubyek. Secara teoritik, belajar dalam konteks behaviorisme melibatkan empat unsur pokok 

yaitu: drive, stimulus, response dan reinforcement. Apa yang dimaksudkan dengan drive yaitusuatu mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui

aktivitas belajar. Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang dapat menyebabkanterjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau stimulus

yang diberikan. Dalam perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk perilakuyang kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek belajar agar ia

merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara berkelanjutan.Pada bagian berikut ini secara berturut-turut akan dideskripsikan secara ringkas pandangan

empat tokoh behaviorisme yakni Ivan Petrovich Pavlov, Edward Thorndike, Watson, dan Skiner.Upaya mengedepankan teori empat tokoh ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan pandangan

 para behavioris lainnya, melainkan semata-mata didasarkan pada pertimbangan bahwa teori behaviorisme Pavlov, Thorndike, Watson dan Skiner paling banyak dirujuk dalam dunia

 pendidikan. Disamping itu, pandangan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skiner umumnya telah

digunakan secara luas sebagai asumsi dalam pengembangan model-model pembelajaran, maupundalam mempreskripsikan strategi pembelajaran yang berbasis pada teori behaviorisme.

A.1. Teori Classical Conditioning Ivan Pavlov

Teori belajar Pavlov dikenal juga dengan istilah Classical Conditioning. Dengan menggunakankata kunci conditioning, Pavlov hendak menekankan bahwa tidak semua stimulus dapat

dianggap sebagai variabel anteseden dari peristiwa belajar. Stimulus yang tidak menyebabkanterjadinya aktivitas disebut sebagai stimulus fisiologis terutama melalui sistem reseptor. Bagi

Page 7: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 7/25

Pavlov, stimulus ini hanya melahirkan refleks dan karena itu tidak dapat dikatagorikan sebagairespons belajar. Stimulus fisiologis biasanya hanya dapat memunculkan refleks, sehingga

diperlukan adanya stimulus yang terkondisi untuk merubah refleks menjadi aktivitas belajar.Dengan demikian, respons belajar, lanjut Pavlov, hanya terjadi melalui stimulus yang terkondisi

dan terkontrol.

Proses terjadinya respons belajar melalui stimulus yang terkondisi menurut Pavlov, bersifatgradual sehingga diperlukan adanya reinforcement, untuk pemantapan respons belajar,menghindari terjadinya extinction, atau menghilangnya respons belajar yang diharapkan serta

mencegah terjadinya spontaneous recovery dalam waktu yang relatif singkat. Dalam argumentasiPavlov ini terlihat bahwa aktivitas belajar berlansung dalam suatu proses evolusi melalui

stimulus terkondisi yang dirancang secara sistematis dan dikontrol secara ketat untuk mendapat perilaku belajar yang memadai.

A.2. Teori Operant Conditioning Skiner 

Teori belajar Skiner lebih dikenal dengan sebutan operant conditioning theory. Secara garis besar teori Skiner memiliki persamaan dengan teori Pavlov, namun aksentuasi analisisnya berbeda.

Starting point analisis Skiner lebih diarahkan pada persoalan reinforcement. Dalam perspektif teori Skiner reinforcement perlu diberikan secara terus menerus maupun secara selang-seling

dalam jangka waktu tertentu agar diperoleh hasil belajar yang memadai. Pemberianreinforcement biasanya dilakukan pada awal proses belajar, yaitu ketika seseorang memberikan

respons belajar secara benar.Jika contineous reinforcement diberikan pada awal peoses belajar, maka reinforcement selang-

seling diberikan ketika terjadi penurunan respons belajar. Tipe reinforcement ini dapat dibagimenjadi ratio yaitu pemberian reinforcement berdasarkan jumlah respons yang diberikan serta

interval yaitu pemberian reinforcement menurut rentang waktu tertentu.Hal penting yang dapat dipelajari dari teori belajar Skiner yaitu (1) prosers belajar hendaknya

dirancang untuk jangka waktu yang pendek beradasarkan tingkah laku yang dipelajari

sebelumnya; (2) pada awal proses belajar perlu ada reinforcement serta kontrol terhadapreinforcement yang diberikan; (3) reinforcement perlu segera diberikan begitu terlihat adanyarespons belajar yang benar; (4) subyek belajar perlu diberi kesempatan untuk melakukan

generalisasi, dan diskriminasi stimuli sebab hal ini akan memperbesar kemungkinankeberhasilan.

A.3. Teori Koneksionisme Edward Thorndike

Teori belajar Edward Thorndike sering disebut juga Connectionism Theory. Menurut teorikoneksionisme belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus

dengan respons. Bagi Thorndike, perubahan perilaku belajar dapat berwujud perilaku yangkonkret dan dapat diamati (observable behavior) serta perilaku yang tidak tampak dan tidak 

dapat diamati (hidden behavior). Kendati Thorndike tidak mengajukan prosedur pengukuran perilaku dalam teorinya, namun harus diakui bahwa teorinya telah memberikan inspirasi kepada para behaviorist yang datang sesudahnya.

A.4. Teori Behaviorisme Watson

Watson adalah salah seorang behaviorist yang datang sesudah Thorndike. Perspektif teoriWatson lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku belajar yang harus dapat diamati

(observable behavior). Menurut Watson kegagalan utama Thorndike adalah membuka peluang

Page 8: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 8/25

kepada proses mental yang tidak dapat diamati, sehingga bagi Watson teori Thorndike tidak memiliki justifikasi empirik untuk sebuah teori ilmiah.

Akibat dari penekanan terhadap obsevable behavior semacam ini, Watson cenderungmengabaikan berbagai proses perubahan mental yang mungkin saja terjadi dalam belajar.

Pengabaian Watson tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan teknis pengukuran perilaku,

sebab menurutnya proses perubahan mental yang tidak tampak menyebabkan adanya kesulitanuntuk menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum. Dengan asumsi semacam initerlihat sekali bahwa Watson sangat berkepentingan untuk mensejajarkan teorinya dengan

natural science yang sangat berorientasi pada fakta empirik yang bersifat kuantitatif.A.5. Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran

Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksiantara stimulus dengan respons, maka pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah

aktivitas alih pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini, terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Kedudukan siswa dalam konteks pembelajaran behaviorisme menjadi ³orang yang tidak tahuapa-apa´ dan karena itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa

mesti bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Jika terjadi perubahan perilaku yangtidak sesuai maka hal tersebut dipandang sebagai error behavior yang perlu diberikan ganjaran.

Pembelajaran dengan demikian dirancang secara seragam dan berlaku untuk semua konteks,tanpa mempersoalkan perbedaan karakteristik siswa maupun konteks sosial dimana siswa hidup.

Kontrol belajar dalam pembelajaran behavioristik tidak memberi peluang bagi siswa untuk  berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa yang ditentukan.

Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a)Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa. b)Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.

c)Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasi dengan

akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.d)Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih ditekankan padaketerampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.

e)Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikansebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai

 bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.f)Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan menuntut

hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian, evaluasi lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada proses, atau sintesis antara keduanya.

B.Pandangan Teori Kognitif tentang Belajar 

Sama halnya dengan behviorisme, teori kognitif juga merupakan bidang kajian psikologi yang banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena belajar manusia. Dalam beberapa literatur,

 psikologi kognitif dipandang sebagai sebuah sintesis antara psikologi behaviorisme dan psikologiGestalt.

Meskipun dipandang sebagai sebuah teori sintesis, namun dalam perkembangan selanjutnya,teori belajar kognitif mampu menunjukkan substansi kajian yang sama sekali berbeda dari

 behaviorisme. Bahkan dalam derajat tertentu, justru teori belajar kognitif dipandang sebagai antitesis terhadap teori belajar behaviorisme yang terlalu mekanistik sehingga tidak dapat dipakai

Page 9: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 9/25

sebagai teori yang representatif dalam menjelaskan fenomena belajar manusia.Teori belajar kognitif merupakan salah satu teori yang muncul sebagai reaksi terhadap

kelemahan mendasar dalam teori behaviorisme yang lebih mementingkan perubahan perilakuyang tampak. Bagi para penganut teori kognitif, belajar bukan hanya sekadar inteaksi antara

stimulus dan respons melainkan melibatkan juga aspek psikologis lain (mental, emosi, persepsi)

yang menyebabkan orang memberikan respons terhadap sebuah stimulus belajar.Dalam perspektif ini, stimulus bukanlah variabel tunggal yang menyebabkan terjadinya responsmelaikan terdapat variabel moderator tertentu yang turut mempengaruhi kemunculan suatu

respons. Variabel moderator inilah yang disebut sebagai faktor intenal seperti emosi, mental, persepsi, motivasi dan sebagainya. Pada awalnya, para penganut teori kognitif membangun

agumentasinya bahwa antara stimulus dan respons terdapat dimensi psikologis yangmenyebabkan terjadinya perubahan mental dan akibat dari perbuhan inilah menyebabkan orang

merespons suatu stimulus yang diberikan.Mengacu pada kerangka berpikir tersebut para penganjur teori kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan dan

 perubahan persepsi akibat interaksi yang sustainable antara individu dengan lingkungan.Berikut ini dipaparkan pemikiran tiga tokoh garda depan dalam teori belajar kognitif yang sangat

 berjasa dalam mengembangkan teori ini. Ketiga tokoh dimaksud yakni Jean Piaget, Emil Bruner,dan David P. Ausebel.

B.1. Teori Perkembangan Kognitif PiagetJean Piaget merupakan salah satu ilmuan berkebangsaan Prancis (lahir di Neuchetel,

Switserland), dan mendapat gelar Ph.D. dalam bidang ilmu Hewan, berminat dalam bidangfilsafat dan baru pada tahun 1940 ia menekuni bidang Psikologi.

Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu,stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan

mengoordinasikan lingkungan sekitarnya (Suparno, 1997). Skema pada prinsipnya tidak statismelainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia.

Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan

 pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: ASIMILASI, AKOMODASI dan EQUILIBRASI.1)ASIMILASI adalah proses penyesuian persepsi, konsep, pengalaman dan pengetahuan baru ke

dalam skema yang telah dimiliki seseorang.2)AKOMODASI yaitu, perubahan skemata ke dalam situasi yang baru. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara: (1) membentuk skema baru yang cocok dengan pengetahuan yang baru diperoleh,atau (2) memodifikasi skema yang telah ada agar cocok dengan pengetahuan yang baru

diperoleh.3)EQUILIBRASI yaitu, proses penyeimbangan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi.

Menurut Paiget, belajar adalah proses perubahan secara kualitatif dalam struktur kognitif.Perubahan dimaksud terjadi, manakala informasi atau pengetahuan baru yang diterima sesorang

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bersesuaian (diasimilasikan) dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.

Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkanterjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi

karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada.Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaiakan dengan pengetahuan baru yang

diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnyafungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia yang

Page 10: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 10/25

dikategorikan dalam suatu struktur hirarkhis terdiri dari enam jenjang, mulai dari tahap sensori-motorik sampai tahap berpikir universal.

B.2. Teori Kognitif Bruner 

Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan

kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungankebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.Menurut Burner, perkembangan kongitif manusia terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh

caranya memandang lingkungan. Ketiga tahap dimaksud meliputi:�Tahap ENAKTIF yaitu, tahap dimana individu melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan

dengan usahanya memahami lingkungan;�Tahap IKONIK yaitu, tahap individu memahami lingkungannya melalui gambar-gambar dan

visualisasi verbal;�Tahap SIMBOLIK yaitu, tahap dimana individu memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak 

dipengaruhi oleh bahasa dan logika.Dalam konteks berpikir yang demikian, Bruner berpendapat bahwa pembelajaran dapat

dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap perkembangantertentu. Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, maka individu dapat belajar 

meskipun usianya belum memadai. Dengan logika lain, perkembangan kognitif seseorang dapatditingkatkan melalui materi yang dirancang sesuai dengan karakteristik kultural siswa.

Gagne dan Berliner menyimpulkan beberapa prinsip yang mendasari teori Bruner sebagai berikut:

�Makin tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pulaketidaktergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan;

�Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpandan memproses informasi;

�Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk untuk mengutarakan

 pendapat dan gagasan melalui simbol;�Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang intensif antara guru dansiswa;

�Perkembangan kongitif meningkatkan kemampuan siswa memikirkan beberapa alternatif secaraserentak, serta memberikan perhatian kepada beberapa stimulus dan situasi sekaligus.

B.3. Teori Belajar Bermakna Ausebel

Sama halnya dengan Piaget dan Bruner, Ausebel merupakan salah satu tokoh garda depan dalam psikologi kognitif yang juga menaruh perhatian pada masalah belajar manusia. Belajar menurut

Ausebel diartikan sebagai proses asimilasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yangtelah terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Agar belajar menjadi lebih bermakna, demikian

lanjut Ausebel, maka ada dua hal yang patut diperhatikan yaitu: (a) materi yang dipelajariharuslah merupakan materi yang bermakna sesuai dengan struktur kognitif siswa; (b) aktivitas belajar semestinya berlangsung dalam kondisi belajar yang bermakna. Dalam konteks demikian

aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.

Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun belajar belum dapat terjadi secara bermakna, karena masih diperlukan adanya advance organizer, yaitu kerangka abstraksi atau

ringkasan konseptual dari apa yang harus dipelajari berkaitan dengan penegetahuan yang telah

Page 11: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 11/25

dimiliki siswa sebelumnya.Bagi Ausebel advance organizer dapat memeberikan tiga manfaat penting yaitu: (1) dapat

menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari oleh siswa; (2) berfungsi sebagai mnemonic (jembatan penghubung) antara apa yang sedang dipelajari ³saat ini´

dengan apa yang ³akan´ dipelajari siswa; (3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan

 belajar secara lebih mudah.Jika ditelaah secara mendalam, maka tampak bahwa terdapat beberapa persamaan antara pandangan Ausebel dan Bruner meskipun aksentuasinya berbeda. Terdapat empat keasamaan

antara teori Bruner dan Ausebel yaitu:�Keduanya menekankan pada makna dan pemahaman, walaupun penekanan Bruner lebih pada

masalah discovery secara induktif dan Ausebel pada internalisasi secara deduktif;�Esensi belajar bukan hanya pengulangan secara verbatim; baik Bruner maupun Ausebel sama-

sama menekankan pentingnya belajar konsep dan prinsip;�Sama-sama menekankan tentang struktur, waluapun Bruner lebih menkankan pada stuktur ilmu,

sedangkan Ausebel lebih menekankan pada struktur kognitif;�Proses belajar mestinya belangsung dalam dan berhubungan dengan situasi konkrit.

B.4. Implikasi Teori Kognitifisme dalam Pembelajaran

Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses

discovery dan internalisasi.Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan

 beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:

Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar i merupakan suatukebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban;

Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak;i Setiap usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa

sehingga memudahkan siswa belajar;i Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan

memperhatikan tahap-tahap perkembangannya;i 

Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan sequencing penyajian secara

logis.i 

C.Pandangan Teori Konstruktivisme tentang Belajar Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin

filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi

sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya.

Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorongterbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa

mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:

Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yangi mereka lihat, dengar,

rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai;

Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup;i 

Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasii pada pengembangan

Page 12: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 12/25

 berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasildari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun

 penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang;

Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorangi dalam keraguan yang

merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk 

 belajar;Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa;i 

Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.i Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan

suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan

terhadap pengertian yang tidak lengkap.Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori

konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam,

maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial.

Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proseskonstruksi makna.

Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvismetelah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini

dapat disebut juga neokognitif.Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori

ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman,asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan

yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukansetiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau

 pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnyasubstansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator 

yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.

C.1. Implikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari gurukepada siswa, melainkan suatu penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun

sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalammembangun pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan

 justifikasi. Jadi mengajar adalah belajar itu sendiri. Menurut prinsip konstruktivisme, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan

sebagaimana mestinya. Sebagai fasilitator dan mediator tugas guru dapat dijabarkan sebagai berikut:

Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungi jawab dalammerencanakan aktivitas belajar, proses belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan

demikian menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama guru.

Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswai dan mendorongmereka untuk meng-ekspresikan gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara

ilmiah;

Page 13: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 13/25

Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secarai produktif. Guru hendaknyamenciptakan rangsangan belajar melalui penyediaan situasi problematik yang memungkinkan

siswa belajar memecahkan masalah;

Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan berpikir i siswa. Guru dapat

menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana pengetahuan siswa untuk menghadapi

 persoalan baru yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya. (Ditulis OlehDrs.Agustinus Maniyeni, M.Pd - Dalam buku ³Wawasan Pembelajaran´ halaman 1-15)

Page 14: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 14/25

Teori Belajar Behavioristik 

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa 

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia 

Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah

dirapikan, tolong hapus pesan ini. 

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang

 perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1]

.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik  pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran

 behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode

 pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang

 berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh

karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran

merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah lakutersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akansemakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka

respon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar  behavioristik , meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;

(2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency

Page 15: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 15/25

Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses(Gage, Berliner, 1984).

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin

Guthrie, dan Skinner . Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan

analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalahapa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang

dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan pesertadidik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi

 perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati,atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat

mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah

laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukumlatihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana

hal-hal tertentu dapat memperkuat respon

Artikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dari Teori Belajar Behavioristik  di

en.wikipedia.org. Isinya mungkin memiliki ketidakakuratan. Selain itu beberapa bagian yang

diterjemahkan kemungkinan masih memerlukan penyempurnaan. Pengguna yang mahir

dengan bahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan

menyempurnakan terjemahan ini.

(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat) 

Daftar isi

[sembunyikan]

y  1 Teori Belajar Menurut Watson 

y  2 Teori Belajar Menurut Clark Hull 

y  3 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie 

y  4 Teori Belajar Menurut Skinner 

y  5 Analisis Tentang Teori Behavioristik 

y  6 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran 

Page 16: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 16/25

y  7 Rujukan 

[sunting] Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namunstimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadiwalaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses

 belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkankarena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang

 belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

[sunting] Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan

 pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull,seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar 

organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral

dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpunhampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul

mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

[sunting] Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulusyang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan

yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus danrespon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang

dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan

mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,oleh karena dalam kegiatan belajar  peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar 

hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwahukuman ( punishment ) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang

diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru

tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

[sunting] Teori Belajar Menurut Skinner

Page 17: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 17/25

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokohsebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih

komprehensif . Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melaluiinteraksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah

sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima

seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Responyang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang

nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahamitingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu

dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensiyang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan

menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanyaakan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,

demikian seterusnya.

[sunting] Analisis Tentang Teori Behavioristik 

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah lakudimana r einforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam

 berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakankurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan

suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yangsederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua

teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori

 belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsephubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (r einforcement ),

merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar 

yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu

menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar,

walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapatmenjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yangrelatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas

sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulusdan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau

 perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Page 18: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 18/25

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan

atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehinggamenjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang

memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping .

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkandigunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan

 penguat negatif (negative r einforcement ) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada

 beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:

y  Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;

y  Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum)

bila hukuman berlangsung lama;y  Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)

agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum

melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.

Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak 

sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagaistimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat

negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut

masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah)

dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yangdisebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif ( positive

r einforcement ). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

[sunting] Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan

 praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran inimenekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik 

dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individuyang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan

semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akanmenghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:

tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik 

Page 19: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 19/25

memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telahterstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar 

adalah memindahkan pengetahuan (t r ansfer  of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui

 proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses

 berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu

membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu

dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam prosesevaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-

hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikanruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan

kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalammenghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.

Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirimereka.

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur,maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan

ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan

atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku

yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentukeberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan

aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,sedangkan belajar sebagi aktivitas ³mimetic´, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan

kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isiatau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta

mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara

ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila

 pebelajar menjawab secara ³benar´ sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang

Page 20: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 20/25

terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

[sunting] Rujukan

1.  ^ [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology . Second Edition, Chicago: Rand Mc.

Nally]

y  Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

y  Moll, L. C. (Ed.). 1994. V ygotsky and Education: Instructional Implications and A pplication of 

Sociohistorycal Psychology . Cambridge: Univerity Press

y  Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Il mu Pengajaran Taksonomi V ariabl e. Jakarta: Depdikbud

y  Gagne, E.D., (1985). The Cognitiv e Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown

and Company

y  Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and T eacT eori Belajar Behavioristik  

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia

Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah

dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman [1].

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah

 pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil

 belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang

 belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

 penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon

 berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak 

dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, olehkarena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)

harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran

Page 21: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 21/25

merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah lakutersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan

(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan

semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) makarespon juga semakin kuat.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;(2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency

Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses(Gage, Berliner, 1984).

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, EdwinGuthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan

analisis serta peranannya dalam pembelajaran.

Daftar isi [sembunyikan] 1 Teori Belajar Menurut Thorndike 2 Teori Belajar Menurut Watson 3Teori Belajar Menurut Clark Hull 4 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie 5 Teori Belajar 

Menurut Skinner 6 Analisis Tentang Teori Behavioristik 7 Aplikasi Teori Behavioristik dalamPembelajaran 8 Rujukan

[sunting] Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksiantara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar 

seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkanrespon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa

 pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat

diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapatmenjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike

ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).

Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum

latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimanahal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

[sunting] Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi

antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental

dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai halyang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris

murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atauBiologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat

diamati dan diukur.

Page 22: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 22/25

[sunting] Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubunganantara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh

oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkahlaku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu

Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)

adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus(stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah

laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler,1991).

[sunting] Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum

kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbulkembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga

menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus

sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.

Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar  peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat

lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu

mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru

tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

[sunting] Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang

 belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan

respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.

Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulusyang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi

respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin,

2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami

hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkindimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner  juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat

untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yangdigunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

[sunting] Analisis Tentang Teori Behavioristik Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar 

sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi

Page 23: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 23/25

stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakankerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan

menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,

1997).

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semuateori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori

 belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep

hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar 

yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu

menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar,

walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapatmenjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang

relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugassangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus

dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak 

kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukanatau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga

menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yangmemengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan

digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan

 berimajinasi.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada

 beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:

Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak  psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila

hukuman berlangsung lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat

mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahanyang diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.

Page 24: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 24/25

Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukumanharus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah

ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang samamenjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan.

Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.

Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi(bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaikikesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah

 penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah

mengurangi agar memperkuat respons.

[sunting] Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran

hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yangtampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentudengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin

kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas

 pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah

terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.

Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui

 proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,

apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu

membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu

dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam prosesevaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-

hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikanruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan

kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalammenghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.

Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirimereka.

Page 25: teori behavioristik

5/9/2018 teori behavioristik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-behavioristik-559bf636d7fba 25/25

Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur,maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan

ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan

atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang

 perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilakuyang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentukeberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan

aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,sedangkan belajar sebagi aktivitas ³mimetic´, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan

kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isiatau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta

mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secaraketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan

 penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan

 paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara ³benar´ sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa

 pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yangterpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan

 pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

[sunting] Rujukan ^ [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition,

Chicago: Rand Mc. Nally] Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:CV. Rajawali Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and

Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press Degeng, I NyomanSudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud Gagne, E.D., (1985).

The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and CompanyLight, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini Higher Education. London: Paul

Chapman Publising Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology. Third Edition. Boston: Allynand Bacon Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition.

Boston: Allyn and Bacon Diperoleh dari"http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik " hing ini Higher Education. London:

 Paul Chapman Publising  

y  Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology . Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

y  Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and

Bacon