tanggapan dan analisis atas juknis uji petik

35
HASIL REVIU ATAS PETUNJUK TEKNIS REVIU SISTEM PENGENDALIAN MUTU KINERJA PEMERIKSAAN JENIS PEMERIKSAAN KEUANGAN Imam coy 05022010 No. Perihal Masukan Analisa Hasil/ Kesimpulan Bab/Par. Uraian Ref. Uraian 1. Bab II Par 07 Tingkat materialitas dan risiko deteksi; Secara umum, Prolog jangan ini. Karena sudah menyimpulkan. Bisa misalkan menjelaskan hubungan antara proses audit dengan sampel, tapi tidak menyebut banyak/sedikit 2. Par 12 poin 1 Pembahasaan Kalau bisa diperbaiki

Upload: affar-ajah

Post on 21-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

HASIL REVIU

ATAS PETUNJUK TEKNIS REVIU SISTEM PENGENDALIAN MUTU KINERJA PEMERIKSAAN

JENIS PEMERIKSAAN KEUANGAN

Imam coy 05022010

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

1. Bab II

Par 07

Tingkat materialitas dan risiko deteksi; Secara umum,

Prolog jangan ini. Karena sudah menyimpulkan.

Bisa misalkan menjelaskan hubungan antara proses audit dengan sampel, tapi tidak menyebut banyak/sedikit

2. Par 12 poin 1 Pembahasaan Kalau bisa diperbaiki bahasanya

3. Par 12 poin 2 Kalau bisa diperbaiki bahasanya

Page 2: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

4. Par 12 poin 3 Populasi merupakan seluruh data yang ingin digeneralisir oleh pemeriksa

Definisinya menjadi sircular reference (berputar).

5. Par 12 poin 4 Dalam tahap ini jumlah ukuran sampel ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Hasil pengujian pengendalian akan memperngaruhi pengujian selanjutnya

Definisi mungkin kurang jelas.

6. Par 13 perencanaan sampel ini merupakan bagian pada tahap perencanaan pemeriksaan

Bukankan perencanaan sampel sesudah pemahaman pengendalian dan sesudah pengujian pengendalian?Jadi bukan di perencanaan pemeriksaan

7. Par 14 Pada tahap ini, pemeriksa harus mempertimbangkan bagaimana sampel akan dipilih sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili populasi dan

Bahasa mohon diperbaiki

Page 3: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

setiap anggota populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Setelah sampel yang mewakili populasi terpilih dilakukan pengujian terhadap unsur-unsur yang terpilih sebagai sampel tersebut

8. Bahasa mohon diperbaiki

9. Par 15 Dalam pelaksanaan, pemeriksa harus menentukan teknik pemilihan sampel yang akan dilakukan, misalnya random sampling atau stratified sampling.

Apakah random dan stratified ada paragraf sendiri yang mengatur?

10. Bahasanya perlu diperbaiki

11. Apakah resiko uji petik dan aspek kualitatif tidak

MR. H.MAKMUN FUAD, 05/02/10,
Apakah random dan stratified ada paragraf sendiri yang mengatur?
Page 4: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

sebaiknya pada paragraf dan sub bab tersendiri yang relevan?

12.

13. Secara umum bahasa perlu diperbaiki. Agarlebih diringkas. Contoh-contoh kalau tidak sangat relevan agar dihindari. Yang mungkin lebih perlu dijelaskan hubungan: Prosedur-bukti-jumlah sampel

14.

15. Hapus

16.

17. sebutkan pertimbangannya

18.

19. ganti: “dapat digunakan jika”

20.

Page 5: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

21. hapus

22. hapus

23. Apakah penentuan jumlah sampel bukan berdasar statistik atau non statistik, tetapi pada tingkat resiko?

24. persyaratannya kalo bisa jangan pada petimbangan profesional dan jumlah pemeriksaan.

25. Kalau bisa lebih ke teknis, seperti kesulitan penerapan uji statistik

26. hapus

27. Kalau bisa dihapus, ganti “Metode uji petik meliputi:…”

28. Kalau bisa hapus saja

29. hapus

30. Bagaimana kalau hapus saja

31. definisi sebaiknya jangan menyebut fungsi, tetapi

Page 6: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

karakter dasar

32. hapus

33. bahasanya mohon diubah

34. NA

35. Nanti harus dijelaskan

36. Bagaimana kalau ini dihapus saja?

37. Pernyataan ini mungkin kurang tepat

38. Pernyataan ini mungkin juga kurang tepat

39. agar disedrhanakan bahasanya

40. Apakah bahasa bisa diperbaiki?

41. Bahasa mohon diperbaiki

42. Bahasa mohon diperbaiki

43. Ini mungkin jadi definisi mengganti kalimat sebelumnya

Page 7: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

44. Definisi blok mungkin perlu disisipkan

45. Definisi perlu doubah bahasanya

46. Mohon diperbaiki bahasanya

47. Sebaiknya dihapus saja

48. Perlu dikaitkan dengan pengendalian. Atau cukup 03 saja?

49. Mungkin perlu juga pendefinisian atribute

50. Apakah tidak sebaiknya tidak usah dipisah antara perencaaan dan pelaksanaaan? Juga evaluasi dan dokumentasi

51. Contohnya mungkin bisa lebih teknis, atau mungkin dihilangkan saja

52. Apakah prosedur ini tidak termasuk di dalam pemahaman pengendalian, bukan pengujian pengendalian?

Page 8: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

53. Apakah benar pemilihan statistic dan non statistic dipengaruhi oleh ukuran populasi?

54. Apakah benar pemilihan statistic dan non statistic dipengaruhi oleh karakter populasi?

55. Perlu dijelaskan

56. Bahasanya mungkin perlu diubah aebagai bahasa peraturan

57. Perlu ada panduan tentang besaran resiko pengendalian dan uji petik

58. Di juknis iniperlu ditetapkan panduan tentang TER, kalau kondisi demikian, TER adalah sekian dsb.

59. NA

60. Di juknis iniperlu ditetapkan panduan tentang expected error, kalau kondisi demikian, expected error sekian dan

Page 9: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

sampel sekian dsb.

61. Sebaiknya hapus

62. Mungkin perlu dihapus. Tidak ada substansi baru dalam paragraf ini. SUbstansinya di 19.

63. Bagaimana kalau dihapus?

64. Kalimat ini tidak perlu

65.

66. Bagaimana kalau ini menjelaskan fungsi evaluasi sampel?

67.

68. Bagaimana kalau ini menjelaskan secara teknis cara mengevaluasi sampel?

69. Bagaimana kalau ini menjelaskan secara teknis cara mengevaluasi sampel?

70. Ini harus memperjelas 21, 22,23. TER di 24 ini agar jangan berdiri sendiri,

Page 10: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

No.Perihal Masukan

Analisa Hasil/KesimpulanBab/Par. Uraian Ref. Uraian

tanpa hubungan dengan 21, 22,23

71. Sama dengan komentar untuk 24

72. Sampai dengan ini, belum kelihatan bagaimana cara mengevaluasi sampel secara integratif

73. Selain ini apa tidak perlu paragraf tentang tahapan2

74. bahasa agar disederhanakan atau malah dihapus saja

75. Mungkin kalimat ini dihapuskan saja

76. Mungkin dihapus saja

77. Bagaimana kalau dihapuskan

78. Komenta sama dengan untuk pengujian pengendalian

BAB IIGAMBARAN UMUMUJI PETIK PEMERIKSAAN

Page 11: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

07. Tingkat materialitas dan risiko deteksi; Secara umum, jika kita mengharapkan untuk risiko deteksi turun (pada kondisi normal) pemeriksa seharusnya akan berusaha memperoleh bukti pemeriksaan yang meyakinkan melalui pengujian substantif luas (sampel banyak) dengan asumsi tingkat materialitas konstan (lihat gambar a). Jika pemeriksa mengurangi tingkat materialitasnya (ditetapkan risiko deteksi konstan), maka lebih banyak bukti pemeriksaan yang harus diperoleh (lihat gambar b). Jika pemeriksa menaikkan risiko deteksi karena bukti awal yang diperoleh risiko inheren rendah dan sistem pengendalian internalnya efektif (ditetapkan tingkat materialitas konstan), maka lebih sedikit bukti pemeriksaan yang harus diperoleh (lihat gambar c).

C. Lingkup Kegiatan dalam Uji Petik Pemeriksaan11. Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan baik dalam pelaksanaan uji petik dengan menggunakan pendekatan statistik

maupun non statistik terdiri dari:1. Perencanaan;2. Pelaksanaan;3. Evaluasi dan dokumentasi hasil uji petik.

12. Tahap Perencanaan1. Menentukan tujuan pengujian

Pemeriksa harus menetapkan tujuan pengujian atau asersi yang akan dilakukan. Asersi akan menentukan pengujian apakah pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Pengelompokan ini diperlukan pula untuk menetapkan jenis pendekatan uji petik apa yang akan digunakan (misalnya jika menggunakan uji petik staistik, apakah atribut atau variabel). Misalnya untuk asersi keberadaan melalui pengujian substantif atas aset tetap kendaraan bermotor, pemeriksa harus melakukan observasi langsung dengan cek fisik kendaraan bermotor untuk menghasilkan bukti fisik.

2. Menentukan prosedur pemeriksaan yang tepatPemeriksa harus memilih prosedur Pemeriksaan yang tepat untuk tujuan pengujian dan asersi yang diuji. Contoh: misal tujuan pengujian pengendalian untuk mengetahui hak dan kewajiban asset kendaraan bermotor sudah memadai, pemeriksa dapat memutuskan untuk menggunakan prosedur pemeriksaan inspeksi atas dokumen surat-suratnya dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpanannya. Pada saat inspeksi tersebut akan diketahui apakah terdapat devíasi (penyimpangan) dari kondisi yang ditetapkan. Contoh: kendaraan bermotor tersebut ternyata tidak mempunyai tidak ada surat-suratnya, berarti ada deviasi atas pengendalian atas hak-dan kewajiban aset tersebut dari yang seharusnya.

3. Pendefinisian populasi dan unit uji petikPopulasi merupakan seluruh data yang ingin digeneralisir oleh pemeriksa. Sedangkan unit uji petik merupakan unsur atau elemen didalam populasi, baik itu dokumen, transaksi ataupun item item yang memiliki karakteristik yang akan diukur oleh pemeriksa untuk membuat estimasi mengenai karakteristik seluruh populasi. Berarti berkaitan dengan tujuan menguji keberadaan kendaraan bermotor, maka populasinya merupakan seluruh kendaraan bermotor pada akun aset tetap, sedangkan unit uji petiknya bisa berupa kendaraan roda empat dan roda dua.

4. Penentuan ukuran sampelDalam tahap ini jumlah ukuran sampel ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Hasil pengujian pengendalian akan memperngaruhi pengujian selanjutnya. Contoh: ketika hasil pengujian pengendalian ternyata kendaraan roda empat tidak memiliki garasi sendiri dan tidak dilengkapi surat kepemilikan maka pengujian substantif atas kendaraan harus

MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Definisi mungkin kurang jelas.
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Definisinya menjadi sircular reference (berputar).
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Kalau bisa diperbaiki bahasanya
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Kalau bisa diperbaiki bahasanya
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Prolog jangan ini. Karena sudah menyimpulkan. Bisa misalkan menjelaskan hubungan antara proses audit dengan sampel, tapi tidak menyebut banyak/sedikit
Page 12: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

diperbanyak untuk bisa menjawab kecukupan bukti kesimpulan bahwa keberadaan kendaraan roda empat tidak bisa diyakini kebenarannya.

13. Dalam metodologi pemeriksaan keuangan, perencanaan sampel ini merupakan bagian pada tahap perencanaan pemeriksaan,

sehingga perlu didokumentasikan dalam program pemeriksaan. Kecuali untuk metode uji petik yang penentuan ukuran sampelnya memerlukan jumlah unsur maupun nilai populasi, maka penentuan ukuran sampel akan masuk dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan, karena jumlah unsur maupun nilai populasi baru dapat diketahui pada saat pemeriksaan berjalan.

14. Tahap Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan PengujianPada tahap ini, pemeriksa harus mempertimbangkan bagaimana sampel akan dipilih sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili populasi dan setiap anggota populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Setelah sampel yang mewakili populasi terpilih dilakukan pengujian terhadap unsur-unsur yang terpilih sebagai sampel tersebut.

15. Dalam pelaksanaan, pemeriksa harus menentukan teknik pemilihan sampel yang akan dilakukan, misalnya random sampling atau stratified sampling. Keputusan pemeriksa untuk menentukan teknik pengambilan sampel tertentu akan tergantung pada kondisi populasinya. Jika sudah melihat populasi kendaraan bermotor dan bisa dikelompokkan lagi menjdai roda empat jenis sedan atau jenis mobil niaga, maka pemeriksa harus menentukan teknik pemilihan sampelnya, apakah masing-masing kelompok diambil wakilnya (stratifes sampling) atau random terhadap seluruh kendaraan bermotor yang berada dikantor pusat saja. (teknik pengambilan sampel, secara rinci akan dibahas pada bagian berikutnya pada bab ini).

16. Tahap pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian serta tahap evaluasi merupakan bagian dari tahap pelaksanaan pemeriksaan, yakni dalam rangka mengumpulkan bahan bukti untuk menguji suatu asersi.

17. Tahap Evaluasi dan DokumentasiTahap evaluasi merupakan tahapan penerjemahan hasil, ekstrapolasi/proyeksi hasil, pertimbangan aspek kualitatif, sampai pengambilan kesimpulan. Ketika memproyeksikan suatu hasil pada populasi untuk menarik kesimpulan, pemeriksa perlu mempertimbangkan risiko uji petik (sampling) dan aspek kualitatif sehubungan dengan hasil uji petik, seperti apakah hasil yang diper

D. Jenis-Jenis Bukti dan Prosedur Pemeriksaan18. Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil uji petik untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan

kompeten, pemeriksa harus memahami dahulu jenis-jenis bukti pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan pada saat pekerjaan lapangan.

19. Jenis bukti-bukti pemeriksaan yang dapat dipilih oleh pemeriksa yaitu:- Bukti Analitis (Analytical Evidence)- Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence)- Konfirmasi (Confirmations)- Pernyataan Tertulis (Written Representations)- Bukti Matematis (Mathematical Evidence)- Bukti Lisan (Oral Evidence)- Bukti Fisik (Physical Evidence)

MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Apakah resiko uji petik dan aspek kualitatif tidak sebaiknya pada paragraf dan sub bab tersendiri yang relevan?
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Bahasanya perlu diperbaiki
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Apakah random dan stratified ada paragraf sendiri yang mengatur?
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Bahasa mohon diperbaiki
MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Bukankan perencanaan sampel sesudah pemahaman pengendalian dan sesudah pengujian pengendalian?Jadi bukan di perencanaan pemeriksaan
Page 13: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

- Bukti Elektronik (Electronic Evidence)20. Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh melalui perbandingan-perbandingan dan hubungan-hubungan data untuk menentukan

apakah saldo perkiraan yang ditunjukkan cukup masuk akal. Tingkat keandalan bukti analitis ini tergantung pada relevannya data yang diperbandingkan. Bukti analitis harus diperoleh pada awal pemeriksaan untuk membantu memutuskan akunakun mana yang tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga bukti dapat dikurangi, dan pada bagian mana yang harus dilakukan pemeriksaan secara lengkap dengan menambah buktinya. Dokumentasi dari bukti analitis ini biasanya berupa hasil tren antara tahun sebelum pemeriksaan dengan tahun pemeriksaan, analisis rasio antar akun, varian atau pertambahan atau pengurangan atas akun yang signifikan. Pemeriksa seharusnya memberi kesimpulan atas hasil prosedur analitis sebagai hasil pertimbangan profesionalnya.

21. Bukti dokumentasi diartikan sebagai dokumendokumen dan catatan-catatan entitas terperiksa, yang bisa memperkuat informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, misalnya notulen rapat dewan komisaris, perjanjian leasing, bermacam-macam kontrak, dan rekening koran. Dokumen-dokumen yang berasal dari pihak intern maupun pihak ekstern disimpan dalam file entitas dan akan diberikan kepada auditor atas permintaan pemeriksaan oleh auditor tersebut. Penentuan utama apakah auditor dapat menerima suatu dokumen sebagai bukti yang dapat diandalkan adalah apakah dokumen tersebut berasal dari eksternal manpun internal. Bila dokumen berasal dari internal,apakah dokumen tersebut didibuat dan diproses dalam kondisi struktur internal control yang baik. Jika kondisi struktur internal control yang lemah, maka dokumen tersebut tidak dapat sebagai bukti yang dapat diandalkan.

22. Konfirmasi termasuk bukti dokumentasi yang melibatkan jawaban langsung secara tertulis oleh pihak ke tiga atas pennintaan khusus berdasarkan fakta-fakta yang sesugguhnya. Konfirmasi yang diperoleh secara langsung oleh auditor dari pihak ke tiga yang independen, umumnya memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi. Akan tetapi biaya konfirmasi ini relatif cukup mahal dan kurang menyenangkan bagi pihak-pihak yang diminta. Oleh karena itu konfirmasi ini tidak dilakukan pada setiap kesempatan.

23. Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang ditanda tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya.

24. Bukti matematis berasal dari penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam perhitungan matematis. Bukti matematis yang berasal dari auditor dapat diandalkan, biayanya relatif lebih murah, dan dapat dijadikan dasar bagi auditor dalam mengambil kesimpulan tentang penegasan mengenai penilaian ataupun pengalokasian.

25. Bukti lisan diperoleh selama pemeriksaan, yaitu ketika auditor menerima jawaban untuk berbagai pertanyaan yang dikemukannya kepada pegawai klien. Bukti lisan ini tidak dapat sangat diandalkan dengan sendirinya. Nilainya banyak tergantung kepada pengarahan anditor dalam mendapatkan bukti-bukti tersebut. Apabila bukti lisan memegang peranan penting dalam keputusan, sumber, sifat, dan tanggal diperolehnya bukti tersebut harus didokumentasikan pada kertas kerja auditor. Jika diperoleh dari pihak manajemen, auditor dapat meminta bukti lisan tersebut diperkuat dalam tulisan berupa surat pernyataan manajemen.

Page 14: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

26. Bukti fisik diperoleh dari pemeriksaan fisik atan penyelidikan terhadap aktiva yang berwujud. Bukti ini Bering dikaitkan dengan persediaan dan kas, tetapi juga dapat dilakukan untuk pemeriksaan surat-surat berharga, wesel tagih dan aktiva berwujud lainnya. Misalnya, auditor akan memperoleh informasi langsung mengenai keberadaan penerimaan kas yang belum didepositokan, persediaan, dan unsur-unsur aktiva tetap dengan cara pengujian dan pemeriksaan. Bukti fisik dapat juga membantu dalam menentukan kualitas atau kondisi aktiva yang berhubungan dengan penegasan penilaian atan pengalokasian.

27. Bukti elektronik merupakan istilah yang dimaksudkan untuk informasi yang dihasilkan oleh alat elektronik yang digunakan oleh auditor sebagai dasar memberikan pendapat tentang penegasan. Dalam istilah ini termasuk antara lain penggunaan komputer, scannner, sensors, magnetic media, dan alat-alat elektronik lainnya yang berkaitan dengan penciptaan, manipulasi, transmisi dan penerimaan data elektronis. Walaupun akhir-akhir ini sistem pemerosesan data elektronik telah secara luas digunakan dalam akuntansi, auditor tetap mempercayakan sebagian besar kemampuan system menghasilkan bukti dalam format tradisional seperti dokumen cetak, jurnal, buku besar dan laporan lain yang dihasilkan oleh komputer.

28. Prosedur pemeriksaan dalam pemeriksaan Keuangan mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemeriksa dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti pemeriksaan. Ada beberapa jenis prosedur pemeriksaan antara lain: - analitical procedures,- tracing,- inspecting,- vouching,- confirming,- observing,- inquiring,- counting,- reperforming, dan- computer-assisted audit techniques.

29. Analytical procedure terdiri dari studi dan perbandingan hubungan-hubungan antara data. Prosedur ini termasuk perhitungan-perhitungan dan penggunaan ratio sederhana, analisa vertikal atau item-item yang sejenis, perbandingan jumlah dengan data historis stau budget. Analytical procedures ini akan menghasilkan bukti analitis.

30. Inspecting melibatkan penelitian secara cermat terhadap dokumen dan catatan-catatan, serta pemeriksaan fisik terhadap sumber-sumber yang berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam pemeriksaan. Penyelidikan terhadap dokumen menyediakan suatu alat untuk mengevaluasi bukti dokumentasi. Jadi melalui inspeksi ini auditor dapat menaksir keaslian dokumen, atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang mungkin dilakukan.

31. Confirming adalah bentuk prosedur pemeriksaan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak luar yang independen. Dalam kasus ,yang biasa, klien membuat permohonan kepada pihak luar secara tertulis, tetapi untuk tujuan pengawasan, jawabannya dikirim langsung kepada auditor. Prosedur pemeriksaan ini menghasilkan bukti konfirmasi.

32. Inquiring melibatkan pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dibuat secara intern kepada manajemen atau pegawai klien, seperti pertanyaan tentang persediaan yang using atau kemungkinan dapat ditagihnya

Page 15: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

piutang, atau secara eksternal menanyakan kepada pengacara yang berkaitan dengan kemungkinan hasil perkara. Pertanyaan ini menghasilkan baik bukti lisan maupun tulisan.

33. Counting (perhitungan) biasanya dilakukan melalui (1) perhitungan fisik aktiva berwujud seperti jumlah kas atau persediaan yang ada di perusahaan, dan (2) perhitungan untuk dokumen yang diberi nomor sebelumnya Yang pertama menyediakan alat untuk menilai bukti fisik dari jumlah yang ada. Yang kedua bisa ditinjau sebagai penyediaan alat untuk mengevaluasi bukti dokumentasi dari kelengkapan catatan akuntansi.

34. Tracing dilakukan auditor untuk (1) memilih dokumen yang dibuat ketika transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa infonnasi yang terdapat dalam dokumen itu telah dicatat secara wajar d.aJam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian ini adalah dari dokumen ke catatan akuntansi. Karena prosedur ini memberi keyakinan dari bukti asli sampai akhirnya dimasukkan ke dalam perkiraan, maka prosedur ini terutama sangat bermanfaat untuk mendeteksi catatan akuntansi yang kerendahan. Jadi prosedur ini penting untuk mendapatkan bukti yang berhubungan dengan penegasan untuk kelengkapan. Trasir berhubungan terutama dengan bukti dokumentasi.

35. Vouching meliputi (1) memilih catatan yang ada pada catatan akuntansi, dan (2) memperoleh dan menyelidiki dokumen yang mendasari catatan tersebut untuk menentukan keabsahan dan ketelitian transaksi yang dicatat. Dengan vouching, arab pengujian berlawanan dengan tracing. Vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi catatan akuntansi yang ketinggian (overstatement). Jadi, prosedur ini penting penting untuk memperoleh bukti sehubungan dengan penegasan terhadap keberadaan atan kejadian (existence or occurrence).

36. Observing (pengamatan) berhubungan dengan memperhatikan akan menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan alan proses. Kegiatan tersebut bisa merupakan proses yang rutin dari suatu jenis transaksi seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu anditor mungkin juga mengamati ketelitian pegawai dalam pelaksanaan persediaan fisik persediaan tahunan. Jadi dalam hal ini auditor hanya mengamati proses perhitungan fisik persediaan. Berbeda halnya dengan inspecting, auditor melakukan inspeksi atan memeriksa unsur-unsur persediaan tertentu untuk membuat penaksiran sendiri mengenai kondisi persediaan tersebut. Dari prosedur ini auditor mendapatkan sendiri pengetahuan secara langsung mengenai kegiatan perusahaan dalam bentuk bukti fisik

37. Reperforming yaitu prosedur yang diterapkan paling sering adalah melakukan kembali perhitungan, dan rekonsiliasi yang telah dibuat oleh klien. Misalnya termasuk penghitungan kembali terhadap jumlah, biaya penyusutan, bunga, dan lain sebagainya. Prosedur ini menghasilkan bukti matematis.

38. Computer-assisted audit techniques diperlukan apabila catatan akuntansi klien menggunakan media elektronik, untuk membantu dalam pelaksanaan beberapa prosedur yang telah dibicarakan sebelumnya. Misalnya, Auditor dapat menggunakan software untuk melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan pada prosedur analitis, memilih sampel piutang untuk konfirmasi, melaksanakan penghitungan kembali berbagai macam perhitungan.

39. Tabel prosedur pemeriksaan dan jenis bukti yang dihasilkan:

E. Pendekatan Uji Petik Pemeriksaan40. Pemeriksa perlu memahami pendekatan uji petik dalam mempertimbangkan biaya dan efektifitas secara relative dalam situasi

tertentu. Ada dua pendekatan umum dalam uji petik pemeriksaan yaitu: (1) uji petik statistik dan (2) uji petik non-statistik.

MR. H.MAKMUN FUAD, 29/01/10,
Secara umum bahasa perlu diperbaiki. Agarlebih diringkas. Contoh-contoh kalau tidak sangat relevan agar dihindari. Yang mungkin lebih perlu dijelaskan hubungan: Prosedur-bukti-jumlah sampel
Page 16: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

Pendekatan statistik maupun nonstatistik memerlukan pertimbangan professional pemeriksa dalam perencanaan, pemilihan dan evaluasi hasil sampel serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Pendekatan statistik atau nonstatistik yang diterapkan harus dapat menghasilkan bukti audit yang cukup dan didokumentasikan di dalam kertas kerja pemeriksaan.

41. Uji petik statistik adalah pendekatan uji petik yang menggunakan matematika sebagai sarana untuk menentukan perencanaan, pemilihan, dan evaluasi sampel. Sedangkan uji petik non statistik merupakan pendekatan pemeriksa dalam memilih sampel dan menilai hasil pemeriksaan sampel berdasarkan pertimbangan profesionalmya. 42. Penggunaan pendekatan statistik dalam uji petik memberikan beberapa keuntungan, diantaranya:• Memungkinkan pemeriksa untuk menghitung keandalan sampel dan risiko yang timbul dari pengandalan terhadap sampel

yang dipilih.• Membantu pemeriksa dalam mendesain sampel yang efisien sesuai dengan tingkat risiko yang menurut pertimbangannya

dapat diterima.• Memudahkan pemeriksa dalam membuat kesimpulan yang obyektif tentang populasi karena temuan yang diperoleh dari

sampel yang diuji dapat diproyeksikan ke populasi.43. Pendekatan non statistik masih sering digunakan oleh pemeriksa dengan pertimbangan bahwa:

• Pendekatan statistik tidak mungkin dilakukan karena karakteristik populasi atau data yang akan diuji petik.• Pendekatan non statistik lebih sederhana sehingga mudah diimplementasikan di lapangan.• Kadangkala penerapan pemilihan sampel secara random tidak praktis dan ekonomis.Penyesuaian yang diajukan oleh pemeriksa merupakan hasil analisis kualitatif atas hasil yang diperoleh dari sampel yang diuji sehingga tingginya tingkat keakuratan dari estimasi statistik seringkali tidak diperlukan.

44. Kondisi yang menyebabkan pemeriksa tidak memungkinkan melakukan uji petik statistik antara lain: • Populasi dokumen sumber sangat besar dan tidak memiliki nomor yang dapat diidentifikasi.• Biaya yang dikeluarkan pemeriksa untuk melakukan uji petik dengan pendekatan statistik terlalu besar, sehingga tidak

sebanding dengan manfaat yang diperoleh pemeriksa dalam pengambilan sampel.45. Uji petik non statistik sangat membutuhkan pertimbangan profesional pemeriksa yang tinggi, sehingga pendekatan tersebut

disarankan hanya untuk pemeriksa yang telah memiliki pengalaman Pemeriksaan yang cukup memadai untuk melakukannya. Pemeriksa dinilai memiliki pengalaman pemeriksaan yang cukup memadai jika pemeriksa tersebut paling tidak telah melakukan lebih dari tiga kali melakukan Pemeriksaan pada entitas atau obyek yang sejenis.

46. Pertimbangan pemeriksa terhadap pemilihan suatu metode uji petik harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan.F. Metode Uji Petik Statistik47. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, uji petik pemeriksaan dengan menggunakan pendekatan statistic mempunyai berbagai

kelebihan, terutama dalam hal kemampuan pendekatan ini dalam penarikan kesimpulan terhadap populasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu metode uji petik pemeriksaan yang akan dijelaskan di dalam juknis ini adalah metode-metode uji petik dengan pendekatan statistik. metode uji petik ini meliputi: Attribute Sampling, Variabel Sampling dan Monetary Unit Sampling (MUS).

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Kalau bisa dihapus, ganti “Metode uji petik meliputi:…”
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
hapus
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
persyaratannya kalo bisa jangan pada petimbangan profesional dan jumlah pemeriksaan. Kalau bisa lebih ke teknis, seperti kesulitan penerapan uji statistik
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Apakah penentuan jumlah sampel bukan berdasar statistik atau non statistik, tetapi pada tingkat resiko?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
hapus
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
hapus
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
ganti: “dapat digunakan jika”
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
sebutkan pertimbangannya
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
hapus
Page 17: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

48. Ketiga metode uji petik ini mempunyai karakteristik khusus sehingga hanya sesuai apabila digunakan untuk jenis pengujian/tujuan pemeriksaan tertentu. Secara ringkas, penggunaan ketiga metode uji petik ini dapat dilihat pada tabel berikut:No. Metode Uji Petik Jenis Pengujian1. Atribut Pengujian Pengendalian2. Variabel Pengujian Substantif3. Satuan Mata Uang Pengujian Substantif

49. Uji petik atribut merupakan metode uji petik statistik yang dapat digunakan untuk menguji karakteristik kualitatif suatu sampel. Oleh karena itu, uji petik atribut biasanya dapat diterapkan pada pengujian pengendalian. Contoh: Pengujian pengendalian untuk mengetahui apakah seluruh surat perintah membayar (SPM) telah diotorisasi. Contoh penerapan uji petik atribut akan diuraikan pada Lampiran A.

50. Uji petik variabel merupakan suatu metode statistik yang digunakan untuk mengestimasikan jumlah moneter atau kuantitas lainnya. Oleh karena itu, metode uji petik ini biasanya digunakan dalam melakukan pengujian substantif, seperti pengujian terhadap kewajaran saldo piutang. Contoh penerapan uji petik variabel akan diuraikan pada Lampiran B.

51. Metode uji petik satuan mata uang merupakan metode uji petik yang dapat mengambil kesimpulan tentang efektivitas pengendalian intern, sekaligus mengambil kesimpulan tentang jumlah nilai salah saji di dalam populasi. Sehingga dapat dikatakan metode ini merupakan perpaduan antara uji petik atribut dan uji petik variabel dan dapat digunakan baik untuk pengujian pengendalian maupun pengujian substantif atas saldo. Namun dalam petunjuk teknis ini metode uji petik satuan mata uang disarankan hanya digunakan untuk pengujian substantif atas saldo, karena seperti dijelaskan dalam bagian berikutnya bahwa uji petik satuan mata uang digunakan jika populasi melibatkan nominal yang besar. Contoh penerapan uji petik satuan mata uang akan diuraikan pada Lampiran C.

52. Asumsi dasar yang harus terpenuhi bila akan menggunakan uji petik satuan mata uang adalah:1). Tingkat salah saji dalam populasi maksimal 10%, dan populasi harus terdiri dari minimal 2000 unsur.2). Nilai salah saji setiap unsur tidak dapat lebih besar daripada nilai buku unsur tersebut.

G. Teknik Pemilihan Sampel53. Pada dasarnya terdapat dua jenis teknik pemilihan sampel, yaitu (1) teknik pemilihan sampel secara probabilistik dan (2) teknik

pemilihan sampel secara nonprobabilistik.54. Teknik pemilihan sampel secara probabilistic merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik pemilihan sampel probabilistik memungkinkanpemeriksa untuk memperhitungkan risiko sampling.Teknik ini terdiri dari: (1) Simple random sampling, (2)Probability Proportional to Size (PPS) Sample dan (3)Stratified selection.

55. Simple random sampling merupakan teknik pemilihan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknikini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Contohnya, jika pemeriksa ingin mengambil sampel transaksi pengeluaran kas selama satu tahun yang terdiri dari 12.000 transaksi, masing-masing transaksi harus mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih angka acak mulai 1 s.d 12.000. Bila angka yang terpilih adalah 1234, maka transaksi ke-1234 akan terpilih menjadi sample dan akan diuji dengan

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Nanti harus dijelaskan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
harus dikaitkan dengan definisi.Asumsi ini apakah sudah berdasarkan uji empiris, sehingga akan dipakai ?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
bahasanya mohon diubah
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
hapus
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
definisi sebaiknya jangan menyebut fungsi, tetapi karakter dasar
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau hapus saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
hapus
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Kalau bisa hapus saja
Page 18: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

menerapkan prosedur pemeriksaan yang sesuai dengan tujuanpemeriksaan. Teknik ini biasa digunakan pada metode uji petik atribut, variabel dan satuan mata uang. Contohpenerapannya akan diuraikan pada Lampiran D.

56. Pemilihan angka acak dapat dilakukan dengan menggunakan daftar angka acak seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 2 atau dengan menggunakan program komputer (misalnya perintah Random dari Program ACL).

57. Teknik pemilihan sampel PPS sering disebut juga sebagai Monetary Unit Sampling (MUS). Pada teknik ini unsur populasi yang mempunyai nilai rupiah lebih besar mempunyai kesempatan lebih besar untuk diambil sebagai sampel. Dalam teknik MUS, suatu dokumen yang akan diuji dapat terpilih lebih dari satu kali karena yang diperhitungkan adalah nilai moneternya. Teknik ini dilakukan jika populasi memiliki unsur nominal yang besar. Selain itu teknik ini hanya sesuai untuk pengujian overstatement atas unsur-unsur moneter. Sebagai tambahan, sebelum menggunakan MUS, pemeriksa harus memastikan bahwa semua saldo yang negative telah dipisahkan dari populasi yang akan diuji petik dan menerapkan prosedur pemeriksaan yang sesuai untuk unsur yang mempunyai saldo negatif tersebut. Contoh penerapannya akan diuraikan pada Lampiran D.

58. Teknik pemilihan sampel stratifikasi (stratified selection) merupakan suatu pendekatan pendefinisian populasi untuk menghasilkan ukuran sampel yang lebih efisienyaitu dengan cara melakukan analisis yang lebih detil terhadap populasi dan membagi populasi atas tingkatantingkatan/ strata (stratify) agar menghasilkan jumlah sampel yang lebih kecil untuk investigasi.

Metode ini dilakukan jika populasi mempunyai anggota/ unsur yang tidak homogen dan dapat dibagi menjadi beberapa strata, dimana setiap strata memiliki faktor yang berbeda dibandingkan strata yang lain. Metode ini biasanya digunakan dalam metode uji petik atribut dan variabel. Contoh penerapannya akan diuraikan pada Lampiran D.

59. Teknik pemilihan sampel nonprobabililistikmerupakan teknik yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pemilihan sampel nonprobabilistik terdiri dari: (1) Profesional judgement, (2) Block Sampling dan (3) Haphazard sampling.

60. Professional judgement sampling adalah pemilihan unsure untuk dijadikan sampel dengan menggunakan pertimbangan profesional. Teknik ini dilakukan karena pada sampel yang sedikit teknik pemilihan secara statistik tidak memberikan sampel-sampel yang mewakili. Beberapa pertimbangan profesional tersebut misalnya: unsur yang kemungkinan besar mengandung kesalahan, unsur yang mengandung karakteristik populasi, dan unsur dengan nilai nominal besar.

61. Block sampling adalah pemilihan beberapa unsur secara sekaligus. Bila salah satu unsur dalam suatu blok terpilih menjadi sampel maka seluruh unsur lainnya yang berada pada blok itu akan terpilih secara otomatis untuk diuji. Metode ini dapat dilakukan tapi dengan jumlah blok yang memadai, semakin sedikit blok yang dibuat semakin besar kemungkinan untuk memperoleh sampel yang tidak representatif.

62. Haphzard Sampling adalah pemilihan unsur untuk dijadikan sampel tanpa menyadari adanya bias. Kadangkala pemeriksa memilih unsur-unsur dari suatu populasi tanpa mempertimbangkan ukuran, sumber maupun karakteristik lainnya. Kelemahan utama cara ini adalah sulitnya menentukan pos-pos sampel yang bebas dari pretensi atau tendensi pemeriksanya.

63. Meskipun dirasakan kurang logis, block sampling dan haphazard sampling tidak dapat diabaikan. Pada beberapa kasus, manfaat yang diperoleh dari pemilihan sampel yang kompleks mungkin tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan

BAB IIIUJI PETIK DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Sebaiknya dihapus saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Mohon diperbaiki bahasanya
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Definisi perlu doubah bahasanya
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Definisi blok mungkin perlu disisipkan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Ini mungkin jadi definisi mengganti kalimat sebelumnya
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bahasa mohon diperbaiki
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bahasa mohon diperbaiki
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Apakah bahasa bisa diperbaiki?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
agar disedrhanakan bahasanya
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Pernyataan ini mungkin juga kurang tepat
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Pernyataan ini mungkin kurang tepat
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau ini dihapus saja?
Page 19: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

A. Tujuan Uji Petik dalam Pengujian Pengendalian01. Uji petik dalam pengujian pengendalian bertujuan untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan kompeten secara

efisien dalam rangka mengevaluasi efektifitas desain dan implementasi sistem pengendalian internal entitas.B. Lingkup Kegiatan Uji Petik Pemeriksaan dalam Pengujian Pengendalian02. Kegiatan uji petik pemeriksaan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/ dokumentasi.03. Perencanaan uji petik dalam pengujian pengendalian meliputi kegiatan: menentukan tujuan pengujian, menentukan prosedur

yang sesuai, memutuskan teknik uji petik pemeriksaan, mendefinisikan populasi dan unit sampel, serta menentukan ukuran sampel.

04. Pelaksanaan uji petik dalam pengujian pengendalian meliputi kegiatan memilih sampel yang mewakili dan melaksanakan prosedur pemeriksaan

05. Evaluasi dan dokumentasi uji petik dalam pengujian pengendalian meliputi kegiatan: mengevaluasi hasil sampel dan menyimpulkan hasil sampel serta mendokumentasikannya dalam kertas kerja pemeriksaan.

C. Perencanaan Uji Petik dalam Pengujian Pengendalian06. Dalam perencanaan uji petik pengujian pengendalian, pemeriksa harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian2) Tingkat risiko penyimpangan (deviasi) maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan3) Tingkat risiko yang dapat diterima pemeriksa atas penentuan risiko pengendalian yang terlalu rendah 4) Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi yang menjadi fokus perhatian.

1. Menentukan Tujuan Pengujian07. Dalam melakukan pengujian pengendalian, pemeriksa memahami dan menguji pengendalian-pengendalian kunci yang dapat

mempengaruhi sifat, waktu,atau luasnya pengujian substantif atas asersi laporan keuangan.08. Tujuan dari uji petik pengujian pengendalian yaitu untuk mengestimasi tingkat deviasi suatu pengendalian dari yang seharusnya

ada di dalam suatu populasi.09. Pemeriksa akan memilih sampel untuk mengestimasi tingkat deviasi dari prosedur pengendalian yang seharusnya. Berikut ini

adalah beberapa contoh tujuan uji petik dalam pengujian pengendalian:a. Mengukur tingkat deviasi dari lingkungan pengendalian atau prosedur penilaian risiko yang diharapkanb. Mengukur tingkat deviasi dari pengendalian umum komputer terkait sistem dokumentasi dan dokumentasi perubahan sistemc. Mengukur tingkat deviasi dari prosedur manual yang seharusnyad. Mengukur tingkat deviasi dari review kinerja yang seharusnyae. Mengukur tingkat deviasi dari pengendalian atas keputusan manajemen dala pelaporan Keuangan yang seharusnyaf. Mengukur tingkat deviasi dari program anti kecurangan dan pengendalian seharusnyag. Mengukur tingkat deviasi dari pemantauan kegiatan yang seharusnya.

2. Menetapkan Prosedur pemeriksaan yang dapat digunakan untuk pengujian pengendalian

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Contohnya mungkin bisa lebih teknis, atau mungkin dihilangkan saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Apakah tidak sebaiknya tidak usah dipisah antara perencaaan dan pelaksanaaan? Juga evaluasi dan dokumentasi
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Mungkin perlu juga pendefinisian atribute
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Perlu dikaitkan dengan pengendalian. Atau cukup 03 saja?
Page 20: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

10. Prosedur pemeriksaan yang digunakan dalam mengevaluasi pengendalian melalui permintaan keterangan atas bermacam-macam hal (inquiry), observasi terhadap orang-orang ketika melaksanakan tugasnya (observation), inspeksi dokumen (inspection), laporan, file elektronik, dan perhitungan kembali suatu pengendalian oleh pemeriksa (reperformance) (langkah prosedur pengujian dapat dilihat di Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI)

11. Prosedur pemeriksaan dalam pengujian pengendalian yang menggunakan uji petik adalah inspeksi dokumen (inspection) dan reperformance. Pemeriksa memerlukan uji petik dalam menguji dokumen-dokumen untuk mengevaluasi implementasi pengendalian internal yang dikaitkan dengan masing-masing atribut pengendalian seperti kelengkapan, pemisahan tugas, dan bukti otorisasi.

3. Memutuskan teknik uji petik pengujian pengendalian12. Pada tahap ini, pemeriksa memutuskan akan menggunakan pendekatan nonstatistik atau uji petik statistik. Pertimbangan

pemeriksa untuk memilih teknik uji petik yang akan digunakan adalah:a. Ukuran populasi. Jika ukuran populasi system pengendalian internal kecil, pemeriksa dapat menggunakan uji petik dengan pendekatan non statistik.b. Karakteristik populasi sistem pengendalian internal. Jika populasi tidak dapat memiliki nomor yang dapat diidentifikasi, maka pemeriksa menggunakan uji petik non statistikc. Biaya dan waktu. Jika pemeriksa mempertimbangkan penggunaan uji petik statistic membutuhkan biaya dan waktu yang lama, maka pemeriksa dapat menggunakan uji petik non statistik.

13. Jika ukuran populasi sangat besar dan dapat diidentifikasi serta biaya dan waktu yang memungkinkan, pemeriksa dapat menggunakan pendekatan uji petik statistik dengan metode atribut. Penerapan metode uji petik statistik atribut dapat dilihat pada Lampiran A.

4. Mendefinisikan populasi dan unit sampel14. Populasi dalam pengujian pengendalian, dikelompokkan berdasarkan siklus transaksi yang akan dinilai pengendaliannya.

Sedangkan unit sampel berarti satu buah bukti transaksi dalam siklus tersebut. Misalnya pemeriksa ingin melakukan pengujian pengendalian atas siklus pendapatan, populasinya adalah seluruh bukti transaksi pendapatan. Unit sampelnya adalah satu buah transaksi penjualan, atau transaksi penjualan kredit

15. Ketika terdapat banyak lokasi entitas, seperti kantor cabang, divisi, dinas, direktorat, pemeriksa bisa memilih berdasarkan tiap segmen sebagai populasi yang berbeda. Keputusan ini digunakan bila ada perbedaan signifikan pengendalian tiap lokasi. Namun jika pengendalian hampir sama seluruh organisasi dan laporan konsolidasi disiapkan, satu populasi untuk seluruh lokasi sudah cukup.

5. Menentukan Ukuran Sampel16. Pemeriksa harus menentukan ukuran sampel berdasarkan faktor-faktor tertentu baik menggunakan uji petik statistik maupun uji

petik nonstatistik. Walaupun ukuran sampel secara kuantitatif tidak perlukan dalam uji petik nonstatistik.17. Dalam pengujian pengendalian, faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran sampel antara lain:

1. Penilaian awal keandalan pengendalian internal

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bahasanya mungkin perlu diubah aebagai bahasa peraturan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Perlu dijelaskan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Apakah benar pemilihan statistic dan non statistic dipengaruhi oleh karakter populasi?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Apakah benar pemilihan statistic dan non statistic dipengaruhi oleh ukuran populasi?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Apakah prosedur ini tidak termasuk di dalam pemahaman pengendalian, bukan pengujian pengendalian?
Page 21: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

Jika pemeriksa yakin dengan pengendalian internal entitas yang diperiksa, maka jumlah ukuran sampel yang akan diambil dapat diturunkan. Penilaian keandalan pengendalian ini tercermin pada risiko pengendalian yang ditetapkan oleh pemeriksa (risiko pengendalian dibahas pada petunjuk teknis pemahaman dan penilaian risiko)

2. Tollerable error rateTolerable error merupakan tingkat kekeliruan dalam sampel yang diuji yang masih dapat diterima pemeriksa tanpa membuat keputusan yang berbeda. Semakin tinggi tollerable error, maka jumlah ukuran sampel akan semakin menurun. Penetapan besarnya TER memerlukan pertimbangan profesional, namun biasanya TER berkisar antara dua sampai sepuluh persen, karena tingkat kesalahan dibawah dua persen menghendaki jumlah sampel yang besar, sebaliknya jika tingkat kesalahan diatas sepuluh persen, berarti pengendaliannya tidak berfungsi.

3. Expected errorExpected error merupakan kesalahan yang diperkirakan pemeriksa akan ditemukan didalam populasi. Semakin tinggi tingkat expected error, maka jumlah ukuran sampel akan meningkat.

4. Tingkat keyakinanSemakin tinggi tingkat keyakinan yang diinginkan pemeriksa terhadap sampel yang dipilih, maka jumlah ukuran sampel juga akan meningkat.

D. Pelaksanaan Uji dalam Pengujian Pengendalian1. Memilih sampel18. Proses pemilihan sampel seharusnya tidak bias, dan pemeriksa seharusnya segera memperoleh sampel yang mewakili dalam

pengendalian melalui periode yang diuji. Pengujian pengendalian biasanya dilakukan pada periode interim, pemeriksa bisa memilih sampel pada awal periode dan pertengahan periode atau akhir periode. Jika pemeriksa menggunakan uji petik nonstatistik untuk menguji pengendalian dokumen, maka pertimbangan profesionalnya memilih sampel dalam operasi selama periode tersebut yang memadai. Jika pemeriksa menggunakan uji petik statistik, biasanya akan menggunakan teknik uji petik random dalam memilih sample secara random atau bisa menggunakan komputer untuk memilih random transaksi untuk pengujian selanjutnya.

19. Teknik pemilihan sampel dapat digunakan merujuk pada Bab II paragraph 49-60 dalam juknis ini.2. Melaksanakan prosedur pemeriksaan20. Setelah pemeriksa memilih sampel, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan untuk mengukur pengendalian apakah

konsisten diterapkan dan tingkat deviasi dari pengendalian yang seharusnya (efektifitasnya). Bukti pemeriksaan yang sudah diperoleh untuk melihat kenyataan pengendalian sudah diterapkan. Misalnya, jika pemeriksa mengevaluasi pengendalian siklus pendapatan maka atribut pengendalian yang diuji adalah (1) otorisasi penjualan (2) validasi pencatatan penjualan (3) kebenaran penghitungan nilai penjualan (4) ketepatan waktu pencatatan. Di dalam pengujian pengendalian, pemeriksa mencari bukti bahwa pengendalian sudah diterapkan meski tidak ada salah saji moneter pada sampel yang diambil.

E. Evaluasi dan Dokumentasi Uji Petik dalam Pengujian Pengendalian1. Mengevaluasi hasil sampel

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Kalimat ini tidak perlu
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau dihapus?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Mungkin perlu dihapus. Tidak ada substansi baru dalam paragraf ini. SUbstansinya di 19.
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Sebaiknya hapus
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Di juknis iniperlu ditetapkan panduan tentang expected error, kalau kondisi demikian, expected error sekian dan sampel sekian dsb.
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Di juknis iniperlu ditetapkan panduan tentang TER, kalau kondisi demikian, TER adalah sekian dsb.
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Perlu ada panduan tentang besaran resiko pengendalian dan uji petik
Page 22: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

21. Pemeriksa perlu mengukur apakah sudah cukup bukti yang kompeten untuk mendukung penilaian risiko pengendalian untuk tujuan audit yang relevan apakah risikonya rendah, moderate, atau tinggi atau risiko pengendalian dinilai pada tingkat maksimum.

22. Penyimpangan dari pengendalian yang seharusnya, ditabulasikan, diringkas dan dievaluasi. Pertimbangan profesional sangat diperlukan dalam mengevaluasi kuantitatif dan kualitatif hasil sampel.

23. Hasil kuantitatif akan dibandingkan antara tingkat deviasi sampel dengan tingkat penyimpangan yang ditoleransi ketika menggunakan uji petik nonstatistik.

24. Jika pemeriksa menggunakan uji petik statistik atribut, maka pemeriksa harus menganalisis tingkat eksepsi yang tertolerir (tolerable exception rate=TER). Eksepsi bisa berasal dari berbagai faktor seperti pegawai yang ceroboh, instruksi yang tidak benar, kegagalan yang disengaja dalam melaksankan prosedur pengendalian yang seharusnya. Sifat dari eksepsi tersebut akan menyebabkan dampak yang signifikan dari evaluasi secara kualitatif sitem pengendalian internal.

25. Pemeriksa juga harus menyamaratakan sampel dari populasinya, dengan mengurangi tingkat eksepsi sampel (sample exception rate=SER) dengan TER nya untuk melihat perbedaan (hitungan sampling error) cukup besar. Jika pemeriksa menyimpulkan perbedaan besar, pengendalian akan diuji ddan digunakan untuk mengurangi risiko pengendalian yang direncanakan.

26. Pertimbangan kualitatif pemeriksa termasuk (1) sifat dan sebab penyimpangan, apakah akan menuju fraud atau kesalahan (2) kemungkinan hubungan deviasi terhadap proses pemeriksaan selanjutnya, misalnya akan berdampak pada pengendalian yang lainnya.

2. Mendokumentasikan kesimpulan 27. Setelah pemeriksa menyelesaikan proses uji petik, pemeriksa harus mendokumentasikan hasil pengujian pengendalian dalam

kertas kerja pemeriksaannya. Jika pemeriksa menilai risiko pengendalian dibawah maksimum, pemeriksa perlu mendokumentasikan secara kuantitatif atau kualitatif dan dasar kesimpulannya harus dimasukkan ke dalam kertas kerja pemeriksa. Contoh dokumentasi dapat dilihat pada lampiran 2.

BAB IVUJI PETIK DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIFA. Tujuan Uji Petik dalam Pengujian Substantif01. Uji petik dalam pengujian substantif bertujuan untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan kompeten secara efisien

untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa asersi telah diungkapkan secara wajar dalam segala hal yang material.

B. Lingkup Kegiatan Uji Petik Pemeriksaan dalam Pengujian Substantif02. Kegiatan uji petik pemeriksaan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/dokumentasi.03. Perencanaan uji petik dalam pengujian substantive meliputi kegiatan: menentukan tujuan pengujian, menentukan prosedur yang

sesuai, memutuskan teknik uji petik pemeriksaan, mendefinisikan populasi dan unit sampel, serta menentukan ukuran sampel.04. Pelaksanaan uji petik dalam pengujian substantif meliputi kegiatan memilih sampel yang mewakili dan melaksanakan prosedur

pemeriksaan yang telah ditentukan.

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Sampai dengan ini, belum kelihatan bagaimana cara mengevaluasi sampel secara integratif
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Sama dengan komentar untuk 24
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Ini harus memperjelas 21, 22,23. TER di 24 ini agar jangan berdiri sendiri, tanpa hubungan dengan 21, 22,23
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau ini menjelaskan secara teknis cara mengevaluasi sampel?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau ini menjelaskan secara teknis cara mengevaluasi sampel?
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau ini menjelaskan fungsi evaluasi sampel?
Page 23: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

05. Evaluasi dan dokumentasi uji petik dalam pengujian substantif meliputi kegiatan: mengevaluasi hasil sampel dan mendokumentasikan kesimpulan.

C. Perencanaan Uji Petik dalam Pengujian Substantif06. Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif, pemeriksa harus mempertimbangkan:

• Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan• Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas (planning materiality)• Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect acceptance)• Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi yang menjadi perhatian

1. Menetapkan Tujuan Pengujian07. Pemeriksa menggunakan uji petik dalam pengujian substantif dengan tujuan: (1) mengestimasi jumlah total rupiah dalam

populasi (2) mengestimasi jumlah rupiah salah saji di dalam populasi. Misalnya: pemeriksa menggunakan alat uji petik untuk bisa menyusun estimasi total akun piutang atau total persediaan. Jika hasil estimasi tersebut masih dalam jarak (range) nilai buku saldo akun ditambah atau dikurangi salah saji yang ditolerir (tollerable misstatement), sehingga pemeriksa menyimpulkan populasi benar dalam segala hal yang material.

08. Contoh lainnya, pemeriksa bisa mengestimasi jumlah salah saji yang terlihat dalam populasi yang diperiksa. Jika estimasi ini lebih kecil dari salah saji yang tertolerir (tollerable misstatement) atas akun tersebut, pemeriksa bisa menyimpulkan saldo akun benar dalam segala hal yang material.

2. Menetapkan Prosedur pemeriksaan substantive yang tepat09. Pemeriksa menetapkan prosedur pemeriksaan substantive untuk menentukan prosedur audit yang paling efektif dan efisien.

Prosedur pemeriksaan dalam pengujian substantif biasanya inspeksi, reperformance, konfirmasi dan rekalkulasi Prosedur pemeriksaan substantif terdiri dari pengujian terinci atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo. Kedua jenis pengujian ini dapat menggunakan uji petik pemeriksaan disesuaikan prosedur pemeriksaan yang dipilih. Contohnya: untuk pengujian terinci atas saldo piutang, pemeriksa dapat memeriksa keberadaan piutang dengan memilih pelanggan secara uji petik untuk dikirim konfirmasi nilai piutang. Untuk pengujian terinci atas transaksi, pemeriksa menggunakan prosedur pemeriksaan inspeksi dokumen dengan uji petik atas dokumen-dokumen transaksi penjualan.

10. Pemeriksa harus juga mempertimbangkan bahwa bukti pemeriksaan yang diperoleh melalui prosedur pemeriksaan tersebut relevan dengan asersi laporan keuangan yang diuji. Oleh karena itu, luasnya prosedur pemeriksaan tidak akan menambah nilai Pemeriksaan jika bukti yang diperoleh tidak relevan terhadap asersi yang diuji.

3. Memutuskan teknik uji petik pemeriksaan11. Setelah pemeriksa menentukan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan, pemeriksa menentukan apakah akan

menggunakan uji petik nonstatistik atau uji petik statistik. Penggunaan pertimbangan profesional sangat diperlukan dalam menentukan pendekatan dalam keadaan tertentu.

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bagaimana kalau dihapuskan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Mungkin dihapus saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Mungkin kalimat ini dihapuskan saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
bahasa agar disederhanakan atau malah dihapus saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Selain ini apa tidak perlu paragraf tentang tahapan2
Page 24: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

12. Pertimbangan pemeriksa untuk memilih teknik uji petik yang akan digunakan adalah:a. Ukuran populasi. Jika ukuran populasi kecil, pemeriksa dapat menggunakan uji petik dengan pendekatan non statistik.b. Karakteristik populasi. Jika populasi tidak memiliki nomor yang dapat diidentifikasi, maka pemeriksa menggunakan uji petik

non statistikc. Biaya dan waktu. Jika pemeriksa mempertimbangkan penggunaan uji petik statistic membutuhkan biaya dan waktu yang lama,

maka pemeriksa dapat menggunakan uji petik non statistik.13. Jika ukuran populasi sangat besar dan dapat diidentifikasi serta biaya dan waktu yang memungkinkan, pemeriksa dapat

menggunakan pendekatan uji petik statistik dengan metode variable atau MUS. Penerapan metode uji petik statistik variabel dapat dilihat pada Lampiran B. Sedangkan penerapan metode uji petik statistik MUS dapat dilihat pada lampiran C.

4. Mendefinisikan populasi dan unit sampel14. Dalam pengujian substantif, populasi berisi kelas transaksi atau saldo akun yang diuji. Setiap populasi, pemeriksa seharusnya

memutuskan apakah seluruh item dimasukkan. Populasi suatu akun dapat dipilih dari empat jenis populasi: (1) seluruh mutasi debet dan kredit (2) hanya mutasi debet saja (3) hanya transaksi kredit saja (4) saldo akun.

15. Contohnya pada akun piutang, populasi dapat dipilih dari seluruh mutasi debet-kredit, mutasi debet (penjualan secara kredit), mutasi kredit (pembayaran piutang, penghapusan atau retur) dan saldo akhir piutang tersebut. Unit sampel adalah jumlah rupiah atau satu transaksi dari populasi. Pemeriksaan atas suatu akun, transaksi, dokumen atau item tertentu, harus diasosiasikan dengan nilai rupiahnya.

16. Contohnya pada akun piutang, unit sampel adalah satutransaksi baik debit atau kredit untuk populasi dari mutasi, atau dapat pula saldo piutang rekanan ketika pemeriksa akan melakukan prosedur konfirmasi dari piutang seluruh rekanan.

5. Menentukan Ukuran Sampel17. Untuk pengujian substantif, ukuran sampel sangat tergantung pada hasil pengujian pengendalian dan banyaknya data.

Pemeriksa harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu baik menggunakan uji petik statistic maupun nonstatistik. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran sampel di dalam pengujian substantif antara lain:1. Risiko bawaan

Semakin tinggi tingkat risiko bawaan suatu akun, maka jumlah ukuran sampel juga akan meningkat.(Penilaian mengenai risiko bawaan dibahas pada petunjuk teknis pemahaman dan penilaian risiko)

2. Keandalan pengendalian internSama halnya dengan pengujian pengendalian, semakin tinggi tingkat keandalan pengendalian intern entitas yang diperiksa, maka jumlah ukuran sampel akan menurun.

3. Tingkat materialitasSemakin tinggi tingkat materialitas, maka jumlah ukuran sampelnya kan semakin sedikit. (Penilaian tingkat materialitas dibahas dalam petunjuk teknis penetapan materialitas)

4. Keandalan penggunaan pengujian substantif yang diarahkan untuk asersi yang samaJika hasil kesimpulan pemeriksa atas penggunaan pengujian substantif lain misalnya prosedur analitis adalah terdapat kemungkinan banyak salah saji, maka jumlah ukuran sampel akan meningkat.

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Komentar sama dengan resiko bawaan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Komentar sama dengan resiko bawaan
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Resiko bawaan tidak langsung menentukan jumlah sampel pengujian substantif. Ada variabel lain. Jadi sebaiknya hapus saja
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Perlu dikaji ulangfaktor-faktor ini. Spertinya nyampurke dalam beberapa tahap pemeriksaan tidak hanya pengujian substantif
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Sepertinya untuk poin 4 mendefinisikan populasi perlu diformulasi ulang
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Paragraf ini apakah perlu? Substansinya tidak begitu perlu
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Komenta sama dengan untuk pengujian pengendalian
Page 25: Tanggapan Dan Analisis Atas Juknis Uji Petik

5. Tollerable errorTolerable error merupakan tingkat kekeliruan dalam sampel yang diuji yang masih dapat diterima pemeriksa tanpa membuat keputusan yang berbeda. Semakin tinggi tollerable error, maka jumlah ukuran sampel akan semakin menurun.

6. Expected errorExpected error merupakan kesalahan yang diperkirakan pemeriksa akan ditemukan didalam populasi. Semakin tinggi tingkat expected error, maka jumlah ukuran sampel akan meningkat.

7. Tingkat keyakinanSemakin tinggi tingkat keyakinan yang diinginkan pemeriksa terhadap sampel yang dipilih, maka jumlah ukuran sampel juga akan meningkat.

D. Pelaksanaan Uji dalam Pengujian Substantif1. Memilih sampel18. Pemeriksa harus memperoleh sampel yang mewakili atas item dalam saldo atau transaksi. Dalam hal ini pemeriksa dihadapkan

pada risiko salah mengambil sampel. Risiko sampling diartikan sebagai ukuran dimana representatif tidaknya sampel yang diperoleh. Pemeriksa bisa menggunakan uji petik secara random untuk memperoleh sampel yang representatif. Pemeriksa biasanya memilih sampel dengan nilai rupiah yangbesar. Pertimbangan ini dilakukan karena pemeriksa lebih melihat risiko salah saji yang marerial pada sampel transaksi pada nilai yang besar di dalam suatu populasi.

19. Teknik pemilihan sampel dapat digunakan merujuk pada Bab II paragraph 49-60 dalam juknis ini.2. melaksanakan prosedur pemeriksaan20. Pemeriksa menerapkan prosedur pemeriksaan atas sampel yang dipilih untuk menilai kewajaran saldo akun atau kelas

transaksi. Pemeriksa harus melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai dan memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung kesimpulan bahwa saldo akun atau kelas transaksi tersebut adalah wajar atau bebas dari dari salah saji material.

21. Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan yang dipilih sesuai tujuan pemeriksaannya. Jenis-jenis prosedur pemeriksaan bisa dilihat pada Bab II paragraph 28-39.

MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bahasa mungkin perlu diubah.
MR. H.MAKMUN FUAD, 28/01/10,
Bukankah ini ditahap evaluasi?