t1_132007027_bab iv.pdf

29
7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 1/29  58 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1.  Deskripsi Subjek Penelitian SMK PGRI 02 Salatiga adalah sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jalan nakula Sadewa I Kembang Arum Salatiga, dengan jumlah 3 konsentrasi penjurusan, diantaranya adalah kelas penjualan, kelas akuntansi, dan kelas administrasi perkantoran. Populasi dalam penelitian ini adalah 73 siswa. kelas XII jurusan Administrasi Perkantoran dengan jumlah 73 siswa yang terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 72 siswa perempuan. Untuk keterangan siswa mengenai usia, dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Keterangan Jumlah / frekuensi % persentase 16 tahun 2 siswa 2,7 % 17 tahun 53 siswa 72,6 % 18 tahun 9 siswa 12 % 19 tahun 2 siswa 2,7 % Jumlah 73 siswa 100 % Tabel 4.1 Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa kelas XII Administrasi perkantoran berusia 17 tahun (72,6 %), siswa usia 18 tahun (12 %), siswa usia 16 tahun (2,7 %) dan siswa usia 19 tahun (2,7 %).

Upload: taufikprogram42

Post on 18-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 1/29

 

58

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1. 

Deskripsi Subjek Penelitian

SMK PGRI 02 Salatiga adalah sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jalan

nakula Sadewa I Kembang Arum Salatiga, dengan jumlah 3 konsentrasi penjurusan,

diantaranya adalah kelas penjualan, kelas akuntansi, dan kelas administrasi perkantoran.

Populasi dalam penelitian ini adalah 73 siswa. kelas XII jurusan Administrasi

Perkantoran dengan jumlah 73 siswa yang terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 72 siswa

perempuan. Untuk keterangan siswa mengenai usia, dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai

berikut:

Keterangan Jumlah / frekuensi % persentase

16 tahun 2 siswa 2,7 %

17 tahun 53 siswa 72,6 %

18 tahun 9 siswa 12 %

19 tahun 2 siswa 2,7 %

Jumlah 73 siswa 100 %

Tabel 4.1

Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa kelas XII

Administrasi perkantoran berusia 17 tahun (72,6 %), siswa usia 18 tahun (12 %), siswa

usia 16 tahun (2,7 %) dan siswa usia 19 tahun (2,7 %).

Page 2: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 2/29

 

59

4.2.  Pelaksanaan Penelitian

4.2.1.  Perijinan

Sebelum melaksanakan penelitian penulis terlebih dahulu meminta surat ijin

penelitian dari Dekan FKIP UKSW untuk dibawa kepada Kepala SMK PGRI 02

Salatiga, surat ijin tersebut dikeluarkan pada senin tanggal 29 Juli 2011. Keesokan

harinya tepatnya tanggal 30 juli 2011 PGRI 02 Salatiga memberi jawaban secara lisan

mengijinkan.

4.2.2.  Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2011 sampai dengan 22

Agustus 2011 dengan populasi 73 siswa dan sampel 12 siswa. Pada mulanya peneliti

melakukan test awal di beberapa kelas yang disarankan oleh Guru BK di SMK PGRI 02

Salatiga guna mencari sampel penelitian yang menunjukkan empati rendah. Dari proses

perhitungan melalui microsoft excel 2007   dan spss statistics 17.0, penulis mendapati

persentasi empati rendah terbanyak dikelas XII administrasi perkantoran. Sehingga

kelas tersebutlah yang akan menjadi subjek penelitian penulis.

Prosedur pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tanggal dan jam yang

telah diberikan oleh pihak sekolah kepada penulis. Adapun prosedur-prosedur

pengumpulan data yaitu:

Langkah pertama, penulis memasuki ruangan kelas, mula-mula penulis

memperkenalkan diri kepada siswa dan identitas diri antara lain, nama, umur, alamat,

dan menjelaskan bahwa saat ini penulis adalah mahasiswa progdi Bimbingan dan

konseling FKIP UKSW Salatiga. Kemudian penulis menjelaskan maksud kedatangan

Page 3: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 3/29

 

60

penulis di SMK PGRI 02 Salatiga serta meminta kerja sama dalam penyelesaian tugas

akhir dengan meminta data empati siswa melalui instrument empati. Setelah itu penulis

menjelaskan maksud dan tujuan pemberian instrument empati tersebut termasuk akan

di ambil sampel untuk penelitian melalui metode role play. Langkah selanjutnya penulis

meminta data mengenai empati diri dengan memberikan jawaban terhadap pernyataan-

pernyataan pada instrument empati yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju),

S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju) sesuai dengan keadaan diri siswa. Setelah itu penulis

membagikan instrument empati kepada setiap siswa.

Sebelum siswa mengerjakan penulis memandu siswa untuk mengisi data diri

siswa seperti, nama, jenis kelamin, usia, kelas, jurusan, dan tak lupa penulis

mengingatkan siswa untuk membaca petunjuk pengisian instrument empati tersebut.

Setelah itu penulis memberikan waktu 1 jam pelajaran ( 35 menit (karena dalam bulan

ramadan)) dan penulis siaga apabila ada siswa yang belum jelas maksud dari setiap item

instrument guna mengantisipasi jika terjadi kesalahan ketik dan bahasa. Setelah selesai

pengisian, penulis mengingatkan kembali untuk memeriksa apabila lupa memberi

identitas diri dan jika ada item yang belum terjawab atau terlewati. Setelah semua

instrument di kumpulkan penulis kembali memeriksa jumlah instrument, setelah itu

penulis mengucapkan terima kasih atas kerja sama dalam pengisian instrument.

4.3.  Analisis Deskriptif

4.3.1.  Variabel Empati

Untuk dapat mengukur tinggi rendahnya variabel empati siswa kelas XII.D digunakan

rumus interval sebagai berikut ;

Page 4: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 4/29

 

61

skor tertinggi – skor terendah

i

Pada masing-masing item empati skor tertinggi adalah 4, dan skor terrendah

adalah 1. Untuk mengukur tinggi rendahnya skor pada variabel empati dibagi dalam 3

(i) kategori yaitu Tinggi, Sedang, Rendah. Jumlah item pada inventori empati adalah 22

item, sehingga skor maksimal yang diperoleh adalah 4 x 22 = 88 dan skor minimal 1 x

22 = 22 diperoleh interval sebagai berikut:

i = 88 – 22 = 22

3

4.3.1.1  Distribusi Empati Siswa jurusan Administrasi Perkantoran( 2 kelas)

adalah sebagai berikut :

Kategori Skor frekuensi Persentase (%)

Tinggi 66 – 88 18 23,3 %

Sedang 44 – 65 30 41,9 %

Rendah 22 – 43 25 35,8 %

Jumlah 73 100 %

Mean : 56.1781

SD : 11.7382

Tabel 4.2. Distribusi empati siswa XII.D

Dari tabel 4.3 tersebut diperoleh siswa dengan kategori tinggi 18 siswa (23,3 %),

sedang 30 siswa (41,9 %), dan rendah 27 siswa (35,8 %). Maka dari itu siswa dengan

kategori rendah akan menjadi subyek penelitian ini. Berikut daftar subyek siswa

Page 5: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 5/29

 

62

4.3.1.2. Distribusi pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Subyek (kelas XII.E) Jenis kelmin Skor kategori Jenis kelompok

1. 

DN

2.  DS

3.  EW4.

 

HP

5.  IS

6.  IR7.

 

MO

8. 

NM

9.  NF

10. 

RJ11. 

SS

12.  SW

P

P

PP

P

PP

P

P

PP

P

43

42

4242

41

4342

43

42

4342

43

Rendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

Kontrol

Kontrol

KontrolKontrol

Kontrol

KontrolKontrol

Kontrol

Kontrol

KontrolKontrol

Kontrol

Tabel. 4.3. Daftar sampel penelitian

Dari table 4.4 tersebut, dapat dikelompokkan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pembagian sampel penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kelompok kontrol berfungsi sebagai

pembanding dari kelompok eksperimen, sedangkan kelompok eksperimen adalah

kelompok yang akan diberikan layanan dengan metode role play.  Kelompok

eksperimen berjumlah 12 siswa dari kelas XII.D, dengan kategori empati rendah.

Subyek (kelas XII.D) Jenis kelmin Skor kategori Jenis kelompok  

1.  MW

2. 

YN3.

 

SD

4. 

DS

5.  DP6.

 

PR

7. 

AS

8.  IF9.

 

AS

10. 

YL

11. ER12.

 

  

P

PP

P

LP

P

PP

P

P

 

41

4042

41

4042

43

4143

41

42

43

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

Rendah

Rendah

Eksperimen

EksperimenEksperimen

Eksperimen

EksperimenEksperimen

Eksperimen

EksperimenEksperimen

Eksperimen

Eksperimen

Eksperimen 

Page 6: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 6/29

 

63

Sedangkan kelompok Kontrol berasal dari kelas XII.E. dengan kategori empati rendah

yang berjumlah 13 siswa, tetapi diampil 12 sebagai kelompok kontrol. Dari kelompok

eksperimen tersebut akan diberikan treatment dengan tehnik bimbingan kelompok.

Kelompok eksperimen akan dibagi menjadi 2 kelompok ( 1 kelompok 6 siswa).

Sehingga jika kelompok pertama melakukan role play maka kelompok kedua berfungsi

sebagai pengamat, penilai, dan evaluator. Sehingga pelaku role play  dapat mengamati

role play  dari kelompok lain serta dapat menilai dan mengevaluasi kelompok lain.

Pemilihan waktu pemberian layanan menyesuaikan dengan jadwal yang diberikan Guru

BK. Dalam hal ini siswa diminta untuk serius dan memiliki kemauan agar penelitian ini

berjalan lancar.

4.3.2.  Uji maan-whitney pretest kelas XII. D Aministrasi Perkantoran

NPar Tests

Ranks 

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

total

eksperimen

12 10.04 120.50

kontrol 12 14.96 179.50

Total 24

a. 

Grouping Variable: kel. Eksperimen dan kel. Control

Tebel 4.4.  Perbedaan mean rank kelompok eksperimen dan kelompok control.

Page 7: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 7/29

 

64

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb 

total

Mann-Whitney U 42.500

Wilcoxon W 120.500

Z -1.793

Asymp. Sig. (2-tailed) .073

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .089a 

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Tabel 4.5. uji mann whitney empati kelompok kontrol dan eksperimen

Pada tabel 4.5. diperoleh hasil mean rank  empati siswa kelompok eksperimen =

10.04 dan mean rank  empati siswa kelompok kontrol = 14.96 dengan selisih mean rank

4.92. Mean rank siswa kelompok kontrol lebih tinggi dari pada siswa kelompok

eksperimen.

Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menentukan apakah mean rank bebeda

secara signifikan atau tidak. Pada tabel 4.6. diperoleh hasil uji Mann-whitney U

=42.500, Z = -1.793 dan nilai Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,073 > 0,05 . Jadi dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara empati siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan melihat hasil perbedaan mean rank  tersebut,

berati penelitian ini dapat dilanjutkan. Langkah selanjutnya adalah pemberian treatment

role play untuk meningkatkan empati siswa.

Page 8: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 8/29

 

65

4.4.  Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode  role play  guna

meningkatkan empati teman sebaya.

 Role play  adalah salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok, maka penulis

menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan metode role play dalam penelitian

ini. Kegiatan ini terdiri dari 8 pertemuan diantaranya, 1 x pertemuan untuk menjelaskan

materi empati dan materi role play, 6 x pertemuan adalah pelaksanaan metode role play,

dan 1 x pertemuan untuk pemantapan. Mula-mula penulis dan didampingi oleh guru BK

di sekolah tersebut memanggil ke 6 subyek penelitian ini, serta diberi pengarahan dan

penjelasan tentang aturan main dalam penelitian ini. Subyek penelitian menyambut baik

dan mereka bersedia untuk menjadi subyek penelitian ini. Dalam mempraktekkan role

 play  pada penelitian ini, terdiri dari 3 indikator berdasarkan kisi-kisi inventori dari

eisenberg, yaitu membayangkan perasaan orang lain, mengalami perasaan orang lain,

memahami perasaan orang lain. Setiap indikator memiliki 2 skenario dalm penelitian

ini.

Peningkatan empati siswa yang diselenggarakan di sekolah yaitu dengan

mempergunakan salah satu strategi layanan BK yaitu dengan metode role play  yang

diselenggarakan di sekolah sebanyak delapan kali pertemuan.

Berikut proses yang akan dilakukan guna peningkatan empati siswa melalui

metode role play :

Page 9: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 9/29

 

66

 

Raw input  Program  siswa dengan

Siswa dengan Layanan BK yang empati meningkat

empati rendah digunakan peneliti dan

dibantu oleh Guru BK

(metode role play)

OutcomeEmpati meningkat

Ditandai pemahaman

Environtmental input  Empati dalam setiap 

 Role play

Tabel. 4.6. Proses peningkatan empati

Keterangan :

1. 

Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat empati yang rendah.

2. 

Instrumental input yaitu metode, program, kurikulum, konselor sebagai fasilitator

yang sangat berpengaruh pada proses layanan BK.

3. 

Environtmental Input yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan

layanan BK dalam upaya meningkatkan empati siswa.

4. 

Program layanan BK yaitu proses layanan menggunakan metode role play 

yang dilakukan dalam rangka meningkatkan empati siswa

5. Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan BK yang dilakukan

untuk meningkatkan empati siswa.

Page 10: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 10/29

 

67

6.  Outcome yaitu dampak dari program layanan BK yang dilakukan untuk

meningkatkan empati yang ditandai dengan perubahan sikap, pemahaman empati

yang langsung dipraktekkan dalam permainan peran.

Dalam praktek role play ini penulis menggunakan tahap-tahap role play menurut

Bennett (Romlah, 2001 : 99)

a) persiapan,

b) membuat skenario role play 

c) menentukan kelompok penonton

d) Pemeranan,

e) evaluasi dan diskusi,

f) pemeranan ulang.

Pada pertemuan pertama siswa sudah dibagikan scenario-skenario yang akan

mereka mainkan, sehningga para siswa ini bisa belajar dirumah dan mampu memahami

peran-peran yang akan mereka mainkan nantinya. Di awal pertemuan para siswa sudah

diberi scenario-sikenario yang akan digunakan dari semua pertemuan dengan alasan

agar para siswa dapat mempelajari dan menguasai scenario-skenario yang akan merekan

mainkan nantinya. Adapun pelaksanaan penelitian tiap pertemuan dapat dilihat sebagai

berikut :

1. 

Pertemuan pertama

Kegiatan dari pertemuan pertama ini adalah menjelaskan materi empati dan role

 play. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada saat jam sekolah berlangsung dengan

memanfaatkan jam pelajaran kosong. Pertama-tama penulis meminta ijin kepada pihak

Page 11: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 11/29

 

68

sekolah dan siswa untuk menjadi subyek penelitian dan memohon keseriusan untuk

bekerja sama dalam penelitian ini. Pertemuan pertama ini dilakukan di ruang kelas.

Setelah ijin dengan guru BK dan siwa itu sendiri, mula-mula penulis memberikan foto

copy yang berisikan materi-materi empati dan role play yang sudah dipersiapkan untuk

dijelaskan dan dibahas bersama-sama. Materi pertama yang dijelaskan adalah empati,

setelah itu berlanjut dengan materi role play. Saat penulis menjelaskan dan membahas

bersama-sama siswa tampak mendengarkan dengan baik, apalagi materi role play 

termasuk baru pertama kali mereka akan lakukan selama bersekolah di sekolah tersebut.

Pada pertemuan ini siswa/subyek memberikan respon yang positif. Siswa menyambut

baik dalam pertemuan pertama ini, dan ketika penulis menjelaskan materi seputar

empati dan role play ini siswa sering bertanya pada bagian yang mereka belum pahami.

Mereka menyambut baik pelaksanaan role play  guna meningkatkan empati teman

sebaya dengan 7 x pertemuan dan 1 x pertemuan pemantapan.

Pada hari yang telah ditentukan akan dilaksanakan praktek role play  guna

meningkatkan empati. Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah melakukan praktek role

 play. Kegiatan role play /sosiodrama merupakan suatu dramatisasi dari persoalan-

persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk

konflik yang sering sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan role

 playing, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan

tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan. Para

pembawa peran membawakan adegan itu sesuai dengan peranan (role) yang ditentukan

bagi masing-masing peran; adegan itu diperankan dan dimainkan dihadapkan

Page 12: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 12/29

 

69

kesejumlah penonton yang menyaksikan adegan itu dan melibatkan diri dan

mendiskusikan jalan cerita setelah sandiwara selesai dimainkan.

2.  Pertemuan kedua

Pada petemuan ini mula-mula penulis menyiapkan satu skenario dari beberapa

skenario yang dipersiapkan dengan tema membayangkan perasaan orang lain, yang

sesuai dengan indikator empati pada inventori eisenberg. Pada pertemuan ini pemeranan

siswa diminta untuk membayangkan suatu kejadian yang terjadi disekitarnya, sehingga

siswa dapat menyimpulkan perasan-perasan apa saja yang mungkin dapat dialami

orang-orang disekitarnya. Indikator ini ditekankan pada imajinasi, penalaran, dan

mengambil perspektif lingkungan sekitarnya.

Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang seorang guru baru yang

baru pertama kali mengajar dikelas, tetapi si guru baru tersebut tidak mendapatkan

respon yang baik dari para siswa dan ada sekelompok siswa yang selalu membuat onar

saat guru tersebut menerangkan, dan hasilnya si guru tersebut geram, tetapi guru itu

tidak berani marah-marah terhadap para siswa tersebut dikarenakan si guru itu adalah

guru baru. Pada skenario ini siswa diminta untuk masuk dalam situasi tersebut dan

membayangkan perasaan apa saja yang dirasakan pada tokoh-tokoh scenario tersebut

disamping mempraktekkan scenario tersebut. Dalam pembagian peran tokoh, siswa

diberi waktu sekitar 5 menit untuk memahami dan mengerti apa yang akan diperankan.

Pemeranan dilakukan secara rotasi peran / bergantian peran dengan maksud semua

subyek penelitian bobot yang seimbang.

Page 13: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 13/29

 

70

a.  Pemeranan :

Pemeranan dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan kelompok 2. Ketika

kelompok 1 melakukan pemeranan, kelompok 2 mempunyai tugas sebagai tim

pengamat, tim penilai, dan evaluator. Pada pertemuan kedua ini siswa belum dapat

memerankan perannya dengan baik, pemeranan cenderung kaku dan masih malu-malu

dalam pemeranan. Hasil evaluasi menunjukkan hal tersebut dikarenakan siswa baru

pertama kali bermain peran. siswa ragu-ragu dalam memerankan peran, masih malu

dalam pemeranan, dan cenderung pasif, belum seluruhnya siswa mampu

membayangkan dengan baik dengan apa yang diperintahkan. Kebanyakan siswa hanya

memerankan secara singkat, sederhana saja, siswa belum bisa membuka kerangka-

kerangka dalam scenario untuk diperankan supaya penilai-nilai empati masuk kedalam

pemeranan siswa

b.  Evaluasi :

Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, Siswa kurang

penghayatan, siswa masih bingung dalam pemeranan, belum sepenuhnya serius, belum

menerapkan empati dengan baik, siswa masih malu-malu, terkesan bercanda, tetapi sisi

baiknya siswa aktif dalam bermain peran ini.

3.  Pertemuan ketiga

Petemuan ini langkah-langkah dan indikator masih tetap sama dengan pertemuan

kedua. Penulis menyiapkan satu skenario yang dipersiapkan dengan tema

membayangkan perasaan orang lain, yang sesuai dengan indikator empati pada

inventori eisenberg. Pada pertemuan ini pemeranan siswa diminta untuk membayangkan

suatu kejadian yang terjadi disekitarnya,atau yang dialami oleh orang-orang

Page 14: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 14/29

 

71

disekitarnya sehingga siswa dapat menyimpulkan perasan-perasan apa saja yang

mungkin dapat dialami orang-orang disekitarnya. Indikator ini ditekankan pada

imajinasi, penalaran, dan mengambil perspektif lingkungan sekitarnya.

Skenario pada pertemuan ini menceritakan tentang sekelompok sahabat yang

melihat teman satu kelasnya mengalami kesusahan dalam menjalani kehidupan.

Sekelompok sahabat itupun merasa kasihan dan sedih melihat temannya itu. Pada

scenario ini siswa diminta untuk masuk dalam situasi tersebut dan membayangkan

perasaan apa saja yang dirasakan pada tokoh-tokoh scenario tersebut disamping

mempraktekkan scenario tersebut. Dalam pembagian peran tokoh, siswa diberi waktu

sekitar 5 menit untuk memahami dan mengerti apa yang akan diperankan. Pemeranan

dilakukan secara rotasi peran / bergantian peran dengan maksud semua subyek

penelitian bobot yang seimbang.

a.  Pemeranan :

Pemeranan dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan kelompok 2. Ketika

kelompok 1 melakukan pemeranan, kelompok 2 mempunyai tugas sebagai tim

pengamat, tim penilai, dan evaluator. Pada pertemuan ini antara pemeranan pertama dan

kedua sudah cukup lumayan. Siswa lebih bisa diatur dibandingkan pertemuan yang lalu,

tetapi masih para siswa masih belum benar-benar menghayati scenario tersebut. Siswa

sudah bisa sedikit demi sedikit menjalankan scenario dengan baik, Pesan-pesan empati

belum seutuhnya tertermin dari pemeranan scenario. Tetapi sebagian siswa sudah

memerankan perannya dengan baik .

Page 15: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 15/29

 

72

b.  Evaluasi :

Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, siswa sudah

mulai bisa berfikir sendiri tentang watak-watak apa saja yang akan diperankan, tetapi

siswa belum cakap dalam memerankan watak-watak yang siswa kemukakan sendiri.,

Masih cenderung malu-malu, sebagian siswa hanya mengikuti alur saja, pemeranan

tahap kedua lebih baik dari tahap pertama.

4.  Pertemuan keempat

Tahap-tahap yang digunakan pada pertemuan ini tetaplah sama dengan urutan

yang sama tetapi dengan indikator dan skenario yang berbeda. Adapun indikator dalam

pertemuan keempat ini adalah memahami perasaan orang lain. Skenario dalam

pertemuan ini menceritakan tentang sebuah kelompok tari sekolah yang beranggotakan

6 orang, yang sebentar lagi akan pentas, tetapi belum mempunyai persiapan, dan

seorang ketua kelompok memutuskan secara sepihak jadwal-jadwal mereka untuk

berlatih. 4 dari 6 anggota tari ini mempunyai watak yang susah untuk diatur sebagai

contoh, si ketua kelompok ingin menang sendiri, yang 2 sering terlambat karena rumah

mereka jauh, dan yang 1 pemalas. Sisanya Riski dan Ranco adalah sosok yang sabar dan

baik hati, Riski dan Ranco diminta untuk memahami kondisi kelompoknya agar tidak

kacau dan berantakan. Apa yang harus dilakukan riski dan ranco?

a.  Pemeranan :

Pemeranan pada scenario ini cukup lumayan baik. Hal ini dikarenankan siswa

sendiri banyak yang mengikuti ekstrakulikurer tari di sekolah dan siswapun pernah

mengalami kejadian yang hamper sama dengan sekenario tersebut. Hal ini bisa

dimanfaatkan untuk menggali sifat-sifat empati pada siswa karena siswa pernah

Page 16: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 16/29

 

73

mengalami kejadian yang sama. Pada pelaksanaan role play pada petemuan ini siswa

sudah cukup memahami urutan-urutan dalam pemeranan, sehingga tidak saling bingung

ketika memulai role play ini. Tetapi sulit bagi siswa unuk benar-benar masuk atau

benar-benar menghayati dalam setiap pemeranan.

b.  Evaluasi :

Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, siswa mulai

memahami alur rangkaian role play dan sudah menunjukkan kerja sama yang baik.

Siswa tampak senang dalam layanan BK dengan metode role play ini. Sebagian siswa

sudah menunjukkan penghayatan yang baik, dapat memunculkan poin-poin empati yang

terkandung dalam skeario yang diperankan, akan tetapi dalam pemeranan siswa belum

sepenuhnya lancar dalam melaksanakan role play.

5.  Pertemuan kelima

Dalam pertemuan ini memakai indikator yang sama dengan pertemuan keempat

yaitu memahami orang lain. Artinya kita dituntut bisa memahami keadaan disekitar kita,

bisa membaca situasi, dan mengerti apa yang diinginkan teman kita saat mengalami

kesusahan. Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang seorang anak yang

selalu direndahkan atau dihina terus-terusan oleh teman satu kelasnya, sehingga si anak

ini menjadi minder,pemalu dan tidak percaya diri. Jesi sebangai sahabat Sumiyati si

anak yang selalu dihina , tak tega melihat pemandangan yang selalu menyakiti

temannya itu. Apa yang harus dilakukan Jesi sebagai sahabat sumiyati dengan

mengaplikasikan nilai-nilai empati khususnya dengan indikator memahami perasaan

orang lain.

Page 17: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 17/29

 

74

a.  Pemeranan :

Pemeranan scenario pada pertemuan kelima ini menunjukkan kemajuan yang baik.

Siswa mampu memerankan role play dengan imajinasi dan alur yang baik. Dalam

pemeranan pada scenario ini cukup menarik dan cukup lancar. Poin-poin empati dalam

pertemuan ini sudah Nampak oleh sebagian besar siswa. Siswa sudah mulai terbiasa

dengan layanan role play, sehingga memudahkan untuk mengarahkan siswa pada

pemeranan yang lebih baik lagi.

b.  Evaluasi :

Siswa mulai lancar dalam memerankan role play ini, siswa sudah menunjukkan

kerjasama yang baik, dan siswa dapat membentuk alur cerita dengan imajinasi yang

disatukan. Kelemahan dalam pertemuan ini adah siswa masih sering salah dalam

pengucapan bahasa dan ekspresi sehingga sedikit banyak menjadi bahan tertawaan

siswa lainnya.

6. 

Pertemuan keenam

Pertemuan ini memakai indikator mengalami perasaan orang lain. Dalam

pertemuan ini siswa diminta untuk ikut hanyut dalam perasaan yang dialamu temannya

tanpa kehilangan kesadaran akan dirinya. Poin empati yang ingin dicapai yaitu ikut

merasakan apa yang dialami orang lain. Skenario dalam pertemuan ini menceritakan

tentang seorang yang bernama Dewi tengah mengalami kesusahan yaitu meninggalnya

ayah yang dicintainya. Siren dan sekar adalah sahabat baik dewi. Perasaan emosional

apa saja yang ikut dirasakan Siren dan Sekar ketika melihat sahabatnya mengalami

kesedihan, dan apa yang akan dilakukan Sekar dan Siren.

Page 18: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 18/29

 

75

a.  Pemeranan :

Pemeranan role play pada pertemuan ini cukup baik, siswa bisa larut dalam

pemeranan dan dapat menunjukkan ekspresi emosional yang dialami teman lainnya,

tetapi pada pertemuan ini, ada beberapa siswa kurang serius dalam memjalani role play,

menurut para siswa scenario yang digunakan bertemakan sedih, sedangkan para siswa

sulit untuk memerankan scenario yang bertemakan sedih, siswa mengakui kalau mereka

tidak bisa secara baik memerankan scenario ini jika tidak mengalaminya secara nyata.

Hal ini terjadi Karena belum ada siswa yang secara nyata mengalami kejadian yang

mirip dalam scenario tersebut.

b.  Evaluasi :

Dalam pertemuan ini mendapatkan pelajaran yaitu role play akan lebih mudah

dilakukan jika pemerannya sedikit banyak pernah mengalami kejadian-kejadian yang

hampir mirip dengan scenario yang akan mereka mainkan.

7. 

Pertemuan ketujuh

Pertemuan ini memakai indikator mengalami perasaan orang lain. Dalam pertemuan

ini siswa diminta untuk ikut hanyut dalam perasaan yang dialamu orang lain tanpa

kehilangan kesadaran akan dirinya. Poin empati yang ingin dicapai yaitu ikut merasakan

apa yang dialami orang lain. Sekenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang

seorang remaja yang bernama Ranti adalah anak orang kaya yang jarang sekali bermain

keluar rumah. Segala kebutuhannya ada disediakan dirumanya yang mewah. Rianti

adalah anak yang baik, ramah, dan suka menolong. Suatu hari Ranti bersama

keluarganya bergi bersama di sebuah resotoran . Setelah sampai dan memesan makanan,

tiba-tiba Ranti melihat seorang ibu dan anaknya yang sedang mengemis di depan

Page 19: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 19/29

 

76

resteron itu. Bahkan pengemis itu mungkin seharian belum makan karena selalu melihat

makanan di restoran terus menerus. Hati Ranti langsung tersentak kaget dan sedih.

Perasaan emosional apa saja yang dialami Ranti, dan apa yang dilakukan Ranti ?

a.  Pemeranan :

Dalam scenario ini siswa cukup baik dalam memerankan scenario ini, scenario

memang dibuat sederhana dengan maksud agar poin-poin empati dapat mehayati dalam

diri siswa. Dalam pertemuan ini awalnya dicobakan scenario yang lebih rumit dari

scenario-skenario yang lalu, tetapi malah hasinya tidak maksimal karena malh

membuat siswa bingung dan gagu dalam memerankan. Kemudian scenario diganti

dengan scenario yang tertulis diatas. Skenario yang tertulis diatas memang cukup

sederhana, tetapi para siswa malah lebih cepat menanggapi dan memahami maksud dari

scenario . Akibatnya para siswa lebih nyaman dalam memerankan perannya dan poin-

poin empati bisa mereka pahami dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. 

Evaluasi :

Kesimpulan dalam pertemuan ini adalah penggunaan scenario yang terlalu tuntuan

malah membuat sisw bingung dan tidak paham, tetapi scenario yang sederhana tetapi

mencangkup indikator yang ingn dicapai malah membuat siswa nyaman. Skenario yang

sederhana justru lebih mudah dipahami dan kemampuan empati dapat dipamami para

siswa.

8. 

Pertemuan kedelapan

Pada pertemuan terahkir ini dilakukan evaluasi dan pemantapan dari pemeranan

awal hingga ahkir pertemuan. Pertemuan ini mengulas balik permainan role play dari

pertemuan-pertemuan yang lalu untuk dibahas ulang poin-poin empati yang terkandung

Page 20: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 20/29

 

77

dalam setiap pertemuan. Setiap siswa diminta untuk memberikan komentar atau

tanggapan tentang sikap para pelaku siswa dalam beradegan role play  tersebut. Siwa

mengaku senang dengan permainan ini karena dapat mengasah perasan dan pemikiran-

pemikiran dari sudut pandang berbeda. Pertemuan ini sekaligus mengahkiri layanan BK

dengan menggunakan metode role play, yang kemudian para siswa diminta untuk

melakukan postest, dan akan dibandingkan peningkatannya dengan pretest. Sehingga

dapat diketahui apakah ada peningkatan yang signifikan atau tidak.

4.5.  Analisis dan pembahasan hasil penelitian

Setelah layanan BK melalui metode role play  dilaksanakan, maka langkah

selanjutnya adalah pelaksanaan postest. Pengolahan data menggunakan teknik uji 

 Mann-Whitney U   dengan bantuan program SPSS for Window release 17.0  untuk

mengetahui peningkatan empati teman sebaya melalui metode role play di SMK PGRI

02 Salatiga kelas XII.D Administrasi perkantoran. Dari hasil perhitungan atau

pengolahan secara statistik diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 21: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 21/29

 

78

4.5.1.  Distribusi Postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Subyek Jenis kelmin Skor postest kategori Jenis kelompok

1. MW

2. YN3. SD

4. DS

5 .DP6. PR

7. AS

8. IF

9. AS

10 .YL11

 

.ER

12RQ

1.DN

2.DS

3.EW

4.HP

5.IS

6.IR

7.MO

8.NM

9.NF

10.RJ

11.SS

12.SW

P

PP

PL

P

P

PP

P

PP

P

P

P

PP

P

PP

P

PP

55

6956

6044

60

44

6745

44

4744

42

42

43

4241

42

4243

42

4342

44 

Sedang

TinggiSedang

SedangSedang

Sedang

Sedang

TinggiSedang

Sedang

SedangSedang

Rendah

Rendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Sedang 

eksperiment

eksperimenteksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Tabel. 4.7. postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Page 22: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 22/29

 

79

4.5.2.  Distribusi Perbandingan pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

Subyek Jenis

kelmin

Skor

pretest

Kategori Skor

postest

kategori Keterangan

kelompok

1. MW2. YN

3. SD4. DS

5 .DP

6. PR

7. AS8. IF

9. AS

10 .YL11 .ER

12. RQ

1.DN

2.DS

3.EW

4.HP5.IS

6.IR

7.MO8.NM

9.NF

10.RJ11.SS

12.SW

PP

PP

L

P

PP

P

PP

PPP

P

P

PP

P

PP

P

Pp

4140

4241

40

42

4341

43

4142

43

43

42

42

4241

43

4243

42

4342

43

RendahRendah

RendahRendah

Rendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

Rendah

Rendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

5569

5660

44

60

4467

45

4447

44

42

42

43

4241

42

4243

42

4342

44 

SedangTinggi

SedangSedang

Sedang

Sedang

SedangTinggi

Sedang

SedangSedang

Sedang

Rendah

Rendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Rendah

RendahRendah

Sedang

eksperimenteksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

eksperiment

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Kontrol

Tabel. 4.8. perbandingan pretest dan posttest 

Dalam tebel. 4.8 terbebut dapat dilihat perbandingan skor sebelum melalukan role

 play  dan setelah melakukan role play.  Pada kelompok eksperimen terlihat jelas

peningkatan dari skor diatas. Sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami perubahan.

Page 23: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 23/29

 

80

4.5.3.  Uji maan-whitney postest kelas XII. D Aministrasi Perkantoran

NPar Tests

Ranks 

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

total

eksperimen

12 18.33 220.00

kontrol 12 6.67 80.00

Total 24

Tabel 4.9.  Perbedaan mean rank kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 

Pada tabel 4.9. diperoleh hasil mean rank  empati siswa kelompok eksperimen =

18.33 dan mean rank  empati siswa kelompok kontrol = 6.67 dengan selisih mean rank

11.66. Mean rank siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelompok

kontrol.

Mann-Whitney Test

Test Statisticsb 

VAR00001

Mann-Whitney U 2.000

Wilcoxon W 80.000

Z -4.115

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a 

a. Not corrected for ties.

12  Grouping Variable: kelompok

Page 24: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 24/29

 

81

Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menentukan apakah mean rank bebeda

secara signifikan atau tidak. Pada tabel 4.10. diperoleh hasil uji Z = -4.115 dan nilai

Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,000 < 0,05. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara

empati siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan melihat hasil

perbedaan mean rank  dan uji mann whitney tersebut.

Berikut ini adalah hasil pengamatan perilaku empati melalui role play  yang

diperoleh dari panduan observasi selama siswa melakukan role play  dari pertemuan 1

sampai 6 :

Hasil data pengamatan perilaku empati melalui metode role play dari pertemuan 1 – 6.

No Nama P. 1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 Total Keterangan

1. MW 3 3 5 7 7 9 34 Meningkat

2. YN 4 5 5 7 8 10 39 Meningkat

3. SD 2 4 5 5 7 8 31 Meningkat

4. DS 4 4 4 6 6 8 32 Meningkat

5. DP 2 3 3 5 5 7 25 Meningkat

6. PR 4 4 5 5 7 8 33 Meningkat

7. AS 3 4 4 4 6 7 28 Meningkat8. IF 4 6 6 8 9 10 43 Meningkat

9. AS 2 2 4 5 6 8 27 Meningkat

10. YL 3 3 5 5 6 7 29 Meningkat

11. ER 3 4 5 7 7 8 34 Meningkat

12. RQ 3 3 3 5 5 8 27 Meningkat

Total 37 45 54 69 77 98 Ada

Peningkatan

Rata-rata 3,08 3,75 4,5 5,75 6,4 8,16 Ada

peningkatan

Tabel. 4.11. Hasil pengamatan perilaku empati.Dari tabel 4.11 didapat semua hasil dari pengamatan perilaku empati yang dinilai

dari setiap pertemuan. Hasil yang didapat dari setiap pertemuan adalah adanya

peningkatan perilaku empati melalui metode role play.

Page 25: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 25/29

 

82

Berikut dapat digambarkan grafik peningkatan empati yang diambil dari hasil data

pengamatan observasi yang diambil dalam pelaksanaan metode role play. Hasil

peningkatan dalam setiap pertemuan dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :

10

Tabel.4.12. Grafik peningkatan empati kelas XII.D dengan

menggunakan metode role play 

role play  siswa kelas XII.D SMK PGRI 02 Salatiga berdasarkan observasi pada setiap

pertemuan dan penilaian dari peneliti dan siswa. Dalam penelitian ini, metode role play

digunakan untuk mempraktekkan pemahaman siswa tentang empati. Hasil yang didapati

adalah semua siswa mengalami peningkatan baik dilihat dari grafik observasi maupun

dari pelaksanaan posttest .

Page 26: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 26/29

 

83

4.1.  Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini melalui metode role play dapat

meningkatkan empati teman sebaya di SMK PGRI 02 Salatiga kelas XII.D jurusan

Administrasi perkantoran. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil dari uji  Mann

Whitney U   =2.000 hasil nilai Z yaitu -4.115 dan koefisien  Asymp sig.2-tailed   adalah

0,000 < 0,05, jadi melalui metode role play, dapat meningkatkan empati teman sebaya

siswa kelas XII. D administrasi perkantoran SMK PGRI 02 Salatiga. Hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini diterima.

4.1. 

Pembahasan hasil penelitian

Kegiatan bimbingan kelompok melalui metode role play  ini dilakukan pad kelas

XII.D Administrasi Perkantoran yang memiliki empati rendah dengan jumlah siswa 12

siswa yang dikenai layanan BK menggunakan metode role play  guna meningkatkan

empati teman sebaya. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah inventory dari

Eisenberg(1987). Layanan ini dilakukan selama 8 kali pertemuan atas persetujuan guru

kelas, guru pembimbing, dan siswa itu sendiri. Diperoleh peningkatan empati setelah

diberikan layanan menggunakan metode role play. Berdasarkan penelitian ini maka

benar yang dikatakan Eisenberg dalam upaya mengembangkan empati, bahwa Teknik

bermain peran dinilai sebagai teknik yang efektif dan akan membantu seeorang

membentuk pemahaman empati yang lebih dalam.

Dalam permainan role play scenario-skenario diambil dari kejadian-kejadian yang

sering dialami oleh kebanyakan siswa dan diarahkan kedalam hubungan yang dekat

dahulu, yaitu teman sebaya. Kegiatan sosiodrama merupakan suatu dramatisasi dari

persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain,

Page 27: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 27/29

 

84

termasuk konflik yang sering sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu

digunakan role playing, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan

suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan sosial, sehingga

pemahaman empati para siswa dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari

dalam masyarakat sekitarnya.

Dalam penelitian ini, setiap pertemuan para siswa sudah melaksanakan role play 

dengan mandiri, tetapi terkadang masih diberi pengarahan-pengarahan dalam setiap

peran yang akan dimainkan. Dalam tahap-tahap role play, pemerannan ulang selalu

lebih baik dari pemeranan pertama pada setiap pertemuan. Hal ini dikarenakan sebelum

pemeranan ulang, para siswa beserta peneliti menganalisis pemahaman dan sikap-sikap

empati dalam scenario tersebut, mengevaluasi dan memberikan pengarahan-pengarahan

dari hasil evaluasi tersebut. Para siswapun lebih aktif pada saat pemeranan ulang. Pada

setiap skenario para siswa dapat memerankan dengan lancar dan baik ketika siswa

pernah mengalami peristiwa yang sama dengan cerita di scenario tersebut. Ternyata

siswa lebih bisa memahami dan bisa mengaplikasikan empati dengan tepat dan cepat

ketika siswa pernah mengalami kejadian yang sama dengan cerita skenario tersebut.

Dalam memerankan skenario siswa tidak hanya diminta untuk memerankan dan

merotasi perannya saja, tetapi siswa diajak untuk menganalisis scenario tersebut dan

membahas tentang tindakan-tindakan yang baik dilakukan saat mereka mengaplikasikan

role play dalam setiap skenario. Hal ini dilakukan penulis dengan tujuan agar membantu

siswa membentuk pemahaman-pemahanam yang mendalam khususnya empati, mampu

berfikir dalam setiap kejadian di sekitarnya dan mengembangkan kognitifnya serta

Page 28: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 28/29

 

85

merasakan tentang apa yang dialami lingkungannya. Disamping itu siswa diajak untuk

aktif bertindak dan merespon gejala-gejala yang dialami di sekitarnya.

Dari pertemuan-pertemuan yang telah dilaksanakan dapat diampil kesimpulan,

bahwa tehnik role play  membutuhkan waktu cukup lama untuk memahami dan

memerankan secara baik dan lancar, dan dalam pemeranan siswa akan lebih mudah

memahami perannya dengan cepat jika kejadian-kejadian tersebut pernah terjadi dalam

kehidupan mereka. metode sosiodrama adalah pemecahan masalah yang terjadi dalam

konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui

sebuah drama. Melalui metode ini maka para siswa diajak untuk memecahkan dilemma

pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang angota-angotanya adalah teman-teman

sendiri. Dengan kata lain, dilihat dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu

individu dengan proses kelompok sosial.

Dalam penelitian ini, sikap empati tidak langsung tiba-tiba bisa muncul dan

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi melalui bermain peran dapat membantu

siswa mengembangkan pola pikir yang flaksibel dan luas, mengasah kemampuan

kognitif siswa khususnya pada nilai dan pemahaman empati secara lebih mendalam.

Kesimpulan paling akhir dari penelitian ini yaitu, layanan BK dengan metode

role play ini hanya sampai pada tahap membantu siswa membentuk pemahaman empati

yang lebih mendalam, yang pada nantinya siswa sendiri yang akan mengeksplorasi dan

mengembangkan dikehidupan sehari-hari. Dalam membentuk pemahaman empati

secara mendalam para siswa dilatih untuk mengaplikasikan serta mencobakan melalui

permainan peran (role play), guna role play  dalam penelitian ini yaitu membentuk

Page 29: T1_132007027_BAB IV.pdf

7/23/2019 T1_132007027_BAB IV.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/t1132007027bab-ivpdf 29/29

 

kebiasaan siswa melakukan sikap-sikap empati yang nantinya dapat berkembang dalam

kehidupan sehari-hari.