t1_292008216_bab ii

31
6 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Metode Pembelajaran Praktikum 2.1.1 Pengertian Metode Bidang pendidikan sangat penting peranannya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan hendaknya dikelola dengan baik. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, kemampuan guru (Profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos‟‟ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode mengajar adalah cara tertentu yang digunakan untuk menyampaikan pesan informasi dari satu penyampai informasi kepada penerima informasi (Mulyani Sumantri: 2001: 254). Sedangkan pakar lain mengatakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar (Slameto, 2003: 15). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2002) menyebutkan bahwa metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri

Upload: multazamchan

Post on 17-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    Kajian Pustaka

    2.1 Metode Pembelajaran Praktikum

    2.1.1 Pengertian Metode

    Bidang pendidikan sangat penting peranannya dalam mempersiapkan sumber

    daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan hendaknya dikelola

    dengan baik. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan

    tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa, ditentukan

    oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat

    mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, kemampuan guru (Profesionalisme guru)

    dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi

    kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan

    pembelajaran yang lebih baik.

    Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan

    yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

    menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

    sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai

    tujuan.

    Metode mengajar adalah cara tertentu yang digunakan untuk menyampaikan

    pesan informasi dari satu penyampai informasi kepada penerima informasi (Mulyani

    Sumantri: 2001: 254). Sedangkan pakar lain mengatakan bahwa metode mengajar

    adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar (Slameto, 2003:

    15). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2002) menyebutkan bahwa metode

    adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

    sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) Metode

    pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan

    dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan M. Sobri

    http://hipni.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar.html

  • 7

    Sutikno (2009: 88) menyatakan, Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan

    materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada

    diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

    Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

    mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan

    praktis, untuk mencapai tujuan pembelajaran (Wina Senjaya, 2008). Terdapat

    beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan

    strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah; 2) demonstrasi; 3) diskusi; 4)

    simulasi; 5) laboratorium/pratikum; 6) pengalaman lapangan; 7) brainstorming; 8)

    debat, 9) simposium, dan sebagainya.

    Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan metode

    pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam proses

    pembelajaran untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran atau informasi kepada

    peserta didik, agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan dapat

    mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    2.1.2 Pengertian Praktikum

    Praktikum berasal dari kata praktik, artinya melakukan suatu kegiatan secara

    nyata dan berdasarkan pada teori yang sudah dipelajari sebelumnya. Praktikum

    merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan atau membuktikan suatu

    teori, yang meliputi, mengamati, mengukur sehingga diperoleh data yang kemudian

    dipergunakan untuk menarik kesimpulan. Sedangkan menurut KBBI (2001)

    praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat

    kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dikeadaan nyata, apa yang diperoleh

    dari teori dan pelajaran praktik.

    Hamalik dalam Arsyad (2000) mengemukakan bahwa pengajaran dalam proses

    belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar

    bahkan membawa pengaruh psikologi pada siswa. Inti proses pengajaran tidak lain

    adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan

  • 8

    pengajaran akan tercapai secara maksimal jika disesuaikan dengan kegiatan belajar

    mengajar yang diterapkan (Djamarah, 2002). Oleh karena itu sebagai seorang

    pengajar guru harus dapat menentukan kegiatan belajar mengajar yang tepat dan

    dapat menarik siswa khususnya mata pelajaran IPA. Salah satunya adalah praktikum

    yang merupakan bentuk pengajaran dimana siswa secara aktif dan langsung dalam

    usaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman teori atau memberikan suatu

    keterampilan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, dan berdasarkan petunjuk

    yang ada.

    Menurut Arsyad (2000) belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman

    langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar

    mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

    perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

    Praktikum merupakan bagian pengajaran yang bertujuan agar siswa

    mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata

    atau belajar melalui pengalaman langsung apa yang diperoleh dalam teori. Kondisi ini

    menempatkan siswa dalam situasi yang menuntut siswa mengalami sendiri

    pertentangan pikiran secara pribadi, sehingga mampu merangsang minat dan

    keingintahuannya. Melalui pengetahuan empiris siswa akan tertolong dalam mencari

    tahu secara tuntas apa yang diterima dan diamati secara langsung. Kesulitan yang

    mungkin terjadi dari penjelasan guru akan teratasi dengan mudah. Metode pengajaran

    ini berupa penggunaan alat dengan bantuan alat-alat untuk menjelaskan suatu konsep

    tertentu (Omang, 1989).

    Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

    pembelajaran IPA, sehingga IPA disebut dengan experimental science. Hal itu sejalan

    dengan pendapat Sagala, S (2005: 220) yang menjelaskan bahwa proses belajar

    mengajar dengan praktikum ini berarti siswa diberi kesempatan untuk mengalami

    sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan

    menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

  • 9

    Praktikum bukanlah sekedar menggunakan alat, melainkan untuk

    memperlihatkan suatu prinsip, menguji kebenaran teori yang diperoleh secara teoritis

    dan untuk memperkuat pemahaman serta kepercayaan. (Wahyudi. 2004)

    Menurut Utomo, (1994) Praktikum merupakan salah satu bentuk pengajaran

    yang terutama cocok memenuhi fungsi pendidikan umum latihan dan umpan balik

    dan fungsi khusus memperbaiki motivasi siswa. Penggunaan kegiatan belajar

    mengajar ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri

    jawaban atas persoalan yang dihadapinya, sekaligus membuktikan kebenaran dari

    teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Kerja praktik memberikan siswa suatu ide,

    untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dari kelas dalam kehidupan sehari-hari.

    Dengan demikian, kerja praktik dapat membantu siswa untuk mendemonstrasikan

    hal-hal dengan mata pelajaran secara menyeluruh (Percival, 1998).

    Metode praktikum bukanlah metode yang baru dalam pembelajaran, hanya saja

    pada satuan pendidikan khususnya sekolah dasar metode ini jarang dilakukan.

    Metode praktikum ini unggul dari beberapa metode pembelajaran yang lain, salah

    satu yang menyebabkan metode ini unggul adalah pembekalan pengalaman empiris

    yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan minat yang kuat dalam diri siswa (Berg,

    1991). Kegiatan praktikum memang membutuhkan waktu yang lebih lama

    dibandingkan dengan belajar secara teori. Akan tetapi masalah tersebut dapat diatasi

    dengan mengatur waktu dan mengalokasikan sesuai dengan jadwal yang telah

    direncanakan sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa ada

    masalah pada pengaturan waktunya.

    2.1.3 Alasan Melaksanakan Praktikum

    Menurut (Berg, 1991; Lee, 1982; Mills. 1985; Nasution, 1988; Omang, 1989)

    ada beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa guru melakukan praktikum

    yaitu :

  • 10

    a. Keinginan guru untuk melakukan penguatan atau peneguhan. Praktikum dapat

    digunakan untuk mengulangi dan mempertegas kebenaran teoritis yang dianjurkan

    oleh guru.

    b. Menunjukkan bahwa IPA adalah ilmu eksperimental sehingga kebenaran teoritis

    dapat diuji melalui praktikum.

    c. Dalam praktikum siswa terlibat dalam merumuskan masalah, menganalisa hasil,

    menarik kesimpulan dan siswa dapat menjelaskan kembali.

    d. Praktikum dapat digunakan untuk menghilangkan keraguan siswa terhadap suatu

    konsep sains. Praktikum juga merupakan salah satu usaha untuk menghilangkan

    verbalisme pada siswa.

    e. Terbentuknya rasa ingin tahu, keterbukaan antar siswa, mempunyai sikap berani

    mengambil resiko dan pantang menyerah yang ada di dalam diri siswa.

    f. Penyerapan siswa terhadap materi pelajaran akan lebih tinggi jika bahasanya lebih

    kongkrit.

    g. Menunjang pelajaran dan mendidik siswa menjadi peneliti yang baik.

    2.1.4 Keuntungan dan Kelebihan Praktikum

    Menurut Breg (1991), keuntungan praktikum bagi siswa ada tiga hal yaitu

    siswa lebih terlibat karena mereka sendiri yang melakukan, siswa dapat berpikir

    sendiri tidak menyembunyikan diri dalam kelas yang besar, dan siswa memperoleh

    keterampilan menggunakan alat. Manfaat yang juga menonjol dalam melakukan

    praktikum adalah hubungan antar personal yaitu kerja sama, komunikasi, keterbukaan

    dan merasa saling membutuhkan dan dibutuhkan (Kartika. 1985). Berikut ini

    beberapa kelebihan praktikum menurut (Percial dan Elington, 1998) :

    a. Dalam penyampaian bahan, menggunakan kegiatan dan pengalaman langsung

    dan kongkrit. Kegiatan dan pengalaman demikian lebih menarik perhatian siswa

    dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai

    makna.

  • 11

    b. Lebih realistis dan mempunyai makna, sebab siswa bekerja langsung dengan

    contoh-contoh nyata, siswa langsung mengaplikasikan kemampuannya.

    c. Para siswa belajar langsung menerapkan prinsip-prinsip dan langkah-langkah

    pemecahan masalah.

    d. Banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar.

    Kegiatan demikian akan membangkitkan motivasi belajar sebab kegiatan belajar

    akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.

    Selain kelebihan, terdapat juga kelemahan praktikum yaitu membutuhkan

    persiapan yang rumit dan cermat dari guru. Jika persiapan tidak baik atau kurang

    maka peluang kegagalan akan munculnya kendala-kendala semakin besar. Berikut ini

    beberapa kelemahan praktikum menurut (Percial dan Elington, 1998) :

    a. Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan belajar secara teori.

    b. Bagi siswa yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih

    terbatas.

    c. Menuntut kemandirian, kepercayaan diri sendiri, kebiasaan bertindak sebagai

    subjek pada lingkungan yang kurang memberikan peran kepada anak sebagai

    subjek, karena umumnya mereka lebih banyak diperlakukan sebagai objek.

    d. Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektifitasnya, terlalu cepat pada suatu

    kesimpulan dan membuat generalisasi yang terlalu umum dari pengalaman yang

    sangat terbatas.

    2.1.5 Tujuan Praktikum (Utomo dan Ruijter (1994)) :

    a. Keterampilan Kognitif :

    Melatih agar teori dapat dimengerti, agar segi-segi teori yang berlainan dapat

    diintegrasikan, agar teori dapat diterapkan kepada problema yang nyata.

    b. Keterampilan Afektif :

    Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri, belajar bekerja sama, belajar

    mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya.

  • 12

    c. Keterampilan Psikomotorik :

    Belajar memasang peralatan sehingga benar-benar berjalan, belajar memakai

    peralatan dan instrumen tertentu.

    2.2 Alat Peraga Periskop Sederhana.

    2.2.1 Pengertian Alat Peraga

    Menurut Nasution (1985: 100) alat peraga adalah alat pembantu dalam

    mengajar agar lebih efektif. Pendapat lain dari pengertian alat peraga atau Audio-

    Visual Aids (AVA) adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera

    pendengaran (Suhardi, 1978: 11). Sejalan dengan itu Sumadi (1972: 4)

    mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran

    atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari

    media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses

    komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.

    Berdasarkan uraian dari para ahli jelaslah bahwa alat peraga adalah segala

    sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran,

    perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses

    belajar pada diri siswa, sebagai alat bantu dalam mengajar agar proses belajar

    mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif serta dapat membantu siswa untuk

    memahami suatu konsep atau materi pelajaran dan bagi guru untuk membantu,

    melengkapi atau bahkan menggantikan tugas guru dalam mengajar.

    2.2.2 Pengertian Periskop

    Periskop merupakan alat optik untuk mengamati dari posisi tersembunyi.

    Morgan Robertson (30 September 1861- 24 Maret 1915) adalah pengarang cerita

    pendek dan novel terkenal Amerika Serikat, kemungkinan ia juga penemu periskop.

    Periskop biasanya digunakan pada kapal selam atau kendaraan lapis baja untuk

    melihat apa saja yang ada di atas permukaan laut atau di luar kendaraan lapis baja.

  • 13

    Periskop generasi baru ini dikenal dengan nama Photonic Mast. Photonic mast

    tidak menggunakan prisma dan lensa seperti diperiskop biasa. Komponen-

    komponennya merupakan komponen elektronik canggih yang berfungsi sebagai unit

    sensor elektro-optik yang bisa menyediakan tampilan visual, sarana navigasi kapal,

    serta berbagai fungsi komunikasi lainnya. Sensor multifungsi ini terletak pada bagian

    yang dapat berotasi (rotating head). Kelebihan lain desain baru ini adalah ukurannya

    yang sangat kecil. Periscope well yang menjadi markas tidak lagi menjulur dari

    dasar sampai sail, justru periscope well desain baru ini hanya terletak di bagian sail

    saja sehingga ruang kendali dapat diposisikan di bagian yang lebih luas dan tidak

    sempit. Faktor keselamatan pun dapat ditingkatkan karena canggihnya teknologi yang

    melingkupi kapal selam masa depan ini. Prinsip kerja periskop, Periskop di kiri

    menggunakan cermin, sedangkan periskop kanan menggunakan prisma adalah posisi

    pengamat.

    Tugas utama periskop adalah untuk mengintip keadaan di permukaan laut saat

    kapal selam masih menyelam di bawah air. Sebuah periskop yang paling sederhana

    memiliki dua cermin, yang satu terletak di ujung atas (berfungsi sebagai mata

    pengintipnya), yang lainnya terletak di dasar periskop. Cahaya yang terkumpul di

    cermin atas kemudian diarahkan menuju cermin di dasar periskop sehingga nahkoda

    kapal dapat melihat bayangan benda yang ada di depan periskop di atas permukaan

    laut. Seiring perkembangan teknologi, periskop kapal selam pun mengalami banyak

    penyempurnaan, panjang periskop biasanya bisa mencapai 18 meter.

    2.2.3 Pengertian periskop sederhana

    Mengutip dari artikel wikipedia Indonesia, Periskop sederhana adalah alat

    untuk melihat ketika dihalangi kerumunan orang. Periskop sederhana dapat dibuat

    dengan menggunakan kardus atau kertas karton yang diberi cermin pararel dan saling

    berhadapan dengan sudut 45 pada setiap sisinya. Sebuah periskop yang paling

    sederhana memiliki dua cermin, yang satu terletak di ujung atas (berfungsi sebagai

    mata pengintipnya), yang lainnya terletak di dasar periskop. Seperti yang diungkap

  • 14

    pada bagian awal, bahwa periskop itu sebenarnya merupakan alat yang digunakan

    pada kapal selam atau kendaraan lapis baja untuk melihat apa saja yang ada di atas

    permukaan laut atau diluar kendaraan lapis baja, maka sebenarnya model periskop

    sederhana ini hanya sebatas memperkenalkan prinsip dasar pada periskop, yang mana

    untuk melihat benda tidak harus kelihatan seluruh bagian kepala, atau dengan kata

    lain memperkenalkan cara melihat benda dengan cara sembunyi-sembunyi tidak

    secara langsung terlihat siapa yang melihat dengan memanfaatkan sifat cahaya dapat

    dipantulkan dan pada akhirnya cahaya mengenai mata kita.

    2.2.4 Cara Membuat Periskop Sederhana.

    Bahan dan alat periskop sederhana adalah sebagai berikut:

    1. Bahan :

    a. Kardus bekas atau kertas karton

    b. Dua buah cermin

    c. Solasi kertas atau selotip

    d. Lem

    2. Alat :

    a. Gunting

    b. pemes atau silet

    c. Penggaris

    d. pensil atau pulpen

    3. Cara mengerjakan :

    a. Sediakan dua macam cermin datar, kardus bekas/ kertas karton, dan alat

    pendukung lainnya.

    b. Bagilah kardus/ kertas karton menjadi empat bagian yang sama.

    c. Buatlah dua buah persegi kecil.

    d. Potonglah persegi panjang kecil membentuk sudut 45 pada dua sisi yang lain.

    e. Lipatlah kardus membentuk persegi panjang dan rekatkan dengan selotip.

  • 15

    f. Selipkan cermin datar pada celah bersudut dan rekatkan dengan selotip. Salah

    satu cermin menghadap ke atas dan yang lainnya menghadap ke bawah.

    g. Tutuplah ujung persikop dengan cermin di bagian dalam. Rekatkan sisi

    penutup yang di dalamnya terdapat cermin itu dengan solasi keras.

    h. Posisi lembar sisi yang akan digabung menjadi persikop seperti dibawah ini :

    Gambar 2.1 : Skema Model Periskop Sederhana.

    i. Tegakkan periskop, putar-putar posisi periskop agar lubang pengintai

    mengarah pada suatu objek tertentu. Amati cermin bawah melalui lubang

    pengintai.

    j. Jika semua bagian sudah direkatkan, maka jadilah persikop sederhana itu.

    Cobalah untuk melihat bagian luar kelas dengan kepala tersembunyi di balik

    tembok.

    Gambar 2.2 : Periskop Sederhana

    http://2.bp.blogspot.com/-BW7VkSRVeZI/TcOzuL4Vt6I/AAAAAAAABpA/8nJwfgmZ0aQ/s1600/Copy+of+periskop+sederhana.bmp

  • 16

    2.2.5 Penggunaan Periskop Sederhana dalam Pembelajaran

    Kehadiran alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang

    cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan-bahan yang

    disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media atau alat peraga sebagai

    perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan, Daryanto (2010: 4). Selembar

    kertas karton, bahkan bekas kardus sekalipun, bisa dibentuk menjadi sebuah alat

    peraga pendidikan yaitu periskop sederhana. Periskop sederhana ini adalah suatu alat

    bantu dalam pembelajaran yang memiliki kekuatan kreativitas yang tentu saja biasa

    dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam memahami materi tentang pemantulan

    cahaya.

    Penggunaan alat peraga periskop sederhana dalam pembelajaran, memegang

    peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang

    efektif, kreatif dan dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena periskop

    sederhana dapat dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana serta mudah didapatkan.

    Bentuk periskop ini bisa disesuaikan dengan kreativitas masing-masing siswa,

    asalkan periskop dibuat dengan aturan-aturan tertentu serta dapat digunakan. Setiap

    proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan,

    bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, peranan media

    pembelajaran seperti alat peraga merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran

    yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi sehingga tidak

    terjadi kesalahan miskonsepsi. Dalam proses belajar mengajar alat peraga periskop

    sederhana dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa

    lebih efektif dan efisien dan dapat membantu siswa memahami materi tentang Sifat-

    sifat cahaya terutama pada poin pemantulan cahaya. Periskop sederhana ini

    digunakan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar untuk memperkuat

    pembelajaran Penerapan sifat cahaya dalam membuat suatu karya. Alat ini dapat

    digunakan untuk mengintai atau melihat benda-benda di balik tembok, sebagai

    refleksi sederhana periskop yang dipakai di kapal selam.

  • 17

    Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran alat peraga periskop sederhana

    juga dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan

    antusias, karena alat peraga yang menarik dapat menarik perhatian mereka dalam

    mengikuti pembelajaran, sehingga hal ini akan berdampak pada kemampuan siswa

    untuk mengembangkan kreativitas serta meningkatkan kualitas belajar siswa.

    2.3 Pendidikan IPA

    Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu

    pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

    IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan

    dan IPA itu sendiri.

    2.3.1 Pengertian Pendidikan

    Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan proses sepanjang hayat

    dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap

    potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk

    individu dan makhluk sosial, serta sebagai makhluk Tuhan.

    Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha

    yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik

    secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya

    pengajaran dan latihan.

    Berdasarkan definisi pendidikan dari para ahli dapat disimpulkan bahwa

    pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun

    kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang

    ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Dari definisi dari

    para ahli juga dikatakan bahwa pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada

    pengembangan pola pikir saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi

    yang ada pada diri seseorang, jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada

    kepribadian seseorang untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik.

  • 18

    2.3.2 Pengertian IPA

    IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso

    (1998: 23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan

    dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,

    sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.

    Menurut Abdullah (1998: 18), IPA merupakan pengetahuan teoritis yang

    diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan

    observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi

    dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

    Berdasarkan pendapat dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa IPA

    merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan

    menggunakan langkah-langkah ilmiah, berupa metode ilmiah dan didapatkan dari

    hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum, sehingga akan terus di

    sempurnakan. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan

    objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan

    perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri

    dari tiga aspek yaitu fisika, biologi dan kimia. Pada apek fisika IPA lebih

    memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek biologi IPA mengkaji pada

    persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada

    aspek kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup

    maupun benda tak hidup yang ada di alam. Dari uraian mengenai pengertian

    pendidikan dan IPA, maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan,

    dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar.

    Pendidikan IPA menurut Tohari (1978: 3) merupakan usaha untuk

    menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA,

    memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA

    berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA. Pendidikan IPA menurut

    Sumaji (1998: 46) merupakan Suatu ilmu pegetahuan sosial yang merupakan

  • 19

    disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin

    ilmu yang bersifat produktif.

    Berdasarkan pendapat dari kedua ahli tentang pendidikan IPA, maka dapat

    disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara

    sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah

    ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa

    dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di dalam masyarakat.

    Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap

    siswa terutama yang ada di Sekolah Dasar. Memiliki kepribadian yang baik, dapat

    menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk

    dijadikan sebagai sumber ilmu sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

    hari. Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam

    setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut.

    Bukan berarti teori-teori lama tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan

    sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian

    dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru, hanya saja teori tersebut bukan untuk

    dihafal namun diterapkan sebagai tujuan proses pembelajaran.

    Melihat hal tersebut nampaklah pendidikan IPA harus bisa menumbuhkan sikap

    ilmiah yang ada di dalam siswa, serta dapat membuat peserta didik memiliki

    kepribadian yang baik, agar siswa bisa menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan

    pendidikan, untuk itu perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang

    ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai,

    karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun

    juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik yang

    memerlukan pembuktian secara nyata.

    (http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/pengertian-pendidikan-ipa-dan-

    perkembangannya/).

  • 20

    2.3.3 Tujuan Pengajaran IPA di Sekolah Dasar.

    IPA merupakan konsep pembelajaran yang erat kaitannya dengan alam dan

    mempunyai hubungan yang sangat luas dengan kehidupan manusia. Pembelajaran

    IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi,

    karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan

    dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pemahaman tentang

    alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih

    bersifat rahasia, sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu

    pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dengan demikian, dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia maupun

    di Negara-negara maju sangat mempengaruhi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi (IPTEK).

    Tujuan pengajaran IPA di sekolah bisa sangat beragam, yaitu IPA sebagai

    produk, IPA sebagai proses, sains-teknologi dan masyarakat ataupun IPA untuk

    pengembangan sikap dan nilai, dan pendekatan keterampilan personal dan sosial.

    Secara keseluruhan berbagai kemungkinan tujuan pengajaran IPA ini bisa

    diwujudkan melalui pengajaran IPA di laboratorium, karena proses pembelajaran IPA

    bukan hanya menyangkut olah pikir (minds-on) tetapi juga olah tangan (hands-on)

    yang berupa kerja praktik. Melalui kerja praktik ini, siswa dapat mengembangkan

    keterampilan proses IPA, yaitu kompetensi psikomotoriknya, bahkan ada

    kemungkinan juga dapat berkembangnya aspek afektif. Kegiatan praktik ini dapat

    berupa penemuan ataupun discovery yang dilakukan guru, kelompok siswa baik di

    labolatorium, bahkan bisa di dalam kelas, maupun di lapangan.

    IPA sebagai produk atau IPA buku teks adalah pengajaran tubuh pengetahuan

    IPA yang terdapat dalam buku pelajaran IPA. Berbagai topik bahasan IPA di sekolah

    biasanya diajarkan dengan beragam konsep dan keterkaitannya, serta hubungan

    antara berbagai konsep tadi dengan hukum-hukum alam, penjelasan teoritis, beragam

    diagram, contoh perhitungan, eksperimen dan lain-lain.

  • 21

    Tujuan pengajaran IPA ditingkat Sekolah Dasar ditunjukkan untuk

    mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat

    dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tujuan untuk mengembangkan

    rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

    mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. John W. Santrock

    mengungkapkan bahwa pengajaran IPA yang efektif haruslah bisa membantu siswa

    untuk membedakan antara kesalahan yang berguna dan miskonsepsi, antara

    kesalahan yang berada di jalur yang benar dengan pemahaman yang tidak lengkap,

    dan ide yang benar-benar salah yang perlu diganti dengan konsep yang benar-benar

    akurat. Kemudian juga, kebanyakan siswa lebih tertarik pada sains yang membahas

    persoalan sehari-hari yang relevan dengan kehidupan mereka ketimbang

    mendiskusikan teori-teori abstrak. Kedua pendapat tersebut semakin menguatkan

    bahwa tujuan pembelajaran sains yang ditetapkan harus bisa membantu siswa dalam

    memahami suatu konsep pembelajaran IPA agar tidak terjadi miskonsepsi, dan harus

    relevan dengan kebutuhan anak. http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/pengertian-

    pendidikan-ipa-dan-perkembangannya/.

    2.4 Pembelajaran IPA dengan Metode Praktikum dengan Alat Peraga

    Periskop Sederhana

    Suparno, P (2007) menjelaskan bahwa metode praktikum adalah metode

    mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan

    atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran. Dalam

    mengimplementasikan kegiatan praktikum dalam pembelajaran, umumnya siswa

    dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil antara 2-4 orang, tergantung pada

    ketersediaan alat dan bahan. Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar umumnya siswa

    kesulitan dalam melakukan percobaan, karena itu guru harus menyediakan LKS

    sebagai panduan bagi siswa dalam melakukan praktikum.

    Penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana dalam

    pembelajaran IPA khususnya untuk menjelaskan konsep pemantulan cahaya sangat

  • 22

    baik untuk menunjang pembelajaran. Apalagi jika siswa terlibat dalam membuat

    periskop sederhana, siswa akan termotivasi dalam belajar. Selain itu siswa dapat

    berkreasi sendiri dengan kreativitasnya masing-masing untuk dapat membuat

    periskop sederhana yang akan membantunya dalam memahami materi tentang

    pemantulan cahaya, agar penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop

    sedehana ini dapat mencapai hasil dengan baik maka perlu dilakukan langkah-

    langkah sebagai berikut (sumber : Science Education Quality Imphovement Project

    (SEQIP)) :

    2.4.1 Langkah Persiapan

    Sebelum memulai pembelajaran ini guru harus melakukan percobaan sendiri

    untuk menghasilkan bayangan dan membuat periskop sederhana. Dengan demikian

    guru dapat memberikan petunjuk yang tepat kepada siswa. Persiapan yang baik perlu

    dilakukan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang

    dapat muncul. Persiapan untuk metode praktikum antara lain;

    a. Menetapkan tujuan praktikum

    b. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan

    c. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas

    tempat praktikum

    2.4.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktikum

    2.4.3 Pengenalan

    Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya siswa diberi pemahaman tentang

    pemantulan cahaya. Mintalah siswa untuk mengamati gejala pemantulan cahaya

    dengan menggunakan cermin datar. Berdasarkan pengetahuan ini siswa dapat diberi

    beberapa pertanyaan, misalnya apa saja kegunaan cermin datar, dengan bantuan

    cermin datar dapatkah siswa membelokan cahaya matahari dari halaman ke dalam

    rumah?. Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan jawaban mereka.

    Mungkin jawaban siswa ada yang benar, dan ada juga yang salah.

  • 23

    Tugas guru adalah mencatat jawaban-jawaban tersebut di papan tulis dengan

    catatan jangan dibahas dulu. Untuk memasuki kegiatan inti pembelajaran, dapat

    ditegaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar dan bermain-main dengan

    cermin, dan membuat peralatan sederhana dengan menggunakan cermin datar. Hal ini

    pasti dapat membuat siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

    Selama proses pelaksanaan metode praktikum berlangsung guru perlu

    melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik

    secara menyeluruh maupun per kelompok. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan

    antara lain:

    1) Kegiatan 1 (Membelokan Cahaya)

    a. Perhatikan cahaya matahari di halaman sekolah. Bila cahaya matahari di luar

    bersinar terang, ajukanlah permasalahan berikut ini. Bagaimana caranya agar

    cahaya matahari tersebut dapat dibelokan sehingga masuk ke dalam ruang

    kelas?

    b. Berikan cermin datar kepada salah seorang siswa. Mintalah siswa tersebut ke

    halaman sekolah dengan membawa cermin. Suruh ia bermain-main dengan

    cermin tersebut untuk membelokan cahaya matahari masuk ke dalam kelas,

    misalnya melalui lubang pintu, melalui jendela, melalui kaca dinding kelas

    dan lain-lain.

    c. Mintalah siswa yang lain untuk mengamati hasil kegiatan temannya tadi.

    Ajaklah siswa untuk mendiskusikan kegiatan tersebut. Arahkan diskusi untuk

    menarik kesimpulan.

    d. Jika cuaca tidak mendukung guru bisa menggunakan cahaya lampu senter

    sebagai pengganti cahaya matahari, kemudian mintalah dua orang siswa maju

    di depan kelas, satu memegang cermin dan anak kedua memegang lampu

    senter. Kemudian arahkan cahaya lampu senter pada cermin, putar atau

    arahkan cahaya yang mengenai cermin pada benda-benda di sekitar kelas

    dengan catatan tidak boleh di arahkan pada siswa lain yang ada di dalam

    kelas.

  • 24

    2) Kegiatan 2 (Memantulkan Cahaya)

    a. Susun lampu senter, balok kayu (buku) dan karet penghapus dimeja

    demonstrasi seperti gambar berikut ini :

    2 buah cermin

    Gambar 2.3 : Demonstrasi Kegiatan 2

    b. Ajukan permasalan berikut Bagaimana caranya agar cahaya lampu senter

    dapat menerangi karet penghapus, tanpa mengangkat senter?. Siswa yang

    telah menemukan jawabannya diminta untuk maju di depan kelas menjelaskan

    sekaligus mempraktikannya, siswa yang lain diminta untuk memperhatikan.

    Diharapkan ada siswa yang menemukan cara dengan menggunakan dua buah

    cermin yang dipasang saling berhadapan di bagian atas. Salah satu cermin

    dicondongkan ke arah nyala senter sedangkan cermin kedua dicondongkan ke

    arah karet penghapus, jika tidak ada yang bisa, guru bisa memberikan

    pertanyaan yang dapat membuka ide siswa. Jika ibu/ bapak menggunakan dua

    buah cermin ini dengan dipasang saling berhadapan di bagian atas, bisa tidak

    nyala senter itu mengenai karet penghapus?. Sekarang salah satu cermin

    dicondongkan ke arah nyala senter, sedangkan cermin kedua dicondongkan ke

    arah karet penghapus apa yang anak-anak lihat? (ini alternatif jika tidak ada

    yang dapat menjawab permasalahan di atas).

    Prinsip pembelokan cahaya oleh cermin datar yang baru ditemukan itu

    dapat digunakan sebagai dasar dalam perancangan peralatan sederhana yaitu

    periskop sederhana, untuk menerapkan pengetahuan ini ajaklah siswa untuk

    melakukan kegiatan selanjutnya.

    senter Buku/balok

    kayu

    Karet penghapus

  • 25

    3) Kegiatan 3 (Memantulkan Cahaya)

    Berdasarkan pengetahuan setelah siswa melakukan percobaan sebelumnya

    mintalah salah satu siswa berdiri di depan kelas membelakangi teman-temannya

    dengan memegang cermin datar, mintalah dia untuk menyebutkan nama teman-

    temannya yang duduk di belakangnya, misalnya namanya siapa, duduk dengan

    siapa dan lain-lain. Setelah siswa terampil menggunakan cermin datar untuk

    mengamati benda-benda di belakangnya serta untuk membelok-belokkan cahaya,

    ajak mereka untuk membuat periskop sederhana.

    4) Kegiatan 4 (Membuat Periskop Sederhana)

    Setelah siswa terampil menggunakan cermin datar untuk mengamati benda-

    benda di belakangnya serta untuk membelokkan cahaya, ajaklah siswa untuk

    membuat Periskop sederhana. Jelaskanlah terlebih dahulu bagaimana cara

    membuat periskop sederhana.

    2.4.4 Tindak Lanjut Metode Praktikum

    Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah:

    a. Meminta siswa membuat laporan praktikum.

    b. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil laporan praktikum.

    c. Meminta siswa untuk menyimpan kembali semua perlengkapan yang telah

    digunakan.

    Penggunaan metode praktikum IPA dengan alat peraga periskop sederhana ini

    diharapkan dapat membantu siswa memahami materi tentang pemantulan cahaya,

    serta untuk mengembangkan kreativitas siswa yang meliputi aspek rasa ingin tahu,

    keterbukaan terhadap pengalaman, toleransi terhadap resiko dan mempunyai energi

    dalam memecahkan masalah tentang materi yang disampaikan serta dapat membuat

    suatu alat peraga yang dapat membantunya dalam memahami materi tersebut.

  • 26

    2.5 Pengertian Kreativitas

    Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses

    kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan penciptaan besar yang mewarnai

    sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya.

    Menurut Campbel (1986) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil

    yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti. Baru berarti bersifat inovasi,

    belum ada sebelumnya, segar, menarik dan aneh. Berguna berarti dapat memberikan

    kepuasan, praktis, memudahkan, memperlancar, dan sebagainya. Kreativitas dapat

    dimengerti berarti dapat dibuat dalam kesempatan lain.

    Menurut (Clark Moustatis), kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan

    mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan

    diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Kreativitas menurut (KBBI) adalah

    kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Sedangkan menurut (Conny R.

    Semiawan) Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru yang

    menerapkannya dalam pemecahan masalah.

    Utami Munandar (1992) mengatakan kreatif sebagai kemampuan untuk

    membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada.

    Sejalan dengan Utami Munandar, Parnes (dalam Issenberg, 1993: 4) menyatakan

    kreativitas sebagai proses berpikir dan merespon yang meliputi menghubungkan

    dengan pengalaman sebelumnya, merespon stimulus (objek, simbol, ide, orang,

    situasi) dan paling tidak menghasilkan kombinasi yang unik. Hughes, Ginnet, dan

    Curphy (1996 dalam Akande, 1997: 91) menyatakan bahwa kreativitas didukung oleh

    tiga komponen, yaitu: keahlian (expertise), berfikir imajinatif (imaginative thinking),

    dan motivasi yang menantang (instrinsic motivation). Keahlian berkembang dari

    kumpulan pengetahuan yang intensif sebagai sumber ide atau kreativitas; berfikir

    imaginatif merupakan kemampuan untuk melihat sesuatu dengan cara berbeda atau

    untuk menarik pola atau keterkaitan dari sesuatu yang nampak tidak berkaitan;

    sedangkan motivasi yang menantang umumnya akan mendorong seseorang untuk

    bekerja keras mencari solusi terhadap permasalahan.

  • 27

    Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu yang

    berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau

    menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Utami

    Munandar: 1992).

    Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas

    adalah upaya-upaya untuk mencari, menemukan dan menghasilkan gagasan baru,

    baik dalam mencari solusi terhadap permasalahan, maupun dalam menghasilkan

    karya-karya baru atau orisinil di dalam berbagai bidang kehidupan.

    Menurut Campbell (1986: 27-44) terdapat lima ciri umum orang kreatif, yaitu :

    Ciri-ciri pokok; 1) memiliki kelincahan mental (berpikir ke segala arah atau berpikir

    divergen); orang kreatif tidak berpikir hanya tertuju pada satu arah, ia berpikir dari

    segala arah, dari segala aspek, pikirannya tidak bisa diam, ia suka berpikir tentang

    sesuatu yang dilihat dan dialaminya dan tidak mau hanya sekedar menerima. 2)

    Fleksibilitas konseptual; jika memiliki konsep tentang sesuatu ia cenderung akan

    senantiasa memperbaiki sampai ia benar-benar yakin akan konsepnya, ia tidak mau

    bekerja sekedarnya, 3) orisionalitas; apa yang dipikirkan, dikonsepkan, dan

    dikerjakan tidak meniru pikiran atau konsep orang lain tetapi merupakan miliknya

    secara orisinil, 4) ia suka hal-hal bersifat kompleks kurang suka pada hal-hal

    sederhana, 5) memiliki kecakapan dalam banyak hal. Ciri-ciri yang memungkinkan;

    1) suka bekerja keras, 2) berpikir mandiri, 3) pantang menyerah.

    Menurut Rhodes (Munandar, 1988) kreativitas dapat ditinjau dari Pribadi yang

    kreatif, dan juga dari segi faktor-faktor pendorong (press) kreativitas dari segi

    proses kreatif, dan juga dari segi produk kreativitas, yang dirumuskan dengan

    istilah 4P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk).

    Melalui pendekatan 4P, Mundandar mendefinisikan kreativitas sebagai berikut :

    1. Pribadi

    Kreativitas ditinjau dari dimensi pribadi (person) merupakan ungkapan dari

    keunikan individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi

    yang unik dan orisinil diharapkan timbul gagasan baru dan produk-produk yang

  • 28

    inovatif. Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian

    sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dan yang tercermin dalam

    pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Biasanya seorang individu yang

    kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan

    norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.

    2. Pendorong

    Press atau dorongan maksudnya adalah dorongan dari lingkungan dan dari

    diri sendiri untuk berkreasi menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas

    merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Potensi kreatif

    yang dimiliki seseorang harus didukung oleh situasi dan lingkungan sekitar agar

    dapat menciptakan sesuatu yang inovatif. Selain itu juga harus ada dorongan dari

    dalam diri, sebab potensi yang tidak dipaksakan dari dalam diri tidak akan

    mencapai keunggulan kreativitas.

    3. Proses

    Diperlukan suatu proses untuk bersibuk diri secara kreatif dalam

    melaksanakan suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif.

    Kreativitas sebagai proses menunjuk pada perlunya seseorang berusaha untuk

    melihat lebih jauh dan lebih mendalam, daripada menginginkan hasil (produk)

    secepat-cepatnya. Kreativitas tidak hanya tergantung dari timbulnya inspirasi,

    tetapi menuntut ketekunan dan keuletan, waktu dan kerja keras (Torrance dalam

    Munandar, 1988).

    4. Produk

    Kreativitas ditinjau dari dimensi produk diartikan sebagai kemampuan untuk

    menciptakan produk baru atau membentuk kombinasi baru antara unsur-unsur

    yang ada atau yang sudah diketahui sebelumnya.

    Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau

    kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan

    orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,

    memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada

  • 29

    aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan di atas

    ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :

    Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat

    tahap dalam proses kreatif yaitu:

    1) Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan

    untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas

    dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.

    2) Tahap Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam

    prasadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu yang tidak menentu, bisa lama

    (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar

    (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan

    terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada

    akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.

    3) Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk

    memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan,

    seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang

    lebihnya berarti oh ya.

    4) Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan

    secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi

    realita.

    Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

    mereka memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi di dalam otak

    manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih

    inovatif dan variatif (divergensi berpikir). Proses kegiatan kreatif bagi siswa

    merupakan sebuah program yang memberikan kesempatan dan tempat untuk mereka

    mengekspresikan pikiran, ide, perasaan, aksi, dan kemampuan dalam berbagai

    penggunaan media dan aktivitas. Adapun menurut Mayesky (1990) prinsip yang

    perlu di perhatikan dalam melakukan proses kreativitas untuk siswa adalah:

  • 30

    1) Memperhatikan proses bukanlah hasil (product)

    Tujuan utama kegiatan kreativitas bukanlah terlihat dari produk yang

    dihasilkan melainkan proses ketika berkreasi tersebut. Dalam proses kretivitas

    tersebut dapat terlihat menggambarkan pengalaman dan perasaan anak. Alasan

    lainnya mengapa proses kreativitas lebih penting daripada produk yang

    dihasilkan adalah seorang anak belum memiliki kemampuan yang cukup baik

    dalam menggunakan material. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan kreativitas

    memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi berdasarkan

    kemampuan anak untuk mengkonstruksi sesuatu melalui cara mereka sendiri.

    2) Memperhatikan kebutuhan anak

    Kegiatan kreativitas harus memperhatikan kebutuhan anak, disesuaikan

    dengan usia, kemampuan, dan minat. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan

    adalah sebagai berikut:

    a. Menyiapkan area yang dapat memfasilitasi pengalaman kreatif anak,

    b. Menyiapkan material-material sehingga anak mendapatkan pengalaman

    berkreasi,

    c. Menyiapkan kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.

    2.5.1 Ciri-ciri Individu Kreatif

    Semiawan (1984) membagi ciri-ciri individu yang kreatif, yaitu adanya

    dorongan ingin tahu yang lebih besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik,

    memberikan banyak gagasan, bebas dalam mengemukakan pendapat, menonjol

    dalam suatu bidang, memiliki pendapat sendiri dan mampu mengungkapkannya,

    tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, dapat bekerja sendiri dan senang

    mencoba hal-hal yang baru.

    Sedangkan Munandar (1982) melalui penelitiannya, menyebutkan ciri-ciri

    kepribadian yaitu mempunyai daya imajinasi yang kuat, memiliki inisiatif dan minat

    yang luas, memiliki kebebasan dalam berpikir, bersifat ingin tahu, penuh semangat,

    berani mengambil resiko, memiliki keyakinan dan berani berpendapat.

  • 31

    Ayan (2002) mengajukan 4 kualitas pribadi seseorang yang disebut sebagai

    karakteristik kepribadian yang sangat potensial untuk upaya-upaya mencari,

    menemukan dan menghasilkan gagasan baru serta karya-karya baru atau orisinil di

    dalam berbagai bidang kehidupan (Kreatifitas), yang akan peneliti gunakan dalam

    mengembangkan angket untuk mengukur kreativitas siswa. Karakteristik kepribadian

    tersebut meliputi aspek:

    1. Rasa ingin tahu

    Rasa ingin tahu merupakan komponen pertama yang sangat penting bagi

    usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai

    kekuatan mempertanyakan sesuatu.

    2. Keterbukaan terhadap pengalaman

    Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan atau informasi baru

    juga merupakan komponen yang vital dalam kreativitas, untuk menjadi orang

    yang kreatif diperlukan persediaan informasi dan pengalaman yang banyak serta

    beraneka ragam dari waktu ke waktu, agar cukup informasi dan pengalaman,

    seseorang harus bersikap fleksibel, terbuka, mau menerima, dan menghargai

    berbagai pandangan, pemikiran, pendapat, dan hasil karya orang lain. Dalam

    fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat memperkaya pengetahuan

    yang telah ada di dalam struktur kognitif sehingga ia berpeluang besar untuk

    dapat memunculkan gagasan-gagasan yang luar biasa.

    3. Toleransi terhadap resiko

    Toleransi terhadap resiko merupakan kesanggupan atau kesediaan

    seseorang untuk mengambil resiko, terhadap apa saja yang hendak diusahakan

    atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan

    berkembang dengan baik apabila seseorang mempunyai toleransi yang tinggi

    atau kesanggupan untuk menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin

    ditimbulkan.

  • 32

    4. Energi

    Pada umumnya orang yang kreatif memiliki energi yang luar biasa,

    khususnya energi fisik. Proses-proses kreatif berlangsung mulai dari pencarian

    gagasan sampai dengan pengujian atau pelaksanaan gagasan tersebut sehingga

    hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain. Proses ini tentu membutuhkan

    konsentrasi penuh, komitmen, ketekunan dan ketahanan kerja dan waktu kerja

    lembur dapat berlangsung berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun. Itulah

    sebabnya mengapa orang kreatif sanggup memikirkan sesuatu dan bekerja keras

    dalam waktu lama, karena mereka mempunyai stamina dan energi fisik yang luar

    biasa.

    2.5.2 Pentingnya Kreativitas

    Pentingnya kreativitas tertera dalam Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun

    2003 yang intinya antara lain adalah melalui pendidikan diharapkan dapat

    mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia ang bertakwa, berakhlak

    mulia, cakap, kreatif, juga mandiri. Selain itu Utami Munandar (2004: v,1,7) banyak

    memberikan penjelasan mengenai pentingnya kreativitas antara lain :

    1) Kreativitas adalah esensial untuk pertumbuhan dan keberhasilan pribadi, dan

    sangat vital untuk pembangunan Indonesia; sehubungan dengan ini peranan

    orang tua, guru, dan masyarakat sangat menentukan.

    2) Pengembangan sumber daya berkualitas yang mampu mengantarkan Indonesia

    ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan negara-negara lain, baik dalam

    pembangunan ekonomi, politik maupun sosial budaya pada hakikatnya menuntut

    komitmen kita untuk dua hal yaitu : a) penemukenalan dan pengembangan bakat-

    bakat unggul dalam berbagai bidang, dan b) pemupukan dan pengembangan

    kreativitas yang pada dasarnya dimiliki setiap orang, tetapi perlu ditemukenali

    dan dirangsang sejak dini.

  • 33

    Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas

    memang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar tercipta sumber daya

    manusia yang berkualitas yang memiliki kreativitas tinggi demi membangun

    Indonesia.

    2.6 Kajian Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Hilmansyah dengan judul Pengaruh Metode

    Pembelajaran Praktikum Fisika terhadap Kreativitas Siswa di Sekolah Menengah

    Umum. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode

    pembelajaran praktikum fisika siswa terhadap kreativitas siswa.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ayu dengan judul Penerapan Strategi Open

    Ended Problem Bersetting Kooperatif untuk Meningkatkan Kreativitas dan

    Pemahaman Pecahan bagi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Malang. Berdasarkan data

    hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa terdapat

    perubahan dati tindakan I ke tindakan II yaitu 72,9 % (cukup) menjadi 85,42% (baik).

    Dengan kata lain terdapat peningkatan terhadap aktivitas siswa dari tindakan I ke

    tindakan II. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kreativitas dan

    pemahaman siswa dengan penerapan strategi Open Ended Problem Berseting

    Kooperatif adalah meningkat.

    Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dengan judul Menumbuhkan

    Kreativitas Siswa melalui Pembelajaran Grafik Fungsi Eksponen dengan Pendekatan

    Open-Ended Problem di Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Tanjung Selor. (Tesis).

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran grafik fungsi eksponen

    dengan pendekatan open-ended problem dapat menumbuhkan sikap kreatif siswa

    dengan persentase rata-rata 73,35% dari 30 siswa dan masuk dalam kategori kreatif.

    Berdasarkan hasil tes akhir tindakan dan pekerjaan siswa, diperoleh hasil bahwa

    siswa rata-rata dapat menjawab semua soal tes yang diujikan, meskipun belum

    seluruhnya benar, tetapi paling tidak siswa telah memberikan beberapa alternatif

    jawaban benar dalam menyelesaikan soal tes yang diujikan. Rata-rata nilai yang

  • 34

    diperoleh siswa adalah 77,50 dan respon siswa positif terhadap pembelajaran grafik

    fungsi eksponen dengan pendekatan open-ended problem.

    Penelitian yang dilakukan oleh Huda yang berjudul Pembelajaran Kubus dan

    Balok dengan Pendekatan RME untuk Menumbuhkan Kreativitas Siswa Kelas VIII

    MTs Miftahul Ulum Probolinggo. (Tesis). Berdasarkan hasil pengamatan

    menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan termasuk pada kategori sangat

    baik. Dari hasil tes, skor rata-rata (dalam persen) dari keseluruhan siswa yang

    memperoleh skor pada tindakan I adalah 85,29%. Hal ini menunjukkan bahwa

    tumbuhnya kreativitas siswa melalui pembelajaran kubus dan balok dengan

    pendekatan RME.

    Penelitian yang dilakukan oleh Harini dengan judul Pembelajaran Kooperatif

    STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk Menumbuhkan Kreativitas

    Siswa pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (Tesis). Hasil penelitian pada

    tindakan I menunjukkan bahwa aktivitas guru dari pengamat 1 dan 2 termasuk

    kategori baik yaitu 73,44% dan 75%. Sedangkan aktivitas siswa mencapai skor

    60,15% dengan kategori cukup baik. Tes hasil belajar menunjukkan 89,47% siswa

    telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan 10,53% belum

    memenuhi. Tumbuhnya kreativitas siswa menunjukkan dari penilaian 1 ke 2 berturut-

    turut yaitu 65,55% dan 77,55% dengan kategori kreatif. Disini aktivitas siswa belum

    memenuhi kategori aktivitas yang diharapkan, karena dibawah kategori baik dengan

    persentase skor rata-rata (SR) 70 %, sehingga perlu dilanjutkan pada tindakan II.

    Pada tindakan II menunjukkan bahwa aktivitas guru dari pengamat 1 dan 2 termasuk

    kategori sangat baik yaitu 89,1 % dan 92,19%. Sedangkan aktivitas siswa mencapai

    skor 79,79% dengan kategori baik. Tes hasil belajar menunjukkan 89,5% siswa telah

    memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan 10,5% belum memenuhi.

    Sedangkan untuk tumbuhnya kreativitas siswa menunjukkan dari penilaian 2 ke 3

    berturut-turut yaitu 77,55% dan 81,99%, dengan kategori meningkat dari kreatif ke

    sangat kreatif.

  • 35

    Berdasarkan hasil kajian yang relevan maka dapat disimpulkan bahwa

    kreativitas siswa dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara menerapkan

    model pembelajaran, pendekatan serta praktikum.

    Penelitian yang telah diuraikan sudah meneliti kreativitas siswa-siswi SMP dan

    SMA. Penelitian dengan menggunakan metode praktikum dengan alat peraga

    periskop sederhana akan dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dasar. Dengan adanya

    penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana dalam

    pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas siswa pada tingkat

    Sekolah Dasar.

    2.7 Kerangka Berpikir

    Pengembangan kreativitas sangat dibutuhkan oleh peserta didik manapun. Hal

    ini dimaksudkan untuk memaksimalkan pengembangan otak kanan, karena belahan

    otak kanan lebih banyak berfungsi untuk mengutamakan respon yang terkait dengan

    persepsi holistik, imajinatif, kreatif dan bisosiatif. Hal ini berbeda dengan otak kiri

    yang lebih bertugas untuk menangkap persepsi kognitif serta berpikir secara linier,

    logis, teratur dan lateral. Biasanya fungsi otak kiri lebih pada bidang pengajaran yang

    verbalistis dengan menekankan pada segi hafalan dan persepsi kognitif saja (Utami

    Munandar). Untuk itulah guna mengefektifkan otak kanan pada siswa maka

    diperlukan experiental learning (belajar berdasarkan pengalaman langsung).

    Bagaimana kita dapat mengoptimalkan kemampuan otak kanan anak didik?. Ada

    beberapa metode yang dapat dipakai antara lain dengan metode praktikum dengan

    menggunakan alat peraga periskop sederhana, guna lebih mengefektifkan fungsi

    divergennya (dimana anak-anak dibiasakan untuk selalu memberikan ide dan

    alternatif yang tidak homogen). Hal ini akan berdampak pada anak yang kreatif, suka

    berpikir beda dan penuh ide. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk

    mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan,

    maka kerangka pemikiran dilukiskan pada sebuah gambar 2.4 berikut ini :

  • 36

    Gambar 2.4: Skema Kerangka Berpikir Penelitian

    2.8 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian teori serta kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan

    hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

    Ho : Pembelajaran dengan penggunaan metode praktikum dengan alat peraga

    periskop sederhana pelajaran IPA tidak efektif terhadap kreativitas siswa

    kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester

    II Tahun Pelajaran 2011/2012.

    Ha : Pembelajaran dengan penggunaan metode praktikum dengan alat peraga

    periskop sederhana pelajaran IPA lebih efektif terhadap kreativitas siswa

    kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester

    II Tahun Pelajaran 2011/2012.

    Berdasarkan hipotesis penelitian, maka peneliti menduga Pembelajaran dengan

    penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana pelajaran IPA

    lebih efektif terhadap kreativitas siswa kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan

    Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 .

    Pengukuran

    pertama Pembelajaran (Menggunakan

    metode pratikum dengan alat

    peraga periskop sederhana)

    Pengukuran

    kedua

    Lebih Efektif Penggunaan Metode Praktikum dengan Alat

    Peraga Periskop Sederhana Pelajaran IPA terhadap Kreativitas

    Siswa Kelas V SD Kanisius Cungkup.

    Rata-rata

    nilai

    Rata-rata

    nilai

    Pembelajaran Secara

    Konvensional