asuhan keperawatan keluarga pada klien tb paru

83
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. Diperkirakan 95 % kasus TB Paru dan 98 % kematian akibat TB Paru di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat Tuberkulosis Paru lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2008). Tuberkulosis Paru menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat meningkatnya morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis, organisme penyebab Tuberkulosis Paru. Dari seluruh kasus

Upload: ika-oktavia

Post on 13-Dec-2014

366 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB

baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. Diperkirakan 95 % kasus TB

Paru dan 98 % kematian akibat TB Paru di dunia, terjadi pada negara-negara

berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat Tuberkulosis Paru lebih banyak

dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2008).

Tuberkulosis Paru menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat

meningkatnya morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan

sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis, organisme penyebab

Tuberkulosis Paru. Dari seluruh kasus Tuberkulosis Paru, sebesar 11 % dialami oleh

anak-anak dibawah 15 tahun. (Somantri Irman, 2008).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru-paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya, seperti: susunan syaraf, ginjal, usus,

tulang dan kelenjar limfe. (Somantri Irman, 2008).

Page 2: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

2

Indonesia merupakan negara dengan pasien Tuberkulosis Paru terbanyak ke – 3

di dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien Tuberkulosis Paru di

Indonesia sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB Paru di dunia. (Depkes RI, 2008).

Tingginya angka penderita Tuberkulosis Paru di Indonesia disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya

hidup sehat dan minum obat secara teratur, serta mencegah penularan penyakit

Tuberkulosis Paru tersebut.

Di Puskesmas Sei Baung Palembang pada tahun 2010 penderita BTA positif

sebanyak 11 orang, tahun 2008 sebanyak 15 orang, dan tahun 2009 sebanyak 9

orang.

Berdasarkan data di atas menunjukkan masih tingginya angka kesakitan yang

disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru. Oleh karena itu Tuberkulosis Paru

merupakan masalah kesehatan di masyarakat merupakan penyakit ISPA yang

terbanyak di Puskesmas Talang Ratu serta perlu penanganan yang baik. Maka dari itu

penyusun tertarik membahas masalah utama Tuberkulosis Paru, seperti: masalah

keadaan lingkungan tempat tinggalnya, masalah keadaan gizi, masalah pendidikan,

masalah keadaan sosial ekonomi, masalah keadaan penduduk, masalah perilaku

masyarakat yang mempengaruhi kesehatan serta untuk mendapatkan gambaran nyata

bagaimana penerapan atau pelaksanaan Asuhan Keperawatan keluarga pada penderita

Tuberkulosis Paru.

Page 3: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

3

1.2 Rumusan Masalah

Masih tingginya angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis

Paru.Oleh karena itu kami mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Keluarga pada

Klien Ny.”T” usia 57 tahun dengan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Sei Baung

Palembang Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang penerapan Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Klien Ny.”T” dengan masalah utama TB Paru di wilayah

kerja Puskesmas Sei Baung Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa atau

mahasiswi dapat:

1. Untuk melakukan pengkajian dan pengumpulan data keluarga Ny.”T” dengan

masalah utama TB Paru

2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny.”T” berdasarkan

data yang diperoleh

3. Untuk menyusun atau merencanakan tindakan keperawatan keluarga pada

Ny.”T”.

4. Untuk mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun.

5. Untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pada Ny.”T” dengan Tuberkulosis Paru

Page 4: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

4

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk Mahasiswa

1. Menerapkan teori-teori tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus TB

Paru

2. Mendapatkan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus TB

Paru

3. Dapat membuat sebuah laporan kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah

1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan

Merupakan umpan balik dari teori terpadu oleh mahasiswa dan akan berguna

perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan mutu pendidikan, selain itu juga sebagai

referensi atau kepustakaan.

1.4.3 Untuk Keluarga

Agar keluarga dapat mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang

menderita TB. Paru dan dapat memberikan pertolongan.

1.5 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Ny.”T” dilaksanakan

selama 3 hari mulai tanggal 14 februari sampai dengan tangal 17 Januari 2012.

Asuhan Keperawatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sei Baung

Palembang.

Page 5: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

5

1.6 Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan laporan ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Ny.”T” dengan Tuberkulosis Paru, dengan alamat jln.Papera

Palembang dalam wilayah Puskesmas Sei Baung Palembang.

1.7 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah

metode deskriptif dan studi kasus dengan teknik pengumpulan data secara

primer dan sekunder.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data yang Digunakan

1.7.2.1 Teknik Wawancara

Melakukan interview dengan keluarga untuk mendapatkan data yang lebih

akurat serta menggunakan format pengkajian.

1.7.2.2 Teknik Observasi

Mengadakan pengamatan langsung untuk mendapatkan data yang lebih

objektif dari klien, keluarga dan lingkungan.

1.7.2.3 Teknik Pemeriksaan Fisik

Meliputi pemeriksaan kepada klien untuk mengetahui masalah yang

sedang dihadapi dengan cara inspeksi dan palpasi.

Page 6: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

6

1.7.2.4 Teknik Kepustakaan

Menggunakan buku-buku dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan

dan mendukung Asuhan Keperawatan ini.

Page 7: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru

2.2.1 Pengertian

Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-

paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga

menyebar ke bagian tubuh lain seperti: susunan syaraf, ginjal, usus, tulang dan

kelenjar limfe.

Kuman Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus

yaitu tahan terhadap asam, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam

(BTA). (Somantri Irman, 2008 ).

2.2.2 Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang

dengan berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar

komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga kuman

tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.

Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak

oksigen. Oleh karena itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks

paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang

kondusif untuk penyakit Tuberkulosis Paru. (Somantri Irman, 2008).

Page 8: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

8

2.2.3 Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium

tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang

biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat

menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar

melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, usus, tulang,

susunan syaraf). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan

melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fatositosis

(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan

(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi

awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.

Infeksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada

masa awal infeksi terbentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.

Granuloma terdiri atas kumpulan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh

makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa

jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Hal ini

akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian

bakteri menjadi nonaktif.

Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit

akan lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau

bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon

Page 9: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

9

tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam

bronkhus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk

jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan

timbulnya bronkopneumonea, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus

difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis

dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan

respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang

dikeliling oleh tuberkel.

(Somantri Irman, 2008).

2.2.4 Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis Paru BTA positif. Pada

waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak

berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dahak bertahan

selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang

pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin

tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

Page 10: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

10

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. (Depkes

RI, 2008).

2.2.5 Resiko Penularan

Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.

Penderita TB Paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan

lebih besar dari penderita TB Paru dengan BTA negatif.

Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of

Tuberculosis Infection ( ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB

Paru selama satu tahun. ARTI sebesar 1 %, berarti 10 (sepuluh) orang dianatra 1000

(seribu) penduduk terinfeksi setiap tahun.

ARTI di Indonesia bervariasi antara 1 – 3% . Infeksi TB Paru dibuktikan

dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

(Depkes RI, 2008).

2.2.6 Resiko Menjadi Sakit TB Paru

Hanya sekitar 10 % yang terinfeksi TB Paru akan menjadi sakit TB Paru.

Dengan ARTI 1 %, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000

terinfeksi TB Paru dan 10 % diantaranya (100 orang ) akan menjadi sakit TB Paru

setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah penderita TB Paru BTA positif. Faktor

yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB Paru adalah daya

tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/ AIDS dan mal nutrisi (gizi buruk).

HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB Paru menjadi

Page 11: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

11

sakit TB Paru. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh

seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),

seperti Tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa

mengakibatkan kematian. (Depkes RI, 2008).

2.2.7 Gejala Klinis Penderita TB Paru

Gejala utama penderita TB Paru adalah batuk berdahak selam 2-3 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,

seperti: asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB Paru di Indonesia

saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut

di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) penderita TB Paru, dan perlu

dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

(Dep. Kes RI, 2008).

2.2.8 Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan

pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan

diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan

dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS).

Page 12: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

12

- S (Sewaktu) : dahak yang dikumpulkan pada saat penderita TB Paru datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, penderita TB

Paru membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan

dahak pagi pada hari kedua.

- P (Pagi) : dahak yang dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada

petugas di UPK.

- S (Sewaktu) : dahak yang dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi. (Depkes, 2008).

2.2.9 Klasifikasi Penyakit

2.2.9.1 Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Tuberkulosis Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar

80 % dari semua penderita. Tuberkulosis Paru yang menyerang jaringan paru ini

merupakan bentuk dari Tuberkulosis Paru yang mudah menular.

2.2.9.2 Tuberkulosis extra paru

Merupakan Tuberkulosis Paru yang menyerang organ tubuh lain selain paru,

yaitu: kelenjar limfe, tulang, ginjal, susunan syaraf dan usus. Yang termasuk

Tuberkulosis extra paru antara lain: Spondilitis TB, Limfadenitis TB, Pleuritis TB,

TB usus, TB ginjal, dan TB kulit. (Depkes RI, 2008).

Page 13: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

13

2.2.10 Diagnosis TB

2.2.10.1 Diagnosis TB Paru

Semua penderita TB Paru diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan

dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain

seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang

diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

2.2.10.2 Diagnosis TB Ekstra Paru

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya: kaku kuduk pada

Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe

(Limfadenitis TB), dan deformitas tulang belakang pada spondilitis TB dan lain-

lainnya.

(Depkes, 2008).

2.2.11 Riwayat Terjadi Tuberkulosis Paru

2.2.11.1 Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat

menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis, meskipun demikian ada beberapa

kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant. Kadang-kadang daya

tahan tubuh mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa

bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis Paru. Masa inkubasi

Page 14: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

14

yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan

sekitar 2 (dua) bulan.

2.2.11.2 Tuberkulosis Pasca Primer (Post primary TB)

Tuberkulosis pasca primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah

infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau

status gizi yang buruk.

2.2.12 Test Diagnostik

1. Sputum Culture : untuk memastikan apakah keberadaan Mycobacterium

tuberculosis pada stadium aktif.

2. Ziehl neelsen (Acid fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk

BTA

3. Skin test (mantoux test)

4. Chest X-Ray :

5. Darah : Lekositosis, LED meningkat

2.2.13Klasifikasi Penyakit

2.2.13.1 Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Tuberkulosis Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar

80 % dari semua penderita. Tuberkulosis Paru yang menyerang jaringan paru ini

merupakan bentuk dari Tuberkulosis Paru yang mudah menular.

Page 15: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

15

2 .2.13.2 Tuberkulosis Extra Paru

Merupakan Tuberkulosis Paru yang menyerang organ tubuh lain selain paru,

yaitu: kelenjar limfe, tulang, ginjal, susunan syaraf dan usus. Yang termasuk

Tuberkulosis extra paru antara lain: Spondilitis TB, Limfadenitis TB, Pleuritis TB,

TB usus, TB ginjal, dan TB kulit. (Depkes RI, 2008).

2.2.14 Klasifikasi berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa

tipe penderita TB Paru, yaitu:

a. Kasus baru

adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

b. Kambuh (Relaps)

adalah penderita BTA positif yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis

kembali dengan BTA positif (apusan/ kultur).

c. Pengobatan setelah putus berobat (Default)

adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan

BTA positif.

d. Gagal (failure)

adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Page 16: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

16

e. Pindahan (Transfer in)

adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain

untuk

melanjutkan pengobatannya.

f. Lain-lain:

adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok

ini

termasuk Kasus Kronik,yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA

positif setelah selesai pengobatan ulangan.

(Depkes RI, 2008).

2.2.15 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita TB Paru

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB Paru memerlukan

suatu definisi kasus yang meliputi empat hal:

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.

2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif

atau BTA negatif.

3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.

4. Riwayat pengobatan TB Paru sebelumnya: baru atau sudah pernah

diobati.

(Depkes RI, 2008).

Page 17: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

17

2.2.16 Pengobatan

1. Tujuan

a) Menyembuhkan penderita

b) Mencegah kematian

c) Mencegah kekambuhan

d) Menurunkan tingkat penularan

2. Prinsip Pengobatan

Pengobatan Tuberkulosis Paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu:

a) Tahap intensif

b) Tahap lanjutan

3. Panduan OAT Standar

Program nasional penanggulangan Tuberkulosis Paru di Indonesia

menggunakan panduan OAT. Panduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket

kombipak dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin

kelangsungan pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam

satu masa pengobatan.

2.3 Pengobatan TB Paru Dengan Strategi DOTS

World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan Directly

Observed Treatment Short Course (DOTS). WHO menyatakan bahwa kunci

keberhasilan program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan

strategi DOTS yang telah teruji ampuh diberbagai Negara yang terdiri dari lima

komponen yaitu:

Page 18: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

18

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambilan keputusan dalam

penanggulangan TB Paru.

2. Diagnosa TB Paru melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung

sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan

kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3. Pengobatan TB Paru dengan paduan OAT dengan pengawasan langsung oleh

Pengawas Minum Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama di mana

penderita harus minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersedian OAT yang cukup.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

Sesuai dengan strategi DOTS tersebut di atas, setiap penderita yang baru

ditemukan dan mendapatkan pengobatan harus diawasi menelan obatnya setiap

hari agar terjamin kesembuhan, tercegah dari kekebalan obat (resisten). Untuk itu

diperlukan seseorang Pengawas Minum Obat (PMO) untuk setiap penderita.

Tuberkulosis Paru dalam masa pengobatan, selain itu PMO dapat bertindak

sebagai penyuluh.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan. (Sudiharto; 2002).

Page 19: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

19

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu

rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing

menciptakan serta mempertahankan budaya.

(Effendi Nasrul, 1998).

2.2.2 Stuktur Keluarga

Menurut Effendi Nasrul, 1998 struktur keluarga ada bermacam-macam

diantaranya:

1. Patrineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak keluarga dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga suami.

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami / istri.

2.2.3 Peran Keluarga

1. Peran ayah

Sebagai suami dari istri, ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung dan pemberian rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat lingkungannya.

Page 20: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

20

2. Peran ibu

Sebagai istri dari suami, berperan sebagai pengurus rumah tangga dan

salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkunganya.

3. Peran anak

Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2.4 Fungsi Keluarga

Menurut Effendi Nasrul, 1998

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:

1. Fungsi Biologis

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasan kepribadian anggota keluarga

d. Memberi identitas keluarga

Page 21: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

21

3. Fungsi Pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang tua.

2.2.5 Bentuk Keluarga

1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak.

2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak

saudara, misalnya: nenek, kakek, saudara sepupu, keponakan, paman, bibi dll.

3. Keluarga berantai (senal family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria

yang lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga duda/ janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (compsite family) adalah keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga kahabitas (cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2.2.6 Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan Keperawatan Keluarga adalah rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan

Page 22: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

22

masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan.

(Effendi Nasrul, 1998).

Page 23: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

23

BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SEI BAUNG

3.1 Visi, Misi dan Motto Puskesmas Talang Ratu

3.1.1 Visi

Tecapainya Kecamatan Ilir Barat I Sehat dengan bertumpu pada

pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.

3.1.2 Misi

1. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

2. Meningkatkan profesional provider

3. Memelihara dan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang prima

4. Menurunkan resiko kesehatan dan kematian.

3.1.3 Motto

1. Sehat itu indah

2. Sehat itu bukan segalanya tapi kalau sakit semua itu tak ada artinya

3.2 Fungsi Puskesmas

1. Pusat pergerakan pembangunan Berwawasan Kesehatan

2. Pusat pemberdayaan Masyarakat

3. Pusat Pelayanan Kesehatan

Page 24: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

24

3.3 Upaya-Upaya Puskesmas

3.3.1 Upaya Kesehatan Wajib

Upaya Kesehatan Wajib adalah upaya yang di tetapkan bedasarkan

komitmen nasional,regional dan global serta yang mempunyai daya nilai

tinggi untuk peningkatan drajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan

wajib ini harus di selenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di

Wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib ini harus di selenggarakan oleh setiap

puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib itu adalah

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pengobatan

f. Upaya Imunisasi / MTBS

3.3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang di

tetapkan bedasarkan permasalahan kesehatan yang di temukan di

masyarakat serta yg di sesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

Upaya kesehatan pengembangan di pilih dari daftar upaya kesehatan

pokok puskesmas yang telah ada :

Page 25: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

25

- Upaya Kesehatan Sekolah

- Upaya Kesehatan Keluarga

- Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

- Upaya Kesehatan Kerja

- Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

- Upaya kesehatan Jiwa

- Upaya Kesehatan Mata

- Upaya Kesehatan Usia Lanjut

- Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

3.4 Lokasi dan Letak Geografi Puskesmas Talang Ratu

Berdasarkan keputusan Walikota Palembang Nomor 1882 Tahun 2010

wilayah kerja puskesmas Sei baung meliputi 2 Kelurahan,yaitu :

1. Kelurahan 26 ilir D I

2. Kelurahan Demang Lebar Daun

Dimana kedua kelurahan tersebut terpisah,sehingga batas wilayahnya sebagai

berikut :

Kelurahan Demang Lebar Daun

- Utara : Kelurahan Sirih Agung

- Selatan : Kelurahan Lorok Pakjo

- Timur : Kelurahan 20 Ilir D I

- Barat : Kelurahan Sirih Agung

Page 26: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

26

Kelurahan 26 ilir D I

- Utara : Kelurahan Lorok Pakjo

- Selatan : Kelurahan Bukit Lama

- Timur : Kelurahan 26 Ilir

- Barat : Kelurahan Iorok Pakjo

Puskesmas Sei Baung merupakan salah satu dari empat puskesmas yang

berada di kecamatan ilir barat I.Puskesmas Sei Baung mempunyai 1 puskesmas

pembantu yaitu Pustu Kancil Putih yang berada di kelurahan demang Lebar Daun.

3.5 Demografi Puskesmas Sei Baung

Tabel 3.5.1 Data Demografi Puskesmas Sei Baung

NO DATA DEMOGRAFI JUMLAH

1. Luas Wilayah 4,3

2. Demografi

1. Jumlah KK

2. Jumlah Penduduk

- Ibu Hamil

- Ibu Bersalin

- Bayi

- Balita

- Lansia

4.779

23.679

579

556

532

2.462

1.752

Page 27: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

27

3. Sarana kesehatan

- Posyandu

- Poskeskel

4. TTU

- PAUD

- TK

- SD

- SMP

- SMA

- Panti asuhan

19

2

2

10

7

5

3

5

3.6 Staf dan Tenaga Kesehatan Puskesma Sei Baung

Puskesmas Sei Baung di pimpin oleh dr.Apriyanti.dalam

melaksanakan kegiatanya pimpinan puskesmas Sei Baung di bantu oleh dua

orang Dokter Fungsional dan Dokter Gigi,selain itu puskesmas Sei Baung

mempunyai 4 Paramedis dan 2 Paramedis Pustu,3 Bidan dan 1 Bidan Pustu,4

Perawat Gigi,1 Asisten Apoteker,dan 1 Tenaga Gizi,2 orang Sanitarian dan 2

orang tenaga Adsminitrasi.

3.7 Transportasi

Puskesmas Sei Baung terletak di tengah – tengah lingkungan pemukiman penduduk

di pusat kota sehingga mudah di jangkau dan transportasi lancar.

Page 28: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

28

3.8 Fasilitas Dan Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sei Baung

Di Puskesmas Sei Baung terdapat beberapa fasilitas dan sarana pelayanan

kesehatan. Puskesmas Sei Baung terdiri dari beberapa ruangan yaitu :

1. Promosi kesehatan

2. Kesehatan keluarga yang meliputi KIA dan KB

3. Gizi

4. Pengobatan

5. Kesehatan lingkungan

6. P L M

Kegiatan praktek di puskesmas terdiri dari kegiatan dalam gedung dan di luar

gedung,yaitu :

1. Kegiatan di dalam gedung

- Balai pengobatan ( BP ) umum

- Balai pengobatan ( BP ) gigi

- Manajemen terpadu balita sakit ( MTBS )

- Ruang KIA / KB

- Apotik

7. Ruang Pimpinan Puskesmas Talang Ratu

8. Ruang Tunggu

9. Ruang Laboratorium

Page 29: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

29

- Pemeriksaan Urine rutin

- Haemoglobine

- Golongan darah

- Tes kehamilan

- Tes DBD

10. Kamar mandi/WC

3.9 Penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sei Baung pada tahun 2010

3.9.1 Penyakit Tuberculosis Paru di Puskesmas Sei Baung pada tahun 2010 dapat dilihat

pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Bulan Pemeriksaan

sputum

BTA(+) Rontgen (+),

BTA (-)

Anak Extra Paru

Jan

Feb

Maret 1

April 2

Mei 1

Juni 1

Juli 1

Agustus 1 1

Page 30: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

30

Sept 1

Okt 1

Nov

Des

Total

Page 31: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

31

BAB IV

TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian

4.1.1 Identitas Klien

Nama : Ny ”T”

Umur : 57 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Alamat : Jln.Papera kelurahan Demang Lebar Daun

Palembang

4.2 Susunan Anggota Keluarga

Tabel 4.2.1 Susunan Anggota keluarga

No Inisial Umur JK Hub.Kel Pendidikan Pekerjaan Ket

1 Tn. ”A” 57 th L KK SLTA Wiraswata Sehat

2 Ny. ”T” 57 th P Istri SLTP Ibu Rumah Tangga Sakit

3 Ny. ”S” 72 th P Nenek Tidak tamat - Sehat

Page 32: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

32

4.3 Genogram

: perempuan meninggal : Klien

: laki – laki meninggal

: laki – laki

: perempuan

4.4 Status Kesehatan Keluarga

- Kesakitan (3 bulan yang lalu)

Di dalam keluarga ada satu anggota ada satu anggota keluarga yang sakit

yaitu Ny.”T” yang menderita TB Paru. Sikap keluarga terhadap penyakit,

keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

untuk tercapainya kesehatan.

Didalam anggota keluarga tidak ada anggota keluarga yang meninggal

dalam satu tahun yang lalu.

Page 33: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

33

4.4.1 Pola Kebiasaaan Sehari-hari

1. Pola Nutrisi

Makanan pokok keluarga Ny.”T” adalah nasi, sayur, lauk pauk, seperti: tahu,

tempe. Yang dimasak sendiri menggunakan kompor, frekuensi makan 3 kali sehari.

Dalam mengkonsumsi lauk keluarga Ny.”T” jarang mengkonsumsi daging. Air

minum berasal dari air sumur sehat yang direbus sendiri. Keluarga jarang

mengkonsumsi susu.

2. Pola Istirahat dan Tidur

Ny.”T” dan kelurganya tidur jam 21.00-05.00 WIB dan jarang tidur siang

hari. Ny.”T” dan keluarganya jarang mencuci kaki sebelum tidur dan jarang

menggosok gigi sebelum tidur.

3. Pola Rekreaksi, Olahraga dan Hiburan

Ada waktu senggang digunakan untuk istirahat dan nonton TV, tidak ada

hiburan dan rekreasi bersama di luar rumah karena alasan tidak ada waktu, untuk

olahraga keluarga tidak pernah melakukannya. Waktu penuh untuk bekerja jika

pagi hari.

4. Pola Komunikasi

Pengambilan keputusan dalam suatu masalah dilakukan dalam musyawarah

tetapi keluarga lebih mendahulukan pendapat kepala keluarga.

Page 34: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

34

4.5. Data Kesehatan Lingkungan

1. Perumahan

Rumah Ny.’T’ Merupakan milik sendiri, bangunan permanen dengan

ukuran 7x9 meter dan lantai semen. Keluarga Ny.”T” sudah lama tinggal

dirumah tersebut. Rumah sendiri dari tiga kamar tidur dan terlihat sedikit

berantakan. Ny.”T” mengatakan sejak ia hamil, ia jarang membersihkan rumah,

kamar tidur tidak memiliki jendela. Di tengah ruangan terdapat ruang keluarga

sekaligus sebagai ruang makan. Bagian belakang merupakan dapur dan kamar

mandi, kamar mandi kotor, secara umum keadaan rumah kotor.

Denah Rumah

Gambar 6.1 Denah Rumah

Keterangan:

6.1.1 Ruang Tamu 6.1.4 Kamar Tidur

6.1.2 Ruang nonton TV 6.1.5 Ruang Makan dan Dapur

6.1.3 Kamar Tidur 6.1.6 WC dan Kamar Mandi

5 6 4 1

4 2

3

Page 35: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

35

2. Sumber Air

Sumber air berasal dari air PAM, keadaan air tidak berbau, tidak

berasa dan tidak berwarna. Air tersebut digunakan untuk minum, masak,

mandi, mencuci dan memenuhi kebutuhan air setiap hari.

3. Tempat Kamar Mandi

Keluarga memiliki WC di dalam rumah, keadaan WC kotor, Ny. ”T”

mengatakan kamar mandi jarang dibersihkan.

4. Tempat pembuangan air limbah

Air limbah dibuang melalui SPAL yang dihubungkan dengan SPAL

induk, keadaan SPAL tidak lancar. Ny.”T” mengatakan tidak pernah

membersihkan SPAL kecuali tetangganya.

5. Tempat Pembuangan Sampah

Sampah dibuang pada tempat sampah umum yang terletak 500 meter

dari rumahnya. Sebelum dibuang sampah ditumpuk terlebih dahulu di

dapur. Biasanya sampah dibuang setelah tertumpuk banyak di dapur, rata-

rata sampah dibuang lima hari sekali.

6. Kandang Ternak

Ny.”T” tidak mempunyai hewan ternak, Serangga yang paling banyak

saat ini adalah kecoak, sering muncul pada malam hari. Keluarga Ny. ”T”

membiarkan saja tanpa mengambil tindakan untuk membunuhnya.

Page 36: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

36

7. Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Apabila ada keluarga yang sakit keluarga Ny.”T” membawanya ke

Puskesmas, apabila Puskesmas tidak mampu lagi menangani keluarga

Ny.”T” membawa anggota keluarga ke Rumah Sakit.

Alat transportasi yang dimiliki saat ini, Ny. ”T” memiliki kendaraan pribadi

sendiri sebuah motor yang digunakan.

8. Data Personal Hygiene

- Rambut

Kebersihan rambut Ny. ”T” mandi dengan menggunakan sabun mandi,

rambut Ny.”T” terlihat selalu rapi.

- Mulut dan Gigi

Kebersihan gigi baik. Ny.”T” menggosok gigi setiap kali mandi

dengan menggunakan pasta gigi dan sikat gigi. Ny.”T” tidak pernah

menggosok gigi sehabis makan. Klien jarang control ke dokter gigi

karena tidak ada masalah dengan giginya. Ny. ”T” control ke dokter

gigi apabila giginya sudah sakit.

- Kulit

Kebersihan kulit cukup, keluarga Ny. ”T” tidak mempunyai masalah

berarti mengenai kulit.

- Keadaan Kuku

Kuku keluarga bersih dan untuk saat ini terlihat pendek, sebelum

makan keluarga jarang untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

Page 37: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

37

- Pakaian Keluarga

Keluarga secara keseharian menggunakan satu handuk dengan cara

bergantin. Pakaian diganti dua kali sehari. Keadaan pakaian terlihat

bersih.

2.1 Data KIA & KB

1. Data KIA & KB

Data imunisasi dapat diketahui karena Ny. ”T” mempunyai anak dan Ny. ”D”

mengikuti imunisasi secara lengkap, Ny. ”T” saat ini KB.

2. Data sosial, ekonomi, budaya dan spiritual

Berdasarkan pengamatan keluarga akrab dengan tetangga, pendapatan

keluarga tidak tentu rata-rata Rp 1000.000 per bulan, keluarga tidak mempunyai

pekerjaan sampingan. Dalam keluarga tidak ada pembagian tugas secara jelas.

Selama tinggal di rumah tersebut keluarga sering tidak mengikuti kegiatan di

masyarakat, kegiatan ibadah berdasarkan pengamatan cukup baik.

3. Pemeriksaan fisik

1. Ny. ”T”

Keadaan umum baik, kesadaran: compos mentis, TD = 120/70 mmHg,

nadi 88x/menit, RR = 28x/menit, pemeriksaan lainnya normal.

Page 38: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

38

4.7 Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1 Data Subjektif

- Nt.”T” mengatakan sakit bagian dada

dan sering batuk juga sesak

Data Objektif

- TD : 120/70 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 28x/menit

- Ny”T” mengatakan kurang mengerti

dengan penyakit yang dideritanya.

- Hasil Pemeriksaan BTA (+)

Masalah Kesehatan:

Penyakit TB Paru pada

Ny.”T”

Masalah Keperawatan :

Ketidakmampuan Ny.”T”

dan keluarga dalam

melakukan tindakan

keperawatan berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan tentang

penyakit TB Paru

2 Data Subjektif

Ny.”T” mengatakan susah bernafas, sering

batuk, ketika batuk mengeluarkan dahak

bercampur darah. Saat ini batuk dan

pengeluaran dahak bercampur darah

berkurang.

Data Objektif:

Sesak (+)

Masalah Kesehatan:

Susah bernafas

dikarenakan batuk yang

sering dan mengeluarkan

dahak.

Masalah Keperawatan :

Bersihkan jalan nafas

Page 39: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

39

inefektif s/d batuk dan

adanya sekret

3 Data Subjektif:

Ny.”T” mengatakan tidak teratur minum obat

Data Objektif :

Akibat kurang memahami program terapi,

Ny.”T” tidak teratur minum obat

Masalah Keperawatan:

Akibat tidak teratur

minum obat sehingga

terapi diperpanjang.

Masalah Keperawatan :

Ketidakteraturan minum

obat s/d kurang

pengetahuan tentang

program terapi.

a. Prioritas Masalah

a. Penyakit TB. Paru pada klien Ny. ” T”

Page 40: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

40

No Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah: aktual 2 2/3 x 1=2/3 Terjadinya penyakit

TB Paru pada Ny.”T”

2 Kemungkinan masalah

dapat diubah hanya

sebagian

1 ½ x 2=1 Sumber daya

keluarga ada

(pendidikan, kemauan

menerima

perubahan), namun

mengalami

keterbatasan dana.

Fasilitas tersedia

karena ada tenaga

kesehatan yang

datang ke keluarga.

Perlu adanya

teknologi kesehatan

dengan biaya obat

yang murah. Apalagi

dengan adanya

program gratis

kesehatan.

Page 41: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

41

3 Potensial untuk dicegah:

tinggi

2 2/3 x 1=2/3 Masalah dapat

dicegah agar tidak

bertambah parah,

namun sangat

membutuhkan peran

serta keluarga dalam

mengubah perilaku

kehidupan pada

Ny.”T”.

4 Menonjolkan masalah:

ada, merasa perlu segera

diatasi

2 2/2 x 1=2/2 Keluarga menyadari

penyakit ini perlu di

atasi karena sangat

mengganggu

Ny.”T”.

Total Skor 3 1/3

2. Bersihkan jalan nafas inefektif pada Ny.”T”

No Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran

Page 42: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

42

1

2

3

Sifat masalah: aktual,

kurang sehat

Kemungkinan masalah di

ubah : sebagian

Potensial untuk dicegah :

3

1

3

3/3 x 1=3/3

1/2 x 2=1

3/3 x 1=3/3

Masalah adalah aktual

karena sudah menyerang

Ny.”T”, perlu tindakan

keperawatan, dapat

berdampak pada

masalah lain

(komplikasi, infeksi

sekunder).

Sumber daya keluarga

ada (pendidikan,

kemauan menerima

perubahan). Namun

dana yang mereka miliki

terbatas sehingga

keluarga mengalami

keterbatasan dalam

memodifikasi

lingkungan dan

kemungkinan penyakit

akan kambuh lagi.

Sumber daya

Page 43: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

43

cukup masyarakat ada, fasilitas

kesehatan dan tenaga

kesehatan tersedia.

Keluarga mempunyai

motivasi untuk merawat

Tn.”R”.

Masalah belum terlalu

berat, namun sudah

berlangsung. Masalah

dapat di atasi atau

dicegah dengan

Pelayanan Kesehatan.

Kemungkinan penyakit

kambuh lagi karena

lingkungan hanya

sedikit yang yang dapat

dimodifikasi. Keluarga

membutuhkan kesadaran

yang tinggi untuk

mempunyai perilaku

memelihara lingkungan

Page 44: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

44

4

5

Menonjolnya masalah :

ada,

Menonjolnya masalah :

masalah berat yang harus

segera di atasi

2

2

2/2 x 1=2/2

2/2 x 1= 2/2

sehat.

Anggapan keluarga TB

Paru untuk memulihkan

kesehatan Ny.”T” agar

tidak bertambah parah

Anggapan keluarga

masalah TB Paru pada

Ny.”T” harus segera

diatasi.

Total Skor 2 1/3

3. Ketidakteraturan minum obat s/d kurang informasi tentang

No Kriteria Skor Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah: aktual 3 3/3 x 1=3/3 Masalah adalah

Page 45: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

45

2 Kemungkinan masalah

harus segera diatasi

1 1/2 x 2=1

aktual karena Ny.”T”

tidak teratur minum

obat

Masalah dapat di

atasi dengan cara

harus segera diatasi

Total Skor 1 1/3

4.8 Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring

Masalah Skor

1. Penyakit TB Paru pada Ny.”T” 3 1/3

2. Kebersihan jalan nafas inefektif pada Ny.”T” 2 1/3

3. Ketidakteraturan Ny.”T” dalam minum obat 1 1/3

Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan keluarga untuk

menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan dan keluarga perlu disusun prioritas

sebagai berikut:

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah

Ancaman 2

1

Page 46: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

46

2

3

Kurang Sehat

Krisis

Kemungkinan masalah dapat diubah

Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

Menonjolnya masalah

Masalah berat dan harus segera diatasi

Masalah dirasakan, tetapi tidak perlu segera diatasi

Masalah tidak dirasakan

3

1

2

1

0

2

1

0

2

1

BAB V

PEMBAHASAN

Page 47: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

47

Pada tahap pembahasan ini penulis akan membandingkan teori dengan

praktek yang penulis dapatkan pada penderita TB Paru di Puskesmas Sei Baung

Palembang pada tanggal 24 Januari - 25 Februari 2012 Asuhan Keperawatan yang

dilakukan berdasarkan proses keperawatan yang terdiri dari: Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan dan Evaluasi pada Ny. ”T” dengan Tuberkulosis Paru.

5.1`Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini penulis melakukan pengumpulan data untuk membantu

menentukan status kesehatan klien, dalam pengkajian ini diperoleh data-data dari

klien, keluarga dan petugas kesehatan. Dalam melakukan wawancara dengan klien

cukup kooperatif dan keluarga berperan penting dalam membantu tercapainya proses

pengumpulan data.

Pada Ny. ”T” tidak semua data yang ada diteori ditemukan, seperti batuk sejak

satu bulan yang lalu, nyeri dada sesak nafas, sering berkeringat pada malam hari,

berat badan menurun dan keadaan umum yang lemah, batuk bercampur darah

berkurang.

5.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tahap Diagnosa Keperawatan ini penulis mencoba menganalisa data

yang telah diperoleh melalui pengkajian lalu mengidentifikasi masalah tersebut.

Page 48: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

48

Adapun diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan selama melakukan asuhan

keperawatan adalah:

5.2.1 Ketidakmampuan Ny.”T” dalam melakukan tindakan keperawatan

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit TB Paru.

Tujuan:

Ny.”T” dan keluarga dapat mengetahui bagaimana cara melakukan

tindakan keperawatan, dalam hal ini ketidakmampuan Ny.”T” dalam

melakukan tindakan keperawatan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit TB paru dan cara utama untuk

meningkatkn perawatan atau penanggulangan TB Paru adalah dengan

penyuluhan.

5.2.2. Ketidakefektifan jalan nafas pada Ny.”T “ sehubungan dengan batuk dan

adanya sekret

Tujuan:

Mempertahankan jalan nafas Ny.”T” mengeluarkan sekret dan

memperbaiki kebersihan jalan nafas yang inefektif

5.2.3 Ketidakteraturan Ny.”T” dalam minum obat s/d kurang informasi tentang

terapi

Tujuan:

Page 49: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

49

Setelah diberikan penjelasan mengenai ketidakteraturan minum obat

Ny.”T” dapat mengetahui akibat tidak teratur minum obat..

5.3 Perencanan / Intervensi

Perencanaan yang dibuat pada asuhan keperawatan pada Ny.”T”, yaitu:

5.3.1 Menjelaskan pada keluarga Ny. ”T” pengertian penyakit TB Paru dan

penularannya

5.3.2 Menjelaskan pada keluarga Ny ”T” tanda dan gejala serta penyebab

TB Paru.

5.3.3 Menjelaskan pada keluarga Ny. ”T” pencegahan dan perawatan pada

keluarga Ny.”T”

5.4 Implementasi

5.4.1 Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang penyakit TB Paru

yang meliputi pengertian, tanda dan gejala dan perawatannya.

5.4.2 Menganjurkan pada keluarga untuk selalu membawa Ny. ”T” ke

Puskesmas.

5.4.3 Memberikan Ny.”T” dan keluarga tentang posisi yang efektif untuk

kemudahan bernafas, misal: memberitahukan posisi yang efektif;

setengah duduk.

5.4.4 Memberikan penjelasan bahwa pentingnya mempertahankan intake

cairan sedikitnya 2500 ml hari kecuali kontra indikasi.

5.4.5 Menjelaskan pada Ny.”T” tentang pentingnya minum obat untuk

kesembuhan penyakit TB Paru yang dideritanya dan akibat bila tidak

Page 50: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

50

teratur minum obat menyebabkan: Kuman TB Paru akan berkembang

menjadi kuman kebal obat (resisten)

5.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi secara umum dapat disimpulkan bahwa keluarga

Ny ”T” sudah mengerti tentang pengertian, tanda dan gejala penyakit TB.

Paru serta mau mengikuti program pengobatan TB. Paru.

Page 51: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

51

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Setelah penyusun membahas teori-teori yang ada tentang penyakit TB Paru,

maka penyusun menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

6.1.1 Gejala yang ada pada teori tidak semuanya ada pada penderita, hal itu

tergantung pada tingkat kekebalan tubuh dan keadaan umm penderita.

6.1.2 Pengetahuan tentang penyakit TB Paru pada Ny.”T” dan keluarga

Ny.”T” masih kurang, sehingga keluarga tidak dapat memahami

bentuk masalah yang dapat ditimbulkan pada keluarga yang menderita

TB Paru.

6.1.3 Dari hasil pengumpulkan data yang penulis buat, tidak terdapat

bebebapa masalah kesehatan lingkungan rumah yang kurang

memenuhi syarat kesehatan antara lain:

6.1.4 Ventilasi yang kurang

6.1.5 Penyajian makanan yang kurang baik

6.1.6 Penggunaan alat makan dan minum yang dilakukan secara bersama

6.1.7 Pembuangan ludah sembarang

6.1.8 Klien dan keluarga tidur dalam satu kamar

Page 52: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

52

Dengan keadaan ini, dapat menimbulkan semakin berkembangnya

penularan penyakit TB Paru pada anggota keluarga lain.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut:

Diharapkan Ny.”T” dapat terus meningkatkan pengetahuan tentang penyakit TB

Paru bagi anggota keluarga yang lain:

6.2.1 Diharapkan keluarga dapat menggunakan perlengkapan makan dan

minum yang berbeda dengan penderita.

6.2.2 Keluarga diharapkan dapat memperbaiki keadaan lingkungan seperti

memperbanyak ventilasi rumah dan sebagainya.

6.2.3 Dalam melakukan Asuhan Keperawatan diharapkan tidak hanya

ditujukan pada penderita saja, tetapi juga pada anggota keluarga.

Page 53: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

53

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta

Dongoes Marilynn, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta:

EGC

Effendi Nasrul (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Somantri Irman (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Page 54: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

54

LEMBAR KONSUL

Kelompok / Puskesmas: Sei Baung

Judul Askep: Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.”T” dengan TB Paru

N

O

HARI/

TGL

BAB

MATERI

PARAF

PEMBIMBINGKETERANGAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Page 55: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

55

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta

Page 56: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tb Paru

56

Dongoes Marilynn, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Jakarta:

EGC

Effendi Nasrul (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Somantri Irman (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika