tata ruang untuk mitigasi banjir
DESCRIPTION
okeTRANSCRIPT
TATA RUANG UNTUK MITIGASI BANJIR DI KABUPATEN TABALONGOleh : Mursalin (A2A213036)*
A. LATAR BELAKANG
Borneo atau Kalimantan dikenal sebagai pulau besar, yang memiliki wilayah
geografis yang sangat luas. Luasnya wilayah geografis seiring dengan lingkungan
alam yang memiliki hutan lebat, pegunungan, lembah dan sungai-sungai. Sungai di
Kalimantan terkenal luas dan memanjang membelah daratan Kalimantan.
Diantaranya, Sungai Mahakam di Kalimantan Timur, Sungai Kapuas di Kalimantan
Barat, Sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Tengah. Kalimantan Selatan, dengan
ibu kotanya Banjarmasin dikenal sebagai kota seribu sungai.
Diantara sungai-sungai penting dibagian hulu Banjarmasin adalah Batang
Pitap, Batang Balangan, Batang Bahan, Batang Nagara, Batang Tabalong dan Batang
Banyu. Sungai-sungai ini mengalir bersambungan ke Sungai Barito. Pada tepi sungai-
sungai tersebut berkembang kota-kota penting yang menjadi urat nadi perekonomian
pada masa dahulu. Satu diantara kota penting yang dimaksud adalah Tanjung
Tabalong. Terletak dipinggir Sungai Tabalong yang merupakan anak sungai dari
Batang Bahan bermuara ke Sungai Barito. Daerah ini pada masa dahulu adalah
pemasok lada dan kopi untuk di jual ke pusat Kesultanan Banjar. Sekarang daerah ini
menjadi ibukota kabupaten.
Tahun 2013 telah terjadi banjir terparah dalam satu dekade trakhir, pusat kota
Tanjung pada musim hujan tergenang banjir, hal ini tentu mengakibatkan beberapa
sektor menjadi terganggu, diantaranya ekonomi; karena pasar Tanjung sebagai ikut
terendam, masyarakat sekitar tidak bisa pergi menyadap karet dan ke tempat kerja.
Selain itu juga, birokrasi pemerintahan juga terganggu, karena beberapa kantor
penting; kantor Pemerintah Kabupaten, kantor Kejaksaan dan kantor Dinas Kesehatan
terendam banjir. Begitu juga kecamatan lain yang ada di kabupaten ini, hal ini tentu
berakibat besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat di wilayah ini.
Abdul Wahid (2014) menjelaskan tentang permasalah tata ruang dan
lingkungan yang ada di wilayah Kabupaten Tabalong, yaitu: 1) Alih fungsi lahan
yang tidak sesuai dengan tata ruang. 2) Penurunan kualitas lingkungan (air, udara dan
tanah) ditandai dengan adanya pencemaran lingkungan yang diindikasikan dengan
banyaknya pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan perusakan
lingkungan. 3) Ketaatan para pelaku usaha/kegiatan untuk melakukan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan masih minim yang ditandai dengan pembuangan limbah
langsung ke media air, udara dan tanah tanpa pengolahan dan pengelolaan terlebih
dahulu. 4) Masih belum optimalnya /lemahnya penegakkan hukum lingkungan.
Antara News (2013) dan Okezone (2013) yang memberitakan memberitakan
dalam kurun Januari - April 2013 setidaknya sudah tiga kali terjadi banjir yang
merendam sembilan kecamatan di wilayah Kabupaten Tabalong ini, termasuk pusat
kota. Metro7 Tanjung (2013) memberitakan pada bulan Juli 2013 telah terjadi banjir
di wilayah pembangunan Tabalong Selatan (Kecamatan Muara Tantaringin, Kelua,
dan Pugaan) yang mengakibatkan sekitar 50 persen tanaman padi rusak. Sedangkan
Tribunnews (2013) memberitakan bahwa banjir masih melanda Tabalong sampai
pada bulan November. Jadi dari beberapa sumber berita tersebut bisa kita simpulkan
bahwa Tabalong sepanjang tahun 2013 rawan banjir. Makalah ini ditulis dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan tata ruang untuk mitigasi dari pemerintah
Kabupaten Tabalong.
B. Landasan Teori
Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
klasifikasi penataan ruang adalah:
Pasal 4Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Pasal 51) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya.3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Pasal 6
1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
rentan terhadap bencana;b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan
c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer.
3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.
4) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
5) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri.
Mengenai konsep tata ruang Budiharjo (tt:3) menyatakan bahwa :
Dalam penyusunan tata ruang kota, sering terlupakan bahwa antara warga dengan kotanya adalah ibarat siput dengan cangkangnya. Istilah City dan Citizen menunjukkan betapa erat keterkaitan antara keduanya. Oleh karena tata
ruang kota dibuat secara deterministik, tak pelak lagi terciptalah rencana yang serba seragam. Keberagaman manusia yang terabaikan menghasilkan lingkungan binaan yang cenderung tunggal rupa. Apalagi dengan kian besarnya pengaruh globalisasi yang membawa serta didalamnya global image, global market, global finance, dan global workforce.
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Enok Maryani (tt) memaparkan faktor penyebab Indonesia rawan bencana dalam
makalahnya yang berjudul Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat Daerah
Rawan Bencana di Jawa Barat, yaitu 1) Iklim Indonesia yang tropis, sehingga
mendapatkan angin muson dan passat setiap tahunnya, 2) Secara geologis, Indonesia
merupakan daerah pertemuan antara dua jalur, yaitu jalur Mediterania Eropa dan jalur
Pasifik Amerika, 3) Indonesia terletak diantara lempeng Hindia, Asia, dan Pasifik, 4)
Indonesia mempunyai relief yang kasar, 4) Indonsia merupakan negara perairan, 5)
Keterbatasn penguasaan teknologi dan kurangnya kesadaran akan lingkungan hidup.
C. Tata Ruang untuk Mitigasi Banjir di Kabupaten Tabalong
Penyebab dari parahnya banjir yang terjadi pada tahun 2013 di Tabalong
dikarenakan 1) kurangnya daerah resapan air; karena banyak dibukanya daerah
pertambangan batu bara di sebelah timur kota Tanjung, penebangan liar di daerah
Gunung Halat, 2) perilaku masyarakatnya masih membuang sampah kesungai; daerah
Belimbing Raya, Sulingan, Selongan, dan Hikun, 3) belum ada upaya nomalisasi
sungai, 4) mengecilnya drainase untuk pembangunan jalan empat jalur di spanjang Jl.
P.H.M. Noor, dan 5) buruknya sistem drainase di tepi Sungai Tabalong Kanan dan
Kiwa.
Untuk menghindari banjir 2013 terulang kembali, maka pemerintah
Kabupaten Tabalong melakukan revisi mengenai konsep tata ruang. Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2014 poin 4e dan 4d menyatakan bahwa
akan melakukan pengelolaan sistem jaringan drainase dan jalur ruang evakuasi
bencana. Kedua hal tersebut direncanakan dengan pembangunan kawasan hutan
lindung seluas seluas 86.669 Ha yang terletak di wilayah Kec. Haruai, Upau, Bintang
Ara, Muara Uya dan Jaro. Kawasan yang akan dibangun hutan lindung tersebut
terdiri dari : 1) kawasan resapan air, 2) kawasan sempadan sungai, 3) kawasan sekitar
danau dan waduk, 4) kawasan sekitar mata air, dan 5) ruang terbuka hijau perkotaan.
Lebih spesifik lagi tentang drainase yang direncanakan untuk Kabupaten
Tabalong untuk antispasi banjir, tercantum dalam Masterplan Drainase Kabupaten
Tabalong Tahun 2014. Sasaran dari masterplan ini diantaranya penentuan alternative
penanganan ditekankan terhadap lokasi genangan dan saluran yang mempunyai debit
dibawah kapasitas maksimum, perencanaan system saluran merupakan perencanaan
terhadap rute dan tata letak saluran sesuai dengan kondisi topografi/kontur daerah
setempat dan pengembangan system drainase Kabupaten Tabalong yang meliputi
rencana pengambangan saluran termasuk penentuan tipikal/model saluran yang ideal.
Selain perencanaan sosialisasi tentang mitigasi juga dilakukan untuk
mengantisipasi banjir di Tabalong, seperti yang diberitakan Media Kalimantan (2014)
Kodim 1008/Tanjung yang melakukan pelatihan penanggulangan bencana. pelatihan
ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana
yang terjadi di daerah karena karakter Tabalong yang rawan akan banjir dan longsor
Dalam kurun musim hujan pada akhir 2014 dan pertengahan tahun 2015
daerah yang tergenang banjir mengalami penurunan, hanya daerah Kecamatan Haruai,
dan Kecamatan Kelua yang masih ternedam banjir, artinya ini menjadi bukti riil
keberhasilan dari perencanaan pembangunan tata ruang di Kabupaten Tabalong. Hal
ini diperkuat oleh Syarifudin Kadi (2014) dalam artikelnya yang berjudul Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai untuk Pengendalian Banjir di Area Sungai Jaing [anak Sungai
Tabalong] Sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan. Dia menyatakan bahwa
berdasarkan alternatif arahan penggunaan dan penutupan lahan, dapat mengurangi
tingkat kekritisan lahan, meningkatkan infiltrasi, dan menormalkan fluktuasi debit air,
sehingga menurunkan tingkat kerawanan pemasok banjir menjadi: a) tidak rawan
banjir 1.801,52 ha (6,97 %); b) kurang rawan banjir 21.530,24 ha (83,28 %); c) agak
rawan banjir 2.276,01 ha (8,80 %); dan d) rawan banjir 244,35 ha (0,95 %).
Faktor-faktor penyebab menurunnya genangan banjir di Kabupaten Tabalong
adalah 1) Penebangan liar di daerah Gunung Halat, Bintang Ara, dan Panaan perlahan
sudah bisa diatasi, 2) pembuatan drainase disekitar daerah yang menjadi titik awal
banjir; Gunung Halat, Bintang Ara dan Panaan, 2) adanya normalisasi sungai di
sepanjang Sulingan, 3) membaiknya sistem drainase yang dibangun pada bawah jalan
jalur empat.
D. Daftar Pustaka
Abdul Wahid. 2014. Permasalah Tata ruang dan Lingkungan yang Ada di Wilayah Kabupaten Tabalong. Diakses dari https://abdulwahid79.wordpress.com/isu-permasalahan-lingk-dan-tata-ruang-di-kabupaten-tabalong/ tanggal 30 Agustus 2015
Donny Usman. 2013. Puluhan Rumah di Tabalong Mulai Terendam Banjir. Diakses dari http://www.tribunnews.com/regional/2013/11/19/puluhan-rumah-di-tabalong-mulai-terendam-banjir tanggal 30 Agustus 2015
Eko Budiharjo. tt. Sejarah Penataan Ruang Indonesia.
Enok Maryani. tt. Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat Daerah Rawan Bencana di Jawa Barat
Mahdian Noor Beben. 2013. Delapan Kecamatan di Tabalong Kalsel Terendam Banjir. Diakses dari http://news.okezone.com/read/2013/delapan-kecamatan-di-tabalong-kalsel-terendam-banjir tanggal 30 Agustus 2015
nn. 2013. 1786 Ha Padi Terendam Banjir. Diakses dari http://www.metro7.co.id/2013/07/1786-ha-padi-terendam-banjir.html tanggal 30 Agustus 2015
Rusmandi. 2013. Banjir Rendam Ratusan Rumah di Tabalong Kalsel. http://www.antaranews.com/berita/367864/banjir-rendam-ratusan-rumah-di-tabalong-kalsel Tangal 29 Agustus 2015
Syarifudin Kadi. 2014. Daerah Aliran Sungai untuk Pengendalian Banjir di Area Sungai Jaing Sub DAS Negara Provinsi Kalimantan Selatan. Diakses dari https://syarifuddinkadir.wordpress.com/2014/04/17/pengelolaan-daerah-aliran-sungai-untuk-pengendalian-banjir-di-catchment-area-jaing-sub-das-negara-provinsi-kalimantan-selatan/ diakses tanggal 30 Agustus 2015
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Tata Tuang