tambahan pr 1-dr kote

16
Tatalaksana Polip Tujuan : menghilangkan keluhan, mencegah komplikasi, mencegah rekurensi Kortikosteroid (topikal & sistemik) à polipektomi medikamentosa à lebih baik pada polip tipe eosinofil Pengobatannya berupa terapi obat-obatan dan operasi. Terapi medikamentosa ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu pemberian kortikosteroid sistemik yang diberikan dalam jangka waktu singkat, dapat juga diberikan kortikosteroid hidung atau kombinasi keduanya. Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortiko steroid : 1. Oral,misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason s elama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off). 2. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolonasetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang. 3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatan kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman. Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi

Upload: adrine-fragita

Post on 27-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tambahan PR 1-Dr Kote

Tatalaksana Polip

Tujuan : menghilangkan keluhan, mencegah komplikasi, mencegah rekurensi

Kortikosteroid (topikal & sistemik) à polipektomi medikamentosa à lebih baik

pada polip tipe eosinofil

Pengobatannya berupa terapi obat-obatan dan operasi. Terapi medikamentosa

ditujukan pada polip yang masih kecil yaitu pemberian kortikosteroid sistemik yang

diberikan dalam jangka waktu singkat, dapat juga diberikan kortikosteroid hidung

atau kombinasi keduanya.

Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid : 

1. Oral,misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian

dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off).

2. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolonasetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5

– 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.

3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk

rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan

pengobatan kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih

aman.

Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan

menggunakan senar polip. Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip

menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal, untuk polip yang besar dan

menyebabkan kelainan pada hidung, memerlukan jenis operasi yang lebih besar dan

anestesi umum. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum

memadati rongga hidung. Polipektomi sederhana cukup efektif untuk memperbaiki

gejala pada hidung, khususnya pada kasus polip yang tersembunyi atau polip yang

sedikit.

Surgical micro debridement 

merupakan prosedur yang lebih aman dan cepat, pemotongan jaringan lebih akurat

dan mengurangi perdarahan dengan visualisasi yanglebih baik. Etmoidektomi atau

Page 2: Tambahan PR 1-Dr Kote

bedah sinus endoskopi fungsional merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus

operasi sinus, merupakan teknik yang lebih baik yang tidak hanya membuang polip

tapi juga membuka celah di meatus media yang merupakan

tempat asal polip yang tersering sehingga akan membantu mengurangi angka

kekambuhan. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang,

dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi

kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi. Berikan

antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.

Operasi :

Dengan senar polip atau cunam dengan analgesi lokal

etmoidektomi intra/ekstranasal à polip etmoid

Caldwell-Luc à sinus maksila

BSEF : Bedah Sinus Endoskopi Fungsional

Pembedahan dilakukan jika:

Polip menghalangi saluran pernafasan

Polip menghalangi Drainase dari sinus sehingga sering terjadi infeksi sinus

Polip berhubungan dengan tumor.

 Pada anak anak dengan multipel polip atau kronik rhinosinusitist yang gagal pengoba

tan maksimum dengan obat- obatan

Sumber :

Arfandy RB, Pola penanganan polip hidung, dalam : SimposiumPenanganan Alergi

dan Polip Hidung, Makassar : Perhati-KL Cab. Sulselra, 2001

Dhaeng S, Mulyadi U, Saroso S. Rekurensi Poilp hidung Di Bagian THTRSUP DR.

Sardjito Yogyakarta Periode Januari 1993 – Desember 1995. Kumpulan Naskah

Ilmiah PIT. PERHATI. Batu -Malang.

Suheryanto R. Efektivitas Pengobatan Polip Hidung dengan

MenggunakanKortikosteroid. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS XII PERHATI,

Semarang

Page 3: Tambahan PR 1-Dr Kote

Waldeyer’s Ring

Gambar Tonsil, Kripta, Detritus:

Pembesaran Tonsil

Dibagi berdasarkan garis median dan garis paramedian

T1 : Tonsil membesar namun belum arkus faring posterior

T2 : Tonsil membesar sudah melewati arkus faring posterior namun belum melewati

garis paramedian

Kripta

Tonsil

Page 4: Tambahan PR 1-Dr Kote

T3 : Tonsil membesar dan sudah melewati garis paramedian namun belum melewati

garis median

T4 : Tonsil membesar dan sudah melewati garis median

Sumber: Current diagnosis & treatment Lange, second edition, halaman 344

1. Laringoskopi direk dan indirek

Laringoskop indirect: adalah suatu alat pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa

keadaan tenggorok dan adneksanya.

Organ yang dilihat pada

laryngoskopi :

Sinus piriformis

Valecula

Dinding Faring

Pita suara

Trakea bagian atas melalui pita suara

Page 5: Tambahan PR 1-Dr Kote

Alat : lampue kepala Van Hasselt, lampu spiritus, kaca reflektor no 4 atau 5 yang

sudah dihangatkan, dan kasa.

Cara :

Pasien diminta membuka mulut lebar-lebar kemudian menjulurkan lidahnya

semaksimal mungkin.

Dengan menggunakan kasa, pemeriksa memegang dan menarik lidah pasien.

Dengan hati-hati, pemeriksa memasukkan kaca reflektor ke rongga mulut pasien,

dengan kaca ke arah bawah.

Dengan menggunakan kaca reflektor, pemeriksa mengangkat uvula untuk

mendapatkan gambaran laring yang lebih baik.

Memeriksa radiks linguae, epiglotis dan sekitarnya

Memeriksa lumen laring dan rima glotidis

Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima glotidis

Untuk pemeriksaan ini, kepala penderita diatur dalam 3 posisi, yaitu:

- Posisi tegak

- Posisi Killian: lebih jelas untuk melihat komisura posterior

- Posisi Tuerck’s: lebih jelas untuk melihat sekitar komisura posterior

Tahap 1: memeriksa radiks lingue, epiglotis dan sekitarnya

- Kelihatan gambar dari radiks linguae, epiglotis yang menutup introitus laringis,

plika gloddoepiglotika, valekula kiri dan kanan

- Perhatikan anatominya

- Perhatikan patologinya: edema epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum

- Fascies posterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa pada awal tahap 1

atau akhir tahap 3

- Perhatikan warna, aftae, ulkus

Page 6: Tambahan PR 1-Dr Kote

- Penderita disuruh mnegucapkan huruf ‘iiiii’ yang panjang dan tinggi sehingga

laring ditarik ke atas dan muka, epiglotis ikut tertarik dan membuka sehingga

cahaya dapat masuk laring dan trakea. Korda vokalis bergerak ke garis median.

Tahap 2: melihat laring dan sekitarnya

Perhatikan anatomi laring:

- Epiglotis dan pinggirnya

- Aritenoid kiri dan kanan

- Plika ari-epiglotika kiri dan kanan

- Sinus piriformis kiri dan kanan

- Dinding posterior dan dinding lateral faring

- Plika ventrikularis kiri dan kanan

- Komisura anterior dan posterior

- Korda vokalis kiri dan kanan

Perhatikan patologi: anatominya, adanya radang, ulkuks, edema, cairan, tumor

Perhatikan gerakan korda vokalis kiri kanan normal, simetris, tidak bergerak (parese)

unilateral atau bilateral)

Tahap 3: melihat trakea

- Korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi

- Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis sehingga mukosa

trakea hanya dapat dilihat waktu belum ada aduksi yang komplit, atau di waktu

permulaan abduksi

- Perhatikan anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio subglotik,

edema, tumor

Sumber: Rukmini S,Herawati S. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok.

Jakarta:EGC. 2000. h. 61-9.

Page 7: Tambahan PR 1-Dr Kote

B. Laringoskopi direk

Indikasi:

1) Diagnostik

- Untuk evaluasi terhadap gejala pada laring atau hipofaring (disfonia,

dyspnea, stridor, disfagia) jika laringoskopi indirek tidak dapat

dilakukan, sperti pada bayi dan anak kecil.

- JIka laringoskopi indirek tidak berhasil, misalnya akibat refleks muntah

berlebih atau overhanging epiglottis

- Untuk memeriksa area tersembunyi dari hipofaring, yaitu dasar lidah,

valekula, dan fossa piriformis bagian bawah.

- Untuk melihat perluasan massa atau untuk mengambil sampel biopsi.

2) Terapeutik

- Mengangkat lesi jinak pada laring (papiloma, fibroma, nodul, polip,

kista).

- Mengambil benda asing pada laring dan hipofaring.

- Dilatasi striktur laring.

Kontraindikasi:

- Gangguan pada vertebra servikalis

- Dispnea sedang sampai berat, kecuali jika jalan napas dilindungi dengan

trakeostomi

Pemeriksaan dengan menggunakan alat laringoskop.

a. Laringoskop fleksibel

Inspeksi menggunakan laringoskop

fleksibel diindikasikan untuk diagnostik,

misalnya ketika pasien mengalami suara

serak, kesulitan bernafas, atau nyeri

tenggorokan yang parah. Pengamatan

langsung terhadap laring diperlukan untuk

mengkonfirmasi diagnosis, misalnya paralisis dari pita suara, arthritis dari struktur

penunjang (cricoarytenoid arthritis), atau adanya massa pada leher atau laring.

Page 8: Tambahan PR 1-Dr Kote

Beberapa kelainan kongenital juga dapat didiagnosis dengan laringoskopi

fleksibel misalnya laryngomalacia ("floppy" larynx); stenosis subglotis; vascular

rings (abnormalitas dari pembuluh darah utama jantung atau paru); congenital

laryngeal webs (adanya membran yang menutup pita suara); dan laryngocele

(kista).

b. Laringoskop rigid

Penggunaan laringoskopi rigid lebih

bersifat terapeutik, misalnya untuk

pengambilan jaringan (biopsi), pengambilan

benda asing atau mukus yang tebal, atau

dapat juga dikombinasikan dengan operating

microscope atau laser untuk membuang

polip atau kista pada pita suara.

Jenis laringoskop yang dapat dipakai:

a. Laringoskop kaku:

Endoskop model Brunings, Jackson, Mc. Intosh, Mc. Gill

Sumber cahaya: Brunings proksimal, Jackson distal

Teknik:

o Penderita ditidurkan terlentang di atas meja periksa

o Pemeriksaan dapat dimulai setelah kira-kira 10 menit sebelumnya

diberikan tetes tetrakain 1% (masing-masing 10 tetes)

o Pipa dimasukkan sampai ke dalam introitus laringis

Page 9: Tambahan PR 1-Dr Kote

o Memperhatikan gambar laring seperti pada laringoskopi indirek

Keuntungan

o Resolusi lebih tinggi, gambar yang dihasilkan lebih terang dan jelas

karena menggunakan scope 70 atau 90 derajat. Kontras gambar lebih

baik, dan lebih dapat diperbesar daripada gambar yang dihasilkan

laringoskop fleksibel.

o Pemeriksaan sederhana dan dapat tidak menggunakan anestesi lokal.

Kerugian

o Fonasi terbatas pada vokal. Hal ini disebabkan visualisasi dengan

laringoskop kaku 70 derajat biasanya memerlukan leher ekstensi dan

lidah menjulur, sehingga ukuran gap glotis dapat terlihat lebih besar.

Alternatifnya, digunkan laringoskop kaku 90 derajat yang tidak

memerlukan tingkat ekstensi seperti laringoskop kaku 70 derajat, atau

menggunakan pendekatan lateral dengan laringoskop kaku 70 derajat.

b. Laringoskop fiber

Keuntungan

o Dapat melihat laring ketika berbicara dan bernyanyi. Gap glotis dapat

dideskripsikan lebih akurat daripada dengan laringoskop kaku karena

posisi lidah dan leher yang lebih netral.

o Dapat menilai pila cavum nasi dan portal velofaringeal.

o Pemeriksaan ini lebih dipilih jika ingin menilai pergerakan daripada

sturktur atau keadaan mukosa. Terutama berguna pada gangguan

seperti disfonia spasmodik (masalah suara lebih jelas waktu bicara)

dan gangguan gerakan pita suara.

o Digunakan pada kedaan laringoskopi dengan laringoskop kaku sulit

dilakukan seperti pada anak kecil atau pasien dengan refleks muntah

yang hebat.

Kerugian

o Tranpor cahaya dan magnifikasi gambar lebih inferior dibandingkan

dengan bila menggunakan laringoskop kaku. Juga terdapat distorsi

pada perifer gambar.

o Pemeriksaan dengan laringoskop fleksibel lebih invasif, dengan risiko

perdarahan hidung, reaksi terhadap obat anestesi, dan reaksi vasovagal.

Page 10: Tambahan PR 1-Dr Kote

Teknik

o Laringoskop/ endoskop fleksibel dimasukan setelah pemberian anestesi

topikal dan vasokonstriktor melalui meatus medius atau sepanjang

dasar cavum nasi. Jalur yang letaknya lebih tinggi digunakan bila ingin

memeriksa portal velofaringeal, namun semuanya sama baiknya dalam

melihat laring.

c. Mikrolaringoskop

Saat pemeriksaan, keadaan laring dilihat saat:

Istirahat

Bernafas

Bernafas dalam

Batuk ringan atau membersihkan tenggorokan

Laringeal diadokokinesis dengan mengucapkan “ii”

Laringeal diadokokinesis dengan mengucapkan “hii”

Mengucapkan “ii” kemudian sambil mendengus (seperti membuang ingus) melalui

hidung (hanya dapat dilakukan dengan laringoskop fleksibel.

Yang dinilai pada pemeriksana laringoskop direk:

Struktur laring

Page 11: Tambahan PR 1-Dr Kote

o Valekula, sinus piriformis, lipatan ariepiglotika, plika ventrikularis, tepi

posterior glotis. Perhatikan abnormalitas dan asimetri yang ada.

Gerakan aritenoid dan Plika vokalis

o Gerakan dan posisi aritenoid dapat memberi info tentang integritas sendi

krikoaritenoid dan nervus laringeal rekuren. Aritenoid dideskripsikan tegak

atau terputar, mobile atau immobile, dan simetris atau asimetris. Immobilitas

dinilai lagi berdasarkan posisi: medial, paramedian, intermediet, atau alteral.

Mobilitas ini dapat dinilai ketika pasien berbicara kemudian bernafas, ketika

melakukan laringeal diadokokinesis, ketika batuk, dan terkadang ketika

membuang ingus. Gangguan gerak plika vokalis dapat terjadi karena berbagai

faktor, seperti paralisis, paresis, dislokasi aritenoid, fibrosis, atau invasi tumor

pada sendi krikoaritenoid.

Warna dan kuantitas mukus

o Mukus tebal terkadang menempel pada tepi plika vokalis atau permukaan

superior plika vokalis. Adanya mukus ini secara umum berhubungan dengan

kurangnya hidrasi atau iritasi kronis. Berkumpulnya mukus di sinus piriformis

dapat mengindikasikan lemahnya sensasi laring, lemahnya dinding faring

lateral, atau menelan yang tidak efektif. Mukus yang menempel pada plika

vokalis dapat terlihat seperti lesi atau dapat menyamarkan kelainan yang ada

pada mukosa. Untuk membedakannya, pasien disuruh membersihkan mukus

dengan menelan atau dengan batuk singkat atau membersihkan tenggorokan.

Vaskularisasi

o Plika vokalis berwarna putih seperti mutiara. Adanya rona merah dianggap

sebagai eritema atau hiperemia. Bila ada kapiler yang terlihat, biasanya

letaknya paralel dengan tepi bebas. Pembuluh darah yang berdilatasi abnormal

dan berkelok-kelok disebut ektasia kaliper atau mikrovarises, dan memiliki

risiko perdarahan. Perdarahan terjadi ketika sel darah keluar dari pembuluh

darah dan menyebabkan plika vokalis berwarna difus.

Perubahan pada posisi atau tinggi laring

o Hal ini dapat disebabkan adanya massa, imbalans otot, trauma, atau cedera

nervus laringeal superior. Beberapa orang akan menaikkan atau menurunkan

laring ketika berbicara atau bernyanyi.

Page 12: Tambahan PR 1-Dr Kote

Aktivitas supraglotis

Tepi plika vokalis: lurus/halus (konveks, konkav, berapa derajat deviasinya) dan

kasar/iregular.