telah dilaporkan kasus luksasi patela lateral

5
CASE REPORT Lateral Patellar Luxation in Three Pomeranian Dogs Telah dilaporkan kasus luksasi patela lateral (LPL) pada tiga anjing ras Pomeranian yang terjadi di Rumah Sakit Pengajaran Hewan Kecil, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Chulalongkorn, Thailand. Luksasi patella adalah salah satu gangguan ortopedi yang paling umum ditemukan pada anjing ras kecil dan pada perkembangannya menjadi penyakit sendi degeneratif, terjadi nyeri dan kepincangan. Di Thailand, insiden luksasi patella tinggi pada anjing yang baru lahir dari keturunan ras kecil dan lebih dari 87% adalah luksasi patella medial (MPL). LPL jarang terjadi pada anjing berukuran kecil. Kasus yag terjadi merupakan kelainan bawaan yang dihasilkan dari penyakit menular dan berkembang terhadap fungsi anggota gerak. Ketika dilakukan ekstensi paha luar, terjadi dislokasi pada tendon paha depan lateral, selain itu meningkatkan torsi internal pada femoralis, gangguan fascia medial, kontraksi fascia lateral, rotasi eksternal, dan deviasi tibia proksimal. Penyebab dari kelainan ini belum dapat diketahui Tujuan dari laporan ini adalah untuk menggambarkan hasil dari LPL setelah koreksi. Tiga Pomeranians dengan LPL bilateral diobservasi di Rumah Sakit Pengajaran Small Animal, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Chulalongkorn. Observasi terhadap kelainan sendi dilakukan pada saat anjing tersebut berjalan dan berlari. Kedua sendi yang lumpuh diperiksa dengan posisi hewan berdiri untuk membandingkan sendi kontralateral dan untuk menilai kontraksi

Upload: satyadian

Post on 28-Nov-2015

161 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Telah Dilaporkan Kasus Luksasi Patela Lateral

CASE REPORTLateral Patellar Luxation in Three Pomeranian Dogs

Telah dilaporkan kasus luksasi patela lateral (LPL) pada tiga anjing ras Pomeranian yang

terjadi di Rumah Sakit Pengajaran Hewan Kecil, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas

Chulalongkorn, Thailand. Luksasi patella adalah salah satu gangguan ortopedi yang paling

umum ditemukan pada anjing ras kecil dan pada perkembangannya menjadi penyakit sendi

degeneratif, terjadi nyeri dan kepincangan. Di Thailand, insiden luksasi patella tinggi pada anjing

yang baru lahir dari keturunan ras kecil dan lebih dari 87% adalah luksasi patella medial (MPL).

LPL jarang terjadi pada anjing berukuran kecil. Kasus yag terjadi merupakan kelainan bawaan

yang dihasilkan dari penyakit menular dan berkembang terhadap fungsi anggota gerak. Ketika

dilakukan ekstensi paha luar, terjadi dislokasi pada tendon paha depan lateral, selain itu

meningkatkan torsi internal pada femoralis, gangguan fascia medial, kontraksi fascia lateral,

rotasi eksternal, dan deviasi tibia proksimal. Penyebab dari kelainan ini belum dapat diketahui

Tujuan dari laporan ini adalah untuk menggambarkan hasil dari LPL setelah koreksi.

Tiga Pomeranians dengan LPL bilateral diobservasi di Rumah Sakit Pengajaran Small

Animal, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Chulalongkorn. Observasi terhadap kelainan

sendi dilakukan pada saat anjing tersebut berjalan dan berlari. Kedua sendi yang lumpuh

diperiksa dengan posisi hewan berdiri untuk membandingkan sendi kontralateral dan untuk

menilai kontraksi otot quadriceps. Dalam posisi berdiri dan berbaring lateral, dilakukan

pemeriksaan posisi anatomi dari paha depan, ligamen patella, sulkus troklearis, dan tuberositas

tibialis.

Kasus pertama adalah anjing betina berumur 2 bulan dengan LPL bilateral kelas IV.

Tuberositas tibialis berputar sampai 90 derajat di kanan dan 60 derajat di menghambat kiri.

Kasus kedua adalah anjing jantan berumur 7 bulan dengan LPL bilateral kelas III dan tuberositas

tibialis berputar 30 derajat. Terjadi kelemahan di kedua sendi coxofemoral. Anjing ketiga betina

berumur 1 tahun dengan LPL kiri kelas IV, dan LPL kanan kelas III. Pada semua kasus,

pemeriksaan fisik menunjukkan rasa sakit, atrofi pada otot paha, adduksi pada sendi kaki

mengarah ke lateral, ketidakmampuan untuk menarik sendi yang lumpuh dan menekuk otot kaki

ke belakang.

Radiografi bagian lateral dan ventrodorsal dilakukan untuk melihat sendi coxofemoral,

deformitas tulang dan perubahan degeneratif. Pemeriksaan fisik dan analisis darah dilakukan

Page 2: Telah Dilaporkan Kasus Luksasi Patela Lateral

sebelum operasi. Acepromazine 0,02 mg/kg dan morfin 0,5 mg/kg diberikan sebagai

premedikasi. Lima belas menit kemudian, anestesi diinduksi dengan propofol dan dipelihara

dengan isoflurane dalam 100% oksigen. Profilaksis cefazolin 25 mg / kg diberikan secara

intravena. Teknik bedah yang dilakukan adalah trochlear block recession (TBR), desmotomy

retinacular lateral, penutupan retinakulum medial, reposisi tube proksimal, derotasi tibialis dan

transposisi tuberositas tibialis medial. Secara singkat TBR dilakukan dengan menggunakan

osteotome untuk memotong blok yang terbentuk dalam troklea femoralis. Tulang subchondral

dihilangkan dengan menggunakan rongeur. Desmotomy retinacular lateral dilakukan dengan

menggores retinakulum lateral sepanjang 3 sampai 5 mm dari dan sejajar dengan patela.

Penutupan dari retinakulum medial dilakukan dengan menjahit retinakulum medial dengan

benang polyglactin dan dengan pola tumpang tindih. Reposisi tube proksimal untuk LPL

dilakukan setelah kapsul sendi ditutup. Subkutan anterior jaringan, lateral, dan medial patela

dibedah untuk memvisualisasikan retinacula medial dan lateral dengan incisi 3 sampai 5 mm dari

dan sejajar dengan patela. Derotation tibialis dilakukan dengan benang jahit nonabsorbable dari

fabella tuberositas tibialis lateral. Transposisi tuberositas tibialis medial dilakukan dengan

bantuan osteotome untuk membersihkan tendon patela dan dilakukan fiksasi untuk agar

tuberositas tidak bergerak dan stabil dalam posisi medial kemudian ikat dengan satu sampai dua

kawat kirschner kecil.

Kombinasi teknik bedah dilakukan, berdasarkan kedalaman troklearis sulcus dan

keselarasan dari patella, ligamen patella, tuberositas tibialis dan titik kaki. TBR dilakukan pada

semua anjing. Teknik tambahan pada anjing pertama dengan LPL kelas IV bilateral adalah

desmotomy retinacular lateralis, dan derotasi tibialis. Pada anjing kedua, reposisi tube proksimal

dilakukan pada LPL kelas III di kiri dan 4 minggu kemudian LPL kelas III di kanan. Pada anjing

ketiga, desmotomy retinacular lateral, transposisi tuberositas tibialis medial dan imbrikasi dari

retinakulum medial dilakukan pada LPL kelas IV kiri dan 15 minggu kemudian LPL kelas III di

sebelah kanan. Prosedur fisioterapi dilakukan satu atau dua minggu sebelum dan setelah operasi.

Setelah operasi, semua anjing dibatasi gerakannya selama 4-6 minggu dan latihan dilakukan

beberapa kali sehari selama diperlukan untuk mempertahankan rentang gerak sendi dan

mempercepat penyembuhan. Pada kasus ketiga dilakukan rangsangan saraf dengan alat untuk

menghilangkan nyeri muskuloskeletal.

Page 3: Telah Dilaporkan Kasus Luksasi Patela Lateral

Hasil dan Diskusi Anjing pertama bisa berjalan tapi gemetar dalam waktu 2 hari setelah operasi.

Kemampuan menginjakkan kaki membaik dalam waktu 10 hari. Pasien bisa berjalan dengan baik

dan melompat tiga minggu pasca operasi. Pemeriksaan radiografi memperlihatkan posisi patella

yang normal. Anjing kedua mulai menggunakan kaki kiri 1 hari setelah operasi dan kekuatan

menginjak meningkat 10 hari setelah operasi, sementara abnormalitas sendi coxofemoral pra

operasi tidak berubah. Satu bulan setelah operasi, kemampuan kaki kiri sudah normal. Namun,

atrofi otot terlihat di kaki kanan. Tiga bulan setelah operasi, baik patella tetap di sulcus troklearis

dan kemampuan kedua tungkai sudah normal. Setelah koreksi LPL kelas IV di kaki kiri pada

anjing ketiga.

Kesimpulan Tiga kasus LPL mengalami kekakuan dan kelainan gaya berjalan karena otot-otot di sisi

lateral lebih kuat dan lebih tebal dibandingkan pada sisi medial. Jadi tarikan otot pada sisi lateral

lebih besar dari sisi medial. Atrofi otot menyebabkan kelemahan sehingga rehabilitasi perlu

dilakukan untuk meningkatkan massa otot.