pembelajaran mitigasi bencana banjir pada …

17
15 Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan Multikeaksaraan Yusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN Oleh : Yusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih BP-PAUD dan Dikmas Jawa Timur [email protected] ABSTRAK: Banjir di Indonesia sudah menjadi sesuatu yang lazim dilihat dan dialami setiap musim penghujan. Banjir sudah menjadi masalah nasional sehingga dibentuklah sebuah badan khusus yang disebut Badan Penanggulangan Bencana. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air yang meningkat. Untuk mengurangi bencana banjir maka diperlukan penanggulangan bencana yang disebut mitigasi bencana baik secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana baik sebelum, saat, dan setelah banjir. Model ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 di Kabupaten Sampang dan pada Oktober 2018 di Kabupaten Bojonegoro karena kedua kabupaten ini merupakan daerah rawan bencana banjir di Jawa Timur. Pembelajaran dilakukan di PKBM R.A. Kartini, PKBM Lestari, dan PKBM Nurul Ummah di Kabupaten Bojonegoro dan satu di PKBM Ibu Pertiwi, Kabupaten Sampang. Tujuan model ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas dan keefektifan naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan dan perangkatnya di dalam proses pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan. Adapun produk model ini berupa naskah pembelajaran, panduan penilaian hasil belajar dan panduan media pembelajaran, simulasi beberan tangguh bencana, dan poster yang kemudian dijadikan acuan bagi satuan lembaga PKBM dalam penyelenggaraan pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan. Proses pembelajaran model yang dilakukan oleh PKBM ini mengacu pada SKL pendidikan multikeaksaraan yang menekankan pada dimensi sikap, dimensi pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah pendekatan andragogi dan quantum learning . Proses pembelajaran ini diikuti sebanyak 20 orang per kelompok dengan jumlah jam pelajaran sebanyak 27 kali pertemuan dan waktu pertemuannya masing-masing 3 jam pelajaran. Kata kunci: pembelajaran mitigasi bencana banjir, pendidikan multikeaksaraan. (Studi pada Kawasan Bencana di Kab. Bojonegoro dan Kab. Sampang) ARTIKEL

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

15Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

Oleh : Yusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

BP-PAUD dan Dikmas Jawa [email protected]

ABSTRAK: Banjir di Indonesia sudah menjadi sesuatu yang lazim dilihat dan dialami setiap musim penghujan. Banjir sudah menjadi masalah nasional sehingga dibentuklah sebuah badan khusus yang disebut Badan Penanggulangan Bencana. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air yang meningkat. Untuk mengurangi bencana banjir maka diperlukan penanggulangan bencana yang disebut mitigasi bencana baik secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana baik sebelum, saat, dan setelah banjir.

Model ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 di Kabupaten Sampang dan pada Oktober 2018 di Kabupaten Bojonegoro karena kedua kabupaten ini merupakan daerah rawan bencana banjir di Jawa Timur. Pembelajaran dilakukan di PKBM R.A. Kartini, PKBM Lestari, dan PKBM Nurul Ummah di Kabupaten Bojonegoro dan satu di PKBM Ibu Pertiwi, Kabupaten Sampang.

Tujuan model ini adalah untuk mendeskripsikan kualitas dan keefektifan naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan dan perangkatnya di dalam proses pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan.

Adapun produk model ini berupa naskah pembelajaran, panduan penilaian hasil belajar dan panduan media pembelajaran, simulasi beberan tangguh bencana, dan poster yang kemudian dijadikan acuan bagi satuan lembaga PKBM dalam penyelenggaraan pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan.

Proses pembelajaran model yang dilakukan oleh PKBM ini mengacu pada SKL pendidikan multikeaksaraan yang menekankan pada dimensi sikap, dimensi pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah pendekatan andragogi dan quantum learning . Proses pembelajaran ini diikuti sebanyak 20 orang per kelompok dengan jumlah jam pelajaran sebanyak 27 kali pertemuan dan waktu pertemuannya masing-masing 3 jam pelajaran.

Kata kunci: pembelajaran mitigasi bencana banjir, pendidikan multikeaksaraan.

(Studi pada Kawasan Bencana di Kab. Bojonegoro dan Kab. Sampang)

ARTIKEL

Page 2: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

16 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

FLOOD DISASTER MITIGATION LEARNING MODEL IN MULTICULTURAL EDUCATION

(Studies in Flood Areas in Sampang and Bojonegoro Districts)

ABSTRACT:Flood in Indonesia has become familiar to see and to experience in every rainy season. Flood has been national problem so that it needs a special board named disaster management board. Flood is a condition where an area is submerged because of water volume increase. To minimize fl ood disaster so it needs disaster prevention which is called disaster mitigation both structurally and nonstructurally. Mitigation is the fi rst step of natural disaster prevention to minimize and to decrease disaster impact either before, during, or after fl ood.

This model is conducted in August 2018 in Sampang Regency, and in October 2018 in Bojonegoro Regency, because both of regencies are prone to fl ooding in East Java. The learning was conducted at the community learning center (CLC) R.A. Kartini, Lestari and Nurul Ummah in Bojonegoro Regency and community learning center Ibu Pertiwi in Sampang Regency.

The purpose of this model is to describe the quality and effectivity of texts about learning model development of fl ood disaster mitigation in multiliteracy education and its devices in disaster mitigation learning process at multiliteracy education.

As for the model products are learning texts, the guide of learning result assessment and the guide of learning media, the simulation of disaster alert and posters which are distributed and as references for institution unit of the Center of Teaching and Learning Activity in carrying out the learning of fl ood disaster mitigation in multiliteracy education.

The process of this model learning conducted by the community learning center (CLC) refer to the Standard of Graduate Competency of multiliteracy education which emphasizes on attitude dimension, knowledge dimension, and skill dimension. The approach used in this learning process is andragogy approach and quantum learning in its learning process, followed by 20 persons per group, spent 27 sessions each of which takes three hours.

Keywords: learning of fl ood disaster mitigation, multiliteracy education.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap bencana. Hal ini dapat kita lihat hampir setiap hari, berita musibah dan bencana tiada pernah terhenti, sehingga Indonesia dijuluki sebagai negara supermarket bencana. Banjir merupakan salah satu gejala atau peristiwa alam yang sering merugikan manusia dan sering terjadi di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, banjir dapat dikategorikan sebagai sebuah bencana. Banjir merupakan bencana yang sering menjadi ”langganan” dan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Pada setiap musim hujan, bisa dipastikan akan terjadi banjir dan selalu muncul, dengan

atau tanpa menimbulkan kerugian yang menimpa pada masyarakat. Termasuk daerah yang dulunya tidak pernah kebanjiran pun kini juga merasakan susahnya jika rumahnya tergenang setinggi pinggul orang dewasa. Namun, kelihatannya, dari tahun ke tahun, masyarakat di wilayah rawan banjir sudah semakin akrab dengan sapaan banjir yang menggenangi permukiman mereka untuk beberapa hari. Terbukti, masyarakat enggan untuk pindah atau mengungsi saat banjir dan mereka tetap bertahan di rumahnya masing-masing.

Menurut informasi dari Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya, masyarakat diharapkan waspada akan terjadinya cuaca ekstrem seperti angin

Page 3: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

17Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

kencang, puting beliung, petir, dan hujan lebat serta berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan, misalnya terjadinya banjir, tanah longsor, banjir bandang, pohon tumbang. dan jalan licin (BMKG, 2018). Adapun berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofi sika, musim hujan di wilayah Indonesia akan terjadi mulai sekitar bulan Oktober—November. Sementara itu, puncak musim penghujan akan terjadi pada bulan Januari—Februari.

Sementara itu, Kabupaten Sampang memiliki iklim tropis yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan hujan. Musim hujan berlangsung mulai bulan Oktober s.d. Maret, dan musim kemarau terjadi mulai bulan April s.d. September.

Menurut data, di wilayah Kabupaten Sampang akan terjadi hujan di sepanjang tahun, dengan frekuensi tertinggi terjadi pada bulan Januari s.d. April. Pada bulan Mei s.d. September berkurang dan mulai bulan Oktober s.d. Desember mulai turun hujan dengan frekuensi berangsur-angsur bertambah. Pada waktu terakhir berlangsung gejala hujan yang tidak teratur, yang menjadi penyebab utama merosotnya produksi tembakau. Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Robatal dengan rata-rata 146,70 mm dan terendah di Kecamatan Ketapang, yaitu rata-rata 61,00 mm. Diketahui bahwa wilayah Kabupaten Sampang mempunyai iklim tipe E dan iklim tipe F, yang ditandai oleh perbandingan antara bulan basah dengan bulan kering pada kisaran 0,6—1,0 untuk iklim tipe E dan 1—1,670 untuk iklim tipe F. Kondisi udara di Kabupaten Sampang pada umumnya relatif bersih, segar, dan sehat. Hal ini disebabkan belum banyak terdapat sumber-sumber polusi udara, baik yang berasal dari industri, kendaraan bermotor, maupun aktivitas pembakaran yang melampaui daya dukung alam. Sementara itu, suhu udara relatif panas, yaitu berkisar antara 28°C—32°C. (http://eprints.umm.ac.id/, diunduh tgl 11 Des 2018).

Adapun Kabupaten Bojonegoro, terutama di sepanjang daerah aliran Sungai Bengawan Solo, merupakan wilayah dataran rendah, dan di bagian selatan merupakan dataran tinggi di sepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat, dan Gajah. Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara adalah wilayah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Pada kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan merupakan pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Tipe iklim di wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 27,8° C suhu udara berkisar antara 24,2° C– 31,4° C dan hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan baik langsung maupun tak langsung akan memengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan. (http://bappeda.jatimprov.go.id/ -diunduh tgl 11 Desember 2018).

Menurut BNPB (2012), banjir adalah suatu peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Dari lingkup bencana alam, terdapat defi nisi dari dua jenis banjir, yaitu banjir  dan banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu wilayah karena volume air  yang meningkat, sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan oleh terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

Banjir termasuk kategori bencana yang hampir setiap tahun melanda negeri kita. Oleh karena itu, diperlukan suatu langkah konkret dalam penanggulangan dan mitigasi bencananya. Hal ini diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak dari bencana ini. Mitigasi adalah tahap awal

Page 4: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

18 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi merupakan kegiatan sebelum bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan antara lain pembuatan peta daerah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta pemberian penyuluhan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, pasal 1 poin 9 tentang Penanggulangan Bencana, disebutkan bahwa mitigasi merupakan serangkaian  upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fi sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) mitigasi struktural dan (2) mitigasi nonstruktural. Mitigasi struktural adalah upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fi sik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, atau pun early warning system yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana. Mitigasi nonstruktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana adalah upaya nonstruktural di bidang

kebijakan dari mitigasi dan pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Hal ini semua dilakukan untuk, oleh, dan di masyarakat yang hidup di wilayah rawan bencana.

Adapun model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan ini merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan. Dengan kata lain, tujuan dari pendidikan multikeaksaraan tidak sekadar mendidik masyarakat mampu membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan warga belajar agar mampu mengatasi persoalan yang terjadi dalam kehidupannya. Pendidikan multikeaksaraan bisa menjadi medium untuk membuka kesadaran berbangsa dan bernegara, serta pendidikan yang berkelanjutan yang menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan, seperti: agama, sosial dan budaya, ekonomi, dan kesehatan. Dengan demikian, pendidikan multikeaksaraan dalam implementasinya perlu mempertimbangkan realitas sosial dan budaya masyarakat setempat serta lingkungannya.

Berdasarkan Peraturan Mendikbud No. 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, tema dan subtema yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran multikeaksaraan dapat meliputi wawasan dan literasi tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesi warga belajar.

Beberapa tema dan subtema yang dikembangkan adalah sebagai berikut. Tema ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka memenuhi segala kebutuhan manusia seperti untuk berkomunikasi dan mengakses informasi secara

Page 5: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

19Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

cepat, mempermudah pekerjaan, mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi dan sumber daya alam, dan meningkatkan produktivitas dalam kehidupan sosial, industri, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Beberapa subtema yang dapat dipilih oleh pendidik bersama warga belajar misalnya yang berkaitan dengan literasi teknologi, pengetahuan umum, teknologi tepat guna, literasi keuangan, mitigasi bencana. Pada model ini silabus yang disusun pada tema ini mengangkat subtema tentang mitigasi bencana banjir.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh tim pengembang model di tiga lembaga PKBM di Kabupaten Bojonegoro dan satu lembaga PKBM di Kabupaten Sampang menemukan bahwa warga belajar yang dibina oleh PKBM banyak yang bertempat tinggal di wilayah rawan bencana banjir. Berdasarkan informasi dari BPBD Kabupaten Bojonegoro, wilayah yang menjadi langganan banjir meliputi Kecamatan Dander, Kecamatan Kota Bojonegoro, dan Kecamatan Kanor, Kecamatan Balen, Kecamatan Temanyang, dan Kecamatan Bubulan; sedangkan di Kabupaten Sampang wilayah yang rawan banjir adalah Kecamatan Kota Sampang karena letaknya sangat rendah.

Masyarakat setempat sebenarnya sudah tahu apa yang menyebabkan terjadinya banjir dan bagaimana cara mencegah dan mengurangi risiko apabila terjadi bencana banjir. Karena ketidakberdayaannya, mereka terpaksa tetap tinggal di wilayah rawan banjir dan berusaha menyiasatinya dengan kemampuannya sendiri, yang sudah menjadi kebiasaan secara turun-temurun. Bagi warga yang kaya, mereka pindah tempat tinggal ke daerah yang lebih aman. Sementara itu, BPBD sudah menyosialisasikan tentang bahaya banjir serta melakukan upaya pencegahan seperti memperkuat tanggul, membersihkan saluran yang tertutup sampah, dan mengeruk kotoran yang mengendap di dasar sungai. Namun, kesadaran masyarakat masih kurang sehingga sulit mengendalikan kebiasaan mereka membuang sampah di sungai.

Pembelajaran mitigasi bencana banjir adalah sebuah rangkaian proses atau tahapan belajar untuk membentuk perilaku masyarakat akan sadar bencana dan hasilnya berdampak baik buat diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga akan tercipta masyarakat yang memiliki kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Dengan demikian, peningkatan kesiapsiagaan adalah salah satu unsur penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat proaktif sebelum terjadi bencana. Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan naskah model, bahan ajar, dan media pada pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan (reseach and development). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan oleh Borg dan Gall (1979). Dalam penelitian pengembangan ini terdapat tiga komponen utama, yaitu: (1) model pengembangan/prototipe model, (2) prosedur pengembangan, dan (3) uji coba model/produk. Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan, menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (2011), dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik.

Page 6: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

20 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

Waktu dan tempat kegiatan penelitian dan pengembangan model pendidikan multikeaksaraan mitigasi bencana banjir dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2018. Adapun tempat penelitian dan pengembangan program ini adalah di PKBM Ibu Pertiwi Kabupaten Sampang dan tiga PKBM di Kabupaten Bojonegoro, yaitu (1) PKBM Kartini, (2) PKBM Lestari, dan (3) PKBM Nurul Ummah Bojonegoro.

Prosedur penelitian pengembangan ini memaparkan prosedur yang ditempuh oleh penelitian dalam membuat produk model. Dalam prosedur ini tim pengembang menyebutkan unsur-unsur komponen pada setiap tahapan dalam penelitian pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antarkomponen dalam sistem. Secara garis besar alur pengembangan model ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) Studi Pendahuluan (2) Menyusun Draf Naskah Model, (3) Revisi Draf Model, (4) Uji Coba Konseptual, (5) Revisi Model Konseptual, (6) Uji Coba Operasional, (7) Pembakuan Model, dan (8) Desiminasi dan Implementasi.

Untuk memperoleh sejumlah data yang diharapkan, metode pengumpunan data yang digunakan adalah dengan cara sebagai berikut: (a) Instrumen Wawancara, (b) Instrumen Dokumentasi, (3) Angket (Kuesioner), (4) Focus Group Discussion, dan (5) Tes Unjuk Kerja Keaksaraan (Uji Kompetensi).

Dalam penelitian pengembangan model ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan teknik analisis deskriptif kualitatif serta statistik inferensial uji-t. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengelola, mengelompokkan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Teknik ananlisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengelola informasi yang diperoleh melalui angket dalam

bentuk deskriptif persentase. Adapun teknik analisis statistik inferensial uji-t digunakan untuk mengelola data hasil tes kelompok belajar I, II, dan III, yang hasilnya diolah dengan menggunakan program analisis SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Coba

Berdasarkan hasil uji coba model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan ini, yaitu uji coba konseptual dan uji coba operasional yang dilaksanakan di PKBM Ibu Pertiwi Kabupaten Sampang dan di PKBM Lestari, PKBM R.A. Kartini dan PKBM Nurul Ummah di Kabupaten Bojonegoro, dapat disebutkan bahwa hasil validasi naskah model, bahan ajar, serta media dan panduan penilaian pembelajaran mitigasi bencana bisa dikategorikan baik. Hal itu dapat dilihat pada hasil validasi pengembangan model tersebut di bawah ini, yaitu dalam aspek kesesuaian, kemenarikan, dan kemudahan. Sementara itu, pada hasil evaluasi akhir warga belajar dalam pembelajaran mitigasi bencana, bisa disebutkan bahwa berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir dapat dijelaskan bahwa evaluasi akhir yang dilakukan di lembaga PKBM tersebut dapat dikategorikan baik. Hal itu bisa dilihat pada tabel yang dipaparkan pada hasil evaluasi tersebut di bawah ini. Adapun hasil uji coba yang dilakukan pada empat lembaga PKBM tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Laporan Uji Coba Konseptual

Adapun hasil validasi naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 ini menghasilkan 5 jenis naskah model sebagai berikut.

a. Naskah Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan Multikeaksaraan;

b. Naskah Bahan Ajar: Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan Multikeaksaraan;

Page 7: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

21Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

c. Panduan Penilaian Akhir Hasil Belajar Peserta Didik;

d. Media Pembelajaran Berupa Beberan Simulasi, Leafl et, Poster, dan Buklet.

Adapun hasil uji coba konseptual dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 1.1 Validasi Naskah Pengembangan Model

Dari hasil analisis data validasi naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 diperoleh skor sebesar 77,57 setelah dikonsultasikan dengan Tabel 1.1 sehingga termasuk kategori BAIK. Adapun aspek yang dinilai meliputi aspek: (1) kesesuaian, (2) kemenarikan, dan (3) kemudahan.

Grafi k 1.1. Naskah Pengembangan Model

Dari Grafi k 1.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.a. Pada aspek naskah diperoleh skor 11,4,

termasuk kategori baik.b. Pada aspek sistematika diperoleh skor 12,

termasuk kategori baik.

c. Pada aspek ejaan diperoleh skor 16, termasuk kategori baik.

d. Pada aspek isi diperoleh skor 7,8, termasuk kategori cukup baik.

e. Pada aspek penerapan diperoleh skor 12,4, termasuk kategori baik.

Tabel 2.1 Validasi Naskah Bahan Ajar

Mitigasi Bencana Banjir

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar/model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 diperoleh skor sebesar 33,6 setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 yang termasuk kategori CUKUP BAIK. Adapun aspek yang dinilai meliputi aspek: (1) kesesuaian, (2) kemenarikan, dan (3) kemudahan.

Grafi k 2.1. Naskah Bahan Ajar/ Modul

Dari Grafi k 2.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 57,25, termasuk kategori baik.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 26,5, termasuk kategori baik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 17,25, termasuk kategori baik.

Page 8: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

22 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

Naskah Panduan Penilaian Akhir Warga Belajar

Tabel 3.1 Validasi Naskah Panduan Penilaian Akhir WB

Dari hasil analisis data validasi naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar dalam model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 diperoleh skor sebesar 33,6 setelah dikonsultasikan dengan Tabel 3.1 sehingga termasuk kategori CUKUP BAIK. Adapun aspek yang dinilai meliputi aspek: (1) kesesuaian, (2) kemenarikan, dan (3) kemudahan.

Grafi k 3.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir

bagi Warga Belajar

Dari Grafi k 3.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 31, termasuk kategori baik.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 21, termasuk kategori baik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 13,8, termasuk kategori cukup baik.

Hasil Uji Coba Operasional:PKBM Lestari Kab. Bojonegoro

Naskah Pengembangan Model

Tabel 1.1 Validasi Naskah Pengembangan Model

Dari hasil analisis data validasi naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 diperoleh skor sebesar 22,50 pada aspek isi dan bahasa, serta diperoleh skor sebesar 22.00 pada aspek layout.

Grafi k 1.1. Naskah Pengembangan Model

Dari Grafi k 1.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek A, yaitu isi dan bahasa, rata- rata jumlah semua responden diperoleh skor 22,50.

b. Pada aspek A, yaitu isi dan bahasa, rata- rata skor per item diperoleh skor 3,21.

c. Pada aspek B, yaitu layout, rata-rata jumlah semua responden diperoleh skor 22,00.

d. Pada aspek B, yaitu layout, rata-rata jumlah semua responden diperoleh skor 3,14.

Page 9: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

23Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

Tabel 2.1 Validasi Naskah Bahan Ajar

Mitigasi Bencana Banjir

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar/modul model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 45,25 dan setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 maka termasuk kategori sangat sesuai. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 20,25, termasuk kategori sangat menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 13,25 yang termasuk kategori sangat mudah.

Grafi k 2.1. Naskah Bahan Ajar/ Modul

Dari Grafi k 2.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 45,25, termasuk kategori sangat sesuai.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 20,25, termasuk kategori sangat menarik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 13,25, termasuk kategori sangat mudah.

Tabel 2.1 Validasi Naskah Bahan Ajar WB

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 40,35 dan setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 maka termasuk kategori SESUAI. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 17.70, termasuk kategori SANGAT MENARIK, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 11,50, termasuk kategori MUDAH.

Grafi k 3.1 Naskah Bahan Ajar/Modul WB

Dari Grafi k 3.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 40,35, termasuk kategori sesuai.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 17,70, termasuk kategori sangat menarik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 11,50, termasuk kategori sangat mudah.

Tabel 4.1 Validasi Naskah Panduan Penilaian Akhir WB

Page 10: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

24 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

Dari hasil analisis data validasi naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar dalam model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 27,25 setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 sehingga termasuk kategori sesuai. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 19,00, termasuk kategori sangat menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 13,00, termasuk kategori sangat mudah.

Grafi k 4.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir

bagi Warga Belajar

Dari Grafi k 3.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar, diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 27,25, termasuk kategori sesuai.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 19,00, termasuk kategori sangat menarik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 13,00, termasuk kategori sangat mudah.

Hasil Uji Coba Operasional:PKBM R.A. Kartini Kabupaten Bojonegoro

Tabel 1.1 Validasi Naskah Pengembangan Model

Dari hasil analisis data validasi naskah pengem-bangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun

2018 diperoleh skor sebesar 23,25 pada aspek isi dan bahasa, serta pada aspek layout diperoleh skor sebesar 22.25.

Grafi k 1.1. Naskah Pengembangan Model

Dari Grafi k 1.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek A, yaitu isi dan bahasa, rata- rata jumlah semua responden memperoleh skor 23,50.

b. Pada aspek A, yaitu isi dan bahasa, rata- rata skor per item diperoleh skor 3,32.

c. Pada aspek B, yaitu lay out, rata-rata jumlah semua responden diperoleh skor 22,25.

d. Pada aspek B, yaitu lay out, rata-rata jumlah semua responden diperoleh skor 3,18.

Tabel 2.1 Validasi Naskah Bahan Ajar.

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 41; setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1, maka termasuk kategori sangat sesuai. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 19,5, termasuk kategori sangat menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 13,75, termasuk kategori sangat mudah.

Page 11: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

25Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

Grafi k 2.1. Naskah Bahan Ajar/ Modul

Dari Grafi k 2.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 41,

termasuk kategori sangat sesuai.b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor

19,5, termasuk kategori sangat menarik.c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor

13,75, termasuk kategori sangat mudah.

Naskah Bahan Ajar Warga Belajar

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar/modul model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 41,85; setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 maka termasuk kategori sangat sesuai. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 19,5, termasuk kategori sangat menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 12,05, termasuk kategori sangat mudah.

Grafi k 3.1 Naskah Bahan Ajar/Modul WB

Dari Grafi k 3.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 41,85,

termasuk kategori sangat sesuai.b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 19,5,

termasuk kategori sangat menarik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 12,05, termasuk kategori sangat mudah.

Naskah Panduan Penilaian Akhir Warga Belajar

Tabel 3.1 Validasi Naskah Panduan Penilaian Akhir

Warga Belajar

Dari hasil analisis data validasi naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar dalam model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 28,25; setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 maka termasuk kategori sangat sesuai. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 19,5, termasuk kategori sangat menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 12, termasuk kategori mudah.

Grafi k 4.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir

bagi Warga Belajar

Dari Grafi k 4.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar diperoleh sebagai berikut.a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 28,25,

termasuk kategori sangat sesuai.b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor

19,5, termasuk kategori sangat menarik.c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 12,

termasuk kategori mudah.

Page 12: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

26 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

PKBM Nurul Ummah Kab. BojonegoroTabel 1.1 Validasi Naskah Pengembangan Model

Dari hasil analisis data validasi naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018 diperoleh skor sebesar 20,75 untuk aspek isi dan bahasa, serta pada aspek lay out diperoleh skor sebesar 22,5.

Grafi k 1.1. Naskah Pengembangan Model

Dari Grafi k 1.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek A, yaitu isi dan bahasa, rata- rata jumlah semua responden diperoleh skor 20,75.

b. Pada aspek A, yaitu isi dan bahasa, rata- rata skor per item diperoleh skor 2,96.

c. Pada aspek B, yaitu lay out, rata-rata jumlah semua responden diperoleh skor 22,5.

d. Pada aspek B, yaitu lay out, rata-rata jumlah semua responden diperoleh skor 3,21.

Naskah Bahan Ajar/Modul Tabel 2.1 Validasi Naskah Bahan Ajar/Modul

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar/modul model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 39.00; setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 maka termasuk kategori sesuai. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 17,75, termasuk kategori menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 12,00, termasuk kategori mudah.

Grafi k 2.1. Naskah Bahan Ajar/ Modul

Dari Grafi k 2.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 39,

termasuk kategori sesuai.b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor

17,75, termasuk kategori menarik.c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 12,

termasuk kategori mudah.

Naskah Bahan Ajar Warga Belajar Tabel 3.1 Validasi Bahan Ajar

Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar/modul model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan tahun 2018, pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 39,35; setelah dikonsultasikan dengan Tabel 2.1 maka termasuk kategori

Page 13: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

27Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

sesuai. Pada aspek kemenarikan, diperoleh skor 18,15, termasuk kategori menarik, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 11,95, termasuk kategori mudah.

Grafi k 3.1 Naskah Bahan Ajar Warga Belajar

Dari Grafi k 2.1 tersebut diperoleh gambaran sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 39,35, termasuk kategori sesuai.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 18,15, termasuk kategori menarik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 11,95, termasuk kategori mudah.

Naskah Panduan Penilain Akhir Warga Belajar

Tabel 4.1 Validasi Naskah Panduan Penilaian Akhir

Warga Belajar

Dari hasil analisis data validasi naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar dalam model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan pada aspek kesesuaian diperoleh skor sebesar 27,00. Setelah dikonsultasikan dengan Tabel 4.1, termasuk kategori SESUAI. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 17,75, termasuk kategori MENARIK, dan pada aspek kemudahan diperoleh skor 12, termasuk kategori MUDAH.

Grafi k 4.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir

Bagi Warga Belajar

Dari Grafi k 4.1. Naskah Panduan Penilaian Akhir bagi Warga Belajar, diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Pada aspek kesesuaian diperoleh skor 27,00, termasuk kategori sesuai.

b. Pada aspek kemenarikan diperoleh skor 17,75, termasuk kategori menarik.

c. Pada aspek kemudahan diperoleh skor 12, termasuk kategori mudah.

Hasil dan Analisis Hasil Pelaksanaan Evaluasi Akhir WB

Hasil pelaksanaan pembelajaran selama 27 kali pertemuan dengan menggunakan bahan ajar tentang mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan meliputi ketiga penilaian berikut ini.

1. Penilaian awal, diberikan kepada warga belajar sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

2. Penilaian proses, diberikan setiap hari setelah mengikuti pembelajaran, yang dilakukan oleh pendidik atau tutor.

3. Penilaian akhir, diberikan kepada warga belajar setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran selama 27 kali pertemuan, yang dilakukan oleh pengelola PKBM dan didampingi oleh pendidik/tutor.Adapun hasil pembelajaran uji coba operasional

model pembelajaran mitigasi pada pendidikan multikeaksaraan yang dilaksanakan di tiga lembaga PKBM adalah sebagai berikut.

1. PKBM Lestari yang beralamat di Jalan Raya Cepu Km 4, Desa Ngulanan, Kec.

Page 14: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

28 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

Dander, Kabupaten Bojonegoro, sebagai tempat pelaksanaan Uji Coba Operasional Pengembangan Program Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan Multikeaksaraan. Proses pembelajaran diikuti oleh 20 orang peserta didik selama 27 kali pertemuan. Pembelajaran diselenggarakan di tempat yang sangat representatiif dan waktu yang telah terjadwal atau sesuai dengan kesepakatan. Pembelajaran dengan tema mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan diampu oleh dua tutor dan dua pengelola di lembaga PKBM. Sebelum pembelajaran dimulai diadakan tes awal atau pre-test. Selama pembelajaran diadakan formatif tes dan tes akhir atau post test. Dari ketiga tes tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan kemajuan yang signifi kan.

Tes yang diberikan kepada peserta didik dalam pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung dari 20 peserta yang mengikuti pembelajaran dapat diketahui dengan skor sebagai berikut.

Grafi k 1.1 Hasil Analisis Evaluasi Akhir WB

Dari Grafi k 1.1 di atas, data hasil penilaian akhir bagi 20 warga belajar adalah sebagai berikut.

a. Pada nilai tes awal/pre-test diperoleh nilai keseluruhan skor nilai 1585, dalam kategori baik.

b. Pada nilai tes akhir/post-test diperoleh nilai keseluruhan skor nilai 1650, dalam kategori baik.

c. Pada nilai perubahan antara pre-test dan post test diperoleh skor nilai 65.

Dengan demikian, berdasarkan hasil evaluasi akhir warga belajar di PKBM Lestari di atas dapat dikatakan kategori baik.

2. PKBM R.A. Kartini Kab. BojonegoroProses pembelajaran di PKBM Kartini diikuti oleh 20 orang peserta aktif sebanyak 29 kali pertemuan. Pembelajaran diselenggarakan di Balai Desa Semanding: waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak antara tim model, penyelenggara, tutor dan peserta didik, pembelajaran dengan tema mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan diampu oleh dua orang tutor dan dua orang pengelola secara bergantian pada waktu yang berbeda. Program pembelajaran ini diawali dengan tes permulaan, tes proses atau tes formatif dan tes penilaian terakhir. Ketiga hasil rata-rata dalam membaca, menulis, dan berhitung diperoleh hasil yang cenderung meningkat secara signifi kan.

Tes yang diberikan kepada peserta didik dalam pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung dari 20 peserta yang mengikuti pembelajaran dapat diketahui dengan skor sebagai berikut.

Grafi k 2.1 Hasil Analisis Evaluasi Akhir WB

Dari Grafi k 2.1. di atas, data hasil penilaian akhir bagi 20 warga belajar adalah sebagai berikut.a. Pada nilai tes awal/pre-test diperoleh nilai

keseluruhan skor nilai 1388, dalam kategori baik.

b. Pada nilai tes akhir/post-test diperoleh nilai keseluruhan skor nilai 1723, dalam kategori baik.

c. Pada nilai perubahan antara pre-test dan post-test diperoleh skor nilai 335.

Page 15: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

29Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

Dengan demikian, berdasarkan hasil evaluasi akhir, warga belajar di PKBM R.A. Kartini di atas dapat dikategorikan baik.

3. PKBM Nurul Ummah yang beralamat di Desa Butoh, Kec. Sumberejo, Kabupaten Bojonegoro, sebagai tempat pelaksanaan Uji Coba Operasional Pengembangan Program Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan Multikeaksaraan. Proses pembelajaran diikuti oleh 20 orang peserta didik selama 27 kali pertemuan. Pembelajaran diselenggarakan di tempat yang sangat representatiif dan waktu yang telah terjadwal atau sesuai dengan kesepakatan. Pembelajaran dengan tema mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan diampu oleh dua tutor di lembaga PKBM. Sebelum pembelajaran dimulai diadakan tes awal atau pre-test. Selama pembelajaran diadakan tes formatif, dan tes akhir atau post-test. Dari ketiga tes tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan kemajuan yang signifi kan sebagai berikut.

Grafi k 3.1 Hasil Analisis Evaluasi Akhir WB

Dari Grafi k 3.1 di atas, data hasil penilaian akhir bagi 20 warga belajar adalah sebagai berikut.

a. Pada nilai tes awal/pre-test diperoleh nilai keseluruhan 1.570, dalam kategori baik.

b. Pada nilai tes akhir/post-test diperoleh nilai keseluruhan 1.650, dalam kategori baik.

c. Pada nilai perubahan antara pre-test dan post-test diperoleh skor nilai 80.

Dengan demikian, berdasarkan hasil evaluasi akhir di atas, warga belajar di PKBM Nurul Ummah dapat dikatakan berkategori baik.

PENUTUP

Simpulan

Untuk mengetahui tingkat kelayakan, kualitas, dan keefektifan pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan, dapat disimpulkan, dari hasil uji coba konseptual model pembelajaran mitigasi bencana di PKBM Ibu Pertiwi Kabupaten Sampang, sebagai berikut.

a. Dari hasil analisis data validasi naskah pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan diperoleh skor sebesar 77,57. Setelah dicocokkan pada Tabel 1.1 maka termasuk dalam kategori baik.

b. Dari hasil analisis data validasi naskah bahan ajar/modul model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan diperoleh skor sebesar 33,6. Setelah dicocokkan pada Tabel 2.1 maka termasuk dalam kategori cukup baik.

c. Dari hasil analisis data validasi naskah panduan penilaian akhir belajar bagi warga belajar dalam model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan diperoleh skor sebesar 33,6. Setelah dicocokkan pada Tabel 3.1 maka termasuk dalam kategori cukup baik.

Sementara itu, untuk hasil uji coba operasional model pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan, yang dilakukan di PKBM Lestari, PKBM R.A. Kartini, dan PKBM Nurul Ummah, ketiganya di Kabupaten Bojonegoro, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan ini menarik bagi warga belajar. Warga belajar tertarik karena materi tentang mitigasi bencana banjir belum pernah diperoleh dan merupakan materi baru yang sesuai dengan kondisi tempat tinggal warga belajar yang sering kebanjiran ketika musim hujan turun.

Page 16: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

30 Jurnal AKRAB! Volume X Edisi 1/Mei/2019

b. Model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan yang dikembangkan ini juga menggugah kesadaran warga belajar untuk peduli terhadap lingkungannya, mampu mengantisipasi bahaya banjir, mengurangi dampak bencana banjir, dan menyelamatkan harta bendanya, serta dapat melakukan evakuasi mandiri terhadap keluarga dan tetangganya sebelum bantuan dari luar berdatangan.

c. Di samping itu, model pembelajaran mitigasi bencana ini pun bisa meningkatkan kemampuan warga belajar dalam hal membaca, menulis, dan berhitung (calistung) dan kemampuan dalam menghadapi banjir.

d. Berdasarkan hasil evaluasi akhir warga belajar dalam pembelajaran mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan yang dilaksanakan di tiga PKBM di atas, dapat disebutkan bahwa kategori kualifi kasi nilainya adalah baik.

Adapun dari perangkat model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan yang dikembangkan dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Naskah model ini dapat dinyatakan baik dan layak untuk diterapkan dalam program pendidikan multikeaksaraan, termasuk program pendidikan nonformal lainnya.

b. Model pembelajaran mitigasi bencana banjir ini juga layak digunakan untuk PKBM lain yang memiliki potensi bencana banjir yang sama, misalnya PKBM yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Pacitan.

c. Bahan ajar pembelajaran mitigasi bencana banjir ini juga layak digunakan di dalam proses kegiatan pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan, karena bahan ajar tersebut dapat memuat pengetahuan mitigasi bencana banjir dan membaca, menulis, serta berhitung yang dibantu dengan media pembelajaran berupa beberan simulasi kebencanaan, poster, dan leafl et.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, hasil penelitian pengembangan model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan dapat direkomendasikan kepada pihak-pihak sebagai berikut.

a. Bagi warga belajar diharapkan bahwa model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada warga belajar pendidikan multikeaksaraan sehingga dapat memiliki kompetensi tentang mitigasi bencana banjir dalam upaya penanggulangan bencana banjir sehingga tercipta masyarakat yang sadar bencana.

b. Bagi lembaga PKBM diharapkan bahwa model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyelenggarakan pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeakasaraan kepada warga belajar/masyarakat agar dapat memiliki kecakapan pengetahuan, sikap dan keterampilan, dalam upaya penanggulangan bencana banjir sehingga tercipta masyarakat sadar bencana.

c. Bagi BP-PAUD dan Dikmas Jawa Timur, diharapkan bahwa dengan adanya model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan, lembaga Balai dapat membuat model-model mitigasi bencana lain yang inovatif, adaptif, dan aplikatif sehingga masyarakat dapat memahami dan mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang mitigasi bencana banjir serta dapat diujicobakan secara luas/skala lebih besar lagi melalui labsite yang dikembangkan oleh Balai, sehingga tercipta masyarakat yang sadar bencana.

d. Bagi BPBD Kabupaten diharapkan bahwa dengan adanya model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan, nantinya dijadikan sebagai mitra kerja dengan lembaga PKBM

Page 17: PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA BANJIR PADA …

31Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan MultikeaksaraanYusuf Mualo, Edi Basuki, Nining Ratnaningsih

dalam rangka melakukan penyuluhan atau sosialisasi tentang mitigasi bencana banjir kepada masyarakat atau lembaga PKBM yang melaksanakan pembelajaran melalui program pendidikan multikeaksaraan.

e. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten, diha-rap kan, dengan adanya model pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan, nantinya dapat dijadikan kebijakan oleh Dinas Pendidikan dalam upaya penyelenggaraan pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan dan dapat diterapkan atau diujicobakan di kabupaten/kota sebagai strategi pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana banjir pada pendidikan multikeaksaraan kepada lembaga PKBM yang melaksanakan program pendidikan multikeaksaraan.

DAFTAR PUSTAKABadan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012.

Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1979). Educational Research, an Introduction. 3 ed. New York : Longman.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. 2009. Standar Kompetensi Keaksaraan Dasar. Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2018. Juknis Pendidikan Multikeaksaraan, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2018.

Depkes. 2017. Buku Banjir. Pusat Penanggulangan Krisis, Departemen Kesehatan RI.

Edi Basuki, dkk. 2018. Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Banjir pada Pendidikan Multikeaksaraan. BP-PAUD dan Dikmas Jawa Timur.

http://digilib.unila.ac.id/3893/17/BAB20III.pdf, di akses, 4 april 2018.

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Multikeaksaraan. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabet Bandung.