tennison
DESCRIPTION
RefratTRANSCRIPT
LABIOPLASTY UNILATERAL MENGGUNAKAN TEKNIK TENNISON
Pendahuluan
Keadaan celah pada anak-anak akan menimbulkan gangguan fungsi bibir seperti bicara
dan menghisap. Pasien dengan celah bibir dan langit-langit ini memiliki sejumlah masalah yang
meliputi deformitas anatomik dasar, defisiensi pertumbuhan wajah, masalah susunan gigi-geligi,
masalah bicara, psikologik dan seringkali diikuti anomali kongenital lainnya.1
Tindakan pembedahan celah bibir diharapkan dapat mengembalikan fungsi anatomis dan
kosmetik yang mendekati normal. Beberapa tujuan perbaikan celah bibir unilateral meliputi,
mendapatkan ketebalan vermilion yang cukup, perbaikan cupids bow, membentuk kembali garis
philtrum yang hilang dan panjang bibir yang cukup serta serasi dengan bibir bawah. Para ahli
telah banyak memperkenalkan berbagai teknik untuk pembedahan celah bibir tersebut. Salah
satu teknik yang dikemukakan disini adalah teknik Tennnison untuk mengoreksi celah pada bibir
unilateral.
Embriologi Wajah
Perkembangan wajah dimulai pada minggu ke tiga kehidupan embrio dengan ukuran
panjang sekitar 3,5 mm. Perkembangan wajah ini dimulai dengan terbentuknya rongga mulut
primitive yang disebut stomodeum. Pada saat ini daerah wajah terdiri dari 5 buah tonjolan
(prosesus) pada sebuah lekukan yang disebut stomodeum (celah mulut primitif). Kelima
tonjolan ini terdiri dari prosesus frontalis, 2 buah prosesus maksilaris kanan dan kiri, 2 buah
prosesus mandibularis kanan dan kiri.2,3
Prosesus maksilaris tumbuh kearah medial dari posisi lateral untuk membentuk bagian
lateral dari rahang atas. Prosesus nasalis medialis terdorong lebih dekat dan bertemu prosesus
maksilaris pada garis tengah, oleh sebab itu lengkung maksila dilengkapi prosesus nasalis
medialis yang bersatu pada garis tengah dan terjadi penyatuan pada permukaan lateral dan dua
prosesus maksilaris pada minggu ke tujuh. Ketiga elemen ini (prosesus nasalis yang menyatu
dan dua prosesus maksilaris), berperan dalam membentuk bibir atas, alveolaris atas, dan palatum
primer yang terjadi sekitar minggu ke enam (gambar 1). Bagian palatum yang berasal dari
prosesus maksilaris disebut palatum sekunder. 2,4
Gambar 1. Prosesus nasalis yang menyatu dan dua prosesus maksilaris), berperan dalam
membentuk bibir atas, alveolaris atas, dan palatum primer
Dikutip dari Langman2
Pada awalnya lempeng palatal dari prosesus nasalis medialis yang bersatu dan lempeng
palatal dari prosesus maksilaris mengarah ke bawah, dan membentuk hubungan langsung antara
rongga mulut dan rongga hidung pada minggu ke tujuh. Selanjutnya lidah berkontak dengan tepi
inferior septum nasalis. Pada saat lempeng-lempeng ini berkembang lidah dengan sendirinya
bergerak ke bawah, dan lempeng ini ini berputar ke atas dan bersatu pada garis tengah, diikuti
penyatuan septum nasalis sehingga terjadi pemisahan rongga hidung dan rongga mulut.
Penyatuan lempeng palatal berkembang kearah belakang meliputi palatum lunak dan uvula.2,5
Celah bibir terjadi karena adanya kegagalan fusi dari prosesus nasalis media dan prosesus
.maksilaris. Celah bibir unilateral terjadi karena gagalnya fusi dari prosesus nasalis media
dengan salah satu prosesus maksilaris (gambar 2). Jika prosesus maksilaris mesodermal
mengalami kegagalan untuk bersatu di garis tengah maka akan terjadi deformitas berupa celah
palatum. Kegagalan penyatuan prosesus maksilaris dan arkus mandibularis akan menyebabkan
makrostomia. Kegagalan penyatuan prosesus nasalis lateral dengan prosesus maksilaris akan
menyebabkan celah fasial oblique. 4
Gambar 2. Celah bibir unilateral terjadi karena gagalnya fusi dari prosesus nasalis media dengan
salah satu prosesus maksilaris
Dikutip dari Moore3
Anatomi
Hidung dan Bibir Normal
Hidung normal mempunyai kolumela yang lurus, panjang yang cukup didukung juga oleh
septum nasi yang lurus. Sayap hidung (ala nasi) yang simetris didukung oleh tulang rawan yang
seimbang dan dasar sayap hidung jaraknya sama dari kolumela. Bibir atas normal dengan otot
orbicularis oris yang lengkap mempunyai philtrum yang dibatasi oleh dua pasang tonjolan kulit
yang memanjang kearah kolumela yang disebut philtrum ridge/philtrum column, dan diantaranya
terdapat lekukan yang disebut philtrum dimple di bagian tengah bibir atas (gambar 3).
Pada batas mukosa dan kulit, terdapat bagian kulit yang lebih terang, yang disebut white
skin roll. Batas ini melengkung membentuk busur bibir yang disebut cupids bow. Posisi alami
bibir terdiri dari bagian tengah bibir atas yang sedikit menonjol yang terletak di sebelah depan
dari pada bibir bawah. Bagian tengah dari tepi bebas bibir merah atas yang lebih menonjol ini
disebut vermillion red tubercle.4
Gambar 3. Anatomi bibir normal4
Dikutip dari van ve Ven6
Struktur Otot Bibir
Bibir atas dan bibir bawah terdiri dari otot-otot dan kelenjar yang ditutupi oleh kulit di
bagian luar dan membrane mukosa di permukaan bagian dalam. Otot yang utama dari bibir
adalah orbicularis oris. Otot ini bukan merupakan sfingter murni, tetapi merupakan komponen
otot yang berorigo di modiolus (masa otot kecil) pada sudut mulut. Otot-otot ini dari satu sisi
akan saling bertemu satu sama lainnya dan bertemu pada sudut mulut untuk kemudian
melingkari dan membentuk rima oris. Otot orbicularis oris ini terdiri dari empat pasang otot
orbicularis peripheral yang meluas dari rima oris kearah luar sehingga pada bibir atas
berhubungan dengan septum nasi dan pada bibir bawah berhubungan dengan sulkus
labiomentalis. Dua pasang otot orbicularis oris marginalis terletak lebih superficial dan terbatas
didaerah bawah bibir merah.7
Otot orbicularis oris yang merupakan pembentuk utama bibir, berhubungan dengan otot-
otot wajah lainnya (gambar 4) Otot tersebut ada yang terletak superficial yaitu muskulus levator
labii superioleque nasi, muskulus levator labii superior, muskulus zigomaticus minor, muskulus
zigomaticus mayor, muskulus risorius, muskulus platysima, muskulus depressor anguli oris,
muskulus depressor labii inferior, otot yang terletak lebih dalam adalah muskulus buccinator
muskulus levator anguli oris, muskulus insisivus inferior (mentalis), muskulus insisivus
superior. 4,7
Gambar 4. Anatomi otot bibir. Otot orbicularis oris yang merupakan pembentuk utama bibir,
berhubungan dengan otot-otot wajah lainnya Dikutip dari Drake
8
Anatomi Celah Bibir Unilateral9
Pada celah unilateral yang komplit, serabut otot orbicularis yang berjalan horizontal dari
komisura kearah median, berjalan ke atas sepanjang tepi dari celah bibir dan bagian lateral
berakhir terbenam di bawah ala nasi dan bagian medial terbenam pada dasar kolumela nasi dan
sebagian besar dari otot tersebut melekat pada periosteum maksila, sedangkan sebagian menipis
pada sub kutis.
Deformitas yang khas pada hidung:
Akibat dasar hidung bercelah/tidak ada, premaksila akan terotasi keluar sehingga hidung
menjadi miring
Septum berotasi dan miring kearah celah, akibatnya puncak hidung akan berotasi
Akibat deviasi pada septum, kolumela menjadi miring kearah celah dan mengalami
pemendekan pada sisi yang bercelah
Bentuk sayap tulang hidung lebih mendatar
Basis ala nasi dapat menjadi lebih lebar atau lebih tebal
Celah pada bibir atau pada langit-langit unilateral sangat bervariasi, begitu juga dengan
bentuk bibir dan hidung akibat adanya celah tersebut. Kelainan celah memiliki sifat yang khas
yaitu adanya pemendekan vertical pada kedua sisi bibir dan hidung. Akibat kegagalan penetrasi
mesoderm yang seharusnya membentuk bibir, terjadi perlekatan ujung-ujung celah tiap sisi
dengan dasar hidung. Pada sisi normal dengan adanya distorsi, akan terjadi pemendekan jarak
antara alae ke cupid’s bow pada perbatasan kulit ke mukosa. Sisi celah juga mengalami distorsi
dengan kolumela yang memendek dan lengkung alar rata dengan kartilago bergeser dan
melebarnya dasar hidung dimana tempat melekatnya otot-otot bibir.9
Pada celah bibir unilateral komplit, serat-serat orbicularis oris berjalan horizontal dari
sudut mulut menuju ke garis tengah kemudian mengikuti tepi celah sampai dekat dasar sayap
hidung dibagian lateral dan medial sampai dekat dasar kolumela dimana masing-masing terikat
pada periosteum di maksila, sedangkan beberapa diantara serat-serat itu menghilang ke dalam
subkutis. Pada celah inkomplit terbentuk lekukan kecil,sedangkan karakteristik otot sama
dengan yang normal. Serabut otot melewati ujung celah dari lateral ke medial. Otot pada daerah
celah diselingi oleh trabekula jaringan pendukung kolagen.7,9
Gambar 5. Nasolabial musculature pada celah bibir unilateral
Dikutip dari Langdon10
Gambar 6. Abnormalitas kulit pada cdelah biir komplit unilateral
Dikutip dari Langdon10
Vaskularisasi dan Persyarafan Bibir
Sumber vaskularisasi pada bibir yang utama adalah berasal dari arteri carotis eksterna
yang memiliki cabang arteri maksilaris eksterna, kemudian menjadi arteri fasialis dan akhirnya
sampai pada bibir sebagai arteri labialis superior dan inferior. Arteri ini mensuplai darah ke
daerah bibir. Cabang arteri nasalis lateralis mensuplai darah ke alae nasi (Gambar 7).
Gambar 7. Vaskularisasi bibir, berasal dari arteri fasialis sampai pada bibir sebagai arteri labialis
superior dan inferior
Dikutip dari Drake 8
Sistem persyarafan pada bibir atas berasal dari nervus infraorbitalis, yang merupakan
cabang dari nervus maksilaris (NV2), sedangkan pada bibir bawah diperoleh dari nervus
mentalis cabang dari nervus mandibularis (NV3) (Gambar 8). Nervus trigeminalis yang keluar
dari foramen infraorbitalis dibawah otot orbicularis oculi dan levator labii superior. Cabang
nervus trigeminalis ini mempersarafi palpebral, hidung dan bibir atas. Sedangkan cabang
mentalis keluar dari foramen mentale di bawah otot depressor anguli oris, dan mempersyarafi
bibir bawah. Inervasi motorik berasal dari cabang zigomatikus dan bukalis nervus fasialis 4,7
Gambar 8. Sistem persyarafan pada bibir atas berasal dari nervus infraorbitalis, yang merupakan
cabang dari nervus maksilaris (NV2), sedangkan pada bibir bawah diperoleh dari
nervus mentalis cabang dari nervus mandibularis (NV3)
Dikutip dari Drake8
Etiologi
Etiologi celah bibir sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa ahli
mengemukakan bahwa diduga adanya keterlibatan beberapa factor yang dapat mengakibatkan
kelainan ini, antara lain oleh factor intrinsik (genetik) dan ekstrinsik (lingkungan) seperti trauma
baik fisik maupun psikis atau pengaruh radiasi, pemakaian obat-obatan, kekurangan nutrisi,
proses infeksi dan ketidakseimbangan hormon.
Pembedahan Celah Bibir Unilateral
Tujuan Pembedahan
Pembedahan pada penderita celah bibir bertujuan untuk mendapatkan bibir yang
mendekati bentuk normal baik secara anatomis, fungsi fisiologis maupun estetik dan dapat
menghilangkan rasa rendah diri, sehingga penderita maupun keluarganya menjadi puas terhadap
hasil pembedahan yang dilakukan.
Tujuan khusus perbaikan celah bibir ini adalah untuk mendapatkan ketebalan vermilion
bibir yang cukup, memperbaiki cupid’s bow, membentuk kembali garis philtrum yang hilang,
memperbaiki tuberculum vermillion, memperbaiki philtrum dimple di dalam prolabium, panjang
dan proyeksi bibir adekuat dalam hubungannya dengan bibir bawah.1,11
Waktu Pembedahan
Celah bibir sebaiknya dikoreksi sejak awal dan sedini mungkin. Beberapa ahli
melakukan pembedahan pada waktu 24 jam pertama kelahiran atau minggu pertama kelahiran,
yang bertujuan untuk menghilangkan rasa malu dari orang tua. Menurut Brescia (1979),
sebagian besar para ahli menunda pembedahan sampai bayi berumur kurang lebih 3 bulan,
dimana bibirnya sudah cukup mencapai ketebalan untuk dilakukan perbaikan dalam
pembedahan. Musgrave dan Wilhemsen (1966) dan Millard (1979) menggunakan prinsip the
rule of tens untuk menentukan waktu optimum pada pembedahan celah bibir yang terdiri dari
umur bayi mencapai 10 minggu, berat badan bayi mencapai 10 pons, hemoglobin yang tidak
boleh kurang dari 10 mg/dl, leukosit di bawah 10.000/mm3.
Teknik pembedahan celah bibir unilateral dengan teknik Tennison
A. Anatomi landmark yang digunakan untuk memperbaiki celah bibir unilateral1(gambar 9)
Mula-mula ditentukan titik no. 12 dan 13 yang merupakan komisura lateral
Titik 3 adalah puncak cupid’s bow pada sisi non celah
Titik 4 adalah titik tengah atau titik rendah dari bagian tengah bibir
Titik 2 terletak pada dasar kolumela yang non celah
Titik 8 terletak pada dasar kolumela yang bercelah
Titik 5 adalah titik puncak cupid’s bow pada sisi yang bercelah dan berjarak sama
panjang dari titik 3 ke 4 (3-4=4-5)
Titik 5’ merupakan puncak cupid’s bow yang terletak pada segmen lateral celah
dibuat dengan jarak yang sama dengan jarak 12 ke 3 (12-3=13-5’)
Gambar 9 . Anatomi landmark untuk memperbaiki celah bibir
Dikutip dari Cumming1
B. Penentuan tanda untuk pola insisi4 (gambar 10. A)
Titik 1 : pertengahan bibir pada sisi normal, yaitu pertengahan lekukan garis
mukokutaneus
Titik 2 : puncak cupid’s bow pada sisi normal (puncak mukokutaneus)
Titik 3 : titik pada garis mukokutaneus yang menggambarkan puncak cupid’s bow
pada sisi celah (titik yang sama panjang dengan titik 1-2 dengan titik 1)
Titik 4 : dasar kolumela pada sisi normal pertemuan dasar hidung
Titik 5 : dasar kolumela pada sisi celah pertemuan dengan dasar lubang hidung
Titik 6 : titik pada dasar lubang hidung sisi celah yang diletakkan sama jaraknya dari
dasar cuping (seperti titik 4 pada sisi normal)
Titik 7 : akhir dari garis insisi ke-2 pada pertengahan philtrum (garis insisi ke-2 titik
3-7, berjalan tegak lurus pada garis insisi 5-3 dan melewati vermilion tertebal)
Titik 8 : titik pada sisi celah pada vermilion yang mulai menipis
Titik 9 : titik yang berubah-ubah pada sisi celah, diperoleh dari pengukuran jarak
yang sama dari 3-5 dengan 6-9 (pembentuk triangular flap)
Titik 10 : titik tengah garis insisi 3-7 pada sisi normal
Titik 11: titik tengah insisi 9-12 pada sisi celah
Titik 12 : puncak triangular flap pada sisi celah
(A)
(B) (C)
Gambar 10. Penentuan tanda untuk pola insisi Dikutip dari Van Ve Den
6
Pembuatan garis insisi dan insisi (Gambar 11. A – L)
Garis insisi pertama dibuat dari dasar kolumela pada sisi celah medial menuju ke puncak cupid’s
bow (dari titik 3 ke titik 5). Garis insisi kedua dari puncak cupid’s bow (titik ke 3) menuju ke
titik 7. Garis kedua ini sebaiknya tidak melewati titik tengah philtrum. Pada elemen lateral perlu
membentuk segitiga yang akan menjadi triangular flap. Segitiga tersebut dibentuk dengan
menggunakan dua buah jangka. Jangka pertama diukur sepanjang 5-3 yang lain diukur
sepanjang 3-7. Jangka yang panjang ditempatkan pada titik 5 (dasar nostril), sedangkan jangka
yang pendek ditempatkan pada titik 8. Garis pertemuan kedua jangka tersebut merupakan titik 9.
Dengan garis 8-9 sebagai dasar dibuat segitiga sama sisi dengan menentukan titik 12.
Insisi
Dilakukan suntikan dengan adrenalin 1/100.000-1/200.000 untuk mengurangi perdarahan. Insisi
mengikuti pola dengan pisau nomor 15 pada kulit dan dengan nomor 11 untuk menembus otot
dan mukosa tegak lurus garis insisi.
Penjahitan
Dimulai dari dasar hidung sampai puncak bibir lapis demi lapis mukosa, otot dan kulit.
Menggunakan jarum atraumatik tegak lurus terhadap jaringan, benang absorbable (vicryl/dexon
: 5-0 atau 6-0) untuk otot dan mukosa serta benang non absorbable (dermalon 6-0) untuk kulit.
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
(G) (H)
(I) (J)
(K) (L)
Gambar 11. Tahapan operasi menggunakan teknk Tennison
Keuntungan dan Kerugian Teknik Tennison1,6
Keuntungan teknik Tennison adalah teknik yang terukur, mudah dipelajari,
memungkinkan untuk celah yang lebar serta adanya efek lip lengthening (gambar 12)
Gambar 12. Salah satu keuntungan teknik Tennison, adanya efek lip lengthening Dikutip dari Van Ve Den
6
Sedangkan kerugian teknik Tennison adalah adanya jaringan parut dapat merusak garis
philtrum serta sulit dilakukan modifikasi selama prosedur.
Komplikasi
Pembedahan pada celah bibir dapat menimbulkan komplikasi baik segera ataupun beberapa
lama setelah operasi dilakukan. Komplikasi yang dapat segera terjadi berupa perdarahan,
terganggunya jalan nafas, infeksi, kematian jaringan. Sedangkan komplikasi yang terjadi secara
lambat seperti deformitas bibir, vermilion tidak teratur, scar eksternal yang berlebihan, stenosis
hidung dan lain-lain.
KESIMPULAN
Teknik Tennison merupakan teknik yang mudah dipelajari bagi pemula, karena dalam
pembuatan polanya menggunakan titik-titik pengukuran yang pasti dan memberikan hasil yang
memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cumming CW, 1993. Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd
Ed, Mosby Year Book
Inc, St Louis.
2. Langman. Embriologi kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Indonesia. 1988.
3. Moore, UJ. 2001. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. Blacwell Science. USA
4. Smith HW. The Atlas of Cleft Lip and Palate Surgery, 1st Ed Gurne and Stratton Inc, new
York. 1983
5. Pantaloni M, Byrd HS. 2001. Left Lip I: Primary Deformities Selected Readings in Plastic
Surgery. Volume 9. Number 21. Baylor University Medical Center.
6. Van de Ven B, Defrancq J, van Rooijen K. 2008. Cleft Lip Surgery – a practical guide.
Poland: Drukarna.
7. Malek. Cleft Lip and Palate, lesions, Patophysiology and Primary Treatment. Martin Dunitz
Ltd. London. 2001
8. Drake, RL., Vogi, W., Mitchell, A W M. 2004. Gray’s Anatomy for Students. Churchill
Livingstone
9. McCarthy JG. 1990. Plastic Surgery, 8th
Ed WB Saunders Co. Philladelphia. London.
Toronto.
10. Langdon , JD., Patel, M F., Ord, R A., Brennan, PA. 2011. Operative Oral and Maxillofacial
Surgery. Hodder Arnod. UK
11. Finkelstein WM, 2001. Over View of General Embryology and Head and Neck Development.
Text book of Orthodontics. W.B. Saunders Co.