t13974

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam perkembangannya dewasa ini antara penguasa masyarakat terjadi suatu hubungan timbal balik. Pada suatu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Di dalam masyarakat penguasa yang diwakili oleh pemerintah melaksanakan aneka ragam tugas yang menjadi kewajibannya. Tugas-tugasnya ini dapat dibedakan dalam tugas-tugas yang mengatur masyarakat dan tugas-tugas yang mengurus masyarakat (ordenede en verzorgende taken). Tugas-tugas mengatur penguasa, terutama menyangkut peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh para warga. Contoh mengenai hal ini ialah keterlibatan penguasa dalam perkembangan tata ruang. Dalam rangka tugas-tugas mengatur, penguasa memerintah dan melarang, dan ia melahirkan sistem-sistem perizinan. 1 Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum Administrasi Negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. 2 1 Philipus Mandiri Hadjon, 1993, Pengantar hukum perizinan, Surabaya, Yuridika, hlm 1 2 Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Pres, Yogyakarta, hlm. 152

Upload: tono-larrico

Post on 26-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Republik Dagelan

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang masalah

    Dalam perkembangannya dewasa ini antara penguasa masyarakat terjadi

    suatu hubungan timbal balik. Pada suatu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa

    dalam menjalankan tugasnya, pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu

    pada masyarakat. Di dalam masyarakat penguasa yang diwakili oleh pemerintah

    melaksanakan aneka ragam tugas yang menjadi kewajibannya. Tugas-tugasnya ini

    dapat dibedakan dalam tugas-tugas yang mengatur masyarakat dan tugas-tugas

    yang mengurus masyarakat (ordenede en verzorgende taken). Tugas-tugas

    mengatur penguasa, terutama menyangkut peraturan-peraturan yang harus

    dipatuhi oleh para warga. Contoh mengenai hal ini ialah keterlibatan penguasa

    dalam perkembangan tata ruang. Dalam rangka tugas-tugas mengatur, penguasa

    memerintah dan melarang, dan ia melahirkan sistem-sistem perizinan.1

    Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum Administrasi

    Negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto

    berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan

    peraturan perundang-undangan.2

    1 Philipus Mandiri Hadjon, 1993, Pengantar hukum perizinan, Surabaya, Yuridika, hlm 12 Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Pres, Yogyakarta, hlm. 152

  • 2

    Perizinan inilah yang menjadi persoalan di dalam peredaran penjualan dan

    penggunaan minuman beralkohol. Hal ini dikarenakan keterkaitan diantara hukum

    permintaan dan penawaran di dalam hukum ekonomi. Di mana dalam prakteknya

    bahwa jika tidak ada permintaan maka tidak akan ada pula penawaran. Permintaan

    itu datangnya dari masyarakat karena itu para pengusaha-pengusaha minuman

    beralkohol melakukan penawaran dengan cara membuka usaha penjualan

    minuman beralkohol tersebut. Pengaruh masyarakat sangat besar terhadap

    perkembangan dunia usaha yaitu mengenai peredaran penjualan dan penggunaan

    minuman beralkohol karena prilaku masyarakat modern akhir-akhir ini yang

    memanfaatkan minuman beralkohol sebagai gaya hidup mereka yang sangat

    duniawi tidak memikirkan kepentingan akhirat dan kesehatan. Itu juga merupakan

    prilaku-prilaku budaya barat yang ditularkan kepada kita sebagai masyarakat

    timur melalui prilaku-prilaku mereka yang bebas dan tanpa ada aturannya.

    Banyaknya beredar minuman beralkohol juga didukung secara tidak

    langsung oleh banyaknya diskotik, klub-klub malam, kaf-kafe dan usaha-usaha

    kecil lainnya di Kabupaten Sleman yang secara sengaja menjual bebas minuman

    beralkohol baik minuman beralkohol dari merek-merek luar negeri, maupun

    merek-merek dalam negeri, atau yang sengaja di buat dan di oplos sendiri oleh

    masyarakat, yang menyebabkan minuman yang pada mulanya hanya di konsumsi

    oleh golongan tertentu dan bernilai jual tinggi, kini dapat di nikmati oleh

    golongan manapun dan dapat dimiliki secara mudah. Banyaknya diskotik, klub-

    klub malam, kaf-kaf dan usaha-usaha kecil yang menjual minuman beralkohol

    juga menimbulkan permasalahan baru bagi Pemerintah khususnya Pemerintah

  • 3

    Daerah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Oleh karena itu Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sleman Yogyakarta membuat suatu Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun

    2007 yang mengatur masalah Pengedaran, Penjualan dan Penggunaan Minuman

    Beralkohol. Pengedaran minuman beralkohol adalah penyaluran minuman

    beralkohol untuk diperdagangkan, Penjualan minuman beralkohol adalah kegiatan

    usaha jual beli minuman beralkohol yang dilakukan secara terus menerus dengan

    tujuan pengalihan hak dengan disertai imbalan atau kompensasi, Penggunaan

    minuman beralkohol adalah mengkonsumsi minuman beralkohol.3

    Disamping pembuatan Peraturan Daerah yang mengatur tentang segala

    praktek minuman beralkohol, Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman Yogyakarta

    seharusnya juga melaksanakan penertiban, pengawasan dan pendataan terhadap

    diskotik, klub-klub malam, kaf-kafe dan usaha-usaha kecil yang menjual

    minuman beralkohol secara langsung, sehingga dapat diketahui diskotik, klub-

    klub malam, kaf-kaf dan usaha-usaha kecil itu belum memiliki surat izin usaha

    dagang atau sudah memiliki izin dalam pengedaran, penjualan dan penggunaan

    minuman beralkohol, atau bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Daerah

    Kabupaten Sleman Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Pengedaran, Penjualan dan

    penggunaan minuman beralkohol.

    Ditetapkannya tentang pelarangan, pengedaran, penjualan dan penggunaan

    minuman beralkohol diharapkan akan mampu mengurangi kejahatan, karena

    sebagian kejahaatan biasanya berawal dari seringnya meminum-minuman

    beralkohol. Hal tersebut disampaikan Kabid Trantib Dinas Pol PP dan Tibmas

    3 Peratuaran Daerah Kabupaten Sleman, Nomor 8 Tahun 2007

  • 4

    Sleman Drs. Ardani dan juga Kasi Operasional Sukamto, SH. Penetapkan Perda

    ini merupakan momentum yang sangat strategis untuk lebih menertibkan

    peredaran, penjualan dan penggunaan minuman beralkohol di Kabupaten Sleman.

    Dengan ditetapkannya perda Miras ini maka pemanfaatan minuman beralkohol di

    Sleman dapat ditertibkan dan dikontrol, sehingga tidak mengganggu keamanan

    dan ketertiban masyarakat. Sedang kewenangan Pemkab Sleman dalam mengatur

    dan menertibkan peredaran minuman beralkohol ditujukan untuk menghindari

    timbulnya kerasahan masyarakat akibat maraknya peredaran miras. Terlebih lagi

    kabupaten Sleman menjadi salah satu daerah tujuan pendidikan dan wisata ,

    sehingga kepercayaan masyarakat dari luar sleman perlu dijaga dan ditumbuhkan.

    Salah satu upaya untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dari luar sleman

    tersebut dapat dilakukan dengan memberikan jaminan suasana dan kondisi

    wilayah sleman yang nyaman dan kondosif. Dengan pengesahan perda miras yang

    dilakukan Kamis 7 Juni 2007 tersebut merupakan wujud komitmen Pemkab

    Sleman dan sekaligus memberikan payung hukum dalam menertibkan peredaran,

    penjualan dan penggunaan minuman beralkohol.4

    Dengan demikian akan mengurangi keresahan masyarakat oleh tindakan

    kejahatan yang berawal dari meminum-minuman beralkohol dan dapat diketahui

    juga pengusaha-pengusaha diskotik, klub-klub malam, kaf-kafe dan usaha-usaha

    kecil minuman beralkohol yang sudah memiliki izin atau yang belum memiliki

    4 http://www.slemankab.go.id/index1.php?hal=detail_berita.php&id=1034 diakses selasa, 10 maret 2009 jam 14.00wib

  • 5

    izin dalam pengedaran, penjualanan, penggunaan minuman beralkohol. Oleh

    karena itu Pemerintah Kabupaten Sleman perlu lebih aktif mengsosialisasikan,

    dan bertindak tegas kepada masyarakat terutama kepada pengusaha-pengusaha

    diskotik, klub-klub malam, kafe-kafe, dan usaha-usaha kecil lainnya yang belum

    maupun yang hendak berjualan minuman beralkohol agar segera mengurus izin

    mereka masing-masing dan dari itu pula Pemerintah Kabupaten Sleman

    memberitahukan sanksi-sanksi hukumannya apabila dalam pengedaran, penjualan

    dan penggunaan minuman beralkohol belum sesuai dengan Perda Daerah

    Kabupaten Sleman Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Pengedaran,

    Penjualan dan Penggunaan Minuman Berakohol.

    Dalam agama Islam sudah sangat jelas bahwa minuman yang dapat

    memabukan (minuman beralkohol) hukumnya haram untuk dikonsumsi bagi umat

    muslim. Dari semua minuman yang tersedia hanya satu kelompok saja yang

    diharamkan yaitu khamar, yang dimaksud dengan khamar yaitu minuman yang

    memabukan sesuai dangan penjelasan Rasulullah SAW, Hadist yang diriwayatkan

    oleh Ahmad dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar: Setiap yang memabukan

    adalah khamar (termasuk khamar) dan setiap khamar adalah diharamkan. Dari

    penjelasan Rasulullah SAW tersebut jelas batasan khamar didasarkan atas

    sifatnya, bukan jenis bahannya, bahannya sendiri dapat apa saja. Khamar itu

    adalah sesuatu yang dapat mengacaukan akal itu diantaranya dicontohkan dalam

    Al-Quran yaitu membuat orang menjadi tidak mengerti lagi apa yang diucapkan

    seperti dapat dilihat pada surat An-Nisa 43: Hai orang-orang yang beriman!

    Janganlah kamu sholat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu

  • 6

    mengerti apa yang kamu ucapakan. Dengan demikian berdasarkan ilmu

    pengetahuan dapat diartikan sifat memabukkan tersebut yaitu suatu sifat dari suatu

    bahan yang menyerang syaraf yang mengakibatkan ingatan kita terganggu.5

    Keharaman khamar ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 90-91: Hai

    orang-orang yang beriman! Sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban

    untuk berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan-perbuatan

    keji yang termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

    kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak

    menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum

    khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan

    sembahyang, maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan itu.6 Sayangnya

    banyak orang mengasosiasikan minuman keras ini dengan alkohol saja sehingga

    yang diharamkan berkembang menjadi alkohol (etanol), padahal tidak ada yang

    sanggup meminum etanol dalam bentuk murni karena akan menyebabkan

    kematian.7

    Minuman keras atau khamar adalah produk yang dihasilkan melalui proses

    fermentasi dengan menggunakan khamir (ragi sacharomyces cereviciae), pada

    bahan yang mengandung pati atau mengandung gula tinggi. Proses fermentasi

    adalah proses yang sudah dikenal sejak berabad tahun yang lalu. Pada zaman

    kehidupan Rasulullah saw, beliau melarang para sahabat untuk mengkonsumsi jus

    5 Departemen Agama RI, 2005, Mushaf Al-Quran terjemah, Depok, Al-Huda, hlm 866 Ibid, hlm 1247 http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?ID=11444, diakses Selasa 10 maret 2009 jam (10.38wib)

  • 7

    buah yang umurnya lebih dari 3 hari, atau ketika saribuah tersebut dalam kondisi

    menggelegak (berbuih). Berdasarkan penelitian para pakar, ternyata perasan sari

    buah yang sudah berumur lebih dari 3 hari tersebut, maka kandungan alkohol

    (ethanolnya sudah lebih dari 1 persen). Berdasarkan fakta inilah kemudian komisi

    Fatwa MUI menetapkan batas maksimal kandungan alkohol (sebagai senyawa

    tunggal, ethanol) yang digunakan sebagai pelarut dalam produk pangan yaitu satu

    persen. Bagi konsumen muslim, minuman yang merupakan hasil fermentasi yang

    menghasilkan minuman beralkohol adalah haram untuk dikonsumsi. Minuman

    keras atau sering disebut dengan minuman beralkohol tersebut diproduksi dari

    setiap bahan yang mengandung karbohidrat (pati) seperti biji-bijian, umbi-umbian

    , atau pun tanaman palma (seperti legen, kurma). Adapun alkohol yang sering

    disebut sebagai konsen dari minuman keras ini sebenarnya adalah senyawa

    ethanol (ethyl alcohol) suatu jenis alkohol yang paling popular digunakan dalam

    industri.

    Menurut peraturan Menteri Kesehatan No 86 tahun 1997, minuman

    beralkohol dibedakan menjadi tiga (3) golongan. Golongan A dengan kadar

    alkohol 1-5 % misalnya bir. Golongan B dengan kadar alkohol 5-20 % misalnya

    anggur dan Golongan C dengan kadar alkohol 20-55 % misalnya whisky dan

    brandy. Adapun proses produksi fermentasi karbohidrat mencakup tiga (3)

    tahapan yaitu (1) pembuatan larutan nutrien, (2) fermentasi, dan (3) destilasi

    etanol. Destilasi adalah pemisahan ethanol dari cairan fermentasi. Adapun bahan-

    bahan yang mengandung gula tinggi, maka tidak memerlukan perlakuan

    pendahuluan yang berbeda dengan bahan yang berasal dari pati dan selulosa yang

  • 8

    memerlukan penambahan asam (perlakuan kimia) maupun proses enzimatis

    (penambahan enzym) untuk menghidrolisisnya menjadi senyawa yang lebih

    sederhana. Jika bahan-bahan untuk fermentasi berasal dari biji-bijian seperti

    gandum dan cereal lainnya, maka bahan tersebut harus di rendam dalam air

    (soaking) hingga berkecambah , direbus, diproses menjadi mash dan dipanaskan.

    Disamping penggunaan mikroorganisme pada proses fermentasi, kondisi optimal

    fermentasi harus dijaga seperti masalah aerasi, pH, suhu dan lain-lain.8

    Oleh karena itu perlulah kiranya pengawasan yang lebih tegas lagi dari

    Pemerintah Kabupaten Sleman setelah diberlakunya Peraturan Daerah Kabupaten

    Sleman Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Pelarangan Pengedaran, Penjualan dan

    Penggunaan Minuman Beralkohol. Tentu tidak cukup pula pengawasan hanya

    datang dari Pemerintah saja, sebagai masyarakat yang mempunyai agama, juga

    perlu melakukan pengawasan, dan dukungan kepada pemerintah dalam hal

    meminimalisir pengedaran, penjualan dan penggunaan minuman beralkohol yang

    telah marak.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan suatu

    rumusan masalah sebagai berikut :

    8http://www.generasimuslim.com/halal-a-haram/86-gimana-sih-bikin-minuman-beralkohol, didiakses selasa 10 maret 2009 jam (10.30wib).

  • 9

    1. Apakah dalam pengedaran, penjualan dan penggunaan minuman beralkohol di

    daerah Kabupaten Sleman telah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

    Sleman Nomor. 8 Tahun 2007 ?

    2. Bagaimana penegakan hukum dalam pengedaran, penjualan dan penggunaan

    minuman beralkohol ?

    C. Tujuan Peneliatian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan

    penelitian yaitu:

    1. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Sleman Nomor 8 Tahun

    2007 Tentang Pengedaran, Penjualan dan Penggunaan Minuman Beralkohol

    apakah berjalan efektif sesuai dengan cita-cita pemerintah daerah kabupaten

    sleman.

    2. Untuk mengetahui pelaksanaan penegakan hukum terhadap izin pengedaran

    penjualan dan penggunaan minuman beralkohol di Kabupaten Sleman.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Teoritis

  • 10

    Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    sumbangan dalam upaya memperkaya materi tentang penegakan hukum

    terhadap izin Pengedaran Penjualan dan Penggunaan Minuman Beralkohol.

    2. Praktis

    Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

    bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam rangka penegakan hukum

    terhadap izin Pengedaran Penjualan dan Penggunaan Minuman Beralkohol.

    E. Tinjauan Pustaka

    Administrasi dalam arti sempit berarti segala kegiatan tulis menulis, catat-

    mencatat, surat-menyurat, ketik-mengetik serta penyimpanan dan pengurusan

    masalah-masalah yang hanya bersifat teknis ketatausahaan belaka.

    Administrasi dalam arti luas, kata Administrasi barasal dari bahasa Inggris

    administration yang pada mulanya berasal dari bahasa Latin administrare

    yang berarti to serve atau melayani. Leonard D. White dalam bukunya

    Introduction on the Study of Public Administration mendefinisikan administrasi

    sebagai suatu proses yang umumnya terdapat pada semua usaha kelompok. negara

    atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar atau yang kecil. Sedangkan H.A.

    Simon didalam bukunya Public Admistration , mendefinisikan Administrasi

    negara sebagai kegiatan dari sekelompok manusia mengadakan usaha kerja sama

  • 11

    untuk mencapai tujuan bersama. The Liang Gie menyebutkan Administrasi

    sebagai organisasi, management, perbekalan dan perwakilan.

    Rohcmat Soemitro mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Hukum

    Administrasi Negara dan Hukum Tata Pemerintahan itu meliputi segala sesuatu

    mengenai Pemerintahan, yakni seluruh aktivitas Pemerintah yang tidak termasuk

    pengundangan dan peradilan.9

    Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang

    memungkinkan Administrasi Negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga

    melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi Negara, dan melindungi

    Administrasi Negara sendiri.

    Berdasarkan beberapa definisi bahwa dalam hukum administrasi negara

    terkandung dua aspek yaitu : Pertama adalah aturan-aturan hukum yang mengatur

    dengan cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya.

    Kedua : aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat perlengkapan

    Administrasi Negara dengan para warga negaranya. Seiring dengan

    perkembangan tugas-tugas pemerintahan, khususnya dalam ajaran walfare state,

    yang memberikan kewenangan yang luas kepada Administrasi Negara termasuk

    kewenangan dalam bidang legislasi, maka peraturan-peraturan hukum dalam

    Hukum Administrasi Negara disamping dibuat oleh lembaga legislatif, juga ada

    peraturanperaturan yang dibuat secara mandiri oleh Adminisrtasi Negara.

    Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan diatas, dapat diberi jawaban bahwa

    9 Sf. Marbun, 2004, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, Liberty, hlm 8-9.

  • 12

    Hukum Administrasi Negara adalah hukum dan peraturan-peraturan yang

    berkenaan dengan pemerintah dalam arti sempit atau Administrasi Negara,

    peraturan-peraturan tersebut dibentuk oleh lembaga legislatif untuk mengatur

    tindakan pemerintah dalam hubungannya dengan warga negara, dan sebagian

    peraturan-peraturan itu dibentuk pula oleh Administrasi Negara.10

    Hukum administrasi telah berkembang dalam suasana manakala pihak

    pemerintah mulai menata masyarakat dan dalam kaitan itu menggunakan sarana

    hukum, umpamanya dengan menetapakan dengan keputusan-keputusan larangan

    tertentu atau dengan menerbitkan sistem-sistem perizinan. Oleh karena itu dapat

    disepakati bahwa, hukum administrasi dalam bentuk sangat awalnya sudah terlalu

    kuno, oleh karena Pemerintah juga sejak duhulu kala telah bertanggung jawab atas

    penataan dan pengelolaan masyarakat secara lebih kurang. Hukum administrasi

    dalam bentuk yang demikian ini nampaknya senantiasa merupakan hukum

    administrasi luar biasa, yakni suatu hukum administrasi dalam bentuk suatu

    perundang-undangan tertentu, juga ketentuan-ketentuan pelaksanaan tambahan

    yang tertentu dan jika diperlukan beberapa yurisprudensi dalam suatu bidang

    konkrit yang terbatas dari urusan Pemerintah. Maka orang sudah melihat

    pertengahan abad ke-20 contoh-contoh hukum administrasi dalam bentuk aturan-

    aturan menurut undang-undang untuk mencegah rintangan, untuk melindungi

    monumen-monumen, untuk meningkatkan pembangunan yang baik, dan

    sebagainya.

    10 Ridwan HR, Op.cit , hlm.26-27

  • 13

    Dengan berkembangnya tugas-tugas pemerintah itu, orang dapat melihat

    bahwa pada berbagai bidang urusan Pemerintah itu terjadi suatu penumpukan dari

    pengeluaran aturan dan keputusan-keputusan pemerintah. Dengan demikian

    terjadi bidang-bidang hukum administrasi yang luar biasa yang merupakan lebih

    kurang sebagai yang berdiri sendiri ; hukum perpajakan, hukum pencegahan atau

    hukum lingkungan, hukum pengatur lapangan, dan seterusnya.

    Sebagai lawan istilah Hukum Administrasi Luar biasa kita kenal dengan

    istilah Hukum Administrasi Umum. Sebagai peranan pihak pemerintah menjadi

    lebih penting atas berbagai bidang sosial dan dengan demikian Hukum

    Administrasi Khusus meningkat pada bidang-bidang itu dan menjadi tambah sulit,

    maka timbul kebutuhan untuk mempelajari unsur-unsur bersama dari Hukum

    Administrasi Khusus itu dalam kaitannya satu sama lain. Oleh karena itu, disemua

    bidang urusan Pemerintah kita temukan umpamanya perizinan.11

    Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam

    hukum administrasi. Pemerintah mengunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

    mengemudikan tingkah laku para warga.

    Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang

    atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari

    ketentuan larangan perundangan. Dengan memberi izin, penguasa

    memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan

    11 R. Sri Soemantri Martosoewignjo, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gadjahmada University Press, hlm 30

  • 14

    tertentu sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang

    demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

    Izin (dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu

    peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang

    untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan yang

    buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-

    undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat

    melakukan pengawasan sekedarnya.

    Pada prinsipnya (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu tindakan dilarang,

    terkeculi diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentan yang

    disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu

    bagi setiap kasus. Jadi, persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenan

    dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-tindakan yang

    diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu (dicantumkan dalam ketentuan-

    ketentuan). Penolakan izin hanya dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh

    penguasa tidak dipenuhi atau bila karena suatu alasan tidak mungkin memberi izin

    kepada semua orang yang memenuhi kriteria.

    Pada umumnya system perizinan terdiri atas larangan, persetujuan yang

    merupakan dasar pengecualian (izin) dan ketentuan-ketentuan yang berhubungan

    dengan izin.

    Larangan dan wewenang suatu organ pemerintahan untuk menyimpang

    dari larangan itu dengan memberi izin, harus ditetapkan suatu perundang-

  • 15

    undangan . ini timbul dari azas legalitas : dalam Negara hukum demokrasi

    Pemerintahan ( kekuasaan eksekutif ) hanya memiliki wewenang-wewenang yang

    dengan tegas diberikan kepadanya dalam undang-undang dasar atau undang-

    undang lain. Latar belakang azas ini, yang disebut sebagai azas pemerintahan

    berdasarkan undang-undang (het beginsel van wetmatigheid van het bestuur),

    ialah keharusan untuk memperoleh jaminan-jaminan tertentu terhadap penguasa.

    Karena itu tindakan-tindakan penguasa diikat pada aturan-aturan yang jelas.

    Norma larangan yang diuraikan secara abstrak menujukan tingkah laku mana

    yang pada umumnya yang tidak diperbolehkan. Pelanggaran norma ini biasanya

    dikaitkan dengan sanksi-sanksi Hukum Administrasi atau sanksi-sanksi hukum

    pidana.

    Berkaitan dengan izin, kalau norma larangan umum dikaitkan dengan

    norma umum yang memberikan kepada suatu organ pemerintah berupa wewenang

    untuk menggantikan larangan itu dengan persetujuan dalam suatu bentuk tertentu.

    Keputusan yang memberikan izin adalah suatu keputusan tata usaha negara

    (keputusan TUN). Keputusan Tata Usaha Negara ialah suatu keputusan sepihak

    dari suatu organ pemerintahan., diberikan atas dasar wewenang ketatanegaraan

    atau ketatausahaan, yang menciptakan bagi suatu atau lebih keadaan kongkrit atau

    individual, suatu hubungan hukum, menetapkannya secara meningkat atau

    membebaskannya, atau ditolak, menurut akibat hukumnya, izin adalah keputusan

    Tata Usaha Negara yang menciptakan hukum (atau kostitutif). Ini berarti bahwa

    dengan izin dibentuk suatu hubungan hukum tertentu. Dalam hubungan hukum ini

    oleh organ pemerintah diciptakan hak-hak (izin) dan kewajiban-kewajiban

  • 16

    (melalui ketentuan-ketentuan) tetentu bagi yang berhak. Ketentuan-ketentuan

    adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organ pemerintahan yang

    memberikan izin. Fakta bahwa banyak hal izin dikaitkan pada syarat-syarat,

    berhubungan erat dengan fungsi system perizinan sebagai salah satu instrumen

    pengarah (pengendalian) dari penguasa.

    Perizinan menurut akibat hukumnya dipaparkan sebagai keputusan yang

    menciptakan hukum : dengan pemberian izin, timbul hubungan hukum tertentu.

    Pembedaan keputusan yang menciptakan hukum atau yang menetapkan hukum

    merupakan alat bantu untuk ikut menentukan kebebasan menguji dari hakim.

    Kalau pembuat undang-undang menggantungkan akibat hukum pada kenyataan

    obyektif yang dipaparkan dengan samar-samar atau apapun tidak (keputusan yang

    menetapkan hukum), maka hakim memiliki kesempatan untuk menguji secara

    lengkap. Dalam hal ini hakim meneliti cara menetapkan hukum oleh organ

    pemerintahaan. Namun bila pembuat undang-undang memberikan kebebasan

    kebijaksanaan, maka ia dengan itu menghendaki penciptaan ruang bagi

    perundangan kreatif oleh organ pemerintahan untuk keadaan kongkrit individual.

    Fakta bahwa keputusan untuk memberi izin atau tidak adalah suatu

    keputusan TUN, berakibat bahwa organ yang berwenang dalam hal ini terikat

    pada aturan-aturan dari hukum tertulis dan tidak tertulis. Pertama-tama keterikatan

    pada undang-undang sendiri yang mengatur wewenang itu. Tergantung pada

    kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mewajibkan pula organ

    berwenang untuk pada kondisi-kondisi yang ditentukan memberi izin maka

    terdapat wewenang menetapkan yang terikat atau justru bebas. Perbedaan antara

  • 17

    wewenang bebas dan terikat penting pula bagi pertannyaan apakah suatu izin

    dapat ditarik kembali. Pada dasarnya hanya keputusan Tata Usaha Negara bebas

    yang dapat ditarik kembali, kecuali bila undang-undang dengan tegas menentukan

    bahwa juga keputusan-keputusan terikat boleh ditarik kembali.12

    12 Philipus Mandiri Hadjon, Op.,cit, hlm 2-8