teori belajar behavioristik

28
KELOMPOK 1 TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Disusun oleh : Aprilia Rohmawati Ayustira Setiawati Febrian Sururi Rozabel Amelia

Upload: febrian-sururi

Post on 21-Nov-2014

14.351 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: teori belajar behavioristik

KELOMPOK 1

TEORI BELAJARBEHAVIORISTIK

Disusun oleh :

Aprilia Rohmawati

Ayustira Setiawati

Febrian SururiRozabel Amelia

Page 2: teori belajar behavioristik

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

I. Pengertian Teori Belajar Behavioristik adalah teori belajar

yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Teori behavioristik merupakan teori yang memacu kepada tingkah laku siswa sebagai akibat dari adanya interaksi siswa atau pelajar antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input dan keluaran atau output yang berupa respons.

Page 3: teori belajar behavioristik

Seperti contoh berikut ini: Seorang guru yang mengajar menggunakan

teori behavioristik, seorang anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun telah mengajarkannya dengan tekun, tetapi bila anak tersebut belum memperaktekkan perhitungan perkalian, maka anak tersebut belum bisa dianggap belajar, Karena ia belum bisa menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Dari contoh diatas, stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh guru kepada siswa. Misalnya, daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa atau pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Page 4: teori belajar behavioristik

Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Ada factor lain yang dianggap penting dalam teori behavioristik yaitu factor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

Page 5: teori belajar behavioristik

II. Analisis Teori Behavioristik

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Pada teori belajar ini sering disebut S-R (Stimulus dan Respons) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.

Page 6: teori belajar behavioristik

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,1997).

Page 7: teori belajar behavioristik

III. Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik

Teori behavioristik memiliki beberapa tokoh yang menganut aliran tersebut, diantaranya adalah, Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Ivan Pavlov, dan Skinner. Teori-teori yang termasuk kedalam kelompok behavioristik diantaranya :

Connectionism (koneksionisme) dengan tokohnya Thorndike.

Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh

Skinner. Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Clark

Hull. Contiguous conditioning, yang dikembangkan oleh

Guthrie.

Page 8: teori belajar behavioristik

A. Teori belajar Thorndike (1874 - 1949)

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti fikiran, perasaan, atau hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respons yaitu reaksi yang dimunculkan oleh peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons.

Page 9: teori belajar behavioristik

Thorndike mengemukakan tiga hukum atau prinsip dalam belajar yaitu :

Law of Readiness (hukum kesiapan).Menurut hukum ini, hubungan antara

stimulus dan respons akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu, dan belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.

Page 10: teori belajar behavioristik

Law of Exercise (hukum latihan).Hukum ini menjelaskan

kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Hubungan atau koneksi antara kondisi dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan (law of use); dan koneksi-koneksi itu akan menjadi lemah karena latihan tidak dilanjutkan atau dihentikan. Jadi,belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan.

Page 11: teori belajar behavioristik

Law of Effect (hukum akibat).Hukum ini menunjukkan kepada kuat dan

lemahnya hubungan stimulus dan respons, tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Begitu pula dengan belajar, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan nilai atau hasil yang baik.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep penting dari teori koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang.

Page 12: teori belajar behavioristik

B. Teori belajar Ivan Pavlop (1849-1936)

Ivan Pavlov menghasilkan teori belajar yang disebut “classical condition” atau “ stimulus subtitution”. Teori penguatan atau “reinforcement” merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan yang di kondisi atau diperkuat adalah responnya.

Page 13: teori belajar behavioristik

Dalam percobaannya, Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa individu dapat dikondisikan. Artinya merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukkan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.

Page 14: teori belajar behavioristik

C. Teori belajar Skinner

Skinner mengembangkan teori “operant conditioning” yang merupakan pengembangan dari teori Stimulus Respons. Skinner membedakan dua macam respons :

Respondent respons (reflexive resoponse)Respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.

Operant respons (instrumental response)Respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

Page 15: teori belajar behavioristik

D. Teori belajar Clark Hull

Clark Hull menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Beliau sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin, yaitu semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.

Page 16: teori belajar behavioristik

Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menepati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

Page 17: teori belajar behavioristik

E. Teori belajar Edwin Guthrie

Guthrie mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemenuhan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark Hull. Guthrie menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.

Page 18: teori belajar behavioristik

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan prilaku manusia. Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.

Page 19: teori belajar behavioristik

Menurut Guthrie hukuman memagang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu :

a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

b. Dampak psikologis yang buruk mengkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

Page 20: teori belajar behavioristik

c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.

Page 21: teori belajar behavioristik

III. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran

Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.

Page 22: teori belajar behavioristik

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menurut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Page 23: teori belajar behavioristik

IV. Kekurangan dan Kelebihan teori behavioristik

A. Kekurangan Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru

(teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

Mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.

Page 24: teori belajar behavioristik

Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh begavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.K

EK

UR

AN

GA

N

Page 25: teori belajar behavioristik

B. Kelebihan Guru tidak banyak memberikan ceramah,

tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.

Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu.

Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.

Page 26: teori belajar behavioristik

Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, rafleks, daya tahan dan sebagainya.

KELEB

IHA

N

Page 27: teori belajar behavioristik

contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahragam dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

KELEB

IHA

N

Page 28: teori belajar behavioristik

THANK YOUFor Your Attention