temu ireng2

4
© Kimia ITS – HKI Jatim 37 Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2006: 37 – 40 AKTA KIMIA INDONESIA Pengaruh Penambahan Kurkumin Dari Rimpang Temu Giring Pada Aktifitas Antioksidan Asam Askorbat Dengan Metode FTC* Agus Wahyudi** Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Surabaya 60111 ABSTRAK Telah dilakukan isolasi senyawa kurkuminoid dari rimpang temu giring (Curcuma heyncona Val & Vijp) dengan metode sokletasi. Diperoleh hasil sebanyak 5 gram kristal kurkuminoid. Senyawa kurkumin sebanyak 0,25 gram diperoleh dengan kromatografi kolom terhadap ekstrak kurkuminoid dengan eluen benzene : kloroform (1 : 4). Kurkumin hasil, menunjukkan titik leleh sebesar 174 o C dan λmax UV = 422 nm. Senyawa kurkumin yang diperoleh diuji aktifitas antioksidannya dengan metoda FTC dan efek sinergismenya dengan antioksidan asam askorbat. Hasil sinergisme yang diperoleh untuk asam askorbat dengan kurkumin bernilai 83,6 %. Kata kunci : Pengaruh penambahan Kurkumin ABSTRACT 5 grams of curcuminoid compounds have been isolated from temu giring (Curcuma heyneana Val & Vijp) using soxletation. Further purification of the curcuminoid extract using column chromatography gave 0,25 grams of curcumin with melting point of 174 o C. The antioxidant activity of the extract tested with FTC (Ferric Thio Cyanate) method and its synergism effect tested were observed with ascorbic acid. Keywords: Curcuma heyneana, kurkuminoid, antioxidant activity. PENDAHULUAN Antioksidan merupakan zat kimia yang secara bertahap akan teroksidasi dengan adanya efek seperti cahaya, panas, logam peroksida atau secara langsung bereaksi dengan oksigen. Ada dua macam anti oksidan, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintesis. Sebagai contoh α tokoferol (vitamin E) merupakan antioksidan alam yang terdapat dalam lemak dan minyak yang diperoleh dari biji tanaman (Zapsalis,1985). Kurkumin adalah antioksidan alam yang lain dimana aktifitasnya lebih besar disbanding dengan α tokoferol jika diuji dalam minyak. Mekanisme kerja antioksidan dibagi dalam beberapa jenis diantaranya antioksidan primer, yaitu senyawa yang mengakhiri rantai radikal bebas dalam jenis reaksi oksidasi. Beberapa senyawa antioksidan jika dicampur dapat mempengaruhi kinerjanya dengan efek sinergi. Sinergi yaitu senyawa yang mempunyai sedikit sifat antioksidan tetapi dapat memperbesar efek dari antioksidan primer. Asam askorbat dan asam sitrat memberi efek sinergi terhadap antioksidan yang lain dan sering dipakai sebagai antioksidan dalam pangan (Ketaren, 1986). Tujuan penelitian ini adalah isolasi senyawa kurkumin dari rimpang temu giring dengan metode sokletasi dengan pelarut n heksana dan etanol serta menguji efektifitas penambahan kurkumin pada antioksidan asam askorbat (vitamin C) dengan metode FTC (Ferric Thio Cyanate). * Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia VIII, di Surabaya 8 Agustus 2006 ** Corresponding author Phone : 031-5943353-; Fax : 031- 5928314-; e-mail: -

Upload: yulis-adriana

Post on 16-Feb-2015

28 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Temu Ireng2

© Kimia ITS – HKI Jatim 37

Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2006: 37 – 40

AKTA KIMIA INDONESIA

Pengaruh Penambahan Kurkumin

Dari Rimpang Temu Giring Pada Aktifitas Antioksidan Asam Askorbat Dengan Metode FTC*

Agus Wahyudi**

Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Kampus ITS Keputih, Surabaya 60111

ABSTRAK Telah dilakukan isolasi senyawa kurkuminoid dari rimpang temu giring (Curcuma heyncona Val &

Vijp) dengan metode sokletasi. Diperoleh hasil sebanyak 5 gram kristal kurkuminoid. Senyawa kurkumin sebanyak 0,25 gram diperoleh dengan kromatografi kolom terhadap ekstrak kurkuminoid dengan eluen benzene : kloroform (1 : 4). Kurkumin hasil, menunjukkan titik leleh sebesar 174oC dan λmax UV = 422 nm. Senyawa kurkumin yang diperoleh diuji aktifitas antioksidannya dengan metoda FTC dan efek sinergismenya dengan antioksidan asam askorbat. Hasil sinergisme yang diperoleh untuk asam askorbat dengan kurkumin bernilai 83,6 %. Kata kunci : Pengaruh penambahan Kurkumin

ABSTRACT 5 grams of curcuminoid compounds have been isolated from temu giring (Curcuma heyneana Val

& Vijp) using soxletation. Further purification of the curcuminoid extract using column chromatography gave 0,25 grams of curcumin with melting point of 174 oC. The antioxidant activity of the extract tested with FTC (Ferric Thio Cyanate) method and its synergism effect tested were observed with ascorbic acid.

Keywords: Curcuma heyneana, kurkuminoid, antioxidant activity. PENDAHULUAN

Antioksidan merupakan zat kimia yang secara bertahap akan teroksidasi dengan adanya efek seperti cahaya, panas, logam peroksida atau secara langsung bereaksi dengan oksigen. Ada dua macam anti oksidan, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintesis. Sebagai contoh α tokoferol (vitamin E) merupakan antioksidan alam yang terdapat dalam lemak dan minyak yang diperoleh dari biji tanaman (Zapsalis,1985). Kurkumin adalah antioksidan alam yang lain dimana aktifitasnya lebih besar disbanding dengan α tokoferol jika diuji dalam minyak.

Mekanisme kerja antioksidan dibagi dalam beberapa jenis diantaranya antioksidan primer, yaitu senyawa yang mengakhiri rantai radikal bebas dalam jenis reaksi oksidasi. Beberapa senyawa antioksidan jika dicampur dapat mempengaruhi kinerjanya dengan efek sinergi. Sinergi yaitu senyawa yang mempunyai sedikit sifat antioksidan tetapi dapat memperbesar efek dari antioksidan primer. Asam askorbat dan asam sitrat memberi efek sinergi terhadap antioksidan yang lain dan sering dipakai sebagai antioksidan dalam pangan (Ketaren, 1986).

Tujuan penelitian ini adalah isolasi senyawa kurkumin dari rimpang temu giring dengan metode sokletasi dengan pelarut n – heksana dan etanol serta menguji efektifitas penambahan kurkumin pada antioksidan asam askorbat (vitamin C) dengan metode FTC (Ferric Thio Cyanate).

* Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia VIII, di Surabaya 8 Agustus 2006 ** Corresponding author Phone : 031-5943353-; Fax : 031-5928314-; e-mail: -

Page 2: Temu Ireng2

Agus-Pengaruh Penambahan Kurkumin Dari Rimpang Temu Giring Pada Aktifitas Antioksidan Asam Askorbat

38 © Kimia ITS – HKI Jatim

METODOLOGI Sebanyak 100 gram serbuk halus temu

giring dibungkus kertas saring, dimasukkan ke dalam alat soklet dengan labu alas bulat 1000 mL yang terisi kira-kira 350 mL (1/3 bagian volume ) n – heksana dan beberapa butir batu didih. Ekstraksi dilakukan pada suhu 70 oC selama 24 jam atau sampai warna pelarut yang terkondensasi berwarna kuning pucat. Residu diuapkan dengan tekanan rendah, kemudian diekstraksi kembali dengan pelarut etanol pada suhu 80 oC selama 24 jam. Ekstrak etanol diuapkan dengan “rotary evaporator” sampai terbentuk kristal. Kristal yang diperoleh direkristalisasi dengan pelarut metanol, selanjutnya dikromatografi kolom dengan eluen benzena : kloroform (1 : 4) dan fasa diam silika gel 60. Fraksi kurkumin dianalisa dengan alat UV, IR, GC-MS dan uji titik leleh.

Uji aktifitas antioksidan senyawa kurkumin, asam askorbat dan asam sitrat diawali dengan cara membuat variasi konsentrasinya masing-masing yaitu 50, 100, 200 dan 400 ppm. Masing-masing larutan (3,7 mL) ditambah 4 mL etanol 99,5%, 4,1 mL asam linoleat 2,51% dalam etanol 99,5% dan 8 mL buffer fosfat (pH 7). Campuran dimasukkan ke dalam botol gelap tertutup rapat dan diinkubasi pada suhu 40 oC. Setiap interval waktu 24 jam masing-masing cuplikan diambil 0,1 mL dan ditambah 9,7 mL etanol 75%; 0,1 mL ammonium tiosianat 30%, 3,9 mL H2O dan 0,1 mL FeCl2 0,02 M dalam HCl 3,5%. Campuran dimasukkan dalam kuvet, setelah 3 menit diukur absorbansinya pada λ = 500 nm dan hasilnya dibandingkan dengan larutan kontrol (tanpa antioksidan)

Uji sinergisme dilakukan dengan menambahkan 3,7 mL kurkumin 200 ppm ke dalam 0,1 mL asam askorbat 200 ppm. Campuran tersebut ditambah 4 mL etanol 99,5%; 4,1 mL asam linoleat 2,51% dalam etanol 99,5% dan 8 mL buffer fosfat (pH 7). Campuran itu dimasukkan dalam botol gelap tertutup dan diinkubasi pada suhu 40 oC untuk setiap interval waktu 24 jam . Sampel diambil 0,1 mL dan ditambah 9,7 mL etanol 75%; 0,1 mL ammonium tiosianat 30%; 3,9 mL H2O dan 0,1 mL FeCl2 0,002 M dalam HCl 3,5%. Setelah 3 menit larutan diukur absorbansinya pada λ = 500 nm. Pekerjaan yang sama dilakukan terhadap campuran asam askorbat dan asam sitrat. Kedua hasil masing-masing dibandingkan dengan larutan kontrol (tanpa antioksidan) HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi serbuk temu giring dengan pelarut n – heksana dimaksudkan untuk mengambil fraksi-fraksi non polar yang mengandung kemungkinan besar minyak atsiri dan lipid. Residunya diekstrak kembali dengan pelarut etanol untuk mengambil kurkuminoid.

Ekstraksi terhadap 3 x 100 gram serbuk temu giring diperoleh 5 gram ekstrak kurkuminoid murni. Hasil kromatografi kolom ekstrak kurkuminoid diperoleh 0,25 gram kurkumin yang mempunyai titik leleh 174 oC, sedang kurkumin standart mempunyai titik leleh 175 oC. Identifikasi dengan spektroskopi UV, kurkumin hasil menunjukkan λ = 422 nm dan kurkumin standart λ = 420nm. Dari dua hasil uji menunjukkan ada kesesuaian antara kurkumin hasil ekstraksi dengan kurkumin standart. Analisa dengan spektroskopi infra merah (IR) menunjukkan pita serapan spesifik yang serupa antara kurkumin hasil ekstraksi dengan kurkumin standart seperti ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1 : Serapan spectra IM Kurkumin hasil dan

standart.

Bilangan gelombang(Cm-1) Gugus fungsi Standart Hasil Pustaka

C-H ulur 2922/medium 2924/medium 3050-2900

C-H tekuk

814/tajam 816/tajam 880-750

C=C 1585/medium 1601/medium 1650-1540

C-C 1423/medium 1429/medium 1500-1430

-OH 3400/lemah 3296/lemah 3500-3270

C-O 1265/tajam 1279/tajam 1280-1050

C=O 1628/tajam 1628/tajam 1840-1620

Analisa GC-MS sampel menunjukkan satu

puncak tunggal dan menunjukkan pola fragmentasi ion dengan m/z 368, 245, 191, 177, 123, 117, 31 dengan puncak dasar m/z = 177.

Uji aktifitas antioksidan dilakukan pada berbagai fariasi, hal ini dimaksud untuk mempelajari hubungan antara konsentrasi dan efek antioksidatif yang diberikan.dalam menghambat terbentuknya senyawa yang bersifat radikal dan reaktif. Radikal bebas terbentuk karena oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer yang dapat diukur bilangan peroksidanya dengan pereaksi FeCl2 dan NH4SCN. Peningkatan bilangan peroksida pada metode ini dinyatakan sebagai jumlah senyawa yang dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ seperti dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut : RO + Fe2+ → RO - + Fe3+

Terjadinya reaksi ini ditandai dengan terbentuknya warna merah yang dapat diukur absorbansinya pada λ = 500 nm. Makin banyak peroksida/radikal yang terbentuk maka nilai absorbansinya makin tinggi. Uji aktifitas antioksidan berdasar metode FTC juga dilakukan terhadap asam sitrat dan asam askorbat pada konsentrasi 50, 100, 200 dan 400 ppm. Hasil

Page 3: Temu Ireng2

Akta Kimindo Vol. 2 No. 1 Oktober 2006: 37-40

© Kimia ITS – HKI Jatim 39

percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi paling efektif untuk kurkumin adalah 200 ppm dengan pembanding bilangan peroksida kontrol pada hari ke-8. Hal ini juga terjadi sama pada pengukuran terhadap asam askorbat dan asam sitrat seperti diterlihat pada tabel 2.Konsentrasi 200 ppm ini digunakan pada pengujian efek sinergisme. Dari tabel di atas juga terlihat bahwa pada hari ke-8 hanya larutan kontrol yang absorbansinya paling tinggi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya antioksidan dalam larutan kontrol sehingga pembentukan peroksida dalam emulsi linoleat makin bertambah ditandai dengan

naiknya absorbansi tiap hari secara teratur. Kurkumin mempunyai efek antioksidan yang lebih tinggi dibanding dengan asam sitrat dan asam askorbat. Hal ini disebabkan penstabilan radikal pada kurkumin berjalan baik. Efek antioksidatif terjadi karena adanya pengabungan radikal membentuk hasil non radikal (Hidaka,1999).

Uji sinergisme dilakukan pada campuran cuplikan asam askorbat dengan asam sitrat dan asam askorbat dengan kurkumin pada konsentrasi masing-masing 200 ppm. Campuran antioksidan tersebut ternyata memberi efek sinergisme seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 2 : Hasil pengamatan uji aktifitas

Absorbansi pada λ = 500 nm Pengamatan hari ke Cuplikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Larutan kontrol

(tanpa antioksidan) 0,530 0,726 1,100 1,162 1,236 1,286 1,326 1,400 0,676 0,224

Asam Sitrat 50 ppm 0,412 0,442 0,460 0,484 0,542 0,633 0,700 0,832 0,528 0,166 100 ppm 0,400 0,412 0,420 0,430 0,500 0,528 0,640 0,776 0,524 0,122 200 ppm 0,350 0,400 0,405 0,410 0,460 0,492 0,540 0,580 0,346 0,076 400 ppm 0,136 0,156 0,184 0,234 0,312 0,386 0,406 0,466 0,103 0,015

Asam Askorbat 50 ppm 0,366 0,390 0,420 0,442 0,472 0,592 0,672 0,860 0,488 0,035

100 ppm 0,332 0,360 0,390 0,410 0,436 0,490 0,546 0,635 0,486 0,026 200 ppm 0,292 0,312 0,330 0,342 0,368 0,462 0,496 0,530 0,286 0,020 400 ppm 0,126 0,206 0,240 0,264 0,284 0,306 0,332 0,360 0,078 0,008

Kurkumin 50 ppm 0,300 0,340 0,400 0,440 0,502 0,564 0,620 0,726 0,420 0,027

100 ppm 0,286 0,320 0,380 0,410 0,432 0,480 0,528 0,635 0,340 0,018 200 ppm 0,240 0,280 0,336 0,400 0,420 0,456 0,480 0,506 0,280 0,012 400 ppm 0,022 0,042 0,095 0,108 0,127 0,140 0,170 0,268 0,027 0,005

Tabel 3 : Hasil pengamatan uji sinergisme.

Absorbansi pada λ = 500 nm Pengamatan hari ke Cuplikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Asam

askorbat + Kurkumin

(200+200) ppm

0,142 0,168 0,204 0,220 0,242 0,278 0,346 0,480 0,156 0,042

Asam askorbat + Asam sitrat (200+200)

ppm

0,210 0,230 0,284 0,306 0,348 0,400 0,434 0,486 0,082 0,22

Page 4: Temu Ireng2

Agus-Pengaruh Penambahan Kurkumin Dari Rimpang Temu Giring Pada Aktifitas Antioksidan Asam Askorbat

40 © Kimia ITS – HKI Jatim

Dari hasil tersebut terlihat bahwa antioksidan gabungan, baik campuran asam askorbat dengan kurkumin maupun asam askorbat dengan asam sitrat mempunyai aktifitas antioksidan yang lebih baik daripada masing-masing antioksidan tersebut pada konsentrasi yang sama sehingga proses ini disebut sinergisme.

Perhitungan hasil pengujian data diperoleh induksi (waktu yang diperlukan untuk mencapai nilai absorbansi maksimum) masing-masing cuplikan didapatkan hasil berupa nilai % sinergisme. Perhitungan % sinergisme campuran antioksidan menggunakan rumus umum :

% sinergisme = {(Ipm – Ipc) – (Ipa – Ipc) – (Ipb – Ipc)}x100

Ipm = periode induksi campuran antioksidan Ipc = periode induksi kontrol Ipa = periode induksi antioksidan A Ipb = periode induksi antioksidan B (Hamilton, 1989).

Untuk campuran asam askorbat dengan asam sitrat dinyatakan bahwa : % sinergisme = {(0,486-1,400)-(0,580-1,400)-(0,530-1,400)}x100 = 77,6. Untuk campuran asam askorbat dengan kurkumin dinyatakan bahwa : % sinergisme = {(0,472-1,400)-(0,530-1,400)-(0,506-1,400)}x100 = 79,4.

Nilai % sinergisme positif menunjukkan

gabungan antioksidan cukup efektif meningkat kan efek antioksidatif. Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa % sinergisme campuran asam askorbat dengan kurkumin lebih besar dibanding

dengan campuran asam askorbat dengan asam sitrat. Efek antioksidatif akan meningkat jika konsentrasi masing-masing antioksidan ditingkatkan, misal 400 ppm seperti terlihat pada tabel 2. Hal ini tentu menguntungkan, tetapi perlu diingat bahwa pada konsentrasi yang terlalu tinggi, antioksidan akan kurang efektif dan bahkan akan menimbulkan efek merugikan sebagai akibat reaksi antara hidroperoksida dengan antioksidan yang membentuk radikal bebas. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa, efek antioksidan dari kurkumin lebih besar dibanding dengan asam askorbat maupun asam sitrat dan penambahan kurkumin pada asam askorbat cukup efektif, selain dapat meningkatkan aktifitas antioksidan, juga dapat memberi efek sinergisme. DAFTAR PUSTAKA. Hamilton,R.J., 1989, Rancidity in Food, second

edition, Elseiver Applied Science, London, hal 38, 66, 91, 101, 109, 115.

Hidaka,K., Matsuda,T. and Takea,T., 1999,

“Chemical Studies on Antioxydant Mechanism of Curcuminoid : Analysis of Radical Reaction Products from Curcumin, Jurnal Agriculture and Food Chem, Vol. 47

Ketaren,S., 1986, Minyak dan Lemak Pangan,

Edisi Pertama, Penerbit UI-Press, Jakarta, hal. 9, 26-28, 71-72.

Zapsalis, C.A.Beck, 1985, Food Chemistry and

Nutritional Biochemistry, John Willey and Sons, New York, hal 453-454.