tentang penanganan ikan hasil tangkapan

3
RINGKASAN AFRIANSYAH NIT. 06.4.02.656 Tentang Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Pada Kapal Long Line di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Jawa Tengah. Di bawah bimbingan Ir. Moch. Hery Edy, MS Selaku dosen pembimbing I dan Ir. Lego Suhono, MP selaku dosen pembimbing II Rawai tuna atau tuna long line merupakan alat penangkap ikan tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasIkan sekaligus. Satu tuna long line biasanya mengoperasIkan 1.000-2.000 mata pancing untuk sekali turun.Rawai tuna umumnya dioperasIkan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, yaitu menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan, sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arus atau disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih 4-5 jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal (Ditjen Perikanan Tangkap. 2008). . Salah satu jenis ikan yang banyak diminati, baik di pasar lokal maupun internasional adalah ikan tuna. Yang dalam bahasa latinnya dikenal sebagai Thunnus sp dan dalam bahasa Inggris disebut skipjack. Ikan tuna mempunyai daerah penyebaran sangat luas atau hampir di semua daerah tropis maupun subtropis (Ditjen Perikanan Tangkap. 2008). Ikan tuna yang bernilai ekonomis tinggi harus ditangani dengan baik sehingga perlu pemahaman yang lebih mendalam mengenai penerapan penanganan ikan. Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) penulisan mencoba melakukan pendekatan terhadap permasalahan tersebut dengan mengambil judul “Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Pada Kapal Long Line Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC)”. Menurut Junianto (2003), sesampainya di pelabuhan, ikan-ikan hasil tangkapan langsung dibongkar. Cara atau prosedur pembongkarannya bervariasi tergantung dari cara pendinginan dan penyimpanan ikan di atas kapal. Setelah ikan sampai di TPI, ikan-ikan hasil tangkapan langsung dibongkar dan dipindahkan ke wadah pelelangan yang sudah dipersiapkan. Untuk TPI yang mempunyai fasilitas yang kurang memadai, ikan-ikan hasil tangkapan tersebut ditumpahkan langsung ke lantai los pelelangan. Ikan yang selesai dilelang harus secepatnya dipindahkan ke wadah- wadah pengangkutan untuk didistribusikan ke pabrik pengolahan atau pasar induk. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan selama penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI adalah sebagai berikut : Kontrol suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat Perkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan Hindari sengatan langsung sinar matahari dengan tubuh ikan Perkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan Hal ini juga didukung oleh pendapat Ilyas (1983), seluruh kegiatan pembongkaran, pelelangan dan pengiriman ikan basah meninggalkan pelabuhan, harus selalu berpedoman pada prinsip penanganan ikan basah, yakni ikan selalu dingin, bekerja cepat, cermat dan bersih (higienis). Kalau prinsip tersebut diikuti dengan baik di pelabuhan dan kegiatan pelelangan maka ikan tidak akan cepat mengalami penurunan mutu fisik, organoleptik dan komersialnya (nilai ekonomisnya). Kerja Praktek Akhir (KPA) ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2009 sampai dengan 31 Mei 2009 di pelabuhan perikanan samudera cilacap (PPSC) jawa tengah. Sistem yang akan digunakan untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan adalah sistem magang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan observasi partisipan. Teknik pengolahan data menggunakan editing dan tabulating. Setelah data yang terkumpul diolah, kemudian dilakukan analisa data. Menurut Nazir (1988), analisa data adalah

Upload: charoul-azzzmin

Post on 28-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tentang Penanganan Ikan Hasil Tangkapan

TRANSCRIPT

Page 1: Tentang Penanganan Ikan Hasil Tangkapan

RINGKASAN AFRIANSYAH NIT. 06.4.02.656 Tentang Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Pada Kapal Long Line di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Jawa Tengah. Di bawah bimbingan Ir. Moch. Hery Edy, MS Selaku dosen pembimbing I dan Ir. Lego Suhono, MP selaku dosen pembimbing II

Rawai tuna atau tuna long line merupakan alat penangkap ikan tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasIkan sekaligus. Satu tuna long line biasanya mengoperasIkan 1.000-2.000 mata pancing untuk sekali turun.Rawai tuna umumnya dioperasIkan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, yaitu menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan, sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arus atau disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih 4-5 jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal (Ditjen Perikanan Tangkap. 2008).

. Salah satu jenis ikan yang banyak diminati, baik di pasar lokal maupun internasional adalah ikan tuna. Yang dalam bahasa latinnya dikenal sebagai Thunnus sp dan dalam bahasa Inggris disebut skipjack. Ikan tuna mempunyai daerah penyebaran sangat luas atau hampir di semua daerah tropis maupun subtropis (Ditjen Perikanan Tangkap. 2008).

Ikan tuna yang bernilai ekonomis tinggi harus ditangani dengan baik sehingga perlu pemahaman yang lebih mendalam mengenai penerapan penanganan ikan. Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) penulisan mencoba melakukan pendekatan terhadap permasalahan tersebut dengan mengambil judul “Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Pada Kapal Long Line Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC)”.

Menurut Junianto (2003), sesampainya di pelabuhan, ikan-ikan hasil tangkapan langsung dibongkar. Cara atau prosedur pembongkarannya bervariasi tergantung dari cara pendinginan dan penyimpanan ikan di atas kapal. Setelah ikan sampai di TPI, ikan-ikan hasil tangkapan langsung dibongkar dan dipindahkan ke wadah pelelangan yang sudah dipersiapkan. Untuk TPI yang mempunyai fasilitas yang kurang memadai, ikan-ikan hasil tangkapan tersebut ditumpahkan langsung ke lantai los pelelangan. Ikan yang selesai dilelang harus secepatnya dipindahkan ke wadah-wadah pengangkutan untuk didistribusikan ke pabrik pengolahan atau pasar induk.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan selama penanganan ikan dari pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI adalah sebagai berikut :

� Kontrol suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin � Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat � Perkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan � Hindari sengatan langsung sinar matahari dengan tubuh ikan � Perkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan

Hal ini juga didukung oleh pendapat Ilyas (1983), seluruh kegiatan pembongkaran, pelelangan dan pengiriman ikan basah meninggalkan pelabuhan, harus selalu berpedoman pada prinsip penanganan ikan basah, yakni ikan selalu dingin, bekerja cepat, cermat dan bersih (higienis). Kalau prinsip tersebut diikuti dengan baik di pelabuhan dan kegiatan pelelangan maka ikan tidak akan cepat mengalami penurunan mutu fisik, organoleptik dan komersialnya (nilai ekonomisnya).

Kerja Praktek Akhir (KPA) ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2009 sampai dengan 31 Mei 2009 di pelabuhan perikanan samudera cilacap (PPSC) jawa tengah. Sistem yang akan digunakan untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan adalah sistem magang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan observasi partisipan. Teknik pengolahan data menggunakan editing dan tabulating. Setelah data yang terkumpul diolah, kemudian dilakukan analisa data. Menurut Nazir (1988), analisa data adalah

Page 2: Tentang Penanganan Ikan Hasil Tangkapan

mengelompokkan, membuat suatu urutan, memproses serta menyingkatkan data, sehingga mudah untuk dibaca.

Letak geografis PPS pada posisi 109°01’ 18,4” BT da n 107°43’ 31,2” LS di pantai selatan Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia yang dikenal memiliki potensi sumber daya ikan terutama Tuna dan Cakalang yang cukup melimpah, merupakan tempat yang sangat ideal untuk dijadikan pelabuhan pangkalan bagi kapal-kapal perikanan khususnya long line dan gill net yang beroperasi di Samudra Hindia.

Kawasan Pelabuhan Perikanan Cilacap terdapat berbagai macam fasilitas yang terdiri dari fasilitas pokok, seperti kolam labuh, dermaga, break water ; fasilitas penunjang, seperti TPI, bengkel, pabrik es, dll ; fasilitas penunjang, seperti rumah dinas, kios, guest house, dll. 1. Penanganan Ikan Hasil Tangkapan di Atas Kapal

Ikan diangkat ke atas kapal dengan menggunakan ganco atau serok sesuai dengan ukuran ikan. Ikan besar seperti ikan diangkat dengan ganco setelah ikan berada dipermukaan air kemudian diangkat ke atas perahu/kapal. Setelah ikan berada di atas kapal kemudian diambil pancing dari ikan. Pancing diambil dengan tangan biasa tapi jika sulit menggunakan tang atau jika terpaksa tidak bisa diambil, maka dapat diputus langsung tali pancingnya sehingga kail masih berada di tubuh ikan. Ikan hasil tangkapan kemudian disortir menurut jenis dan ukurannya. Setelah insang dan isi perut terbuang maka dilakukan dengan pencucian dengan cara menyikat sisa – sisa daging dan darah ikan yang masih ada di insang. 2. Penanganan Ikan Hasil Tangkapan di TPI PPS Cilacap

a. Pembongkaran Kegiatan pembongkaran dilakukan secara langsung begitu kapal tiba di pelabuhan.

Kegiatan pembongkaran umumnya dilakukan di dermaga bongkar. di PPS Cilacap hanya kapal yang beroperasi lebih dari 24 jam yang melakukan pembongkaran ikan di dermaga bongkar. Kegiatan pembongkaran ikan di dermaga ini merupakan kegiatan pemindahan ikan dari palka ke dalam mobil cool box. Pembongkaran ini dilakukan dengan menggunakan ganco.

b. Pengangkutan Ikan yang sudah dibongkar diangkut menggunakan kereta dorong, kemudian segera

diangkut ke tempat penimbangan dengan bantuan karyawan pelabuhan. Ikan yang ditimbang seperti opah, setuhuk, hiu dll. Kereta dorong digunakan untuk mengangkut ikan, dan dapat diberi es sebagai media pendingin dan mutu ikan dapat terjaga dengan baik.

c. Penimbangan Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan duduk. Ikan yang ditimbang

dicatat dalam karcis timbang sesuai dengan berat dan jenis ikan oleh juru timbang. d. Pengepakan Kegiatan menggunakan bahan pendingin/pengawet berupa es, tetapi tidak semua ikan

hasil tangkapan ini dilakukan pengepakan. Pengepakan hanya dilakukan sebagai kegiatan penampungan ikan dari nelayan. Kegiatan penampungan ikan ini tergantung dari lama perjalanan/daerah pemasaran dan jenis ikan. Apabila daerah pemasarannya dekat, maka ikan langsung dimuat karena mutunya masih baik/bagus.

e. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil cool box, truk dan lain-lain.

Selanjutnya ikan dibawa ke lokasi pemasaran. Ikan dimasukkan kedalam mobil cool box dengan menggunakan media pendingin es dengan perbandingan antara ikan dan es 2:1. Ikan ditata dalam mobil cool box. Tetapi ikan tidak ditutup dengan terpal. Ikan kemudian dibawa ke daerah pemasaran. Biasanya kegiatan pengangkutan ini sering dilakukan pada siang hari.

a. Kesimpulan Kegiatan penanganan ikan segar hasil tangkapan di TPI belum dilaksanakan dengan

baik karena dalam proses kegiatan pelelangan tidak menerapkan sistem rantai dingin sehingga hal ini dapat menyebabkan ikan mengalami penurunan mutu yang dapat mempengaruhi harga jual ikan tersebut.

Page 3: Tentang Penanganan Ikan Hasil Tangkapan

b. Saran Karena ikan termasuk golongan perishable food atau makanan yang mudah rusak,

maka sebaiknya penerapan sistem rantai dingin pada setiap kegiatan di TPI dilaksanakan dengan baik sehingga akan mengurangi adanya kemunduran mutu pada ikan yang akan berdampak juga pada harga jual ikan tersebut.