pembelajaran berdasarkan teori behavioristik

21
Pembelajaran Berdasarkan Teori Behavioristik Oleh : Siti Khotimatul Ukhro’ (130251613114) A. Pengertian Teori Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk

Upload: khotimatul-ukhro

Post on 02-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

belajar dan pembelajaran

TRANSCRIPT

Pembelajaran Berdasarkan Teori BehavioristikOleh : Siti Khotimatul Ukhro (130251613114)

A. Pengertian Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

B. Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik

Ada beberapa prinsip dalam teori behavioristik, prinsip-prinsip tersebut adalah :1. Obyek psikologi adalah tingkah laku.2. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.3. Mementingkan pembentukan kebiasaan.4. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.5. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.

C. Tujuan Pembelajaran Behavioristik

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang menuntut pelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

D. Pandangan Para Ahli Mengenai Teori Behavioristik

1. Teori Behavioristik Menurut WatsonWatson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.2. Teori Behavioristik Menurut Clark HullClark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).3. Teori Behavioristik Menurut Edwin GuthrieAzas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).4. Teori Behavioristik Menurut SkinnerKonsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

E. Implikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran

Sebagai konsekuensi teori tersebut, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

F. Analisis Terhadap Teori Behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons.

G. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik1. Kelebihan :a. Sesuai untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflex. Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.b. Materi yang diberikan sangat detail.Hal ini adalah proses memasukkan stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.c. Membangun konsentrasi pikiranDalam teori ini adanya penguatan dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik.2. Kekurangan :a. Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamatib. Kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiric. Pebelajar berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktifd. Pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketate. Kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar

H. Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.Teori behaviorisme adalah teori yang menekankan pada prilaku individu. Inti teori ini adalah stimulus respon. Tokoh-tokoh dalam teori ini adalah Edward Lee Thorndike (1874-1949) dengan tiga hokum belajarnya yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum pengaruh, Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dengan teori pengkondisian klasiknya, Skinner dengan operan condition dan lain-lain .Berikut penerapan teori behavioristik yang dapat dilakukan dalama pembelajaran :1. Penerapan dalam Managemen KelasDalam pembelajaran, management kelas merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan dalam pembelajaran. Kekacauan dalam managemen kelas, mengakibatkan tujuan pembelajaran yang ingin di capai tidak berhasil atau terhambat.Ada beberapa fungsi dari managenen kelas yang jika dikaji lebih dalam, merupakan penerapan dan pengembangan dari teori Pengkondisian Behaviorisme.Fungsi fungsi tersebut adalah:1. Menciptakan suasana positif1. Menentukan tujuan bersama1. Menentukan prinsip, prosedur, dan aturan bersama1. Meningkatkan minat dan keyakinan belajar1. Mengelola alat bantu1. Musik dan belajar1. Mengatur lingkungan (Enriched environment)1. Pengaturan bangkuTentu saja fungsi ini berlaku untuk semua pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika.1. Penerapan dalam musikDari banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan tentang musik, terutama musik klasik, didapatkan beberapa temuan bahwa music klasik dalam memaksimalkan pembelajaran. Gallahue (Nurita Putransti:2009), mengatakan Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.Penggunaan musik yang tepat dalam pembelajaran, siswa akan dikondisikan dalam keadaan nyaman , bersemangat dan antusian dalam belajar. Semua ini tergantung pada kemampuan guru dalam memilih musik yang tepat dalam pembelajaran.Musik juga dapat digunakan dalam tujuan tertentu misalnya dalam mengawali pelajaran, menanadai materi yang sangat penting, memberikan relaksasi, menjadi pembatas dalam pembelajaran, iringan dalam permainan dalam belajar, iringan untuk refleksi anak, dan tentu saja dapat digunakan dalam mengakhiri pembelajaran.Walaupun demikian, hal yang perlu dicatat tentang penggunaan musik dalam pembelajaran adalah tidak semua siswa mampu konsentrasi dalam pembelajaran jika menggunakan musik. Jadi perlu diadakan survey terhadap peserta didik sebelum menggunakan musik dalam pembelajaran.1. Penerapan dalam senam belajarSetiap siswa memiliki tiga modalitas belajar dalam dirinya. Namun ada modalitas yang menonjol dalam setiap individu, sehingga siswa akan mudah menerima pelajaran jika sesuai dengan modalitasnya.Akan tetapi, tidak berarti bahwa jika materi diberikan dalam bentuk yang tidak sesuai dengan modalitasnya, tidak dapat dicerna sama sekali. Bahkah dengan pemberikan materi dengan menggabungkan ketiga modalitas tersebut, menjadikan siswa belajar dengan hasil yang lebih baik dibandingkan jika menggunakan satu modalitas saja.Senam belajar merupakan salah satu cara untuk membuat siswa mengakitfkan ketiga modalitasnya tersbut. Senam belajar yang dimaksudkan adalah, senam yang disesuaikan dengan pelajaran, adalah contoh dari guru, ada music pengirim, dan ada ucapan yang harus diucapakan oleh siswa.Senam belajar juga membuat siswa rileks, senang, santai dan mudah mengingat informasi yang diberikan. Senam belajar juga sudah digunakan dalam berbagai pelatihan-pelatihan motivasi. Sebagai contoh senam belajar yang dilakukan dalam pelajaran matematika untuk mengingat rumus aturan cosines. Hal yang perlu di catat dalam penggunaan senam belajar adalah, sebelum melakukan senam, siswa terlebih dahulu diberikan pemahaman tentang tujuan dari senam belajar ini sebagai wadah untuk mengingat informasi.1. Penerapan dalam tampilan kelasDisplay dikelas merupakan salah satu wadah untuk mengkondisikan siswa selalu ingat akan konsep yang telah diajarkan, memberikan motivasi, sebaga ajang unjuk kemampuan diri dengan menyelesaikan masalah pembelajaran yang diajukan dalam display dan sebagainya.Menurut Ahmad fikri dalam situs sahabat guru.wordpress.com, tujuan dari display adalah:1. Sebagai tempat menempel berbagai jenis hasil pekerjaan atau karya siswa.1. Sebagai bentuk penghargaan atas upaya yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan.1. Meningkatkan motivasi siswa, karena betapapun kualitas kerja yang dihasilkan akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat dipajang.1. Memberikan informasi, baik yang bersifat umum, seperti poster atau slogan, maupun yang terkait dengan pembelajaran, seperti bagan/chart/grafik, langkah kerja/rumus, dsb.1. Sebagai hiasan yang dapat memperindah suasana kelas.1. Sebagai bahan evaluasi bagi guru dan siswa serta orang tua melalui tampilan/pajangan yang tertera pada papan display. Misalnya bagi guru,, melalui pajangan siswa dapat secara langsung melihat kualitas kerja siswa dibandingkan dengan kompetensi yang harus diraihnya, sedangkan bagi siswa, ia dapat mengukur posisi hasil pekerjaannya dibanding dengan teman-teman lainnya. Sementara bagi orang tua, dapat secara langsung pula melihat kemajuan putra/i dalam meningkatkan kualitas kerja.1. Karena seringkali papan display juga dianggap sebagai semi portofolio, maka display juga bertujuan menampilkan hasil kekayaan kelas ybs.CARA MENDISPLAY1. Semua hasil karya atau hasil belajar siswa yang berkatagori produk tanpa terkecuali harus mendapat kesempatan yang sama untuk didisplay.1. Setiap hasil karya harus mendapat sentuhan akhir (finishing touch) dari guru terutama bagi siswa kelas 1 dan 2 hal ini dimaksudkan untuk membrikan contoh kepada siswa akan pentingnya sentuhan akhir dalamsebuah produk atau karya, sementara kelas 3 6 sudah harus dapat melakukan sentuhan akhir sendiri. Misalnya diberi hiasan tepi, diwarnai ataupun diberi montase/tempelan hiasan.1. Hasil karya siswa disusun sedemikian rupa sehingga memiliki nilai artistik atau seni, minimal enak untuk dilihat.1. Upayakan rentang waktu display tidak lebih dari 2 pekan (dapat pula sesuai kebutuhan) prinsipnya adalah hindari kebosanan yang diakibatkan oleh display kelas yang tak pernah diganti dalam jangka waktu yang lama1. Bentuk hasil karya harus bervariasi1. Penerapan dalam membuat catatan pembelajaranSejak dari dulu, pelajar dan guru mencatat matematika dengan monoton, tidak ada variasi sama sekali, menjelaskan konsep dan penyelesaian matematika dengan menggunakan media papan tulis dengan menggunakan pola tertentu yaitu dengan menguraikan dari atas ke bawah.Begitu pula dengan pelajar, mereka mencatat hasil penjelasan dari gurunya dengan pola yang sama, mereka juga mencatat dari hasil penjelasan dari guru yang ada di papan tulis apa adanya, sehingga kadang ada hal-hal yang diungkapkan oleh guru, pelajar tidak menuliskan dalam catatan, sehingga jika pelajar membaca kembali catatannya, kadang mereka sendiri tidak mengerti apa yang mereka tuliskan.Faktor lainnya adalah pengaruh otak kanan yang selalu berfikir tidak linear, pada saat pelajar mencatatan apa adanya di papan tulis , otak kanan dari pelajar tidak terlibat, sehingga catatan tersebut tidak berkesan, akibatnya kadang kala pelajar tidak tahu apa yang dia tulis.

Daftar RujukanBell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. RajawaliDegeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: DepdikbudGage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nallyhttps://www.academia.edu/5530695/Makalah_TEORI_BEHAVIORISTIKhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristikhttp://antonizonzai.wordpress.com/2011/02/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitivisme-dan-konstruktivisme/http://kajianpsikologi.blogspot.com/p/teori-belajar-behavioristik.htmlhttp://vheenda.wordpress.com/2011/12/14/implikasi-teori-behavioristik-terhadap-pembelajaran/http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-behavioristik-dan-humanistik-2/http://faqihjafar.blogspot.com/2009/04/ternyata-teori-behaviorisme-membuat.html