tata kelola cici fix

Upload: autoracing-evr

Post on 29-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • OLEH: KELOMPOK III

  • Latar BelakangRuang rawat intensive merupakan ruang perawatan pasien dengan tingkat ancaman kematian yang cukup tinggi.

    memiliki karakteristik yang berbeda dengan ruang rawat umum,

    perawatan di ruang intensive memiliki risiko yang cukup tinggi terhadap error yang berakibat pada kematian pasien.

    Untuk itu perawat intesif dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi, mampu bekerja mandiri, membuat keputusan yang cepat dan tepat, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya

  • Peran keperawatan sangat signifikan dalam menentukan kualitas pelayanan kesehatan

    Untuk mencapai harapan tersebut, diperlukan suatu pengelolaan keperawatan yang efektif dan efisien melalui suatu proses pengelolaan klinik atau yang dikenal dengan clinical governance.

    Clinical governance (tata kelola klinik) adalah sebuah sistem untuk meningkatkan standar praktek klinik (Starey, 2001). Tata kelola klinik adalah sebuah pendekatan sistematik untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan pasien dalam suatu sistem kesehatan.

    Elemen dari tata kelola klinik yaitu pendidikan dan pelatihan (education and training), audit klinik (clinical audit), efektifitas klinik (clinical effectiveness), penelitian dan pengembangan (research and development), keterbukaan (openness), manajemen resiko (risk management), dan pengelolaan informasi (information management).

  • HASIL KAJIAN SITUASI DI RUANG CICU

    LAMPIRAN

  • PEMBAHASAN1. DEKUBITUSPenyebab ulkus dekubitus ialah karena kurangnya mobilisasi pasien yang tirah baring lama, kontraktur, spasitisitas, berkurangnya fungsi sensoris, paralisis, insensibilitas, malnutrisi, anemia, hipoproteinemia dan infeksi bakteri. Faktor yang paling penting dalam terbentuknya ulkus dekubitus ialah karena tekanan

    Dampak dari ulkus dekubitus ialah penambahan lama durasi tinggal di rumah sakit (length of stay/LOS) yang akan berdampak pada penambahan biaya rawat inap seiring dengan penambahan lama waktu rawat. Akibat yang buruk juga dapat terjadi dari luka tekan, yaitu infeksi yang dapat menjadi sepsis, bahkan kematian.

  • Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan ulkus dekubitus ialah:Kaji risiko individu terhadap kejadian luka tekan dengan instrument pengkajian resiko, misalnya menggunakan Skala Braden.Identifikasi pasien yang berisiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. Kaji keadaan kulit secara teraturKaji status mobilitas pasien.Minimalkan terjadinya tekanan.Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan (friction) dan tenaga yang merobek (shear).Kaji kemungkinan adanya inkontinensiaKaji status nutrisi pasien.Kaji dan monitor luka tekan pada setiap penggantian balutan luka dekubitusKajilah faktor yang menunda status penyembuhanEvaluasi penyembuhan luka dekubitusKaji komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan seperti abses, osteomielitis, bakteremia, fistula.Berikan health education berupa penyebab dan faktor resiko ulkus dekubitus dan cara cara untuk meminimalkannya.

  • Angka kejadian dekubitus di ruang CICU mulai dari bulan Januari hingga Mei 2013 tercatat ada 5 pasien, dan selama tanggal 18 Juni hingga 3 Juli 2013 terdapat 2 pasien mengalami dekubitus.

    Pasien yang mengalami dekubitus rata rata pasien postop Coronary Artery Bypass Gaffting (CABG), dikarenakan pada pasien dengan postop CABG mengalami keterbatasan dalam mobilisasi. Sehingga posisi tidur pasien selalu telentang.

    Matras yang digunakan sebenarnya sudah menggunakan air mattrees, namun lapisan yang digunakan masih terlalu keras, sehingga dapat meningkatkan tekanan. Selain itu perlak dan laken pada pasien juga sering terlipat atau tidak rapi, sehingga juga berdampak pada mudahnya terjadi lecet lecet pada kulit.

  • Di ruang CICU sebenarnya sudah ada format pengkajian risiko dekubitus dengan menggunakan skala Braden. Namun pengkajian hanya diisi perawat saat pasien masuk ruang CICU, dan itu tidak pada semua pasien. Selain itu, juga terdapat tim khusus yang menangani masalah infeksi, khususnya infeksi nosokomial yaitu IPCN (Infection Patient Control Nurse).

    Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien risiko dekubitus ialah dengan memobilisasi/memiringkan ke kiri dan kanan secara periodik sesuai dengan toleransi/kondisi pasien. Jika kondisi pasien memungkinkan, maka dilakukan miring kiri dan kanan

  • . Di CICU belum ada SAK pasien dengan resiko kejadian dekubitus dan SOP perubahan posisi pada pasien dengan masalah kardiovaskuler, terutama pasien postop CABG.

    Monitoring terhadap perkembangan risiko dekubitus atau derajat dekubitus juga belum dilakukan dengan pendokumentasian yang jelas dengan format yang jelas pula. Sehingga dapat dipantau perkembangannya dari waktu ke waktu. P

    penelitian mengenai pencegahan dekubitus juga belum dilakukan di CICU. Dengan adanya penelitian tentang pencegahan ulkus dekubitus ini diharapkan mampu memberikan suatu metode yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah dekubitus ini.

  • Untuk menentukan tingkat risiko kejadian dekubitus ini, kita menggunakan matrix grading. Karena angka kejadian atau frekuensi dekubitus ini lebih dari 5 kali dan belum sampai pada tiap minggu dalam sebulan, maka dapat dikategorikan sering.

    Tingkat resiko pada kejadian dekubitus adalah kejadian resiko tinggi. Maka penanganannya adalah perlu dilakukan root cause analysis (RCA) dengan pengkajian detail dan membutuhkan tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen.

  • SAK dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko dekubitus perlu disusun dan diterapkan dengan baik. Sehingga dapat menekan semaksimal mungkin kejadian dekubitus.

    Selain itu perlu penyusunan SOP mobilisasi atau pengaturan posisi pada pasien tirah baring dengan masalah kardiovaskuler seperti pada pasien postop CABG dan post pemasangan TPM.

  • Pendokumentasian perkembangan grade dekubitus juga perlu dilakukan dari hari ke hari, sehingga perlu format pencatatan tersendiri. Dengan demikian dapat terekam dan tergambar perkembangan perbaikan ataupun perburukan dari luka dekubitus pasien.

    Pendokumentasian perkembangan grade dekubitus juga perlu dilakukan dari hari ke hari, sehingga perlu format pencatatan tersendiri. Dengan demikian dapat terekam dan tergambar perkembangan perbaikan ataupun perburukan dari luka dekubitus pasien.

  • 2. HAPPneumonia nosokomial merupakan penyebab kematian yang paling fatal dan paling sering di ICU

    Pneumonia nosokomial atau yang sering disebut jugahospital acquired pneumonia(HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.3Istilah ventilator terkait pneumonia atau ventilator acquired pneumonia (VAP) sering digunakan secara sinonim namun pada kenyataannya hal tersebut berbeda.

  • Hasil pelaporan IPCN , selama bulan Januari sampai Mei 2013 terdapat 2 pasien yang mengalami pneumonia nosokomial dengan jumlah tirah baring 30 pasien, selama dirawat diruang CICU kejadian tersebut terjadi pada bulan Mei.

    Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, di CICU belum terdapat format pengkajian resiko kejadian pneumonia nosokomial.

    Berdasarkan wawancara perawat apabila terdapat pasien dengan pneumonia nosokomial, asuhan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan langsung kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kultur darah dan sputum untuk menentukan terapi antibiotik.

    Belum terdapat SAK pasien dengan resiko pneumonia nosokomial dan SPO penatalaksanaan pneumonia nosokomial pada pasien dengan masalah kardiovaskuler.

  • Pneumonia nosokomial yang terjadi pada pasien dapat menyebabkan masalah bagi pasien, yaitu menurunkan kualitas hidup akibat masalah sistem pernafasan yang akan terjadi, terjadi infeksi lanjut, sepsis, syok, disfungsi organ dan gagal nafas

    Frekuensi kejadian pneumonia nosokomial bulan Januari sampai Mei 2013 adalah 2 kejadian, termasuk dalam kategori sering / likely.

  • Tingkat resiko pada kejadian pneumonia nosokomial adalah kejadian resiko tinggi. Maka penanganannya adalah perlu dilakukan root cause analysis (RCA) dengan pengkajian detail dan membutuhkan tindakan segera serta membutuhkan perhatian top manajemen.

    pemecahan masalah. Untuk memudahkan perawat dalam mengidentifikasi kejadian ini adalah dengan cara membuat instrumen pengkajian pneumonia nosokomial di rekam medis pasien. Setiap pasien yang masuk perlu dikaji resiko kejadian pneumonia nosokomial.

  • Mempertahankan kebersihan kamar dan lingkungan di ruang CICU karena salah satu faktor resiko pneumonia nosokomial adalah kebersihan lingkungan.

    , perlu adanya SAK dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan resiko pneumonia nosokomial.

    Membuat SPO penatalaksanaan pasien dengan masalah kardiovaskuler. Pada pasien yang telah yang telah mengalami pneumonia nosokomial format pencatatan perkembangan pemeriksaan sputum atau darah dari hari ke hari, sehingga tergambar perkembangan perbaikan ataupun perburukan pneumonia nosokomial.

  • Penelitian klinis merupakan salah satu indikator klinis dari indicator mutu RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung. Penelitian mengenai pencegahan pneumonia nosokomial pada pasien dengan masalah kardivaskuler, khususnya pada pasien yang mendapat alat bantu pernafasan.

  • Kesimpulan Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah kejadian dekubitus dan HAP ini.

    Sehingga di ruang CICU dibentuk tim yang bertugas untuk mengendalikan infeksi nosokomial, yaitu Infection Patient Control Nurse (IPCN). belum adanya SAK pencegahan dekubitus maupun SOP mobilisasi pada pasien postop kardiovaskuler seperti CABG. Demikian juga dengan penelitian terkait pencegahan dekubitus di ruang CICU belum ada. Oleh karena itu perlu penyusunan SAK perawatan dekubitus dan SOP mobilisasi pasien postop kardiovaskuler seperti CABG, menggalakkan penelitian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan evidence based yang efektif dan efisien dalam menceegah terjadinya dekubitus maupun HAP.

  • SARANMencegah kejadian dekubitus dengan cara melakukan pengkajian ke semua pasien yang masuk CICU dan menempatkan skala pengkajian resiko dekubitus tersebut ke rekam medis pasien, melakukan pengkajian secara berkala terhadap perkembangan dekubitus dari waktu ke waktu dalam format pengkajian tersendiri untuk dijadikan dokumentasi, membuat SAK pada pasien dengan resiko dekubitus, membuat SPO mobilisasi pasien postop kardiovaskuler seperti CABG, dan melakukan penelitian mengenai pencegahan dekubitus pada pasien dengan masalah kardiovaskuler.

    Melakukan penanganan HAP dengan cara membuat SPO penanganan HAP pada pasien dengan tirah baring lama dan melakukan penelitian mengenai teknik penanganan HAP di ruang CICU.

  • TERIMA KASIH