tata ruang pertanahan · rakernas bkprn 2013 dan raker regional bkprn 2014; serta evaluasi selama...

4
TATA RUANG PERTANAHAN MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN REDAKSI: | Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan | | Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Astri Yulianti, Santi Yulianti, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Indra Ade Saputra dan Astri Yulianti | Selamat Datang Kementerian Agraria dan Tata Ruang! HARI HABITAT 2014 halaman 3 TARGET SERTIPIKASI PRODA TAHUN 2015 halaman 4 RESENSI BUKU: PENATAAN RUANG: SEBUAH CERMIN PERADABAN halaman 4 EDISI 10/ NOVEMBER 2014 Pengumuman menteri dan kabinet oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Negara, Jakarta, menjadi sorotan utama di bulan ini. Kabinet ini dinamai Kabinet Kerja yang terdiri atas empat menteri koordinator dengan 34 kementerian. Salah satu kementerian yang diumumkan adalah Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Ferry Mursyidan Baldan—politisi Partai Nasdem yang pernah menjadi anggota DPR dari Partai Golkar—dipercaya sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang. Kehadiran Kementerian Agraria meniupkan angin segar bagi kita yang mendambakan penyelesaian masalah- masalah agraria yang kronis dan genting. Ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah, maraknya sengketa dan konflik agraria, kapitalisme dan sektoralisme dalam kebijakan, serta degradasi ekologi yang menuntut penuntasan segera. Sumber agraria bisa berupa tanah, lahan pertanian, hutan, kebun, tambang, laut, pesisir, pantai, lembah, bukit, danau, sungai, dan sebagainya. Cakupan pengertian tanah dan kekayaan alam yang terkandung dalam pengertian ”agraria” bersifat kompleks. Kompleksitas keagrariaan ini menyangkut aspek sosial, budaya, hukum, politik, ekonomi, religi, bahkan pertahanan dan keamanan. Perhatian terhadap masalah agraria makin penting mengingat sebagian besar penduduk sangat bergantung pada tanah masih melarat. Tata Ruang Laut Untuk menyinergikan pembangunan dan pemanfaatan laut, penentuan pusat pertumbuhan ekonomi, riset, konservasi, serta konektivitas dibutuhkan adanya Tata Ruang Laut. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hingga saat ini baru 4 provinsi dan 12 kabupaten/kota yang memiliki zonasi tata ruang laut dari total 34 provinsi dan 319 kabupaten/kota pesisir. Empat provinsi itu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sejauh ini, Indonesia telah mengeluarkan skema perizinan di perairan kurang dari 22,22 km yang diatur dalam UU No 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Laut Indonesia meliputi laut teritorial dari garis pantai hingga 12 mil (22,22 kilometer), Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 12-200 mil (22,22 km-370,4 km), hingga laut lepas (di atas 370,4 km). Selain itu, landas kontinen sepanjang 22,22 km-648,2 km. Selain kebutuhan akan tata ruang laut, tanggul raksasa (giant sea wall) atau proyek Pembangunan Terpadu Pantai Ibu Kota Negara (PTPIN) menjadi salah satu perhatian pemerintah. Pemerintah merencanakan proyek PTPIN yang total investasinya diperkirakan mencapai Rp 400 triliun hingga Rp 500 triliun akan selesai pada 2030. Pembangunannya akan melibatkan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan 17 pengembang. Untuk pembangunan waduk sepanjang 33 kilometer tersebut, sepanjang 8 kilometer menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Nilai investasi Rp 3,2 triliun dibagi dua antara pusat dan daerah masing-masing Rp 1,6 triliun. Anggarannya akan dialokasikan dalam tiga tahun, yakni 2015-2017. Pasca pengesahan UU Kelautan pada 29 September 2014, Pemerintah mulai membuka investasi sektor kelautan hingga ke laut lepas. Investasi yang ditawarkan mencakup wisata bahari, energi dan sumber daya mineral, minyak dan gas, perkapalan, perikanan dan farmasi, jasa maritim, serta telekomunikasi. NEWSLETTER KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN 25 TAHUN KIPRAH BKPRN: PENYUSUNAN RANCANGAN .... HAL 2 Kabinet Kerja Jokowi - JK

Upload: vunhi

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TATA RUANG PERTANAHAN · Rakernas BKPRN 2013 dan Raker Regional BKPRN 2014; serta evaluasi selama 25 tahun BKPRN berkiprah. ... Buku Laporan Nasional Untuk Agenda Habitat III yang

TATA RUANG PERTANAHANMEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

REDAKSI:| Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan |

| Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Astri Yulianti, Santi Yulianti, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Indra Ade Saputra dan Astri Yulianti |

Selamat Datang Kementerian Agraria dan Tata Ruang!

HARI HABITAT 2014halaman 3

TARGET SERTIPIKASI PRODA TAHUN 2015halaman 4

RESENSI BUKU: PENATAAN RUANG: SEBUAH CERMIN

PERADABANhalaman 4

EDISI 10/ NOVEMBER 2014

Pengumuman menteri dan kabinet oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Negara, Jakarta, menjadi sorotan utama di bulan ini. Kabinet ini dinamai Kabinet Kerja yang terdiri atas empat menteri koordinator dengan 34 kementerian. Salah satu kementerian yang diumumkan adalah Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Ferry Mursyidan Baldan—politisi Partai Nasdem yang pernah menjadi anggota DPR dari Partai Golkar—dipercaya sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang.

Kehadiran Kementerian Agraria meniupkan angin segar bagi kita yang mendambakan penyelesaian masalah-masalah agraria yang kronis dan genting. Ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah, maraknya sengketa dan konflik agraria, kapitalisme dan sektoralisme dalam kebijakan, serta degradasi ekologi yang menuntut penuntasan segera.

Sumber agraria bisa berupa tanah, lahan pertanian, hutan, kebun, tambang, laut, pesisir, pantai, lembah, bukit, danau, sungai, dan sebagainya. Cakupan pengertian tanah dan kekayaan alam yang terkandung dalam pengertian ”agraria” bersifat kompleks. Kompleksitas keagrariaan ini menyangkut aspek sosial, budaya, hukum, politik, ekonomi, religi, bahkan pertahanan dan keamanan. Perhatian terhadap masalah agraria makin penting mengingat sebagian besar penduduk sangat bergantung pada tanah masih melarat.

Tata Ruang Laut

Untuk menyinergikan pembangunan dan pemanfaatan laut, penentuan pusat pertumbuhan ekonomi, riset, konservasi, serta konektivitas dibutuhkan adanya Tata Ruang Laut. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hingga saat ini baru 4 provinsi dan 12 kabupaten/kota yang memiliki zonasi tata ruang laut dari total 34 provinsi dan 319 kabupaten/kota pesisir. Empat provinsi itu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Sejauh ini, Indonesia telah mengeluarkan skema perizinan di perairan kurang dari 22,22 km yang diatur dalam UU No 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Laut Indonesia meliputi laut teritorial dari garis pantai

hingga 12 mil (22,22 kilometer), Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia 12-200 mil (22,22 km-370,4 km), hingga laut lepas (di atas 370,4 km). Selain itu, landas kontinen sepanjang 22,22 km-648,2 km.

Selain kebutuhan akan tata ruang laut, tanggul raksasa (giant sea wall) atau proyek Pembangunan Terpadu Pantai Ibu Kota Negara (PTPIN) menjadi salah satu perhatian pemerintah. Pemerintah merencanakan proyek PTPIN yang total investasinya diperkirakan mencapai Rp 400 triliun hingga Rp 500 triliun akan selesai pada 2030. Pembangunannya akan melibatkan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan 17 pengembang. Untuk pembangunan waduk sepanjang 33 kilometer tersebut, sepanjang 8 kilometer menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Nilai investasi Rp 3,2 triliun dibagi dua antara pusat dan daerah masing-masing Rp 1,6 triliun. Anggarannya akan dialokasikan dalam tiga tahun, yakni 2015-2017.

Pasca pengesahan UU Kelautan pada 29 September 2014, Pemerintah mulai membuka investasi sektor kelautan hingga ke laut lepas. Investasi yang ditawarkan mencakup wisata bahari, energi dan sumber daya mineral, minyak dan gas, perkapalan, perikanan dan farmasi, jasa maritim, serta telekomunikasi.

NEWSLETTER

KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN

25 TAHUN KIPRAH BKPRN: PENYUSUNAN RANCANGAN .... HAL 2

Kabinet Kerja Jokowi - JK

Page 2: TATA RUANG PERTANAHAN · Rakernas BKPRN 2013 dan Raker Regional BKPRN 2014; serta evaluasi selama 25 tahun BKPRN berkiprah. ... Buku Laporan Nasional Untuk Agenda Habitat III yang

Penyediaan tanah menjadi faktor penting dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dengan kemunculan konflik lahan yang menghambat penyediaan tanah, membuat ide pembentukan Bank Tanah mencuat ke permukaan. Hal itulah yang kemudian dibahas dalam Focus Group Discussion Urban Land Policy, yang diadakan oleh Direktorat Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas, di Hotel

Ambhara, Jakarta (8/7).

FGD Urban Land Policy dilaksanakan dalam rangka penyusunan Roadmap Housing Policy Reform sebagai masukan bagi penyusunan RPJMN 2015-2019 Bidang Perumahan dan Permukiman. Pada FGD ini turut hadir pula Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Perumahan Rakyat, HUD, dan Perumnas.

Direktur Perumahan dan Permukiman, Ir. Nugroho Tri Utomo, MRP, mengungkapkan bahwa FGD ini dilaksanakan untuk menyepakati teknik penyediaan tanah yang paling efektif dan menyepakati model dan tahapan pembentukan bank tanah.

Pembentukan bank tanah dimaksudkan untuk memperkuat UU No. 2 Tahun 2013 tentang Penyediaan Tanah Bagi Pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan adanya bank tanah dapat mempercepat proses akuisisi lahan oleh pemerintah, khususnya bagi tanah-tanah terlantar serta penyediaan tanah bagi

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) dan kabupaten/kota (RTRWK) sangat terkait dengan penataan dan keberadaan kawasan hutan. Penyusunan RTRWP masih menyisakan persoalan terkait dengan penyelesaian yang berlarut-larut terhadap usulan revisi dari beberapa pemerintah provinsi. Hal tersebut mengemuka pada kunjungan kerja yang diakukan DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kepala Bappeda Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan ke Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas, Selasa, (28/10).

Kunjungan kerja tersebut bertujuan untuk berkonsultasi mengenai permasalahan tata ruang di wilayahnya. Pimpinan DPRD Propinsi Kalsel diterima oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Ir. Oswar Mungkasa, MURP

dan didampingi oleh Kepala Subdit Informasi dan Sosialisasi, Santi Yulianti, SIP, MM., serta Pelaksana harian dari Sekretariat Badan Penataan Ruang Nasional (BKPRN), Ir. Rinella Tambunan, serta perwakilan Direktorat di lingkungan Kedeputian Regional dan Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas.

Hingga saat ini, status RTRW Propinsi Kalsel belum ditetapkan, sementara rancangan Perda RTRW sudah mendapatkan persetujuan substansi teknis dari Menteri PU sejak 2010 (Kepmen PU No. HK.01.02.Mn/682), dan persetujuan substansi Menteri Kehutanan sejak 2009 (Kepmenhut No. SK 435/Menhut-II/2009). Namun, dalam SK Menteri Kehutanan, penetapan pelepasan kawasan hutan hanya 59 ribu Ha dari usulan seluas 250 ribu Ha. Untuk itu Pemda mengajukan kembali usulan perubahan kawasan hutan karena secara eksisting kawasan yang ditetapkan sebagai hutan sudah bukan hutan, dan hingga saat ini

belum ada kepastian atas usulan tersebut.

Dalam Kepmenhut No. SK 435/Menhut-II/2009 tidak ada DPCLS sehingga tidak dapat menggunakan mekanisme holding zone dan tidak menunggu persetujuan DPR. Selain itu, izin yang keluar sebelum adanya Kepmenhut No. SK 435/Menhut-II/2009 dan mengacu pada Kepmenhut No. SK 453/Menhut-II/1999, dalam perjalanannya tidak dapat diproses meskipun dalam Kepmenhut No. SK 435/Menhut-II/2009 terdapat klausa bahwa izin tersebut tetap dapat berlaku.

Oswar mengusulkan untuk masalah kehutanan, dapat menggunakan SKB 4 Menteri (Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Dalam Negeri, BPN, dan Menteri Kehutanan) tentang tata cara penyelesaian penguasaan tanah yang berada di dalam kawasan hutan. Terkait dengan peta, di dalam RT RPJMN 2015 – 2019 sudah masuk kebijakan percepatan peta skala 1:5.000 oleh BIG. [GP/SY]

Konsultasi RTRWP dan RTRWKKunjungan Kerja DPRD Provinsi Kalimantan Selatan

25 Tahun Kiprah BKPRN:

Jakarta, (15/9), Kementerian PPN/Bappenas, sebagai Sekretaris BKPRN mengadakan pertemuan bilateral dengan Direktorat Tata Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai bentuk evaluasi dalam rangka memperingati 25 tahun berkiprahnya BKPRN. Pada pertemuan ini dibahas tiga agenda utama, yakni: penyusunan Buku III RPJMN Tahun 2015-2019; tindak lanjut hasil Rakernas BKPRN 2013 dan Raker Regional BKPRN 2014; serta evaluasi selama 25 tahun BKPRN berkiprah.

Pada substansi RT RPJMN 2015 – 2019, diusulkan penambahan 5 KSN Perkotaan baru di Wilayah Sumatera (Perkotaan Palembang, Perkotaan Padang), Kalimantan (Banjarmasin), Sulawesi (Perkotaan Manado), dan Nusa Tenggara Barat (Perkotaan Mataram). Selain itu, muncul pula usulan lain penambahan 2 KSN Perkotaan baru di dalam PK RTRWN yaitu Banjar Bakui dan Minima. Namun, kriteria pemilihan KSN perlu dibahas lebih lanjut karena usulan penambahan KSN baru dikhawatirkan menyebabkan perencanaan menjadi tidak efektif.

Sebaiknya pengembangan kawasan perkotaan baru diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), bukan KSN.Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum mengusulkan agar lampiran peta pulau dalam RPJMN mencantumkan KSN-KSN di pulau tersebut dan dalam program prioritas pengembangan per pulau dapat merujuk pada program prioritas KSN yang disesuaikan dengan sudut kepentingan masing-masing pulau. Tema-tema besar perencanaan diusulkan pula untuk dimasukkan ke dalam Buku III RPJMN 2015-2019, seperti LP2B, perencanaan berbasis perubahan iklim, dan ketahanan energi.

Pada kegiatan itu pun dibahas mengenai materi muatan dalam revisi RTRWN, di antaranya: (i) usulan KSN Perkotaan baru; (ii) efektivitas pembentukan kawasan perkotaan baru dalam bentuk KSN atau PKN; dan (iii) rencana pembuatan metropolitan baru yang dinilai kurang efektif dalam pengembangan wilayah nasional. Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penelaahan materi perencaanan dalam UU No. 26 Tahun 2007 agar setiap perencanaan mulai dari tingkat nasional hingga tingkat daerah dapat sinergi, termasuk dokumen KLHS yang seharusnya embedded dalam dokumen RTR.

Diusulkan pula penyusunan RTR KSN baru yang termasuk world heritage, antara lain Sangiran, Trowulan, dan Bali-Landscape. Saat ini, masih terdapat 8 KSN Kawasan Perbatasan yang menunggu untuk dilegalkan dan 4 KSN yang belum disusun materi teknisnya. Ditargetkan 76 KSN yang direncanakan dapat selesai pada Tahun 2016. Lebih lanjut, ke depan sebaiknya disusun roadmap untuk penyusunan RRTR dalam mendukung prioritas penyediaan peta skala rinci untuk Tahun 2015.

Terkait dengan RZWP3K dan RTRW, Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyepakati beberapa hal sebagai berikut: (i) pengaturan kecamatan pesisir sepenuhnya mengikuti pengaturan dalam RTRW, KKP akan memberikan rekomendasi dalam perencanaannya mengingat kawasan pesisir memiliki ekosistem yang berbeda dengan daratan lainnya; (ii) pengaturan pulau-pulau kecil sepenuhnya mengikuti pengaturan dalam RZWP3K; dan (iii) untuk jangka pendek, pilihan untuk integrasi RTRW dan RZWP3K ke dalam 1 perda atau perda terpisah sepenuhnya diserahkan kepada daerah.

Sementara, untuk Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN), forum mengusulkan agar sebaiknya materi substansi RTRLN masuk ke dalam muatan laut nasional dalam RTRWN saja, tanpa pembentukan regulasi baru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam RTRLN yakni urgensi pembentukan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) dan antisipasi kebijakan pendulum nusantara.

Kelembagaan BKPRN

Dari hasil evaluasi di bidang kelembagaan, peran Tim Pelaksana dan Pokja belum berjalan secara optimal. Keberlangsungan agenda pokja masih terkesan terkotak-kotak, bukan secara utuh sebagai kegiatan BKPRN bersama. Di sisi lain, kegiatan BKPRN selama ini masih terfokus pada hal-hal yang bersifat pagelaran. Tahun 2015, diharapkan BKPRN sudah mulai fokus ke dalam RPJMN, sehingga program-program yang ada di dalam RPJMN dapat masuk ke semua renstra K/L anggota BKPRN. [ZH/CP]

POTRET KEGIATAN:

Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang 2015 - 2019

2

Page 3: TATA RUANG PERTANAHAN · Rakernas BKPRN 2013 dan Raker Regional BKPRN 2014; serta evaluasi selama 25 tahun BKPRN berkiprah. ... Buku Laporan Nasional Untuk Agenda Habitat III yang

Hari Habitat 2014: Menuju 100-0-100

Setiap tahun pada hari Senin pertama bulan Oktober, PBB menetapkan sebagai Hari Habitat Dunia. Peringatan Hari Habitat pada Tahun 2014 mengambil tema aspirasi dari permukiman, atau Suara dari Pemukiman Kumuh. Tema tersebut diambil sebagai sebuah upaya untuk menyoroti kesulitan hidup di daerah kumuh melalui suara masyarakat miskin perkotaan sementara, juga untuk mengangkat pengalaman dan ide-ide mereka dan mengenai bagaimana untuk meningkatkan kondisi hidup mereka.

Menurut Menteri Pekerjaan Umum pada KIB II, Djoko Kirmanto, tujuan dari agenda Hari Habitat Dunia adalah sebagai momentum untuk membahas kondisi permukiman dunia dan penghargaan atas hunian layak bagi warga serta mengingatkan para pemangku kepentingan akan tanggung jawab bersama atas kehidupan hunian yang lebih baik. Pada kesempatan itu pula, Djoko Kirmanto menyerahkan Buku Laporan Nasional Untuk Agenda Habitat III yang disusun dalam rangka menyiapkan Konferensi Habitat III Tahun 2016 kepada Presiden RI yang menjabat saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Forum Habitat 2014

Pada peringatan Hari Habitat 2014, diselenggarakanlah Forum Habitat 2014 di Hotel Borobudur, Jakarta, (2/10) yang bertujuan untuk mempertemukan antara pemangku kepentingan terkait pada forum tersebut. Dengan adanya forum ini, diharapkan para pemangku kepentingan dapat meningkatkan kesadaran mengenai kondisi lingkungan di kawasan kumuh, memberikan contoh melalui kisah nyata terutama bagi pengambil keputusan, dan membagi pengalaman dan penanganan kumuh di kota dan kawasan perkotaan di negara lain.Pertemuan tersebut, dibagi dalam dua sesi diskusi panel.

Diskusi panel pertama mengambil tema

“Understanding Slums and Learning From Others” dan mengundang beberapa negara untuk menceritakan pengalaman dan kisah mereka. Adapun negara yang diundang untuk mengisi diskusi tersebut adalah India, Filipina, dan Korea Selatan.

India menggunakan pendekatan pengembangan wilayah permukiman di perkotaan yang terintegrasi dan didukung pelayanan publik yang baik seperti penyediaan sanitasi dan ketersediaan air baku. Dalam pelaksanaannya mereka membentuk partisipasi komunitas masyarakat terutama kaum perempuan dengan pendekatan perencanaan berbasis masyarakat (bottom-up planning) dan menggunakan metode GIS.

Wilayah Zamboanga, Filipina, yang merupakan wilayah konflik militer menggunakan metode pemindahan/relokasi penduduk dari wilayah konflik ke wilayah yang aman dengan menyediakan lingkungan yang mendukung kehidupan masyarakat, seperti penyediaan infrastruktur publik, fasilitas militer, dan pelayanan publik. Bangunan permukiman disesuaikan dengan kondisi geografis dan didesain sesuai rencana pembangunan rinci per persil.

Korea Selatan membuat klasifikasi berbeda untuk kondisi permukiman yang akan direhabilitasi seperti perbaikan rumah, pembangunan rumah kembali, perbaikan lingkungan permukiman sehingga perlakuan setiap kelas akan berbeda. Perencanaan perbaikan dan pengembangan permukiman disesuaikan dengan tujuan nasional, kesesuaian dengan site plan dan melibatkan badan usaha swasta yang berada di kawasan tersebut. Pengembangan lebih lanjut melibatkan komunitas masyarakat.

Menuju 100-0-100

Diskusi panel kedua yang mengambil tema “Challenges and Lessons in Indonesia” mengundang para kepala daerah untuk

berdiskusi mengenai permasalahan dan solusi dalam menangani berbagai permasalahan di daerah mereka. Salah satu kepala daerah yang turut hadir dalam forum tersebut adalah walikota Bandung, Ridwan Kamil.Pada diskusi panel tersebut diusung konsep menuju 100-0-100, dengan target capaian berupa 100% akses air minum yang layak, 0% kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi hingga Tahun 2019.

Untuk mendukung program menuju 100-0-100 tersebut, maka dilaksanakanlah beberapa kegiatan seperti perbaikan bantaran sungai sehingga dapat menjadi tempat aktivitas warga, termasuk untuk jadi wisata air dan transportasi air, yang dilanjutkan dengan membuat komunitas warga peduli sungai.

Kemudian, perbaikan rumah tidak layak huni (bedah rumah); perbaikan warung melalui bedah warung dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kredit Mikro bagi masyarakat yang mempunyai usaha nyata (penjual kue, sayur buah, ikan); relokasi warga kumuh ke rusunawa; peningkatan layanan sanitasi, persampahan, cakupan layanan air bersih dan IPAL secara komunal berbasis masyarakat dengan didampingi fasilitator.

Selain itu, usaha lainnya meliputi pembangunan jalan, jembatan, gorong-gorong, bank sampah dan sebagainya yang dikerjakan oleh masyarakat melalui gotong royong; perwujudan tempat pengajian Alquran gratis untuk anak-anak tidak mampu; perwujudan program persaudaraan madani (mempersaudarakan warga mampu dengan tidak mampu), ketika warga yang mampu membantu memfasilitasi warga yang tidak mampu dengan mencarikan lapangan kerja; dan perbaikan dan penataan kawasan PKL. (dari berbagai sumber)

WAWASAN

LINK TERKAITDirektorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas Portal Tata Ruang dan PertanahanSekretariat BKPRN

Potret Kegiatan TRP25 Tahun Kiprah BKPRNKunjungan Kerja DPRD Kalimantan SelatanTarget Sertipikasi PRODA Tahun 2015

Tema Hari Habitat 2014

3

Page 4: TATA RUANG PERTANAHAN · Rakernas BKPRN 2013 dan Raker Regional BKPRN 2014; serta evaluasi selama 25 tahun BKPRN berkiprah. ... Buku Laporan Nasional Untuk Agenda Habitat III yang

The Awesome and Advanced Indonesia

SEBUAH CERMIN PERADABANUndang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjadi piranti regulasi dalam mengelola Penataan Ruang. Semenjak diterbitkannya Undang-Undang tersebut, banyak pula kaidah-kaidah dan kebijakan mengenai penataan ruang yang telah diterapkan di wilayah pusat maupun daerah. Namun demikian, publik masih belum memahami sepenuhnya dan membutuhkan sosialisasi yang gencar agar dapat menjangkau seluruh

lapisan masyarakat. Buku yang disusun oleh Ditjen Penataan Ruang merupakan media sosialisasi mengenai penataan ruang yang berisi pula pesan-pesan moral bagi pelajar agar terbentuk kesadaran bersama akan arti penting keterlibatan pelajar dalam menata ruang. Selain itu, buku ini juga menceritakan secara ringkas sejarah perkembangan peradaban manusia dalam memanfaatkan ruang untuk menunjang kehidupan manusia dari masa ke masa. Selain sebagai wadah untuk beraktivitas, ruang juga memiliki nilai estetika. Ruang dapat dimanfaatkan sebagai sumber rekreasi publik, baik aktif maupun pasif, yang diwujudkan melalui kreativitas manusia menciptakan ruang sebagai pemenuhan hasrat psikologis

manusia terhadap keindahan. Terakhir, ruang juga harus dapat memenuhi nilai-nilai humanisme dari pemenuhan kebutuhan manusia.

Lebih lanjut, buku ini pun memperkenalkan hal-hal terkait dengan penataan ruang pada level kewilayahan yang lebih luas, seperti urbanisasi, pembangunan perdesaan dan perkotaan, serta problematika menata sebuah kota. Semua pihak memiliki peran penting dalam menjaga dan merawat ruang, baik itu Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat. Kesadaran untuk bersama menata ruang juga tidak lepas dari adanya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang. [AY]

Judul Buku: Penataan Ruang: Sebuah Cermin PeradabanPenyusun: Dirjen PR - Kemen PUPenerbit : Dirjen PR - Kemen PUJumlah halaman: 132

DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN,BAPPENASJalan Taman Suropati No. 2AGedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412F : 021 392 6601E : [email protected]: www.trp.or.idPortal : www.tataruangpertanahan.com

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

RESENSI BUKU:

Program Daerah Agraria (Proda)Target Sertipikasi Tahun 2015 sebanyak 921 Bidang Tanah

Siti Sugiyanti (kiri), Kabid Pemerintah dan Aparatur, Bappeda Kalimantan Timur didampingi oleh Kasubdit Pertanahan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas, Uke Muhammad Husein, MPP, (kanan). Sumber: Dokumentasi TRP

PENATAAN RUANG:

Sesuai dengan Surat Gubernur Kalimantan Timur No. 591/7746/B.PA-BAPP/2013 Tanggal 27 Agustus 2013 Perihal Pengalokasian Dana Pra Sertipikasi Lahan Pertanian Tahun 2014, maka perlu adanya penetapan besaran target kegiatan sertipikasi tanah untuk Tahun 2015. “Hasil dari penetapan besaran target kegiatan sertipikasi tanah untuk PRODA Kalimantan Timur, akan disampaikan kepada BPN Pusat agar disiapkan di Tahun 2015,” ungkap Uke Muhammad Husein, Kepala Sub

Direktorat Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas, pada kegiatan koordinasi dan pemantauan PRODA Provinsi Kalimantan Timur di Balikpapan, Kamis, (23/10).

Program Daerah Agraria (PRODA) merupakan program bantuan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk masyarakat di wilayahnya yang memiliki lahan pertanian tetapi belum memiliki sertifikat tanah. Koordinasi pemantauan PRODA di Provinsi Kalimantan Timur bertujuan untuk menetapkan besaran target kegiatan sertipikasi tanah melalui mekanisme PRODA di Provinsi Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2015.

Target sertipikasi tanah yang akan dilakukan melalui mekanisme PRODA di Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2015 sebesar 921 bidang dengan rincian: Kabupaten Kutai Timur (48 bidang); Kabupaten Kutai Barat (149 bidang); Kabupaten Kutai Kartanegara (213 bidang); Kabupaten Paser (100 bidang); Kabupaten Berau (200 bidang); dan Kabupaten Penajam Paser Utara (211 bidang).

Pada rapat koordinasi tersebut, perwakilan bappeda di kabupaten/kota mengusulkan agar disusunnya Petunjuk Teknis (Juknis) yang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sertipikasi adalah untuk kawasan lahan pertanian dan tidak

berdasarkan subyek (penerima). Hal ini dimaksudkan agar sertipikasi yang dilakukan lebih objektif dan tidak terjadi tumpang tindih antara kawasan lainnya.

Peninjauan Lapangan

Kabupaten Penajam Paser Utara, tepatnya di Kecamatan Babulu merupakan lokasi yang dikunjungi oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas. Berdasarkan hasil inventarisasi, target lahan yang siap untuk disertipikasi pada Kecamatan Babulu sebanyak 1200 bidang dan yang sudah disertipikatkan sebanyak 350 bidang tanah (melalui program PRONA sebanyak 250 bidang dan melalui APBD sebanyak 100 bidang).

Pada Tahun 2014, akan dilakukan sertipikasi sebanyak 450 bidang dengan pembiayaan 150 bidang melalui APBD, 150 bidang melalui dan APBN, dan 200 bidang melalui bantuan keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah biaya BPHTB karena untuk 100 persil di tahun 2012 maupun 200 persil di tahun 2013 yang telah selesai menjadi sertipikat belum dapat diambil karena sebagian besar masyarakat tidak dapat membayar biaya BPHTB. [UK/RN/GN/RZ/AY]

4