tb dalam keluarga 26

49
TBC dalam Keluarga Nur Atiqah binti Nordin NIM: 102009291 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: [email protected] PENDAHULUAN Latar belakang Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit kronis yang menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. World Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries terhada TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam menyumbang kepada populasi TB dunia. Menurut WHO estimasi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 1

Upload: nurfaiqahabdulrahman

Post on 31-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TB Dalam Keluarga 26

TBC dalam Keluarga

Nur Atiqah binti Nordin

NIM: 102009291

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,

Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

PENDAHULUAN

Latar belakang

Penyakit tuberculosis (TB) adalah penyakit kronis yang menular yang masih tetap

merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia. World Health Organization

(WHO) dalam Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara

dikategorikan sebagai high-burden countries terhada TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga

setelah India dan China dalam menyumbang kepada populasi TB dunia. Menurut WHO estimasi

incidence rate untuk pemeriksaan dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) postitif adalah 115

per 100.000.1

Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB

seluruh dunia. Diperkirakan 95% kasuu TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada

Negara-negara berkembang. Menurut WHO dalam laporan Global Tuberculosis Control 2009,

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 1

Page 2: TB Dalam Keluarga 26

terdapat lebih dari 500.000 kasus TB di Indonesia yang resisten terhadap berbagai jenis obat

(Multidrug-resistance TB/TB-MDR) dan hanya 1% dari populasi kasus TB-MDR sedunia

menerima pengobatan yang sesuai.

Sejak tahun 2000, Indonesia telah berhasil mencapai dan mempertahankan angka

kesembuhan sesuai target global, yaitu minimal 85%. Keberhasilan pengobatan TB dengan

DOTS pada tahun 2004 adalah 83% dan meningkat menjadi 91% pada tahun 2005 (Depkes RI).

Insidensi kasus BTA posotif tahun 2006 diperkirakan 105 kasus baru per 100 000 penduduk

dengan 24 000 kasus baru setiap tahun, dan prevalensi 578 000 kasus. Pada tahun 2006, angka

kematian akibat TB di Indonesia adalag 88 000 orang per tahun. Berdasar informasi dari fasilitas

kesehatan diperkirakan angka kesembuhan 87%. Case Detection Rate (CDR) 69%, yaitu 1% dari

target 70%.2

Hasil penelitian di DKI Jakarta pada tahun 2001 menunjukan angka prevalensi TB paru

BTA positif adalah 114 per 100 000 penduduk, proporsi subjek sebesar 14 per 1000 penduduk.

Beberapa penelitian di puskesmas kecamatan dan kelurahan menunjukkan peningkatan angka

kesembuhan dan angka konversi kuman, namun angka lali berobat masih cukup tinggi. Pada fase

awal pederita lalai berobat di puskesmas kecamatan 22,1% dan kelurahan 25,3%, sedangkan

pada fase akhir pengobatan, pederita lalai pengobatan di puskesmas kecamatan meningkat

menjadi 94,9% dan di puskesmas kelurahan meningkat menjadi 96,3%.1

Tujuan

Makalah yang berjudul “ TBC dalam keluarga ” ini bertujuan untuk mengetahui pemeriksaan

terhadap pasien suspek menderita , diagnosis penyakit, etiologi, epidemiologi dan faktor resiko,

patofisiologi, komplikasi, terapi/ penatalaksanaan, pencegahan dan prognosis terhadap penyakit

ini. Di samping memahami metode menyingkirkan penyakit- penyakit dalam diagnosis banding

serta mempelajari kesemua penyakit tersebut.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 2

Page 3: TB Dalam Keluarga 26

PEMBAHASAN

1. Epidemiologi

Organisasi kesehatan sedunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia

terinfeksi dengan Mycobacterium.tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara,

China, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi

yang mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan

perpindahan tempat. Sepuluh sampai dua puluh juta orang yang hidup di Amerika Serikat

mengandung basil tuberkel.

Frekuensi kasus tuberkulosis turun selama setengah abad pertama jauh sebelum

penemuan obat – obat anti tuberkulosis sebagai akibat perbaikan kondisi kehidupan.

Insidensi di Amerika Serikat mulai naik pada tahun 1985. Kebanyakan orang di Negara

maju tetap beresiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk kelompok – kelompok

tertentu yang sangat terbatas. Kota – kota yang dengan populasi lebih besar dari 250.000

merupakan 18 % populasi Amerika Serikat tetapi ada lebih dari 45 % kasus tuberkulosis.

Pada setiap umur, frekuensi tuberkulosis sangat lebih tinggi pada individu kulit berwarna.

Genetik mungkin memainkan peran kecil, tetapi faktor – faktor lingkungan seperti status

sosio – ekonomi jelas memainkan peran besar pada insiden.2

Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki – laki, tetapi ada

sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi tuberkulosis tertinggi

pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat; individu – individu ini mendapat

infeksi beberapa dekade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit berwarna tuberkulosis

paling sering pada orang dewasa muda dan anak – anak umur kurang dari 5 tahun.

Kisaran umur 5 – 14 tahun sering disebut “umur kesayangan” karena pada semua

populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis yang

terendah.

Di Amerika Serikat kebanyakan anak terinfeksi dengan M.tuberculosis di

rumahnya oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah tuberkulosis anak juga terjadi

pada sekolah –sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat perawatan anak, rumah,

gereja, bus sekolah dan tim olahraga. Orang dewasa yang terinfeksi virus defisiensi imun

manusia ( HIV ) dengan tuberkulosis dapat menularkan M.tuberculosis ke anak, beberapa

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 3

Page 4: TB Dalam Keluarga 26

darinya berkembang penyakit tuberkulosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah

resiko berkembang tuberkulosis sesudah infeksi.3

Insidens tuberkulosis resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di Amerika

Serikat, sekitar 14 % isolate M.tuberculosis resisten terhadap sekurang – kurangnya satu

obat, sementara 3 % resisten terhadap isoniazid maupun rifampicin. Namun di beberapa

negara frekuensi resisten obat bekisar dari 20 % sampai 50 %. Alasan utama terjadinya

resisten obat adalah kesetiaan penderita yang buruk pada pengobatan dan peresepan

regimen obat yang tidak adekuat oleh dokter.

Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di negara

yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa

yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan WHO dan Unicef di

daerah Yogyakarta 0.6 % penduduk menderita tuberkulosis dengan basil tuberkulosis

positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi antara di kota dengan di desa

masing –masing 0.5 – 0.85 % dan 0.3 – 0.4 %. Uji tuberkulin (uji Mantoux ) pada 50 %

penduduk menunjukan hasil positif dengan hasil terbanyak pada usia 15 tahun ke atas.

Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah eradikasi

malaria, merupakan penyakit nomor satu dan sebagai penyebab kematian nomor tiga.1

Interaksi host, agent dan lingkungan

Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan

TBC sebagai suatu penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka

perlu dipelajari faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan

perjalanan alamiah.

Gambar 1. Trias epidemiologi TB.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 4

Page 5: TB Dalam Keluarga 26

1. Periode Prepatogenesis

a.   Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan

kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka

waktu yang lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal

sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan

daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya

merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen,

sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber

infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya

bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang

terjadi.4

b.  Faktor Lingkungan

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang

besar  dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola

sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran

sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang

mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan

ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi

komunitas perdesaan.  Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan

tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan

pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud

kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah

berbahaya.3,4

c.  Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak

kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua

penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan

pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 5

Page 6: TB Dalam Keluarga 26

sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda,

walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan

grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.

Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan

tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi

memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang

disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara

familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi

keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam

keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC,

sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara

umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga

berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan

beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.4

2.   Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)

Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan

pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta,  kemudian

berdormansi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis.

Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan

Lingkungan.2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 6

Page 7: TB Dalam Keluarga 26

Gambar 2. Perjalanan penyakit TB.

Tuberkulosis pada anak

Cara penularan TBC pada anak:

Dari batuk orang dewasa. Saat seorang dewasa batuk, sejumlah tetesan cairan (ludah)

tersembur ke udara. Bila orang tersebut menderita tuberkulosis paru, banyak tetesan

tersebut akan mengandung kuman.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 7

Page 8: TB Dalam Keluarga 26

Dari makanan atau susu. Anak-anak bisa mendapat TB dari susu atau makanan , dan

infeksi bisa mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung TB dari sapi (bovine

TB) ,bila sapi yang menderita TB dan susu tidak direbus sebelum diminum.

Melalui kulit. Kulit yang utuh rupanya tahan terhadap TB yang jatuh di atas

permukaannya. Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, TB dapat masuk dan

menyebabkan infeksi yang serupa dengan ditemukan pada paru.

Tuberkulosis pada dewasa

Pada orang dewasa, Tuberkulosis paru dapat berkembang dari:

Progresi dari suatu infeksi paru primer pada seseorang yang belum pernah terinfeksi

sebelumnya (tadinya tuberkulin negatif)

Progresi lesi paru berasal dari kuman melalui aliran darah, yang biasanya terjadi sesudah

lesi primer.

Reaktivasi dari lesi primer lama

Reaktivasi dari lesi pasca-primer lama yang untuk sebagian sudah sembuh.5

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 8

Page 9: TB Dalam Keluarga 26

Gambar 3. Cara penularan TB.

Faktor penghambat dalam pemberantasan TB

1. Sosial Ekonomi

- Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas mengakibatkan daya tahan tubuh

anak turun dan mudah terjadi infeksi

- Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama.

2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded”

3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai sifat dan cara

penularan TB

Perbedaan TB anak dan dewasa

a. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan

infra klavikuler

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 9

Page 10: TB Dalam Keluarga 26

b. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran

kenlenjar limfe regional

c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis

d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang.2,3

2. Dokter keluarga

Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di

tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan

pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan

perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 menetapkan sembilan

karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan holistik, kontinyu,

mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, pasien sebagai bagian integral

keluarga, mempertimbangkan lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi

etika dan hukum, sadar biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.

Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan berbeda,

antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Indonesia contohnya,

sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat

dan pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan secara terpadu melalui

pelayanan kesehatan primer. Hal ini karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia

masih dominan dan jumlah serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas.

Sedangkan di negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara

terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter keluarga.

Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan sarana kesehatan

masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut.6

Kompetensi Dokter Keluarga yang Diharapkan

Seorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih

dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal ini sangat perlu

ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan yang harus dibenahi.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 10

Page 11: TB Dalam Keluarga 26

Mellinium Development Goals (MDG’s), target pencapaian derajat kesehatan yang lebih

baik, merupakan suatu program dibidang kesehatan yang dijalankan dalam rangka

perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.

MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter memiliki

kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam mewujudkan MDG’s

seorang tenaga medis diharapkan mampu mengobservasi, mendiagnosis, memberikan

terapi yang tepat, dan melakukan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit,

cedera, dan melahirkan. Program MDG’s yang dicanangkan oleh pemerintah ini juga

berkaitan dengan globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga

kesehatan suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia

menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam memberikan

pelayanan kesehatan.

Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada sekedar

penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang profesionalisme yang

diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter pelayanan primer adalah dokter

keluarga yang memberikan pelayanan pertama secara berkesinambungan dan menyeluruh

kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-

faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai

primary health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan kualitas

kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik.

Di sisi lain, pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan

sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan kesehatan yang

sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini, pelayanan dokter keluarga

dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Sistem pembiayaan

yang selama ini berlaku bukan fee for services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar

bukan atas pelayanan yang diberikan oleh seorang dokter.

Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan, dimana

kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan pelayanan dokter

keluarga. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter keluarga memang dituntut banyak

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 11

Page 12: TB Dalam Keluarga 26

hal dalam memberikan pelayanan kesehatan. Standar dan kompetensi-kompetensi yang

telah ditetap harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu menjalin komunikasi yang

efektif, melakukan prosedur klinis dan kedaruratan klinis, mampu mengaplikasikan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, dapat memanfaatkan dan

mendayagunakan segala sumber yang ada di sekitar, mampu menggunakan sistem

teknologi dan informasi, belajar sepanjang hayat, dan memiliki sikap profesional dalam

keseharian adalah beberapa hal dari sekian banyak hal yang harus dimiliki, dikuasai, dan

dilaksanakan oleh seorang dokter keluarga.

Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter keluarga

ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara berkesinambungan. Dengan

adanya peningkatan ke arah tersebut berarti penerapannya akan semakin mantap.

Walaupun masalah kesehatan di Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai tatanan dan

kondisi dari masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak menutup kemungkinan upaya

pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan dokter keluarga dalam masyaraat akan

menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di Indonesia.

Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care adalah sebuah cita-cita

yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan Indonesia yang

sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi solusi dalam memperbaiki

status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan

beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu peringkat ke-111 dari 172 negara yang dinilai,

atau satu tingkat lebih baik dari Vietnam namun jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand

dan Singapura. Tugas ini adalah PR untuk semua sektor yang terlibat dan terkait serta

masyarakat itu sendiri tentunya.5,6

3. PUSKESMAS

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja.

a) Unit pelaksana teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kebupaten/Kota (UPTD),

puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 12

Page 13: TB Dalam Keluarga 26

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama

serta unjung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

b) Pembangun kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa

Indonesia untuk meningkatkan kasadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

c) Penanggungjawab penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelengaraan seleuruh upaya pembangunan kesehatan

di kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kebupaten/kota, sedangkan

puskesmasbertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang

dibebankan oleh dina kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

d) Wilayah kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi

apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, mak tanggungjawab

wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep

wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara

operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.7

Visi puskemas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan

Sehat adalah gambaran masyrakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan

dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan dan bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Indicator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup

4 indikator utama yakni: lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 13

Page 14: TB Dalam Keluarga 26

yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyrakat serta wilayah kecamatan

setempat.7

Misi puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mednukung

tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

Puskesmas akan selalu menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sector termasuk oleh masyrakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya.

b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyrakat di wilayah

kerjanya

Puskesmas akan sellau berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah kerjanya main berdaya di bidang kesehatan, melalui

peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup

sehat.

c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas akan selalu berupaya menyeleggarakan pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan standard an memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga

dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyrakat.

d) Memlihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyrakat

berserta lingkungannya

Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang tinggal di wilayah kerjanya,

tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi

kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang

dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 14

Page 15: TB Dalam Keluarga 26

Tujuan puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

medukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yankni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat

2010.7

Fungsi puskemas

a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di

samping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus

untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah

mengutamakan pemeliharaan keseharan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b) Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social

budaya masyarakat setempat.

c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara meneluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 15

Page 16: TB Dalam Keluarga 26

Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private

goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan

perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas

tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public

goods) dengan tujuan utama memelihara meningkatkan kesehatan serta mencegah

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,

pembanterasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan

kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya.7

Program pokok puskesmas

1. Promosi Kesehatan (Promkes)

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Sosialisasi Program Kesehatan

Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

Surveilens Epidemiologi

Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS (Infeksi

Menular Seksual), Rabies

3. Program Pengobatan :

Rawat Jalan Poli Umum

Rawat Jalan Poli Gigi

Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan

Unit Gawat Darurat (UGD)

Puskesmas Keliling (Puskel)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 16

Page 17: TB Dalam Keluarga 26

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 

ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),

Persalinan,  Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun

5. Upaya Peningkatan Gizi

Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

6. Kesehatan Lingkungan :

Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-

jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi pemerintah

Survey Jentik Nyamuk

7. Pencatatan dan Pelaporan :

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :

Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai

kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan pelayanan

1. Kesehatan Mata : pelacakan kasus, rujukan

2. Kesehatan Jiwa : pendataan kasus, rujukan kasus

3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia) : pemeriksaan, penjaringan

4. Kesehatan Reproduksi Remaja : penyuluhan, konseling

5. Kesehatan Sekolah : pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil

6. Kesehatan Olahraga : senam kesegaran jasmani.7

Dokter puskesmas

Dokter puskesmas merujuk pada dokter umum yang memimpin dan memberikan pelayanan

kesehatan dasar di sarana pelayanan kesehatan strata pertama. The five star Doctor adalah dokter

sebagai:

Care provider - Penyelengara pelayanan kesehatan

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan

sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas,

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 17

Page 18: TB Dalam Keluarga 26

lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas

tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam

wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan

mempercayai.

Pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan

dipertangungjawabkan

Decision maker - Pembuat keputusan

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi

kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan

harapan pasien, nilai etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien

sepenuhnya.

Membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

Communicator - Penghubung/penyampai pesan

Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif

sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan

memelihara kesehatannya sendiri.

Memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan

komunitasnya

Community leader - Pemimpin masyarakat

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya,

menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan

nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama

masyarakat.

Menjadi panutan masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 18

Page 19: TB Dalam Keluarga 26

Manager - Manajer SDM pelayanan kesehatan

Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam

maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan

komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada.

Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana.8

4. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan didefinisikan sebagai, upaya memperbaiki kesehatan dengan

cara memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik

secara perorangan maupun secara kelompok. Determinan pokok kesehatan adalah aspek

ekonomi, social, dan lingkungan yang sering kali berada di luar control perorangan atau

masyarakat.

Menurut Elwes dan Simnett, 1994, aspek promosi kesehatan yang mendasar

adalah melakukan pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol aspek-

aspek kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut,

terdapat dua unsur tujuan dan proses kegiatan promosi kesehatan, yaitu memperbaiki

kesehatan dan memiliki control yang lebih besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang

mempengaruhi kehidupan.

Promosi kesehatan tidak hanya meningkatkan kesadaran dan kemauan untuk

meningkatkan tahap kesehatan, tetapi juga masyarakat harus mampu mengenal mengubah

atau mengatasi lingkungannya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, social budaya,

dan ekonomi, termasuk kebijakan dan peraturan perundang-undangan.

Promosi kesehatan adalah program masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya

perubahan perilaku, tetapi jugak perubahan lingkungan. Perubahan perilaku tanpa

perubahan lingkungan tidak akan efektif dan tidak bertahan lama.9

Penyuluhan tuberculosis

Penyuluhan kesehatan sebagai bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian

kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan di

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 19

Page 20: TB Dalam Keluarga 26

mana individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan

cara memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya.

Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan

masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan

TB.

a) Penyuluhan langsung perorangan

Cara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil

disbanding cara penyuluhan melalui media. Unsur terpenting dalam penyuluhan

langsung perorangan adalah membina hubungan yang baik antara petugas

kesehatan dengan penderita. Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, di

puskesmas, di posyandu atau di tempat-tempat lain yang sesuai. Supaya

komunikasi berhasil, petugas kesehatan harus menggunakan bahasa sederhana

yang mudah dimengerti oleh penderita. Gunakan istilah-istilah setempat yang

dipakai masyarakat untuk penyakit dan gejalanya.

Penyuluhan langsung perorangan dianggap berjaya bila :

Penderita bias menjelaskan secara tepat tentang riwayat pengobatan sebelumnya

Penderita dating berobat secara teratur sesuai jadwal pengobatan

Anggota keluarga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannya

i. Hal-hal penting pada kunjungan pertama

- Dalam kontak pertama dengan pasien, dijelaskan tentang penyakit yang

dideritainya, beruasaha memahami perasaan penderita tentang penyakit yang

dideritanya serta pengobatannya.

- Petugas kesehatan harus berusaha untuk mengatasi beberapa factor manusia yang

dapat menghambat terjadinya komunikasi yang baik, yaitu :

Ketidaktahuan penyebab TB dan cara penyembuhannya

Rasa takut yang berlebihan terhadap TB yang menyebabkan timbulnya

reaksi penolakan

Stigma social yang mengakibatkan penderita merasa takut tidak diterima

oleh keluarga dan teman

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 20

Page 21: TB Dalam Keluarga 26

Menolak untuk mengajukan pertanyaan karena tidak mau ketahuan ia

tidak tahu tentang TB.

ii. Hal-hal yang perlu ditanyakan pada kunjungan berikutnya

- Sisihkan waktu beberapa menit untuk menanyakan hal-hal yang telah dijelaskan

pada kunjungan lalu, untuk memastikan bahwa penderita sudah mengerti.

- Hal yang perlu diberi perhatian pada kunjungan berikutnya adalah :

Cara menelan OAT

Jumlah obat dan frekuensi menelan OAT

Apakah terdapat efek samping dari OAT

Pentingnya jadwal pemeriksaan ulangan dahak

Arti hasil pemeriksaan ulang dahak

Apa yang dapat terjadi bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkap

b) Penyuluhan kelompok

Penyuluhan TB yang ditujukan kepada sekelompok orang, sekitar 15 orang, bias

terdiri dari penderita TB dan keluarganya. Penggunaan flip chart dan alat bantu

penyuluhan lain sangat berguna untuk emmudahkan penderita dan keluarganya

menangkap isi pesan yang disampaikan oleh petugas. Dengan alat peraga, maka

isi pesan akan lebih mudah dan lebih cepat dimengerti. Gunakan alat bantu

penyuluhan dengan tulisan atau gambar yang singkat dan jelas.

c) Penyuluhan massa

Penyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi penderita,

tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu keberhasilan

penanggulangan TB sangat tergantung tingkat kesadaran dan partisipasi

masyarakat. Pesan-pesan penyulluhan TB melalui media massa akan menjangkau

masyarakat umum. Bahan cetak berupa leaflet, poster, billboard, hanya

menjangkau masyarakat terbatas, terutama pada pengunjung sarana kesehatan.

Penyampaian pesan TB perlu memperhitungkan kesiapan unit pelayanan,

misalnya tenaga sudah dilatih, obat tersedia, dan sarana laboratorium berfungsi.

Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak mengecewakan masyarakat yang datang

untuk mendapatkan pelayanan.

Pesan-pesan TB harus diarahkan pada:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 21

Page 22: TB Dalam Keluarga 26

- Apa itu TB dan bagaimana penyakit itu menular

- Gejala-gejala TB dan pentingnya diagnose dini

- Unit pelayanan kesehatan yang member pelayanan TB

- Cara pengobatan dan lamanya pengobatan TB

- Pentingnya berobat teratur dan menyelesaikan seluruh paket pengobatan yang

bahayanya bila berobat tidak teratur atu berobat tidak lengkap

- Cara pencegahan TB.5,7

Upaya perbaikan gizi

Program Perbaikan Gizi Masyarakat  adalah salah satu  program pokok

Puskesmas  yaitu program  kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,

penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat

Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan

Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan  harian,  bulanan, semesteran ( 6 bulan

sekali) dan tahun ( setahun sekali) serta beberapa kegiatan  investigasi dan intervensi

yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi  misalnya ditemukan adanya

kasus gizi buruk.  Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam

maupun di luar gedung Puskesmas.

Secara umum upaya perbaikan gizi yang telah dilaksanakan di puskesmas, meliputi:

a. Penyuluhan Masalah Gizi di Posyandu

b. Penimbangan Bayi, Balita di Posyandu

c. Pemberian Suplemen Gizi, berupa kapsul vitamin A, kapsul minyak

beryodium, tablet besi.

d. Pemanfaatan Fortifikasi Garam Beryodium

e. Pemberian Makanan Tambahan, termasuk Makanan Pendamping Air Susu

Ibu (MP-ASI).

f. Pemantauan dan Penanganan Gizi Buruk

Untuk mencapai tujuan itu, perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan

kontinyu.2,3

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 22

Page 23: TB Dalam Keluarga 26

5. Preventif

Tahap pencegahan

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC,

maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,

walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar

kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.

Proteksi spesifik  dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif,

melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka

kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang

tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2)Chemoprophylaxis, obat

anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan

dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu

pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

2. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus

TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi

spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak

langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat,

sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat

dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.

Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan

imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan

dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan

investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang

peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 23

Page 24: TB Dalam Keluarga 26

membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan

psikis.

3. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan

diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,

rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian

rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan

kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC,

serta penegasan perlunya rehabilitasi.

Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan

pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :

1. Perkembangan media.

2. Metode solusi problem keresistenan obat.

3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.

4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.

5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.

6. Studi lain yang intensif.

7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.10

Rumah sehat

Rumah sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping

kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan. Oleh karena itu, rumah haruslah sehat dan

nyama agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 24

Page 25: TB Dalam Keluarga 26

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit

yang berbasis lingkungan.

Rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

Memenuhi kebuthuan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang

gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang menggangu.

Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas

vector penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari

pagi, terlindungnya makanan dan minumam dari pencemaran, disambing

pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan

jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh, tida mudah terbakar dan tidak

cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.6

Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyait tertentu.

Imunisasi rutin adalah kegiatan yang secara rutin dan terus menerus harus dilakukan pada

periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat

pelayanan. Imunisasi bermanfaat pada anak untuk mencegah penderitaan yang

disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Sementara pada

keluarga, imunisasi bermanfaat dalam menghilangkan stress dan kecemasan akibat anak

sering sakit, mendorong keluarga untuk menciptakan kondisi bagi anaknya untuk

menjalani masa kanak-kanak yang ceria dan sehat. Bayi harus mendapat imunisasi

lengkap, anak sekolah dan wanita usia subur perlu mendapatkan imunisasi lanjutan.

Imunisasi boleh didapatkan di posyandu, puskesmas, rumah sakit bersalin, balai

kesehatan ibu dan anak (BKIA), rumah sakit pemerintah, praktik dokter/bidan atau rumah

sakit swasta.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 25

Page 26: TB Dalam Keluarga 26

Pada penyakit TB, diberi imunisasi Bacillus Calmete Guerin (BCG) pada anak

usia 1 bulan. Ibu harus mengenal gejala TB pada anak supaya anak mendapat perawatan

dini, yaitu anak sering batuk pilek dengan demam dalam waktu lama dan berkeringat di

malam hari, berat badan kurang atau menurun, anak tampak lesu, kelenjar leher

membesar.3,7

Perilaku individu

Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari perilaku kesehatan,

perilaku sakit, dan perilaku peranan sakit. Perilaku kesehatan adalah tindakan atau

kegiatan yang dilakukan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku sakit adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang

merasa dirinya sakit untuk mengenal rasa sakit yang ada pada dirinya. Perilaku peranan

sakit adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan. Dalam hal melakukan tindakan untuk memperoleh

kesembuhan, seseorang mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan

yang berbeda. Terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu, karakteristik

predisposisi, karakteristik pendukung dan karakteristik kebutuhan.

Karakteristik predisposisi dapat digambarkan bahwa setiap individu mempunyai

kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda. Melalui karakteristik

pendukung, dapat digambarkan bahwa walaupun seorang individu mempunyai

predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu tersebut tidak akan

bertindak menggunakannya, kecuali individu tersebut mampu menggunakannya. Melalui

karakteristik kebutuhan dapat digambarkan bahwa walau seseorang individu mempunyai

karakteristik predisposisi dan karateristik pendukung, faktor yang memungkinkan untuk

mencari pengobatan dapat terwujud dalam tindakan apabila tindakan tersebut dirasakan

sebagai suatu kebutuhan.9,10

6. Kuratif

Pada Tahun 1994, Indonesia mengadopsi Strategi DOTS ( directly observed

pengobatan jangka pendek ) untuk penanggulangan TB, Dan PADA Tahun 2001 seluruh

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 26

Page 27: TB Dalam Keluarga 26

propinsi Dan lebih bahasa Dari Puskesmas% 95, dan 30% Rumah Sakit/BP.4 telah

mengadopsi Strategi DOTS.

Dalam mendukung penerapan strategi DOTS, disediakan secara gratis

paket OAT (Obat Anti TB) bagi penderita dewasa maupun anak, dan pada tahun 2003

dipergunakan OAT untuk penderita dewasa dalam dua bentuk yaitu OAT dalam bentuk

Kombipaks dan OAT dalam bentuk Fixed Dose Combination (FDC), dan mulai tahun

2005/2006 secara bertahap semua daerah akan menggunakan OAT FDC.

Untuk mendukung ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis Pemerintah Pusat (Departemen

Kesehatan) saat ini menjadi Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan

Nomor 1190/Menkes/SK/2004 tentang Pemberian Gratis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

dan Obat Anti Retro Viral (ARV) untuk HIV/AIDS.

Pengadaan OAT dilakukan setiap tahun melalui APBN, dan pada tahun

2004/2005 dalam rangka percobaan penggunaan OAT FDC pengadaannya melalui

bantuan hibah luar negeri.

Pengelolaan OAT dalam menjamin ketersediaan dilaksanakan sebagai berikut:

Perencanaan Kebutuhan Obat

Rencana kebutuhan Obat TB dilaksanakan dengan pendekatan bottom up

planning oleh kabupaten/kota. Perencanaan kebutuhan OAT dilakukan terpadu dengan

perencanaan obat lainnya yang berpedoman pada :

Perolehan penemuan semua penderita TBC pada tahun sebelumnya (perinci berdasarkan

kategori OAT dan sisipan);

pengembangan cakupan;

 buffer-saham ;

 Sisa stock OAT yang ada, perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi.

Tingkat Unit Pelayanan Kesehatan

Unit pelayanan kesehatan membuat perencanakan kebutuhan tahunan dan

triwulan sebagai dasar permintaan ke Kabupaten/Kota.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 27

Page 28: TB Dalam Keluarga 26

Tingkat Kabupaten/Kota

Perencanaan kebutuhan OAT di kabupaten/kota dilakukan oleh Tim Perencanaan

Obat Terpadu daerah kabupaten/kota yang dibentuk dengan keputusan Bupati / Walikota

yang anggotanya  minimal terdiri dari unsur Program, Farmasi dan GFK.

Tingkat Propinsi

Propinsi merekapitulasi seluruh usulan kebutuhan masing-masing

Kabupaten/Kota dan memhitung kebutuhan buffer stock untuk tingkat propinsi,

perencanaan ini diteruskan ke pusat.

Tingkat Pusat

Pusat menyusun perencanaan kebutuhan OAT berdasarkan usulan dan rencana :

Kebutuhan kabupaten/kota

Buffer stock propinsi

Buffer stock ditingkat Pusat.

Pengadaan OAT

Pengadaan OAT menjadi tanggungjawab pusat mengingat OAT merupakan Obat

yang sangat-sangat esensial (SSE). Kabupaten/Kota maupun propinsi yang akan

mengadakan OAT perlu  berkoordinasi dengan pusat (Dirjen PPM & PL Depkes RI)

sesuai dengan peraturan yang berlaku. Agar penyediaan obat lebih terkendali maka daftar

obat untuk pelayanan kesehatan di kabupaten/kota dibagi dalam 3 (tiga) kelompok,

sebagai berikut:

Obat Sangat Sangat Esensial (SSE) yaitu obat yang berisiko tinggi apabila tidak tersedia

atau terlambat disediakan, sulit didapat di daerah dan obat program yang harus dijamin

ketersediaannya secara tepat waktu, tepat jenis dengan mutu terjamin untuk menjamin

kesinambungan pelayanan kesehatan di kabupaten / kota, maka Depkes menggolongkan

OAT kedalam obat SSE.

Obat Sangat Esensial (SE) yaitu obat yang diperlukan dan sering digunakan serta masih

mengandung risiko dalam hal kemampuan suplainya di daerah.

Obat Esensial (E) yaitu obat yang diperlukan dan sering digunakan serta mudah di suplai

di daerah kabupaten.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 28

Page 29: TB Dalam Keluarga 26

Penyimpanan dan pendistribusian OAT

OAT yang telah diadakan, dikirim langsung oleh pusat sesuai dengan rencana

kebutuhan masing-masing daerah, penerimaan OAT dilakukan oleh Panitia Penerima

Obat tingkat kabupaten/ kota maupun tingkat propinsi. OAT disimpan di GFK maupun

Gudang Obat Propinsi sesuai persyaratan penyimpanan obat. Penyimpanan obat harus

disusun berdasarkan FEFO (First Expired First Out), artinya, obat yang kadaluarsanya

lebih awal harus diletakkan didepan agar dapat didistribusikan lebih dulu. Demikian juga

pendistribusian buffer stock OAT yang tersisa di propinsi dilakukan untuk menjamin

berjalannya system distribusi yang baik. Distribusi OAT dari GFK ke UPK dilakukan

sesuai permintaan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan.

Pengiriman OAT disertai dengan dokumen yang memuat jenis, jumlah, kemasan, nomor

batch dan bulan serta tahun kadaluarsa.10

Pemantauan Dan pemantapan

Pemantauan OAT dilakukan dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan

Lembar Permintan Obat (LPLPO) yang berfungsi ganda, untuk menggambarkan

dinamika logistik dan merupakan alat pencatatan / pelaporan.

Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama GFK mencatat persediaan OAT yang ada dan

melaporkannya ke propinsi setiap triwulan dengan menggunakan formulir TB-13.

Pengelola program bersama Farmakmin Propinsi, merekap laporan TB-13

kabupaten/kota dan menyampaikannya ke pusat setiap triwulan.

Pembinaan teknis dilaksanakan oleh Tim Pembina Obat Propinsi. Secara fungsional

pelaksana program TBC propinsi dan daerah kabupaten / kota juga melakukan

pembinaan pada saat supervisi.

Pengawasan Mutu

Pengawasan dan pengujian mutu OAT dimulai dengan pemeriksaan    sertifikat

analisis pada saat pengadaan. Setelah OAT sampai di daerah, pengawasan dan pengujian

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 29

Page 30: TB Dalam Keluarga 26

mutu OAT dilakukan oleh Program bersama dengan Ditjen Yanfar dan Badan/Balai

POM.

Pemantauan mutu OAT dilakukan dalam dua tahapan yaitu:

1. Pemantauan Kualitas melalui fisik OAT oleh petugas.

2. Pemantauan mutu melalui uji laboratorium dilaksanakan oleh Balai POM.

Tindak lanjut dapat berupa :

1. OAT tersebut rusak bukan karena penyimpanan dan distribusi, maka akan dilakukan re-

call atau batch tersebut akan ditarik dari peredaran.

2. Dilakukan tindakan sesuai kontrak.

3. Dimusnahkan.9-11

PENUTUP

Kesimpulan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 30

Page 31: TB Dalam Keluarga 26

Tuberkulosis adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. TBC

merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan didunia. Agent, Host dan

Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam

perjalanan alamiah epidemi TBC . Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan

“Segitiga Epidemiologi TBC”.

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pertama dan pelayanan

kedokteran oleh dokter keluarga merupakan antara aspek penting yang dapat

melaksanakan misi dan visi dalam pengembangan kualitas kesehatan masyarakat. Dokter

juga sebagai pemicu masyaarakat agar sadar tentang adanya tingkat pencegahan penyakit

yang harus dilakukan sedini mungkin, yang terdiri dari pencegahan primer (upaya

promosi dan proteksi kesehatan), sekunder dan tersier..

Saran

Dalam upaya penanggulangan penyakit TBC peran serta keluarga dalam kegiatan

pencegahan merupakan faktor yang sangat penting. Peran serta keluarga dalam

penanggulangan TBC harus diimbangi dengan pengetahuan , sikap dan perilaku

masyarakat yang baik. Dalam hal ini, setiap individu, keluarga maupun masyarakat

haruslah menyadari betapa pentingnya suatu upaya promosi kesehatan dan upaya proteksi

kesehatan untuk mendapatkan tingkat kualitas kesehatan tertinggi dalam masyarakat

khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsita EP. Buku Kedokteran Keluarga. Kedokteran keluarga: konsep, wawasan . 1st ed.

Surakarta: FKU Sebelas Maret; 2000.p. 1-45.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 31

Page 32: TB Dalam Keluarga 26

2. Bakti Husada. Dokter Keluarga. Kementerian Kesehatan RI (serial online) 2012 (cited 2012

June 15): (1 screen). Available from: URL: http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102

3. Sugito W, Danny P. Pendekatan dokter keluarga merupakan kunci keberhasilan untuk

mencapai MDGs. Majalah Kedokteran Indonesia Maret 2010; 60 (3): 101-6.

4. Rudy G. Rencana rumah sehat. In: Indah S, editor. Rumah Sehat: pengertian rumah sehat. 5th

ed. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta; 2009.p. 9-13.

5. Juanita SE. Peran asuransi kesehatan dalam benchmaking rumah sakit dalam menghadapi

krisis ekonomi. USU digital library 2002; 1-10.

6. Sugito W,editor. Konsep dan nilai sentral kedokteran keluarga. Perhimpunan Dokter

Keluarga Indonesia; 2008 March 15; Bandung, Indonesia.

7. H Ayub Ali. Program pelayanan kesehatan di puskesmas. Dinas Kesehatan Kab.Polewali

Mandar (serial online) 2013 Mar 30 (cited 2012 June 16): ( 1 screen). Available from: URL:

http://dinkes.polewalimandarkab.go.id/program-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas/

8. Andari, Orie,editors. Peran asuransi kesehatan dalam benchmarking rumah sakit, Seminar

Benchmarking Rumah Sakit; 2000 July 27;Jakarta,Indonesia

9. Heri DJ Maulana. Promosi kesehatan. In: Egi KY, editor. Konsep Penyuluhan Kesehatan:

konsep, perencanaan penyuluhan kesehatan. 1st ed. Jakarta: ECG; 2009.p. 134-40.

10. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon-White RT. Penyakit Infeksi. In: Amalia S,

editor.Tuberkulosis: epidemiologi, pathogenesis, pencegahan. 6th ed. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2008.p. 220-8.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 32

Page 33: TB Dalam Keluarga 26

11. John C, Norman H, Fred M. Tuberkulosis klinis. In: Muherman H, editor. Latar Belakang:

epidemiologi, penyebab, pencegahan, BCG, penanggulangan TBC. 2nd ed. Jakarta: Widya

Medika; 2002.p.1-15.

12. Budiman C. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas.In: Husny M, Windriya KN,

editors. Pendahuluan: konsep sehat, ekologi sehat dan sakit, tahapan usaha preventif. 1st ed.

Jakarta: EGC; 2009.p. 5-19.

13. John C, Norman H, Fred M. Tuberkulosis klinis. In: Muherman H, editor.Tuberkulosis pada

Anak dan Dewasa: cara penularan TBC, perkembangan TBC. 2nd ed. Jakarta: Widya Medika;

2002.p.31-6.

14. Theo S. TB pada anak dari komunitas terpengaruh HIV dengan beban TB yang tinggi.

Yayasan Spiritia (serial online) 2008 Dis 4 (cited 2012 June 16): (1 screen). Available

from:URL: http://spiritia.or.id/hatip/bacahat.php?artno=0124

15. Donald PR, Maher D, Qazi S. A research agenda to promote the management of childhood

tuberculosis within national tuberculosis programmes. Int J Tuberc Lung Dis 2007 ;

11(4):370–80.

16. Bawa Budi RH. Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. In: Sosroatmodjo HS,

editor. Obstetri: TBC dalam kehamilan. 1st ed. Kuala Kapuas: RSUD; 2010.p. 13.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Page 33